Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-06-11
Halaman: 09

Konten


Rabu, 11 Juni 1997 TAMAN REMAJA & PELAJAR Kencan Pertama BAGI siapa pun, kencan per- tama pasti membuat hati deg- degan. Kita takut penampilan kita mengecewakan. Takut kepriba- dian dan sopan santun kita nggak kena di hati do'i. Juga takut tak mempunyai topik pembicaraan yang menarik. Ada kencan pertama yang ga- gal, tapi banyak juga yang berha- sil. Semua itu tergantung sejauh mana kemampuan kita mengata- si dan menghadapi kendala yang timbul dalam kencan pertama ter- sebut. Nah, apa rahasianya agar berhasil ? Bagi kamu yang kebetulan ba- ru pertama kali menghadapi ken- can pertama, dapat kamu ikuti petunjuk dibawah ini. Selanjut- nya bisa kamu laksanakan. 1. Penampilan itu perlu. Orang sering membaca sifat dari cara kita berpenampilan. Ini tak berarti kita harus ber- paras cakep, tapi kita akan le- bih dinilai dari penampilan se- cara keseluruhan. Percuma kalau tampang cakap, tapi rambut kotor. Kalau penam- pilan kita baik, kepercayaan diri kitapun bertambah. Jadi sebelum do'imu men- jemputmu, pertama-tama yang perlu kamu perhatikan adalah kebersihan dan kera- pian dirimu. Termasuk dalam memilih pakaian yang cocok dan sesuai dengan dirimu. Ini perlu bagi kamu agar nantinya kencan pertamamu dengan do'i tidak berantakan gara- gara semua itu. Rasanya 'kan malu! 2. Menjadi diri sendiri.. Berulang-ulang, orang se- ring mengatakan untuk memi- liki kepribadian yang baik, ja- dilah diri sendiri. Dan ini me- mang nasehat yang baik. Ba- gaimana do'i bisa mengenal pribadimu yang sebenarnya kalau kamu melakoni watak SEHARUSNYA saya sudah mempersiapkan diri sebaik mung kin untuk dapat menjadi seorang kekasih yang baik, Niek. Dua tahun yang lalu, sejak pertama" kali kita membina hubungan, bu kankah saya telah berjanji untuk menyediakan waktu sebanyak mungkin bersamamu? Setidak nya, setiap malam minggu saya akan hadir di rumahmu? Bukan kah kamu selalu konsekwen dengan janjimu untuk dapat me mahami diriku? Bukankah sejak semula kamu telah mempertim bangkan segala risiko untuk dapat menjadi pacar Samuel Hadiku suma, seorang pemuda yang me miliki banyak kesibukan, seorang pemuda yang lebih banyak meng habiskan waktunya untuk mem- buru berita karena pekerjaannya adalah seorang wartawan lepas sebuah majalah. Seorang yang juga banyak menghabiskan waktu nya untuk menjadi seorang aktivis kampus, penulis cerpen atau puisi. Niek, kamu telah berhasil mem buktikan dirimu menjadi seorang kekasih yang baik. Kamu memi liki kesabaran yang tinggi dalam menghadapi diriku yang sering kali mengecewakan kamu dengan tidak dapat memenuhi janji-janji yang telah kita buat. Saya malu, Niek. Saya malu sekali padamu karena sudah terlalu sering membuat kamu kecewa. Saya dapat membaca keke cewaan itu dari sinar matamu meskipun kamu sudah berusaha menyembunyikan serapi mung kin. Segala sesuatu itu ada batas nya, Niek. Seperti juga kesabaran manusia. Seperti juga amarah dan kekecewaanmu yang kamu sembu nyikan selama ini. Semuanya meledak setelah mencapai titik puncaknya ! Saya mengerti mengapa kamu begitu marah kepadaku. Saya yang salah, Niek. Saya minta maaf, tapi kamu tidak berge ming. Saya sudah menjelaskan se- muanya ini dengan jujur, tapi kamu tidak mau mendengar. Saya tidak bermaksud menge cewakan kamu. Sungguh, saya benar-benar lupa dengan rencana kita untuk pergi berdua malam minggu yang lalu. Bahkan saya benar-benar melupakan hari ulang tahunmu yang ke-duapuluh tiga itu. Sungguh, semuanya ter jadi di luar rencana kita. orang lain. Salah satu sebab kita ku- rang memperlihatkan pribadi kita sebenarnya yaitu sifat malu-malu dan takut diang- gap agresif. Kedua sifat ini sumbernya satu: Rasa takut. Kalau kamu pemalu, kamu juga mesti tahu bahwa setiap Jam tiga sore, ketika