Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-02-26
Halaman: 08

Konten


Rabu, 26 Pebruari 1997 "Si Hitam" Kopi Lampung Semakin Terkejar dalam Devisa DUNIA perkopian Indonesia tampaknya masih akan tetap ber- paling ke Lampung, karena komo- diti andalan daerah "Sang Bumi Ruwa Jurai" itu mampu memper- tahankan prestasinya sebagai pe- raih devisa terbesar ekspor non- migas selama 1996, dengan total nilai 317,8 juta dolar Amerika. Bagi Lampung, kopi bukanlah satu-satunya komoditi yang dian- dalkan, karena daerah dengan luas 35.378,50 kilometer persegi dengan penduduk 6.512.089 jiwa itu pada 1996 tercatat memiliki 166 jenis komoditi ekspor yang siap menembus pasar dunia. Namun, menurut Kakanwil Depperindag setempat, H. Deddy Gurnadi, SE, ST, dari 166 mata dagangan itu yang berhasil tere- alisasi ekspornya hanya 94 buah, dan tercatat 25 di antaranya me- rupakan komoditi baru yang ber- hasil diekspor. Secara rinci, ke 166 komoditi yang terdata di Kanwil Depperin- dag Lampung itu yakni hasil per- tanian dan kehutanan dari 44 je- nis terekspor 25 jenis, hasil indus- tri ada 97 jenis hanya terekspor 57 jenis, kerajinan 17 jenis terekspor sembilan jenis dan hasil tambang dari 10 jenis hanya terekspor tiga jenis. Adapun komoditi Lampung atau yang tahun 1995 tidak tereks- por namun pada 1996 dapat di- ekspor masing-masing kodok be- ku, kemukus, sabut kelapa pan- jang, jagung muda, cassava strach, tahu dalam toples, sari ba- han pewangi, tepung agar-agar, minyak kelapa, minyak biji kela- pa sawit. Komoditi lainya kerupuk sa- yuran, keripik singkong, keripik pisang, keripik nangka, juice ke- lapa, activated carbon, sodium ci- trate, label dari kertas, granit, me- sin blower, finger joint laminated, meja gambar, meja makan dan buffet. Dari 94 komoditi yang terpa- sarkan dari Lampung selama 1996, ada lima komoditi andalan Lampung yang menempati pe- ringkat lima besar dalam pengum- pulan devisa. Kopi robusta di tempat perta- ma dengan volume 202.863 ton se- nilai 317,8 juta dolar AS, tempat kedua udang black tiger 12.065 ton senilai 151,1 juta dolar AS, ke- tiga lada hitam 16.851 ton senilai jauh di bawah yakni 35,9 juta do- lar AS. Negara lainnya Spanyol, Be- landa, Maroko, Malaysia, Geor- gia, Hongkong, Denmark, Swit- zerland, Checoslovakia, Afrika Selatan, Portugal dan Tunisia. Dari 25 negara tersebut, terca- tat sebagai negara pengimpor ter- besar yakni USA, Inggris, Jer- man, Jepang, Aljazair dan Spa nyol. Sedangkan kopi Arabika, se- lama 1996 Lampung baru berha- sil mengekspor sebanyak 791 ton dengan nilai 1,83 juta dolar Amerika. Peningkatan perolehan devisa ekspor kopi robusta yang begitu besar menurut Deddy Gurnadi antara lain berkat kerja keras se- mua pihak, baik petani, pengusa- ha, serta tak luput dari peran pa- ra atase perdagangan RI yang giat melakukan promosi di luar negeri. CERPEN AKU duduk di bibir jendela. Memandang hujan yang turun dari langit, menatap liukan cemara yang dimainkan angin, memandang selokan samping rumah yang penuh dengan genangan air. oh, senja yang kelabu, desahku. GUDANG ROBUSTA Sementara, Kepala Dinas Per- kebunan Lampung, Ir M. Tibrizi Asmarantaka mengatakan, sesuai data terakhir total areal perkebun- an kopi jenis robusta di Lampung tercatat 130.633 hektar. Tapi sungguh, dulu tak pernah kubenci hujan. Tak ada senja kelabu. Aku malah suka bermain- main dengannya. Berlarian sepan- jang jalan Kyai Tapa tanpa ada keinginan untuk berteduh. Ka rena, percik hujan adalah ribuan jemari langit yang mencoba menyapaku dengan penuh kese- jukan. Untuk apa menghindar? Walau akhirnya basah di tubuhku selalu membuat Tita, teman se kosku ngomel ngomel. Tapi apa perduliku? Aku dan hujan telah menyatu. Hujan tak pernah membuatku sakit. Sudah lama aku bersahabat dengannya. Sejak beberapa gunung kudaki, hutan kujelajahi ...., hujan men- jadi akrab denganku. Gericik suaranya ketika menimpa batu- batu kali, adalah irama alami yang melenakan hatiku. Tapi sekarang? Kutengok rumpun rumpun mawar di bawah jendela kamar. Enam tangkai kembangnya me rah merona