Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-02-26
Halaman: 09

Konten


Rabu, 26 Pebruari 1997 TAMAN REMAJA & PELAJAR Mengatasi Kegagalan KEGAGALAN : suatu peristiwa yang ditakuti mayoritas manusia. Hanya segelintir orang yang mampu menjadikannya sebagai sebuah kunci menuju sukses. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya ? Pasrah sajakah ? Bukankah banyak jalan menuju Roma? Memang, tapi tak banyak yang tahu. Ya, Mitra Remaja, begitu banyak jalan yang bisa kita tem- puh agar dapat tiba di Roma -- lewat darat, laut, udara, dan dengan berbagai transportasi. Tapi tahukah kita lewat jalan mana dan dengan transportasi apa kita bisa cepat tiba di sana? Bayangkan Roma adalah suk- ses, dan kita ingin mencapainya. Untuk mencapai sukses tidak mudah, selalu banyak rintangan yang menghadang. Kalau rin- tangan ini tak mampu kita tang- gulangi, maka kita tidak akan per- nah sampai di Roma -- alias gagal. Nah, sudah siapkah kita untuk gagal ? Rekan Muda, kegagalan itu bukan sesuatu yang harus ditakuti. Semua orang pernah gagal. Kalau tidak, tak akan ada indikator sebuah kesuksesan. Agar kegagalan tidak menjadi momok, persiapkan diri sebaik mungkin sejak awal sebuah usaha JAM enam pagi, aku bangun, gosok gigi, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah seperti biasa. Sepanjang jalan menuju ke seko lah, aku melihat pemandangan yang sudah bosan kulihat tiap hari, jalan-jalan yang aku lalui setiap hari selama dua tahun ini juga sudah aku hapal. Setiap sudut jalan, perubahan dan setiap orang yang aku lalui, semuanya aku perhatikan. Cerita Sehari Balap PR sudah merupakan suatu hal yang sangat biasa bagi kami. Tidak seorang pun yang tidak pernah balap PR, baik itu ketua kelas ataupun yang rang king pertama di kelas sekalipun. Akhirnya semua jadi terlatih menulis dengan cepat. Di samping terlatih menulis cepat, balap PR membuat jantung kita jadi lumayan sehat juga. Kamu tahu kenapa? Soalnya kalo ketahuan guru 'kan bisa berabe. Makanya waktu sedang balap PR, tangan kita terlatih menulis dengan cepat, jantung kita juga lagi melakukan sport, sport jan- tunglah istilah kerennya. Dalam sejarah kami membalap PR pasti dong pernah ketahuan sama guru. Tapi kalo di sekolahku, yang sok sibuk patroli nangkap orang yang lagi balap PR itu kepala sekolah, kalo gurunya pada cuek semua. Bukankah itu hal yang bagus.....?! Jadinya kalo pada pagi hari, semua guru yang baru datang yang melewati kelas kami, di cuekin. Tapi kalo yang lewat itu Kepsek, langsung dalam sedetik semua buku tulis langsung dihi langkan dari peredaran dan digan- tikan dengan buku pelajaran. Ten- tunya gerakan yang lumayan kilat itu menimbulkan bunyi yang cukup keras untuk menarik perhatian Kepsek. Kepsek itu tahu kalo kami baru sibuk balap PR, tapi karena nggak ada bukti, jadi untuk hari ini semua selamat dulu. kita mulai. Dengan begitu minimal kita tidak takut untuk mencoba lagi dan lagi hingga sukses tergenggam. Sebenarnya kesuksesan dan Oleh Shandy Tan : kegagalan itu setipis kabut batasnya. (Ini terbukti dari pepatah kuno 'kegagalan adalah sukses yang tertunda'). Bila ada matahari, kabut akan hilang. Un- tuk mengubah kegagalan itu men- jadi sukses, kita harus 'mencip- -- disiram air waktu kena tangkap. Kira-kira dua menit sebelum bel berbunyi, PR yang berjumlah sepuluh soal yang terdiri dari a- b-c dan harus disertai dengan pen- jelasan, uraian, jalan, dan segala macam tetek bengeknya, akhirnya kuselesaikan juga dalam waktu yang lumayan lebih cepat dari kemarin-kemarin. Berarti ada kemajuan. PR itu segera kukum- pulkan. Selamat sudah aku hari ini dari PR yang memuakkan itu. Benar atau salah jawaban PR tidak jadi masalah. Pokoknya PR harus dikumpul. Makanya kalo guru itu benar-benar memeriksa, akan ketahuan