Tipe: Koran
Tanggal: 1997-06-04
Halaman: 04
Konten
Rabu, 4 Juni 1997 Penerbit Pemimpin Umum Pendiri Wakil Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Wakil Pemimpin Perusahaan Managing Editor Sekretaris Redaksi Redaktur. Anggota Redaksi Terbit Tarip Iklan Alamat Telepon Perwakilan Jakarta Perwakilan Banda Aceh SIUPP Dicetak Oleh Yayasan SIKAP PRESS. Harta Susanto. Supandi Kusuma. H. Soffyan. H, Ali Soekardi. Joeli Salim. Paulus M. Tjukrono. H. War Djamil. H. Amir Siregar, H. Kaharudin, H. Bahari Effendy, H. Naswan Effendi. Usman Alie, H. War Djamil, Mulyadi Franseda, H. Ismail Lubis, H. Basyir Ahzar, Buoy Harjo, Agus Salim. H. Azmi Majid (foto). M. Hatta Lubis, Mac. Reyadi MS, Budiman Tanjat, A. Rivai Siregar, Hasan Basri Ns, Timbul O, Simarmata. Johan Jambak, Ismugiman, Idris Pasaribu, M. Sulaiman, Ali Sati Nasution, Samil Chandra, M. Nur, Hermansyah, Aswadi, Faisal Fardede. Kwa Tjen Siung. Hendar Tusmin, Anthony Limtan. Seminggu 7 kali. Rp. 4.500,- per mm/kolom (umum). Rp. 3.000,- per mm/kolom (keluarga). Jalan Jend. A. Yani No. 35 43 Medan. Kotak Pos : 1481. Telex No.: 51326 ANALIS IA. Fax: (061) $14031, Telegram: ANALISA MDN. Redaksi: 556655 (2 saluran)/511256. analisa Tata Usaha: 554711 (3 saluran)/513554. Frans Tandun, Jln. K.H. Hasyim Ashari. No. 43-A Jak. Pusat Tel. 3446609/3844339/3453912 Fax.: (021) 363388. H. Harun Keuchik Leumiek Jalan Tek. Cik Ditiro 106 Tel. (0651) - 23839. Fax: (0651) 23839. SK. Menpen No. 023/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1985. Tanggal 24 Desember 1985. P.T. KUMANGO Medan (Isi di luar tanggung jawab pencetak). Tajukrencana EMU Lagi-lagi Diuji KETIDAK-SEPAHAMAN antara pemerintah Jerman dengan bank sentralnya, Bundesbank, tentang revaluasi cadangan emas tidak tersangka, sampai berkembang menjadi konfrontasi terbuka. Setelah rapat darurat Minggu, sejumlah pemimpin pemerintahan koalisi Kanselir Helmut Kohl menyatakan, takkan mengalah dalam melaksanakan rencana kontroversial itu. Mereka akan meminta Parlemen Jerman agar memberikan wewenang khusus untuk "override" (melampaui) hak kemerdekaan Bundesbank. Dengan jadwal pelaksanaan Uni Moneter Eropa (EMU) semakin dekat dan mengingat data ekonomi bagi kualifikasi keanggotaan adalah berdasarkan data 1997, keresahan bahkan kepanikan pemerintahan Kohl dapat dimaklumi. Nampaknya belum ada "quick fix" bagi pemerintahan Kohl yang mempunyai defisit anggaran dan hutang besar yang diwariskan dari bekas Jerman Timur, untuk lulus dalam pemenuhan kriteria EMU yang ketat sebagaimana yang ditetapkan dalam Perjanjian Maastricht, selain mengembungkan nilai cadangan emas sebesar sekitar 95 juta ounce (3.000 ton) yang ada dengan harga pasar kurang lebih 600 mark per ounce dari nilai buku hanya 144 mark. Rencana semula Kohl meningkatkan penerimaan negara melalui kenaikan pajak ditentang oleh Partai Demokrat Bebas (FDP), salah satu partai dalam pemerintahan koalisi. Tindakan revaluasi cadangan pemerintah Jerman ini, oleh Bundesbank dilihat dapat merusak selain kredibilitas moneter Jerman, juga melemahkan bakal mata uang tunggal Eropa, euro. Secaras teoritis, revaluasi aset akan mengakibatkan kenaikan likuiditas domestik dan pada gilirannya meningkatkan tekanan inflatoar. Menurut taksiran, revaluasi cadangan emas Bundesbank dapat menambah nilai aset sekitar 20 milyar mark dalam kas pemerintah Jerman. Apapun riskonya, pemerintahan Kohl selaku pelopor dan pendiri EMU kelihatan siap berkorban untuk mensukseskan pelaksanaan visi Eropa Bersatu ambisius itu yang merupakan komitmennya. Akan menjadi ejekan sesama anggota, kalau sebuah negara pendiri utama gagal dalam pra-kualifikasi keanggotaan. Padahal, selain revaluasi, ada jalan lain yang dapat ditempuh Jerman, seperti penangguhan tanggal pelaksanaan, pelonggaran kriteria atau pembagian pelaksanaan dalam dua kelompok untuk yang telah memenuhi kriteria dan yang belum. Sangat berat bagi Kohl untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersebut di belakang ini, karena usul-usul tersebut pernah ditentangnya sebelumnya. Revaluasi aset cadangan bukan samasekali tabu bagi ekonomi Jerman. Sebagian besar negara utama Uni Eropa juga melakukan hal sama atas dasar reguler. Akibat inflatoar dari revaluasi atas ekonomi tetap ada, tapi dapat dikendalikan dengan kebijakan pengetatan moneter. Hanya yang dikhawatirkan ialah negara-negara Uni Eropa lain, seperti Spanyol, Portugal dan Italia yang belum berkualifikasi benar, dapat meniru teknik pembukuan ini untuk mengurangi defisit dan hutang masing-masing supaya dapat cepat diterima