Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Waspada
Tipe: Koran
Tanggal: 2002-06-07
Halaman: 10

Konten


4cm WASPADA Wacana Moral Akademik Di Antara Ilmu Dan Dosa Oleh Dr. Hasan Bakti Nasution, MA S ETELAH belajar secara keras siang dan malam, hampir tak satupun yang dipelajari tersisa di benaknya, menye- babkan Imam Syafi'i bertanya kepada gurunya Syekh Waki' Pertanyaan dan jawab sang guru diabadikan Imam Syafi'i melalui sya'ir singkat berikut: Saya mengadu kepada guruku syekh Waki' Karena tak satupun yang dipelajari yang tersisa Sang guru menjawab, agar aku meninggalkan dosa Katanya, ilmu itu ibarat nur Nur tidak bisa ditangkap oleh pedosa. Sya'ir ini menggambarkan betapa galaunya hati sang murid (Imam Syafi'i) karena tak satupun yang diajari tersisa dalam benaknya. Ibarat kata pepatah, "masuk kuping kanan keluar kuping kiri." Bahkan masukpun tak ada, yang ada hanya membalnya. Kegalauan ini tentu bisa direnung ulang dan jika perlu dicontoh. Apakah kita juga mengalami hal yang sama. Jangan-jangan rendahnya mutu pendi- dikan kita, yang ditempatkan pada anak tangga ke 126 dari 130 negara, sebagai akibat dari penalaman pada sya'ir di atas. Apapun yang dipelajari tiada berbekas ke dalam hati. Pelajaran tinggi, tapi tak satupun yang berbekas. Misalnya minus pengalaman. Idealnya, semakin tinggi ilmu yang diperoleh semakin banyak pula pengalaman yang dilakukan. Artinya semakin memberi dampak terhadap pemilik ilmu berupa kearifan dan ketengangan. Di sinilah mungkin perbedaannya dengan orang-orang zaman dahulu. Orang dahulu, walau ilmunya sedikit, karena diamalkan lalu memberi bekas yang kuat terhadap individunya. Kualitasnya semakin terakui, peran sertanya semakin terasakan. Karena itulah muncul suatu ungkapan manis yang berbunyi: "Ilmu yang tidak diamalkan, ibarat kayu yang tidak berbuah. Bagaimanapun rindangnya pohon mangga, tanpa menghasil-kan buah, ia tak lebih dari kayu penghasil sam- pah. Paling-paling menjadi tempat ber- teduh, dan orang yang berteduh selalu berkhayal, alangkah indahnya dunia ini andaikan pohon rindang ini berbuah. Dalam Islam ada dua kata kunci yang saling terkait, yaitu ilmu dan amal. Keduanya saling terkait, berjalin berkelindan, ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Ilmu tanpa amal ibarat kayu yang tak berbuah. Dalam sya'ir Matan Zubad, bahkan, dinyatakan lebih tegas lagi, pemilik ilmu yang tidak diamalkan, duluan masuk neraka dibanding penyembah berhala (fa'alimun bi'ilmihi lam ya'malan, mu'azzabun min qabli 'ubbadil watsan). Sebaliknya, amal tanpa ilmu ditolah mentah-mentah tidak diterima sebagai upaya menjauhkan manusia dari dosa, karena memang ilmu itu menjadi milik dan hanya singgah di hati orang-orang yang tidak berdosa. Seberapa banyakkah dosa yang kita lakukan sehingga peringkat pendidikan di negara kita berada pada nomor 126. Mungkin dosa benar-benar telah me- nyelimuti kita semua, ya murid ya guru. Jika sang murid pencari ilmu tiada boleh berdosa, seperti Imam Syafi'i di atas, sehingga kata dosa tidak relevan baginya, maka sang guru seba-gai penyimpan khazanah ilmu harus-lah lebih-lebih tida berdosa. Dosa paling besar dan sering dimiliki pemilik ilmu, kata Imam Gazali, ialah arogansi keilmuan yang menonjol dan pan- dangan bahwa dia sebagai pemegang hak paten ilmu. Menurutnya, dialah yang paling pintar, sehingga semua orang lain berada di abwah ketiaknya. Saran apapun yang diajukan tidak perlu direspon, dicuekin saja. Karena itu ciri ilmuan yang arogan ialah, sikapnya yang menolak setiap gagasan orang lain, karena semuanya telah diketa- huinya cara penyelesaiannya. Sekali lagi, Imam Ghazali dalam bukunya "Manusia-Manusia Tertipu" (Ashnaf al-Maghruruin), mengatakan bahwa manusia tertipu yang paling banyak ialah para ilmuan, ya guru, ya murid (siswa, mahasiswa). Ya ka- rena arogansi tadi. Jika arogansi dosen ialah ketidakmauannya menerima masukan lain, maka arogansi maha- siswa pun sama saja. Dia merasa paling pintar. Jika nilainya rendah yang salah ya dosen, karena sang dosen tidak mampu mencerna gagasannya. Pokoknya gagasannyalah yang okey, dosen sekalipun berada di bawahnya. Dua sikap tersebut merupakan gambaran dari aroganst keilmuan, yang adalah manusia-manusia tertipu menurut Imam Ghazali. Seorang il- muan tentu tidak seperti itu. Seha- rusnyalah mereka semakin berilmu semakin menampakkan sikap yang rendah hati, ibarat padi, semakin berisi semakin tunduk. Jika ada padi yang semakin tua tetapi tetap tegak, tidak tunduk, menandakan bahwa padi itu tidak memiliki apa-apa, lambang, kata