Tipe: Koran
Tanggal: 1995-04-29
Halaman: 04
Konten
Sabtu, 29 April 1995. Penerbit Pemimpin Umam/Pendiri Wakil Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Wakil Managing Editor Pemimpin Perusahaan Sekretaris Redaksi Redaktur Anggota Redaksi Terbit Tarip Iklan Alamat Telepon Perwakilan Jakarta Perwakilan Banda Aceh SIUPP Dicetak Oleh : # analisa Yayasan SIKAP PRESS. Harta Susanto. Supandi Kusuma. H. Soffyan. H. Ali Soekardi. Paulus M. Tjukrono. Joeli Salim. H. War Djamil. H. Amir Siregar, H. Kaharudin, H. Bahari Effendy. H. Naswan Effendi, Usman Alie, H. War Djamil, Mulyadi Franseda, Asril Rais, H. Ismail Lubis, H. Basyir Ahzar, H. Azmi Majid (foto). H. Marzuki Markiman, M. Hatta Lubis, Mac. Reyadi MS, Budiman Tanjat, Buoy Harjo, Umar Said, A. Rivai Simarmata, Johan Siregar, Hasan Basri Ns, Timbul Jambak, Ismugiman, Idris Pasaribu, Agus Salim, Rismansyah Siregar, M. Sulaiman, Ali Sati Nasution, Michael Ronny, Samil Chandra, M. Nur, Hermansyah. Seminggu 7 kali. Rp. 3.500,- per mm/kolom (umum). Rp. 2.500,- per mm/kolom (keluarga). Jalan Jend. A. Yani No. 35-43 Medan. 51326 ANALIS IA. Kotak Pos : 1481. Telex No. Fax: (061) - 514031, Telegram: ANALISA MDN. Redaksi 556655 (2 saluran)/511256. Tata Usaha : 554711 (3 saluran)/513554. Frans Tandun, Jln. K.H. Hasyim Ashari. No. 43-A Jak. Pusat Tel. 3446609/3844339/3453912 Fax.: (021)- 363388, H. Harun Keuchik Leumiek Jalan Tgk. Cik Ditiro 106 Tel. (0651) - 23839. Fax: (0651) 23839. SK. Menpen No. 023/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1985. Tanggal 24 Desember 1985. P.T. KUMANGO Medan. (Isi di luar tanggung jawab pencetak). Tajukrencana Kemenangan Barisan Nasional Malaysia PARTAI partai di Malaysia yang tergabung dalam Barisan Nasional mencapai kemenangan mutlak dalam pemilihan umum yang berlangsung permulaan minggu ini. Kemenangan gabungan partai partai pemerintah ini memang sudah diperki- rakan. Walau begitu rasanya di sana sini ada yang mungkin surprise karena kemenangan tersebut begitu besar. Dari hasil perhitungan suara Barisan Nasional meraih ke- unggulan melebihi hasil pemilihan umum pada tahun 1990. Dalam pemilu kali ini gabungan partai partai pimpinan Dr Mahathir itu telah berhasil meraih lebih dari 84 persen suara yang masuk dan dengan begitu memperoleh 162 dari 192 kur- si dalam Parlemen Nasional. Sedangkan partai partai oposisi seperti Democratis Action Party (DAP) dipimpin Lim Kit Siang dan Semangat 46 pimpinan mantan menteri keuangan Razaleigh Hamzah merosot. Juga Barisan tampil sebagai pemenang di 10 dari 11 negara bagian. Yaitu kecuali di Kelantan di mana Partai Islam PAS masih dapat bertahan di sana. Kemenangan besar diraih Barisan Nasional menunjukkan bahwa perpaduan antar golongan etnis sudah sangat kuat se- hingga tidak lagi merupakan masalah sama sekali. Selain itu sebagian masyarakat Malaysia yang sebelum ini mendukung partai partai oposisi jumlahnya semakin berku- rang. Mereka dalam pemilu ini rupanya melepaskan dukung- an mereka dan memilih Barisan Nasional. Hal tersebut tentu didasari pertimbangan. Antara lain bahwa keadaan sudah be- gitu mantap baik di bidang politik apalagi di sektor ekonomi. Maka kalau mereka terus menyebelahi pihak oposisi dan mem- buat oposisi sampai memenangkan pemilu di satu negara bagi- an yang sebelum ini dipimpin oleh Barisan Nasional keadaan yang sudah mantap itu bisa merosot. Keadaan seperti itu me- reka kuatirkan akan dapat mendestabilisir keadaan sehingga stabilitas dan kemakmuran tidak akan lagi setinggi sekarang kalau pihak oposisi sampai berkuasa. Dan sekali keadaan me- rosot diperlukan beberapa tahun untuk memulihkannya. Hal inilah di antaranya menyebabkan mengapa pemimpin oposisi DAP Lim Kit Siang sama sekali tidak berhasil meng- ungguli ketua Menteri Koh Tsu Koon di Pulau Pinang yang merupakan salah satu daerah industri terbesar di Malaysia. Ini juga rasanya merupakan penyebab mengapa PAS kalah besar di Trengganu. Kemenangan mutlak Barisan Nasional tambah memperko- koh kedudukan PM Mahathir yang memimpin pemerintahan di negara itu sejak tahun 1981. Bukan saja kedudukannya sebagai pemimpin pemerintahan semakin teguh tapi juga politik yang dilaksanakannya terma- suk wawasan untuk terus meningkatkan kemakmuran rakyat akan terus mendapat dukungan sepenuhnya. Maka adalah tidak berlebihan bahwa hasil pemilu ini khu- susnya merupakan kemenangan Dr Mahathir. Sebab hasil pe- milu itu telah merupakan bukti bahwa rakyat Malaysia mera- sakan meningkatnya kemakmuran itu. Karenanya mereka ya- kin di bawah kepemimpinan Mahathir landasan "Wawasan 2020" yang dicetuskan Perdana Menteri itu untuk menjadikan negara tetangga kita ini negara industri majau dengan peng- hasilan rakyat sebesar 16.000 dollar AS perkapita pada tahun 2020 akan semakin kokoh dan mantap. Gepeng itu, Mengapa Bertambah Banyak? BARANGKALI saja ada yang menganggap masalah yang dikemukakan di sini, sebagai persoalan sepele. Yakni masalah para gelandangan dan pengemis (gepeng) yang banyak mangkal di berbagai persimpangan jalan di kota Medan untuk "menca- ri nafkah" dengan jalan mengemis. Dan belakangan ini jum- lah mereka