sebagai anggota EMU, sehingga merusak kredibilitas EMU. Terlepas dari konflik antara pemerintahan Jerman dan Bundesbank, perubahan pemerintahan Prancis yang mengalihkan fokus dari kebijakan penghematan dalam rangka memenuhi kriteria EMU, dikhawatirkan akan menimbulkan isu baru kelak. Visi politik dan realitas ekonomi tidak senantiasanya saling menunjang. Dengan adanya perkembangan baru di kedua negara utama Uni Eropa ini, sulit diramalkan, apakah EMU dapat tinggal landas dengan mulus untuk mewujudkan Visi Eropa sebagaimana yang dicita-citakan. Surat Pembaca. ENTAH karena payah beroperasi di Medan, maka para pemilik judi jackpot sudah merembes ke daerah di luar kota Medan seperti Langkat dan Deli Serdang. Jackpot/Dindong Anak-anak Merokok Merambah ke Pantai Labu Harus Ditertibkan Belakangan ini judi jackpot atau dindong telah merambah ke kecamatan Pantai Labu, Kec. Beringin Deli Serdang. Padahal beberapa waktu lalu, judi ini sudah pernah diadukan ke Polres dan sudah pernah disita oleh Polres Deli Serdang dan Lubuk Pakam. SARIMIN WARDI Jalan. K.H. Dahlan Lubuk Pakam Yang paling resah dengan merajalelanya juga jackpot ini adalah para orangtua. Karena banyak yang bermain mesin judi jackpot/dindong ini adalah anak- anak baik yang masih di SD maupun di SLTP. Bukan saja anak anak ini terlambat pulang ke rumah, karena singgah di tempat jackpot, tetapi sudah ada yang berani bolos sekolah. Yang mengherankan pemilik jackpot tidak melarang sama sekali bila yang bermain adalah anak-anak. Semestinya permainan judi itu dilarang untuk anak-anak. Nama dan alamat harus jelas Sertakan Fotokopi KTP SUDAH menjadi sifat anak- anak suka meniru perbuatan orang dewasa. Seperti merokok misalnya, banyak anak-anak yang meniru. Sehingga lama-lama kelamaan bisa menjadi pecandu rokok. Dan ini tentunya ber- bahaya. Tetapi sangat mengherankan warga di sini, alat judi jackpot itu dikembalikan lagi kepada pemiliknya, dan kembali tak beroperasi tanpa mendapat tegoran lagi. Pertama berbahaya bagi kesehatan si anak sendiri, dan kedua bisa membahayakan bagi lingkungannya.. sudah mulai merokok bukan sa- Sebab, kalau masih anak-anak ja membuatnya penyakitan terutama paru-parunya. Tetapi lebih berbahaya lagi, kalau dia mulai kecanduan, sementara uang punya; bisa nekad membelikan uang sekolahnya kepada rokok. Bahkan suatu waktu nekad mencuri uang orangtuanya. Nah, kalau sudah berani mencuri uang orangtuanya, pasti akan berani pula mencuri uang milik orang lain, karena yang penting baginya bagai mana dapat membeli rokok. KALAU berbicara mengenai tehnologi, maka yang dimaksud- kan adalah hasil penerapan sis tematik dari pada sains yang me- rupakan himpunan rasionalitas insani kolektif, untuk meman- faatkan lingkungan hidup dan mengendalikan gejala-gejala da- lam proses-proses produktif yang ekonomis. Ia dapat berbentuk suatu disain, rancangan atau sua- tu proses yang dapat menghasil- kan sesuatu yang berguna. Untuk dapat mewujudkan ba rang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan tehnolo- gi yang tersedia, diperlukan pihak-pihak yang berani menang- gung resiko dalam memproduk- si, mendistribusi, dan memasuk- kan barang-barang itu. Pihak- pihak ini dapat terdiri dari per- orangan, kelompok dalam masya rakat atau pemerintah, namun mereka harus menyediakan mo- dal, manajemen dan lain sebagai- nya yang diperlukan dalam rang- kaian kegiatan ekonomi yang ter- sebut di atas. Tehnologi dan Teknokrat Jadi, peralatan dan mesin-me sin betapapun kompleknya atau sederhananya bukanlah tehnolo- gi. Mereka adalah hasil tehnolo- gi, mungkin suatu sarana produk- si yang dengan menggunakan teh- nologi tertentu dapat menghasil- kan barang kebutuhan hidup ma- nusia, suatu sarana distribusi, transpor atau lainnya. Memang tehnologi membawa perubahan dalam cara hidup ma- syarakat. Karena barang-barang yang tersedia di tengah-tengah masyarakat juga mengalami per ubahan, baik mutunya, jumlah- nya maupun jenis yang beraneka ragam. Ia membawa kemajuan. Kalau dulu masyarakat menggu- nakan tenaga azasi manusiawi maupun hewani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, maka kemudian, dengan adanya mesin-mesin tenaga hewani dan sebagian besar tenaga manusia di- ganti dengan tenaga mesin. 