Tipe: Koran
Tanggal: 1995-09-02
Halaman: 08
Konten
nad M Dalam rangka memper- (ingati 50 tahun kemerdekaan URI dan sekaligus mensukses kan dekade kunjungan In- donesia 1995, Dinas Pariwi- sata Propinsi Jawa Barat me- nampilkan suatu kegiatan "Festival Gerak Kejuangan Masyarakat Jawa Barat " be Kegiatan ini untuk meles- tarika, menumbuhkambang- kan dan "berwarna "suatu u promosi potensi yang ada nu baik seni budaya maupun til adat istiadat masyarakat di Jawa Barat, dimana dalam kegiatan yang berlangsung di sepanjang Jl. Asia Afrika dan "melebar "di sepanjang Jl. Cikapundung Barat dan Timur, serta Jl. Otto Iskan- y dardinata, yang merupakan ga jalan protokol di tengah tengah kota Bandung digelar kesenian daerah berupa satu paket helaran yang menam- pilkan aneka ragam kesenian D AL Festival Gerak Kejuangan Masyarakat Jawa Barat Kurang Gincu" Bagaikan "Mojang Priyangan panggung kehormatan yang diletakkan di ujung Jl. Asia Afrika tak begitu jauh dari gedung Merdeka atau tepat- nya di sudut antara Jl. Asia Afrika dengan Jl. Banceuy. Sekitar 50 jejaka dan mo- yang Priyangan yang masuk dalam prosesi "BIHARI" dengan gerak yang dimanis diiringi tetabuhan yang sese- kali menghentak hentak yang merupakan ciri khas tetabuhan Jawa Barat mence- riterakan kejuangan pasukan Balamatikerajaan Pajajaran. Bagaimana tangguhnya pa- sukan Pajajaran dalam mem- pertahankan kedudukannya sebagai suatu kerajaan yang berdaulat, dapat memberi keamanan, kemerdekaan bagi seluruh rakyat Pajajaran. - 10 n khas dari 25 Kabupaten/ Kodya Daerah Tingkat II se Jawa Barat, yang dikemas secara artistik diiringi dengan sejumlah tetabuhan, perso- nal, penari dan pemain. Disamping itu diperkuat dengan pawai bunga yang mengambil start di depan ho- tel Preanger Jl. Asia Afrika menuju Jl. Jenderal Sudir- man, Jl. Jamika, Jl.Lingkar Selatan dan finish di lapangan Tegallega/Monumen Ban- dung Lautan Api, yang meng- gambarkan suatu keindahan salam Jawa Barat, termasuk flora dan fauna serta hasil budi daya pertanian, khu- susnya bunga sebagai salah satu daya tarik wisata Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat R. Nuriana dalam sambutannya mengutarakan, festival Ge- rak Kejuangan Masyarakat Jawa Barat 1995 yang dise- lenggarakan Dinas Priwisa- ta, Kodam II/Siliwangi dan Dinas instansi terkait, serta merupakan peristiwa kepari- wisataan yang istimewa dari sub sektor pariwisata dalam rangka memperingati tahun emas kemerdekaan RI ini, diharapkan akan lebih meng- gugah masyarakat dengan tulus ikhlas dan sungguh- sungguh mengenang akan jasa para pejuang kemerde- kaan serta bersyukur kehadi- rat Allah yang senantiasa membimbing, melindungi serta memberi kekuatan ke- pada kita untuk menghadapi tantangan dalam rangka Gerakan-gerakan yang merealisasikan lebih lanjut muncul dari para moyang Pri- gagasan kebangsaan yang yangan baik ketika mempe- telah dicetuskan para peju- ragaan peperangan dengan - *4 angan nasional sebelumnya. mempergunakan panahmau- pun dengan tangan kosong, sempat membuat para vet- eran yang duduk di samping Semangat perjuangan hendaknya diwarisi generasi muda masa kini, dengan melaksanakan perannya se- cara optimal dalam mengisi kemerdekaan dalam pemba- ngunan di seluruh segi kehi- dupan", tandas R. Nuriana. kanan kiri Gubernur Jawa Barat meneteskan air mata karena begitu harunya. Bihari, Kamari dan Kiwari. Mengawali, defile Gerak Kejuangan Masyarakat Jawa Barat yang merupakan pro- sesi(ungkapan nilai kejuang- an dalam bentuk pergelaran) sejarah Jawa Barat disuguh- kan suatu atraksi yang begitu menarik, begitu memukau masyarakat Bandung yang ikut menyaksikan di dekat KARANGAN/TULISAN KHAS 01 Prosesi Bihari. Dalam prosesi yang mengawali festival Gerak Kejuangan Masyarakat Jawa Barat. Digelar ketangguhan prajurit Pajajaran dalam olah senjata, baik keris, tombak maupun panah. Empat Mojang Priyangan dari 50 mojang dan jejaka sedang mendemonstrasikan kebolehannya di depan panggung kehormatan. (Photo: BY/tri.a).