Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1995-09-03
Halaman: 06

Konten


HALAMAN VI SENI Kartini Memperkenalkan Ukir Jepara Ke Luar Negeri Mensesneg Moerdiono (tengah) diapit dua dedengkot kelompok musik legendaris Indonesia Koes Plus, Yon (kiri) dan Yok (kanan), tampil bersama dalam konser Grup Musik Legendaris Indonesia di Balai Sidang, Jakarta, belum lama ini. Konser tersebut juga didukung oleh dua kelompok gaek lainnya yaitu D'Llyod dan Panbers yang membawakan sejumlah lagu lagu hits nostalgia mereka. (Foto: Antara) Alkisah Kerajaan Majapahit berkabung. Sang permaisuri hilang di tengah laut, bersama perahu layarnya. Raja Maja- pahit menanggung duka nes- tapa, ia tak tahu ke mana ke- pedihan ini harus dibawa? Untuk mengenang istri ter- cinta, sang raja memanggil ahli pahat yang juga merangkap, sebagai pelukis terkenal di Ke- rajaan Majapahit saat itu. Sungging Adiluhung, nama- nya. Pria romantis asal Negeri Cina. Sang raja menitahkan agar Sungging Adiluhung menciptakan patung istrinya, lengkap dengan sunggingan warna, sesuai dengan kelem- butan sang permaisuri. Titah segera dilaksanakan, bermo- dalkan daya ingat sang pe- mahat. Patung hampir saja selesai, ketika seekor lalat menyambar genangan tinta di dalam botol. Lalu lalat terbang setelah hing- Sepuluh finalis Lomba Nasional ANTEVE Penulisan Puisi Kemerdekaan 1995 ber- hasil dijaring oleh dewan juri diketuai Taufiq Ismail. yang Sembilan dari sepuluh puisi tersebut merupakan hasil kepu- tusan juri yang beranggota 15 sastrawan terkemuka dan satu puisi lainnya terpilih sebagai Puisi Favorit pilihan masyarakat pemirsa AN Teve. Lomba Penulisan Puisi Ke- merdekaan 1995 yang diseleng- garakan stasiun swasta nasional Anteve itu dalam rangka ikut memeriahkan Pe tan Hari Proklamasi Kemerdekaan ke- 50 Republik Indonesia dan berdasarkan surat Panitia Na- sional Peringatan Hari Prok- lamasi Kemerdekaan ke-50, lomba yang berhadiah total lima puluh juta rupiah ini dimak- sudkan ke dalam kalender kegiatan Panitia Nasional. gap sejenak di pangkal paha patung permaisuri. Noda tinta yang tertinggal itulah yang membuat raja Majapahit mur- ka, dengan geram raja menu- duh Sungging Adiluhung yang menculik sang permaisuri. "Engkaulah penculik per- maisuriku! Tidak mungkin seorang bisa tahu tahi lalat di tempat yang tersembunyi, se- lain ayah, ibu, saudara ter- dekat, dan suaminya. Istriku memang memiliki tahi lalat di tempat tersembunyi itu," ujar Kesepuluh puisi finalis ter- sebut akan memperebutkan kedudukan sebagai pemenang I, II dan III pada tiga kategori 6 raja gusar. Hukuman segera dijatuh- kan, meski Sungging Adilu- hung berkali-kali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Agar raja tetap dinilai bijak- sana di mata rakyat, ia mem- beri tugas pada Sungging Adi- luhung untuk membuat peta Pulau Jawa dari udara dengan menaiki layang-layang rak- sasa, yang dikendalikan be- lomba, dan yang satu akan menjadi puisi favorit pilihan masyarakat, kata H. Azkarmin Zaini, Ketua Panitia Lomba Nasional ANTEVE Penulisan Puisi Kemerdekaan 1995. Dewan juri yang beranggo- takan, Taufiq Ismail, Hamid Jabbar, H.B. Sassin, Sutadji Calzoum Bachri,Ikranagara, Ramadhan NH, Toety Herati, Mansur Samin, Rayani Sri Widodo,Rachmat Djoko Pra- dopo, Slamet Sukirmanto, Alm. Subagio Sastrowardoyo, Leon Agusta, Saini KM dan Sapardi Djoko Damono memilih sem- bilan finalis diantaranya: * Balada Anak Pamulung Agus Muslim Bogor* Benang