Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-12-21
Halaman: 02

Konten


Berita Yudha Surga Terletak Di bawah telapak kaki ibunda. Demikian pepatah mengatakan. Pepatah itu merupakan sebuah warning' bagi kita semua terutama kepada mereka-mereka yang berjenis kelamin pria. Mengapa? Karena tugas dan tanggung jawab seorang ibu meski hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga begitu agung, mulia dan sangat berat. Pernahkah kita bayangkan, seorang ibu yang sedang hamil dengan kasih sayangnya yang begitu tulus dan sangat menyayang terhadap janin yang dikandungnya akan terus mencoba berupaya sekuat tenaga sebagai mitra atau partner dari sang suami baik dikala suka maupun duka. Selama kurang lebih 9 bulan dengan perasaan sayang selalu dinantikan buah hatinya itu dan ketika masa bayi itu lahir, perjuangan yang tidak terkira beratnya ditunjukkan seorang ibu. Di mana dalam pergulatan' itu bisa saja nyawa sang ibu atau sang bayi bahkan mungkin kedua-duanya terenggut. Namun demikian, tidak sedikitpun kita mendengar keluh- kesahnya, meski kadang kasih sayang yang mereka tunjukkan kepada suami belum bahkan terkadang tidak sesuai yang diharapkan. Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia memprihatinkan pemerintah. Padahal sejak tahun 1984, melalui instruksi Presiden dibentuk gerakan sayang ibu (GSI). Rupanya perjalanan lebih dari 10 tahun kurang membuahkan hasil. Buktinya hingga kini AKI cukup besar. Sebanyak 394 dari 100 ribu sibu saat melahirkan meninggal. Sebab utama menurut Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Ny Mien sugandi karena tidak disayang suaminya. Banyak kematian ibu pada saat sedang mengandung ataupun persalinan semata-mata karena ibu tersebut kurang memperoleh 'sayang' dan dukungan dari suami dan keluarga. "Banyak ibu-ibu yang hamil meninggal saat melahirkan karena tidak disayang suaminya. Kalaupun disayang, proporsinya sangat kecil," ujarnya kepada pers sehubungan peluncuran kampanye GSI dalam rangka memperingati hari Ibu ke 69 1997 di kantor Meneg UPW, Jakarta, Kamis lalu. Apa yang dikatakan Mien bukan hanya sekedar kata-kaat belaka tetapi benar-benar berdasarkan apa yang dilihat dilapangan. Mien pun turun ke lapangan untuk mengetahui sendiri bagaimana sampai banyak ibu-ibu yang masih usia produktif meninggal saat melahirkan. Temuan diberapa daerah yang dikunjungi itu cukup mengherankan Padahal katanya, jika para suami mau berkorban sedikit dengan memberikan kasih sayang yang lebih saat istrinya hamil atau melahirkan tentu akan menenteramkan hati sang istri. Secara psikologis akan mengutakan sang istri menerima cobaan. Bilamana pelaksanaan kemitrasejajaran yang harmonis antara pasangan suami istri dipraktekkan dalam kehidupan keluarga, maka angka kematian ibu pasti akan menurun. "Kalau suami benar-benar melaksanakan kemitraan yang sejajar dengan istrinya, saya yakin AKI akan menurun. Suami dapat menghapus image bahwa wanita kanca wingking suami yang hanya pinter masak, melahirkan dan mengasuh anak," paparnya. Banyak Ibu Hamil Meninggal Karena Tak Disayang Suami Namun, keberhasilan KB Indonesia disamping tidak bisa terlepas dari konseptor para 'pini sepuh' dari beberapa orang dokter di Petugas penyuluh KB lapangan slap menjalankan tugas-tugas. Menurutnya profil calon almarhumah ibu selain karena kurang disayang suami, mertua dan keluarga juga pendidikannya dibawah SMP, rumah berjarak tempuh lebih dari dua jam dari fasilitas pelayanan kesehatan, usia kurang 20 tahun atau lebih dari 30 tahun, jumlah anak lebih dari empat dan jarak antara anak kurang dari tiga tahun dengan riwayat kehamilan dan persalinan jelek. Ciri lainnya, biasanya ibu mengidap kurang darah dan KEK. Angka tersebut cukup besar dibandingkan dengan Singapura yang hanya 10 ibu hamil yang meninggal per 100 ribu kelahiran. Data itulah yang menggerakkan Meneg UPW, Mien Sugandi bertekat mengkampanyekan GSI yang telah dicanangkan