- "Inilah hasil perjuangan kami, anak cucu saya dapat menikmati serta dapat me- ngembangkan bakatnya baik di dunia seni tari maupun dalam dunia ilmu pengeta- huan", ujar Ny. Imah yang pada jaman penjajahan dahu- lumemperkuat laskar wanita. Pagelaran seni tari yang memakan waktu sekitar 30 menit ini diakhiri dengan penancapan payung kebesar- Barat R. Nuriana, yang seka- ligus sebagai tanda dimulai- nya festival Gerak Kejuang- an Masyarakat Jawa Barat. Begitu para moyang dan jejaka yang bertugas mence- riterakan ketangguhan praju- rit Pajajaran meninggalkan panggung kehormatan dua gadis manis membentangkan spanduk bertuliskan "Masa Penjajahan", dalam prosesi "KAMARI" ini digambar- kan perjuangan masyarakat Jawa Barat melalui kehi- dupan pondok pesantren di daerah Cilegon dengan pim- pinan K.H. Wasit. Bagaima- na gigihnya moyang dan jejaka yang hidup di pondok pesantren ini ikut berjuang, ikut mempertahankan kelang sungan kehidupan pondok pesantren, yang sudah barang tentu terlebih dahulu dibekali ilmu bela diri dan ilmu ke- agamaan. Dibelakang "pasukan "pondok pesantren pimpinan K.H. Wasit ini digambarkan perjuangan Boedi Oetomo serta peristiwa kebulatan tekad putra putri Indonesia yang dikenal de- ngan "Sumpah Pemuda " Di jaman Penjajahan Jepang, digambarkan kegigi- han penghuni pondok pesan- tren Singaparna dibawah pimpinan K.H. Zainal Mus- tofa dalam mengusir tentara Jepang yang menduduki dae- rah Singaparna. Disamping itu juga digambarkan bagai- mana putra-putra daerah dijadikan Romosa. Adegan ini banyak mengundang tawa para anggota veteran, sebab an kerajaan Pajajaran yang keluguan serta kelucuan para dilakukan Gubernur Jawa pembawa adegan ini. Tari Syukuran. Masyarakat agraris di Kab. Kuningan khususnya desa Cigugur, sering melakukan syukuran sebagai tanda ucapan terima kasih kepada Tuhan Maha Kuasa atas hasil pertanian. Tari kendi ditangan dan diatas kepala ini sempat mengundang kekaguman masyarakat yang menyaksikan atraksi ini. (Photo: BY/tri.a).- Memasuki masa - masa Proklamasi difgambarkan dengan beberapa pemberon- takan yang muncul dimana- mana, peristiwa Bandung lautan api, gugurnya Mo- hammad Toha sampai ke kiprahnya pasukan Siliwangi dalam menumpas pemberon- takan PKI di Madiun 1948. Masuk prosesi "KIWARI" diawali dengan kekuatan dan kebolehan pasukan putra put- ri"Drum Corps Locomotif" yang mengalunkan lagu perjuangan, dan diikuti pa- sukan Infantri, Kavaleri, Ar Med, Kujang dan Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD), Paskhas dan Wanita Udara ( WARA), Brimob, Polisi Wanita (POL- WAN). Disamping itu Karaben Siliwangi (Badan Pertahanan Sipil ), Menwa, Pramuka serta organisasi ke- masyarakatan pemuda serta pelajar ikut memeriahkan de- ngan seragam mereka ma- sing-masing. Seni Helaran. Sedang dalam seni Hela- ran, Kodya tingkat II Tange- rang mendapat kehormatan untuk tampil pertama kali, dengan seni "Jantuk". Ke- senian ini merupakan konfi- gurasi dari kesenian yang sudah lahir dan berkembang lebih dahulu di Tangerang, diantaranya Gambang Kro- mong, seni Tanjidor, seni Kasidah, seni Calung, Reog dan Pencak Silat. Dan kese- nian ini merupakan kreasi baru berbentuk tarian rakyat dan merupakan ungkapan rasa gembira rakyat kepada Allah AWT atas segala rah- mat dan karuniaNya berupa kekayaan alam bagi daerah, sehingga dapat memberi kehidupan. Tampil kedua Kabupaten