pun semakin banyak. Di tiap persimpangan selalu ditemukan dua atau tiga bahkan sampai orang pengemis ber- operasi. Laki-laki dan perempuan. Yang lebih memprihatinkan lagi, di antara mereka ada yang membawa bayi, dan digeletak- kan di trotoar atau di pinggir jalan. Berpanas dan berdebu. Je- las ini merupakan masalah. Bahkan memalukan, bukan saja memalukan bagi kota Medan, tetapi juga memalukan kita se- bagai bangsa yang sedang membangun. Hal ini sudah sering menjadi pembahasan di masyarakat, baik oleh pekerja sosial maupun para pakar, pejabat pemerin- tah, dan lain-lain. Tetapi sudah bertahun-tahun keadaannya tidak berobah. Hanya hilang sebentar, lalu muncul kembali. Barangkali ini sudah menjadi semacam "penyakit masyarakat". Seperti yang diungkapkan Kepala Binsos Departemen Sosial Sumatera Utara Drs. Djais R. penyakit ini memang sulit mem- basminya. Karena menyangkut mental. Mereka sudah terbiasa minta-minta sedekah alias mengemis. Padahal mereka sudah beberapa kali ditangkap, diberi pembinaan, diarahkan, dan lain sebagainya. Tetapi ternyata kembali ke pinggir-pinggir jalan, mengemis. Pekerjaan yang paling mudah dilakukan, dan men- cerminkan sifat pemalas. Pihak Departemen Sosial dan instansi lainnya kini memang sedang mencari suatu pola jalan keluar guna menanggulangi masalah yang sebenarnya memalukan ini. Namun di samping itu ada juga kalangan yang menduga, bahwa menjamurnya pe- ngemis dan gelandangan ini sebagai ada yang "mengkordinir- nya". Maksudnya, sang oknum "kordinator" tersebut diduga memperoleh bahagian juga dari hasil pencaharian para penge- mis tersebut. Buktinya, mengapa jika kota Medan kedatangan tamu penting atau pejabat tinggi dari Jakarta misalnya, men- dadak para pengemis dan gelandangan itu tak kelihatan lagi. Padahal tidak ada razia. Dan setelah tamu atau pejabat pen- ting pulang ke Jakarta, maka kembalilah ramai bermunculan para pengemis dan gelandangan tersebut. Tidaklah diketahui benar atau tidaknya dugaan yang tim- bul di dalam masyarakat tersebut. Lagi pula tak baik terlalu cepat berburuk sangka, tanpa ada bukti yang kuat. Namun bukan berarti dugaan tersebut lantas dianggap sebagai angin lalu saja. Karena itu sangatlah baiknya jika masalah ini juga menjadi perhatian pihak yang terkait, seperti Departemen So- sial maupun instansi lainnya untuk menyelidikinya secara sek- sama. Jika memang tidak terbukti ada, maka harus dijelaskan kepada masyarakat luas bahwa dugaan itu keliru. Tetapi sean- dainya memang ada, maka pihak berwenang jangan sungkan untuk menindak tegas oknum pelakunya. Justru mereka juga termasuk yang "berpenyakit mental". Yang jelas masalah pengemis dan gelandangan ini harus se- gera dituntaskan. Kita hargai pihak Departemen Sosial Suma- tera Utara bekerjasama dengan insntansi lainnya mencari pola cara mengatasinya. Kebijakan ini baik, asal saja hasilnya kelak bukan yang terlalu muluk sehingga sulit untuk dilaksanakan karena tidak realistis. Kecuali itu juga tidak lantas tenggelam dari satu seminar ke seminar lain misalnya, hanya untuk men- cari pola tersebut, sehingga menjadi lebih berlarut larut. Ra- sanya yang diperlukan sekarang ini adanya semacam "jalan pin- tas" untuk membenahi masalah pengemis dan gelandangan ini, dengan melibatkan berbagai instansi dan unsur-unsur masya- rakat yang dapat membantu. * Rasionalisasi Pengadaan Beras Oleh Yunan Napitupulu PENDAPAT yang mengata- kan, bahwa terjaminnya bahan pangan merupakan hal yang pa- ling strategis dalam sebuah nega- ra, sampai saat ini nampaknya masih relevan. Pada awal tahun yang lewat, kerawanan pangan terjadi, akibat serangan hama penyakit dan ban- jir berkepanjangan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan be- berapa daerah lain. Gerakan yang dilakukan Kabulog -waktu itu,, Ib rahim Hasan, untuk menstabilkan tata niaga beras dan mengurangi derita petani, adalah membeli ga- bah petani tanpa persyaratan ref- raksi. (Kompas 31 Maret 1994). Dan di awal tahun ini, musim kering yang berkepanjangan di be- berapa sentra produksi beras, di- samping bergesernya musim pa- nen, ditambah bencana banjir di beberapa tempat, membuta situasi tentang pangan kita kembali su- lit. Dan situasi sulit ini, juga ter- jadi menjelang lebaran, dimana masyarakat biasanya mengistime- wakan pola konsumsinya. Dan me mang agak berbeda dengan kon- disi tahun yang lewat persoalan le- bih terlokalisir di tingkat petani. Untuk kali ini, persoalan pangan ini, tidak semata jadi atau tidak- nya para petani berlebaran. Keseriusan pemerintah untuk memecahkan persoalan pangan yang meledak kali ini, lebih terli- hat nyata. Kepala Bulog (Kabulog) yang baru Dr. Ir. Beddu Amang MA, yang dilantik pada 16 Feb- ruari 1995 yang lewat, minggu per tama menjabat, sudah langsung tu run ke pasar memantau perkem- bangan pasar. Nakhoda Bulog ke- lahiran Makassar ini menggencar- kan operasi pasar untuk mensta- bilkan harga bahan pangan yang gonjang-ganjing. Bukan hanya sampai disitu, beliapun menca- nangkan adanya undang-undang tentang pangan yang harus tereali sir tahun ini. DAMPAK Besarnya dampak situasi pa- ngan yang terjadi sekarang ini, se- cara