Tipe: Koran
Tanggal: 2002-04-08
Halaman: 11
Konten
an hong Surga 3 mempunyai pangkat dengan pangkat atau usta, suka berbohong, an umpamanya demi asululah SAW pernah aja pemimpin yang gharamkan ia masuk leh Allah jabatan dan zu adil. Kurang dekat Kebijaksanaan yang dalah koncoisme atau da jabatan tertentu , bukan berdasarkan dimilikinya, pejabat k surga. impin menganggap gkan orang lain buruk kesalahan orang lain ga kursi jabatan yang yang dijelek-jelekkan psi dan kolusi, maka asannya. atau penguasa yang an kepada kita semua: enyampaikan amanat pila kamu menetapkan u menetapkan dengan gajaran yang sebaik- Maha Mendengar dan atan serta kedudukan ta agar dipergunakan akan dipertanggung- jawaban itu tidaklah an orang banyak. masing, itu merupakan hari kalau sudah tiba abkannya di hadapan saan tersebut. Agar ngan yang diharapkan, kekuasaan itu hanya dengan semena-mena ktator dan mempunyai Sumaharja Ritonga. Tertembak orang petani warga Desa nukan warga masyarakat ngan Blang Samagadeng mendapat laporan warga ulance ke TKP bersama rdi untuk mengevakuasi tempat, Sabtu (6/4) aparat ngan Blang Samagadeng an itu mereka mendengar etahui secara pasti apakah ketika warga mendengar an," ungkap mereka. Hullah ditemukan tewas ainnya belum kembali ke ya.(b16) Banda Aceh i Jakarta Ali, Ketua DPD-II Golkar 4) pukul 14.00, di Rumah Openyakit lever dan sejak saat ini menjabat sebagai M Yusuf Ali meninggalkan orang anaknya lagi sudah ia 64 tahun. Kabar tentang enyebar. Rumah duka di sore harinya disesaki para DPRD Kota Banda Aceh Aceh Razali Ahmad, Ketua nid dan sejumlah koleganya ter lainnya. nya di Partai Golkar Banda sikap tegas dan sebagai otanya. "Almarhum selalu at kehilangan beliau," kata mah duka kemarin. mewakili ahli keluarga, erbangkan dari Jakarta ke ari ini di Banda Aceh," ujar Utara Otonomi ntah Kabupaten Aceh Utara otonomi daerah (Otda) dan -husus (Otsus) bagi jajaran Haerah Bumi Malikussaleh Karim MSc mengatakan, ekali seluruh jajaran dinas , sehingga tidak terjadi I maupun Tingkat II Otsus mengurus dan mengelola ari sama-sama kita bertekad un itu sangat singkat untuk bupati ketika memberi ula kantor bupati setempat peserta dari seluruh jajaran in terkait dalam Kabupaten angunan Irigasi lak Berakhlaq ra petani di Aceh Utara, tnya memperbaiki jaringan gasi Lhoksukon, Matangkuli pangunan jaringan irigasi aq. Tapi, "carilah kontraktor sesuai gaung Syariat Islam," si Petani Pengelolaan dan gar pendapat antar Pemkab ntor bupati setempat, Jalan abu (3/4). menunjukkan pembangunan Kontraktornya mengambil tau mengeruk tanah dekat musim penghujan tiba semua k diterjang air. berlaku umum, termasuk gasi Jambo Aye/Langkahan. angkuli dan daerah irigasi sangat berdampak buruk a eks kewedanan yang tidak ibukota Kabupaten Aceh eumpa Dapat an Sekolah swa miskin tidak mampu di "P) Negeri 2 Jeumpa Bireuen, n sekolah dari Dinas Sosial mien, Kepala SLTP Negeri 2 pada Waspada Kamis (4/4). ampu ini diberikan paket ulis, pulpen dan baju seragam siswa tidak mampu di sekolah h, dewan guru, dan para wali WASPADA Singkilgate: Jangan Benturkan Mahasiswa Dengan Rakyat tinggal di tepian (bantaran) dae- rah aliran sungai (DAS) yang ma- sih hidup di bawah garis kemis- kinan alias prasejahtera itu. Penegakan hukum secara jujur dan transparan, selain men- cegah preseden buruk pada masa yang akan datang, juga dapat menjadi pelajaran, sekaligus peringatan bagi pencerahan ge- nerasi hari ini yang belum sempat ber-KKN. Khususnya pencerahan bagi generasi muda Aceh Singkil (Gemas; istilah penulis) masa mendatang. Nah, di sinilah saat- nya kita melihat kredibilitas dan kapabilitas insan penegak hukum dalam menjalankan kiprahnya di negeri kelahiran Syiah Kuala ini (adat bak po teu meurehom, hukum bak Syiah Kuala). MENGIKUTI perkembangan kasus KKN di Kabupaten Aceh Singkil, sejak dua bulan terakhir ini semakin hari semakin seru saja. Pasalnya, kasus pembobolan Kasda Aceh Singkil sejumlah Rp 4 miliar yang melibatkan oknum legislatif dan eksekutif itu, dikhawatirkan membias menjadi konflik perbenturan antara "perjuangan yang pro", dengan "perjuangan yang kontra" kepada sang "pangeran" tersebut. Gejala perbenturan itu tam- paknya semakin menjadi-jadi, justru ketika pihak Polri dan Ke- jari tengah memproses kasus ter- sebut. "Perang opini" antara ke- lompok reformasi dengan kelom- pok status quo-katakanlah be- gitu-hampir setiap hari meng- hiasi