mengangguk-angguk lucu. Segar. Sesegar ingatanku padamu. Tidak semua areal tersebut berproduksi dengan baik, karena tanaman kopi yang belum meng- hasilkan sebanyak 11.110 hektar, 5.607 hektar tanaman rusak, se- hingga yang berproduksi sekitar 113.916 hektar. Tingkat produksi kopi Lam- pung termasuk relatif besar, de- ngan rata-rata sekitar delapan sampai sembilan kuintal per hek- tar biji kering asalan. Industri nenas kaleng hanya berada di peringkat empat dengan volume 39.651 ton senilai 30,8 ju- ta dolar AS dan pada peringkat lima diduduki monosodium glu- tamate dengan volume 12.063 ton meraih devisa ekspor 17,3 juta do- lar AS. Negara-negara yang mem- beli produksi kopi robusta Lam- pung khusus bulan Desember 1996 tercatat 26 negara, yakni Je- Dengan volume dan nilai se- pang, Belgia, Polandia, Inggris, banyak itu terjadi peningkatan vo- Korea Selatan, Singapura, USA, Rumania, Italia, Jerman, Bulga- lume sebesar 85,8 persen sedang- kan nilainya naik 15,3 persen di- bandingkan realisasi ekspor kopi ria, Mesir dan Aljazair. robusta tahun 1995. Namun diakui, ada beberapa sentra produksi kopi di Lampung yang buahnya lebat dan kualitas kopinya bagus, antara lain di Li- wa dan Sumberjaya Lampung Ba- rat, Kotabumi Lampung Utara dan Pulau Panggung kabupaten Lampung Selatan. Luas areal kopi robusta itu jauh lebih besar dibanding kopi Arabika yang tercatat baru seki- tar 1.300 hektar, itu pun sebagian besar berada di daerah iklim se- juk, Lampung Barat. Sebagai tanaman tahunan yang tergolong tradisional, kopi memang sudah ada sejak jaman dulu di Lampung, namun karena harga di pasaran yang tidak me- nentu, banyak diantara petani ko- pi yang semula berpaling dari ta- namannya ke tanaman lain. Saipul (26 tahun) misalnya, terpaksa menumpangsarikan ta- naman pisang di sela-sela kopi, karena tidak sabar menunggu ha- sil panen kopi yang setahun seka- li itu. Kendati demikian, tidak ba- nyak petani yang membabat ha- bis kebun kopinya dengan meng- ganti tanaman lain, karena ba- gaimana pun mereka menganggap kopi masih menjadi harapan tahunan. Dalam tahun-tahun terakhir, Pemda Lampung menggalakkan tanaman kopi jenis Arabika, ka- rena dinilai harganya di luar ne- geri lebih terjamin. Karena itu, bagi pembukaan areal perkebunan kopi baru tertu- tup bagi robusta, tapi lebih dian- jurkan petani menanam Arabika. Dilihat dari statistik ekspor daerah Lampung, komoditi andal- an Lampung, kopi robusta me- nempati posisi teratas dalam pe- ngumpulan devisa ekspor hasil pertanian dan kehutanan bagi daerah Lampung selama 1996 dengan menyumbangkan devisa 317,8 juta dolar Amerika dari vo- lume 202.862 ton. Secara umum, berbagai komo- ditas daerah Lampung yang mam- pu menembus pasar internasional selama Januari-Desember 1996, berhasil menyumbangkan devisa ekspor bagi daerah itu sebesar 703,17 juta dolar AS dari hasil penjualan berbagai komoditi se- banyak 979.857,12 ton. "Realisasi perolehan nilai de- visa sebesar itu mengalami pe- ningkatan sebesar 12,02 persen di- bandingkan tahun 1995 senilai 627,7 juta dolar AS dengan volu- me 1.349.455 ton," kata Deddy Gurnadi. Mengapa volumenya turun se- dangkan nilainya justru naik? Deddy Gurnadi mengatakan, ka- rena pada 1996 pada beberapa ko- moditi dari Lampung yang harga- nya di pasaran internasional naik. Sesuai hasil diversifikasi, sela- tanganmu. "Maaf, aku terburu-buru.Ada rapat Aranyacala,' kataku dengan sedikit kikuk dan men- coba membantu mengambil buku mu yang tercecer. "Tak mengapa. Namamu Riri, kan ?" "Kok tahu?" Kamu mengukir tawa. "Ya tahu, dong siapa sih yang tak kenal Riri? Aktifis pencinta alam, gemar melakukan kegiatan sosial, wartawan kampus, cerpenis kon- dang...... Waduh, dengan ke giatan yang bejibun, apa kamu tidak capek ?". Aku cuma tersenyum. Aku tak tahu kalau kamu sudah tahu begitu banyak tentang aku. Sementara aku ******* "Kita pisah dulu, ya. Kulihat tadi teman-temanmu sudah ba nyak yang kumpul. Tapi kamu harus janji, untuk bertemu lagi denganku. "Oke?" kamu mene puk pundakku. Dan selagi kamu memamerkan senyum pepsodent- mu, aku