Ana Azizatul H. Magelang Sebuah Persidangan Anak-Anak Anah Hasanah Pandeglang Jalan Rahmat Beni Setia Madiun Sepucuk Surat Untuk Kiyai Buchori Bob Ronaldilawe Jakarta Dialog Bukit Kemboja D. Zawewi Imron Sumenep Jejak Kemerdekaan M. Nasrud- din Anshoriy Ch. Jakarta • nang Kendali Rangah (nama sebuah ilmu). Adiluhung me- layang di angkasa. Semua per- latan lukis dibawanya. Begitu mengudara raja memutuskan benang kendali, maka hi- langlah sang pemahat terbawa angin. Satu persatu alat yang dibawanya jatuh ke bumi, se- tiap benda yang jatuh ternyata melahirkan dongeng khusus bagi tempatnya. . Rokok Sungging Adiluhung jatuh di Kudus, jadilah Kudus sebagai kota kretek. Tinta yang dibawa Adiluhung jatuh di Yogyakarta, yang kini ter- sohor dengan batiknya. Pensil yang jatuh di Bali, membuat orang Bali jadi pintar melukis. Jepara kebagian dua buah alat ukir, tatah di Desa Tegal Sam- bi, sedang palu jatuh di Desa Belakang Gunung. Konon itulah sebabnya orang Jepara pandai mengukir. Semua itu merupakan do- Tiga kategori dalam Lomba Nasional ANTEVE Penulisan Puisi Kemerdekaan 1995 me- nurut Panitia adalah: Kategori Pelajar (maksinal kelas 3 LLTA) dengan hadiah 1, II dan III berturut-turut Rp. 300.000, Rp. 2.500.000, dan Rp. 2.000.000.- ngeng yang tertanam dalam masyarakat Jepara. Dongeng tinggal dongeng, namun nama harum Jepara sebagai kota ukir semakin dikenal. Setiap hari puluhan colt atau pun truk, hilir mudik mengangkut barang ukiran untuk diboyong ke kota-kota besar, seperti Se- marang, Bandung, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, bahkan sampai ke mancanegara. Aminah Ingin Merdeka Nonny dan bukan penyair) dengan Oktavia Semarang * Cerita hadiah Rp. 5.500.000, Rp. Kakek, Cucu, dan Nanda Pandu 4.500.000, dan Rp. 3.000.000,- Birowo Kayu Tanam * Udin, dan Kategori Penyair (yang Dia yang Bergumam Wahyu karyanya pernah dibukukan) Wibisana Bandung. dengan hadiah berturut-turut Pengumuman akhir sekaligus Rp. 7.500.000, Rp. 6.500.000, penyerahan tropi dan hadiah dan Rp. 5.500.000, kepada para pemenang akan Sedangkan pemenang Puisi dilangsungkan pada bulan Favorit akan memperoleh ha- Oktober 1995, dalam "Malam diah sebesar Rp. 1.500.000,- Emas Puisi & Nada" yang Selain itu ANTEVE juga akan khusus diselenggarakan ANTE. memberikan hadiah masing- VE untuk menghargai para masing senilai Rp.500.000.- pemenang. Acara tersebut sekaligus merupakan puncak penyelenggaraan Lomba Na- sional ANTEVE Penulisan Puisi Kemerdekaan 1995. Kategori Umum (seluruh masyarakat yang bukan pelajar P "Ibu", sebuah film negeri Sakuran Jepang. Sejak Kesultanan Demak Sementara menurut catatan, sejarah seni ukir Jepara di- awali saat berkembangnya kebudayaan Islam di Pulau Jawa pada abad XV Masehi yang berpusat di Kesultanan Demak. Pada masa itu, Raden Patah, raja pertama Kerajaan Islam Demak, memindahkan semua alat upacara dan pu- saka Kerajaan Majapahit ke Demak, termasuk di antaranya delapan buah tiang berukir. kepada 17 pemirsa yang meme- nangkan undian pemilihan Puisi Favorit. Tiang ini mempunyai susunan motif yang rumit dengan teh- nik pahatan yang sempurna. suatu cerminan dari tingkatan seni yang tinggi mutunya. Kepandaian mengukir pada masa pengaruh kebudayaan Islam, menurut ahli arkeologi R. Soekmono, deberbeda de seni hias saja. ngan masa sebelumnya yang lebih banyak memanfaatkan ukiran itu sebagai media pe- ngabdian pengukirnya kepada agama atau kepercayaannya. Pola hias di masa