harian ini. Hal ini menjadi- kan kita perlu waspada. Pihak yang mengatasnama- kan mahasiswa (reformis), meng- inginkan kasus pembobolan kas daerah Kabupaten Aceh Singkil itu diproses secara universal, objektif dan transparan. Di mana bupati selaku penanggungjawab umum harus turut bertanggung- jawab, dan diminta segera mun- dur dari jabatannya. Selain itu, mereka mengada- kan pressure kepada DPRD Ka- bupaten Aceh Singkil untuk me- nolak Laporan Pertanggungja- waban (LPJ) bupati H Makmur syah Putra dan melakukan demonstrasi saat penyampaian LPJ tersebut di kabupaten yang baru dibentuk 27 April 1999, dengan Keppres Nomor 14/99 itu. Di pihak lain, yang mengatas- namakan masyarakat (tokoh masyarakat: bukan menokohi masyarakat), balik mengancam akan menggelar "apel siaga" saat bupati menyampaikan LPJ nan- tinya. Bahkan mereka meng- klaim akan menurunkan massa sebanyak 10 ribu orang untuk menghadang gerakan mahasiswa itu nantinya. Dalam hal ini, mereka, kelom- pok status quo, mendukung ke- pemimpinan bupati sampai ber- akhir masa jabatannya. Sebab keyakinan mereka, bupati tidak bersalah dalam kasus ini. Dan kata mereka pula, segala sesuatu- nya harus melalui mekanisme hukum yang tengah berjalan. Waspadai Konflik Susulan Terlepas dari persoalan pro dan kontra di atas, selaku "anak Batang Lae" penulis terpanggil untuk mengatakan di sini, bah- wa, apapun alasannya jika suatu masalah bila diselesaikan dengan cara adu massa, adu kekuatan, JIKA dikatakan ini sebuah berita basi, mungkin bisa dikatakan demikian. Tapi berita basi ini kalaupun harus dipanasi kembali seperti layaknya sepanci nasi basi, jika ada yang memakannya, kemungkinan besar perutnya akan sakit. Berita itu, tentang rencana komisi Nasional Hak Asasi Ma- nusia (Komnas HAM) dalam wak- tu dekat akan membentuk KPP HAM kasus pembantaian di Afde- ling IV Perkebunan Swasta PT Bumi Flora Keude Geurebak, Idi Rayeuk, Aceh Timur. Rencana itu itu dikemukakan Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan, di Jakarta, Jumat (5/ 4). (Waspada, Sabtu, 6/4/2002) "Berdasarkan hasil rapat paripurna Komnas HAM yang lalu, kita berencana untuk mem- bentuk KPP HAM peristiwa Idi, Aceh Timur. Untuk sementara KPP HAM ini akan dipimpin oleh BM Marbun, ujar Asmara. Soal kesan pembentukan KPP HAM ini yang agak terlam- bat, Asmara menjelaskan, sebe- narnya Komnas HAM pernah memutuskan untuk membentuk KPP HAM ini pada Januari 2002. Namun lanjut dia, jaminan kea- manan yang diminta baik dari TNI/Polri maupun GAM tidak kunjung tiba. adu kepentingan, apalagi adu uang, percayalah tidak akan per- nah menyelesaikan persoalan se- cara signifikan dan lestari. Justru akan menimbulkan persoalan dan konflik-konflik baru dikemu- dian hari. "Akhirnya dalam rapat pari- purna Komnas HAM, Kamis (4/ 4) diputuskan untuk segera me- lakukan penyelidikan di lapa- ngan. Dan dalam waktu dekat Surat Keputusan (SK) mengenai pembentukan KPP HAM Idi Ra- yeuk ini akan dikeluarkan," kata Asmara. Kasus Idi Rayeuk ini adalah Sebab, di dalam manajemen konflik, bila suatu pihak merasa telah menang, biasanya mereka merasa puas dan berpesta-pesta atas kemenangan itu. Sementara yang dikalahkan akan merasa sakit hati dan terus berupaya mencari celah untuk membalas kekalahan tersebut. Begitu dan begitulah seterusnya. Alhasil, gajah samo gajah becakak rum- puik di padang punak tapijak. Tujuan pokok untuk membangun daerah akan terbengkalai. Bileke nak jaye?, kata orang Melayu. Sudah banyak contoh untuk kita jadikan referensi dan feno- mena dari kejadian di atas. Se- perti terjadinya perbenturan an- tar kelompok, masyarakat, aparat dan mahasiswa. Yang tua dengan yang tua, yang muda dengan yang muda atau generasi muda dengan kaum tua. Semua itu di- karenakan saat ini kita tengah mengalami pergeseran nilai. Kita lebih cenderung menyelesaikan persoalan dengan menonjolkan budaya pasaran (premanisme), ketimbang nilai akhlak dan budaya. SELERA orang memang bermacam-macam, ada orang yang gemar membeli sepeda motor (kereta) keluaran dan model tahun terakhir, ada orang yang suka membeli dan mengo- leksi kereta besar seperti jenis Harley Davidson, ada orang yang gemar memodifikasi kereta cup buatan tahun 60-an hingga tahun 70-an dan ada juga orang yang senang mengoleksi kendaraan Mesti Hati-hati Memang, kepedulian maha- siswa (generasi muda) terhadap persoalan yang timbul di negeri ini (di mana saja) yang