Tipe: Koran
Tanggal: 1994-08-10
Halaman: 08
Konten
DI Buruh Bangunan: Sejumlah buruh bangunan ini sedang makan siang saat istirahat di Kaki-5 yang menyediakan makanan dan minuman di Jl. Cikini Raya. Sementara pembangunan untuk hunian di kawasan ini terus bersaing, Senin (8/8). (Ipphos) Usaha Myanmar Lepaskan Diri Dari "Keterbelakangan' Pemerintah Myanmar dangkan dua proyek lainnya memprakarsai lima tero- bosan baru untuk memajukan pembangunan agro-industri yang akan mengubah Negara Paling terbelakang (LDC) ini menjadi negara maju. senilai 28,17 juta dolar AS melayani 24.000 acre, ka- tanya. Untuk tahun anggaran terakhir dikeluarkan se- jumlah 33,33 juta dolar AS melayani 22.000 acre. Telah dibuat rencana untuk menggunakan sumber air bawah tanah, menggunakan air pasang, dan membangun waduk untuk menyimpan air di tempat yang memung- kinkan. Menteri Pertanian Letjen Myint Aung, menyebutkan satu demi satu lima peru- bahan itu, yaitu reklamasi tanah, perbaikan suplai air, mekanisasi usaha pertanian, mengadopsi teknologi mo- dern, dan persyaratan untuk keturunan dan bibit tanaman kualitas unggul. Aung melaporkan bahwa reklamasi tanah sudah ber- hasil. Sekitar 13.000 acre daerah yang biasanya ke- banjiran di Irrawadi dan Pegu, dua gudang beras, telah direklamasi. Negeri itu mengekspor beras sebanyak 207.700 ton senilai 40,83 juta dolar AS, 182.800 ton kayu jati senilai 97,95 juta dolar AS dan 173.700 ton kayu keras seharga 46 juta dolar AS. Merubah pola tanaman pa- ngan, mekanisasi bertahap, menggunakan lebih banyak Dikatakannya, negara me- ngeluarkan K8 miliar Menteri Pertanian itu me- ngatakan Myanmar berke- inginan surplus beras, ber- dikari dalam minyak nabati (1.333,33 juta dolar AS) dan meningkatkan produksi pupuk, bibit berkualitas lebih untuk irigasi yang ada dan yang baru, proyek bendu- ngan, dan kolam air untuk dan ekspor kacang, dan kacang-kacangan dan hasil tanaman industri untuk men- melayani 500.000 acre pada tahun anggaran sekarang (1993-1994) yang akan berakhir 31 Maret. capai perkembangan cepat sektor pertanian, yang me- rupakan 40 persen Produk Kotor domestik (GDP) ta- hunan. Empat proyek irigasi, yang dirampungkan pada 1991- 1992, menelan biaya 333,33 juta dolar AS, untuk melayani sekitar 400.000 acre, se- Perwakilan BERITA YUDHA SULAWESI SELATAN Jln. Patimura No.8-10 Lantai II/A-7 28669 UJUNG PANDANG Sektor pertanian telah meningkat dengan kenaikan rata-rata lima persen setahun sejak dekade terakhir. Pe- ningkatan ini melompat mencapai 15,2 persen pada tahun fiskal 1992-1993. Diberi nama sebagai tahun pembangunan ekonomi, produksi mencatat 3,59 miliar dolar AS, diban- dingkan dengan target 3,43 miliar dolar AS. D Pertanian adalah penghasil utama devisa Myanmar, sejak negeri itu mendapatkan • kemerdekaannya yang hilang dari Inggris, 4 Januari 1948. Dan selama beberapa tahun terakhir, sektor hutan ● ● Setelah berhasil mencapai swasembada beras, Indone- sia pada tahun 1993 mulai mengembangkan swasemba- da gula secara dinamis. Produksi gula nasional tahun itu mencapai 2,482 juta ton, sedangkan konsumsi tercatat 2,466 juta ton, yang berarti realisasi produksi mencapai 101 persen dari tingkat kebutuhan. Lebih dari 663 traktor telah diimpor dan dijual kepada petani. Teknologi usaha tani modern diperkenalkan dan diadopsi, sementara bibit unggul dan keturunan ta- naman lebih baik dibagi- bagikan untuk dipergunakan. Pada tahun ini dalam pun, perhitungan Badan Urusan Logistik (Bulog), swasem- bada gula secara dinamis masih dapat dipertahankan, karena produksi nasional diharapkan mencapai 2,603 juta ton, sedangkan tingkat konsumsi 2,54 juta