sedikit ge rimis Jully, teman yang satu fa kultas dengan saya datang ke tem- pat kost saya. Dia meminta meng antarkannya ke rumah Didik. Tahukah kamu, pemuda itu meng hamili adiknya. Seketika itu juga saya marah. Saya benar-benar ingin menghajar bajingan itu. Saya harus membantu Jully menyele saikan masalah ini karena itu tidak mempunyai seorang saudara pun di kota ini. Akhirnya kami mendapatkan juga pemuda itu dan dia menyatakan bersedia ber tanggung-jawab atas perbuatan- nya. Sepulang dari kota Tebing LASER GAME Oleh: Su le SS in Sapa Pengasuh Jumpa lagi! Kencan pertama memang selalu membuat hati berdebar- debur tak karuan. Apalagi kalau keinginan tersebut sudah cukup lama dipendam dalam hati doi. Susahnya, tak semua kencan pertama itu berhasil. Nah, boleh jadi malam minggu nanti kalian punya rencana tersebut. Simak dulu deh kiat-kiat yang dibeberkan Su le SS ini! orang ada nilai plusnya juga. Tentunya ada sesuatu pada di rimu yang disukai do'i sampai dia mengajakmu kencan. Ja ngan lupa juga, pasti karena ini kencan pertama si do'i de ngan kamu. Tentu dia juga sa- ma senewennya dengan kamu, dengan alasan yang sama pula. Banyak surat yang menanyakan "nasib" naskah yang telah dikirimkan kepada kami. Beberapa di antaranya meminta agar diberi tahu apakah karyanya diterima atau ditolak, baik via telepon maupun surat. Ini tentu saja tak mungkin kami lakukan, mengingat kesibukan kami setiap hari. Kalau kamu cenderung me- nunjukkan sikap sebaliknya bicara terlalu keras dan non- stop sampai terlalu menguasai keadaan, kamu harus secepat- nya menyadari kecerobohan itu dan coba mengontrol diri. Perhatikan reaksi do'i pada Nah, agar kalian lebih mendapat kepastian pemuatannya, alangkah baiknya melampirkan prangko pengembalian secukupnya. Jangan lupa menuliskan "Taman Remaja dan Pelajar" di sudut kiri atas amplop. Cantumkan pada naskah nama, alamat dan kode pos yang jelas. Dengan demikian, naskah yang tidak dimuat atau belum layak muat akan kalian terima kembali. Gampang bukan? Salam kreatif! LASER GAME OUT Tinggi, saya diberi tahu ibu kost bahwa kamu menelepon saya su dah empat kali. Saat itu juga, saya dar bahwa kita punya janji, untuk merayakan hari istimewamu Niek. Kemudian saya menelepon kamu, meminta maaf dan menceri takan apa yang telah terjadi. Tapi kamu marah dan memutuskan hu bungan telepon ini sebelum saya menyelesaikan pembicaraan. waktu kita berbicara. Kalau kelihatan dia terganggu de- ngan segala celotehanmu, bi- caralah lebih tenang atau ganti saja topik pembicaraan. Dan kasih dia waktu juga untuk bi- cara ! 3. Ada etiketnya juga. Dan kini kita sedang duduk sa ling berhadapan di kafetaria. Suasana setegang ini membuat saya berpikir kita seperti sedang berada di ruang pengadilan. Saya benar-benar terkejut ketika meli hatmu membuka mulut, menge luarkan segala, amarahmu. "Sesungguhnya selama ini aku telah mengelabui diriku, mengela bui perasaanku sendiri, dan aku merasa tersiksa menjalaninya. Aku harus mengubur perasaan cemburu, marah dan kecewa tan- pa kutahu harus melepaskannya di mana". Nggak susah sebenarnya mempelajari etiket berkencan. Kuncinya adalah menghargai do'i. Kalau kamu sudah me-. nunjukkan sikap yang baik, sudah sepantasnya pula kamu mengharapkan si do'i mem- perlakukanmu dengan baik juga. Masak kamu menuntut dia memperlakukanmu de- ngan baik, sementara kamu sendiri sering menujukkan si kap yang buruk dan kurang menghargainya. Itu namanya kamu terlalu egois dan ingin- nya menang sendiri. 