Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-06-04
Halaman: 08

Konten


Rabu, 4 Juni 1997 Nasib di NASIB Maryanto (14) me- mang kurang beruntung, ketika teman-temannya "bertarung" menyelesaikan soal ujian EBTA- Ebtanas SD, dia harus keluar dari sekolahnya karena kondisi ekono- mi keluarganya kurang mendu kung. Maryanto yang bersekolah di salah satu SD Negeri dekat ka- wasan Terminal Kemiling-Tan jungkarang Bandar Lampung itu terpaksa tidak bisa bersekolah la- gi karena harus ikut membantu mendukung ekonomi keluarga nya. Tapi dia tidak sendirian. Ma- sih ada puluhan teman Maryan- to yang bersekolah pada sejum- lah SD di pinggiran Kodya Ban- dar lampung terutama di sekitar kawasan pabrik dan pelabuhan di Panjang, yang tak sempat meram pungkan SD karena harus ikut mencari uang untuk dirinya sen- diri dan keluarganya. Hasil penelusuran terbatas pa- da beberapa SD Negeri di daerah ini menemukan sedikitnya 5-15 persen jumlah anak yang gagal merampungkan studinya (Drop Out) dari rata-rata jumlah siswa lebih 100 anak, umumnya "mo- gol" di kelas IV dan V, meskipun banyak pula yang rontok saat menjelang ujian akhir. Ditemukan sejumlah siswa se- perti di SDN 1 Srengsem Kec.Pan jang, Kodya Bandar Lampung, yang tak sempat merampungkan ujian akhirnya karena lebih ter- giur merantau bekerja di kawasan Jabotabek yang dianggap lebih menjanjikan masa depan. Anggota DO pada sejumlah SD di kawasan dekat industri, pa- brik dan kompleks pelabuhan dan pasar itu memang cukup tinggi dan para kepala sekolah serta gu- ru di sekolah tadi seringkali ke- walahan menghadapinya. Padahal, beberapa Kepala Se- kolah dan guru di sana bahkan sudah berinisiatif menjemputi pa- ra peserta ujian yang belum mun- cul di sekolahnya, di antaranya masih bisa dibujuk ikut, tapi ke- banyakan tak ketahuan rimbanya lagi. Namun umumnya para pela- jar SD yang terpaksa mangkir menyelesaikan Ebtanas karena harus bekerja itu adalah siswa pria, sementara yang perempuan harus menikah atau pindah berse kolah. Kadis P dan K Kodya Bandar Lampung, Drs.H.Murjito yang memergoki kondisi tadi bersama Kadis P dan K Tingkat I Lam- pung, Sri Wardhani,SH, saat me- monitor pelaksanaan EBTA-Ebta DA DE nas SD di Bandar Lampung me- nyatakan sulit mengatasi siswa "mogol" karena kesulitan ekono- mi dan terpaksa harus bekerja CERPEN ENTAH sudah berapa lama Titi duduk sendiri di ruang tamu yang luas itu. Perlahan rasa kesalnya mulai datang. Tadi, begitu selesai makan siang, ia telah bersiap menemui Angga. Sama sekali tak disangka, pemuda itu menolak menemuinya dengan alasan tidur. Gadis manis itu termenung dengan muka yang menampakan keletihan. Satu tahun lalu, ia masih memiliki Angga yang ramah dan hangat. Tapi ternyata kecelakaan yang merenggut sebelah kakinya, telah mengubah kepribadiannya. Ia jadi mudah emosi, tertutup dan sering merasa diremehkan. Kini ia jarang berkumpul dengan keluarga, tidak mau diajak ke mana-mana dan jarang bicara. Titi beranjak dari duduknya menuju ke ruang keluarga, di sana ia menjumpai mama Angga yang terlihat agak tua setelah musibah yang menimpa anak bungsunya. "Tante, Titi mau pamit pulang" pamit Titi. "Mungkin Angga terlalu capek, ya? Padahal ia sudah tidur lebih dari dua jam", sahut mamanya. "Tidak apa-apa, besok siang saya akan kembali lagi," kata Titi sambil tersenyum. Kelembutan yang terpancar dari mata mama Angga membuat rasa kesalnya agak berkurang. Dalam perjalanan pulang dengan taksi, Titi masih diliputi rasa yang sulit dilukiskan. Ada sedih, kesal, cinta dan iba yang tercampur dalam suatu kegelisahan. Sudah seminggu lebih Angga menolak mene- muinya, entah apa sebabnya. Walaupun memang belakangan ini sikap Angga terasa agak kaku dari biasanya, tapi baru kali inilah mereka tak bertemu selama seminggu. Pelajar Bandar Lampung Oleh Budisantoso Budiman tanpa dukungan orangtuanya. "Diharapkan orangtua tidak memaksa anaknya untuk beker- ja sebelum sekolahnya rampung. Tapi kalau kondisi ekonomi ku- rang mendukung dan tak ada yang bisa membantu tentu saja sulit mengatasinya," ujar Sri Wardhani. "" TUNTAS WAJAR Sampai saat ini, target penun- tasan Wajib Belajar Sembilan Ta- hun di Lampung yang diprogram- kan rampung tahun 2001/2002 masih menyisakan 230.000 anak usia pendidikan dasar yang ku- rang beruntung dari target satu juta anak setempat. Menanggapi tingginya angka DO siswa SD di kawasan industri di Bandar Lampung itu, Kakan- wil Depdikbud Lampung, Drs.H. Enggus Subarman menyatakan prihatin dan mengharapkan hen- daknya orangtua bisa mengerti serta mengalah dengan tidak me- maksa anaknya yang masih seko- lah untuk bekerja dan memikul tanggungjawab ekonomi. "Pemerintah juga sedapat mungkin membantu mereka yang kondisi ekonominya pas-pasan ta- di dengan berbagai terobosan se- perti beasiswa atau diikutkan menjadi peserta program GN- OTA," ujar