pengaruh kebudayaan Islam itu memang kebanyakan diambil dari pola hias sebelumnya yang umum- nya mengambil bentuk-bentuk alam, seperti misalnya motif daun, bunga, bukit karang, air, awan, dan garis-garis geo- metris. Lomba Nasional ANTEVE Puisi Kemerdekaan 1995 ini merupakan lomba penulisan puisi terbesar yang pernah berlangsung di Tanah Air, baik dari segi jumlah hadiah maupun jumlah peserta. Lomba ini berhadiah total Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), y ang melambangkan 50 tahun prok- lamasi kemerekaan RI. Sampai dengan batas waktu penutupan penerimaan naskah peserta tanggal 1 Juni 1995 (stempel pos), Panitia telah menerima seluruhnya 22.261 naskah. Daerah asal peserta betul-betul terschardi 27 propinsi, sehingga tidak ada satu propinsi pun yang tidak terwakili. Peserta terbanyak adalah dari Jawa Barat (6.203), berikutnya DKI Jakarta (3.164), Jawa Tengah 1.929), Jawa Timur (1.418), Lampung (661) Sumtera Utara 538), Sulawesi Selatan (485) Yogyakarta (483), dan yang terkecil Timor Timur (38). Bahkan ada 14 warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri juga mengirim naskah. Dari jumlah tersebut, 4.952 naskah dinyatakan gugur karena tidak memenuhi syarat admi- nistratif (panjang naskah lebih dari 50 baris atau kurang dari 20 baris, peserta tidak menyer- takan fotokopi KTP atau Kartu Pelajar, atau tidak mencantum- kan alamat pengirim). (AT).- Mengapa umumnya pola hias itu bermotifkan alam? Ini berkaitan dengan larangan da- Sundari Soekotjo Sepuluh Finalis Lomba Puisi ANTEVE 10 Tahun Membina Pengertian Antar Bangsa gara tujuan, maka bertambah pula jumlah program pertu- karan pelajar, selain AFS, yang ditawarkan bagi siswa Indone- sia. Untuk mengakomodasi hal itulah. maka Yayasan Bina Antarbudaya didirikan. Kini, selain program pertukaran pe- lajar jangka panjang (selama setahun), seperti AFS dan To- kyo Metropolitan Goverment. terdapat juga program jangka pendek (5-10 minggu) seperti Monbusho, Sasakawa dan ASEAN yang kesemuanya ke Jepang. lama program berlangsung, yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 5000 - 6000 dolar. Biasanya hanya 20 persen dari siswa yang lulus seleksi. mampu membayar jumlah tersebut." ujar Ny. Nana Untuk membiayai para siswa yang kurang mampu, Bina Antarbudaya kemudian mencarikan sponsor, di samping menyelenggarakan malam dana yang berlangsung rutin setiap tahun di kediaman Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, dengan menampilkan kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia. dapat diambil dengan menjadi siswa pertukaran palajar. Di antaranya memperluas wawa- san, menambah teman dan melatih kemandirian dan percaya diri. "Tinggal setahun di negeri orang, membuat saya jadi terbiasa mandiri, di sam- ping kepercayaan diri saya bertambah," tutur Yongki, mahasiswa UI yang returnee dari Jepang. Membina pengertian dan persahabatan antar bangsa sebagai usaha terciptanya perdamaian dunia. Itulah tujuan yang hendak dicapai oleh Yayasan Bina Antarbu- daya. Yayasan Bina Antarbudaya.. yang berlambang seekor mer- pati putih, berdiri tanggal 2 Mei 1985. Pendirinya adalah Taufiq Ismail, dr. Kartono Mo- hammad, Tanri Abeng. Ny. Irid Agoes dan Ny. Sophia Satari. Menginjak usia yang kesepuluh. Bina antarbudaya telah banyak menangani pro- gram dan masalah lintas bu- daya di Indonesia serta be- kerja sama dengan berbagai intuisi yang menangani pro- gram pertukaran pelajar di dunia. lam