orang desa. Ali bin Abi Thalib merupa- kan tipologi ideal ilmuan. Konsultasi Masalah Narkoba Konsultasi Klinis Narkoba: H.M. Kamaluddin Lubis, SH, Dr. Delyuzar, Sp.PA, Drs. Zulkarnain Nasution, MA, Drs. Laksana Tobing, M.Psi. Pengasuh Klinis Narkoba: Ahmad Dayan Lubis sayatan. Walau nabi memujinya sebagai pin- tu gerbang ilmu (Ana madinatul 'ilmi wa Alli bahuha), Alil tetap rendah hati (tawadhu'), yaitu, katanya orang yang menempatkan dirinya satu tingkat di bawah orang lain. Bukan sebaliknya, arogan (takabbur), yaitu mereka yang menempatkan dirinya satu tingkat di atas orang lain. Mengapa tidak takabbur, karena takabbur merupakan teman setan (inna mutakabbirina kanuw ikhwanasy-syayathin) yang penuh dengan dosa. Ilmu haruslah dibuang jauh-jauh dari dosa. Harian Waspada bekerja sama dengan Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (PIMANŠU) dan Gerakan Anti Narkoba (GAN) Indonesia membuka rubrik konsultasi permasalahan narkoba. Bagi pembaca yang ingin memanfaatkan rubrik ini dapat mengirimkan pertanyaannya, diserta nama dan alamat lengkat ke PIMANSU atau GAN Indonesia. (Redaksi) Ciri-ciri Penyalahguna Narkoba Kepada pengasuh klinis narkoba Pertanyaan: Apakah ciri-ciri penyalahguna narkoba? Siti Fatimah, Binja Siti Fatimah, Binjai Jawab: Ciri-ciri penyalahguna narkoba bisa dilihat secara garis besarnya dari 3 hal yaitu fisik, emosi, dan prilaku. Pertama, dari segi fisik -Berat badan turun drastis dan mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman - Buang air besar dan air kecil kurang lancar Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas Tangan berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara Jl. Diponegoro No. 30 Medan Telp./Fax (061) 4518952 Kedua, dari segi emosinya - Sangat sensitif dan cepat bosan - Jika ditegur atau dimarahi malah membangkan Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar pada orang di sekitarnya, termasuk kepada anggota keluarganya -Ada juga yang berusaha menyakiti dirinya sendiri, terutama kalau tubuhnya sedang menagih obat (sakaw). Ketiga, dari segi prilaku -Malas dan sering melupakan tanggungjawab yang merupakan tugas rutinnya - Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga -Di rumah waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar mandi, ruang-ruang yang gelap. Nafsu makan tidak teratur - Takut air dan jarang mandi - Sering batuk dan filek berkepanjangan - Mengeluarkan air mata dan keringat yang berlebihan Sering menguap dan mengalami mimpi buruk Kepada sering nyeri, persendian ngilu - Sikapnya cenderung jadi manipulatif (pembohong) dan tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya, misalnya untuk membeli obat Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam - Selalu kehabisan uang, barang-barang pribadi pun hilang dijual -Sering mencuri, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun pekerjaan Namun perlu diingat bahwa ini barulah ciri-ciri yang belum tentu semua orang yang menyalahgunakan narkoba mengalami hal yang sama. Misalnya bagi penyalahguna ganja, bisa saja, terutama pada tahap-tahap awal nafsu makannya kuat, badannya tampak gemuk dan terkesan sehat. Karena itu, untuk mengetahui apakah seseorang menyalahgunakan narkoba atau tidak, keluarganya bisa memperhatikan kehidupan anggota keluarganya sehari-hari. Namun yang pasti, semua penyalahguna narkoba pasti memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan narkobanya. Sehingga pada suatu saat akan mengalami kekurangan uang. Jadi, jika seorang pelajar misalnya selalu mempunyai berbagai alasan untuk meminta uang, misalnya dengan alasan untuk beli buku, uang sekolah, atau uang les dan sebagainya, mungkin saja ia sudah menjadi pecandu pemula narkoba. Sebaiknya komunikasi yang terbuka di dalam keluarga perlu diciptakan. Kondisi keterbukaan itu memungkinkan anggota keluarga saling mengenal dan mudah mengetahui suatu perubahan pada salah satu anggota keluarganya. Mengetahui perubahan itu, merupakan cara pertama untuk mengetahui lebih lanjut apakah seseorang sudah menjadi penyalahguna narkoba. PIMANSU GAN Gerakan Anti Narkoba Indonesia JI. Airlangga No. 16 B Medan-20112 Telp (061) 4516338 Fax. (061) 4564794 PENDIDIKAN Otonomi Dan Simplikasi Pendidikan di Medan pada umumnya menerima setengah hati penumpang yang berstatus pelajar. Mereka ternyata tidak ingin berkontribusi kepada dunia pendidikan, tidak bangga terhadap pelajar. Mereka sudah terlalu sering melukai hati pelajar yang tidak mau mengangkut mereka pada jam-jam padat penumpang hanya karena bayaran pelajar tidak