Bapak Presiden Soeharto di Karang Anyarm Jateng 1996 lalu. Karena masih tingginya AKI sebagai masalah nasional yang serius, maka Bapak Presiden dalam sambutan beliau waktu mencanangkan GSI sebagai gerakan nasional tahun 1996 yang lalu, mengatakan "Tanpa percepatan penurunan AKI hamil dan bersalin, maka kemajuan wanita yang telah kita capai selama ini tidaklah lengkap. Tanpa kemajuan wanita yang lengkap sebagaimana yang kita idam-idamkan, maka kurang sempurnalah upaya kita dalam meingkatkan kualitas mausia Indoesia". Segera setelah menjadi gerakan nasional, maka pada bulan Maret 1997 yang lalu telah diselenggarakan untuk pertama kalinya Rapat Koordinasi Nasioal (Rakornas) GSI yang diikuti peserta Pusat dan peserta daerah dari 27 Propinsi yang dipimpin langsung oleh para Wagub telah sepakat akan 3 hal penting yaitu memperkuat komitmen untuk mempercepat penurunan AKI sehingga akhir PELITA VI tinggal 225 per 100.000 kelahiran hidup, mempertegas makna penurunan AKI sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangua daerah dan menyepakati untuk mengoperasionalisasikan konsep Rumah Sakit Sayang Ibu dan Kecamatan Sayang Ibu dalam menyukseskan GSI. Disinilah pentingnya konsep JAHOIRAN PLINE ATPANAS MIEN SUGANDHI Rumah Sakit Sayang Ibu dan Kecamatan Sayang Ibu, karena operasionalisasi Rumah Sakit Sayang Ibu dan Kecamatan Sayang Ibu akan mampu memperkecil sampai membebaskan kaum wanita dari kemungkinan kejadian tiga terlambt' tersebut diatas. Dengan demikian sebagai dampaknya AKI akan diturunkan secara bermakna dengan cepat dan bermakna. Itulah sebabnya Kantor MENUPW bersama sektor terkait setiap memperingati Hari Ibu akan memberikan penghargaan yang diserahkan sendiri oleh Bapak Presiden dalam acara puncak Perigatan Hari Ibu kepada Pemerintah Daerah yang berhasil menjadi juara pelaksanaan Lomba Kecamatan Sayang Ibu dan Rumah Sakit Sayang Ibu, disamping juara-juara lain dalam pelaksanaan berbagai program peningkatan peran wanita. Dengan dua komponen tersebut pula, diharapkan pada akhir Pelita VI, semua kabupaten akan paling sedikit memiliki rumah sakit yang memperoleh akreditasi sebagai RSSI. KANTOR PERWAKILAN B.K.K.R.N. KABUPATEN MADELANG TOKOH KORPRI yang dilahirkan. Selain itu, proram tersebut untuk menggalang kaum pria dan masyarakat luas dalam menyukseskan GSI demi menyelamatkan ibu dan bayi. Tak heran jika kampanye GSI pada hekekatnya untuk meningkatkan SDM wanita. Sebab dalam GSI, semua ibu hamil mendapat perhatian dengan dicatat dan dipantau perkembangan kehamilannya, memperoleh pelayanan antenatal empat kali, melaksanakan rujukan dengan baik dan benar dan melaksanakan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Sedang 50 persen dari jumlah kecamatan dalam setiap kabupaten, sudah akan meperoleh predikat KSI. Sebenarnya kampanye GSI sesusai dengan yang dikatakan dalam Pelita VI untuk meningkatkan peranan wanita diproritaskan kepada peningkatan kualitas peran wanita dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga, peningkatan produktivitas dan perlindungan tenaga kerja wanita, pendidikan dan pelatihan wanita, terciptanya iklim sosial budaya yang semakin kondusif untuk kemajuan wanita dan peningkatan mekanisme nasional serta penguatan kelembagaan bagi keajuan wanita. Maka kampanye GSI yang diluncurkan tidak lain untuk memperkenalkan program GSI, utamanya Ketiga terlambat tersebutu meliputi terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan untuk mencari pertolongan rujukan di fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat mencapai tempat rujukan dan terlambat memperoleh pertolongan yang adekuat di tempat rujukan. Kampanye GSI kali ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Ibu 22 Desember mendatang. Dalam peringatan tersebut, pemerintah akan menyelamatkan kematian ibu dan bayi memberikan penghargaan kepada 10 Jika ke dua komponen tersebut dilakukan dengan baik, Mien Sugandi yakin