sudah melesat bak anak panah. Berbaur dengan teman- teman untuk merencanakan eks pedisi ke Ujung Kulon. Begitulah, hari-hari selanjutnya aku jadi sering ketemu kamu. Karena, begitu dosen mengakhiri kuliahnya, kamu sudah bediri di pintu kelas menungguku. Entah itu untuk mengajakku ke kantin, ke perpus atau sekadar mem- bicarakan cerpenku yang baru sa- ja dimuat di suatu majalah remaja. Mengapa dulu kita bertemu, "Mengapa cerpenmu selalu Pim? Mengapa aku jatuh cinta bercerita tentang kesedihan? sama kamu? Mengapa kemudian Selalu tentang tak harmonisnya pacaran, merangkai hari-hari sebuah keluarga. Tak adakah manis berdua padahal kamu cerita yang lebih manis yang bisa sudah punya tunangan? Menga paparkan? Atau pa?. Pertemuanku denganmu di awali dengan tabrakanku yang kamu keluargamu.... "Sok tahu, ah." "Siapa tahu?" jawabmu san- menjatuhkan buku-buku di tai. Tapi tiba-tiba kamu Oleh: M. Tohamaksun ma 1996 jumlah komoditi ekspor Lampung yang terpasarkan terca- tat mencapai 94 jenis, mengalami peningkatan dari tahun 1995 tang baru 81 jenis yang ditujukan ke 70 negara, atau meningkat jika di- banding dengan 1995 yang baru menembus 63 negara oleh sekitar 70 eksportir. Jika dirinci dari masing- masing jenis komoditi, komoditi ekspor Lampung 1996 masih te- tap mendominasi hasil pertanian dan kehutanan yang mencapai vo- lume 399.718 ton senilai 540,2 ju- ta dolar AS. Tempat kedua diduduki hasil industri yakni 328.645 ton senilai 153,05 juta dolar AS, ketiga hasil pertambangan dengan volume 250.886 ton senilai 7,8 juta dolar dan hasil kerajinan baru tercapai 607 ton senilai dua juta dolar AS. "Kalau tidak dapat mengatasi kemacetan penyeberangan Me- rak-Bakauheni sampai masa ang- kutan Lebaran, lebih baik Men- teri Perhubungan mundur saja, "ujar anggota komisi V DPR Sof yan Usman, saat meninjau Pela- buhan Feri Merak, Banten, sebe- lum musim angkutan Lebaran 1997. Kritik bernada mengancam itu juga masih dibumbui kata-kata pedas, "Omong kosong jika der- maga III dan IV dapat dioperasi- kan pada masa angkutan Lebaran 1997". Keluhan serupa tentu juga da- tang dari masyarakat yang berke- pentingan langsung dengan kelan- caran lalu lintas Merak-Bakau- heni, tidak hanya saat menjelang Lebaran atau hari besar lainnya tetapi juga pada hari-hari biasa. Kelancaran lintas penyebe- rangan Merak-Bakauheni me- mang tidak hanya penting bagi perjalanan penduduk antar pu- lau, tetapi juga telah menjadi urat-nadi perekonomian Jawa- Sumatera. Warga Jakarta dan sekitarnya menuntut kelancaran pengiriman kelapa, pisang dan hasil alam lainnya dari Sumatera, sementa- ra penduduk Sumatera menuntut kelancaran pengiriman barang- barang kelontongan dan kebutuh an pokok lainnya. Jika saling ketergantungan pasokan berbagai jenis kebutuhan barang antar Jawa-Sumatera itu terhambat, otomatis harga-harga di kedua pulau itu akan melon jak. Jika harga-harga berbagai je- nis barang melonjak sampai tidak realistis lagi, rakyat di kedua pu- lau itu pula yang akan "berte riak". Karena itu, kemacetan sarana penyeberangan yang bertambah "runyam" itu mengundang per- hatian, kritik dan keprihatinan dari berbagai pihak. Departemen Perhubungan se- benarnya sudah mengantisipasi kebutuhan sarana penyeberangan Merak-Bakauheni itu sejak lima tahun lalu. Fasilitas Penyeberangan Merak-Bakauheni Belum Memenuhi Harapan Namun semuanya baru beru- pa perencanaan yang belum da- pat diwujudkan dalam bentuk fi- sik, karena keterbatasan ang- garan pemerintah, ujarnya. Selama ini, lintas. berangan Merak-Bakauheni ha- nya mengandalkan masing-ma- sing dua di dermaga di Merak dan Bakauheni, dengan mengoperasi- penye- menghentikan langkah dan mena tapku lekat-lekat. "Bi, adakah suatu hari nanti kamu mau menulis tentang kita?". "Untuk .....?" "Setidaknya, ceritanya akan jadi lain dari cerpen yang biasa kamu buat." hujan aku yakin tak akan turun. Langit tampak mendung, tapi Dan sore itu, kita habiskan waktu menyusuri jalanan kampus. Dari timur Kyai Tapa lurus ke barat kemudian belok ke selatan masuk S.Parman. Dan di gerbang kost-ku, kau