kalo jawaban PR itu sama semua. Habis..... sumber PR cuma satu, yang nyalin ham- pir sekelas. Sampai di sekolah, kumasuki gerbang menuju kelasku yang sangat dekat dengan kantor guru dan kantor kepala sekolah. Bukan kah kelasku merupakan kelas yang paling strategis dari segala penjuru? Bukan itu saja, juga pa ling dekat dengan pintu gerbang sekolah, sehingga kalau guru-guru baru berdatangan pada pagi hari, Kemudian bel pun segera ber- semuanya harus melalui depan bunyi. Bunyinya nyaring. Ada kelas kami. Begitulah letak kelas yang suka dan ada yang memben- ci bunyi itu. Kalo aku tergantung ku yang saking strategisnya menye babkan "malapetaka" yang sangat sikon. Kalo untuk memulai suatu membahayakan. pelajaran, lebih nggak usah bel daombusm misis2. odmHanya beberapa langkah dari deh.! gerbang sekolah, aku sudah sam-risd Tapi pas lagi disuruh ngerjain pai di kelasku. Segera kutemui suasana kelas rame di mana soal di depan kelas dan pas lagi nggak bisa, bel-lah satu-satunya harapan yang bisa menyelamat kan nyawa dari amukan guru yang semuanya lumayan "killer". semua murid lagi sibuk balap PR. Di sekolahku lebih terkenal dengan kata "Balap PR". Aku sendiri yang baru datang tidak tahu apa-apa segera menanyakan mereka sedang balap PR apa. Rupanya aku juga termasuk salah seorang murid yang cukup pelupa dan malas untuk buat PR. Lang kah berikut, aku langsung mele bur bersama mereka ikut sibuk balap PR. Sapa Pengasuh Hai.... Mitra muda, kita jumpa lagi dalam edisi terakhir untuk Pebruari ini. Segalanya lancar-lancar saja bukan? Sepatah kata "gagal" ternyata cukup ditakuti sebagian orang. Namun bagi sebagian lainnya, kata tersebut justru menjadi pelecut semangat mereka hingga akhirnya meraih sukses. Ingat berapa kali Thomas Alva Edison gagal dalam percobaannya menciptakan bola lampu? Nah, kali ini Shandy Tan membagikan kiat untuk mengatasi kegagalan. Simak deh! Untuk ke sekian kalinya kami ingatkan lagi, buat para pengirim Kontak Sayang, syarat pemuatannya "super ringan" yakni lampirkan fotokopi KTP atau kartu identitas lainnya. Khusus buat "DP" di P.Siantar, terus terang kami amat terkejut atas kiriman Anda tersebut. Semoga Anda tidak kecewa dan tetap menjadi penggemar rubrik ini. Oke? Salam kreatif! Untuk menghindari "malape, taka" itu di lain hari, makanya kami kompakan. Bagi mereka yang sudah siap balap, disuruh jaga di depan pintu. Kalo Kepseknya datang kasih kode sama yang lain, biar nggak ketangkap basah meski tidak Pelajaran demi pelajaran dilalui dengan suka dan duka. Kalo ketemu sama guru yang suka ngelawak, rasanya baru semenit kita belajar. Tapi kalo masuk guru yang "super killer,' sedetik serasa sejam. Makanya kita tiap hari menunggu bel bertanda pulang segera berbunyi. Bel pertanda pulang akhirnya berbunyi juga. Itu adalah tanda kebahagiaan dan kedamaian bagi semua makhluk yang sudah stres seharian dengerin ocehan guru yang menurutku hanyalah teori belaka. Kurasa guru itu pun tidak dapat membuktikan kebenaran dari teori yang diajarkan. Dia hanya bisa mengutip teori orang lain tanpa didasari alasan yang kuat. 1 Aku langsung pulang. Sampai di rumah, aku lansung baca koran. Mana tahu apa cerpenku yang dimuat. Setelah dibuka, cerpen yang dimuat itu malah karya senior-senior yang sudah mahir. Memang nggak apa sih, cuma karena jatah cerpen yang dimuat amat sangat terbatas, yah maunya jangan cerpen para senior lagi yang dimuat. Kalo cerpen para senior melulu yang dimuat, kapan kita-kita yang masih junior punya kesempatan buat maju?, Iya ngagk?. Lagian 'kan sudah ada halaman khusus yang me muat cerpennya para senior. Siap baca koran, aku langsung ngerjain PR, biar besok ke sekolah nggak usah balap lagi. Setelah itu, aku langsung duduk dengan sangat manis dan setia di depan TV selama kurang lebih setengah hari sampai-malam. Habis itu, kalo aku sudah ngerasa ngantuk, yah aku pergi tidur. Kalo nggak, aku buka radio, mana tahu ketemu sama lagu yang lagi aku suka, kan lumayan?. Biasanya kalo buka radio, aku denger radio sampai tertidur. Akhirnya aku ter tidur juga. Sehari sudah aku lewati. Bagaimana dengan hari esok? Apa yang bakalan terjadi? Aku bener-bener nggak tahu deh! Welcome tomorrow.! (Nicole) VIVI takan' matahari. Matahari seperti apa yang harus kita ciptakan ? 