agama Islam untuk me- lukiskan makhluk hidup di se- tiap unsur seni rupa. Tetapi pa- ra seniman masa itu tidak ke- kurangan akal, sehingga mun- cullah bentuk-bentuk makhluk hidup yang telah digubah atau distilir. Meskipun demikian. seni patung tidak sempat berkembang di Jepara, se- hingga ada perbedaan nyata antara perkembangan seni ukirnya dengan Bali. Dari motif tumbuh-tum- buhan itu, beberapa di anta- ranya mempunyai sifat dan kekuatan visual yang berbeda. Banyak di antaranya mudah sekali dikenal karena ciri- cirinya atau bentuknya begitu akrab dalam kehidupan se- hari-hari. Dari sekian banyak bagian tumbuhan, ada tiga ba- gian utama yang paling sering disajikan sebagai ragam hias. yaitu daun, bunga. dan buah. Lainnya adalah batang, ran- Sejarah berdirinya Yayasan Bina Antarbudaya ini sebe- narnya dapat ditelusuri mulai dan diselenggarakannya pro- gram pertukaran pelajar yang pertama kali di Indonesia. Saat itu tahun 1956, 6 orang siswa SLTA dari Indonesia dikirim untuk belajar selama setahun penuh ke Amerika Serikat dalam program AFS (Ameri- can Field Service): Di sana, para siswa tersebut sekolah dan tinggal bersama keluarga angkat Amerika Salah satu Siswa tadi adalah Taufiq Is- mail. yang kini dikenal sebagai salah satu penyair terbaik di Indonesia. Saat ini Bina Antarbudaya mempunyai 6 staf tetap, di- bantu sejumlah sukarelawan (volunteer). Ketua Bina An- tarbudaya saat ini adalah Rid- wan Dereindra, dan direktur nasionalnya adalah Ny. Sofiati Mockadi. ting, dan akar. Motif daun pokok pada uki- ran Jepara mempunyai corak tersendiri, yaitu berbentuk relung atau melingkar, tetapi ada juga yang membentuk prisma atau segitiga. Pada akhir relung itu terdapat daun yang menggerombol. Motif bunga dan buah berbentuk cembung seperti anggur atau wuni yang disusun berge- rombol atau berderet. Bunga sering terdapat pada perte- muan relung daun pokok, atau pada ujung relung yang dike- lilingi daun-daun Bunga itu mengikuti bentuk daun. Peca- hannya adalah motif garis yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar. Biasanya terdapat tiga pecahan. Menurut Ny. Nana Kurnia. deputi direktur nasional Bina Antarbudaya, program pertu- karan pelajar yang diseleng- garakan Bina Antarbudaya tiap tahun. berbeda dengan program pertukaran pelajaran lain. "Program pertukaran pe- lajar yang kami tawarkan ter- buka bagi siapa saja, dengan latar belakang yang berbeda." katanya. Yang penting, lulus seleksi yang kami adakan. Seleksi yang dimaksudkan. terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama meliputi tes penge- tahuan umum dalam bahasa Indonesia dan het th mengarang dalam bahasa In Program pertukaran pelajar di Indonesia sempat terhenti donesia dan Inggris Tahap pada pertengahan dekade ft). kedua, wawancara kepriba- an. bersama dengan propa- dran dan wawancara bahasa ganda anti-barat yang di Ingens Tahap ketiga adalah lancarkan pemerintah Orde Lama. Memasuki Orde Baru. program pertukaran pelajar pun mulai berkembang kem- bali dan pada tahun 1970-an. negara ditambah dengan be- berapa negara Eropa, Austra- lia, Selandia Baru dan Jepang Dengan bertambahnya ne- les diskusi kelompok Peserta dibatas antarmusia 15-1 hun dan masih duduk di bang. ku SMA kelas satu atau dua Program pertukaran pelajar selama setahun memang tidak murah, karena selain biaya transport, ada juga biaya tam- bahan, seperti untuk acara se- Motif ukiran Jepara keba- nyakan dibuat tanpa dasar (tembus) yang biasa disebut ukiran krawangan atau ukiran dasar tembus. Bentuk daun, bunga dan buah pada motif ukiran itu, menunjukkan bukti bahwa peranan flora sangat besar artinya bagi manusia. Peranan itu bukan saja sebagai sumber kehidupan, tetapi juga sebagai sumber penciptaan ragam hias, Ragam hias seperti bukan hanya merupakan sim- bol saja, tetapi banyak pula ni- lai estetis lain yang terkandung di dalamnya. Pengaruh Cina Sebagai kota pelabuhan terbesar Kerajaan Islam De- mak, Jepara merupakan pintu gerbang pengaruh berbagai unsur kebudayaan dari luar. Perkembangan seni ukir di situ dengan sendirinya mendapat pengaruh pula. Unsur kebu- dayaan Hindu sebagai akar- nya, mendapat pengaruh un- sur kebudayaan Cina dan un- sur kebudayaan Islam. Pe- ngaruh Cina terlihat dari mo- tif mega mendung dan guba- han yang mirip bentuk burung mitologis phoenix di atas te- per- ratai yang tersembul di mukaan air. Unsur Islam ter- lihat dari jalinan huruf Arab (kaligrafi) serta penggambaran makhluk hidup yang telah distilir, seperti misalnya ukiran seekor binatang yang diwu- judkan dalam bentuk jalinan garis dan daun. Unsur kebu- dayaan Hindu masih terlihat dari motif daun. pemanda- ngan, dan bukit karang. Hubungan dagang dengan Cina yang semakin ramai. menyebabkan semakin ba- nyak orang Cina berda- yang tangan dan menetap di Jepara. Di antara barang-barang yang mereka bawa, terdapat ber- macam-macam guci dan tembikar. Bentuk-bentuk ke- ramik itu kemudian berkem- bang dalam pahatan kayu berhias ukiran dengan motif Cina. Kayu berukir itu dipakai sebagai penghias bagian-ba- gian rumah, antara lain tiang, tumpang sari (atap bersusun). gebyok (dinding), peturon (dinding penyekat), dan kerbil (pasak penguat di sudut per- YUDHA MINGGU, 3 SEPTEMBER 1995 Jika tahun lalu digelar ke- budayaan Aceh, maka tahun ini giliran kebudayaan Su- lawesi Tengah yang ditam- pilkan dalam acara bertauk 'Malam Modero", yang dipentaskan tanggal 17 Maret lalu. Acara tersebut antara lain dihadiri oleh Gubernur Su- lawesi Tengah H. Abdul Azis Lamadjido, dan para duta temuan dua buah balok kayu di bagian atap). Jasa Kartini Tahun 1903, muncullah se- orang pejuang wanita di Je- para yang bernama R.A. Kartini,. Dalam hidupnya yang singkat (25 tahun), ia tak ha- nya sibuk dengan program emansipasi wanita saja. Secara langsung putri Bupati Jepara RMAA Sosroningrat itu, be- rusaha meningkatkan kesejah- teraan rakyat, di antaranya lewat seni ukir. Menyimak surat-suratnya Gelap Terbitlah Terang", ter- yang terkumpul dalam "Habis nyata Kartini dengan gigih memperkenalkan hasil karya ukiran Jepara di pameran- pameran, menulisnya di ko- ran-koran. Bahkan ia sempat melayani pesanan dari teman- temannya di luar negeri de- ngan cara memberikan contoh gambarnya pada tukang tu- kang ukir. Usaha membawa hasil ke- rajinan itu ke pameran. ber- mula dari seorang guru Be- landa yang kagum melihat lukisan dan pekerjaan tangan lainnya di rumah Kartini. Ia menyayangkan, Kartini tidak ikut mengirimkan hasil karya tersebut ke pameran di Pran- cis. Tapi pagai harinya, guru Belanda itu berjanji akan ber- bicara dengan orang-orang berpengaruh di Batavia, agar bisa menyelenggarakan pa- meran hasil karya bumiputera di sana. Dan agaknya pameran itu pun terlaksana juga dengan gilang-gemilang. Untuk itu Kartini menulis. "Betapa se- nangnya, senang sekali kami. bahwa masyarakat Eropa me- nunjukkan kegembiraan ter- hadap karya dan kesenian