Kakanwil. Adapula seorang siswa peser- ta Ebtanas di SDN 1 Surabaya Ke daton-Bandar Lampung yang mundur dengan alasan kondisi orangtuanya kurang mendukung (bercerai). Tapi Dinas P dan K Bandar Lampung melalui Kadis- nya Murjito menyarankan agar sekolah mengontak siswa ber- sangkutan, meskipun orangtua bercerai hendaknya sekolahnya ti- dak tercecer. Tapi tantangan penyebab DO siswa SD itu ternyata cukup pe- lik, seperti dituturkan Kepsek SDN 6 Kemiling-Tanjungkarang Barat, Herlina Tabrani, yang dua siswa peserta Ebtanas mangkir (masing- masing pria dan wanita). Siswa SD yang pria itu me- mang diketahui mundur karena harus bekerja membantu orang- tuanya. Tapi siswa yang wanita ternyata hendak menikah dan tak bisa ditunda lagi. Bujukan guru untuk menun- da pernikahan dan menyelesaikan lebih dulu ujian akhir SD-nya tak digubris, orangtua pun menyerah- kan sepenuhnya pada sikap anak- nya. Akhirnya Ngatinah (15) me- mang tak bisa ikut ujian akhir SD. ORANGTUA PEDULI -Tapi sebetulnya masih banyak orangtua yang amat peduli de- ngan nasib pendidikan anak-anak selalu dipenuhi berbagai kegiatan, entah main basket, nonton pertan- dingan bola ataupun ngumpul dengan teman kuliah. Sekarang, ia malah tak dapat berjalan seper- ti biasa, ia harus dibantu dengan tongkat penyangga. Semangat hidupnya jadi redup dan ia sama sekali menutup diri, tak mau diajak keluar juga selalu menolak kalau ada yang ingin membawanya jalan-jalan sekedar melihat dunia di luar rumah. A Orang tua dan kakak laki- lakinya sudah menyerah melihat kekerasan sikap Angga. Walaupun mereka menaruh harapan agar Titi bisa mengembalikan sikap Angga yang dulu, yang periang dan penuh semangat. SENGAJA Titi bolos kuliah hari ini, setelah menerima telepon dari Angga yang katanya ingin bicara. Delapan hari tidak bertemu, membuat hati Titi ber- bunga rindu. Apalagi selama itu menelepon. Titi ingin Angga tahu pula mereka tidak saling bahwa ia merasa kesal. ka telah duduk berhadapan di Setengah jam kemudian, mere kamar Angga. Segala kekesalan yang semula menghuni dada Titi, lenyap begitu saja setelah berhadapan dengan Angga yang tampak lebih kurus. "Ada apa, Ga?" tanya Titi sam- bil tersenyum manis. "Kamu tampak agak kurus,' sambungnya lagi. Kerinduan yang selama ini tertahan, mengalir begitu saja lewat sepasang matanya. SD "Mogol" "Kamu tidak marah, Ti?" Tiba- tiba Angga mengalihkan per- cakapan, membuat Titi terkejut. Sejenak ia terdiam. "Aku hanya kesal, Ga. Hatiku sakit, sebelum ini tak pernah sekalipun kamu menolak untuk nya dan rela bersusah payah agar anaknya bisa lulus SD. Di SDN 7 Kemiling Bandar Lampung, ada orangtua seharian menunggui anaknya menyelesai- kan soal ujian. Heni, peserta Ebtanas di SD dekat terminal Kemiling itu tan- pa sebab jelas tiba-tiba jatuh sa- kit sesampainya di sekolah. Gu- ru cepat bertindak mengontak orangtuanya yang kebetulan ru- mahnya tak berjauhan, setelah di- keroki dan diberi pertolongan pertama Heni bisa bangun lagi dan mengerjakan soal ujian. Tapi orangtuanya, Sukriyati (30) masih khawatir sehingga re- la menunggui anaknya itu. "Tidak selera makan," sahut Angga singkat. Tak dapat ia mem- bohongi dirinya sendiri, ia amat merindukan Titi. "Tadi sudah makan siang?" tanya Titi. "Belum". "Mau kalau kumasakkan makanan kesukaanmu? Akan kusuruh Mbok menyiapkan bahan-bahannya. Nanti kita makan sama-sama," ajak Titi. Beberapa bulan yang lalu selesai operasi yang terpaksa mengambil kaki kiri Angga sebatas lutut, Angga masih mau diajak bicara walaupun sedikit. Sejak itu rasanya Titi tak pernah melihat senyum Angga lagi. Sam- pai kini ia tiba-tiba berubah begitu dingin. "Nggak usah, Ti. Aku tidak lapar." Ada rasa haru dalam nadanya ketika merasakan perha- tian yang besar dari gadis itu. "Atau kamu mau kubelikan roti kesukaanmu?" tanya Titi hati- hati, ia takut melukai hati Angga dengan mengingatkannya kembali betapa dulu ketika Angga masih Dua tahun menjadi teman 'dekat'nya, sebagian besar sifat Angga sudah diketahui olehnya, tapi selama itu tak pernah sehat, mereka selalu meng- sekalipun terjadi pertengkaran di antara mereka. Hari-hari mereka isi dengan saling menjajaki pribadi masing-masing. Aroma cinta selalu menyelimuti udara di sekeliling mereka. habiskan waktu bersama di toko roti tersebut. Adys, anak pemilik toko tersebut, adalah teman baik mereka. Titi merasa maklum kalau orang yang mempunyai cacat, ten- tu lebih perasa, apalagi Angga yang di waktu sehatnya tak per- nah duduk diam. Waktu luangnya INDONESIA kembali mem- peroleh pujian luar biasa dari Fo- rum Ekonomi Dunia (World Eco- nomic Forum-WEF) tentang ke- mampuan daya saing ekonomi- nya yang dinilai memiliki prospek sangat cemerlang. Dalam laporannya yang ber- judul "Global Competitiveness 1997" tanggal 21 Mei lalu, di Je- newa, Swis, WEF menyatakan, peringkat daya