diakibat- kan oleh kezaliman dan keseraka- han penguasa maupun pengusa- ha, pantas kita respon dan acung- kan jempol kepada mereka. Me- nurut kata orang, "suara mahasis- wa adalah suara rakyat". Mereka berbuat, umumnya atas gerakan hati nurani, bukan berdasarkan pertimbangan politis, bisnis, jabatan dan materi. Tentu saja, bila suara itu tidak dibelokkan dan direkayasa. Sejarah telah membuktikan, selain anggota dewan yang ter- hormat, peranan mahasiswa juga sangat diharapkan sebagai kontrol, pembela dan "corong" hati nurani rakyat. Karena itu, pelaku "pengelola publik" dengan bertin- dak dan berbuat harus ekstra hati-hati. Apalagi di tengah atmo- sfir demokrasi dan reformasi saat ini. Jalankan saja amanah seba- gaimana mestinya. Sebab menja- lankan amanah adalah ibadah. Mari meninggalkan paradigma lama menuju paradigma baru. Bila demikian, maka roda pembangunan akan bergerak se- bagai mana mestinya. Tidak macet karena aneka aksi-aksi yang mengakibatkan terkuras- nya energi. Sehingga upaya kita dalam mengentaskan kemiskin- an, guna mencapai masyarakat adil dan makmur, insya Allah akan segera terwujud di negeri terbesar di dunia, penghasil kayu kapur (dryobalanop spp) ini. Menunggu Terkuaknya Misteri Bumi Flora Nilai budaya, seperti musyawarah dan mufakat, tata krama dan adat istiadat yang telah diwariskan oleh para lelu- hur kita telah terabaikan. Tak ada lagi orang tua yang mampu menjadi panutan, sebab kebanya- kan mereka telah terkontaminasi dengan kepentingan lain. Yang muda akhirnya menggeliat seke- hendak hatinya. Kalau sudah be- gini, siapa yang disalahkan ? peristiwa pembunuhan oleh ora- ng-orang bersenjata tak dikenal pada tanggal 9 Agustus 2001. Peristiwa itu menewaskan 31 ora- ng yang merupakan buruh per- kebunan dan keluarganya tewas mengenaskan, sementara pulu- han orang lainnya luka-luka. Masih menurut Asmara, KPP HAM ini bekerja tidak secara retroaktif. Pasalnya, lanjut Asma- ra, kasus ini ini terjadi setelah UU No. 26 th 2000 tentang penga- dilan HAM diundangkan. "Jadi kasus ini akan diselidiki secara langsung," kata Asmara. Untuk diketahui dalam ka- sus-kasus yang bersifat retroaktif, penyelidikan dilakukan denagn terlebih dahulu meminta izin DPR. Selain itu untuk menyi- dangkan kasus retroaktif perlu dibentuk pengadilan HAM ad Hoc. Namun untuk kasus nonre- troaktif penyelidikan bisa lang- sung dilakukan dan persidangan dilakukan di pengadilan HAM biasa. Hindari Silang Pendapat Kita semua sepakat, kendati dalam tempo yang relatif singkat. Kita menginginkan kabupaten Kekuasaan dan Ambisi yang masih balita ini segera dapat Karena itu, tak salah bila kita mengejar ketertinggalannya dari memprediksi, Pertama, perlu daerah lain. Karenanya, pengelo- diwaspadai, mungkin saja ada lan SDA dan SDM yang ada di kelompok yang tengah "kelimpu- dalamnya harus dimenej dan di- ngan", mencoba membelokkan manfaatkan seoptimal mungkin. persoalan ini. Dari proses hukum Di Aceh Singkil, sebenarnya yang tengah berjalan ke politik banyak peluang untuk mendong- Jika janji seorang Nababan ditepati, mungkin ini suatu mim- pi buruk yang akan terjawab dengan cepat. Suatu mimpi gelap yang datang di suatu pagi di saat puluhan buruh perkebunan itu ingin menikmati betapa lezatnya rizki dari keringatnya. Nanggroe Aceh Darussalam SUPLEMEN Suatu mimpi yang akan memberi keindahan tersendiri walau terasa pahit bagi seorang Tisalma. Janda dengan tiga orang anak itu merupakan seorang korban yang selamat dari peristi- wa pembantaian yang sebenar- nya sudah berusia hampir seta- hun itu. Namun yang menjadi perta- nyaan mampukah Komnas HAM mengungkapkan siapa sebenar- praktis, dengan cara memben- turkan antara mahasiswa dengan rakyatnya. Sehingga energi pu- blik akan terkuras dan tergiring ke persoalan baru, sementara per- soalan lama (yang esensial) tera- baikan. Dengan demikian sta- tus quo dapat dipertahankan di negeri penghasil lokan dan limbek sale ini. Kedua, mungkin pula ada pri- badi atau kelompok yang ambisi dan haus akan kekuasaan. Men- coba menangguk keuntungan dari kasus "Singkilgate" ini, de- ngan cara mempelintir persoalan tersebut sedemikian rupa. Mere- ka merekayasa keadaan dan memperbesar-besar persoalan, untuk mendiskriditkan pejabat atau pemerintahan yang tengah berlangsung. Sehingga opini pu- blik akan terbentuk ke arah yang diinginkannya, dengan demikian proses percepatan ambisinya menjadi pejabat di