ton. Namun, yang agaknya masih banyak dipertanyakan oleh sementara kalangan terutama anggota DPR be- rupa mampukah swasemba- da gula yg sudah dicapai itu dipertahankan pada tahun- tahun berikutnya?. Direktur Utama Perusaha- an Terbatas Perkebunan (PTP)XXIV-XXV Bambang S.P. Prakoeswo kepada Komisi IV DPR dalam rapat dengar pendapat belum lama ini menyatakan, industri gula dalam negeri diperkirakan akan terkena dampak glo- menjadi penghasil nomor satu, ketika konsesi pene- bangan hutan diberikan kepada perusahaan-peru- sahaan asing untuk meng- eksploitasi bagian-bagian hutan sepanjang perbatasan. Menurut indikator-indi- kator ekonomi bulanan untuk Juli - Agustus 1993, ekspor Myanmar pada tahun pajak terakhir berjumlah 558,4 juta - 228,38 juta dolar AS dari sektor pemerintah dan 330,02 juta dolar AS dari sektor swasta. dalam negeri pun acapkali di Selama ini, harga gula permainkan gula selundupan eks impor, seperti belum lama ini terbongkar kasus penye- lundupan sekitar 400.000 juta baik, peningkatan pinjaman pertanian dan penggunaan teknologi modern di sawah tampaknya membuahkan ha- sil yang mantap. Setelah menghapuskan perencanaan sentral dan pengendalian sosialis sejak kudeta 18 September 1988, ketika Dewan Pemulihan Hukum Negara Dan Keter- tiban (SLORC) bentukan fihak militer yang berkuasa mengumumkan ekonomi berorientasi pasar, negeri itu telah memodernkan sistem usaha tani mereka yang kuno dalam mengambil langkah secara berangsur-angsur ke arah negara agro-industri. ton gula eks impor. "Penyelundupan gula asal luar negeri itu jelas menjadi ancaman bagi kesinambung- an swasembada gula yang telah dicapai dengan susah payah, karena itu pelakunya harus ditindak keras sesuai dgn hukum yg berlaku," ka ta H.Imam Churmen, Wakil Ketua Komisi IV DPR, yang membidangi pertanian, ke- hutanan dan transmigrasi. "Kita khawatirkan, pro- duksi gula dalam negeri yang kini memasuki musim giling akan mengalami penumpu- kan di gudang-gudang. Jika ini yang terjadi, jelas me- nimbulkan kerugian," ka- tanya. ngakui, kebijaksanaan gula Bambang Prakoeswo me- nasional saat ini cenderung diarahkan untuk mengejar swasembada sehingga orien- tasi produksi gula dalam ne- geri kurang memperhatikan prinsip efesiensi. riter. Petani kini bebas membu- didayakan tanaman menurut pilihan mereka sendiri. Se- lama empat tahun terakhir negeri itu juga telah me- nginjeksikan modal seperti pupuk dan pestisida yang banyak dibutuhkan, me- ngembangkan dan mendistri- busikan bibit tahan penyakit dan menghasilkan banyak dan secara bertahap meng- gantikan kerja tangan dengan alat-alat pertanian modern. Strategi tersebut dimulai dalam situasi pergulaan na- sional ditandai dengan mem- kebutuhan dan produksi gula, bengkaknya "gap" antara menunjukkan lonjakan harga sementara itu pasar dunia yang tajam. Oleh karena itu, katanya, Selama masa sosialis ke- tika petani harus menanam tanaman sesuai perencanaan sentral dan menjual hasil mereka kepada negara, ma- sukan sebagian terbesar di- berikan oleh negara. Tapi dewasa ini sektor koperasi dan swasta juga mengimpor dan mendistribusikan ma- sukan dan bahan-bahan yang diperlukan. Bea izin impor dike- cualikan dan bea pabean dilonggarkan terhadap impor pupuk, pestisida dan insek- tisida, peralatan dan mesin pertanian. Beras, jagung, kacang dan kacang-kacangan,biji wijen, buah-buahan dan sayur 2an, bunga, karet dan minyak kelapa sawit ditukarkan dengan pestisida, pupuk, minyak bahan bakar dan minyak pelumas, dengan rencana pembayaran kem- bali, imbal beli dan usaha patungan, menurut laporan resmi. Swasta yang berminat juga diberi hak membuka tanah perawan