4. Jangan ngaret. Budaya ngaret sudah sering by: Suhartini Vivi Li Suhartini 1997 tidak suka dengan segala sesuatu yang pernah kamu lakukan ter hadap teman-teman wanitamu. Aku mulai belajar meyakinkan diriku sendiri bahwa kamu akan melakukan sesuatu yang istimewa terhadapku. Tapi kenyataan yang aku terima membuatku benar- benar terpukul. Aku tidak percaya bahwa sesungguhnya kamu tidak pernah memperhatikan diriku". Niek! Saya kaget mendengar katap-katamu ! Kamu tersenyum kecut, lalu me lanjutkan. "Aku tidak pernah mendapatkan apa yang telah kamu lakukan terhadap teman- temanmu. Terus terang, aku ingin kamu menuliskan sebuah puisi untukku sama seperti yang pernah kamu tuliskan untuk Putri pada hari ulang tahun gadis itu. Aku juga mendambakan perhatian-per hatian yang kamu berikan kepada Rina, adik temanmu. Kamu selalu menanyakan keadaan gadis itu bila Erlangga pulang dari tempat tinggalnya di Nias. Aku iri dengan perhatian-perhatian yang kamu berikan kepada mereka. Sungguh, aku baru menyadari kini bahwa se benarnya kita tidak pernah saling memenuhi". "Niek....... Untukmu Cerpen: Jenniwati (6 10:4 Saya terheran memandangmu. "Selama ini yang dapat kula kukan hanyalah menahan pera- saan cemburu dan marah. Aku tahu itu tidak baik. Tapi aku telah berjanji bahwa itu harus kulaku kan bila aku masih mau memper tahankan kamu, tapi kini, aku tidak mampu menjalaninya lagi". seolah melepaskan beban berat yang selama ini menghimpitmu. Kamu menarik nafas panjang, "Aku marah, Sam. Aku mulai melanda kita. Janji bertemu jam sekian, tapi waktunya bi- sa lewat dari yang dijadwal- kan. Ini memang harus dihin- dari. Kalau bisa berjanji tepat waktu. Kalau si do'i bilang akan menjemputmu jam delapan, sebaiknya kamu sudah siap pada jam tersebut. Dia akan menghargaimu kalau kamu menghargai waktu yang telah dijanjikan. Bukan janji jam delapan akan menjemputmu, baru pada jam itu kamu man- di, berpakaian dan berdan- dan, Ini hanya akan mem- buatnya kecewa. Apalagi ka- lau kebetulan ia bermaksud mengajakmu nonton film atau suatu pergelaran musik. Kalau sampai terlambat gara-gara kamu belum siap dandan kan jadi berantakan keinginannya. Bisa-bisa do'imu jadi kecewa banget terhadap kamu yang ti- dak disiplin terhadap waktu. Kalau dia sempat menga- jakmu keluar, dia akan keliha- tan lebih senang bila memper- kenalkan dirimu pada orang tuanya. 5. Nggak usah genit-genit sama cowok lain. Kalau pergi sama do'i, ja ngan coba-coba bergenit- genitan dengan cowok lain di depannya. Jelas, dia akan me- rasa harga dirinya terinjak. Biarpun ngeceng dan bercan- da dengan cowok lain kamu anggap lumrah sebaiknya di- lakukan kalau kamu lagi sama-sama dengan teman- teman cewek. Tapi kalau bisa hindari sebab ini bisa saja me- nimbulkan malapetaka yang berakhir dengan putusnya ka- mu dengan do'imu. Sebabnya kalau di luar kesadaranmu dan diam-diam cowokmu me ngintai kelakuanmu, maka pupuslah impianmu untuk bi- sa kembali bersamanya lagi. Apalagi kalau sudah cemburu dan emosi, maka sulit untuk dibendung lagi. 6. Bertengkar di tempat yang sepi saja. Salah paham dalam paca- ran itu biasa dan sering terja- di pada siapa saja. Salah pa- ham karena persoalan kecil sa- ja bisa menjadi sebuah per- tengkaran yang besar. Ini ter- jadi karena jarang bisa saling memahami. Bahkan di depan umum tempat mereka berte- mu, pertengkaran semakin se- ru. Padahal kan malu sampai "Kamu belum siap menerima perhatian khusus dari seseorang bukan? Kamu tidak pernah memi kirkannya. Kamu lebih suka memperhatikan orang lain dari pada dirimu sendiri, dan aku tidak bisa terus-menerus memberi kan perhatian-perhatian kepada mu sementara kamu sendiri tidak memerlukannya". "Maksudmu?". "Kita tidak pernah berada pada jalur yang sama. Percuma kalau aku masih mempertahankan kamu, Sam". "Tapi aku mencintaimu, Niek". "Tidak, aku tidak mempunyai pikiran bahwa kamu mencintaiku. Kamu mencintai semua orang. Kamu baru akan mencoba mene mukan sesuatu yang istimewa bila dirimu merasa tidak dimiliki dan diperlukan banyak orang lagi. Kamu harus menyakini bahwa hu bungan kita telah selesai". Saya menatapmu lurus-lurus, berusaha