sama dengan penumpang umum. Jika masyarakat mudah memper- soalkan pendidikan, orang tua ikhlas menyediakan dana pendidikan anak-anak, para guru tumbuh dan berkembang dalam semangat menggali potensi anak-anak, anak-anak ikhlas dan tekun memperoleh pelajaran, orang kaya (konglomerat) mau menyediakan dana untuk pendidikan, para politisi dan anggota dewa memiliki politik pendidikan yang jelas yaitu politik pemberdayaan dan pencerahan, birokrat pendidikan seperti Dinas Pendidikan mempermudah segala urusan guru, menyediakan sarana, maka itulah setitik harapan yang memungkinkan kita dapat menatap masa depan pendidikan. Mungkin kita tidak perlu terlalu risau dengan berbagai laporan-laporan studi yang menempatkan posisi pendidikan kita paling rendah, tetapi kita justru sangat risau jika kita masih menyerahkan pen- didikan bukan menjadi urusan kita semua. Kalau kita semua memberi perhatian dan prioritas kepada pendidikan sesuai dengan bentuk kontribusi yang kita miliki, tidak ada kata sulit untuk memperbaiki pen- didikan ini. Oleh Mutsyuhito Solin Kandidat Doktor Pendidikan, Dosen Unimed, Konsultan Nasional Basic Education Project R mengerti tentang kebutuhan dunia pendidikan. EFLEKSI pengalaman sejumlah orang mengatakan bahwa dunia pendidikan kita ini terasa sulit bahkan semakin hari terus semakin sulit. Seorang murid tidak pernah mudah menerima pelajaran dari guru, dan semakin tinggi kelas yang dimasuki pelajaran semakin sulit diterima. Orang tua tidak pernah merasa mudah untuk memilih sekolah untuk anak-anak mereka, tidak mudah menyelenggarakan fasilitas belajar seperti buku. Guru-guru tidak mudah menerima perubahan kurikulum, tidak mudah menghadapi tekanan birokrasi, dan tidak mudah mengembangkan diri. Pemerintah selalu tidak mudah menyediakan anggaran pendidikan yang layak. Percaya atau tidak karena kesulitan-kesulitan inilah maka mutu pendidikan kita tidak mudah pula dinaikkan. Semakin sulit orang berhadapan dengan dunia pendidi- kan semakin menurun mutu pendidikan. Pada saat kita menghadapi kesulitan dalam dunia pendidikan otonomi daerah pun sudah digulirkan. Tetapi otonomi ini belum dimanfaatkan untuk memperbaiki pendidikan. Kita berharap dengan itu diperlukan pemahaman yang substansial mengenai pendidikan agar jangan terke- san politisasi pendidikan yang lebih me- nonjol. Dalam otonomi daerah ini, seharusnya perhatian terhadap pendidikan semakin besar dengan alasan pendidikan yang baik merupakan landasan dan sebagai katali- sator perubahan. Ketika zaman desentra- lisasi masih berkuasa, sekolah-sekolah kita ternyata merupakan lembaga sosial yang paling sukar berubah, mengingkari dan menyalahi namanya sebagai duta pe- rubahan suatu masyarakat. Setiap daerah harus dapat meyakini bahwa jalan untuk mengubah masyarakatnya adalah dengan pendidikan. Dengan demikian perhatian kepada pendidikan akan berubah. Perubahan yang diharapkan terjadi dalam pendidikan setelah otonomi daerah ini adalah merancang bangunan dan ling- kungan sekolah sebagai tempat belajar hidup yang nyaman dan menyenangkan. Adalah tidak terlalu salah jika bangunan sekolah dan lingkungannya paling tidak mendekati kantor bupati/walikota atau DPR. Seorang konsultan Bank Dunia sete- lah dibawa ke kantor Walikota Medan berkata "mengapa rumah-rumah sekolah begitu kumuh dan tidak terawat." Ia heran mengapa demikian rendahnya perhatian dan apresiasi kita terhadap pendidikan. Inilah seharusnya dijawab oleh otonomi daerah ini. L Oleh Sumaharja Ritonga Profesi guru ternyata memiliki dinami- ka tersendiri yang cukup khas. Pada abad ke-14, profesi guru menjadi gunjingan orang karena "guru" dianggap sebagai penjual ilmu. Mereka dianggap menjual ilmunya demi sesuap nasi. Yang mengata- kan bukan orang sembarangan, melainkan pemikir pada zaman itu, yakni Ibnu Khaldun. Pada abad-abad berikutnya, profesi guru memperoleh tempat yang layak. Tetapi kemudian juga berubah menjadi sebuah pergunjingan sebagaimana yang terjadi pada abad ke-14. Dan kini, kebera- daan guru menjadi sebuah tanda tanya besar yang mengharapkan kita untuk menjawabnya secara tuntas dan fleksibel. Mengapa guru menjadi sebuah tanda tanya ? Bukankah sudah jelas tugas dan fungsinya? Memang, kalau kita berpikir sederhana tidak ada masalah yang perlu diangkat ke permukaan sehubungan dengan jabatan guru. Justru kalau kita mengaktualisasikan masalah guru, kita dianggap mengada-ada. Hal ini disebabkan oleh cara berpikir pragmatis yang menga- rah kepada pemahaman yang dangkal terhadap sebuah persoalan. Fasilitator Salah satu makna pendidikan