untuk pertanian. Tanah seluas 52.298 acre diberikan kepada 296 peng- usaha swasta tahun lalu, ketikabendungan dan tanggul baru dibangun untuk suplai air dan pencegahan serta perlindungan banjir, kebijakan swasembada gula devisa dan mengurangi ke- antara lain untuk menghemat tergantungan pada situasi pasar gula dunia. KARANGAN/TULISAN KHAS datang, pentingnya pening- "Tetapi, untuk masa men- katan produksi bukanlah soal swasembada saja, namun harus diartikan sebagai upaya memperoleh pangsa pasar sebesar mungkin dari pasar gula domestik yang sangat potensial," kata Prakoeswo. Jawa sejak dulu dikenal sebagai penghasil gula. Kini, beberapa pabrik gula di Kalimantan telah pula berproduksi. Masalahnya, di tengah persaingan gula dalam negeri dan gula eks impor, minat petani mena- nam tebu akan berkurang karena tidak imbangnya pendapatan yang mereka te- rima. Sensus Pertanian 1993 tahap I menunjukkan. 19.588 desa miskin atau 94,94 per- sen dari 20.633 desa miskin di tanah air penduduknya mengandalkan kehidupan di sektor pertanian termasuk penanam tebu. Kudeta 1988 tidak hanya mengakhiri lebih dari se- perempat abad pembangun- an sosialis cara Burma, tapi juga gerakan pro-demokrasi yang menggulingkan ke- kuasaan sosialis yang oto- Mempertahankan Swasembada Gula Secara Dinamis balisasi ekonomi. Perjanjian Umum tentang Perdagangan dan Tarif (GA- TT) selama ini diperhitung- kan akan meningkatkan liberalisasi perdagangan dan bentuk-bentuk proteksi "non-tariff barrier" (hambat an non-tarif) akan digantikan dengan tarif (cukai) dan tingkat bea masuk pun di- perkirakan akan turun. Akibatnya, menurut dia, swasembada gula yang sudah diraih menjadi terancam, ka- rena produksi gula dalam ne- geri akan disaingi masuknya gula impor berkualitas lebih baik dan harganya relatif le- bih rendah. Dalam Ketentuan GATT mewajibkan bagi anggotanya membuka pasar, sehingga diperkirakan tiap negara anggota GATT tak terkecuali Indonesia akan mengimpor gula dua persen per tahun dari kebutuhan dalam nege- rinya sampai 1993 dan akan naik menjadi 3,3 persen pada 2003. Menteri Negara Perenca- naan Pembangunan Nasio- nal/Ketua Bappenas, G1- nandjar Kartasasmita dalam Sementara itu anggota SLORC Letjen Myo Nyunt mengungkapkan bahwa beberapa pengusaha dan pedagang menyebar desas- desus dalam upaya mereka menciptakan ketidak-sta- bilan ekonomi. Nyunt mengatakan unsur- unsur itu menyebarkan desas desus bahwa kenaikan upah terakhir tidak akan dapat dibelikan beras dalam jumlah cukup, bahwa sesuatu akan terjadi, ketika universitas dibuka dan uang kertas K200 akan dihapuskan dan diganti dengan uang kertas K500 baru untuk memanipulasikan harga. Unsur-unsur tersebut, katanya, berpaling kepada rumus lama memakai beras sebagai alat untuk politik kekuasaan untuk memecah belah militer. Nyunt, yang juga Menteri urusan agama, mengatakan pengusaha dan pedagang mempunyai tugas mene- lanjangi pensabot-pensabot ini di kalangan mereka atau mereka juga akan memikul tanggung jawab bagi kon- sekuensi yang timbul dari naiknya harga yang mereka manipulasikan. Jika mereka teruskan manipulasi dan upaya me- reka, mereka akan merasakan tidak hanya reaksi yang tidak baik, tapi juga menghadapi tindakan keras di bawah Undang-Undang Suplai dan Pelayanan Esensiil 1947, yang dipakai pemerintah sementara militer pada 1958- 1960 untuk mengendalikan harga. Beras dipakai sebagai alat untuk politik kekuasaan dalam pemberontakan petani 1938, perampokan beras 1947 dan kerusakan beras 1967. (Minn Thu-DNI).