saing ekonomi In- donesia mengalami kenaikan dras tis menjadi peringkat ke-15 di dunia, dari peringkat ke-30 menu- rut laporan WEF tahun sebelum nya. Yang Bersemi Kembali Cerpen Elly R. menemuiku. Katakan apa salahku?" Titi tak kuasa menahan air matanya. Kepedihan dan kerinduan yang telah berhari- hari menyiksanya semakin mem- buat dia terluka. "Maafkan aku, Ti. Sebenarnya bukan tanpa alasan aku melakukan semuanya. Selama kita tak berjumpa, selama itu pula aku memikirkan jalan terbaik un- tuk kita berdua. "Angga menghela nafas panjang. Setelah kupikir- pikir, lebih baik kita berpisah saja". Perubahan sikap orangtua dan masyarakat tentang penting- nya pendidikan juga nampak di kawasan Pulau Pasaran (Pulau Beringin) di Kotakarang-Telukbe tung Barat Bandar Lampung -- kawasan kepulauan di Bandar rusnya. Mencermati Peringkat Daya Saing Lampung yang dijangkau n nye berangi laut.. "Aku hanya ingin melihat kamu bahagia, Ti. Bersamaku selama nya akan membuatmu menang- gung beban mental. Ke mana- mana aku selalu akan menjadi pusat perhatian, semua mata akan memandang iba pada kita, terutama dirimu. Mereka akan merasa sayang melihat seorang gadis mendampingi seorang pemuda cacat," jelasnya panjang lebar. -- terutama Semula pada satu-satunya SD (SDN 3 Kotakarang) di sana, be- berapa tahun lalu angka DO sis- wanya cukup tinggi siswa wanita yang umumnya di sana malu jika sudah besar ma- sih sekolah sehingga kelas IV dan V mundur dan 'mogol' di ja lan. Ekonomi Indonesia Oleh Asep Fathulrahcman terus dipertahankan karena sa- ngat berharga untuk menjaga ke- percayaan para investor serta un- tuk menjaga kredibilitas pereko- nomian nasional di mata masya- rakat Internasional. "Semua ucapanmu tak ada alasan sama sekali! Kamu sendiri yang belum mempunyai kebera- nian untuk keluar, Jika memang aku merasa malu, aku tak akan mengajakmu kuliah kembali," sahut Titi. Tapi pada Ebtanas tahun ini menurut Kepsek, Drs. Bahrun Bah tiar dari 24 peserta EBTA-Ebta nas terdaftar, semuanya masuk. Dia menepis kabar angka SDO di sekolah itu tinggi, meng ingat dari seluruhnya 192 siswa di sana, hanya satu dua yang keluar. Itupun pindah sekolah. Artinya hanya dalam tempo satu tahun, daya saing kinerja ekonomi Indonesia telah mampu masuk 15 besar negara paling kompetitif di dunia, melampaui Thailand yang dalam daftar yang sama menduduki urutan ke-18, bahkan berhasil melampaui Ko-versity itu. rea Selatan (peringkat ke-21). Dekan Fakultas Ekonomi Uni versitas Gadjah Mada (UGM), Dr.Nopirin berkomentar, prestasi tersebut membuktikan kesunggu- han Bangsa Indonesia untuk menggarap perekonomiannya se- cara profesional serta terus mene- rus disesuaikan dengan trend daya saing ekonomi global. Menurut Nopirin, prestasi ter- sebut patut disyukuri dan harus "Hari ini dan juga seterusnya, aku tak ingin ada pertengkaran di antara kita. Sebelumnya juga kita tak pernah bertengkar. Aku hanya ingin berpisah secara baik-baik?" Suara Angga terdengar begitu tenang meskipun dalam hati salah melihat betapa sedihnya terasa perih. Ia pun merasa ber- Titi, selama dua tahun ber- samanya, tak pernah sedetik pun ia berhenti mencintainya, tapi ini.... semua demi kebaikan Titi. "Aku tak menyangka kamu jadi begini, aku tak percaya kata-kata ini keluar dari mulutmu!" Dengan perasaan hancur, ia segera keluar dan terus berlari tanpa pamit lagi pada mama Angga yang sedang beristirahat di ruang tengah. Di depan pagar rumah, dia ber- pulang dari kantor. Titi cepat papasan dengan Aris yang baru menghapus air matanya, tapi mata Aris yang tajam dapat melihat sesuatu yang tak beres. Cepat ia melompat keluar dari mobilnya. "Titi, mau pulang?" tubuhnya yang tinggi tegap, kontras sekali dengan tubuh Titi yang mungil. Namun diakui masih ada war- ga setempat yang belum menye- kolahkan anaknya yang telah me- masuki usia sekolah seperti seha "Terus terang di tengah ber- langsungnya pesta demokrasi, ha- rapan ekonom cuma satu yaitu se- moga Indonesia terhindar dari ka- tagori negara berisiko tinggi (country risk) bagi para inves tor," ucapnya. Dengan munculnya penilaian objektif WEF tersebut, lebih- lebih dikeluarkan bertepatan de- ngan masa Pemilu 1997, katanya, maka hal itu merupakan anugrah besar bagi Bangsa Indonesia ka- rena akan semakin menguatkan keteguhan para investor asing dan domestik untuk tetap menanam- kan modalnya di Indonesia, kata alumnus Western Michigan Uni- KURANG REALISTIS Sementara Kepala Pusat An- tar Universitas (PAU) Studi Eko- nomi UGM, Dr. Anggito Abima- nyu berpendapat, kurang realistis bila daya saing ekonomi Indone- sia diletakkan di atas Korea Se- latan yang nota bene termasuk ke- lompok "Macan Asia" dan me- miliki basis industri yang jauh le- bih baik ketimbang yang dimiliki Indonesia. *** "Kalau ada persoalan, sebaik nya kita bicarakan bersama, Ti”" Aris menoleh