itu yang amat penting saat ini adalah manakala pendidikan itu dapat berperan sebagai fasilitator bagi kebutuhan anak belajar. Tidak berlebihan kalau sekolah-sekolah harus memiliki fasilitas seperti ruangan sekolah, peralatan komputer, laborato- rium, perpustakaan apalagi dihubungkan dengan fasilitas Internet. Manusia modern saat ini sudah berinteraksi dengan fasilitas seperti ini, dan kalau mau pengadaannya tidak terlalu sulit jika semua orang mau Alangkah lebih idealnya sekolah di zaman otonomi ini jika fasilitas lainnya seperti ruang dapur umum dan ruang makan umum juga disediakan sekolah. Dengan demikian para siswa dapat makan siang di sekolah. Bagi mereka yang datang dari keluarga tidak mampu, inilah kesem- patan sekolah beramal yaitu memberikan makan siang gratis, dan bagi mereka yang mampu, dapat membeli makan siang dengan harga subsidi. Jika anak-anak sudah makan siang di sekolah berarti wak- tu belajar sudah semakin panjang, sehing- ga waktu anak-anak tidak sia-sia diguna- kan untuk nonton tv di rumah atau untuk pekerjaan main-main yang tidak terarah. Alangkah bermaknanya otonomi dae- rah ini jika mereka berpikir agar sekolah dapat menyediakan bus sekolah kabupa- ten/kota untuk menjemput dan mengantar pulang siswa yang tidak mempunyai ken- daraan pribadi. Kendaraan umum seperti Guru Dalam Era Globalisasi Pergeseran Nilai Melihat sosok guru tidak sama dengan memotret sebuah objek yang tampak ha- nya kulit (luarnya). Šosok guru dan seka- ligus profesinya merupakan suatu kom- pleksitas permasalahan yang selalu aktual untuk dibicarakan, terlebih lagi dalam Resensi Buku ABBAS MAHMUD AL-AQQAD Kejeniusan UMAR BIN KHATHTHAB A Judul Buku Pengarang Penerbit Edisi Tebal : Kejeniusan Umar bin Khaththab Sekarang ini kita memperkenalkan life skill, tetapi kalau ia hanya sebatas wacana atau konsep tanpa diikuti oleh fasilitas sekolah maka semuanya hanya hayalan belaka. Sekolah-sekolah kita ter- kenal dengan ruang gerak anak-anak yang sempit, kumuh dan tidak teratur. Oleh karena itu, jika saja daerah mau berpikir untuk membangun sekolah anak-anak akan merasa nyaman dan terpanggil untuk belajar di lingkungan sekolah yang luas halamannya, mempunyai lapangan olahraga sebesar lapangan bola, apalagi kalau dilengkapi dengan kolam renang. :Abbas Mahmud al-Aqqad : Pustaka Azzam Jakarta : Pertama, Pebruari 2002 : 225 Halaman Halaman yang luas apalagi dtata de- ngan bagus merupakan tempat belajar yang menyenangkan, belajar tidak hanya di ruang kelas tetapi juga di alam terbuka yang luas. Anak-anak juga akan tertantang belajar kalau sekolah itu memiliki ruangan besar seperti ruangan auditorium, tempat mereka mengekspresikan bakat dan mi- nat. Semuanya ini menjadi penentu belajar anak-anak, sekolah akan dengan mudah memperkenalkan berbagai macam kegia- tan dan konteks belajar yang berbeda-beda. Belajar kan hanya di ruang kelas yang sempit, tetapi belajar dapat dilaku- kan di samping kolam renang, di audito- rium yang luas, di bawah kayu yang rin- dang di halaman sekolah yang luas. Kalau begitu stress anak-anak untuk sekolah akan berkurang dan mereka akan merasa senang dan yang terpenting selalu ditan- tang oleh lingkungan sekolah untuk bela- jar. Ini juga berarti menjadi penentu kon- tiniutas belajar yang bagi kita masyarakat terpelajar sekalipun belum memilikinya dengan baik. era globalisasi ini. Mengapa? Karena guru harus secara realistis menghadapi era di mana teknologi informasi dan transfor- masi budaya begitu canggih dan cepatnya menohok permukaan, sementara kebera- daan para guru masih berada dalam kondi- si yang belum mantap. Keadaan semacam ini tentu menimbulkan kesenjangan yang tidak kita harapkan. Cara pandang yang beragam terhadap profesi guru menimbulkan penafsiran yang berbeda pula. Utama dan tidaknya profesi guru sangat bergantung pada siapa dan bagaimana mereka memandang profesi guru. Keberadaan guru ternyata menga- lami pasang surut yang berjalan seiring dengan lajunya perkembangan sains, teknologi dan budaya bangsa. Bahkan juga dipengaruhi oleh sistem politik yang berlaku di negara kita. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini sudah banyak pergeseran nilai yang dianut oleh masyarakat menyebabkan penghargaan terhadap guru juga berku- rang. Orang tua murid, masyarakat, bah- kan guru itu sendiri memandang profesi guru atau sosok guru sebagai bagian yang sama dengan orang lain dalam sebuah sistem yang saling bergantung. Ini berarti tidak ada lagi perbedaan antara guru dan non-guru. Pembimbing Selain penyediaan sarana fisik yang tersebut, pemkab dan pemko juga perlu memikirkan penyediaan penyuluhan dan pelajaran tambahan secara gratis bagi mereka yang agak lambat di sekolah. Su- dah saatnya kita memikirkan pembimbing (counselor) yang dapat membimbing anak- anak selama studi di sebuah sekolah. Gejala semacam ini tampak jelas di daerah perkotaan yang menganut pan- dangan terbuka. Dibandingkan di daerah pedesaan yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan nilai tradisional, maka guru di daerah perkotaan harus memaklumi perbedaan cara pandang masyarakat terhadap dirinya. Jika tidak, Mela-lui pembimbing ini anak-anak akan mendapatkan pengarahan dan bimbingan terutama yang berkaitan dengan menyele-saikan studinya secara tepat waktu. Tenaga pembimbing ini akan terasa sekali manfaatnya bagi siswa- siswa yang malas, bermasalah seperti memiliki nilai jelek, dan yang sering terlambat. Menurut ketua panitia Wan Zulkar- naen bersama sekreteris Thamrin Tarigan kepada Waspada Selasa (28/5), LKTI diikuti sekitar 65 peserta dari daerah kabupaten dan kota se Sumut. Ini mem- buktikan bahwa para pelajar masih banyak yang memiliki bakat dan minatnya untuk menulis terutama dalam bidang ilmiah. Selain itu, karena sekolah-sekolah kita belum berpengalaman untuk merancang program sekolah yang mandiri, maka diperlukan pula tenaga ahli dalam bidang Keterlibatan semua orang terhadap pendidikan sekecil apapun, seperti kepedulian pemuda dan LSM terhadap pengamanan lingkungan sekolah meru- pakan suatu sikap yang amat ber-makna bagi pendidikan. Mungkin kita perlu mengukir sebuah kata simplikasi, yang bermakna memudahkan dan menyederhanakan segala urusan yang barkaitan dengan pendidikan. Mungkin itulah yang perlu kita kerjakan saat ini. Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Tkt SMU/SMK Se Sumut UPMI Sukses LOMBA Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat SMU/SMK se Sumut dalam memeriahkan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2002, pada Sabtu (25/5) di kampus II Si Cantik Manis Jl Balaidesa Mariendal II berlangsung sukses. Parmaca. Pada Sabtu (25/5) di kampus II Jl Balaidesa Mariendal II, dilaksanakan presentase untuk tiap-tiap peserta di depan para rektorat, dekanat, dosen dan para undangan baik dari peserta, donatur dan sponsor. dan Rizal MH Tambunan (SMUN 1 Tanjungmorawa DS) mendapat hadiah piala, piagam penghargaan dan uang tunai Rp 50 ribu. Apalagi LKTI yang baru pertama kali digelar oleh Yayasan Perguruan Univer- sitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI) mendapat dukungan dari Rektor H Syahruddin Siregar,SH,MM beserta dekan dan staf, sehingga lomba tersebut dapat berjalan lancar dan sukses. Namun, setelah melalui seleksi cukup ketat, pihak panitia bersama dewan juri memutuskan hanya enam peserta yang dinilai layak dan berhak ikut dalam babak final guna penentuan juara. Keenam peserta tersebut antara lain dari SMUN 2 Medan, SMUN 7 Medan, SMUN 1 Tanjungmorawa Deliserdang dan Sekolah Menengah Farmasi (SMF) Swasta maka akan menimbulkan masalah yang tidak bisa diselesaikan. Garis Pembeda Kondisi semacam ini tentu saja tidak dapat kita hindari. Tetapi justru merupa- kan tantangan bagi kita (para guru) untuk menghadapi dan sekaligus menjawabnya. Menjawab, bukan berarti harus memban- tah terhadap model apresiasi yang dilon- tarkan masyarakat tersebut, melainkan harus mampu menunjukkan karya nyata sesuai dengan tuntutan yang sedang membudaya. Membicarakan profesi guru memang tidak pernah ada habisnya. Karena "pekerjaan" guru senantiasa dibutuhkan sepanjang sejarah kehidupan ummat manusia. Yang menjadi permasalahannya sekarang adalah keberadaan profesi guru itu sendiri dalam kancah serba canggih sekarang ini. Di mana letak atau posisi dia? Itulah yang perlu kita cari jawabnya. Memang tampaknya telah terpancang secara nyata adanya garis pembeda antara guru pada zaman dulu dengan guru pada masa kini. Dalam era globalisasi ini guru dituntut untuk lebih terbuka, kreatif, inovatif, aktif dan penuh vitalitas. Tetapi sayangnya, tuntutan semacam itu tidak dapat atau sulit diwujudkan secara mutlak. Sebabnya adalah perbedaan latar belakang, persepsi dan etos kerja. Di sinilah keberadaan guru itu perlu dipertanyakan. Tetapi seandainya harapan tersebut terwujud, maka apa yang diharapkan oleh pakar pendidikan, dalam hal ini khususnya oleh bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara akan membuahkan hasil yang ranum." * pendidikan untuk memberikan bantuan merancang program peningkatan mutu sekolah, pemanfaatan sarana dan lingku- ngan