- Seminar Nasional Ketena- gakerjaan mengakui, upah buruh di sektor pertanian sejak tahun 1985 cenderung tidak ada kenaikan, termasuk upah mencangkul dan me- nanam padi di berbagai daerah cenderung tidak ada kenaikan pada dasawarsa 1980-an. Upah yang diterima pe- kerja dalam besaran nomi- nal memang baik bila di- bandingkan dengan jumlah yang diterima tahun 1982. Namun secara riil, jika dilihat perbandingan daya beli pekerja pada tahun 1982 dan 1989 dengan memper- hitungkan berbagai kom- ponen termasuk inflasi, maka penerimaan upah pekerja cenderung tidak naik dan bahkan menurun. Kondisi ini, menurut Gi- nandjar, memang menjadi perhatian pemerintah untuk memperbaiki dan mengem- balikan tingkat kesejahteraan buruh dalam penerimaan upan secara riil. Rendahnya pendapatan petani tebu itu menurut Wa- kil Ketua Komisi IV DPR, H Imam Churmen, antara lain karena pada gula dibebani, sejumlah biaya, seperti cukai gula empat persen per Hama Ancam Produksi Pala Sulut bentuk uang tunai dan obat- obatan serta peralatan pen- dukungnya. "Yang pasti para pengusaha pala tidak ber- keinginan setengah-setengah meringankan beban para petani," ujarnya. ternyata agak "dingin", bahkan tidak ada pembelian sama sekali oleh pembeli luar negeri. "Hal ini sangat me- mukul harga dalam negeri," kata Bahar. "Kami siap memberi bantuan berupa pinjaman uang kepada petani untuk membeli obat anti hama," tambah Mei Setiawan, pembeli pala terbesar di Pů- lau Siau serta menambahkan sudah memberitahukan' 'be- rita itu kepada para pe- dagang. Tanaman pala di kawasan Sulawesi Utara kini terancam oleh hama kutu Planocucus- sp, salah satu jenis hama seperti kutu yang terbungkus serbuk putih dan berdiam di balik dahan hijau serta berkembangbiak bila kena sinar matahari. Kutu itu juga menjadi musuh utama para petani pala di Indonesia saat ini. Hama kutu tersebut saat ini merusak 80 persen dari 4.009 hektar areal perke- bunan pala di Pulau Tagu- landang dan Pulau Siau di Kabupaten Sangihe Talaud, Sulut, propinsi yang terkenal sebagai daerah penghasil pala terbesar dan pemasok nomor satu di dunia. "Akibat serangan hama ini sebanyak 2.505 ton pala dari kedua daerah ini hilang dan masyarakat mengalami ke- rugian sebesar Rp.3,8 mi- liar," kata Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Sa- ngihe Talaud (Satal) GT Bambuta. Selain kehilangan ribuan ton, diperkirakan juga dalam tahun 1994 produksi komo- diti ekspor pala ini meng- alami penurunan cukup tajam dan berada di bawah jumlah 2.000 ton, padahal produksi normal mencapai 3.500 ton, 60 persen dari total produksi seluruh Kabupaten Satal yang per tahun mencapai 6.500 ton. Masalah serangan hama ini tidak saja menjadi beban para petani, tetapi keterlibatan pengusaha dalam hal ini para pedagang pengumpul, baik pembeli maupun para eks- portir harus ditunjukkan, disamping pemerintah. "Nasib pohon pala di Satal merupakan tanggungjawab bersama, dan kalau tidak, nasib komoditi ekspor ini sudah tidak menentu lagi," kata Sekjen Asosiasi Eks- portir Pala Indonesia (AEPA) HE Bahar. Sebagai organisasi yang menjadi besar karena ko- moditi ini, mereka bertekad mempertahankan nasib ri- buan hektar areal perkebunan pala. Untuk itu, AEPA ter- panggil untuk membantu mengatasi masalah serangan hama di daerah sentra pro- duksi seperti di Pulau Šiau dan Tagulandang. Bantuan dari para peng- usaha ini, antara lain ber- Sumber ikan tuna terbesar diantara Samudera-samu- dera dunia ada di Samudera Pasifik bagian barat dan tengah. Selama beberapa tahun terakhir penangkapan ikan tuna di wilayah ini terus anjlok. Di Samudera India, misalnya, penangkapan agak mengecewakan selama enam bulan pertama 1993. Demi- kian menurut laporan Pe- layanan Pemanfaatan dan Pemasaran Ikan bagian