Aceh Singkil semakin cepat. Meskipun suksesi kepemimpinan bupati belum jatuh tempo. Jadi, di sinilah kita (seluruh komponen masyarakat Aceh Singkil) harus arif dan bijaksana. Jangan mudah terprovokasi oleh kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok dari upaya rekaya- sa di atas. Sebab, bagaimana pun juga, kita ingin menjadikan dae- rah Aceh Singkil merupakan "Ja- lan Menuju Keselamatan" bagi rakyatnya. Seperti makna nama salah satu ibukota kecamatan- nya, yakni Subulussalam. Mesti- nya harapan Prof A Hasyimi (Alm) memilih nama itu puluhan tahun yang lalu, harus kita cer- mati. Vespa buatan tahun 60-an hingga tahun 90-an. Dan khusus di daerah nya pasukan siluman yang sangat tega membantai orang-orang kecil. Orang-orang yang sebenar- nya tidak mengerti realita apa yang terjadi di Aceh. Situasi tem- pat pembantaian itu sendiri hing- ga kini masih agak sulit untuk didatangi. Beberapa waktu lalu tim pencari fakta yang diturun- kan oleh Pemkab Aceh Timur ber- upaya mengungkap kasus itu. Yang terjadi kemudian, tim itu disiram ribuan peluru pasukan Angkatan Gerakan Aceh Mer- deka. Soal siapa yang membantai itu, yang menjadi persoalan saat ini. Masing-masing pihak yang saat ini sedang bertikai di Aceh baik itu GAM dan TNI memban- tah telah melakukan pembantaian. Simak keterangan juru bicara GAM Ishak Daud. Menurut pria itu mereka tidak melakukannya. Mereka menuding TNI dibalik itu semua untuk melakukan ba- las dendam atas penyerbuan GAM ke pos keamanan aparat di PT Bumi Flora yang mengaki- batkan beberapa petugas tewas. Namun hal itu dibantah Pan- kolakops TNI (kala itu) Brigjen TNI Zamroni. Menurutnya sa- ngat mustahil TNI yang melaku- kannya."Jarak antara Idi Rayeuk dimana ada pasukan TNI dengan Keude Geurebak sangatlah jauh dan tidak mungkin kami laku- kan, mengingat untuk sampai ke lokasi banyak rintangan yang harus dilewati," tegas Zamroni yang sekarang menjabat Kasdam I/BB. Lalu siapa yang menjadi pa- sukan siluman pembantai buruh perkebunan itu. Mereka yang dikatakan oleh beberapa saksi mata yang ditemui Waspada ta- krak pendapatan asli daerah (PAD) guna menambah kocek Kasda. Selain sektor-sektor yang telah klasik, ada sektor yang tidak kalah pentingnya, yakni member- dayakan kembali potensi sungai Lae Suraya dan Lae Cinendang dengan berberbagai bentuk dan kebijakan di dalamnya. Sebab, selain dapat menambah income daerah, juga dapat memerdeka- kan "rakyat tepi Lae" dari keme- leratan (freedom from want). Bagaimana pun juga kedua su- ngai ini pernah jaya dan sarat dengan muatan historis. Oleh sebab itu, mulai dari ini marilah kita berpikir dan berjiwa besar. Hentikan silang pendapat (pro kontra atau sejenisnya), yang kesemuanya itu hanya menguras energi serta membungkam kreasi dan motivasi kita untuk memba- ngun. Kepada yang muda-muda, bangunlah Aceh Singkil (dari Ge- lombang sampai ke Pulau Ba- nyak) dengan konsep masa depan yang cemerlang. Sedangkan bagi yang tua-tua istirahatlah, sem- bari membina generasi muda da- lam tatanan "Rumah Tangga Aceh Singkil" yang berbudaya. Seraya tetap senantiasa mewas- padai perilaku oknum penguasa (eksekutif, legislatif maupun yudikatif) dari gejala praktik KKN. Sebab bagaimanapun juga praktik KKN sesungguhnya mu- suh planing program, musuh pembangunan, musuh rakyat serta pengkhianat atas kemerde- kaan ini. Sedangkan pelindung wadah ini yaitu Polres Aceh Tamiang, Muspika Karang Aceh Tamiang, mereka yang Baru dan Muspika Kuala- gemar memodifikasi Vespa simpang, penasehat Aceh antik bergabung dalam Ta-miang Scuter Club wadah yang bernama Aceh (ATSC) dipercayakan Tamiang Scuter Club. kepada R Jumali, Drs Muhaimin dan Drs Effendi. "Jumlah anggota ATSC mencapai 50 anggota dan ada 50 unit Vespa buatan tahun 60-an hingga 90-an. Jumlah anggota tersebut terdapat diberbagai kecamatan yang ada di Aceh Tamiang Scuter Club diketuai oleh Rafe'i SE, sekretaris dijabat oleh Drh Irwansyah, bendarahara dipercaya-kan kepada Zubaidah (Bedah Mori) dan dilengkapi dengan beberapa seksi. Oleh sebab itu, kita berharap sepenuhnya kepada pihak yang berkompeten di Aceh Singkil. Hendaknya dalam memproses kasus KKN yang tengah heboh ini, sungguh-sungguh diselesai- kan secara objektif, konsiderans dan transparan. Yang benar harus dibela, yang salah harus dihu- kum. Supermasi hukum harus berjalan sebagaimana mestinya, agar Aceh Singkil tidak menjadi "negara Texas" bagi sebuah