Kuningan. Dengan penata tari Emilia Djatikusumah dan penata musik Uha Dju- haeni, Spd ditampilkan kese- nian Syukuran masyarakat agraris. Kesenian ini ber- kembang di desa Cigugur kab. Kuningan, sebagai per- wujudan rasa terima kasih kepada Allah atas hasil per- tanian terutama padi yang melimpah. Dengan lemah gemulai gadis-gadis manis menari diatas kendi. Disam- ping itu diperagakan suatu upacara penumbuhkan padi serta aneka kesenian daerah. Untuk memperkuat kehadir- an gadis-gadis manis ini di- hadirkan hasil-hasil perta- nian, seperti umbi-umbian dan buah-buahan. Sedang Kab. Indramayu menampilkan upacara tradi- sional di lingkungan nelayan yang diselenggarakan setiap tahun pada saat menjelang musim penangkapan ikan. Kesenian yang diberi nama "NADRAN" ini diisi dengan kesenian rakyat seperti Gen- jring, umbul-umbul, kuda lumping dan tarling. Dite- ngah para penari mendemon- trasikan kebolehannya dalam olah tubuh, dihadirkan pera- hu yang dihiasi kertas aneka warna dan kain dimana di- dalam perahu itu ada sesajen dengan kepala kerbau, di- mana menurut tradisi yang munbuh di daerah itu, perahu dengan kepala kerbau yang disebut MERON itu dilepas di tengah laut sebagai tanda terima kasih kepada Allah atas hasil laut yang melim- pah. Penampilan putra putri daerah Indramayu ini diatur Netty Rosnety BA, dan Elis sebagai penata tari dan Asep Rujiyat sebagai penata musik sedang penata busana diper- cayakan dengan Sri Kuswar- dhani BA dan Rogayah BA. Kabupaten Majalengka menampilkan kesenian "RU- DAT" yang pada awalnya kesenian ini digunakan untuk menyebarkan agama Islam, dan pada hakekatnya meru- pakan Selawatan bagi ke- agungan Allah SWT dan kebesaran Nabi Muhammad s.a.w. Kodya Bandung dan Kab. Bandung sebagai tuan rumah menampilkan "KA- MONESAN TOPENG BENJANG" yang merupa- kan kesenian turun tumurun di wilayah Ujung Berung dan sangat digemari masyarakat, serta "BADAWANG 'yang merupakan kesenian rakyat di kelurahan Rancaekek, diciptakan sekitar tahun 1960, dan merupakan pertunjukan rakyat yang sangat digemari masyarakat luas, sebab sering dimasukkan kritikan-kritik- an yang membangun. Da- lam helaran kali ini ditampil- kan topik permainan sepak bola, sebagai kritik terhadap mutu persepakbolaan kita. Kabupaten Bogor menam- pilkan "ANGKLUNG GUBRAG". Rd. Wawan Dewantara, Wiwin Winarti, Imman dan Sadikin yang di- percayai sebagai penata ge- rak menampilkan gerak-ge- rak yang penuh dinamis para pemain angklung berukuran besar yang sesekali angklung dijatuhkan sehingga menim- bulkan suara khas "Gubrag" ini mengiringi gadis-gadis manis yang lemah gemulai mengikuti alunan angklung, menarikan upacara mena- nam padi sampai menuai dan menyimpan padi di lumbung. Kesenian yang berkembang sekitar abad 17 di desa Cipi- ning Kec. Cigudeg Kab. Bo- gor ini dimaksudkan untuk memanggil "Sri Pohaci atau Dewi Sri, sehingga hasil panen padi masyarakat dapat sukses melimpah ruah. Kabupaten Serang tampil dengan tradisi upacara pe- nganten di Kab. Serang yang diberi nama "NGARAK PANGANTEN BUAYA PUTIH", dengan diiringi musik Ridat dan Longser. Dalam penampilan itu Ny. Ijah yang telah berusia 60 tahun ikut menari di tengah- tengah gadis-gadis berusia Sekolah Lanjutan Pertama. Kehadiran Ny. Ijah inimena- rik perhatian Gubernur Jawa Barat, yang tak henti-henti- nya bertepuk tangan dan ter- BERITA YUDHA - SABTU, 2 SEPTEMBER 1995 HALAMAN VIII Y Jejaka dan Mojang Kab. Indramayu. Dalam pawai bunga, Kab. Indramayu menampilkan kendaraan hias dengan bunga aneka macam serta mengeluarkan wewangian di sepanjang jalan yang dilalui. Diatas kendaraan diperkenalkan Jejaka dan Mojang Kab. Indramayu. (Photo: BY/tri.a).