langsung sudah berpengaruh terhadap kinerja perekonomian negara. Target pemerintah untuk menekan laju inflasi dibawah 10 digit tahun ini atau tak lebih dari 0,5% per bulan, jadi terganggu dengan kondisi pangan ini. Inflasi pada bulan Januari yang sudah mencapai angka 1.16 persen, tidak terlepas dari konstri- busi bidang pangan yang sangat besar, yakni 1.65 %. Konstribusi sebesar ini, ternyata, disebabkan kenaikan harga beras sekitar 7 %. Dan tudingan penyebab utama tingginya inflasi di bulan yang lewat-pun terarah pada musim ke- ring yang berkepanjangan. Persoalan pangan ini, tidak berhenti sampai di tingkat men- teri saja. Tidak kurang dari Pre- siden Suharto sendiri, memberi perhatian khusus. Beliau mengins truksikan agar produksi bahan makanan ditingkatkan di masa- masa mendatang. Perhatian be- liau bukan hanya sampai di situ, tapi sampai menugasi kepala Bi- ro Pusat Statistik (BPS) untuk menginventarisir kembali lahan- lahan beririgasi baik tapi tidak di- usahai (Kompas, 21 Feb 1995). Kondisi seperti ini menyirat- kan, bahwa, persoalan pangan se- karang ini dan di masa depan, bu- kan sebatas tingginya laju inflasi yang disebabkan pangan serta membubungnya harga-harga di- pasaran. Tapi kemungkinan me- MENGGELIKAN menyedih- kan. Itulah antara lain kesan yang dapat saya tangkap tatkala mem- baca Bung Irham Hagabean Nasu tion, SH yang berhiba-hiba menu- lis dalam Analisa (24/3) di bawah judul "Sarjana Pengangguran". Menurut tersebut "Ketika sarjana pengangguran berniat mandiri de- ngan menciptakan lapangan ker- ja baru sesuai dengan bakat dan kreatifitasnya-apakah itu berupa tambak ikan, kios, bengkel, ternak ayam atau lainnya-maka, berbagai masalah baru pun bermunculan. Si sarjana pengangguran se- akan berdiri limbung di atas tanda tanya besar yang nyaris tak kun- jung terjawab: ya, dari mana mo- dalnya? Lantas, kalaulah mereka diorientasikan untuk menciptakan lapangan kerja baru yang walau bagaimana kecilnya, sekali lagi : modalnya dari mana ?". Bung Irham agaknya terlalu ter paku pada pengertian nisbi, bah- wa yang dimaksudkan dengan "MODAL" itu adalah berupa uang, duit, hepeng. Dan, gaya pan dang demikian itu samasekali bu- kanlah ganjil atau aneh. Apalagi buat kalangan sarjana kita, yang menyangka bahwa "MODAL" itu adalah uang, duit, hepeng. Pada- hal, yang disebut "MODAL" se- sungguhnyalah tidak mutlak ha- nya uang, duit, hepeng. Kurang percaya? nyentuh aspek-aspek negara yang lebih strategis, bila tidak diantisi- pasi secara jernih sekarang ini, bi- sa terjadi. Tapi hal yang cukup ironis di lapangan sekarang ini adalah, harga beras di pasaran kadang membubung tinggi dan turun ti- dak menentu. Sementara di ting- kat petani sendiri, keluhan yang cukup memilukan sering terde- ngar, "dengan profesi sebagai pe- tani/penyawah semakin sukar un- tuk mensejajarkan diri dengan irama kehidupa yang berlaku karang ini". Daya beli petani ter- hadap barang-barang lain, sema- kin merosot dari tahun ke tahun. Dan yang penting dicatat, kondi- si yang terjadi sekarang ini, ma- sih jauh dari jangkauan dan cam- pur tangan kesepakatan-kesepa- katan perdagangan global, yang mengharuskan Indonesia membu- ka keran impor beras dari luar. ALIH BENTUK SUBSIDI Kalau pada bahagian ini - pen- gadaan beras kita sulit, dianali- sis lebih mendalam, ada bahagian yang perlu dikaji ulang tentang program pertanian pangan (beras) kita. Sejak tahun 1984, predikat mampu berswasembada beras su- dah diraih Indonesia. Dengan pre- dikat yang disandang ini, jelas pa- mor Indonesia di dunia luar me- ningkat. Namun, predikat ini mu- lai terganggu belakangan ini. De- sember tahun 1994 yang lalu kita sudah mengimpor beras sebanyak 600.000 ton dari rencana 900.000 ton. Ini disebabkan anjloknya pencapaian target produksi beras Indonesia tahun itu. Pertama, mengenai subsidi. Subsidi pestisida dan pupuk, yang sudah dicabut pemerintah ditinjau lagi. Dalam arti subsidi yang di- berikan bukan dalam bentuk ra- cun dan pupuk lagi. Untuk pening katan pertumbuhan produksi/ ekonomi, pilihan seperti itu tepat. Tapi dengan situasi dunia seka- rang, kekuatan ekonomi pertanian harus dikembalikan lagi ke desa- desa, untuk bisa bertahan dari arus perekonomian global. Jadi alih bentuk subsidi ini, diberikan dalam bentuk prasarana dan sa- rana pengelolaan pasca panen, serta membuka koridor teknolo- gi produksi terapan sederhana yang terjangkau petani. Prasarana ini seperti, pening- katan kualitas jalan dari areal sen- tra persawahan ke desa, yang di- ikuti dengan pelayanan pengang- kutan sewaktu panen (angkutan panen) dari sawah ke desa. Sara- na lain, pengadaan lantai-lantai jemur padi di desa-desa. Jadi, ke- biasaan petani-yang didukung sis- tem ijon dan rentenir yang terja- di-, melakukan transaksi dengan toke-toke dan tengkulak di sawah, yang dilandasi pertimbangan prak- tis yang sebenarnya kurang meng- untungkan, bisa diredusir. Kebia- saan yang sama seperti itu diham- pir setiap daerah, menyebabkan ekonomi beras kita menjadi sesua- tu yang sulit. MODAL ILMU Modal dasar yang amat pen- ting artinya adalah Ilmu-pengeta huan. Banyak kasus dan pengala- man