sibakkan anak rambut dan tak sadar kehangatan telah menyen- tuh keningku. "Tak perlu membawa per- soalan sampai ke gunung atau hutan. Di sini kamu bisa berbagi denganku." Aku membisu. Dengan lembut kamu mengusap pipiku. Dan sedetik kemudian aku sudah berada dalam rangkumanmu. "Ri, seandainya kita bisa.....' Kuurai pelukanmu." Jangan katakan itu sekarang. Aku belum siap mendengarnya. Suatu saat, kalau ..... "Riri, kita hidup perlu teman. Perlu kasih sayang. Tak perlu terbelenggu oleh masa lalu." "" Semalaman aku memikirkan kata-katamu. Luka lama itu masih menganga, Bim. Luka yang mendarah karena penghi anatan Papa. Luka yang teramat sakit karena kepergian Mama. Menghadap Tuhan dengan sakit yang teramat sangat. Beribu virus penyakit telah menghentikan na fasnya. Adakah penderitaan yang lebih dari yang sedang aku alami, Bim?. KOMODITI BARU Sejalan dengan upaya meng- galakkan ekspor non migas, Lam- pung terus giat melakukan diver- sifikasi produksi, diantaranya mu- lai akhir 1996 Lampung berhasil mengekspor kodok beku. Komoditi baru kodok beku asal Lampung itu mulai akhir 1996 berhasil menembus pasar dunia, diantaranya Taiwan dan Belgia. Mulai saat itu aku sangat ben- ci Papa. Melihat Papa, aku seper- ti melihat hantu. Kalau Papa sudah tega membunuh Mama, Produksi kodok beku tersebut, sejak Oktober 1996 mulai dipro- duksi dan dipasarkan oleh sebuah perusahaan PT. Keong Nusanta- ra Abadi yang berlokasi di keca- matan Natar kabupaten Lampung Selatan. Selain mulai memproduksi ko- dok beku, perusahaan itu sejak la- ma juga memproduksi bekicot yang telah lebih dahulu berhasil Oleh Tunggul Susilo kan 15 unit kapal feri yang umumnya telah berusia tua. Sarana yang ada itu, jika ti- dak terganggu oleh kondisi cua- ca buruk, setiap harinya hanya mampu mengangkut sekitar 3.000 unit kendaraan dengan sekitar 30.000 penumpang (untuk satu sisi). Pemudik dari Pulau Jawa ter- paksa harus berjalan kaki dari Ci- legon ke Merak. Pengalaman pa- hit yang dikenal sebagai "tragedi Merak" itu-pun kemudian dijadi- kan dasar untuk mematangkan perencanaan dan memecahkan masalah pelayanan angkutan Le- baran 1997. Karena keterbatasan dana, pe- merintah mengundang investor swasta PT. Infiniti Indosakti, un- tuk membangun dermaga IV di Merak dan Bakauheni. Perusahaan itu juga menda- tangkan satu unit kapal cepat ber- kapasitas 200 penumpang yang di lengkapi peralatan keseimbangan (stabilizer), sehingga tahan terha- dap gempuran gelombang pa sang. Kemudian didatangkan lagi dua unit kapal feri berukuran be- sar, Infiniti 101 dan Infiniti 102, masing-masing mampu mengang- kut lebih dari 1.000 penumpang dengan 130-150 unit kendaraan campuran. Hanya dalam tempo kurang dari dua bulan, dermaga IV di Merak dan Bakauheni itu berha- sil diwujudkan dalam keadaan da rurat, meski pada masa angkutan Lebaran ini tidak sampai di pera sikan secara efektif. Kemudian dermaga III di Me- pasti lah Papa tak bisa me nyayangiku lagi. Aku harus pergi jauh dari Papa. Akhirnya, Jakar- ANALISA tak menembus pasar beberapa nega- ra dengan menyumbangkan devi- sa cukup berarti bagi Lampung serta memproduksi Sari Kelapa. Potensi kodok beku Lampung itu mulai terlihat, karena pada bu- lan Oktober 1996 saja, kodok be- ku Lampung menembus pasar Taiwan, sedangkan bulan Nopem- ber sempat terhenti dan pada De- sember 1996 kembali berhasil diekspor dengan menembus pasar Belgia sebanyak 15 ton senilai 66.973 dolar AS. Sedangkan pada masa libur Lebaran, lonjakan arus penum- pang dan kendaraan bisa berlipat sampai tiga kali lipat dari kapa- sitas angkut yang tersedia. Dalam kondisi keterbatasan sarana penyeberangan itu, pada hari-hari biasa di tahun 1996-1997 saja sampai lebih dari 2.000 truk pengangkut berbagai jenis barang harus tertahan berhari-hari di Me- rak dan Bakauheni. Kapal tua yang beberapa ta- hun lalu sempat melayani Merak- Bakauheni, yakni KMP Krakatau yang khusus mengangkut penum- pang dengan kapasitas sampai se- Seperti pada musim angkutan kitar 3.000 orang, juga disiagakan di Merak. Lebaran 1996, arus mudik dari Pulau