mencari kebenaran pada sinar matamu yang bening itu, dan saya benar-benar menemu kannya dengan perasaan kecewa. Tak ada kebimbangan lagi, kamu telah memutuskan dan niatmu itu tidak dapat diubah lagi, saya kecewa sekali. "Kita berpisah ?", tanyaku pelan. "Ya" tegasmu. Saya menghela nafas. "Tidak bisakah keputusanmu diubah ?". "Tidak, Sam. Menurutku ke putusan ini merupakan yang ter baik buat kita berdua", katamu dengan nada tegas. Saya tahu keputusanmu itu tidak dapat diubah lagi. "Kita tetap bersahabat ?" tanyaku sekali lagi. "Ya, mengapa tidak ?". Hening sejenak. "Persahabatan itu indah, Niek". "Ya, karena persahabatan itu tidak melibatkan rasa cemburu, dan rasa saling memiliki". "Kita bersahabat seperti dulu lagi ?". ANALISA di depan umum. Ini kan bisa diselesaikan secara dewasa dan bijaksana. Kalau do'imu mengeluar- kan perkataan-perkataan yang menyinggung perasaan, mung kin kamu akan marah. Tapi kalau bisa marahlah di tempat yang nggak ada orang lain. Se- mentara tahan dulu amarah dan emosimu. Kalau tidak bi- sa menahan lagi, bicaralah dengan tenang dan taktis. Tak perlu bertengkar di depan umum. Yang melihat pun ter ganggu dan risih. 7. Obrolan sepele tapi penting. "Ya, ya....... Lalu kita tertawa, persahabatan itu memang indah. Karena persa habatan itu tidak melibatkan rasa cemburu, rasa egois karena ingin saling memiliki. Keluar dari kafetaria, saya menggenggam tanganmu erat- erat. Sebagai tanda awal per sahabatan kita yang murni. Sepulang dari mengantarkan- mu, saya segera mengeluarkan mesin tik lalu mulai menulis sebuah cerpen untukmu. Untuk seorang Niniek yang pernah mengisi sudut-sudut hatiku. Pernah nggak mengalami. situasi seperti ini? Misalnya kamu makan berduaan di res toran. Sambil menunggu ma- kanan datang, kamupun me- mutar otak mencari bahan obrolan. Tapi nggak nemu- nemu. Mungkin karena sene- wen, si do'i pun demikian. Alhasil kamu berdua pada bengong. Otak serasa nggak berfungsi. Dan ini membuat- mu lebih panik lagi. Padahal kalau dipikir-pikir sewaktu berkumpul dengan teman-te manmu, kamu dicap tukang ngobrol. Sekarang dengan se- orang cowok, lidahmu terasa digigit kucing sehingga tidak bisa bicara lagi. Untuk menghadapi masalah ini, sebelum pergi dengan do'i kamu sudah bisa mencerita- kan apa yang kamu lakukan siang tadi. Kamu ketemu sia- pa saja. Pokoknya pembica- raan aktual yang bisa mengisi kekosongan yang ada. Atau cobalah bertanya sesuatu pa- da do'imu yang memerlukan jawaban panjang. Bukan se- kadar ya atau tidak. Kalau pembicaraanmu ku- rang menarik, ganti pembica- raan lain. Kalau kamu me- mang tergolong orang yang memiliki wawasan yang luas dalam pergaulan, sebenarnya banyak topik pembicaraan yang bisa kamu ceritakan da- lam kencan pertamamu. Usahakan topik pembicara anmu tidak mengenai masalah yang terlalu rumit dan kurang disukainya. Isilah dengan per- cakapan yang ringan seputar kamu, dia atau kelucuan lain- nya yang dapat membuat dia kelihatan gembira. Tapi ingat kamu harus mem berikan kesempatan untuknya berbicara. Dan dalam pembi- caraan itu harus ada saat diam sesaat. Masak kamu ngoceh terus-terusan sementara dia se- benarnya tengah bingung dan sulit menangkap isi pembica raanmu. Dan yang tak kalah pen- tingnya untuk kamu perhati- kan, dalam berbicara kamu jangan kelihatan egois dan ang kuh. Apalagi terlalu banyak mengkritik atau menjelekkan orang lain: Siapa tahu yang kamu jelek-jelekkan itu ada- lah teman baiknya. Selamat menikmati kencan pertamamu kalau ternyata ini memang kencan pertamamu. Mudah-mudahan petunjuk yang diberikan di atas bisa membantu kencan pertamamu ke arah yang lebih baik. (ber- bagai sumber). WENDY menatap telaga be- ning di depannya. Dia tidak tahu harus bicara apa. Napasnya tiba- tiba terasa sesak, dan kata-kata yang telah tersusun tadi sekarang raib