yang menceritakan, sese- orang yang berilmu-pengetahuan namun tak memiliki uang sepeser buta, bisa menapak jadi kaya-raya berkat ilmu-pengetahuan yang di- milikinya. Sebaliknya pula, tidak sedikit orang yang punya harta ke- kayaan atau diberi modal uang cu kup besar pada akhirnya uang dan harta kekayaan tersebut ludes, gara-gara orang yang mengelola- nya tidak berilmu-pengetahuan. Para sarjana kita (apa pun di- siplin ilmu kesarjanaannya) sudah barang tentu adalah mereka yang berilmu-pengetahuan, alias mere- ka yang punya modal dasar. Atau, apakah kita kurang yakin ? Lantas, mengapa pula gerangan harus ada istilah "sarjana pe- ngangguran", menuntut kearifan kita mencermati akar permasa lahannya. MODAL KEGIGIHAN Ilmu-pengetahuan saja me- mang tidak cukup. Oleh karena dalam matematika entrepeneur- ship disebutkan pula, fondasi yang tidak kalah pentingnya ada- lah modal kegigihan. Tanpa kegi- gihan, riskan untuk menggapai Seperti yang dikeluhkan pe- ngamat pangan, Chrisman Sili- tonga, beras tidak hilang dari pa- sar, tapi harganya membubung. Hal ini tak sukar dipahami. Saat panen raya, padi hampir seluruh- nya dilego petani ke toke. Dan per- soalan beras selanjutnya, adalah cita-cita dan meraih sukses. Unik- nya pula, yang namanya kegigihan itu adalah karakter. Mustahil kegigihan direkaya- sa, diskenario, dihipokritisasi. Bahkan, kegigihan itu tak ada da- lam kurikulum dan sylabus atau kursus-kursus. Namun sebait con- toh kecil para sarjana kita tentu maklum tentang ampuhnya mho- dal kegigihan tersebut sewaktu mereka kena pelonco oleh senior mahasiswa kemudian kena pelon- co lagi oleh para dosen menjelang diwisuda. Tanpa kegigihan, nonsens me- reka dapat diwisuda sebagai sar- jana. Lalu, kenapa modal kegi- gihan sewaktu mereka menjadi mahasiswa/i tadi sirna dan pupus setelah mereka ternobatkan jadi sarjana? Mungkin, perlu pula ka- jian dan penelitian untuk meram- bati akar permasalahannya ! MODAL KONEKSI Hidup di bumi luas ini tentu tidak sendirian. Tegasnya, peng- huni bumi ini konon lebih dari li- ma milyar penduduk. Itu artinya, setiap individual memiliki saha- bat, kerabat, handai-taulan, ke- luarga, famili, tetangga, sejawat. Masalahnya, sampai di mana sese orang itu bisa menciptakan dan membuhul komunikasi ? Adalah menjadi hukum dunia, tidak di- kenal sistem pengelompokkan ekstreem, artinya kelompok orang miskin melulu miskin semua. Itu hal yang mustahil. Boleh jadi si A itu kelompok orang mis- kin, namun kebetulan teman se- kolahnya kini seorang Jenderal, atau menantunya seorang peng- usaha bonafide, dan sebagainya. Maka, koneksitas adalah modal dasar yang sama vitalnya dengan modal uang. ANALISA Lalu, kenapa sebagian orang justeru kurang berhasil menjalin komunikasi dan "saling sambung rasa" dengan koneksi mereka, se- hingga bisa akhirnya membuah- kan modal ? Nah, kiranya logis pula dirambati akar permasa- lahannya dengan kecermatan yang bijak ! MODAL KEPERCAYAAN Anda bisa dipercayai ? Maka, harga kepercayaan itu kadangka- la jauh lebih mahal daripada uang, percayalah Anda. Bayang- kan, berapa konon gaji seorang driver, seorang pilot pesawat Boe- ing atau seorang Kapten kapal pe- siar? Kalau bukan atas dasar ke- percayaan, mana mungkin mereka diperserahi membawa mobil Mer- cedes Baby Benz, Boeing dan ka- pal pesiar mewah itu ? urusan dan wewenang pedagang. Jadi, sepintas alih subsidi ini dalam bentuk lantai jemur dan prasarana dan sarana transporta- si mungkin sepele. Tapi salah sa- tu alasan teknis petani menjual padinya di sawah, adalah karena kesulitan lantai jemur dan pertim- bangan transportasi. DIVERSIFIKASI Kedua, diversifikasi perta- naman. Diversifikasi yang terjadi selama ini, khususnya di areal iri- gasi, lebih diartikan pola tertib ta- nam, seperti padi-padi-palawija. Pola seperti ini tetap juga menyim pan potensi terjadinya ledakan produksi serta kehilangan produk- si yang tiba-tiba. Di wilayah tek- nis irigasi, penggalakan diversifi- kasi pertanian, memang banyak bersinggungan dengan berbagai pihak. Dari mulai dinas pengair- an, pertanian, koperasi, perda- gangan, prediksi situasi pasar se- tempat, dan lain-lain, sampai pa- da culture petani setempat, harus terakomodasikan seluruhnya. Diversifikasi pertanaman ini, berfungsi untuk mengantisipasi ledakan produksi yang sama jenis- nya diberbagai tempat dan anjlok- nya harga, serta untuk lebih mem- berikan situasi yang kondusif ba- gi mempertahankan kualitas dan kontinuitas suatu produk perta- nian, untuk sanggup bersaing - nantinya di pasar global. Dan yang juga, penting bagi dunia pe- tani, adalah membangun kemba- li iklim petani menentukan nilai hasil pertaniannya. Modal tidak Mutlak Hanya Uang Oleh Baizar Zainul TATA NIAGA Ketiga, tentang tata niaga. Pa- da pasal 33 UUD 45, dijelaskan, hal-hal yang menguasai hajat hi- dup orang banyak dikuasai oleh negara, untuk kemakmuran rak- yat. Dewasa ini, faktor yang mem- pengaruhi hajat hidup orang ba- nyak ini dalam konteks perta- nian- agak sulit diberi batasan. Yang nyata-nyata selama ini, intervensi yang besar dilakukan pemerintah (dalam hal ini Bulog) adalah pada ekonomi