Jawa ke Sumatera itu ha- rus tertahan berhari-hari di Me- rak, bahkan sampai menimbul- kan kemacetan total di Jalan Raya Cilegon-Merak sepanjang 13 kilometer. Sedangkan total volume eks- por kodok beku Lampung selama 1996 baru tercapai 22,13 ton seni- lai 98.939 dolar AS. Komoditi baru seperti kodok beku itu diharapkan dapat me- ningkat di tahun-tahun yang akan datang, bahkan bisa muncul ko- moditi-komoditi baru lain yang bisa diandalkan untuk menyamai perolehan devisa seperti yang di- capai "Si Hitam Kopi Lampung". (Ant) rak dan Bakauheni juga dibangun dalam keadaan darurat dalam tempo sekitar satu bulan, dan pa- da masa angkutan Lebaran ini te- lah dioperasikan secara efektif. Dermaga III di Merak dan Ba kauheni, bersama sejumlah sara- na lainnya itu, nantinya akan se- gera dibangun secara permanen menggunakan dana bantuan OECF Jepang, yang nilainya sampai sekitar Rp 105 milyar. Menhub kemudian menda- tangkan kapal berukuran besar, KMP Ontoseno, serta dua kapal feri bantuan dari penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, yakni KMP Citra Bahari dan KMP Citra Mandala. Untuk mengantisipasi lonjak- an arus kendaraan, selama masa angkutan Lebaran juga diopera- sikan Kapal Roro (KR) Utari yang khusus mengangkut kenda- raan dengan kapasitas 250 unit truk. TNI AL juga tidak mening- galkan tradisinya, mengerahkan enam kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank), untuk mem bantu pengangkutan kendaraan. Kapal cepat Maharani berka- pasitas 400 penumpang juga dike- rahkan, bersama kapal cepat Ti- dar Maju dan dua kapal cepat yang melayani lintasan baru, Me rak-Sukaraja (Bandar Lampung). Persiapan matang dan kerja keras jajaran ASDP dan Depar- temen Perhubungan serta sejum- lah instansi terkait itu-pun akhir- nya membuat pemudik dan pe- numpang arus balik terbengong- bengong. Mereka banyak yang heran, se lama angkutan mudik dan balik, Cilegon-Merak tidak pernah ma- cet. Penumpang dan kendaraan yang antri di Merak dan Bakau heni dapat segera diseberangkan. 4 Pada masa arus mudik, di Merak hanya tercatat 59 korban pingsan dalam dua malam, se- dangkan pada Lebaran tahun lalu dalam semalam saja lebih dari 300 orang dilaporkan tak sadar- kan diri. Kemudian ratusan petugas ke- amanan yang disebar di Merak dan Bakauheni, termasuk petugas yang berpakaian preman dan petu ta yang kupilih untuk mengubur kan cerita lalu dan penyembuhan luka - lukaku. Hujan Turun di Jakarta mam-S '96 Pupung D. Pribadi gas yang mengawal kapal, mem- . buat para penumpang menjadi le- bih aman dan nyaman. Tidak lagi banyak ditemukan dompet kosong dan KTP (kartu tanda penduduk) milik korban pencopetan, yang oleh sang penco petnya sengaja dibuang di sekitar pelabuhan agar diambil oleh petu gas keamanan. Padahal di Merak-Bakauheni, Namun keinginan mengguna- kan mobil pribadi tidak dapat di- tahan, selain alasan kelangkaan dan penurunan kualitas pelayan an angkutan umum pendapatan penduduk per kapita meningkat dari 3200 dolar AS tahun 1995 menjadi 3600 dolar AS 1996. Penggunaan PENDUDUK Jakarta kelas menengah ke atas tampaknya ma- sih lebih senang menggunakan kendaraan pribadi dibanding ang kutan umum, seiring dengan ke- langkaan maupun penurunan kua litas pelayanan angkutan umum. Di lain pihak berbagai upaya telah diterapkan Pemda DKI un- tuk mengerem minat penduduk Jakarta menggunakan kendaraan pribadi, seperti penerapan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor dan Sistem "three in one". Kenaikan pendapatan perka- pita dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi daripada per- tumbuhan ekonomi nasional, me- mang menimbulkan konsekuensi berupa meningkatnya daya beli masyarakat Jakarta, termasuk di antara dalam membeli mobil pri badi. Meskipun Pajak Progresif Kendaraan Bermotor diharapkan Kenaikan Tarif Parkir Dorong Karena itu, ketimpangan an- tara pertambahan jumlah kenda- raan dibandingkan dengan pan- jang jalan tetap terjadi, sementara kemampuan pemerintah memba ngun jalan-jalan baru sangat ter- batas. Luas Jakarta hanya 650 Ha dengan panjang jalannya