000.00 999:11 089 ITS:00 16A10D (n. Sekarang sering kita jumpai anak-anak kecil sudah merokok, mengenakan seragam sekolahnya bahkan masih sedang yang berwarna putih merah. Pemandangan seperti ini mudah dilihat di keramaian, seperti di swalayan, tempat-tempat pasar, lapangan dan sebagainya. Adalah menjadi kewajiban Bila hal ini dibiarkan terus, dan tidak saja orangtua yang ber- pihak Kepolisian tidak menindak sangkutan, tetapi setiap orang tua dan menutupnya, maka yang melihat anak-anak merokok dikhawatirkan anak-anak akan di lingkungannya supaya menegor terganggu pelajarannya. Dan dan melarangnya. Terlebih lagi jelas ini akan merusak masa bapak-bapak polisi, ABRI depan anak-anak di desa. Padahal Pemerintah sudah berusaha untuk mencerdaskan anak-anak terutama di desa diharapkan mencegah dan mener- anak yang merokok. tibkan seandai melihat ada anak- Karena bagaimanapun bila melalui pendidikan. Lantas yang melarangnya berpakaian mengapa pihak berwajib tidak dinas, anak-anak pasti takut dan menindak judi yang merusak mematuhinya. Bila semua moral anak-anak dan mengham- dimanapun melihat anak-anak petugas, dan orang-orang tua bat program pemerintah dalam merokok menegornya, maka bidang pencerdasan anak anak kebiasaan buruk merokok anak- bangsa. anak itu dapat dicegah. AZHARI SALIM Jl. Brigjen Katamso Medan BAHASA amat erat berkaitan dengan eksistensi manusia. Bahasa merupakan unsur yang teramat penting dalam kehidupan manusia. Ketika orang berbicar tentang eksistensi manusia, mau tak mau akan teringat juga akan bahasa manusia. Demikian pen tingnya keberadaan bahasa dalam mendampingi perjalanan eksis tensi manusia sehingga Prof. Dr. Koentjaraningrat memasukkan bahasa ke dalam salah satu unsur- unsur universal dari kebudayaan di samping sistem religi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi. Dimasukkannya bahasa dalam unsur-unsur kebudayaan karena memang peran bahasa amat me nentukan dalam pola hidup ma nusia untuk mencapai kesejahte raannya. Bahasa merupakan wa dah dalam segala bentuk aktivi tas manusia, sebagai sarana ber- fikir sekaligus saling mentransfor- sebagai sarana transformasi fe masikan dan ungkapan berfikir, juga mampu sebagai lokomotif nomena perubahan sosial, bahasa manipulasi politik, keagamaan maupun ideologis. Internasional, 375 IDENTIFIKASI diri birokrasi seringkali ditujukan ke birokrasi (pemerintahan) karena lembaga itu hadir hampir disegala tempat. Lembaga publik yang dikenal sebagai birokrasi (pemerintahan) pastilah merupakan lembaga yang dikenal oleh hampir semua orang dalam kualitas dan posisi apapun. Birokrasi mengurus dan menata kelola urusan publik yang diiden- tifikasikan sebagai urusan pemerin- tahan (gevermental affair) tanpa melihat objeknya. Itulah satu diantara cara yang lazim dilakukan oleh birokrasi dalam menghadapi publiknya terutama dalam berinteraksi untuk melakukan pengelolaan urusan pemerintahan yang dilegitima sikan kepadanya. BUKAN TANPA RINTANGAN Oleh: M.Idris Pane pembangunan pedesaan, ilmu pe ngetahuan dan teknologi perlu di- introduksikan, karena ilmu pe ngetahuan dan teknologi diman- faatkan untuk mengadakan iden- tifikasi dan evaluasi sumber daya manusia, alam, energi dan ling- kungan yang selanjutnya meman- faatkannya bagi pembangunan pe desaan. Kalau dipelajari dari ke- nyataan yang ada sesungguhnya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi itu dapat diperoleh baik dari lingkungan sendiri maupun dialihkan dari luar dengan pan- dangan yang bersistem. Jikalau demikian halnya ma- ka teknologi tersebut harus me- menuhi empat syarat, yaitu dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, dapat dimanfaatkan dan dikelola secara ekonomis, dapat diterima oleh masyarakat dan se- rasi dengan lingkungan pedesaan. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan teknologi pedesaan yaitu teknologi tepat guna yang di te- rapkan untuk menunjang proses pembangunan pedesaan. EFEK SAMPING TEKNOLOGI Tetapi, disamping kemajuan itu, orang juga mengkonstatir adanya apa yang sering disebut "efek samping teknologi". Saya membedakan efek samping yang kesalahannya tidak terletak da- Rintangan dan aral itu baik berasal dari dirinya sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Yang merupakan rin- tangan dari luar diri antara lain- nya situasi dan kondisi publik yang kurang dapat mempersepsi Ilmu pengetahuan biasanya Mekanisasi pertanian dan tek- bersifat universal, sedangkan teknologi maju yaang diterapkan di nologi khas ditujukan untuk me- menuhi kebutuhan manusia dan masyarakat setempat dan sesaat. Oleh karena ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan masuk an yang dapat mempercepat pro- ses pembangunan, maka ilmu pe ngetahuan yang mendasari tekno- loginya adalah ilmu pengetahuan yang maju dan mutakhir, sedang- kan teknologinya harus melemba- ga dan memasyarakat, yaitu yang merupakan