- tawa terpingkal-pingkalme- lihat gaya Ny. Ijah yang ber- usia "senja" itu. DARMA AV Kab. Sumedang menam- pilkan kesenian "KUDA RENGGONG", yang meru- pakan kesenian yang lahir pada tahun 1870 di desa Cikurubik Kec. Buahdua. Sedang Kab. Subang me- nampilkan kesenian yang lahir sekitar tahu 1920 di kampung Bonyok desa Pang- sor kec. Pagaden Subang. Kesenian yang menggam- barkan kehidupan manusia sejak lahir, tumbuh dewasa hingga meninggal ini diberi nama "SOGEN" kependek- an kata dari SOSOANGAN DAN GENJRING BO- NYOK. Kabupaten Cirebon me- nampilkan kesenian tradisio- nal"BUROQ", kabupaten Sukabumi menampilkan ke- senian daerah Sirnarasa dan Sirnaresmi yang diberi nama "DOGDOGLOJOR dan PEPENYUAN", kabupaten Cianjur "TARI KUDA KOSONG". Dalam kesenian ini Tata Setiadi, Nani Supri- atna, Dadeng AM dan S. Alith Baginda yang bertindak selaku Penata Tari, musik, busana dan gerak ingin me- nampilkan sebuah upaya pencarian sosok visual yang lain tentang upacara tradisi pawai kuda kosong yang biasa digelar tiap 17 Agustus di Cianjur, khususnya prasesi ritual Ngunggahkeun Eyang Suryakencana dari kamar ko- song yang berada di komplek pendopo kab. Cianjurmenuju pendopo, melalui media kreatifitas seni gerak tari dan musik. Kasepuhan, pemba- wa dupa, payung, gulang- gulang, para ponggawa dan dayang dipadu dalam har- moni gerak tari dengan iring- an musik, kecapi, angklung, suling, kendang dan terom- pet. Kabupaten lainnya dalam menampilkan kesenian dae- am rahnya tak kalah menariknya seperti Karawang dengan "HAJAT BUMI MAPAG PANEN", Pandeglang (SE- NI TRADISIONAL SA- MAN), Tangerang (CO- KEK), Lebak (SERENTA- ). HUN TUTUG GALUR Garut ( DODOMBAAN) dan kabupaten Ciamis De- ngan kesenian daerahnya "SENI KETOPRAK CI- UNG WANARA" yang menggambarkan legenda Ciung Wanara yang hidup pada jaman kerajaan Galuh Pusaka di abad IX di kawasan Karang Kamulyan. Sedang Kodya Sukabumi, Kab. Pur- wakarta, Tasikmalaya dan Kab. Bekasimasing-masing menampilkan "SEENG" "TUNGBRUNG", "ANG- KLUNG SERED dan TA- RIAN SABANDA SARIK- SA", dan "ADU BEDUG". Dari penampilan semua Kabupaten dan Kodya se Jawa Barat yang paling menarik kehadiran Kota- madya Cirebon yang menam- pilkan "KIRAB PRAJURIT KERATON KACIREBO- NAN", dan Kotamadya Bo- gor yang menampilkan "SE- AROM JANTANnya.." NI PUSPA BANGSA". Dimana Kotamadya Cire- bon menampilkan gadis - gadis nan ayu dalam suatu kirab ataugelar pasukan kera- ton Kacirebonan yang ter- diri dari pasukan Jaga Ripu yang beranggotakan prajurit wanita dan mempunyai tugas sebagai juru masak bagi para prajurit keraton. Dan prajurit santri yang mempunyai tugas mengawal Susuhunan Kan- jeng Sunan Gunung Jati Syech Syarif Hidayatullah serta pasukan Telik Sandi yang mempunyai tugas se- bagai mata-mata, dimana para lelaki menyamar dengan cara berbusana wanita. Da- lam penyamarannya, para prajurit ini membentuk group pengamen dengan penari yang cukup andal untuk membuat musuh mabuk kepa yang. Group pengamen inilah yang banyak mengundang tawa, disamping dandanan- nya yang diatur Rt. Yeni Anggraenni dan polesan wa- jah yang begitu menor-me- nor juga solah tingkahnya, gerak tarinya yang ditata Tommy Iplaludiri masih ditambah dengan iringan musik yang menghentak gentak diatur begitu apik oleh PH. Yusuf Dendabrata. Sedang Kotamadya Bogor menampilkan lebih dari 50 gadis nan ayu yang berbusana indah serta ditangan mereka ada kipas merah putih, yang menggambarkan bangsa In- Ke Halaman XI AXE Seni Puspa Bangsa. Gadis-gadis nan ayu dengan kipas ditangan melangkah secara pasti menyongsong hari depan yang penuh gemilang. Kodya Bogor menyajikan Seni Puspa Bangsa" yang menggambarkan kecintaan Indonesia akan perdamaian. (Photo: BY/tri.a).