sekitar 5000 Km, namun Ibukota itu se- karang dipadati 2,2 juta unit ken- daraan bermotor. Pertambahan jumlah kendara an yang besarnya 14 persen dalam setahun tentu akan menimbulkan berbagai dampak yang menurun- kan daya saing Jakarta, seperti diperkirakan lebih dari 100 orang anggota komplotan pencopet dan penodong yang berkeliaran men- cari mangsa. Ribuan wanita dari Sumatera yang hendak melanjutkan perja- lanan pulang ke Jakarta dan se- kitarnya, juga dapat tidur nye- nyak di kawasan pelabuhan dan terminal bus Merak. Tak pernah kubiarkan waktuku kosong. Aku harus selalu sibuk. Dan kegiatan kam- pus akhirnya menyita seluruh waktuku. Mengunjungi panti jompo, nguber berita aktual un- tuk koran kampus dan mengikuti ekspedisi yang digelar Aranya cala, klub pencinta alam kampus tercinta. Tak terhitung, berapa banyak hutan yang aku rambah. Berapa gunung yang telah aku daki. Yang jelas, aku pernah panen dingin terserang malaria di Nakilalaki, sakit perut di Meru Betiri dan mengigil seperti mau beku di Puncak Pangrango ka rena tak bawa tenda. Mereka memilih "menginap" Tapi aku juga menemukan kedalamaian ketika duduk men- cakung menatap riak lembut Danau Segara Anak di Rinjani, menemukan kelegaan yang ter amat sangat memandang ben- tangan padang edelweis yang keperakan bermandi cahaya matahari di Puncak Gunung Gede atau menemukan suasana sakral di Puncak Lawu di malam satu Suro. Ternyata kedamaianku tidak di mana-mana, kecuali satu: Alam! Dari situ aku mencoba gembira. Berbaur dengan teman- teman sekampus. Walau luka yang ditoreh Papa masih sangat nyeri. mampu membuat masyarakat "je DKI bidang Ekbang H Prawoto ra" memiliki mobil lebih dari sa- tu, namun kenyataannya menun- jukkan bahwa warga tetap bermi- nat punya kendaraan lebih dari S Danoemihardjo, kenaikan tarif parkir diharapkan akan menu- runkan minat masyarakat meng- gunakan mobil pribadi. Atau de- ngan kata lain, tarif parkir yang mahal akan mendorong masyara- kat menggunakan angkutan, satu. umum. Oleh: Hisar Sitanggang pemborosan pemakaian bahan ba kar, kemacetan, memburuknya pencemaran udara, dan menurun- nya tingkat kesehatan penduduk nya. Di satu sisi memang harus di- akui bahwa peningkatan jumlah kendaraan akan meningkatkan penghasilan Pemda, misalnya da ri pemungutan retribusi uji ken- daraan dan pajak kendaraan ber motor. hargai, seperti melalui wajib uji emisi kendaraan pribadi mulai September 1997, mengurangi par- kir di tubuh jalan, serta menaik- kan tarif parkir. Kenaikan tarif parkir memang harus dibahas terlebih dahulu Angkutan Umum? dengan DPRD DKI, namun pela yanan terhadap pemilik kenda- raan juga harus diperbaiki. Pemi- lik kendaraan selama ini memang diakui tidak mendapatkan pela- yanan sebanding dengan nilai, retribusi parkir yang dibayarnya, karena juru parkir terkesan hanya "memungut" uang untuk menca- pai target setoran. Selain itu, parkir di tubuh ja- lan (on street parking) semestinya sudah dikurangi karena memacet- Perparkiran DKI Sumaryono me- kan arus lalu lintas, Kepala BP mang menyebutkan bahwa Pem- da DKI akan mengalihkan parkir di tubuh jalan ke parkir-parkir gedung (off street parking). Dalam Rancangan Peraturan Daerah yang akan diajukan Pem- da DKI kepada DPRD DKI dise- butkan tarif parkir disesuaikan dengan lokasi dan jenis kenda- raannya. Tarif mobil diusulkan berkisar Rp 1000 - Rp 5000 per jam, dan tarifnya akan lebih ma- hal pada jam-jam berikutnya. Kenaikan tarif parkir dengan sistem progresif itu juga dimak- sudkan untuk menambah Penda- Masalah kemacetan memang merupakan keprihatinan masya- rakat Jakarta, dan 'Pemda DKI berupaya mengatasinya dengan rencana pembangunan subway Blok M Kota dan penerapan "Pajak Kemacetan" seperti di se- panjang Jalan Mh Thamrin - Sub dirmanqmsns augsto six Sementara rencana penerapan Pajak Kemacetan sampai seka- rang masih mengundang pro-kon tra masyarakat, namun Pemda DKI kembali merencanakan ke- naikan tarif parkir untuk menge- rem minat penduduk mengguna- kan kendaraan pribadi. Menurut Asisten Sekwilda menyusuri jalanan kampus yang dilingkungi