kematian ibu oleh sebab kehamilan dan persalinan akan menurun dengan cepat. Penurunan AKI mendekati 50 persen, sekitar 225 per 100 ribu wanita. Pasalnya pelaksanaan keduanya mampu mencegah terjadinya 'tiga terlambat' yang menjadi penyebab dasar dari setiap tingginya AKI di Indonesia. Sebenarnya setiap wanita yang hamil selalu menghadapi resiko komplikasi kehamilan dan persalinan. Resiko tersebut biasa berupa kematian atau luka yang serius/ injuries. Namun resiko tersebut akan dapat dihindari dengan mencegah terjadinya tiga terlambat. PLKB/PKB "The Frontliner" Program KB Indonesia PLKB dikejar-kejar penduduk, disambut dengan pintu tertutup serta tidak sedikit ancaman dari orang-orang yang tidak atau belum bisa menerima program itu. INDONESIA boleh bangga dengan program mengurangi kepadatan penduduknya dengan Program Keluarga Berencana. Terbukti, keberhasilan Keluarga Berencana tersebut bukan saja mengundang decak kagum dari beberapa negara baik Eropa maupun Afrika yang mengirimkan beberapa ahlinya untuk mengadakan studi banding ke Indonesia. Bahkan negara Vietnam yang belum terlalu lama menjadi Tetapi di luar dari kesemuanya itu, anggota ASEAN pun yang begitu satu hal yang tidak bisa disepelekan terpesona' dengan keberhasilan KB di begitu saja keberadaannya adalah Indonesia berniat 'memperdalam pengetahuannya' tentang KB Indonesia. tahun 1957-an. Juga tidak terlepas dari andil dan perhatian yang besar dari seorang tokoh bernama Hayono Suyono yang terus menerus tanpa kenal henti mendengungkan KB. Hayono tanpa segan-segan keluar- masuk desa untuk menerangkan segala sesuatu yang menyangkut Keluarga Berencana, tak terkecuali menjelaskan tentang alat-alat kontrasepsi yang baik dan benar. Mungkin tak pernah hadir dalam benak kita, bahwa tugas dan tanggung jawab yang begitu berat dan diemban oleh para pejuang Keluarga itu jauh dari perolehan fasilitas maupun penghasilan yang memadai seperti sekarang. Bayangkan, dengan status honorer, setiap PLKB hanya menerima imbalan perbulan sebesar Rp 7.500,- 1974), Rp 10.000,- (1976), Rp 12.000,- (1977) dan Rp 13.500,- (1978-1979). Tugas pembinaan yang dilakukan termasuk pembinaan administrasi seperti pencatatan pelaporan, penerimaan dan distribusi ulangan pil dan kondom, terselenggaranya arisan KB, kegiatan Gizi dan program lain di mana KB sudah terselip di dalamnya. Pada tahun 1981 PLKB memperoleh penghargaan diangkat sebagai Pegawai Negeri. 'Ujung tombak BKKBN ini dua tahun sebelumnya hanya mendapat jaminan asuransi. Pengumuman pengangkatan itu dianggap sebagai 'hadiah lebaran' karena disampaikan menjelang hari raya Idul Fitri. para petugas lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sebagai ujung tombak keberhasilan program KB sehingga program KB tersebut bisa merakyat ke segala lapisan masyarakat dari Sabang hingga Merauke. Setiap PLKB harus datang dari rumah ke rumah untuk memberikan penerangan tatap muka kepada setiap pasangan usia subur. Dalam kegiatan semacam ini, banyak muncul kisah suka-duka yang mengiringinya. Terlebih waktu-waktu sebelumnya, sedikit sekali keluarga yang bersikap terbuka dalam menerima kehadiran PLKB tersebut. Bahkan adakalanya REPRO Untuk menjawab tantangan- tantangan yang ada, terasa mulai perlunya peningkatan mutu PLKB. Dengan program yang semakin luas dan terpadu menuntut PLKB memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang seluruh aspek- aspek pembangunan desa di samping pengetahuan tentang KB dan Kependudukan pada umumnya. Untuk itulah maka PLKB diubah namanya menjadi PKB (Penyuluh Keluarga Berencana) yang para anggotanya pun berasal dari segala disiplin ilmu dengan jenjang Strata Satu (S1). Dengan demikian diharapkan dengan semakin meningkatnya pengetahuan para petugas PKB, dilihat dari jenjang pendidikan dapat memberikan penerangan dan penjelasan yang benar kepada seluruh calon akseptor baru. #sul/dari berbagai sumber Namun berkat keuletan dan kesabaran