1. Siap Mental. Ini jadi syarat utama. Manusia bermental tempe akan langsung down bila kegagalan 'mengun- junginya'. Ia pun segera mundur teratur dan tidak mau mencoba lagi. Padahal seharusnya tidak demikian. Di awal sebuah usaha dimulai kita hendaknya berpikir, "Bagaimana pun persentasi an- tara gagal dan berhasil adalah fifty-fifty. Kalau tidak dicoba, saya tidak akan tahu sejauh apa saya sukses atau sejauh apa saya gagal" Bila sukses, kesuksesan itu baru limapuluh persen. Langkah selanjutnya, buatlah angka itu menjadi seratus persen. Itu baru Pilihlah satu kegiatan, lalu curahkan segenap daya upaya un- tuk menyelesaikannya dengan gemilang. Bila kemudian gagal beberapa kali dalam pekerjaan tersebut, mungkin itu memang bukan bidang kita. 3. Disiplin Ilmu yang Tepat. Kita tidak bisa mengharapkan seseorang dari bidang pertanian menggambarkan arsitektur se- buah gedung bertingkat lima, atau mempercayakan pengobatan pe- nyakit AIDS pada orang yang notabene keluaran sekolah mode. Itu artinya sukses yang ingin kita raih harus didukung oleh disiplin ilmu yang sesuai. Bila keharusan ini diselewengkan sudah pasti hanya kegagalan yang akan kita temukan. Camkan baik-baik bahwa pe nyelewengan akan selalu diikuti oleh kejadian tak menyenangkan yang tidak kita harapkan. Sering tidak kita sadari bahwa kita gagal karena tidak menguasai penuh disiplin ilmu yang berkait an dengan usaha yang sedang kita tekuni. Akibatnya, macet di tengah jalan tak tahu lagi bagaimana melanjutkannya. Jadi pilihlah 'kendaraan' yang tepat untuk mencapai Roma. Kuasai mesinnya sejak awal per- jalanan dimulai untuk meyakin- kan bahwa kita akan meluncur mulus hingga tiba di tujuan. -w bidangnya. Memilih IPA saat SMA, tapi kuliah di fakultas Ekonomi setelah tamat. Kasihan sekali mereka yang memilih IPS. Untuk bersaing dengan sesama rekan dari jurusan sosial saja sudah begitu sulit, mengapa rekan-rekan dari ilmu pasti tega menyabot ladang mereka. Akan kemana mereka-mereka ini ? 4. Konsekuen. Berkaitan dengan poin nomor tiga, bila sudah memilih disiplin ilmu yang kita inginkan, berusa- halah untuk konsekuen. Jangan menambah jumlah manusia plin- plan di dunia. Jadi, kalau ingin jadi sarjana ekonomi, kuasai sejak SMP dan perdalam di SMA hingga disiplin ilmu yang berkaitan dengan itu kita pahami benar. Bila sudah 'clear', sukses menanti. Jangan memilih IPA hanya demi gengsi dan basa-basi yang bisa basi kalau memang nantinya menekuni il- mu-ilmu sosial di perkuliahan. Cobalah jadi manusia yang konsekuen dalam hal sekecil apa pun. Kalau terus berbelit-belit, percayalah bahwa kita tidak akan pernah sampai di Roma. Satu hal yang harus diingat : jangan melimpahkan kesalahan pada orang lain. Tudinglah diri sendiri pertama sekali saat kita jatuh. Pepatah luar mengatakan: bila saat gagal seseorang menya- Alihkan perhatian untuk menekuni usaha lain dengan lahkan orang lain, hendaklah bila syarat janganlah mencam- puradukkan usaha ini dengan usaha pertama. Sekali lagi ditekankan konsentrasi penuh. Yang sudah gagal jangan lagi dipikirkan. Itu hanya akan memperlambat perjalanan menu- ju ke Roma. berhasil ia juga mengatakan bah- wa itu berkat usaha orang lain. Jujurlah pada diri sendiri bahwa kita gagal akibat ulah sendiri--kalau memang itu yang terjadi. Bila Anda selalu mencoba untuk jujur, maka Anda boleh yakin bahwa di dunia ini bajingan telah berkurang satu (Caryle). Kita hampir tiba di Roma, Sobat Muda! 3 5. Tak Mudah Putus Asa. Para pahlawan kita dulu begitu gigih merebut dan memper- tahankan kemerdekaan negeri molek ini. 