entah ke mana. Ya, Wendy tak pernah membayangkan putus nya tali persaudaraan antara di- rinya dengan Yoga, calon kakak iparnya yang gagal. Kalaupun itu harus terjadi, dia tak akan sang- gup. Dan tak akan pernah sang- gup ! "Wendy ?" Panggilan basah suara Yoga merebakkan matanya. Dia akan pergi, dan aku akan kehilangan kakak laki-laki yang kucintai. Oh! "Sebulan sudah Mas Yo di si- ni. Dari sakitnya Tia sampai ke- pergiannya lima belas hari yang lalu. Mas akui, Wend, rasanya ada bagian yang hilang pada diri Mas Yo. Sakit sekali. Dan barang kali itu akan sedikit sembuh ka- lau Mas Yo menjauh untuk semen tara dari sini. Menghapus ke- nangan manis bersama Tia ? Rasa nya tak mungkin. Tapi Mas Yo...." "Wendy ngerti, Mas". Wen- dy memeluk sosok jangkung yang terbungkus jeans belel. "Wendy ngerti Mas Yo patah. Wendy ju- ga. Dan kita perlu waktu untuk membalut kepingan hati yang te- lah poranda. Wend ikhlaskan Mas Yo kembali ke Jakarta. Ke- sibukan kampus barangkali mam- pu memupus duka yang Mas de- rita. Tapi jangan salahkan Wen- dy kalau berharap pada Mas un- tuk sesekali datang ke sini. Sebab, Mas telah Wend anggap sebagai kakak Wend sendiri". "Adik manis, itu tak akan pernah terjadi. Wendy yang lin- cah, yang riang, yang penuh tua- lang....., telah lekat di sini", Yo- ga meraba dadanya. "Makanya jangan sedih. Mas pergi cuma un- tuk melerai duka. Suatu saat, ka- lau Mas sudah kuat, Mas pasti datang menengokmu dan mene- ngok kubur Tia, tentu saja. Kita akan nyekar dan berdoa bersama- sama. Percaya ?" Wendy mengangguk. Dengan susah payah ditahannya air mata supaya tidak tumpah, manakala tubuh Yoga membungkuk untuk mencium pipinya, melambari ucapan selamat tinggal. Ini kali pertama aku menulis sebuah cerpen untukmu. Semoga kamu akan senang membacanya. Bila dimuat, saya akan mentrak tir kamu menonton di Medan PAGI yang bening di bulan Plaza, tempat pertama kali kita rembun dan matahari masih se- puasa. Rumput-rumput masih be- bertemu. Maukah kamu meng lingkaran bola api, ketika sebuah ulang kembali memori indah itu? Mau ya, tapi dengan janji setelah suara menyentuh gendang telinga saya menerima honor dari cerpen ini. Oke? Wendy. "Tia !" Profil Ricka Ismaindriati DARA manis kelahiran Me- dan 21 Mei 1981 ini tercatat se- bagai siswi kelas satu di SMTK Negeri Medan jurusan Patiseri (mengolah kue). Menurut pengakuannya, ia ingin mengikuti jejak ayahnya yang kini memang sebagai staf di bagian makanan Hotel Dharma Deli Medan, walaupun hal ini bu- kan cita-citanya sejak awal. Henny : Tak lama lagi hujan turun ayo dik, ke emperan di sana agak tinggi dan ada payung plastik kakak takut "Waktu SD saya pernah ber cita-cita menjadi dokter, ketika SMP pernah terlintas dalam pikir an saya ingin menjadi seorang sekretaris, dan kini saya bertekad menjadi seorang juru masak pro- fesional," katanya. Puisi & Puisi Leony Kurnia: Buat Adik bila di sini terus banjir datang kakimu tak kuat sedang hari kita masih panjang. Ricka melihat profesi sebagai juru masak punya prospek yang cukup cerah di masa depan meng ingat perkembangan dunia pari- wisata yang kian berkembang pe- sat, otomatis hotel-hotel juga ber- tambah yang tentunya memerlu- kan lebih banyak juru-juru masak profesional. Antara Jakarta dan Medan Untuk itu katanya, dituntut keahlian dan keterampilan plus dari seorang juru masak agar da- pat bersaing dengan juru-juru masak yang akan masuk ke Indo- nesia pada era pasar bebas nanti. Anak kedua dari empat ber- saudara ini terlahir dari buah per- kawinan Bapak Sutadi dan Ibu Tati Herawati, punya hobbi mem baca, renang dan tari. Kulepas kau di Bandara dengan hati perih Sungguh! Mungkin kau tak mengerti Hatiku telah teriris sembilu Dan hanya luka yang menganga yang tertinggal Tia tersenyum-senyum. Ram- butnya yang memanjang menu- tupi sebagian