bangsa kami! Kami ingin se- kali membanggakan bangsa kami, yang sedikit sekali di- kenal, dan dalam banyak hal tidak dihargai." Orang Batavia yang per- tama kali menaruh perhatian seius terhadap seni ukir kayu Jepara adalah uan Zimmerman dan sebuah organisasi Oost en West bertindak sebagai pe- lindungya. Sejak itu, Jepara sering kedatangan tamu dari besar negara-negara sahabat. Ny. Nana mengatakan. siswa Indonesia yang dikirim mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri setiap tahunnya berjumlah 60 - 70 orang. Sebanyak jumlah ter- sebut pula, datang si yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, Belanda. Belgia, Denmark, Finlandia. Inggris, Islandia, Jepang, Nor- wegia, Swedia dan Selandia Baru. Para siswa asing tersebut selama setahun tinggal ber- sama keluarga angkat orang Indonesia di berbagai kota yang tersebar di Jawa. Su- matera, Kalimantan dan Su- lawesi. Selain bersekolah, me- reka juga akan dilibatkan da- lam berbagai acara seperti darmawisata dan turun ke desa. "Dengan demikian." lanjut Ny. Nana. "para siswa asing dapat mengenal Indone- sia secara lebih mendalam." Ada beberapa manfaat yang Batavia. Mereka adalah pe- ngurus pusat Oost en West di Hindia. Lebih menyenangkan setelah mereka ingin mem- Bina Antarbudaya, yayasan ya punyai etalase barang-barang kesenian bumiputera dan menghendaki sekali agar di situ dipamerkan kesenian rakyat Jepara. Dalam usaha memperke- nalkan seni ukir Jepara, Kar- tini sempat menulis di "Eigen Haard" yang diberi kata pe- ngantar oleh Ny. Abendanon. Tulisan tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan seni ukir Jepara, terbukti de- ngan banyaknya pesanan yang mengalir. Tapi berhubung ke- sibukannya dalam menulis surat-surat, Kartini tak lagi menulis tentang seni ukir Jepara di surat kabar. Namun demikian, Kartini masih terus berusaha melayani pesanan dari teman-teman- nya. Agaknya Kartini mem- punyai tukang ukir andalan yang bernama Singo. Terbukti ia pernah menulis surat kepada Ny. Abendanon begini: "meja nyonya kami anggap yang pa- ling baik dari apa yang pernah kami kagumi dari Singo kita. Kami sangat gembira melihat bagaimana orang yang berjiwa baik itu selalu maju." Selain pesanan dari teman- temannya, tak ketinggalan pula gubernur jenderal ikut tertarik dan memesan sebuah tabir. Untuk ini Kartini me- nulis. "Tabir yang kami ki- rimkan kepada Gubernur Jen- deral bukan main eloknya." Kartini terpaksa membujuk teman-temannya yang me- mesan ukiran Jepara agar ber- sabar. Sebab Oost en West sendiri banyak memberi order kepada pengukir. Seni ukir kayu Jepara sete- lah masa Kartini telah lebih meluas dan tidak terbatas ha- nya untuk penghias bagian ru- mah saja. Relief makhluk hi- dup secara nyata yang timbul kemudian, menunjukkan bukti bahwa tradisi Islam dalam ukiran Jepara tidak terlalu kuat lagi. Sedi ukir kayu sejak itu makin digemari masyarakat Jepara dan berkembang me- nuju industri mebel. (Puji As- tuti/dari berbagai sumber). Tahun ini negara yang akan menerima para siswa pertu- karan pelajar dari Indonesia adalah Amerika Serikat, Aus- tralia, Belanda, Belgia, Brazil, Islandia, Jepang, Jerman, Ka- nada. Mesir, Perancis, Selan- dia Baru, Swiss dan Venezu- cla. Untuk keterangan lebih lan- jut dapat menghubungi Kantor Pusat Bina Antarbudaya di Jl. Cibulan 11, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Fajar Hari- santoso/faj). bina pengertian dan persahabatan antar bangsa