sejenak ke arah Titi. "A Apa kamu sudah gila, "Apa pun persoalannya, aku Ga! Di antara kita tak pernah ada yakin pasti ada hubungannya perselisihan, aku apa dengan Angga", sambungnya kesalahan yang telah kuperbuat?" tangis Titi kian membasahi pipinya yang halus. Sekian lama ia berusaha setia mendampingi pemuda itu, tak terkatakan betapa sakitnya perkataan itu menghu- jam dadanya. sambil menjalankan mobilnya memasuki pelataran parkir "Ya", jawabnya singkat dan pelan. Ia merasa malu terhadap kakak Angga yang seperti mencari sesuatu di matanya. "Mari kuantar, ayo, naiklah" Aris membuka pintu mobil Pan- thernya dan Titi tak dapat menolak. "Bagaimana kalau kita mampir di restoran itu?" ajak Aris sambil menunjuk ke arah sebuah selama beberapa menit.. restoran, setelah melaju di jalanan "Antarkan aku pulang saja, kak". restoran. "Ia ingin kami berpisah," ujar Titi setelah mereka duduk berhadap an di restoran. Terhadap Aris yang ramah dan terbuka, Titi merasa tak ada salahnya mengeluarkan isi hatinya. Apalagi Aris merupakan kakak laki-laki Angga. Usianya yang dua tahun lebih tua dari mereka, membuat dia lebih dewasa. "Mengapa tiba-tiba begitu?" Aris mengernyitkan alisnya yang tebal, sekilas ia begitu mirip dengan Angga. ANALISA Warga Pulau Pasaran sekitar 1.540 jiwa yang diam di kawasan Pelabuhan Makassar Sentra Pertumbuhan Ekonomi Sulsel pulau dengan luas sekitar satu ki- lometer persegi dan akrab dengan limpahan air laut karena kawasan daratannya termasuk rendah. Oleh Fredrich C.Kuen SD satu-satunya di pulau peng hasil ikan asin dan keranjang bambu tempat ikan itu pun se- ringkali terendam air bahkan nya ris masuk ke ruang kelas dan me- rendami bangku dan meja siswa. Pada zaman Verenigde Dost- Indische Compagnie (VDC) atau usaha dagang Belanda di Kawa san India timur, Bandar Makas sar sudah dikenal sebagai salah satu pelabuhan laut internasional yang sibuk mengangkut hasil bumi dengan kegiatan bongkar muat yang padat dan meng- gunakan banyak tenaga buruh. Menanggapi masih adanya ke- cenderungan tingkat DO siswa SD yang cukup tinggi di Kodya Ban- dar Lampung itu, sejumlah pihak setempat memang sudah menya- takan keprihatinannya dan berha- rap bisa menemukan jalan keluar terbaik mengatasinya. Sekarang ini, kegiatan bongkar muat tetap padat, namun yang tampak adalah onggokan kotak besar peti kemas ukuran 20 kaki dan 40 kaki yang diangkut ke perut kapal dengan menggunakan peralatan modern. Seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka yang berupa minuman hangat. Suasana hati yang kacau membuat mereka tak mempunyai selera makan. Tapi nasib Maryanto, Ngati- nah dan puluhan anak-anak yang seharusnya sibuk belajar tapi ter- paksa bekerja di ladang, jadi pe- nyemir sepatu atau rela sebagai buruh upahan di gudang dan pa- brik tampaknya sulit diperbaiki tanpa kepedulian banyak pihak. Di Lampung sendiri terdapat sekitar satu juta anak usia pendi- dikan dasar yang masih harus me- rampungkan sekolahnya, lebih 200.000 di antaranya bernasib se- perti Maryanto dan Ngatinah tak sempat bersekolah atau "mo- gol" di tengah jalan karena ikut meringankan beban ekonomi ke- luarga, (Ant) Demikian juga dengan pereko nomian Thailand (18), serta Fili- pina (22). Karena kedua negara tersebut telah memiliki dukungan sumber manusia bidang industri yang jauh lebih lengkap dan lebih baik. "Saya melihat penilaian terse- but terlalu mengada-ada. Saya malah curiga jangan-jangan peni- laian itu dimaksudkan agar kita teriena dan cepat berpuas diri dengan kinerja ekonomi nasional yang kita capai sekarang ini," ujarnya. "Ia sengaja mengarang alasan yang tak masuk akal. Ia takut aku akan menanggung beban mental kalau nantinya kami terus ber- sama. Tapi pentingkah itu? Angga cacat sudah hampir setahun dan selama itu pula aku tak pernah malu mengakuinya sebagai teman baikku," jelas Titi panjang lebar, Aris membenarkan dan dalam adiknya memang baik men- hati ia menyimpan rasa salut pada gadis cantik di depannya. Nasib dapatkan kekasih yang begitu setia. Tidak seperti dia yang baru pertama kali jatuh cinta sudah dihianati. Sampai kini Aris hanya memusatkan diri pada pekerjaan di perusahaan keluarga mereka. Ia tidak percaya lagi akan jodoh. Kuharap kamu percaya walaupun "Aku tak menyangkanya, Ti. bibirnya mengucapkan per- pisahan, aku yakin ia tetap men- cintaimu. Aku tahu sifatnya, se- jak kecil kami selalu main ber- sama, sekali ia memilih barang mainan maka ia akan terus menyimpannya serapi mungkin!" "Tapi aku bukan barang mainan!" Suasana hati yang kacau membuat Titi cepat tersing- gung meski tanpa alasan kuat. Karenanya alumnus State Ohio University itu menghimbau agar Bangsa Indonesia tetap lebih percaya diri, lebih yakin dengan prestasi dan kemampuannya sen- diri, serta tidak bergantung kepa- da apa yang dinilaikan orang lain. Sebab