beras. Pa- da komoditi pangan lain, sawit misalnya, keterlibatan hasil olahannya pada hajat hidup orang banyak sangat besar. Dari mulai minyak goreng, odol, sabun, kos- metika, medical, sampai industri baja, derivat dari komoditi ini me- nyusup. Tapi tata niaga CPO dan derivatnya lebih banyak mengacu pada pasar bebas yang dikemudi- kan sepenuhnya oleh kalangan usa hawan. Analogi membiarkan jenis pa- ngan strategis, seperti beras, lang- sung berhubungan pada pasar be- bas memang sesuatu yang sensitip bagi stabilitas bangsa dan negara. Tapi menciptakan sistem tata niaga pertanian yang lebih berorientasi pada pembangunan ekonomi petani, merupakan lang- kah yang bijak. Memberi proteksi/deregulasi bagi ekonomi pangan petani (se- bagaimana pada industri, per- bankan), merupakan hal yang te- pat-baik secara ekonomis politis- dewasa ini. Proteksi/deregulasi ini bisa merupakan keringanan bagi petani pangan dalam hal pembe- basan pembayaran PBB areal per- tanian pangan, iuran irigasi, pe- ngurusan sertifikat lahan, kemu- dahan fasilitas perbankan, serta ri persoalan kepercayaan atau istilahnya kredibilitas nasabah. mereka sebelum nasabah tadi di- setujui permintaan kreditnya. Be- gitu juga dengan lembaga kope rasi. Dan, terjadinya kredit-macet justeru karena modal kepercayaan tersebut terlanjur dikhianati. Le- bih jauh lagi, terjadinya tindak korupsi, tindak kolusi mau pun tindak manipulasi adalah lantaran modal kepercayaan itu telah dima- nipulir, dikangkangi, dipungkiri. Dan mereka yang umumnya berhasil sukses dalam kehidupan duniawi ini, kentara sekali adalah mereka yang teguh modal keperca yaannya. Akan timbul pertanya- an, kenapa mencuat istilah "sar- jana pengangguran" apakah me- mang kalangan sarjana kita telah mulai kehilangan modal keperca- yaan mereka? Perlu dikaji lagi ke- rancuan akar permasalahannya se cara jernih dan jujur. MODAL IDEALISME Dalam bahasa lugas, idealis- me bermakna kepribadian, prin- sip, karakter diri. Dan, itu adalah wujud modal yang tak kalah bo- botnya. Orang yang tidak mempu- nyai modal Idealisme sama saja dengan pucuk-eru, sukar dipan- tau. Bahkan, orang ini cenderung. sebagai penyebar isyu, yang sudah barang tentu kurang relevan da- lam dunia usaha. Dan mereka ra- puh sekali mentalnya, sehingga mudah disuap, disogok, dibeli pi- hak lain. Dan itu berbahaya buat kehidupan bisnis, misalnya. wan terhadap bencana dan sese- waktu dapat punah, modal Idea- lisme kian lama akan semakin kian kental, pekat. Makanya, mo- dal idealisme tidak sulit meman- cing modal uang. Apakah modal Idealisme kalangan sarjana kita memang masih utuh dan pekat, kental? Dibutuhkan tentu penga- nalisaan yang dalam dan teliti se- belum menjawabnya. MODAL KEAHLIAN Andainya perusahaan-perusa haan condong menanyakan diplo- ma atau sertifikat pengalaman kerja pada para pelamar, itu ada- lah ikhwal yang tersurat. Bukan ikhwal yang tersirat. Oleh karena, ikhwal yang tersirat adalah, per- usahaan-perusahaan itu cuma ingin tahu persis, apa gerangan ke ahlian yang dikuasai para pelamar kerja. jaminan perimbangan harga pasar bahan pangan terhadap harga- harga kebutuhan hidup yang lain. Keempat, pemberdayaan peta- ni. Pemberdayaan di síni, bukan semata mengasumsikan bahwa petani adalah orang desa yang ba- nyak kurang pahamnya, lantas perlu diberi penataran dan pen- didikan. Tapi, pemberdayaan di- maksud adalah memperluas wa- wasan petani kita tentang situasi dunia pertanian yang dihadapi. Tentang bagaimana sebenarnya Mungkin saja dia itu sarjana farmasi. Tapi, kurang ahli dan ti- peran strategis mereka pada nega- ra yang sedang bergerak pada sek- tor agroindustri ini. Bank sebagai institusi pembe- ri kredit juga sangat mempelaja- dak bertangan dingin. Sehingga Termasuk pada realitas-reali- tas pasar global yang bakal melan- da dunia ini. Karena, tantangan besar masalah pangan dari ta- tanan dunia baru nanti, akan ja- di kecil jika persoalannya ditrans- paransi dan didistribusikan kepa- da petani pangan kita yang jum- lahnya puluhan juta orang itu. Sebagai catatan penutup, ada ketimpangan antara dunia perta- nian dengan dunia industri. Du- nia pertanian, dalam hal ini desa, memberi subsidi terhadap pesat- nya perkembangan industri di per kotaan. Jadi sebelum masalah pangan ini, lebih nyata merembes ke ma- salah yang lebih strategis politis yang lain di masa mendatang, per- hatian yang lebih besar harus di- curahkan pada persoalan pangan dan petaninya. Sejak sekarang. *** Penulis alumnus Fakultas Pertanian USU Me- dan. Direktur Institute for Information and Agriculture Studies (IIAS)- Medan. "PADA tahun 1971 ketika Edgar Mitchell terbang ke bulan dengan pesawat Apollo 14, kilas pandangnya yang pertama ter hadap bumi dari angkasa meng- gerakkan dia untuk mengungkap kan sebuah rapsodi. 