ke- kuasaan dan ambisi. Sehingga rakyat sungguh akan merasakan, ternyata kebe- naran dan keadilan, belum lenyap dari negeri Syech Hamzah Al Fan- suri dan Syech Abdurrauf Al Sing- kili ini. Dengan demikian partisi- pasi dan pesan-pesan pemba- ngunan secara umum, dapat di- terima dengan jernih, ikhlas dan tulus oleh rakyat yang banyak hun lalu baik di Langsa, Aceh Ti- mur maupun di Medan, pasukan berjalan kaki. Mereka itu tambah saksi mata seperti tanpa koman- do, dan memerintahkan mereka untuk tunduk dan langsung menghujani mereka dengan ratu- san hingga ribuan peluru. Mereka yang membuat Tisalma hanya mampu merenung nasibnya yang harus ditinggal sang suami, adik dan anak tercinta. Ketika ditanya tentang nasib anaknya yang lain, Tisalma menyebutkan ketiga anaknya itu ketika itu tinggal bersama dengan orang tuanya di Pantonlabu, Aceh Utara. Wanita itu juga mengaku ti- dak sempat menyaksikan fardhu kifayah yang dilakukan kepada ketiga mayit itu karena dia harus MA Penutup Sebelum catatan ini disudahi, baru-baru ini di Pekanbaru, pe- nulis sempat berbincang dengan salah seorang tokoh kharismatik, budayawan dari provinsi Riau. Meskipun dalam usianya yang hampir 80 tahun, beliau saat ini tetap concern menyadarkan masyarakatnya, melalui seminar, lokakarya, interaktif baik formal maupun informal, guna mence- gah terjadinya perbenturan antar kelompok etnis di negeri Lancang Kuning yang memang multi etnis itu. bekas kewedanaan Tamiang ini," ungkap ketua ATSC, Rafe'i SE kepada Waspada di Kualasimpang, baru- baru ini. Jadi tidak berlebihan bila kita. menyimak sedikit pandangannya tentang krisis multi dimensional yang tengah terjadi dewasa ini. Dalam tuturnya kepada pe- nulis, beliau mengatakan, "saat ini, kita memang tengah terjerem- bab ke dalam suatu pergeseran nilai dan budaya. Di mana-mana telah terjadi krisis kepemim- pinan. Yang tua-tua kebanyakan telah terkontaminasi dengan ke- pentingan politik, jabatan, ke- kuasaan, bisnis dan ekonomi. Bahkan terkadang mereka pan- dai merekayasa dan memperdaya yang muda-muda demi kepenti- ngan yang dimaksud," ujarnya malam itu. Menurut ketua ATSC itu, tujuan dari organisasi ini bukan hanya sekadar ajang kumpulkumpul bagi pemilik Vespa antik. Namun, lebih dari itu, wa- dah ini juga untuk saling tukar-informasi dan untuk menjalin persahabatan sesama pemilik Vespa di seluruh tanah air. Begitu juga yang muda- muda, lanjutnya, mereka keba- nyakan hanya pandai membuat proposal dengan mengatasnama- kan bermacam-macam kelompok dan LSM (Lembaga Swadaya Ma- syarakat). Dengan kedok kepen- tingan dan membela rakyat lemah, mereka berteriak tuding sana tuding sini. Tapi ujung- ujungnya ketika "disuap" atau nilai proposalnya dicairkan, ter- kadang LSM-nya pun lenyap dari peredaran. Aceh Tamiang Scuter Club Wadah Penggemar Vespa Antik "Baru-baru ini, kami tour ke Brastagi Kabupaten Karo, Sumut. Tour tersebut dalam rangka memenuhi undangan dari organisasi Binjai Italian Scuter dan tour itu juga meru-pakan kegiatan rutin parade wisata scuter maniac, kegiatan tersebut sudah jadi kalender tetap tiga bulan sekali dari Binjai Italian Scuter untuk berparade wisata di berbagai daerah wisata," papar Rafe'i SE seraya menambahkan, Kalaulah apa yang disinyalir beliau, yang juga sahabat perjua- ngan Prof A Hasyimi (Alm) itu benar, dan terjadi di kampung kita di Aceh Singkil. Maka dapat- lah kita dendangkan "sebait dam- peng, ambe-ambekan" bahwa; pada hari ini telah terjadi gejala krisis moral, yang mengakibat- kan kelemahan, kemunduran keturunan (degradasi) untuk satu generasi atau lose generation untuk satu dekade. berada di meja operasi menyela- matkan nyawanya dari peluru yang bersarang. Ke depan, Tisal- ma mengaku tidak punya renca- na, hanya dia berkata," saya akan pulang dan membesarkan anak- anak saya di kampung," katanya getir kala itu. Namun siapapun yang mela- kukannya, mereka tidak akan mampu menghadirkan kembali ke tengah-tengah pangkuan Ti- salma yaitu suaminya Indrawan dan anak bungsunya Khairuddin, karena mereka kini sudah berse- mayam selama-lamanya. Ting- gallah Tisalma yang harus men- jadi ayah dari ketiga anaknya yang lain dan juga meninggalkan traumatis yang amat panjang yang terus-menerus hinggap di Janda! Mengerikan memang. Wallahu alam bissawaf. Hasby B Meuraksa Pemerhati Sosial dan Masyarakat Waspada/Muhammad Hanafiah Sejumlah anggota dan pengurus Aceh Tamiang Scuter