selain WEF, katanya, masih ada juga lembaga riset lain- nya di Lausanne, Swis, seperti IMD yang menunjuk kenaikan daya saing ekonomi Indonesia ha- nya satu poin yaitu dari pering- kat ke-40 menjadi peringkat ke-39. "Jadi walau bagaimana, pe- nilaian orang lain itu sulit dipe- gang, yang penting prestasi eko- nomi apa, yang paling nyata, yang sekarang dapat diperbuat Bangsa Indonesia untuk mening- soalan ini aku tak akan berdiam diri. Sebisa mungkin akan kuban- tu kalian. Tak ada alasan untuk berpisah kalau memang cinta itu masih ada?" Hati Titi bagai tergores mendengar ucapan terakhir Aris. Ia sendiri tak berani memastikan Angga masih mencintainya, mengingat sikapnya yang dingin. ✰✰✰ SEPULANG Titi yang bersim- bah air mata, Angga mene- lungkupkan diri di atas bantal. Dengan perasaan yang sulit dicer- na, entah lega entah sakit, entah pula menyesal. Tanpa sadar ia meneteskan air mata. Memutuskan tali cinta, sama sekali tak pernah terpikir olehnya, tapi ia betul-betul merasa berat kalau Titi juga harus menerima pandangan iba dari orang di sekeliling mereka. Rasanya cukup ia sendiri yang menderita. Bukan Angga tak tahu kalau di luar sana, masih banyak pula orang yang cacat seperti dirinya, bahkan ada yang lebih parah dari dia. Tapi sulit sekali menghilangkan duka di hatinya. la tahu kalau keluarganya dan Titi turut menderita. Kini walaupun kejam, ia memaksa gadis itu meninggalkan- nya setelah sekian lama bersama. Dulu untuk mendapatkan Titi ia memerlukan waktu yang lama. Titi sangat populer di sekolah mereka. Ia cantik, pandai dan ramah, membuat Angga terpikat padanya. Angga berhasil memetik cinta. Titi dan menanamkan dalam hatinya. Sampai tamat SMU mereka bersama-sama memilih universitas yang sama dan jurusan yang sama pula. Tapi akhirnya Angga memilih berhenti, ia tak dapat menghadapi teman-teman setelah menjadi cacat. Peristiwa itu terjadi di dekat tahun baru, ia mengendarai Hon- da menuju ke sebuah toko untuk membeli terompet dan balon yang akan digunakan untuk menghias ruangan yang akan dipakai ber- sama teman-teman melewati tahun baru dengan meriah. Tetapi di jalanan, ia ber- "Tentu saja, aku hanya ingin memberi contoh. Terhadap per-.. ww PELABUHAN Makassar di Ujungpandang bukan hanya menjadi pusat kegiatan bongkar muat barang, melainkan baik kini maupun kelak juga menjadi sen- tra pertumbuhan ekonomi di Pro- vinsi Sulawesi Selatan dan juga Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal itu mungkin, terutama setelah pelabuhan itu diperluas, walau dari renovasi tersebut yang rampung baru tahap pertama, yakni perpanjangan dermaga 500 meter dari 800 meter yang diren- canakan, sehingga total panjang dermaga yang dapat digunakan saat ini 1.060 meter. Lebih dari itu, dermaga yang diperpanjang tersebut juga telah didukung dengan pengoperasian berbagai peralatan canggih, tan- pa harus mengurangi porsi kerja buruh pelabuhan.. Tentu saja, kinerjanya secara umum mengalami peningkatan pe sat setelah terjadi perubahan mendasar pada sistem kerja dan pengangkutan barang dari "ma nual kargo terbuka" ke sistem "peti kemas penuh" yang diangkut dan digerakkan dengan peralatan canggih berkomputer. katkan daya sainganya di pasar global," katanya. DUA INDIKATOR Hal senada dikemukakan ju- ga Direktur Magister Manajemen UGM, Dr. Bambang Sudibyo, MBA, dengan menambahkan, un tuk mengukur kekuatan daya saing ekonomi paling tidak dapat dilihat dari dua indikator yaitu grafik kinerja ekspor yang terus meningkat, serta besarnya arus investasi asing yang masuk ke da- lam negeri. "Bila dilihat dari kedua indi- kator tersebut daya saing ekono- mi Indonesia dibanding Korea Se- latan memang belum seberapa. Se bab sekali pun volumenya lebih besar namun yang kita ekspor se- bagian besar berwujud migas, dan kalau mau jujur kinerja ekspor nonmigas kita masih lebih sering surut ketimbang pasang," kata nya. Demikian pula dari sisi arus modal yang masuk ke Indonesia, katanya, sebagian besar sering ha- nya berupa persetujuan prinsip- nya saja, sedang dalam tahap rea lisasi rata-rata masih kurang dari separuh jumlah yang disetujui itu. Dari indikasi-indikasi yang nampak tersebut, kata alumnus Kentucky University itu, Bangsa Indonesia sebetulnya masih ba- nyak harus membenahi diri untuk dapat keluar sebagai pemenang dari persaingan global dalam ar- ti yang sebenarnya. "Saya kira penilaian sebagus apa pun tak akan mendatangkan iringi dengan kerja keras untuk memacu ekspor non-migas," kata nya. (Ant) tabrakan dengan sebuah sedan yang melaju dengan kencang. Suasana yang semula penuh kegembiraan berubah menjadi penuh tangis. Namun ternyata Tuhan masih menyayangi Angga, ia hanya kehilangan sebelah kakinya dan luka lainnya tidak mengkhawatirkan.. begitu Tubuhnya dapat sehat kembali seperti biasa kecuali cacat di kakinya. Angga mengangkat