teknologi tepat guna. Kalau dijabarkan lebih lanjut, teknologi yang diterapkan guna memenuhi kebutuhan pemba- ngunan pedesaan haruslah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan warga dan masyarakat pedesaan, sumber daya alam dan lingkung an pedesaan. Dalam menerapkan teknologi tersebut diperlukan adanya suatu rangkaian kegiatan penelitian, pengembangan dan pe masyarakatan. Dengan demikian penerapan teknologi bukan saja merupakan proses teknologi, akan tetapi harus dipandang se- bagai paduan proses ekonomi, so- sial, budaya dan teknologi itu sen Pulau Jawa benar-benar akan mengakibatkan pengangguran, te tapi bila dilaksanakan di luar Ja- wa justru akan memecahkan ma- salah kurangnya tenaga pertanian dan dapat mengurangi impor ba- han makanan. Begitu pula meka- nisasi dan teknologi maju dalam perikanan. Bila diterapkan didae- rah operasi para nelayan dekat pantai, ia akan menimbulkan ke- resahan. Tetapi penggunaannya di luar daerah kerja para nelayan itu akan membantu penyediaan protein hewani bagi rakyat. Efek samping yang disebab- kan oleh teknologi adalah misal- nya tersisanya limbah dalam pro- ses produksinya yang kemudian mencemarkan lingkungan. Dalam hal ini kesalahan dapat dicari da- lam teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi itu. diri. Dengan penyempurnaan tek- nologi yang di pakai dalam pro- ses tersebut efek samping yang ti- dak kita inginkan dapat diatasi. Pencemaran lingkungan semacam itu tidak hanya dapat ditimbulkan oleh limbah pabrik, tetapi juga oleh mesin-mesin motor, mobil dan lain-lainnya yang mempro- duksi energi gerak. Seperti dike- tahui negara-negara maju telah mengambil tindakan untuk me mewajibkan pemasangan alat-alat ngatasi pencemaran ini dengan penyaring gas/asap yang keluar dari mesin-mesin semacam itu. Pada umumnya efek samping sua tu teknologi dapat diatasi dengan teknologi. Malahan kini, dengan adanya micro prosesor dan komputer pe- ranan otak manusia dalam berba- gai bidang, dalam pengenalan po- la, pekerjaan rutin, pengambilan keputusan dan sebagainya, telah mulai diambil alih oleh sedikit de- mi sedikit oleh hasil tehnologi elektronik tersebut. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNTUK PEMBANGUNAN Ilmu Pengetahuan dan Tekno logi. Untuk mempercepat proses Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa ANALISA Oleh Tjahjono ses adaptasinya sebagai manusia dengan lingkungan sesama ma nusia. Karena merupakan ke mampuan khas manusia sehingga tidaklah berlebihan kalau dika takan bahwa adalah fenomena kelakuan yang spesifik dari ma nusia. Tanpa bahasa, pengetahuan dan daya pikir manusia yang begitu kompleks dan tinggi tak akan mungkin dipahami. Pendek kata tanpa bahasa pengetahuan manusia akan sia-sia belaka. Bahasa membuat manusia mampu melakukan tiga aktivitas yang amat esensi bagi eksistensi manusia. Pertama, bahasa memungkin kan manusia dapat berkomuni kasi dengan manusia yang lain. Mampu berbagi pengalaman de ngan manusia yang lain. Kedua, bahasa merupakan pengejawantahan verbal diri, meminjam istilah Fransiskus Borgias, gambaran mental- internal dari manusia, baik dalam proses berpikir, bernalar, maupun dalam pemenuhan proses berkrea si dalam kegiatan artistik untuk diri manusia. memenuhi tuntutan estetis dalam Ketiga, dengan bahasa memung kinkan manusia melakukan in- teraksi sosial akan pincang dan pe teraksi sosial. Tanpa bahasa in rubahan sosial tidak akan lam teknologi dari efek samping yang memang ditimbulkan oleh teknologi. Sebagai contoh, ada segolong an orang yang tidak menyukai mekanisasi dan teknologi maju karena dianggap mengakibatkan pengangguran. Sebenarnya, me- kanisme dan teknologi maju me- ringankan dan mengefisienkan pekerjaan manusia. Timbulnya pengangguran tidak disebabkan oleh teknologi tetapi harus dicari dalam tata ekonomi yang berla- ku dalam masyarakat atau kare- na "salah pakai". Oleh Yohanes Amir tentang maksud dan niatan Kalaulah hal itu telah dipersepsi birokrasi yang sesungguhnya. sebagai hal yang sama, rintangan pelaksanaan kegiatan penata kelolaan urusan oleh birokrasi akan semakin minimal. Masalah yang menyangkut ba han-bahan yang berbahaya dalam kadar tertentu ini sebenarnya ti- dak terbatas pada limbah pabrik dan gas/asap yang dikeluarkan oleh mesin-mesin yang bergerak dengan pembakaran saja, tetapi meliputi bidang yang lebih luas. Ia dapat berada dalam makanan, posto a Widarmanto Kemampuan berbahasa merupa kan kemampuan khas manusia, yang diperolehnya dari akibat pro- Kerentanan Birokrasi mungkin terjadi. Selain itu, in- teraksi