Pe- meriksaan Organisasi Pa- ngan dan Pertanian PBB (FAO). Penangkapan ikan tuna di Pasifik Tengah Timur juga mengalami nasib se- rupa. Perkecualian bagi penang- kapan ikan tuna suram ini kuintal, manajemen fee Rp. 500 per kuintal, PPn gula 10 persen per kuintal, PPn karung, Bulog fee Rp.500 per kuintal (setelah dinaikan dari Rp.250 per kuintal), bunga perbankan, biaya asu- ransi dan biaya proyek khusus pemerintah Rp. 100 per kuintal. Pengenaan cukai gula empat persen per kuintal misalnya, menurut Imam, tidak sesuai dengan Keppres 9/1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) karena pengenaannya mengacu pada Ordonansi zaman Hindia Be- landa tahun 1930. BERITA YUDHA - RABU, 10 AGUSTUS 1994 HALAMAN VIII Dirut PTP XXIV-XXV minta agar beberapa kom- ponen biaya yang dikenakan pada gula itu dapat ditinjau kembali dan bila mungkin ditambahkan pada provenue gula. Dengan demikian pen- dapatan petani tebu agak ber- tambah. Ia mencatat, harga pro- venue yang diterima petani pada gula jenis SHS IA, misalnya, tercatat Rp. 79.200 per kuintal. Jika ditambah dengan tujuh jenis cukai yang dikenakan, maka harga yang dibeli Bulog menjadi Rp. Ke Halaman XI Menurut anggota DPRD Tingkat II Satal, Drs D Dauhan, pihaknya sangat menyetujui upaya para peng- usaha pala yang bersedia meringankan beban para petani, apalagi dana yang tersedia dari Pemda Satal untuk mengatasi serangan hama sangat terbatas. Dana yang disiapkan me- lalui APBD 1994/1995 hanya Rp.50 juta, sedangkan biaya untuk pemberantasan hama ini mencapai Rp.152 juta. Serangan hama yang sudah berlangsung sembilan bulan ini, dikhawatirkan sangat mempengaruhi produksi tanaman pala dalam dua sampai tiga tahun menda- tang, dan kondisi ini me- nimbulkan berbagai perma- salahan dalam dunia perda- gangan komoditi tersebut. Menurut Bahar, tanda- tanda kearah itu sudah mulai terlihat sekarang antara lain beberapa jenis pala mulai menghilang dari pasaran, di samping harga komoditi ini mulai tidak menentu baik di dalam negeri maupun pasar internasional. Dalam kondisi saat ini ternyata jenis pala yang transaksinya berjalan baik yaitu jenis Asalan dengan rendemen 65-68 persen, sedangkan jenis Fuli susah didapat bahkan dalam waktu tertentu menghilang. Belum lagi terjadi "spekulasi" dalam penentuan harga. Menghadapi kondisi se- perti ini, para eksportir pala hendaknya bersatu karena kalau terjadi saling menjegal seperti yang terjadi selama ini, akan sangat merugikan petani dan eksportir itu sen- diri. "Sejak permulaan 1993 tidak ada ikan tuna sirip ku- ning dari Pasifik Timur di- impor perusahaan pengale- ngan ikan Italia, sebagai tanggapan terhadap gerakan "bersahabat dengan ikan lumba-lumba", kata FAO. Di Pasifik Tengah Timur, penangkapan tuna selama lima bulan pertama tahun lalu mencapai 135.000 metrik ton, mengalami penurunan 2 persen dibandingkan dengan 1992. Sedangkan penang- kapan skip-jack stabil, yaitu 46.000 metrik/ton, semua kemerosotan berasal dari ikan tuna sirip kuning. FAO melaporkan bahwa penangkapan ikan tongkol di Pasifik Barat bagus, terutama selama enam bulan kedua 1993. Tapi harga ikan tuna dari Pasifik Barat naik karena pemindahan muatan ikan dari kapal ke kapal tidak di- izinkan oleh negara-negara anggota Badan Forum Pe- rikanan (FFA). Menurut undang-undang FFA, kapal penangkapan ikan harus membawa tangkapan ikan mereka ke darat dan meng- ekspornya melalui pelabu- han, hingga meningkatkan biaya bagi importir. Ikan tuna adalah ikan laut besar yang berpindah-pindah tempat. Terdapat 21 jenis ikan ini yang diketahui, tapi yang paling populer adalah albacore, skipjack,tuna friga te pergat, tuna