'Pantang mundur' menjadi slogan pembangkit semangat tiap kali perlawanan mereka berhasil dipatahkan oleh kaum penjajah. Tak ada istilah putus asa meski taruhannya adalah nyawa. Dan semua itu membuahkan apa yang menjadi modal dasar pembangunan suatu negara kemerdekaan. Nah, Generasi Penerus, kini kita berjuang di alam yang merdeka. Kita bebas mengekspre- sikan keinginan kita tanpa dibayangi ketakutan adanya peluru nyasar yang mendesing di atas kepala atau bom yang bisa meledak setiap saat tanpa diduga. Hendaknya ini menjadi pemicu untuk berkarya dan terus berkarya. sukses sejati. Bila gagal, kegagalan itu juga baru limapuluh persen. Sisanya adalah sukses yang tertunda. Jadi berusahalah menurunkan angka tersebut. Jangan masukkan kata 'frusta si' atau 'putus asa' dalam kamus besar atau agenda rencana ker- Cara berpikir seperti ini akan jamu. Sebagai gantinya masukkan Cinta dalam Kamus Yunani membuat kita tegar bila gagal, minimal membuat kita yakin bahwa kita tidak hancur total. Singkatnya kita tahu bahwa jalan ke Roma masih ada. 2. Menjatuhkan Pilihan. kata 'coba lagi', 'pantang mundur', dan pemicu semangat lainnya. Tentu saja tidak cukup hanya dituliskan, tapi terapkan sebaik mungkin setiap kali melakukan suatu pekerjaan. Biasakah melakukan suatu pekerjaan dengan konsentrasi penuh, karena meski kegagalan tetap membayang tapi peluang sukses lebih besar. Jangan coba- coba menerapkan 'ilmu ikan' sam- bil menyelam minum air kalau kita meragukan kemampuan sen- diri. Tidak semua orang bisa ber- buat demikian, apalagi untuk usaha 'serius' yang menghabiskan banyak biaya. Kalau sudah sampai di sini, jalan menuju Roma sudah makin dekat. 6. Cari Penyebabnya. Setiap gejolak yang terjadi di muka bumi ini pasti ada penye- babnya. Demikian juga dengan TORD STA kegagalan. 15 Bila gagal, luangkanlah sedi- kit waktu untuk merenung. Ber- tanyalah pada diri sendiri : apa yang membuat saya gagal? Kurang konsentrasikah? Terlalu anggap remeh? Atau ada hal-hal lain ? Bila semua sudah dilakoni secara tepat, lewatilah gerbang itu dan... Roma benar-benar sudah di depan mata. Turun dan genggam lah dia. Dalam kehidupan sehari-hari betapa banyak kita temukan Selamat bekerja, tetap sema- manusia yang 'menyeleweng' dari 2 ngat, dan semoga sukses! 7. Berdoa. Berdoa itu perbuatan mulia yang dianjurkan untuk dilakukan sesering mungkin. Yakinlah bahwa usaha yang disertai doa sungguh-sungguh biasanya berha- sil. Doa bukan cuma sebagai ben- tuk komunikasi dengan Tuhan, tapi lebih dari itu doa juga merupakan refleksi dari orientasi kerja dan cermin segala kekurang- an kita sebagai manusia yang memenuhi kodrat tak sempurna. Apa yang kita sampaikan melalui doa biasanya adalah ke- inginan, yang di dalamnya kita sertakan juga keluhan bahwa kita gagal karena masalah tertentu. Dari sinilah kita tahu apa penyebab kegagalan itu hingga bisa memperbaiki diri. Tapi bukan berarti hanya dengan berdoa melulu sepanjang hari sukses itu akan datang sen- diri. Sorry la yaw! Usaha dong! Ingat saja pepatah kuno milik masyarakat Yunani: ora et labora. Nah, itulah gerbang menuju Roma. Hentikan 'mesin'? Jangan dulu. Kita baru melihat ger- bangnya, belum kota Roma itu sendiri. VE 4 ANALISA 5 M Analisa/ist BERPOSE: Ketua DPD Walubi Sumut, Kendro Yahya (tengah) berpose bersama dengan sejumlah guru agama Buddha seusai menyerahkan piala dan hadiah kepada para pemenang Lomba Cepat Tepat Dharma tingkat SLTA se-Sumut. Lomba Cepat Tepat Dharma KMB USU, Sukses