sosial di sini juga meliputi kepentingan politis dalam setiap wilayah yang dihuni manusia. Terpilihnya bahasa Indonesia menduduki tempat terhormat sebagai Bahasa Nasional di antara bahasa-bahasa Nusantara lainnya tak lepas dari keberadaan bahasa Indonesia itu sendiri, yang baik secara karakteristik, internal, maupun eksternal melebihi bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Secara karakteristik dan inter nal, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki ciri khas yang mampu mewakili karakter bangsa-bangsa Melayu, sekaligus memiliki kemungkinan untuk bisa dengan kondisi zaman. Dari sudut berkembang lebih luas sesuai eksternal luas penyebaran dan minuman dan obat-obatan. Oleh karenanya maka Ameri- ka Serikat mempunyai Food and Drang Administration yang me- neliti dan memperhatikan peneli- tian lembaga-lembaga lain di ne- geri itu mulai dari hamburger, sacharine dan bahan-bahan pe- ngawet makanan sampai dengan obat-obatan yang mutakhir yang க Mampukah ? dicurigai bersifat karsinogen, yaitu yang dapat menimbulkan kanker sebagai akibat sampingan. Dan ia dapat berada dalam ba rang-barang yang kita pergunakan sehari-hari. Misalnya zat-zat ra- dioaktif yang dioleskan pada ja rum atau angka arloji, agar da- pat "menyala" di tempat yang ge- lap. Zat radio aktif yang terkan- dung dalam kaos lampu tekan, atau dalam penangkal petir ter- tentu yang akhir-akhir ini kian bertambah banyak pemakaian nya. organisme karena munculnya hadir bersamanya. Birokrasi juga dinamika lingkungan yang tetap tentunya mirip sepertinya organisme yang berdinamika ber- sama lingkungan disekitarnya, karena tanpa berdinamika dengan lingkungannya sendiri, birokrasi akan mendapatkan kesukaran un- Yang agak berseluk beluk adalah rintangan dan aral yang kepadanya. urusan yang dipercayakan publik berasal dari dirinya lembaga tuk melakukan pengelolaan birokrasi (pemerintahan) itu sen- diri. Karena lembaga birokrasi dapat dipastikan bukanlah lem- baga yang mampu berbuat disegala medan dan disegala cuaca. Medan dan cuaca dimana konsepsi birokrasi melakukan pengelolaan urusan publik merupakan faktor determinan yang dapat menentukan keberhasilan birokrasi mengelola urusan yang di percayakan kepadanya, TEKNOKRAT DAN TEKNOLOGI Teknokrasi yang sesungguhnya adalah raja. Di Indonesia, dalam banyak hal teknokrat juga raja. Dan kalau kita tahu bahwa tek- nologi bukan hanya keterampilan belaka, tetapi keterampilan plus ideologi, maka sudah sepantasnya teknokrat dikontrol oleh seluruh bangsa. Untuk itu dibutuhkan ne- garawan yang bertugas mengon- trol serta mengarahkan teknokrat tentang apa yang harus mereka lakukan. Dan ini konflik inheren pada zaman moderen. Kesulitan tentang ini tidak hanya terdapat di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Lembaga publik pengelola Rintangan dan aral yang urusan pemerintahan yang diiden- berawal dan berasal dari situasi tifikasikan sebagai birokrasi dan kondisi lingkungan yang (pemerintahan) dalam menata kelola urusan yang dilegitima merupakan faktor determinan langsung mempengaruhi diri sikan kepadanya, bukanlah tanpa rintangan dan aral agar urusan itu terkelola dengan sebaiknya. yang tidak dapat terabaikan begitu saja. Rintangan dan aral yang berkemungkinan muncul seperti itu mengakibatkan munculnya keren- tanan (vulnerability) diri birokrasi. Berbeda dengan itu, kerentanan lebih merupakan situasi yang mengkondusifkan ketidak ber- akan dapat dayaan sesuatu subjek dalam mencapai tujuan berdasarkan fungsi yang telah diembannya. Kalaulah kerentanan itu Kerentanan itu sendiri pada disangkutkan dengan birokrasi hakikinya merupakan sesuatu yang inklusif muncul pada setiap birokrasi juga berkemiripan seper- (pemerintahan) maka kerentanan Orang mengatakan, teknokrat harus dikontrol oleh masyarakat. Sebaliknya, apabila teknokrat ti- dak diawasi dan tidak disetir, dan tidak diberi arah policy, kita ini mau kemana? Dunia mengha- dapi dilema seperti ini. Orang ta- hu, jika teknokrat tidak diarah- kan atau tidak diawasi, bahaya- nya bukan main (Kasus Busang). Tapi apakah ini mungkin? Se- dangkan teknokrat, teknologi, in- dustri dan bisnis, telah menjadi blok yang besar. Dilema ini ak- tual untuk saat sekarang. Dari kodratnya, teknologi se- betulnya tidak mau di campuri. Dan sekarang, jika teknologi ser- ta science di awasi atau dikontrol, apakah dapat ia maju? Apabila ada rencana ke angkasa luar, mi- salnya, ada dalih terlalu mahal. Jika membuat cloning ada penda- pat bahwa hal tersebut tidak ber- Luas penyebaran bahasa Indo nesia sejak dahulu