Club berfoto bersama baru-baru ini. kepalanya. Kini ditunggu keberanian Komnas HAM menguak misteri gerombolan siluman pembantai buruh Perkebunan Bumi Flora. Selain keberanian untuk me- nguak pembantai di Perkebunan Bumi Flora, Komnas HAM juga ditunggu ribuan warga Krueng Geukuh untuk menguak misteri pembantaian di Simpang KKA, Dewantara. Namun sebenarnya yang paling ditunggu adalah ke- beranian Komnas HAM menguak peristiwa pelanggaran HAM di Aceh. Sehingga nantinya tidak akan lagi di Aceh yang kini berganti nama menjadi Nanggroe Aceh Darussalam, beribu kam- pung yang bernama Kampung M.Zeini Zen kegiatan itu juga untuk turut serta mensukseskan program pemerintah di bidang pariwisata. Rafe'i menjelaskan, walaupun Vespa milik anggota ATSC sudah banyak yang berusia lanjut, namun masih mampu berpacu di jalan raya dan jarang mogok. "Biaya yang dikeluarkan untukmerawat serta memodifikasi Vespa- vespa itu lumayan juga besarnya," ungkapnya. Muhammad Hanafiah Acha, Tokoh Pers Sempalan Yang Coba Dilupakan SELALU tampil energik, lugas dan cerdas di usianya yang ke 73-adalah ciri khas seorang Acha. Bernama lengkap Achmad Chatib (foto). Acha lahir di Susoh, Aceh Selatan 211 Oktober 1929 silam. Tokoh pers "sempalan" di zaman Menpen H Harmoko (Acha waktu itu satu-satunya dari penerbit yang menentang PWI mengeluarkan kartu pers) ini tak urung niatnya untuk tetap menegakkan peraturan tentang dunia pers. "PWI itu tidak punya koran, jadi apa urusan dia menerbitkan kartu pers! Yang berhak adalah penerbit, PU dan PR. Soalnya, kalau terjadi delik pers, apa PWI mau bertanggungjawab? Saya bukan anti terhadap PWI, tapi kekeliruan itu yang harus diluruskan," begitu Acha mengeleminir pendapatnya kepada Waspada suatu ketika. Hampir setengah bungkus rokok kretek Gu- dang Garam Merah dihisapnya, Acha begitu serius merilis kilas balik perjuangan pers nasional se- masa kolonial dan pemberontakan. Banyak ilmu dan pengalaman yang diperolehnya. Cuma, soal teknik menulis dan liputan di lapangan, Acha mengaku berguru dengan almarhum H Muham- mad Said dan almarhumah Hj Ani Indrus (pendiri dan pemilik Waspada). Kini-Acha adalah satu dari sekian banyak pelaku sejarah pers nasional yang masih tersisa di Aceh. Dia menghabiskan masa senjanya dengan mengamati dan membaca perkembangan tanah air lewat media cetak, berita televisi dan radio. Begitupun, sesekali dia tetap mengakomodir berbagai tragedi Aceh di media yang dia miliki sekarang; Mingguan Peristiwa. Banyak orang mengira Acha adalah sosok tokoh yang antagonis-selalu melawan arus ke- hidupan pers nasional. Padahal, apa yang pernah dia pertentangkan bahwa PWI bukan satu-satu- nya wadah organisasi pers sepuluh tahun silam, kini membuahkan hasil yang signifikan. Tokoh unik dan eksentrik ini lahir sebagai wartawan otodidak di tengah kegaduhan politik nasional. Mendirikan surat kabar Mingguan Ber- juang di Langsa pada tahun 1950-Acha me- ngawali kariernya menjelajah dunia kewarta- wanan. Dunia ini menawarkan keteguhan seorang Acha yang dikenal "keras kepala" oleh rekan- rekan bahkan lawan politiknya. Setahun kemudian, Acha bergabung dengan harian Waspada sebagai reporter. Sepanjang hari dia mengakui "mencuri" ilmu H Mohammad Said dan Hj Ani Idrus semasa harian ini berkantor di pusat pasar Medan. Makanya dia begitu sung- kan ketika panitia meminta dirinya sebagai pem- banding makalah Hj Ani Idrus dalam satu seminar pers di Tapaktuan, Aceh Selatan. "Tidak mungkin saya banding dan tidak mungkin saya juga bersanding. Yang mungkin saya itu mengiring beliau, kalau-kalau selendang buk Ani jatuh langsung ku sambut," kisah Acha. Lupa mengingat tahun dan tanggalnya, Acha bercerita bagaimana dia harus kehilangan pe- kerjaan lagi ketika kantor Berita PI Aneta-tem- pat dia bergabung setelah Waspada-harus di- breidel oleh Ir Soekarno karena milik Londo (baca: Belanda). "Kami khusus untuk liputan Aceh. Kepalanya waktu itu Jamaluddin Adinegoro." Acha kariernya terus menanjak. Sebagai war- tawan muda dia sudah menduduki posisi kunci sebagai Wapemred Gelora Masa pada tahun 1953. Koran yang berkantor di Jalan Perdagangan Ban- da Aceh itu dia lahirkan bersama Kepala KA Eksploitasi Sumut di Aceh, "Waktu itu di Aceh ada terbit koran lain bernama Tegas. Tapi, setelah meletus pemberon- takan DI/TII, di Aceh tidak ada lagi surat kabar yang terbit. Makanya, waktu itu Aceh masih keresidenan, kepala penerangan