Gajahmada) dan beberapa sekolah di kota Medan lainnya. Para pemenang selain meraih piala bergilir dari KMB USU, juga piala tetap yang disediakan Walubi Sumut dan sejumlah uang tunai (dari Pdt. W. Giri- putra). Juara I adalah Perguruan Sisingamangaraja, Tanjung Balai, II, Perguruan Wiyata Dharma, Medan, III SMU Negeri I Tanjung Balai, dan Juara Harapan Perguruan Budi Utomo, Medan. LOMBA Cepat Tepat Dhar- ma (LCTD) ke-5 yang diseleng- garakan Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Sumatera Utara (KMB USU), Minggu (23/ 2) berlangsung sukses. Acara diadakan di Aula Fakultas Ekonomi USU diikuti 15 sekolah dari berbagai daerah Sumatera Utara, di antaranya dari Sibolga (Perguruan Tri Ratna), Rantau Prapat (Pergu- ruan Panglima Polem, Tanjung Balai (SMU Negeri 1 dan Per- guruan Sisingamangaraja, Te- bing Tinggi (Perguruan Ir. H. Juanda), Binjai (Perguruan Admad Yani dan Perguruan Kontak Sayang Lomba Tepat Tepat ODDEA PHARMA Dari: Linda S. di Medan Buat: Anneke di T.Tinggi Hai... apa kabar friend? Sudah lama saya menunggu balasan suratmu, kenapa tidak ada kabar beritamu lagi? Kok pada menghilang begitu? Salam untuk papa mamamu ya? Semuanya sehat-sehat kan? LCTD dihadiri Ketua DPD Walubi, Kendro Yahha, Sekre- taris Citravira, Pembina KMB USU Pdt W. Giriputra dan Drs. From: Secret-admirer Especially for: Rudi Harianto di Methodist 2/Deli Indah VIII/146 Thank you for wearing that T-shirt! You are so cute in that way! Teman-teman, yuk kita iseng-iseng melihat arti kata-kata Yu- nani mengenai cinta. EROS Adalah cinta romantis atau juga dapat dikatakan cinta bada- ni. Rasa ingin dan kerinduan jiwa pada suatu keindahan, mung- kin begitu juga arti kata eros ini. Eros atau cinta jenis inilah yang menautkan dua hati sepasang kekasih yang tengah dilanda asmara. PHILIA Adalah kasih sayang antar kawan, dan merupakan cinta yang timbul karena dicintai. Misalnya ada seorang kawanmu yang baik hati, ia ramah padamu, memperhatikan segala keluhanmu dengan penuh perhatian, juga pendengar yang baik untuk berbagai cerita riangmu. Nah, setidak-tidaknya kamu pun akan baik padanya, bu- kan? (walaupun sebenarnya kamu bukan orang yang paling be- tah mendengar keluhan orang lain).. Philia ini merupakan bentuk kasih sayang kepada sahabat ka- rib atau kawan dekat, yang merupakan diri kita kedua dalam men- jalani suka dan duka. AGAPE Yang ini berarti cinta yang memberi dan menghidupkan. Cin- ta yang tidak bertujuan mencari keuntungan atau kesenangan ba- gi dirinya sendiri, tapi cinta demi kebaikan orang lain. Cinta inilah yang paling murni dan tulus, dibanding kedua je- nis cinta yang disebutkan terdahulu. Agape dapat dimisalkan se- batang lilin yang menyala, ia menerangi sekitarnya sementara di- rinya habis terbakar. them 599 Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebaris kalimat Mozart (walau Mozart bukan orang Yunani). Katanya: "Cinta membuat si kikir jadi royal dan si pengecut lebih berani mati!". (Lily) Pak Henry AKU melangkah tergesa-gesa ke dalam kelas. Celaka !! Dua menit lagi lonceng akan berbunyi, kalau tidak cepat-cepat, aku bakal telat lagi. Begitu kaki kiriku menginjak lantai kelas, lonceng berbunyi dengan nyaringnya. Semua penghuni kelas II-A menatapku dengan pandangan lucu. Tiba-tiba ada perasaan tak enak di hatiku. Kuletakkan tasku Cerpen: Monica Lie di bangku dan duduk dengan nafas yang masih memburu. Na mun kusempatkan memandang ke sekaliling kelas. Kelas penuh dengan bunga-bunga dan dekora si-dekorasi yang indah. Papan tulis penuh corat-coret puisi dan ucapan-ucapan "Selamat Hari Guru". Ah ya! Hari ini Hari Guru. Aku masih ingat kemarin aku ikut mendekorasi kelas ini dengan balon-balon dan ikut mencorat- coret papan tulis dengan puisi- puisi kelas teri. Bir pun demikian yang