wajahnya. "Sama siapa ?" Seperti yang telah kuceritakan dalam surat tempo hari. Yoga yang mengantarku". "Yoga?" "Siapa lagi, Non? Cowokku cuma satu. Ya, Yoga itu. Dia pas- ti bisa menjadi kakak yang ma- nis bagimu. Kenalan, gih". Tia mendorong tubuh Wendy keluar. "Nanti saja", tolak Wendy. "Ada apa, Wend? Kau tak su- ka aku .... ?" Ricka yang mempunyai ting- gi 161 cm dan berat 45 kg ini ber- kulit rada putih, rambut ikal, mempunyai warna favorit merah, makanan kesukaan nasi goreng, minuman orange juice dan punya tokoh idola orang tuanya sendiri. Kulepas kau dengan seribu kepercayaan Mengikatmu dengan tali-tali kesetiaan Sungguh aku takut kehilangan Sekeping hati yang terikut denganmu Wendy menggeleng. Cuma aku mesti siap untuk kehilangan yang ke berapa kali ? Aku lupa menghitungnya. Tapi demi kau... "Wend ?!" Tidak! Tanpa sengaja Wen- dy menyakitimu, ya? Tunggulah, Wendy akan temui Yoga". Barangkali benar kata Mama. Aku mesti siap mengorbankan hatiku demi orang-orang yang kucintai. Di akhir bincang-bincang de- ngan Ricka yang beralamat di Ja- lan Keadilan Lorong III timur No.4 Sampali Medan ini menitip pesan kepada rekan kawula mu- da agar kiranya menjaga batas- batas hubungan khususnya dalam berpacaran dengan berpedoman pada aturan dan norma-norma agama supaya kita dapat terhin- dar dari dampak negatif akibat pergaulan yang dekat tersebut. (Syukri) Antara Jakarta dengan Medan Di situlah ikatan hati kita Diukur, dikaji, diuji Seberapa dalamkah cinta kita ? Wendy melangkah keluar. Di- jabatnya tangan Yoga. Erat. Ada senyum keikhlasan di lekuk bibir- nya. Sebab Wendy tahu, Yoga ju- ga berusaha menawarkan seben- tuk keakraban lewat tatap mata nya. Dan yang terjadi kemudian adalah cerita yang mengalir dari sudut bibir seorang Wendy. Ten- tang sekolahnya, tentang ke- giatannya naik turun gunung, ten- tang teman-temannya dan ... se- muanya, Kadang Yoga menimpa- linya dengan senyum apabila ada kata-kata yang dianggap lucu atau sebuah tanya mengapa sam- pai tertarik pada gunung. "Di sana, di ketinggian ribuan meter, ada kedamaian yang tidak Wendy temukan di sini. Air yang mengalir, desauan pucuk pinus, wangi alang-alang...., semuanya menciptakan ketentraman. Di samping persahabatan yang tulus antara sesama pendaki. Tidak ada basa-basi. Nikmat sekali rasanya, Mas". "Adikku yang manis. Ter- nyata kau menyimpan kegagahan seorang laki-laki. Tak salah kau menyandang nama Wendy. Kita akan bersahabat, kan ?" Wendy terpana. Mata kucing- nya membola heran. Begitu ma- nis ucapan yang keluar dari mu- lut seseorang yang baru dikenal nya. "Kaget ?" Yoga bertanya je- naka, "Aku datang bukan untuk bosqu huo n pones renssissod Lib dslins Helst ge (Medan, 6 November 1996) mencari dendam. Toh persaudara an akan lebih manis bagaimana- pun bentuknya. Apalagi kita sama-sama terlempar dari rasa sayang orang-orang sekeliling. Aku membutuhkan saudara buat menyokongku. Bantu aku ya, Wend?" "Tapi...." "Ragu atau tidak percaya aku akan sayang Wendy ? Dengar, Wendy manis. Setahun yang lalu aku mulai dekat dengan Tia. Dan setahun itu pula aku memendam rasa kangenku pada seorang adik yang mulai tidak acuh pada ling- kungan. Tia tak pernah mengijin- kan aku ikut pulang ke sini. Aku tak mau Wendy merasa kehilang- an dengan kehadiranmu, kata Tia. Mulanya aku nurut. Tapi lama-lama aku nekat juga. Aku toh tak pernah berniat buruk. Ka- laupun aku mencintai dan menya yangi Tia, itu bukan berarti aku akan merebutnya darimu. Sama sekali bukan. Cerita Tia tentang kau telah membuka mataku. Dan apa yang akhirnya menjadi tekad dalam dadaku? Aku akan menyayanginya. Mengembalikan keceriaan yang kini hampir padam". "Begitu ?" Mata Wendy ber kaca-kaca. Halaman 9 Kontak Sayang (Kts) From: Lily To: Everyone. Hi, if you're thinking of sharing your thoughts and your wishes