pohon-pohon rin- dang. Apabila hujan datang, aku masuk dalam lingkaran lengan- mu, lalu kamu akan melindungi dengan apa saja. Tapi aku menolak. Bukankah selama ini aku bersahabat dengan hujan?. Bersamamu, kebahagianku ber angsur-angsur pulih. Kegemaran ku membaca, menjadikan Grame dia jadi tempat favorit kita. Setiap saat kita ke sana. Kadang- kadang membeli, tapi tak jarang pula cuma untuk numpang mem- baca. Dan apabila aku ingin sekali memiliki buku itu padahal uang lagi tak ada, kamu berini siatif membelinya. Setelah menulis sebaris dua kata di situ, buku itu kau angsurkan padaku. di Merak, sekedar menunda per- jalanan, karena Merak dinilai le- bih aman, ketimbang sampai di Jakarta pada malam hari. Pernah kamu memberiku se buah buku yang sudah lama aku inginkan. Sebuah Antologi Pano rama Dunia Keranda hasil karya keroyokan lima penyair muda idolaku. Di lembar pertama kamu tulis sebait kata : www Tak baik memelihara kecewa Segala kejadian dan persoalan yang ada Selama masa angkutan Leba- ran 1997, Menhub Haryanto Dha nutirto, hanya sekali datang ke Merak, yakni pada masa mudik, tidak seperti pada angkutan tahun baru 1997 yang sampai empat ka- li. (Ant) "Ada lingkaran hitam di matamu. Pasti semalam kamu tak tidur," sapamu ketika kita ketemu pagi-pagi di kampus. Saat itu, suasana masih sepi. Angin bertiup lembut. Sesekali buraian daun cemara luruh ke bumi. Atau terbang terbawa angin yang menyisakan dingin. Tuhan ciptakan untuk kita. Benar, Bim. Selagi kita hidup di dunia, kita tak akan pernah lepas dari persoalan yang ada. Cuma kadarnya kadang beda. Yang terpenting sekarang, mau kah kita menyelesaikannya?. Sedikit demi sedikit, kamu telah menyeretku dalam kehidu pan yang lebih manis. Juga cerpen-cerpenku sudah sedikit lain. Ada sentuhan persahabatan sepasang merpati setiap kali ter- bit. Sedikit demi sedikit pula, aku tinggalkan Aranyacala. Bujukan Pras untuk ikut ke Tanjung Puting di pedalaman Kalimantan sana, kutolak dengan halus. Teman-temanku jadi banyak yang ngeluh. Mereka men-cap-ku "Riri, beban persoalan akan menjadi ringan kalau kita mau berbagi. Mengapa kau tak men- coba mempercayaiku?" Dan kau merangkumku dengan lengan ko kohmu. Mengajakku berjalan sudah berubah. Ekspedisi patan Asli Daerah (PAD). Target PAD dalam Rancangan APBD DKI tahun 1997/1998 Rp 2,03 tril yun atau 63,08 persen dari RAPBD DKI itu, yang nilainya Rp 3,37 trilyun. Rencana kenaikan tarif parkir itu memang mengundang pro kon tra masyarakat, karena dinilai ter- lalu tinggi. Selain itu, pemilik mo- bil selama ini juga tidak menda- patkan fasilitas yang seharusnya mereka terima setelah membayar retribusi parkir, seperti jaminan keamanan dan asuransi kerugian/ kehilangan kendaraan. Tarif parkir, sebagaimana di atur dalam Perda DKI No 7/ 1987, hanya Rp 100 per jam un- tuk sepeda motor, dan Rp 300 per jam untuk mobil. GUNAKAN ANGKUTAN Pemda DKI pada 20 Maret 1994 lalu, misalnya, menerapkan kawasan berpenumpang tiga (sis tem three in one) dengan harapan jumlah kendaraan di jalan-jalan utama, seperti Jalan MH Tham- rin dan Sudirman berkurang dras tis. Kenyataannya menunjukkan bahwa jalan itu tetap macet ka- rena "joki-joki" tumbuh subur. Tarif angkutan umum dan taksi dinaikkan April 1996 lalu dengan harapan pelayanannya makin baik, namun kenyataannya justru kebalikannya sehingga masyara- kat tetap menggunakan kenda- raan pribadi. UMUM? Selain menambah PAD, Pem- da DKI tampaknya optimis bah- wa parkir yang lebih mahal akan mampu mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum. Mungkinkah rencana itu berhasil jika jumlah dan pelayanan ang salah satu biang keladi kemacetan Parkir di tubuh jalan memang kutan umum tidak diperbaiki ? karena banyak tubuh jalan yang diubah fungsinya menjadi tempat parkir liar. Angkutan yang penuh sesak dan diperparah kemacetan, akan menimbulkan dampak beru- pa keengganan masyarakat meng- gunakan angkutan umum. Kadangkala petugas yang me- mungut retribusi parkir liar itu mengenakan seragam, sehingga sulit membedakan parkir liar atau parkir resmi. Retribusi