'Bumi laksana permata biru dan putih yang berkilauan.... dihiasi keru dung putih yang berpusar per lahan..... laksana mutiara kecil dalam sebuah laut misteri yang hitam pekat', katanya dengan meluap-luap melalui sinyal radio ke Houston. Dua puluh tahun kemudian, seandainya Mitchell dikirim ke ruang angkasa, kali ini dengan kacamata khusus yang memung kinkan dia melhat gas-gas yang tidak kelihatan pada atmosfer bumi, suatu pemandangan yang jauh berbeda akan menyambut- nya. Dia akan melihat kebocoran- kebocoran raksasa pada perisai ozon pelindung di wilayah Antar- tika dan Amerika Utara. Sebalik nya, daripada permata biru yang berkilauan, ia akan melihat bumi yang kusam dan kotor dipenuhi oleh pusaran-pusaran awan hitam dari karbon dioksida dan bele rang. Etika Lingkungan Seandainya Mitchell membawa kameranya dan memotret peman dangan hutan-hutan yang menyeli muti bumi dan membandingkan- nya dengan potret yang diambil nya pada tahun 1971, ia akan sangat terkejut melihat betapa banyak hutan yang telah menciut. Dan jika dia membuka teleskop khususnya untuk membantu me MODAL NASIB Last but not least, formulasi ketujuh dari permodalan ini ada- lah Nasib. Menyerah pada nasib jelas dilarang, tapi meyakininya tentu dituntut. Sebab, modal na- Modal idealisme adalah keka sib adalah bekal yang dibawa oleh setiap manusia dibumi. Sejak du- yaan terpendam yang sukar buat ditakar. Tapi, acapkali nilainya lu dunia terkembang hingga seka- bahkan jauh lebih besar dari se- rang dan nanti. Modal nasib tak amplop uang. Jika modal uang ra mungkin didustakan. Wajib diyakini seratus persen, jika nasib seorang sarjana itu ke- lak akan jadi Gubernur atau ha- nya bekal jadi penjual bubur, per- cayalah, tak satu pun yang bisa merobahnya. Dulu, setiap sarjana memang sama-sama diwisuda dan saling mengenakan jubah plus to- ga sewaktu berlangsung acara wi- suda. Tapi, nasib pasti berbeda ! akibatnya acap resep salah racik. Nah, mengambil dia sebagai mit- ra-kerja akan besar resikonya, pu- tuskan sajalah tak usah. Itu sua- tu contoh kecil! Contoh soal berikutnya : Bo- leh jadi seseorang itu memang be- tul sarjana berdiploma. Akan te- tapi keahliannya tidak ada yang spesifik, melainkan umum belaka sehingga dalam kacamata pan- dang kalangan pengamat dihitung "bukan sebagai tenaga ahli dan te- rampil" sehingga riskan dipeker jakan. Atau, dalam contoh lain lagi: Dunia pekerjaan dan dunia bisnis masa kini condong untuk meng- kristalisasikan sarjana-teor dan sarjana-analitik serta sarjana- pragmatis yang mampu mengin- tegrasikan mau pun mengaplika- sikan Iptek dengan kenyataan konkret sehari-hari. Maka, akan timbul pertanyaan menggelitik, apakah telah setiap sarjana alumnus PTN/PTS yang kita punyai adalah orang-orang berkeahlian prima dan handal ser- ta tidak tertumpu hanya pada teo- ri buku-buku diktat belaka yang kurang relevan dengan laju Iptek? Nah, sudah barang tentu dibutuh- kan pula pengkajian secara cermat buat menyikapinya ! Namun, modal nasib adalah modal maha misterius. Sukar di- ramal, bahkan oleh paranormal sekali pun. Dan anehnya, modal nasib tak bisa diminta sebaliknya juga mustahil ditampik. Ibaratnya kata peribahasa Melayu : Jika la- gi nasib untung, tembaga bisa ber- ubah wujud jadi emas. Tapi kalau nasib lagi sial, emas di tangan bi- sa berubah jadi loyang. Modal nasib mutlak merupa- kan kodrat dan iradat Tuhan Se- mesta Alam. Namun, nasib ada- lah modal yang terpendam dalam diri setiap insan ! *** UNTUK MEMBANTU MASYARAKAT MISKIN, KAMI CIPTAKAN RUMAH MELIHATNYA PUN RSSSS JUGA PAK, YAITU RASA- TIPE RSSSS INI YAITU RUMAH SUNGGU SANGAT NYA SUNGGUH SANGAT SEDERHANA SEKALI...! SEDIH SEKALI, PAK...! il DEVELOPE Oleh : Korry meriksa sampah dan perairan di bumi, ia akan melihat pita-pita beracun berseliweran dalam tanah dan bola-bola berwarna hitam melapisi banyak bagian dasar lautan". Kalimat-kalimat di atas dikutip dari Tajuk Rencana India Today yang ditulis oleh Raj Chengappa, belum lama ini. Kalau saja apa yang digambarkan India Today itu betul, maka keadaan bumi dan kehidupan di atasnya sudah berada pada posisi yang sangat mengkhawatirkan. Sebab bumi dan kehidupan di atasnya sangat lah kompleks, dan terjalin dengan rumit. Jutaan makhluk hidup sa ling berhubungan merupakan ja ringan kehidupan. Sehingga bila beberapa bagian dari unsur ter sebut raib, akan sangat berpe keserasian ekosistem. Lebih parah ngaruh terhadap kelestarian dan lagi bila elemen ekosistem itu banyak yang hilang. Keseimbang an ekologis akan terganggu, yang cepat atau lambat akan mempe ngaruhi kesehatan manusia. LEWAT fotosintesis, hutan tropis mengambil karbon dioksida dari udara dan mengembalikan oksigen kepadanya. Ia mereguk sejumlah besar air hujan namun menggunakan sangat sedikit air dalam pembuatan makanannya. Sebagian besar air tersebut di daurulang ke dalam afmosfer sebagai uap air. Di sana terben tuklah awan hujan yang amat di butuhkan hutan tropis dan jutaan tanaman serta satwa yang diberi makan di bawah payung hijaunya. Kini, hutan tropis telah banyak ditebangi. Sehingga karbon diok sida tetap di atas bagai sebuah selimut untuk menyimpan panas matahari. Hanya sedikit oksigen yang ditambahkan ke atmosfer demi manfaat satwa. Sedikit hu- jan didaurulang agar lebih banyak curah hujan. Sebaliknya, hujan yang turun bergegas meninggal kan daratan, membawa serta humus yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kembali tanam- tanaman. Sungai-sungai dan danau- danau telah penuh