penting aku ikut berpar- tisipasi dalam merayakan hari guru. Robert, ketua kelasku datang menemuiku, menatapku sejenak, menarik nafas panjang, lalu Tommy Tantawi serta yang mewakili Rektor USU, Drs. Iryanto dan Ketua KMB USU, Firman beserta jajaran pengurus KMB USU. dengan suara yang sengaja diberat -beratkan ia berkata, "Sha, kamu terpilih untuk mengantarkan bunga untuk Pak Henry". Hening sejenak, seluruh pandangan peng huni kelas menuju ke arahku, menunggu reaksiku. Aku terhenyak mendengarnya. Jawaban untuk permintaan itu aku tunjukkan dengan satu pan dangan yang tajam dan menyala- nyala pada Robert. Kegiatan diakhiri dengan temu ramah antara Walubi Sumut dengan guru-guru aga- ma. Momen ini juga diman- faatkan oleh guru agama untuk menyampaikan keluhan-kelu- han yang dialami dalam proses belajar mengajar di sekolah termasuk masalah fasilitas dan tunjangan yang lebih memadai. Ketua Walubi Sumut, Ken- dro Yahya mengatakan mene- rima semua masukan dan saran serta akan mesosialisasikan ke daerah-daerah agar dapat me- ningkatkan mutu pendidikan agama Buddha.(ton/rel) HUMOR KACAMATA Seorang bos setiap kali masuk kantor selalu memakai kacamata hitam. Hal itu ternyata diperhatikan sekretarisnya. Suatu hari ia memberanikan diri bertanya. Sekretaris: Bapak sakit mata ya? Bos: Siapa bilang? Sekretaris: Tapi kok setiap hari Bapak pakai kacamata hitam di kantor? Puisi & Puisi Leony Kurnia : KEPADA YANG PERGI (I) Sungguh! Hatiku kini luka Tercabik dan berdarah setiap saat Adakah kau mengerti? Sungguh! Hatiku kini telah dingin dan membeku Bahkan lebih dingin dibandingkan dengan es di kutub sana Adakah kautahu ? Bos: Ya... supaya kalau aku lihatin kamu nggak ketahuan... (ujarnya dengan kalem). Sekretaris: Hah? (Erni S., Medan) BAJU RENANG Suatu hari Evi meminjam baju renang pada Lara. Evi: Jangan yang ini dong! Saya nggak berani pakai yang terlalu terbuka. Tolong carikan yang agak tertutup deh! Lara: Namanya juga baju renang. Kalau mau yang tertutup pakai saja jaket! Evi: Jangan gitu ah! Gua jadi malu.... (Erni S., Medan) BAGI DUA Sedang asyik berjalan Ilham dan Andri menemukan setumpuk kotoran kerbau di tengah jalan. Ilham: An, gimana kalau tahi kerbau ini kita bagi dua? Andri: Nggak mau ah! Ilham: Oh... kalau begitu kamu mau semua ya? Andri: Sialan lu! Ilham: Abis, bagi dua nggak mau?! (Kamariah Manik, Medan) Kini posisi berbalik, Alicia memandangku dengan pandang an protes diikuti dengan suaranya yang lembut tapi mengandung nada iba, "Sha, kamu jangan be gitu, kamu kan tahu, aku pernah dikerjai sama Pak Henry sampai nangis. Pak Henry paling senti men padaku. Kamu sajalah Sha! Please deh!". "Iya, kamu saja, Sha!" timpal Jenny yang duduk di depanku diikuti dengan sorakan dari teman-teman sekelas yang intinya memintaku untuk melaksanakan tugas itu. "Kamu sudah dengar ?" lanjut Robert pelan. "Lalu kenapa aku yang terpi lih? Kita 'kan sama-sama tahu kalau tak ada yang disukai Pak Henry?", tanyaku masih dengan nada protes. "Karena kamu satu-satunya ha rapan kami, kamu ranking kelas. Karena itu, kami pilih kamu un- tuk menjadi utusan kelas". Aku diam, tak mampu menim pali lagi. Masalahnya 'sekarang bukan karena aku terlalu som- bong atau tidak menghargai guru. Tapi satu-satunya masalah adalah aku takut pada guru yang satu itu. Tak masalah bagiku untuk menye rahkan bunga, bingkisan dan se jenisnya pada sepuluh guru-guru yang lain, tapi tidak pada Pak Henry, Kuakui, aku takut dan benci padanya! Kau hanya bisa diam, kau hanya bisa senyum beku, kau hanya bisa menatap dalam kekosongan Adakah kaurasakan ? Pak Henry adalah guru Mate matika yang sudah terkenal killer nya di seluruh sekolah. Tubuhnya kurus dan tinggi, berkacamata dan berwajah serius. Soal-soal ujiannya mampu membuat kami panas dingin