kecil timur, tuna mata besar, cakalan peluru, sirip kuning dan sirip biru. Albacore menjadi populer dikalangan pedagang Jepang, karena jenis ini dapat dipakai sebagai pengganti sirip biru yang kini langka dan lebih disukai dalam masakan (mentah) sashimi. Penerima- an albacore oleh konsumen Jepang telah menaikkan har- ganya. Tentunya sudah tidak pan- tas lagi, dalam kondisi stok yang sedikit ternyata harga pala masih rendah, tambah- nya. FAO mengamati bahwa penangkapan ikan tuna di 51 Sebagai eksportir, ia me- rasa perlu berterima kasih kepada PT Berdikari yg ber- sedia melakukan pembelian tanpa bantas dari petani dengan harga Rp.1.700 per kg untuk jenis pala Asalan. Pembelian tanpa batas dari PT Berdikari ternyata mam- pu mendongkrak harga, supaya tidak jatuh dibawah Rp.1.000,/kg seperti yang terjadi beberapa bulan se- belumnya. Adanya serangan hama di daerah sentra produksi ini, tahun 1994 produksi pala In- sudah dapat dipastikan dalam donesia mengalami penu- runan dari 600 ton per bulan, tinggal menjadi 200 sampai 250 ton per bulan. Masalah lain ialah, pasaran pala ditingkat internasional dalam tiga bulan terakhir ini Pemasaran Ikan Tuna Alami Masa Suram tahun lalu adalah Pasifik Barat, yang menjadi wilayah pemasok utama bagi peru- sahaan pengalengan ikan di seluruh dunia. Penurunan ini berlaku juga pada kemampuan ekspor komoditi ini di luar negeri yaitu dalam sekali ekspor setiap bulan sebanyak 500 50 persen dan dikuatirkan ton, menurun drastis dibawah kondisi ini berlangsunglebih dari satu tahun. Padahal In- donesia dua tahun lalu pernah mengalami kelebihan pro- duksi. Kelebihan produksi, kata Bahar, terjadi pada tahun 1989 yaitu produksi men- capai 12.000 ton, sedangkan dalam kondisi normal hanya 7.500 ton per tahun. Se- itu konsumsi mentara pala dunia tercatat 9.000 ton sampai 11.000 ton, jumlah ini dibagi Indonesia 7.500 ton dan Grenada 2.500 ton. Masa jaya atau lebih di- kenal dengan era Aspin (Aso siasi Eksportir Pala Indone- sia) waktu itu, harga per ki- logram jenis Alasan men- capai Rp.4.500 sampai Rp.5.000, sedangkan jenis Fuli Rp.12.000, selama tiga tahun sejak 1986. Masa itulah para petani pala dari Pulau Siau dan Tagulandang memang cukup senang. Sementara itu, untuk mengkatrol harga pala kem- pelabuhan utama Jepang naik selama tiga bulan pertama 1993 dibandingkan 1992, tapi penangkapan itu masih di bawah normal. Penangkapan albacore sa- ngat bagus mencatat 11.000 metrik ton, dibandingkan dengan 7.300 ton selama tiga bulan pertama 1972. Penang- kapan skipjack naik pada 1993, mengikuti putaran nor- mal yang merupakan peru- bahan tahun bagus skipjack dengan tahun buruk. Sebagai akibat banyaknya datang skipjack yang dibe- kukan, harga bahan baku bagi pabrik pengalengan ikan Jepang sangat merosot, tulis FAO. Penangkapan bagus skip- jack oleh armada Jepang juga memberikan sekedar peri- ngatan bagi situasi sulit dalam usaha pengalengan ikan Thai, mengakibatkan merosotnya harga skipjack dari 850 dolar AS metrik ton pada permulaan 1993 men- jadi 750 dolar AS metrik ton sekarang. Penangkapan ikan tuna sirip kuning oleh kapal pukat Jepang juga, meningkat, terutama pada bulan April 1993, hal ini mengakibatkan menurunnya harga bagi perusahaan pengalengan ikan. Kenyataannya sebagian besar hasil tangkapan ikan dijual ke perusahaan penga- lengan ikan, sedangkan ikan sirip kuning yang ditangkap dengan galah dan tali pancing dengan harga lebih tinggi terutama dipakai untuk sashimi. bali seperti tahun 1986, menurut Benny Limpepas, seorang eksportir asal Pulau Siau, perlu dibentuk per- wakilan perdagangan khusus menangani komoditi ini di Singapura