lumpur, serta ikan-ikan telah mati. Jutaan tanaman yang dulu tumbuh dengan subur, dan hewan yang menjadikan hutan sebagai habitat nya kini lenyap, dan proses pembentukan gurun yang lambat dan panjang dimulai. Diberita kan, gurun Sahara yang sangat luas di Afrika dulunya hijau. Namun sekarang, gurun terluas di bumi itu mulai bergeser sedikit demi sedikit ke bagian-bagian Eropa. Kerusakan hutan merupakan masalah yang paling serius dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Para ahli lingkungan memper kirakan, bahwa pemanasan global erat kaitannya dengan tingkat kerusakan lingkungan yang telah mencapai titik yang mengkhawatir kan. Para peneliti dari Pusat Penelitian Byrd Polar tahun 1992 yang lalu melaporkan bahwa yang Syarat Gedung Kesenian Memenuhi SEBAGAI warga kota Medan tercinta ini saya merasa sangat ke- kurangan. Apa itu? Tempat pa- gelaran atau pertunjukan kesenian yang baik, rasanya di Medan ini belum ada yang memadai. Bahwa memang ada TBSU (Taman Bu- daya Sumatera Utara), namun tempat itu kurang memadai. en Lagi pula kurang berkembang, justru berbagai aktivitas kesenian yang digelar di TBSU (dan seba- gian besar hanya teater) dapat di- katakan hanya "itu ke itu" saja. Yang diharapkan adalah, bah- wa di kota Medan juga singgah mengadakan pagelaran rombo- ngan kesenian besar yang Berbo- bot dari luar negeri, atau dari Ja- karta, dan lain-lain. Selama ini sekali-sekali memang ada, namun Ⓒ WIWID -95. "semua gletser gunung pada ke tinggian sedang dan rendah seka rang mencair dan menyusut - beberapa di antaranya sangat cepat dan bahkan catatan mengenai es yang terkandung dalam gletser ini memperlihatkan, bahwa 50 tahun belakangan ini telah menjadi lebih panas dari periode 50 tahun manapun" dalam sejarah. "Jika stasiun-stasiun pemantau cuaca dunia memberikan infor- masi yang dapat diandalkan, tekanan untuk memerangi panas bertambah. Tahun-tahun 80-an mengalami enam dari tujuh musim panas yang terpanas sejak cuaca mulai dicatat kira-kira 150 tahun yang lalu. Kemungkinan penyebabnya adalah kenaikan 26 persen karbon dioksida dalam at- mosfer di atas level pra-revolusi in dustri", demikian komentar India Today, 5 Juni 1992 yang lalu. Sumbernya diperkirakan adalah 1,8 miliar ton karbon dioksida yang dimuntahkan setiap tahun melalui pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, masalah mendesak lainnya berkenan dengan lubang-lubang yang ter- dapat pada lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar ultraungu penyebab kanker. Penye bab utamanya diperkirakan gas. gas CFC (Kloroflurokarbon) yang biasanya digunakan dalam lemari pendingin, AC dan larutan pem bersih, juga sebagai unsur peng- gembung dalam pembuatan busa- busa plastik (plastic foams). Karena itulah, majalah Dis cover yang memuat kutipan ter- baru ahli biologi Edwar O. Wilson berjudul "The Diversity of Life, mencantumkan daftar kepunahan ribuan spesies burung, ikan dan serangga, dan juga spesies-spesies lainnya yang biasanya diabaikan karena dianggap tidak penting. Lalu, apa jadinya bila beberapa spesies punah, jika bahkan setengah dari semua spesies di atas bumi lenyap? Kemungkinan besar sumber-sumber informasi il- mu pengetahuan baru akan hilang. Kekayaan biologis yang sangat besar dan potensial akan binasa. Obat-obatan yang masih belum dikembangkan, hasil panen, dunia farmasi, kayu, serat- serat, tumbuhan pemulih humus, pengganti bahan bakar minyak, dan produk-produk lain, serta kenyamanan tidak akan pernah di temukan. ✰✰✰ STEPHEN M. WOLF, ketua dan pucuk pimpinan United Airlines mengatakan, "Apa pun yang kita lakukan atas lingkung an, kita melakukannya atas diri kita sendiri. Kita adalah biang keladi kerusakan lingkungan hidup..... Karena itulah, kita pun harus mencari jalan keluarnya. Apa yang dikatakan Stephen memang betul. Kecenderungan se lama ini menunjukkan, bahwa ke majuan yang dicapai manusia tidak digunakan untuk menyela matkan bumi, melainkan mengeks ploitir sumber daya alam tanpa memperhatikan daya dukung ling kungan. Banyak manusia yang me miliki kepedulian akan keuntung Halaman 4 terpaksa bermain di hotel. Misalnya di Hotel Tiara yang pernah muncul adalah rombo- ngan Teater Koma Riantiarno, acara membaca puisi WS Rendra, atau beberapa rombongan musik luar negeri. Sebaiknya kota Medan memi- liki sebuah Gedung Kesenian yang benar-benar memenuhi syarat, dan dapat dibanggakan. Jika Ja- karta memiliki Gedung Kesenian di dekat Pasar Baru, mengapa pu- la Medan tidak ? Surat Pembaca Cantumkan nama dan alamat yang jelas, tandatangani, dan sertakan fotokopi KTP yang masih berlaku Pemda Kota Medan sudah saatnya memikirkan hal ini. Bah- kan Pemda Sumatera Utara pun harus membantunya. Tetapi se- muanya harus di lakukan dengan benar, terarah, dan termotivasi dengan baik. Semata-mata untuk kepentingan kesenian dan kebuda yaan. Peristiwa Tapian Daya mau- pun Studio Film di Sunggal hen- daknya jangan terulang. Jangan ! Medan, atau katakanlah Su- matera Utara jangan hanya "ber- hasil" di bidang industri, perke- an materi jauh lebih besar ketim- bang kepedulian akan masalah sosial dan lingkungan. Dan hal ini tercermin