kepalanya, matanya tertuju ke kalender yang tergantung di dinding kamarnya. Betapa cepat waktu berlalu, kini November telah datang. Sebentar lagi akan tergan- tung kalender yang baru. Dapatkah ia berubah bahagia seperti dulu? Batin Angga pilu. ANGGA mencari sandalnya, kini ia hanya memerlukan sebelah saja. Hari ini ia akan jalan-jalan di taman rumahnya. Sesuatu yang telah lama tak dilakukan. Jam dinding menunjukkan pukul tu- juh lewat. Perlahan ia menggunakan tong. kat penyangga dan terpincang- pincang ke luar dari kamarnya. Ruang depan masih sepi. Hari Minggu, papa dan Aris tidak ke kantor, Di dapur ia mendapat tatapan gembira dari mama yang sedang menyiapkan sarapan dibantu Mbok. "Angga, kamu lapar? Mama siapkan sarapanmu, ya?" Setelah sadar dari ketakjubannya, barulah kata-kata itu keluar. "Nanti saja, ma. Angga mau duduk-duduk di taman. Kalau ada, minta teh hangat saja, ma"" "Tidak apa-apa ma. Mama'kan lagi sibuk?", jawaban itu bagaikan air segar menyirami hati wanita itu. Ini merupakan kemajuan, Angga biasanya kaku sekali. "Baiklah. Pergi sajalah dulu. Biar Mbok yang mengantarkan teh untukmu," sahut mama. Suasana yang sejuk dan nyaman, di samping hijaunya Semua kegiatan rutin bongkar muat berjalan cepat, waktu tam- bat kapal menjadi singkat, kapasitas merapat ke dermaga semakin banyak dan sekaligus meningkatkan mobilitas kun- jungan kapal, pemuatan, serta pemberangkatan barang, baik muatan dalam negeri maupun ekspor. SUHARTINL Menurut Kepala Pelabuhan Makassar Ir.Sudarmadji, se belum renovasi, waktu tunggu kapal untuk antre merapat di der- maga pelabuhan adalah 2.25 jam/kapal dan sejak pengopera- sian perpanjangan dermaga ter sebut 1 Mei 1997 menjadi tanpa waktu tunggu (zero waiting time). Renovasi Pelabuhan Makassar menjadi pelabuhan peti kemas penuh menggunakan dana Rp. 250 milyar, terdiri atas pinjaman Badan Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri (DECF) Jepang dan Bank Pembangunan Islam (IDB) Rp. 200 Milyar dan dana dalam negeri serta dari PT Pelabuhan In- donesia (Pelindo) IV Rp.50 milyar. Terminal peti kemas Pelabuhan Makassar nanti sama dengan Unit Terminal Peti Kemas (UTPK) di Pelabuhan Tanjung Priok Jakar-. ta dan Tanjung Perak Surabaya. Fasilitas pendukung yang telah tersedia antara lain dermaga kapal peti kemas berkedalaman 12 sepanjang 500 meter, dermaga kapal kecil berkeda laman lima meter sepanjang 154 berkedalaman lima meter sepan- meter, dermaga kapal ro-ro juga jang 60 meter. Selain itu, ada juga lapangan peti kemas 75.000 meter persegi, lapangan peti kemas kosong dan peti kemas barang berbahaya ma sing-masing 3.000 meter persegi, jalan kendaraan dan lapangan parkir 24.000 meter persegi, yang ditunjang berbagai fasilitas dan peralatan canggih yang dioperasi kan secara komputerisasi. Dampak keberadaan pelabu han laut internasional Makassar dengan segala fasilitasnya itu pe ningkatan arus bongkar muat, ligus menjadikannya sentra pergerakan dan pertumbuhan ekonomi, bukan hanya terbatas di rerumputan taman, memberi kesan sepi di hati Angga. Dua minggu berlalu sudah sejak ia ber- pisah dengan Titi. Tak ada lagi suara merdu yang kerap mene- leponnya. Jiwanya terasa kosong, betapa ia merindukan canda Titi. Dulu, tak pernah sehari pun mereka tak bertemu. Walau setelah musibah yang menim- panya, Titi tak pernah berubah, ia selalu setia. Kicauan burung menemani kesunyian yang kian terasa. Perlahan, Aris mendekati adiknya. "Sudah sarapan?" tanyanya sambil duduk di samping Angga. Ia tampak segar dengan pakaian- nya yang berkesan santai. "Belum," jawabnya singkat. "Nanti kita sarapan bersama, ya? Lihat, mama begitu senang melihatmu, sampai-sampai papa dibangunkan dengan paksa. Supaya kita kumpul bersama di meja makan" Aris tersenyum sambil menunjuk ke arah papa dan mama yang sedang duduk berdampingan. "Ayo, kita sarapan sekarang," Angga berusaha bangkit dari duduknya, ketika Aris akan mem- bantunya, ia menolak. "Biar, aku sudah terbiasa, kok. Beginilah jadi orang cacat!" "Jangan berkata yang bukan- bukan, Ga. Sebenarnya aku merasa iri padamu?"" Aris segera mengambil kesempatan untuk bicara. "Ya, udara pagi memang sangat hadapannya. Tubuhnya hampir bagus. Mbok, tolong siapkan teh untuk Angga. Mau mama temani, Ga?" tanya mamanya lembut. 