karena harga pala selama ini banyak diatur dari negeri Singa itu. Dipasar Amerika ikan tuna juga menghadapi gambaran suram, terutama bagi ikan kalengan. Penyebab hilang- nya daya tarik tuna ini di- sebabkan konsumen di AS cenderung memilih udang. Impor ikan tuna kaleng ke AS 32.300 metrik ton selama tiga puluh pertama 1993. Ini berarti 36 persen lebih sedikit dibandingkan dengan impor selama waktu sama 1992, kata FAO. Sedangkan Thailand terus menjadi pemasok utama ikan Keinginan seperti ini tampaknya mendapat du- kungan dari para petani di Satal yang mendambakan agar masa jaya tanaman pala kembali terjadi. Namun keinginan ini ditepis importir pala dari Si- ngapura, Robert Chua, yang mengatakan bahwa para importir sebenarnya me- nunggu kabar dari Indonesia dalam perdagangan komoditi ini, dan tidak mengetahui kalau terjadi persaingan antar eksportir pala Indonesia. Lagi pula, sebagai importir tentu mereka tidak mau harga itu hrs sekaligus melonjak, tetapi harus perlahan-lahan, guna menghindari spekulasi dalam mutu pala. la belum dapat memas- tikan harga pala di tingkat pasar luar negeri dapat me- lebihi harga patokan AEPA, namun ia merasa optimistis kalau para eksportir pala In- donesia bersatu maka harga sesuai patokan Eropa ini pasti lebih tinggi. Keyakinan importir Si- ngapura ini didasarkan pada jumlah stok pala yang ada di negerinya yang tinggal 1.200 ton, sedangkan stok di Eropa 700 ton. Menurut Bahar, dalam kondisi perdagangan pala seperti sekarang ini diha- rapkan pemerintah yang menjadi wasit, kalau perlu diwujudkan dengan pember- lakuan sistem tata niaga karena tata niaga tidak saja menjadi dambaan para eks- portir, tetapi petani pada umumnya. Adanya sistem tata niaga memang mampu meredam terjadinya permainan dalam perdagangan komoditi ini sehingga tidak muncul lagi bahwa pala kalau ingin jual ke luar negeri harus lewat dulu Singapura. Indonesia sebagai produ- sen pala terbesar bisa saja mengadakan penjualan lang- sung kepada konsumen di luar Singapura, demikian Bahar. (Herdie Togas).- tongkol ke pasar AS, impor- nya berkurang hampir 40 persen. Sementara itu para peng- usaha pengalengan ikan Thai menghadapi krisis dengan produk ikan tuna mereka. "Penahanan otomatis di AS bahkan terhadap produk dari perusahaan pengalengan ikan terkenal, jatah impor yang dikenalkan Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) dan diskusi "bonito" di Eropa telah menimbulkan situasi sangat sulit," lapor FAO. Krisis ini telah dirasakan pada 1992, ketika pengusaha pengalengan ikan Thai me- ngalami kemerosotan dalam penjualan mereka untuk pertama kalinya setelah mengalami pertumbuhan terus menerus bertahun- tahun. Pada 1992 ekspor ikan cakalan kalengan Thai men- capai 243.500 ton, sekitar 30.000 ton lebih sedikit ke- timbang pada 1992. Pasar AS yang muram pada 1992, pengapalan besar akhir 1991 dan penahanan oto- matis produk ikan tuna merupakan sebab utama mengapa ekspor ikan tuna kalengan ke pasar AS me- rosot 11 persen (dari 114.000 metrik ton pada 1991 menjadi 101.100 metrik ton pada 1992). Sementara itu kuota impor ikan tuna kalengan EEC mempunyai dampak sangat berat tidak hanya terhadap industri Thai, tapi juga terhadap industri Filipina. Kuota enam bulan pertama 1993 telah dipenuhi sangat cepat. Organisasi-organisasi importir di EEC tdk berhasil dalam usaha meyakinkan Komisi EEC untuk mening- katkan kuota impor, FAO menunjukkan dalam lapor- annya. Secara keseluruhan FAO meramalkan pasar suram bagi ikan tuna kalengan. Hampir tidak ada harapan perbaikan selama bulan- bulan mendatang di pasar AS dan Eropa dalam hal permin taan, kata FAO. (DNI).-