sudah meluas, ENAM puluh delapan tahun yang lampau, saat Bahasa In- donesia diikrarkan sebagai bahasa Nasional tidak bisa dilepaskan dari kepentingan politis dan dipakai sebagai bahasa pergaulan transformasi-interaksi sosial. Sebagai suatu wilayah negara yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku bangsa, dan ribuan karakter bahasa, mutlak diperlu kan suatu bahasa yang bisa diper gunakan sebagai jembatan komu nikasi yang bisa dipahami oleh semua penghuni wilayah In donesia. atau lingua franca di wilayah Pan tai Timur Sumatra, Pulau Riau dan Bangka, pesisir Pantai Kali mantan, sebagian Jawa (dialek Kreol, bisa didapati di Jakarta dan sekitarnya), Menado, Ternate, Ambon, Larantuka, Kupang, Se menanjung Malaya, sebagian pe sisir Philipina, Malaysia, Serawak, dan Brunei Darussalam. Peranannya sebagai sarana dan transformasi ilmu, teknologi, su sastra, dan ungkapan kebudayaan lainnyapun tak perlu diragukan lagi. Bahasa Indonesia telah mampu berperan sebagai sarana utama transfolrmasi ilmu pengeta huan dan peradaban moderen bagi manusia Indonesia. Di bidang kesusastraan, bahasa In donesia telah mampu mewadahi kebutuhan ekspresi para sastra wan yang beraneka ragam latar bahasanya, di sampin gsebagai jembatan dalam mempelajari ber bagai culture yang ada di Indonesia. Semenjak diputuskan sebagai Suboid: 900 brosGants REJEIT storeqis egnels. peranannya sebagai sarana dan transformasi ilmu, teknologi, sastra, dan ungkapan kebudayaan yang lain, bahasa Indonesia melebihi bahasa-bahasa Nusan- tara lainnya. ti itu. Kerentanan birokrasi lebih mengacu sebagai situasi lembaga birokrasi yang mengkondusifkan ketidak berdayaan lembaga birokrasi mencapai tujuan pengelolaan urusan publik yang dilakukannya berdasarkan fungsi yang telah diperuntukkan bagi lembaga birokrasi itu sendiri. TIGA KERENTANAN Dengan memperhatikan bagai mana senyatanya birokrasi berkiprah mengelola urusan publik yang dipercayakan publik kepadanya, terlihat bahwa birokrasi juga memiliki keren- Yang dapat dipastikan keren- tanan untuk melakukannya. tanan bukanlah kesakitan Kerentanan birokrasi terutama (pathology). Kesakitan lebih men- merujuk kepada sisi-sisi yang jurus ke kondisi yang senyatanya tidak atau kurang menghasilkan telah ada dalam dirinya sendiri, dimana upaya mengatasinya lebih banyak ditentukan oleh sipemilik diri. Lumrahnya, setiap sesuatu yang telah merasakan dirinya ber- pathology barulah akan terhindar kalaulah dilakukan usaha oleh dirinya sendiri. Upaya pihak lain untuk turut meminimalisir atau meniadakannya sangat tergantung dari diri yang memiliki sakit itu sendiri. PANAS TIDAK, HUJAN PUN TIDAK, KOK IBU TERUS SAJA PAKAI PAYUNG ? birokrasi yang semakin memiliki keberdayaan melaksanakan peran sesuai dengan fungsinya. Los Chistia moral, dan sebagainya. Menjadi pertanyaan, apakah dengan cara begitu teknologi dan science da- pat berkembang. Tapi kalau tak dikontrol, dunia kita ini bagaima- na jadinya ? Di sinilah timbul masalah de- cision, yakni decision manusia yang manusiawi. Artinya, suatu saat ia harus dapat membuat ba- tas, walaupun batas sementara, tapi membuat batas itu inheren ada risiko dia ketinggalan. Seka- rang masalahnya, apakah manu- sia mau relatif ketinggalan. Dan para ahli pernah berkata, kita ha- rus berhenti dulu, atau kita ma- suk jurang. Ada pendapat yang mengata- kan, kita harus memodernisir di- ri, tanpa westernisasi. Masalah ini sulit, karena modernisasi bukan- lah sesuatu yang abstrak. Kita su- dah masuk pada situasi kongkrit, historis, dan tidak dapat menga- bahasa Nasional, bahasa In- donesia terus menggeliat dan ber kembang dengan pesat sesuai tun- tutan zaman. Secara politis pun ke dudukan bahasa Indonesia sema kin mantap, yaitu ketika diakui sebagai bahasa negara, yang ter cantum dalam pasal khusus di UUD 1945. Sebagai suatu bahasa, bahasa Indonesia terus mengembangkan dirinya. Kekayaan jenis bahasa daerah di Indonesia sangat meng untungkan bahasa Indonesia un- tuk mengembangkan kosa kata- kosa kata yang amat berkarak teristik sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Pembaruan- pembaruan di berbagai wilayah linguistik terus diadakan. Seperti penyempurnaan ejaan, pengkaya an istilah, pembentukan kosa kata, pemunculan berbagai kamus sebagai bentuk penerjemahan bahasa asing terus dilakukan, di samping kegiatan lain semacam Kongres Bahasa yang secara rutin melakukan koreksi, analitis, dan pembaruan, penyuluhan bahasa dan kegiatan lain yang terkait. Tak dapat dipungkiri, bahwa setelah 68 tahun bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia telah berkem- bang amat pesat dan menggembi rakan. Ketika menunjukkan per kembangan yang menggembira kan dan membanggakan ini, bukan suatu yang mustahil ketika muncul suatu impian; "Dapatkah Bahasa Indonesia Berkembang Menjadi Bahasa Internasional ?". ✰✰✰ MAMPU atau tidaknya suatu bahasa menjadi bahasa interna- sional ditentukan oleh dua hal, yaitu faktor intrinsik dan ekstrin- tanan gelaran (setting vulnerabili- ty). Masing-masing merujuk kesisi tertentu dari lembaga birokrasi terutama berkenaan dengan fungsi dan peran birokrasi sebagai aspek dinamis dari fungsi birokrasi itu sendiri. Kerentanan misi merupakan hal yang lumrah saja terjadi dalam dinamika kehidupan birokrasi. Walau awal-awalnya misi yang diemban lembaga birokrasi pastilah pelayanan publik (public service), namun dalam perjalanan dan dinamika kehidupan birokrasi hal itu mungkin saja membias. Pembiasan itulah yang men- jadikan bahwa misi yang diemban birokrasi dalam dinamika kehidupannya menjadi rentan. ·:! HUJAN BATU KAN MUNGKIN SAJA, PAK ? TEKNOLOGI PEDESAAN Bagaimana dengan teknologi pedesaan? Teknologi pedesaan adalah sesuatu yang abstrak. Dan teknologi pedesaan dalam situasi kongkrit seperti sekarang adalah nonsens, dalam arti, ia tidak da- pat lepas dari pengaruh dan do- minasi teknologi tinggi. Kalau kini kita membangun desa, sama saja dengan memba- ngun pelayan. Desa adalah budak kota. Karena itu, bagaimanapun sik. Faktor Intrinsik bahasa yaitu kemampuan "bahasa itu sendiri sebagai bentuk linguistik untuk hidup dan berkembang. Dengan kata lain, semua komponen yang membangun di dalam diri bahasa itu sendiri. • WiwiD-97.- takan kita tidak mau berteknolo- pembangunan untuk desa dilak- gi. Hal itu tak mungkin lagi. Ki- sanakan, dia akan tetap jadi pe- ta sudah berteknologi. Inilah ma- layan untuk kita. Karena itu, tek- salah yang dihadapi dewasa ini nologi pedesaan akan tetap jadi dan inilah yang hendak dipecah-budak teknologi tinggi. Ia me kan generasi sekarang secara in- mang demikian dalam struktur ternasional. Namun jika kita ta- historis secara kongkrit, dan ia ti- nyakan, bagaimana mengatasi- dak akan memiliki otonomi. nya, cara yang pasti juga belum ada. Kita semua telah terlanjur berada dalam satu kapal, dan me raba-raba. Sedangkan faktor ekstrinsik bahasa adalah semua komponen di luar bahasa itu sendiri yang turut mempengaruhi keberadaan dan perkembangan bahasa itu sendiri, seperti ekonomi, politik, sosial, dan situasi kebangsaan. Faktor intrinsik bahasa tak mungkin mampu mengangkat pamor bahasa itu sendiri tanpa didukung oleh kekuatan faktor ekstrinsik berupa tradisi kekuatan sosial, politik, ekonomi dalam percaturan internasional. Dengan tradisi kekuatan sosial, politik, dan ekonomi, bisa dibentuk dan dijalin lalu lintas internasional. Dengan dikuasainya lalu lintas in- ternasional itu, lebih mudah bagi kita untuk memasyarakatkan bahasa Indonesia di masyarakat internasional. Inggris, Jepang, Arab, dan China misalnya, telah mampu menggelindingkan bahasa Nasio nalnya di dunia internasional karena telah mampu menguasai dan membentul arus lalu lintas dunia. Inggris dengan kekuatan imperialisme politik dan tekno loginya, Jepang dengan kekuatan teknologi dan industrialisasinya, Arab dengan kekuatan transfor- masi budaya-agamanya, dan China dengan kekuatan ekonomi nya telah mampu memaksa dunia internasional untuk memasuki arus lalu lintas dunia yang dibuat- nya, yang memaksa negara lain dihindarkan sama sekali dalam dinamika kehidupan birokrasi itu sendiri. Ketidak mampuan pejabat menjabarkan misi birokrasi men- jadi visinya juga menyebakan ren- tannya misi di tangan lembaga birokrasi. Padahal bila diruntut balik kebelakang, segenap pejabat pada lembaga birokrasi diharapkan mampu menjabarkan misi tersebut. Perbedaan visi antar pejabat, pergantian pejabat dan banyak masalah keorganisasian birokrasi memungkinkan untuk rentannya misi birokrasi ditangan pejabat birokrasi itu sendiri. Ketidak se- jajaran antara misi awal birokrasi dengan visi yang dijabarkan oleh pejabat birokrasi dari misi awal tersebut, mengarahkan birokrasi ke kerentanan misi. Kerentanan setting (gelaran) juga merupakan kerentanan yang dapat menjangkiti birokrasi. Masih bermula dari misi awal birokrasi menyebabkan misi itu menghasilkan visi yang berbeda ditangan pejabat yang berbeda. Hal yang demikian berasal dari adanya setting tertentu dari lem- baga birokrasi yang menghasil kannya. Halaman 4 2 Intimate setting (gelaran kein- timan) yang terbentuk dalam dinamika kehidupan birokrasi Masalah kita