dan pusing tujuh ke liling. "Tidak bisa, Bert! Aku pro tes! Kenapa tidak pilih yang lain saja? Tak tahukah kamu betapa sentimennya Pak Henry pada ku?" kataku panjang lebar dengan suara agak tinggi. "Sha! Dengar! Coba kamu bilang, siapa di kelas ini yang tidak disentimeni Pak Henry ? Coba, katakanlah! Kalau ada, biar dia saja yang menggantikan Aku masih ingat bagaimana rasanya seorang ranking kelas di permalukan oleh Pak Henry di depan kelas disaksikan oleh selu ruh warga kelas dengan kata-kata nya yang pedas gara-gara ujianku gagal. Bukan hanya itu saja, ber kali-kali tugas klipping yang kubuat dengan susah payah di Aku berpikir sejenak, lalu me tolaknya mentah-mentah, sehing lemparkan pandangan mencari ga aku terpaksa mengulangnya. sosok orang yang akan menggan Dengan perasaan enggan aku me tikanku mengemban tugas yang nerima bunga dan bingkisan un- berat ini. Pandanganku berhenti" tuk Pak Henry dari sekretaris ke pada Alicia, sang sekretaris kelas las. tak lama kemudian, wali kelas yang alim dan manis Lalu tanpa berpikir panjang lagi aku ber kata, "Alicia!". mu!" Kata Robert dengan suara yang tak kalah tinggi. kami masuk. Suasana kelas yang tadinya mirip kapal pecah ber ubah menjadi tenang. Jiwaku menjerit dalam sekam Dan beribu jarum menusuknya setiap saat Aku selalu berkata, "Ini salahku !" Adakah kau mendengarnya ? Cukup! cukup untuk saat ini ! Hatiku tlah terkukung dalam pedih sepanjang waktu Adakah kau akan melepaskannya ? Leony Kurnia : KEPADA YANG PERGI (II) Awan hanya duduk menonton kepergianmu Sebagai arakan yang berjalan tersendat Lonceng gereja sebagai pengiringnya Dan tangisan hanya jadi duri di hati Lihatlah awan ! Betapa manis boneka yang tidur itu Betapa elok wajahnya Betapa indah senyumannya Tapi, yang ada hanya tubuh beku Tapi, yang ada hanya wajah beku Tapi, yang ada hanya senyum beku Aku tak tahu apakah hatinyapun turut beku Mimi/Cin Ling: AKTRIS Jiwaku selalu bernyanyi dalam duka Dan ia selalu bersyair tentang dia Dia yang pergi tinggalkan duka Entah kapan terhapus jua (Adakah kau tahu ?) MAJA MANIS D Eka: Pernah nggak ngerasain buah maja yang manis? Surya: Ah, yang betul aja! Apa matahari sudah terbit dari Barat? Eka: Ada kok! Kalau satu buah maja dimanisin pake gula satu ton 'kan manis? Surya: Dasar lu! (Kamariah Manik, Medan) Halaman 9 Kaututupi wajah aslimu Kaututupi perasaan aslimu Kaututupi sifat aslimu Kau menutupi seluruh pribadimu Di balik sebuah topeng Topeng kaca yang mudah retak Kau harus mampu berperan Sebagai siapa saja yang diinginkan Di sana, kau berperan menjadi orang lain Yang seakan hidup di antara cahaya dunia Kau harus bisa tertawa, marah, sedih, gembira Dengan perasaan yang mungkin kaurasakan sebaliknya Dan dengan perasaan yang campur baur Kau melangkah dengan segenap jiwamu Ya, dengan menggunakan topengmu Topeng perananmu HAMIL "Bu, hamil yang bagaimana yang paling berat?" tanya wanita yang baru pertama sekali hamil. "Hamil yang kesembilan bulan," kata wanita yang lain. "Berarti ibu belum berpengalaman," tambah wanita yang tadi. Wali kelas kami menyampai kan beberapa patah kata. Tak satu pun kata-katanya yang melekat di otakku. Sebab aku tengah sibuk memikirkan bagaimana jadinya nanti ketika kuserahka bunga itu pada Pak Henry." (Medan, 7 Oktober 1996) ACARA memperingati Hari Guru berlangsung dengan meriah, ada yang menyumbangkan suara nya, ada yang membacakan puisi, acara makan-makan, dan masih banyak lagi. Dan akhirnya, tiba waktunya untuk menyampaikan bunga dan bingkisan kepada guru-guru. Satu per satu teman-temanku yang terpilih untuk menyerahkan bunga dan bingkisan meninggal kan kelas menuju ke kantor guru untuk menyerahkan. bingkisan dan bunga itu kepada guru yang bersangkutan. Ada kalanya guru- guru tidak berada di kantor, dan