parkir yang masuk ke Kas Daerah tahun 1995/1996 hanya Rp 11,2 milyar, Meskipun masyarakat sulit di- dorong menggunakan angkutan umum dengan kondisi seperti se- karang ini, namun niat Pemda DKI "mempersulit" pemilik mo- bil pribadi tampaknya perlu di- ekspedisi yang seharusnya kuikuti, aku acuhkan begitu sa- ja. Aku memang berubah. Dan itu karena kamu, Bim. Sampai suatu saat, berita itu menyentak gendang telingaku. Menorehkan luka yang dalam Sore itu, Sasa datang padaku dengan setumpuk pengakuan. Tentang cintanya padamu, ten- tang harapan orang tuanmu, ten- tang pertunangan kalian dan semuanya. Dadaku bergemu ruh saat kilatan di jari manisnya menyilaukan mataku. Sebuah penghianatan telah kita ciptakan. Dan Sasa, gadis lembut nan ayu itu yang terluka. Halaman 8 Rasanya, sakit yang kurasakan kini melebihi rasa sakit yang Papa torehkan dulu. Akankah aku ma sih percaya dengan kata-kata : Pengkhianatan bukan selalu milik pria dan kesetiaan tak melulu milik wanita? Persetan! Nyatanya toh dua laki-laki telah menoreh luka. Kamu dan Papa!. Tak banyak yang bisa aku lakukan. Berkali-kali kamu datang, tapi aku tak sudi menemui. Apalagi yang akan kau katakan ?. Ant. TIDAK MELAUT: Sedikit- nya 200 perahu nelayan di mua- ra Carita, Kabupaten Pande- glang, Jawa Barat tidak bisa tu- run melaut karena musim angin/ badai di Selat Sunda belum lama ini. Cerpen-cerpenku kembali seperti dulu. Penuh derita. Menguras air mata. Kini aku telah benar benar sendirian. Ke gunung, ke laut, ke hutan Benar-benar tak ada teman. Me reka sudah jauh meninggalkanku. Aku sudah tak punya apa-apa. Kecuali sepotong hati yang telah poranda. Dalam hujan kudaki Pang rango sendirian. Seperti kebia- saanku dulu, tanpa bekal. Kecuali jaket yang, kupakai dan skebu yang menutup kepalaku. Tapi lama kutinggalkan, alam sudah tak akrab padaku. Semuanya nampak asing. Ketika hujan menderas dan langit menjadi pekat, aku tak tahu ada di mana. Pihak swasta perlu juga di- ajak ikut mengelola parkir de- ngan memberikan Surat Izin Pe- ngelolan Perparkiran (SIPP), na- mun jumlah retribusi parkir yang diperoleh harus diketahui umum secara terbuka. Swasta yang me- miliki SIPP sampai Desember 1997 sebanyak 258, dan mereka diwajibkan menyerahkan 25 per- sen retribusinya kepada Pemda DKI. Kenaikan tarif parkir memang masih berupa rencana, namun Pemda DKI hendaknya mengka- ji masalah itu lebih dalam lagi dari berbagai aspek, termasuk dampaknya terhadap masyarakat yang baru mampu membeli mo- bil bekas serta efektivitasnya da- lam mengerem pemakaian kenda- raan pribadi. (Ant) Aku butuh kompas. Tapi Jurang segera menangkap tubuh ku manakala rabaanku meleset. Tanah basah yang kupikir jalan, ternyata bibir jurang. Kupikir aku sudah mati kala itu, Bim. Ter- nyata tidak. Ketika siuman, ser- ba putih di sekelilingku dan ada nyeri di kaki. Tita menenangkan ku ketika aku menjerit melihat kakiku. Kaki kiriku hilang. Tuhan, apa yang bisa aku perbuat dengan kaki tinggal satu?. "Jangan menyesali apa yang telah diberikan Tuhan. Hidup tidak berpijak di masa lalu, tapi berjalan ke depan. Hadapi apa yang ada di depanmu. Aku akan membatumu. Sungguh !" Tita memelukku. "Sekarang, temui Bim. Dia sudah merasa sangat bersalah. Jangan kau tambah beban rasa bersalahnya gara-gara kau bersikeras untuk tidak mene- muinya." ***** "Untuk apa lagi?". "Untuk menyelesaikan per- soalan di antara kita, Ri," tiba- tiba kamu sudah ada di belakang ku. "Sebenarnya kita masih bisa mengubah cerita-cerita yang kamu bikin selama ini." "Dengan mengorbankan Sasa? Tidak, Bim. Jangan suruh aku menjadi pengkhianat!" Kugeser kursi roda dan kutentang matamu yang berlumur duka. Lalu kupe- jam mata kuat-kuat. "Kem- balilah pada Sasa. Karena di sana harapan orang tuamu, masa depanmu dan cintamu." "Apakah itu artinya Kugelengkan kepala." Jangan tanyakan apa-apa lagi. Cerita kita telah berakhir." ****** "" Hujan masih menderas dengan gelegar petir yang memekakkan telinga. Selokan tepi jalan airnya meruah ke mana-mana. Kujauhi bibir jendela dengan perasaan gamang. Mungkinkah.....?. 34