adalah mau apa kita dengan masyarakat kita. Nampaknya belum ada pemikiran yang jelas tentang ini, baik dari pihak yang harus mengontrol, kaum praktisi, dan demikian pu- la di kalangan cendekiawan dari perguruan tinggi. Teknologi sudah jadi penjel- maan dari suatu ideologi. Kita bo- leh mengambilnya, namun harus tahu akibatnya. Jika dalam men- jatuhkan pilihan, kita sadar akan semuanya akibatnya, pilihan ki- ta itu sah adanya. Dan sebagai in- dividu, mungkin dapat saja kita lepas dari itu. mau tak mau harus menoleh pada bahasa Nasional mereka kalau hendak memasuki arus lalu lintas dunia yang mereka buat. Lalu, bagaimana dengan In donesia? Agaknya kemampuan faktor ekstrinsik inilah yang men- buat bahasa Indonesia belum banyak berperan apa-apa di dunia internasional. Tradisi kekuatan sosial, politik, ekonomi kita belum mampu untuk bisa memak sa dunia internasional menengok bahasa Indonesia. Andaikata bangsa Indonesia telah mempu nyai tradisi politik, ekonomi, sosial yang kuat, tentunya juga akan mampu memaksa dunia in ternasional menoleh pada bahasa Indonesia. Banyak sebab yang dapat ditun- juk sebagai penyebab kerentanan misi birokrasi dimaksud. Dalam dinamika kehidupan birokrasi, Berarti kerentanan birokrasi seringkali ada "titipan misi" dari menyangkut dengan keberdayaan pihak tertentu maupun "ketidak birokrasi untuk semakin mampu mampuan pejabat birokrasi men- melakukan pengelolaan urusan jabarkan misi tersebut menjadi yang dipercayakan kepadanya. visi yang tepat!" Pengamatan sederhana tentang Adanya titipan misi, fenomena itu memunculkan merupakan hal yang sukar terhin- bahwa sekurangnya terdapat tiga darkan. Karena ekstensitas dan in- kerentanan yang determinan tensitas interaksi yang dapat terhadap keberdayaan birokrasi dilakukan birokrasi terhadap tersebut. Hal itu sekaligus publik, banyak pihak yang memperlihatkan bahwa pada berupaya memanfaatkan jalur prinsipnya terakumulasi berbagai kehidupan birokrasi untuk men- kerentanan yang berakibat dan jalankan misinya. Andainya memungkinkan visi pejabat jawab, mengkondusifkan keberdayaan birokrasi terlupa atau dilupa- dan ketidak berdayaan birokrasi. lupakannya, misi titipan tersebut Tiga kerentanan birokrasi akan lebih kentara dibanding misi dimaksud adalah kerentanan misi awal yang telah diembannya. Itu (mission vulnerability), keren- merupakan hal yang sukar untuk birokrasi yang satu disuasanai oleh visi pejabat yang lain. Padahal masing-masing pejabat apalagi pada level yang sama diharapkan menghasilkan visi Tetapi bagaimanapun juga ba hasa Indonesia walaupun masih sangat belia sudah cukup mampu menarik perhatian bangsa lain. Terbukti dengan dipelajarinya bahasa Indonesia di negara Aus tralia, Jepang, Korea, Belanda, Rusia, India, Ceko, dan Jerman walah masih terbatas sebagai bahasa asing belaka. Tentu saja untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional, kita tidak boleh berpuas diri dengan prestasi di atas. Perlu usaha sungguh-sung guh untuk mengoptimalkan faktor intrinsik dan ekstrinsik, utamanya, untuk mewujudkan cita-cita itu. Dan agaknya, angan- angan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional, bukan sekedar angan-angan yang mus tahil dicapai. *** Penulis adalah penyair, pemerhati budaya guru, dan Dosen STKIP PGRI Ngawi, dan Ketua Studi Lingkar Sastra Tanah Kapur Ngawi Jawa Timur yang aplikabel sesuai dengan posisi kepejabatannya diling kungan birokrasi. Hal ini belur lagi ditambah dengan kekurang mampuan dan kekurang mauan pejabat birokrasi untuk menjabarkan misi menjadi visi yang tepat. Visi sebagai bayangan masa depan dari suatu misi se- ringkali dimandekkan oleh adanya gelaran keintiman antar sesama pejabat birokrasi itu sendiri. Climate setting (gelaran situasi) juga memungkinkan terjadi kerentanan gelaran dimaksud. Situasi yang tergelar dalam dinamika kehidupan birokrasi kadangkala menjadikan pejabat birokrasi tidak berkesempatan un- tuk menjabarkan misi menjadi visi yang tepat. Sekaligus hal itu berarti bahwa ketidak tepatan penjabaran misi menjadi visi ditangan pejabat birokrasi juga dimungkinkan tidak hanya oleh ketidak mam- puan pejabat itu sendiri tetapi juga oleh situasi yang telah tergelar dalam setting organisa- sional birokrasi itu sendiri. Disamping kerentanan setting dimaksud, kerentanan tanggung gugat untuk sangat mungkin hadir nyata dalam dinamika kehidupan birokrasi. Tanggung gugat dibedakan dengan tanggung karena pada hakikinya semua pejabat birokrasi memiliki sekaligus tanggunggugat dan tanggungjawab keorganisasian. (Bersambung ke hal 11)