itu menjadi tugas utusan kelas un- tuk menemukan guru tersebut dan memberikan bingkisannya. Dengan langkah-langkah berat dan kaku, aku meninggalkan kelas setelah didesak-desak oleh teman-temanku terutama oleh Robert. Merreka berjanji akan mengikutiku diam-diam dari bela kang untuk menjaga keselamatan ku. Konyol memang ! Tapi aku tidak peduli, bukankah lebih baik demikian ?!. Akhirnya aku tiba juga di kan- tor guru, dari jendela yang berje ruji, aku mencari sosok Pak Henry. Mataku memandang ke setiap sudut kantor guru dengan cermat, sampai akhirnya aku me nyerah, Pak Henry tak ada di kan- tor guru. Teman-temanku pun tidak kelihatan batang hitungnya, terpaksa kuseret lagi kakiku me ngelilingi sekolah untuk mencari Pak Henry. Setelah lama mencari, Pak Henry tetap tidak kelihatan batang hidungnya, aku betul-betul menyerah dan putus asa. Lonceng pulang telah berbunyi beberapa menit lalu, dan aku sudah betul- betul lelah dan dipusingkan dengan tugas ini. 1 Aku kembali ke kelas, jumpai kelasku kosong melompong, tak ada satu pun manusia kecuali aku sendiri. Kuhempaskan tubuh ke bangku, melepas lelah sejenak, lalu memandangi bunga yang telah dipersiapkan untuk diberi kan kepada Pak Henry. (Medan, 8 Oktober 1996) "Jadi, bagaimana?" tanya ibu yang lainnya. "Hamilton!" jawab ibu tadi dengan ketus. (Pahrus ZN, Medan) KASIHANI DONG...! Edi dan teman-temannya tengah berkumpul di teras rumah. Perhatian mereka terganggu oleh kedatangan seorang pengemis dengan wajah memelas. Tadinya Edi berniat mengeluarkan selembar uang ratusan dari sakunya untuk diberikan kepada si pengemis. Tapi mendadak niat itu diurungkannya. Soalnya, si pengemis bilang begini, "Pak... kasihan Pak...! Sudah tiga hari tidak makan... di restoran...." (Pauline, P.Siantar) Sambil memandangi bunga itu, aku merenung, sepetuinya kalau dipikir-pikir, aku banyak berdosa pada Pak Henry, berkali-kali aku tidak serius mengikuti-pelajaran nya karena menganggap remeh. Akibatnya ujianku gagal. Wajar saja Pak Henry marah padaku. Mengenai tugsa kliping yang ditolak itu, barangkali aku juga yang salah, karena tugas itu ku kerjakan dengan tergesa-gesa dan tidak teliti sehingga banyak ke salahan di sana-sini. Setelah cukup lama merenung kan kesalahanku, aku tiba-tiba me rasa begitu berdosa pada Pak Henry. Aku betul-betul ingin ber temu dengannya untuk meminta maaf sekaligus mengucapkan "Se lamat Hari Guru" padanya. Tapi Pak Henry tidak ada di mana-mana meskipun telah ku cari ke mana-mana. Dengan lang kah lesu, aku menuju ke pelatar an parkir yang mulai kosong un- tuk melarikan Honda-ku pulang. Mataku membelalak ketika me nangkap sosok yang tinggi, kurus dan berkacamata tengah meng hidupkan mesin motor. Memori otakku langsung memastikan bahwa sosok tersebut adalah Pak Henry. Dengan berlari-lari kecil aku pergi mendapatkannya, tan- pa sadar aku berseru, "Pak Guru, tunggu sebentar !". Pak Henry menoleh, ia melepas kan helm yang telah dipakainya, lalu tersenyum padaku. Inilah un- tuk pertama kalinya dalam se- jarah, aku melihat Pak Henry ter senyum. Aku malu dan menun- duk, lalu dengan pelan aku ber kata, "Saya mewakili kelas II-B mengucapkan Selamat hari Guru kepada Bapak. Semua kesalahan yang telah kami perbuat kami mohon supaya dimaafkan", sam- bil menyerahkan bung dan bing kisan kepada Pak Henry. Dengan ragu-ragu kusodorkan tanganku untuk menyalami Pak Henry. Untuk kedua kalinya Pak Henry tersenyum, lalu beliau mengucapkan terima kasih. Pelan- pelan, motornya bergulir mening galkan pelataran parkir. Aku masih terpaku di tempat, diam tak bergeming, tapi hatiku terasa begitu lega. Kumekarkan sebuah senyum yang tak kume ngerti alasannya. Dalam hati aku berjanji, aku akan selalu serius dalam setiap pelajaran terutama pada pelajaran Matematika.