'Kenapa? Kamu tak keku rangan apa-apa. Kamu sukses dalam pekerjaan, ganteng, dan masih muda. Kalau aku? Apa yang bisa membuatmu cem- buru?" Angga telah berdiri di Sulsel, melainkan juga meluas ke semua provinsi di KTI. Itu karena "fasilitas tersebut akan dimanfaatkan oleh KTI un- tuk melakukan pengiriman ba rang ekspor serta menjadi pilihan pelabuhan pemberangkatan yang dekat serta efisien di bandingkan jika harus melalui Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya atau Tanjung Periok di Jakarta," kata Sudarmadji. seimbang dengan kakaknya, hanya saja ia tampak lebih kurus. "Karena kamu punya Titi. Seorang kekasih yang amat setia!" Jawaban itu menghujam tepat di hati Angga. Titi.... di mana dia sekarang? Sejenak mereka bediri berhadapan dan terdiam. Angga tidak menyadari Aris sedang memperhatikan perubahan air mukanya. "Kami sudah putus setengah bulan yang lalu," gumam Angga. "Dia memutuskanmu?" pan- cing Aris. "Tidak! Akulah yang memutuskannya," Angga merasa benci mengucapkan itu. "Kamu sudah tak mencin- tainya?" "Hanya Tuhan yang tahu betapa aku menyayanginya". "Jadi, mengapa ..... "Aku tak mau jadi bebannya. Satu tahun sudah cukup untuknya menahan beban mental. Lebih baik ia mendapatkan pasangan yang lain, yang normal," potongnya cepat. Dalam benaknya terbayang wajah Rudy, teman Titi yang anak pengusaha kaya, yang sampai kini masih mengharapkan Titi. Dulu, ia merasa cemburu sekali kalau KEBIJAKAN DAERAH Kebijakan Pemerintah Daerah Sulsel melalui perubahan pola pikir dan petik, oleh serta jual, untuk memacu peningkatan ekonomi secara langsung pada masyarakat produsen, khususnya yang mengembangkan sistem per- tanaman, perikanan, perkebun an, dan kehutanan yang berorien- tasi ekspor akan semakin membe rikan peluang. Prasarana utama berupa pe labuhan bertaraf internasional sudah tersedia, sehingga secara bertahap namun pasti volume ataupun nilai ekspor Sulsel akan terus mengalami peningkatan. Gubernur Sulsel HZB Pala guna, dalam memacu peningkat an pertumbuhan ekonomi ter sebut, melakukan pencanangan secara bertahap tahun demi tahun petik, tahun olah, tahun jual, dan tahun promosi. Pencanangan tersebut penga ruhnya sangat luas, sehingga mutu produk ekspor Sulsel terus semakin membaik serta mampu bersaing dengan negara produsen lain di dunia. Dampaknya yang lain adalah perolehan nilai tam- bah sert penyerapan tenaga kerja yang semakin banyak. Halaman 8 bahwa kegiatan ekonomi secara umum terus mengalami peningkat an, terutama dampak dukungan pelabuhan laut internasional Makassar. Semua hasil ekspor tidak lagi dalam bentuk asalan, melainkan melalui proses pengolahan sesuai dengan kemampuan dan berorien tasi pasar, sehingga berdampak peningkatan citra ekspor Sulsel semakin baik di mata dunia, sebab kualitas produk yang diekspor semakin tinggi. Pengolahan tersebut misalnya kakao dalam bentuk biji kakao yang telah difermentasi, biji kopi kupas, kacang mete produk ola han industri, dan berbagai jenis ikan karang hidup. Beberapa komoditas andalan seperti kakao, kopi, mete, dan udang banyak menyerap tenaga kerja mulai dari proses per- tanaman, perawatan, panen, pengolahan produksi, hingga pro- pengangkutan di pelabuhan. ses pengolahan pabrik ataupun Ekspor berbagai komoditas Sulsel selama 1996, menurut data Kadinda Sulsel, mencapai 453: 659,261 ton dan menghasilkan devisa 409.57 juta dolar AS. Sulsel tercatat sebagai daerah pro- secara nasional. pengekspor biji kakao terbanyak Kenyataan itu memperlihatkan Rudy selalu melirik Titi, di kam- pus mereka sering bertemu karena Rudy mengambil jurusan Ar- sitektur di universitas yang sama dengan mereka. Tapi kini, rasanya lebih baik menyerahkan Titi kepadanya. Dari segala gerak-gerik Rudy, Angga yakin dia betul-betul men- cintai Titi. "Ternyata pikiranmu berbeda jauh dengan Titi"" "Apa maksudmu?" tanya Angga sambil menatap Aris. "Ia pernah mengatakan padaku, kalau selamanya ia hanya mencintaimu. Seharusnya kamu bahagia, Ga. Dan seharusnya pula kamu bahagiakan dia. Sekarang dia tampak kurus dan seperti tak bersemangat" Dua hari yang lalu Aris men- datangi rumah Titi dan men- dapati kedukaan dalam matanya yang bening. Ia tak boleh mengulur waktu lagi, pikir Aris dalam hati. Pertumbuhan ekonomi itu akan terus berlangsung, terutama dengan makin mantapnya pe ngembangan Tri Program Pemda Sulsel, yang sekaligus akan men- dukung ketahanan nasional, se bab pembangunan ekonomi da pat mempengaruhi pola hidup masyarakat, baik petani, ekspor ter, maupun masyarakat umum. Sukses tersebut terutama ter- capai bila semua pihak berperan aktif dalam menciptakan stabi litas nasional. Tahapannya melalui sukses Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR-RI 1998. Kemakmuran bukan hanya im- pian, tetapi tahap demi tahap akan terus diperjuangkan dan dicapai melalui program Repelita. Stabilitas daerah serta kemakmur an di suatu provinsi merupakan bagian dalam menciptakan stabi litas nasional secara menyeluruh. EKONOMI DAN STABILITAS NASIONAL Stabilitas nasional akan ter- capai, di mulai dengan terben- tuknya stabilitas dalam lingkup kecil dan kemudian terus meluas seperti stabilitas di lingkungan kelompok masyarakat, desa, ke camatan, kabupaten, provinsi hingga nasional, sekaligus mem- buktikan peran masyarakat se cara aktif dalam pembangunan. Menurut pengalaman, pem- bangunan tidak mungkin ter laksana dengan baik bila tidak