with a sincere friend, here you can have me. I'm 22 years old, with lots of interests. I'll reply to all, male or female--it doesn't matter, aged 18 and over. Write soon to: Lily, P.O. Box 2571, Medan. From: Iceberg Yoga mengangguk. Dibelai- nya rambut cepak di depannya. "Kita akan lebur badai yang da- To: Susan Olivia. Happy birthday on 10th June 1997! Gue doain semoga tambah caem dan happy-happy selalu. From: Balon, Yeni, Cheng, Jenniwati, Metty, On, Yapleni To: Kevin Chun. Happy birthday 10 Juni kemarin ya? We hope you don't forget yang nyam-nyam and srup-srup... oke? God bless you. From: Someone you know To: Wi. Happy birthday on 7th June 1997! May God bless you always and don't forget me. From: Steven, Boyke, Yosua, Insuanto, Ali and friends To: Ming Fung. 'Met ultah 4 Juni 1997, Sorry ya birthday-mu baru kami tau sekarang. Abisss... elu kagak bilangin pada kita-kita di sini. Semoga sukses dalam meraih cita dan cinta. From: 7317 To: SW di M-2 3IPA6. Kapan kita berangkat ke Langsa? Kamu tentuin tanggalnya biar kita berangkat bersama, oke? Swear, I miss you! To: Etty di HK 1-7. Rajin belajar untuk Cawu III ini, en akur-akur ama SS di Lhokseumawe. Dari: Fang Buat: Henny (Pukat), Hung-Hung (Mandala), Hua (Kp. Baru). Hello 'pa kabar calon mama? Moga baik-baik aza ama calon papa. Kapan lagi yach baru bisa ketemu ama calon mama kita? Salam hangat dan kangen selalu yach buat calon mama. Buat: Jenny Wong (Bank Tiara). Ke mana aza selama ini? Dicari- cari nggak ketemu, sibuk bisnis yach? Kapan sich baru bisa ketemu ama lu? Udah kangen nich! Tolong dihubungi yach? Dari: Herna Buat: Elfi, Rina, Indawati yang sampe sekarang masih ngumpul di Tandean. Diharapkan ketiga cewek ini kalo lagi belajar jangan ribut dan gangguin temen ya? He...he... terutama Indawati yang tomboi. Elfi, kalo gue sakit, lu yang obatin ya tapi gratis lho? Rina ketawanya jangan sampai cekikikan gitu, mengganggu pendengaran orang aja, hi...hi.... From: Susan 4U: Yenny at Polonia. Halo, lagi ngapain? (Tentu lagi baca "Kts"!) Gimana hubunganmu dengan si dia? Masih awet dan lancar 'kan? Kalau ketemu jangan lupa dikenalin sama aye lho? Bu Santi: Oh, jadi boleh ya? (tertawa senang) Mardi, kamu Putusnya Sebuah Harapan Cerpen: Pupung D. Pribadi For: Lena at Rahmadsyah. Hi, how are you? Oke 'kan? Masih ada kabar nggak dari 'dia'? Pasti ada 'kan? Saya selalu berdoa agar kamu selalu sukses, oke? Bye.... From: A man with love Especially for: My sweet girl Yenny at LG. Do you still remember me--the only man in your life? Yenny, as we used to be long ago when we were falling in love with each other, and we always went to that place where the birds played happily. Everything looked good and beautiful when you were there. And now to the point, I just want to say happy birthday.... I miss you so much. I hope you still remember me and our romantic days. I will always love you and wait for you. From: 1278 To: Super Girl. bersaing, ih... Sebel deh! Hi, girl! Ganggu aja elu! Kita-kita 'kan lagi From: Metty at LL To: Mr. Vampire. Wah, belum bertanding sudah nyerah, padahal perlombaan sudah akan dimulai. From: Teris-Ling To: Yenty. Gimana sich kabarnya? Kok nggak ada kabar? Katanya lu mau ke sini? From: Meri MDS Pandu To: 1278. Janji apaan? Emangnya gua pernah janji ama elu? To: Metty at Lippo. Kapan nongol di Labuhan? HUMOR TITIP ΑΝΑΚ Seorang ibu ingin menitipkan anaknya yang baru berumur lima tahun ke rumah tetangganya. Bu Santi: Bu, saya bisa minta tolong nggak ya...? (sambil menunjukkan senyum terindah miliknya). Bu Mary: Boleh, apa yang bisa saya bantu? (dalam hati berpikir, asal jangan disuruh menjaga anakmu yang bandel itulah....). Bu Santi: Begini, Bu... saya mau titip anak saya Mardi di sini sebentar... saja. Boleh kan Bu? Minog gus2 Bu Mary: (kaget) Apa?bonsm Bu