Sumut, Guber- nur Sumut Mr SM Amin Krueng Raba Nasution, Koordinator Penerangan Aceh Amin Abdullah meminta agar saya datang ke pendopo untuk menerbitkan SK Bijaksana yang dicetak diperce- takan negara," kenang Acha. Kemudian, lanjut Acha, dia membuat tajuk untuk menyindir berita release dari pemerintah yang selalu dimuat di koran itu. Si pemilik koran merasa tidak senang dan marah. "Saya langsung minta berhenti dan koran saya kembalikan. Kira- kira satu bulan, persisnya tanggal 14 Juli 1954, saya mendirikan SK Peristiwa yang anda lihat sampai sekarang," katanya. ISU adanya KKN dalam penerimaan CPNS di Aceh Tengah sudah menjadi rahasia umum. Hangatnya pembicaraan masyarakat tentang CPNS yang lulus seleksi itu, karena beredar surat kaleng yang menyebutkan oknum tertentu telah melakukan KKN dalam meluluskan jagonya. Dalam surat yang belum diketahui secara pasti siapa yang mengirimkannya, disebutkan Kabag Kepegawaian dan seorang stafnya, asisten III, ajudan bupati, bahkan anggota DPRD turut bermain dalam meluluskan orang-orang dekatnya. Bukan hanya itu, surat yang menyebutkan dirinya Muhammad Yunus dan Marwahni Gayo itu, membeberkan adanya permainan uang dalam penerimaan CPNS. SENIN, 8 APRIL 2002 11 Surat tersebut sempat menjadi pembahasan hangat Muspida setempat. Pimpinan di Gayo itu sepakat akan mengecek, menyelidiki isu kebenaran dari surat tersebut. Bila ditemukan bukti-bukti akan diproses sesuai hukum. Wakil ketua DPRD Aceh Tengah Ir Tagore AB, kepada pers menyebutkan, "Kasus KKN yang membaluti penerimaan CPNS Aceh Tengah harus diusut tuntas dan mendapat prioritas utama. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi fitnah, maka duduk persoalan yang sebenarnya harus diclearkan." Semua persoalan itu harus diserahkan kepada aparat penegak hukum. Apa hukum harus punya nyali mengusutnya. Apabila aparat penegak hukum sudah bekerja dan hasilnya tidak memuaskan, ya terserah," sebut Tagore di Jakarta seperti dikutip media terbitan Aceh. Disebut-sebut dalam surat kaleng yang menjadi pembicaraan umum itu, melalui asisten III Pemda Aceh Tengah telah meluluskan 11 CPNS, melalui Kabag Personalia 7 orang dan melalui staf personalia, ada yang melalui ajudan bupati dan kalangan DPRD. NO WAY Ampera beserta istrinya Nisa dicantumkan lulus setelah menye-rahkan uang Rp 60 juta. Namun ketika ditemui Waspada sempat tertawa, "Ceritanya lucu, luluspun tidak, apa yang disogok. Saya tidak lulus, mengapa disebut lulus, hebat surat kaleng itu," sebut Ampera. Sementara itu Kandep Diknas Aceh Tengah, Drs Ishak MS, di-cantumkan dalam surat telah meluluskan istrinya yang telah berumur 39 tahun melalui sogokan Rp 20 juta. "Yang lulus itu siapa, mana buktinya istri saya lulus. Sampai saat ini istri saya tidak lulus dan isi surat kaleng itu telah saya klarifikasikan melalui surat," sebut Ishak. Adik kandung Anwar SH, ketua Fraksi PPP DPRD Aceh Tengah kepada Waspada menyesalkan surat kaleng yang beredar tersebut, karena Aceh Besar. Acha melakukan investigasi reporting berbe- kal ketajaman insting wartawan yang dia miliki. Usahanya sukses setelah tim wartawan peristiwa, di bawah pimpinan Acha menerobos barikade tentara yang mengisolir seluruh Desa Pulo Cot Jeumpa. "Berita dan foto saya dimuat di New York Time dan Utusan (Malaysia). Selain itu hampir seluruh koran di Indonesia mengutip berita-berita dari kami," kenang Acha sambil sesekali membenahi letak kacamata minus yang tak pernah lekang dari wajahnya. Ketajaman Insting Kepiawaian Acha dalam menulis sudah dia buktikan ketika meletus peristiwa pembantaian massal terhadap 129 penduduk sipil (termasuk anak-anak) oleh militer di Desa Pulo Cot Jeumpa, Isu KKN Penerimaan CPNS Nama Acha kesohor ketika surat kabar Peris- tiwa terbit sore edisi hari tragedi berdarah itu ludes ketika dicetak 4000 eksemplar. "Ada yang berani beli Rp 35/eks pun tidak ada. Padahal harga koran waktu itu Rp 1/eks. Harian Mimbar Umum terpaksa cetak ulang. Pokoknya cukup menghe- bohkan," kata Acha. Jadi Pembicaraan Hangat menyebutkan dirinya lulus, kenyataan hingga saat ini dia tetap dinyatakan tidak lulus. Sementara itu ketua DPRD Aceh tengah Drs M Din AW ketika dikonfirmasikan Waspada tentang surat tersebut menjelaskan, "Apa karena saya anggota dewan lantas hak anak saya masuk pegawai negeri harus dihilangkan. Tidak ada dua orang anak saya yang lulus, hanya satu orang," sebut M Din. Keberhasilan