sekolah untuk belajar, dan mem- bantu guru untuk mengembangkan pro- gram pembelajaran. Pada masa depan pembelajaran harus diarahkan kepada pembelajaran yang bermakna kontekstual. Tidak perlu mata pelajaran terlalu banyak tetapi manfaatnya tidak seberapa. Substansi pembelajaran harus menjadi prioritas. Kemandirian sekolah juga harus meru- pakan produk kebijakan PDRD sehingga sekolah memiliki kewenangan untuk merekrut guru bahkan untuk menentukan kepada sekolahnya sendiri. Bahkan bukan itu saja, DPRD juga diharapkan kreatif untuk menghasilkan produk-produk kebi- jakan yang memihak kepada dunia pen- didikan seperti pengupayaan lingkungan belajar, pengalokasian pajak-pajak seperti PBB untuk kepentingan sekolah dan gaji guru, dan meminta kesadaran semua warga untuk memudahkan dan menyeder- hanakan setiap persoalan yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam buku ini, Abbas Mahmud al-Aqqad, penulis Mesir yang terkenal, menulis biografi Umar ini dan menguraikan kisah-kisah yang dapat dipetik darinya. Al-Aqqad memaparkan segi-segi kejeniusan Umar, sebelum masuk Islam maupun setelah masuk Islam, sebelum menjadi Amirul Mukminin maupun setelah dan ketika menjadi Amirul Mukminin. Keberaniannya mengumumkan secara terbuka hijrahnya ke Madinah, misalnya, membuat orang-orang kafir Quraisy tidak berani mengusiknya, karena mengusiknya sama dengan mencari-cari penyakit. Keadilannya memimpin negara Madinah setelah Abu Bakar Siddiq tercermin dari kepeduliannya kepada rakyat dan keterbukaannya menerima saran dan kritik dari rakyatnya. Ia sering melakukan patroli kelililng kota untuk mengetahui denyut nadi masyarakat yang dipimpinnya. Tidak jarang ia mendapat kritik atas kebijakan politiknya. Orang yang mengeritik Umar secara langsung sering tidak tahu bahwa yang dikritiknya tepat berada di hadapannya sendiri. Tetapi Umar tidak berang, karena ia memang pemimpin yang demokratis yang bersedia menerima kebenaran dari mana pun datangnya. Ia menjadikan semuanya sebagai masukan yang konstruktif. Bahkan pernah sang "presiden" ini menggendong sendiri sekarung gandum untuk sebuah keluarga yang kelaparan. Dalam kisah lain, pernah terjadi musibah di negara Madinah. Persediaan bahan pangan menipis dan bahaya kelaparan mengancam rakyatnya. Kekeringan terjadi di mana-mana. Selama sembilan bulan hujan tidak turun membasahi bumi. Beberapa daerah seperti Hijaz, Tihama dan Nejd bahkan berubah menjadi seperti abu, sehingga tahun itu disebut dengan Tahu Abu (Amur Ramadha). Menghadapi musibah ini, Umar memperlihatkan sosok kenegarawannya. Umar tidak melaksanakan hukuman terhadap pelaku tindak pidana pencurian karena kelaparan. Ia bahkan berhasil menggalang solidaritas dan kesetiakawanan di antara sesama rakyatnya untuk senasib dan sependeritaan. Pada masa ini Umar seringkali mengucapkan kata-kata yang menggambarkan keyakinannya terhadap keadilan dan persamaan mutlak antara sesama manusia. "Kita makan apa yang ada. Persediaan pangan yang ada pada masing-masing keluarga kita gabungkan dan kita makan bersama. Kita takkan mati kelaparan karena "berbagi perut". Akhirnya, karena kebersamaan umat Islam dan keteladanan Umar, kondisi demikian dapat diatasi umat Islam. Umar memberikan kemudahan-kemudahan kepada rakyatnya. la tidak membebani rakyatnya dengan berbagai pungutan yang semakin memberatkan, karena ia sadar betul bahwa kondisi umat yang dipimpinnya sudah sangat memprihatinkan. Di samping itu, perkataan Umar menyatu dengan perbuatannya. Ia memperlihatkan dirinya sebagai orang yang pertama lapar dan yang terakhir kenyang demi rakyat yang dipimpinnya. JUMAT, 7 Juni 2002 10 Dewan juri mengumumkan pemenang LKTI juara I sampai III masing-masing Muchti Yuda Pratama dari SMUN 1 Tanjungmorawa DS memperoleh uang tunai Rp 1 juta ditambah piala dan piagam penghargaan, Siti Rahmah (SMF Swasta Parmaca Medan) mendapatkan uang tunai Rp 750 ribu plus piala dan piagam peng- hargaan, Lisanuddin Azhar Lubis (SMUN 2 Medan) dengan uang tunai Rp 500 ribu plus piala, piagam penghargaan. Untuk juara harapan I sampai III Rolan Akhmadi (SMU SMUN 7 Medan) meraih piala, piagam penghargaan serta uang tunai Rp 100 ribu, Muhammad Desiandi (SMUN 1 Tanjungmorawa DS). piala, piagam dan uang tunai Rp 75 ribu Rektor UPMI H Syahruddin Siregar, SH,MM didampingi PRI Drs H Ali Mukti Tanjung,SH,MM ketika menutup acara LKTI tersebut menyatakan gembira dengan digelarnya lomba yang sangat positif guna memicu semangat para pelajar untuk memupuk agar lebih kreatif dalam tulis menulis. Diharapkan agar kegiatan seperti