Santi: Kenapa, Bu, kok mukanya tiba-tiba pucat begitu? Bu Mary: Oh, tidak apa-apa. Bu Santi: Jadi...jadi... boleh ya Bu? Sebentar... saja. Bu Mary: Boleh, boleh. Tapi ingat sebentar...saja ya? tang bersama-sama. Berjanjilah". "Mas Yo...." Keakraban dua hati telah ter- cipta dalam waktu yang begitu singkat. Perlahan Tia melangkah menjauhi pintu penyekat yang te- lah menghalangi sosoknya dari pandang orang luar. Disusutnya titik air yang merebak di sudut matanya. "TUALANG kecil!" Suara Khas Yoga menyambut kedatang an Wendy di senja yang penuh bentang warna. "Tiga hari Mas Yo menunggumu. Dari mana?" "Sumbing pada musim seperti ini perlu disatroni. Maaf, kalau Mas menunggu lama", "Masih bandel juga ?" "Sedikit". Wendy melangkah masuk. "Wend ?" Yoga memanggil. "Wendy tahu, Mas pasti da- tang bersama Tia". "Bukan itu", geleng Yoga. "Kau tak marah kan, kalau Mas bilang ada 'salam' dari Agus?" "Agus yang mana ?" "Kau pikir temanku yang ber- nama Agus ada berapa biji?! Itu lho, anak yang rambutnya sedi- kit panjang yang kukenalkan pa- damu satu bulan yang lalu. Ingat?" "Hampir ingat". "Kau lupa, Wend?" di sini dulu ya? Ibu ke pasar dulu. Mardi: Iya Bu, tenang saja. Ibu jangan kuatir, saya akan jaga tante di sini. Bu Mary: Apa?! Menjaga aku?! Kamu yang perlu dijaga, tahu?! (wajahnya memerah). Bu Santi terkejut melihat perubahan pada Bu Mary. Bu Santi: Kalau begitu, saya batal deh menitip si Mardi ya Bu... Permisi.... Bu Mary: Oh iya, iya, silakan, Bu.... (sambil memberikan senyum terindah miliknya) (Mimi/Cin Ling) FILM Di sekolah diadakan pemu-- taran film sejarah perjuangan. Selesai pemutaran film, bu guru² ingin mengadakan tanya-jawab. Bu Guru: Amir, setelah kamu menonton film tadi, mengapa banyak pejuang kita yang gugur dalam pertempuran? Amir: Karena sudah diatur oleh sutradara, Bu! Bu Guru: ??? (Su le SS) "He.... he. Jangan marah". Yoga menarik napas. Diisinya kantong paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Kemudian dihembuskannya perlahan-lahan sampai dada menjadi lega. "Wendy belum pernah berpi- kir untuk menghadirkan sosok lain di hati Wendy. Kehadiran Mas telah cukup menghibur. maaf Wendy tidak ingin Mas". "Oh, tidak apa. Mas yang sa- lah. Menyampaikan sesuatu yang justru kau tidak suka". Wendy senyum. Yoga juga. Tapi Wendy menangkap sesuatu di bening kelam milik Yoga. Se- perti keraguan untuk mengung- kap sesuatu yang mengganjal. "Ada apa ?" "Tia sakit". Sudah lama?" "Ya. Aku tidak tahu kalau Tia punya penyakit itu. Seming- gu yang lalu dia jatuh waktu me- nuruni tangga fakultas dan ping- san begitu lama. Waktu aku ba- wa ke rumah sakit, dokter menga takan..... "" "Sudah cukup lama memang kanker itu mengakrabi tubuh Tia. Tapi apa Mas jadi menyesal me- ngenal Tia ?" "Oh tidak. Cuma yang aku se salkan mengapa Tia tidak bilang dari dulu-dulu". "Tia tidak ingin orang-orang tahu kalau dia menderita. Seka- rang di mana dia ?" "Sedang tidur". Dan sewaktu Wendy melang- kah untuk menengoknya, Yoga mencegah. "Tubuhmu masih bau rum- put, Non. Bersihkan dulu, baru kau boleh cium Tia". WENDY melangkah mende- kati jendela. Di luar angin senja meluruhkan daun-daun nangka yang telah menguning. Sebutir kristal bergulir di kaca yang be- ning. Seperti pipi Wendy yang te- lah dialiri dua anak sungai. Habis sudah segala yang aku punya, bisik hatinya. Mama yang telah lama dipanggil Tuhan, Mbak Nia yang pergi mengikuti suami, dan Papa...., Papa yang sudah punya rumah lagi untuk melebur duka bersama wanita pengganti Mama. Tuhan, aku su- dah tak memiliki siapa-siapa. Ti- dak juga Mas Yo. Dengan perasaan lungkrah, di tinggalkannya jendela yang masih terbuka. Hatinya telah sempurna patah. Dan senja yang penuh gu- rat jingga ini, cuma jadi saksi bi- su putusnya benang-benang ha- rapan yang telah dirajut oleh angan seorang Wendy.