dari banyaknya pengu saha yang membuang limbah in- dustrinya sembarangan tanpa adanya usaha menggunakan UPL (unit pengolah limbah), karena di yakini hanya akan menambah biaya. Lalu, apa yang perlu kita laku kan untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan yang lebih pa rah? Manusia perlu memikirkan kemungkinan penciptaan tekno logi-teknologi yang "akrab ling kungan". Kemajuan teknologi harus diarahkan untuk mencip takan keserasian dan keselarasan hidup manusia dengan alam, se hingga mampu menopang kehi dupan manusia secara berkelan jutan. Kita harus menyadari, bahwa alam hanya akan berarti bila mampu menopang kehidup an manusia secara berkelanjutan. Teknologi yang akrab lingkung an ini dapat diwujudkan dengan menciptakan teknologi yang dapat mengolah limbah, sampah dan polutan lainnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Teknologi yang akrab lingkungan juga hendaknya mam- pu memberikan terobosan-tero bosan baru dalam memperluas ke sempatan kerja, menghemat biaya, mampu meningkatkan efek tivitas dan efisiensi kerja tanpa merusak lingkungan. Sehubungan dengan itu, pen- didikan etika lingkungan yang pada hakekatnya dilandasi ke sadaran manusia hidup dalam suatu ekosistem yang besar di dunia ini, dan terjadi saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya perlu lebih. disosialisasikan. Pendidikan etika lingkungan karenanya ditujukan untuk mem bangkitkan semangat manusia akan kesadaran untuk mencintai, menghormati, melindungi, dan te rus-menerus memperbaiki ling kungan. Karena itulah etika lingkungan di masa datang perlu dikaitkan dengan menggali aspek- aspek budaya, hukum maupun agama. Peter Singer yang dijuluki sebagai Bapak Perintis Lingkung (Bersambung ke hal 15) Dari Redaksi PARA penyumbang tulisan/artikel dimintakan perhatiannya sebagai beri kut: 1. Panjang tulisan/artikel minimal empat dan mak simal tujuh halaman/folio diketik dengan spasi rang kap dan tidak timbal balik. 2. Bukan tindasan, serta bukan fotokopi. 3. Tidak atau belum dikirim kan ke media massa lain nya. 4. Pada akhir/ujung tulisan sebutkan identitas, profesi penulis serta alumnus dari mana. 5. Sertakan alamat terbaru yang jelas, dan jangan lupa sertakan fotokopi KTP yang masih berlaku. bunan, dan ekonomi semata-mata tetapi juga harus di bidang bu- daya dan kesenian. Banyak seni budaya daerah ini yang tersimpan, tetapi harus ber- hasil dikembangkan dengan baik. Mengapa sesudah di Jakarta ba- ru menonjol, misalnya orkes sim- poni Batak yang mengagumkan itu, begitu juga kesenian Melayu, dan lain-lainnya lagi. Janganlah hanya muncul pada waktu ada pe- kan budaya ini dan itu saja, kemu- dian senyap. Lalu dengan mendatangkan rombongan seni dan budaya dari luar yang berbobot, jelas kita di daerah ini dapat menambah pe- ngalaman dan wawasan. Tidak berputar-putar di sekitar diri kita sendiri, lalu merasa hebat. Mungkin suatu tempat yang layak, Gedung Kesenian yang me- menuhi syarat wajar diadakan. A.HARIS PETRA Jalan Setia Budi Medan 00000 Sabtu, 29 April 1995 DAER A Par Setiap tidal Pematang Siantar, Pangdam-I/BB menegaskan serah ABRI/TNI-AD me perjuangan ABRI/ Sebab kita selalu ABRI/TNI-AD tid cita-cita perjuangan guh nilai-nilai keju kan Pancasila dan Sumpah Prajurit. Hal tersebut ditegaskan dam-I/BB dalam amanatn da upacara serah terima K dan Resimen Induk Daeral ter-1/Bukit Barisan (Dar dam-I/BB), Jumat (28/4) b pat di Lapangan Upacar dam-I/BB Pematang Si Upacara tersebut dihadir pejabat Kodam-I/BB, K Kajat, Ketua Persit KCK MENYEMATKAN: jabatan Dan Rindam I/ jabatan pada hari Juma Desa Pan Mener Pangkalan Susu, (Ana Desa Pangkalan Kecamatan Pangkala Langkat dalam waktu akan menerima dana -Desa Tertinggal (BD 1995 sebesar Rp. 10 Pemda Kabupaten Lan Tiga desa lainnya di yang bakal menerima di masing masing desa Sa Kecamatan Besitang, de Kecamatan Sei Lepan Kwala Langkat Kecama jung Pura. Otto Junare desa Pangkalan Siata Analisa Selasa (18/4) me dia dan tiga kepala desa itu telah memperoleh pr bulan Maret lalu di Sta Ratusan Terin Lubuk Pakam, (Anali- Sebanyak 300 oran, mampu di kota Lubuk P nerima bantuan klos bangan proyek Penyehat kungan Pemukiman (PL yang dipimpin Ir.Farich Penyerahan secara berlangsung di lapang Bomber Lingkungan I K Syahmad, Rabu (26/4) tua tim Penggerak PKK dang nyonya Raphita M menyerahkan kloset kepa ibu di situ. Bupati Deli Serdang. maran NS didampingi ca buk Pakam, drs.M.Zen d Syahmad drs.Budi Pane kan upacara dilakukan kungan I Kelurahan Syah rena lokasi ini yang pali dengan kantor bupati. Sungai Kuala Namu KLOSET: Ketua tim pen ran (kiri) secara simbolis kunga I Kelurahan Syahr AJB Br RSU Tiara I Pematang Siantar, (Anal Pemimpin Cabang AJI Putera (BP) 1912 Cabang bagut II Pematang S Moch.Imam M.Romli SH rektur RSU Tiara Budima tan di Jalan Menambin Pen Siantar menandatangani kerjasama, Jumat (21/4). Menurut Pemimpin Caba 1912, naskah kerja sama kan kedua belah pihak adanya kesamaan tugas mi misi sangat mendasar. Yakm lan dengan tekad "service khusus kepada para pem polis sebagai perwujudan ja hari tua dan perlindungan gang polis, terutama bagi ya lum menjadi pemegang pc