ditopang oleh stabilitas nasional yang mantap. "Kamu di mana kamu bertemu dengannya, Ris?" Gelisah bermain di dada Angga. "Di rumahnya. Aku bermaksud menjemputnya kemari, sebab kulihat sudah seminggu lebih ia tak mengunjungimu. Mungkin sa- ja ia sakit," kata Aris. "Kalau kamu betul-betul men- cintainya, carilah dia kembali dan yang terpenting kamu harus min- ta maaf padanya. Kamu telah menyalah artikan cintanya dan kesetiaannya," sambungnya lagi. "Justru karena aku menci- tainya, baru aku melakukan semua ini," sela Angga. "Tapi nyatanya kamu malah membuatnya susah dengan kekerasan sikapmu. Berubahlah seperti dulu lagi. Dan menger- tilah, di dalam kasih sayang tak ada tempat untuk apa yang dinamakan beban." Aris menepuk bahu adiknya penuh kasih. Kamu mau mengantarkan aku ke rumahnya? Tentunya setelah sarapan." "Tentu, Ga. Ini saja sudah merupakan kemajuan. Aku bangga dengan kedewasaanmu. Ayo, kita sarapan dulu!" Sejak beberapa bulan lalu, Angga jarang terlihat di meja makan, tempat duduknya lebih sering kosong. Hari ini seperti tak percaya, mereka menerima kenya- taan bahwa Angga sudah agak terbuka. Di meja makan ia selalu melayani kalau ada yang menga- jak ngobrol, tidak lagi berkesan pendiam dan kaku. "Pa, ma, kami mau ke rumah Titi sebentar,' pamit Aris selesai sarapan. "Ya, tentu saja. Pergilah, salam mama buat Titi. Dan katakan Stabilitas melalui sistem pem- bangunan yang terencana melalui Pelita demi Pelita sekaligus mewujudkan dinamisasi masya rakat yang melalui sektor ekonomi berperan mewujudkan stabilitas nasional. Hal itu akan tercapai bila kesinambungan pembangunan di bawah kepemimpinan Orde Baru terus berlangsung dan diperta hankan. Indonesia adalah negara dan bangsa yang besar, sehingga kesinambungan pembangunan, sta bilitas ekonomi dan politik akan menandai kebesaran itu dan semua pihak bertanggung jawab penuh serta ikut menciptakannya sesuai dengan yang diinginkan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Ketertinggalan pembangunan di KTI di banding Kawasan Barat Indonesia (KBI) dipersempit melalui upaya memacu pem- bangunan sarana dan prasarana seperti perluasan Pelabuhan Makassar dengan berbagai fasi litas pendukungnya. Ketua Kadinda Sulsel Drs. H.M.Yusuf Kalla sering me ngungkapkan komentarnya me nanggapi kesenjangan tersebut dengan mengatakan, terlalu sudah saatnya dilakukan "pelak sanaan dan bukan hanya omo ngan." (Ant). mama sudah kangen, sudah lama, juga ia tidak main kemari," ujar mamanya lembut. "Ya, ma. Kami berangkat dulu, Pa, ma, pamit mereka. Dengan pandangan penuh kasih, mereka diantar oleh orang tua mereka. Hari berganti hari, tahun baru kian mendekat ✰✰✰ DENGAN penuh kerinduan, Angga menatap Titi. Keduanya sama-sama terdiam dalam ruang tamu itu. Aris meninggalkan mereka dengan alasan akan ke rumah teman. membuka percakapan. Matanya "Mukamu pucat, Ti, Angga memancarkan sinar kemesraan. "Benarkah?" Titi meraba wa- jahnya sendiri. Ada rasa haru ber- main di hatinya. Ternyata benar kata Aris. Angga masih menyim- pan rindu untuknya. Lama sekali ia menantikan saat seperti ini, Angga mau melangkahkan kaki ke luar rumah lagi. "Aku minta maaf, Ti. Aku memang kejam telah membuatmu sedih. Tapi kamu percaya kan? Kulakukan semuanya demi kamu?" Angga mengigit bibirnya tak berdaya. "Aku memakluminya. Tapi seharusnya kamu juga menim- bang dulu akan perasaanku. Per- nahkah sekali saja aku merasa terbeban olehmu? Walaupun se- ring kau abaikan nasehatku, aku tak pernah marah. Tapi seharusnya pula kamu tahu, betapa aku merindukan Angga yang dulu, yang ramah dan hangat" "Maafkan kesalahanku, Ti. Aku tahu semua itu. Aku ingin mencoba bangkit kembali. Tapi kamu mau kan kita bersatu kem- bali? Tentu saja kalau masih ada tempat untukku," ujar Angga. "Asal kamu janji tidak akan mengatakan yang bukan-bukan lagi, aku sungguh tak sanggup menghadapinya." Mata Titi yang bening berkaca-kaca. "Jadi kamu mau memaafkan aku? Dan mau ..... "Ya," potong Titi sambil mengangguk. "Terima kasih, Ti. Mulai hari ini aku akan rajin memeriksakan diri ke dokter, untuk kemung kinan pemasangan kaki palsu. Setelah itu, kita akan kuliah ber- sama lagi, biar Rudy tak berani melirikmu lagi," ujar Angga tersenyum. "Siapa pun yang akan melirikku, aku tak butuh. Asalkan kamu jangan melirik cewek lain. Itu sudah cukup?" Kerinduan yang sekian lama "Kalian berdua?" Papa menatap Angga, biasanya ia tak mau keluar walaupun dipaksa. terpendam dalam dada, terasa semakin hangat tatkala jemari Menyadari sikapnya sendiri, mereka bertaut erat. Pandangan papanya segera tersenyum dan berkata, Ya, ya. Pergilah, cuaca hari ini amat bagus, cocok untuk jalan-jalan. Ya 'kan, ma?" mereka terbentur pada kalender, tahun baru kali ini ternyata benar- benar menghadirkan sesuatu yang baru buat mereka. Di dalam hati terasa ada yang bersemi kembali.