Acha dalam mengemas dan menyingkap peristiwa Pulo Cot Jeumpa banyak ditorehkan dalam buku tentang perjalanan sejarah Aceh. Satu di antaranya karangan Dr Nazaruddin Syamsuddin. Apa judul berita koran Peristiwa kala itu? "Banjir Darah Membasahi Tanah Rencong, Pulu- han Wanita jadi Janda, Ratusan anak Kehilangan Bapak" begitu Acha mengenang tragedi Pulo Cot Jeumpa yang memiliki hubungan emosional cukup kental hingga dia menjadi tokoh pers kini. Acha, sebagai tokoh pers "sempalan", banyak menyisakan kenangan pahit adan getirnya sebagai wartawan. Bapak dari Dharma Putra (S2 Teknik Industri), Dharmawati (guru), Dharmawita (swasta), Lisanuddin SE Ak, Dr Islamuddin dan Fauzaniddar (kuliah di Unsyiah) hasil perkawinan- nya dengan Haniah Zakaria, 66, kepala SD Persit KCK Pensiunan, patut untuk diperhitungkan. Tokoh pers yang enggan dipublikasikan ini (Waspada harus satu minggu lebih untuk mem- buat janji wawancara) keberadaannya memang coba dilupakan begitu saja. Karya dan jasanya terhadap Aceh telah dilewati tanpa mendapat penghargaan apapun meskip rezim silih berganti. Ketokohan Acha, justru diakui di luar tanah kelahirannya sendiri. Lihat saja di Sumut, Riau dan Pulau Jawa, nama dan kebesaran Acha cukup populer. SPS (Serikat penerbit Surat Kabar) pusat Jakarta saja, Februari lalu, memberikan penuga- san khusus dan kuasa konsolidasi kepengurusan SPS Cabang Banda Aceh kepada Acha. Seorang Acha, dalam perjalanannya, telah melahirkan ratusan wartawan di antaranya Sya- rief Harris (Suara Pembaruan) Syahruddin Ham- zah (LBKN Antara), Parsi Tanjung (Ka Biro Antara Medan) dan Zaki Abdullah. Ada keberuntungan baru bagi diri Acha pada tahun 2002 ini yaitu pada peringatan hari Pers Nasional Februari lalu. Acha diberi hadiah atas pengabdiannya dalam dunia pers oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalah H Abdullah Puteh bersama wartawan "gaek" lainnya. Dia pun sedang diusulkan untuk mendapatkan penghargaan Panca Cita oleh wartawan muda di PWI Aceh- organisasi yang kerap dikritiknya. Tembus atau tidak, tergantung siapa dan bagaimana nilainya. Itulah Acha dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Walau surat kabar Peristiwa terbit pasang surut dan dirinya coba dilupakan, paling tidak dia boleh berbangga hati karena ada investor ingin mengabadikan namanya lewat lembaga jurnalistik bernama Acha Institute. Selamat! MS Ramadan "Muspida sudah rapat," tambah M Din, semuanya akan kita teliti, bila ada permainan akan diproses sesuai hukum. Buat apa diributkan, ada aturan mainnya." Sekdakab Aceh Tengah Nasaruddin menyebutkan, akan meneleliti kebenaran keterlibatan stafnya yang bermain. "Bila terbukti akan kita berikan sanksi," sebutnya. Ada panitia yang ditetapkan untuk seleksi CPNS. Ada petugas yang memotong nomor testing pada lembar jawaban, panitia rekap dan terakhir panitia penentu yang terdiri dari unsur Muspika." Setiap panitia bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing dan tidak mengetahui tugas yang lain. Milik siapa yang diperiksa, dia juga tidak tahu, karena nomor testingnya telah digunting oleh panitia lain, tambah Sekda. Sambil membolak-balik surat selebaran yang belum bertuan itu Nasaruddin menambahkan, Muspida telah mengadakan rapat tentang hal ini. "Kita akan teliti terlebih dahulu bila terjadi kecurangan. Siapa yang melakukannya, serta di mana dan bagaimana kecurangan itu terjadi. Kita perlu pembuktian dulu, itupun bila ada." Sementara itu Drs Khairul mantan asisten III Pemda Aceh Ttengah yang dituding oleh penulis surat yang hampir beredar di seluruh masyarakat sebagai orang KKN yang telah meluluskan 11 peserta testing dan menerima uang sogokan, sangat menyesalkan isi surat tersebut yang telah mencemarkan nama baiknya. "Kami telah bekerja sesuai mekanisme dan aturan main. Silakan buktikan saya ada menerima suap yang bila dijumlahkan mencapai Rp 182 juta. Bila ada yang tak senang wajar, karena dari 6000 peserta hanya lulus 2,5 persen (150 orang). Boleh mencurigai seseorang, tapi tolong buktikan bila benar saya telah menerima suap," sebut Khairul yang kini dipercayakan menjadi ketua Bappeda Aceh Tengah. "Kalau punya bukti, silakan antar ke penyidik, agar saya diproses. Saya akan bertanggungjawab, karena saya tidak pernah menerima suap. Hal ini perlu saya jelaskan, karena nama baik saya sudah tercemar," jelas Erol panggilan akrabnya. (b23) 2cm Color Rendition Chart