ini juga mampu memotivasi generasi muda pada umumnya untuk lebih giat belajar dengan sungguh-sungguh supaya dapat meraih cita-cita yang setinggi-tingginya. "Kegiatan ini sudah menjadi kalender tetap UPMI untuk diadakan setiap tahunnya terutama dalam menyambut dan memeriahkan hari besar nasional," kata H Syahruddin Siregar,SH,MM. ●SUYONO Pameran Iptek Dan Gebyar Dorce Meriahkan Perpisahan Di Sinar Husni MEDAN (Waspada): Sudah menjadi kelaziman bagi setiap perguruan yang akan melepas siswa akhirnya melakukan perpisahan dengan menggelar berbagai acara. Ada yang melakukannya dengan perpisahan di sekolahnya dengan acara sederhana, ada yang berangkat ke luar kota untuk rekreasi dan ada pula yang melakukannya dengan menggelar acara pesanpesan ilmiah dan seni. Yayasan Pendidikan Sinar Husni Jalan Veteran Psr V Helvetia Medan umpamanya akan menggelar pameran Iptek dan gebyar artis ibukota Hj. Dorce Gamalama untuk memeriahkan hari perpisahan dengan siswa akhir Yayasan Pendidikan Sinar Husni Medan. Ketua Yayasan Sinar Husni Medan H.Husin A.Azis,BA didampingi Panitia Drs Mhd Siddik mengemukakan kepada Waspada di Medan, Selasa (4/6), perpisahan bersama 1.530 siswa tersebut akan dilaksanakan Minggu (9/6). Menurut H.Husin, pameran Iptek merupakan salah satu agenda tetap Yayasan yang dilakukan setiap melepas siswa akhir dan sebagai acara awal menyambut siswa baru yang akan belajar di pendidikan tersebut. "Sejak beberapa tahun terakhir, kami tetap melaksanakan kegiatan yang bersifat ilmiah dan hiburan untuk melepas siswa akhir sebagai salah satu upaya pengikatan moral dan jiwa terhadap sekolah yang ditinggalkannya," kata Husin. Disebutkannya, pameran iptek yang akan digelar tersebut antara lain akan menampilkan hasil karya anak didik, seperti IPA, Kimia, (dari SMU) Komputer, Mesin, Listrik (SMK Teknik/STM)dan home industri (SMK/SMEA). Sasaran yang akan dicapai dari pareman tersebut selain sebagai uji coba akhir kemampuan dan keterampilan bagi siswa juga untuk menunjukkan kebolehan yang telah ainya selama belajar di YP.Sinar Husni. Sedangkan penampilan seni yang menampilkan artis-artis ibukota, menurut Husin A.Azis untuk memotivasi anak didik agar lebih mencintai seni dan budaya bangsanya dan sebagai upaya menghempang seni budaya asing yang kurang sesuai dengan adat ketimuran. "Setiap tahun kami menampilkan artis-artis ibukota dalam yang kegiatan pentas seni yang bernuansa pendidikan, seperti Ona Sutra, Vetty Vera, Rhoma Irama, serta sederetan aris ibukota lainnya," kata Husin. Dia menjelaskan, untuk tahun ajaran 2002 ini, Yayasan tersebut akan melepas tidak kurang dari 1.800 siswa antara lain 1.300 siswa SLTA (SMK/ SMU), 230 orang siswa SLTP dan selebihnya siswa SD. Khusus untuk ujian siswa, yayasan yang dipimpinnya, kata Husin A.Azis membebaskan uang ujian akhir nasional untuk seluruh tingkatan. "Alhamdulillah sejak lima tahun tarakhir kami berketetapan untuk memebaskan beban biaya ujian akhir bagi setiap siswa dan hal itu sebagai salah satu partisipasi kami dalam meringankan beban orang tua siswa," kata Husin A.Azis yang juga menyebutkan setiap tahun belasan anak didiknya masuk PTN tanpa test- ing baik di USU maupun Unimed.(m26) Teladan Umar, Nasihat Bagi Penguasa Karena kepemimpinannya yang merakyat, daerah Islam pada masa Umar semakin luas dan kemakmuran dapat dinikmati oleh segenap penduduk. Ketokohan dan kejeniusan Umar bin Khaththab tidak hanya diakui oleh umat Islam saja, tetapi juga kalangan non-muslim. Michael H. Hart memasukkan Umar ke dalam kelompok seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia (Seperti diketahui, Hart sendiri memasukkan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh ranking satu di antara seratus tokoh tersebut). Kebesaran dan ketokohan Umar terletak pada keberanian dan ketegasannya yang dipadu dengan keadilan, kelembutan dan kasih sayangnya kepada rakyat yang dipimpinnya. Keberaniannya membuat orang merasa takut dan keder berhadapan langsung dengannya, sementara keadilannya membuat rakyat yang dipimpinnya merasa terayomi karena tidak ada hak-hak mereka yang terampas. Sebagai kepala negara adikuasa yang berhasil menaklukkan dua adidaya ketka itu, Romawi dan Persia, sebenarnya Umar bisa memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan diri dan keluarganya. Ia bisa membangun imperium bisnis yang akan menjanin kehidupan anak cucunya kelak. Namun semua itu tidak dilakukan Umar. la hidup dalam kesederhanaan dan makan roti yang kasar. Hal ini diterapkannya pula kepada para pejabat negara lainnya. Bahkan Umar, sebagaimana dicatat dalam kitab Fituh al-Buldan, membuat komisi semacam KPKPN (Komisi Penyidik Kekayaan Penyelenggara Negara). Seorang pejabat negara diharuskan mengisi daftar kekayaannya, baik borang bergerak maupun yang tidak bergerak secara jujur. Dalam jangka waktu tertentu si pejabat harus memberi pertanggungjawaban terhadap setiap pertambahan haranya. Kalau ternyata ada kekayaan pejabat tersebut yang berasal dari hasil tidak sah, maka Umar menyitanya sebagai milik negara. Di antara pejabat negara yang menjadi "kirban" kebijakan Umar ini adalah Sa'd bin Abi Waqqas. Ia dipecat dari jabatan gulernur di Kufah dan hartanya diambil kembali menjadi miliki negara untuk kemudian libagi- bagikan kepada rakyat yang membutuhkan. Demikian juga dengan Abu Hurairah yang dibebaskan dari jabatannya sebagai kepada daerah Bahrain, karena kasuserupa. Umar memang sangat peduli dengan kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya. la tidak bisa tidur nyenyak kalau masih ada di antara rakyatnya yang menangiskarena kelaparan. Karena itu, ia selalu mengadakan patroli ke pelosok-pelosok untuk mengetahui secara langsung denyut nadi dan penderitaan yang dihadapi rakyatnya. Salah satu sebab keberhasilan Umar memimpin negara Madinah yang begitu luas itu adalah hubungannya yang dekat dengan rakyatnya. Ia selalu berusaha menghilangkan hubungan yang bersifat formalistis yang menyekat antara dirinya dengan rakyatnya. Ia tidak segan-segan meminta pandangan kepada para rakyatnya tentang kepemimpinannya. Ia mengajarkan kepada rakyatnya untuk mengembangkan sikap, kritis dan tidak merasa takut berhadapan dengan kekuasaannya. Umar membuka kebebasan berpendapat dan bersedia dikritik oleh rakyatnya. Dalam satu kesempatan, Umar pernah merasa khawatir, kalau-kalau karendketegasan sikapnya dalam memerintah, tidak ada orang yang berani menegurnya jila berbuat salah. Namun salah seorang di antara hadirin yang mendengar langsung berdiri seraya menghunuskan pedang dan berkata, "Wahai Umar, jika Anda menyeleweng darikebenaran, pedang inilah yang akan meluruskan Anda." Umar tidak marah, tetapi bersyukur kepada Allah bahwa ada orang yang berani mengoreksi tindakannya kalau keliru: Buku ini sangat sarat dengan pesan-pesan moral dan etika, terutama bagi pelaksana kekuasaan di negara kita. Umar adalah sosok pemimpin ideal yang kitadambakan, yang menyatu padanya kata dan perbuatan. Dalam kondisi sekarang kita mengimpikan banyaknya Umar-Umar yang tidak hanya menuntut pengobatan dari rakyatnya, tetapi juga sanggup berkorban untuk kepentingan rakyat. Di sinilah pentingnya buku ini dibaca, terutama oleh kalangan elit yang kini sedang memegang kekuasaan. Muhammad Iqbal Color Rendition Chart WASPAR GATHERING T munications Inter Sony Ericsson T ager Sony Ericsson Sony 1,5 Pe MEDAN (Wasp Ericsson diketahuil garap 1,5 persen p di Indonesia, kata el Alino Sugianto, nager marketing Sc Mobile Communica national-Indonesia kepada wartawan curan ponsel Sony E di Medan, Kamis Hadir di situ M dinata, marketing c tions manager Sony donesia, Tina Prabo manager business d perusahaan ters- beberapa pejabatn Alino mengataka juta penduduk Ind ini baru sekitar 3 juta Sumut T MEDAN (Waspa lah anggota DPRDS pejabat terkait ber Menteri Keuangan menuntut agar peme memberikan Sumu. yang adil di bidang hasil perkebunan. Kekecewaan terh rintah pusat ini diut tua Komisi III DPRI Siahaan kepada wart (5/6) seusai pertemu Dirjen Pembinaan Keuangan Dr Ism Jakarta. Delegasi Komisi uangan DPRDSU ya tasnamakan masyara ini dipimpin Hitler S beranggotakan Ban nga, Naftali Hondro, dasu Drs Mukhyan Ta ta Kabiro Keuangan. Gani Sitepu. Dikatakan, pe pusat tidak adil mem Penghasilan (PPh) dan bidang perkebunan primadona utama Utara adalah bida. Holdin Sumut MEDAN (Wasp pembubaran holding (kelompok pemasarar produsen pupuk haru karena bisa berakibat kelangsungan distrib ke petani khususnya tera Utara yang seti membutuhkan sekira: urea, kata pejabat PF Kamis (6/6). Ir Herfian Idrus Pemasaran Pusri Daer Sumut mengatakan produsen akan berjala sesuai keinginannya d nyalurkan pupuk. Sela dusen mengedepankan daripada membantu "Kalau sudah berj diri-sendiri sulit me dinasikan wilayah pe ke setiap daerah, maka akan banyak menyimp bisa memenuhi kebutu telah dipatokkan daer lahan pertanian," uja Menurut Herfian, tuasigawat saat ini, id baran akan mempert ngadaan dan distribusi seperti yang terjadi c Menerapkan sister company saja, distribu KAVE Nome PRESIDENT: 1300-15.15-17.30-19 PRISAI 1:13.5-16.00-18.15-20 TO VA EMPIRE 1 3.45-16