para PLKB akhirnya "batu sandungan" itu berhasil dilewati dan membuahkan hasil yang tidak sia-sia. Evaluasi setiap tahun menunjukkan bahwa 65 persen dari 75 persen akseptor baru datang ke klinik atas petunjuk PLKB. Hasil evaluasi itu juga menjelaskan bahwa setiap datang ke rumah belum cukup untuk memotivasi seorang ibu mau pasang kontrasepsi. Butuh waktu yangn cukup panjang seorang ibu mau menentukan keputusan untuk ber-KB. Umumnya rata-rata setiap PLKB membina 2 sampai 3 desa), honorarium yang kurang memadai dan status kepegawaian mereka yang belum mantap. besar juara nasional Lomba Kecamatan Sayang Ibu. Mereka berhasil mengalahkan peserta lainnya se-Indonesia. Tantangan dan kendala yang dihadapi para PLKB waktu itu cukup banyak. Selain menghadapi sikap alot dan pameo "Banyak anak banyak rezeki tentang akibat samping penggunaan alat kontrasepsi. Pesatnya perkembangan program di lapangan menjadi beban dan tugas PLKB semakin bertambah. Hal ini terkait dengan oleh tiga dimensi: perluasan jangkauan, pembinaan dan pelembagaan KB, Kala itu untuk seluruh wilayah Jawa-Bali tercatat ada 16.450 PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa), 3.725 Banjar dan sekitar 40.000 paguyuban. Sebanyak 27 peserta dari masing- masing propinsi yang masuk nominasi nasional akan dinilai tim juri lintas sektoral dari Pusat dengan mengadakan peninjauan 'on-the spot' dan melakukan dialog dengan para ibu hamil, suami, kader PKK, tokoh masyarakt dan pelaksana GSI di lapangan dari semua sektor terkait secara langsung. Bukan hanya itu, peran dukun bayi yang hingga kini masih dibutuhkan. Bahkan, para ibu-ibu hamil itu dengan menahan sakit membantu dukun menolong persalinannya. "Saya juga ikut membantu dukun yang menolong saya melahirkan bayi saya," katanya menirukan ucapan ibu-ibu. Padahal jelas Mien, pengalaman Salah satu yang perlu digaris- bawahi dalam menyukseskan GSI dan dari banyak negara menujukkan akan menjadi titik tekanan dalam bahwa semakin kecil proporsi ibu kampanye komunikasi GSI kali ini bersalin ditolong oleh tenaga terlatih, adalah peran bidan di desa. semakin tinggi tingkat AKI-nya. "Kalau Penekanan tersebut didasarkan banyak ibu-ibu bersalin yang ditolong bahwa persalinan hendaknya ditolong bidan, angka kematian ibu hamil kecil oleh tenaga yang terdidik dan terlatih dibandingkan jika ditolong bidan," khusus untuk pertolongan persalinan, lanjutnya. dalam hal ini bidan. Pemeritahpun tidak tanggung- tanggung menerjunkan para bidan di desa-desa terpecil yang jauh dari rumah sakit. Sebanyak 55.000 bidan X3 baru ditempatkan di desa-desa di seluruh Indonesia. Sebelumnya, jumlah bidan yang berada di desa baru 9.000 orang. Puluhan ribu bidan yang masih muda yang ditempatkan di desa itu akan menjalankan tugas selama tiga tahun. Dengan waktu yang cukup singkat menolong ibu hamil dan persalinannya, diharapkan akan meningkat akses ibu hamil dan bersalin di desa terhadap tenaga ahli persalinan. Kendati puluhan ribu bidan diterjunkan, baru sekitar 50 persen persalinan di desa ditolong oleh bidan. Rupanya peran dukun bayi yang secara tradisional telah membantu masyarakat dalam pertolongan persalinan dari zaman dahulu masih dibutuhkan. Banyak ibu-ibu yang masih memakai jasa dukun bayi untuk membantu persalinannya. "Waktu saya tanya pada ibu-ibu di desa, tanpa malu-malu mereka meminta dukun bayi untuk menolong persalinannya," katanya. Karena itu melalui kampanye komunikasi GSI, Mien berharap partisipasi masyarakat mendorong terjadinya prose kemitraan antara bidan di desa dengan dukun bayi. "Kami juga mengharapkan partisipasi masyarkat luas untuk ikut mendorong terjadinya proses kemitraan antara bidan di desa dengan dukun bayi. Jangan salah persepsi, keberadaan bidan itu bukan untuk menyaingi dukun atau mematikan pekerjaannya, melainkan sebagai kitra kerjanya," jelasnya. Ibu satu anak itu yakin jika kemitraan tersebut dapat berlangsung dengan baik, tanpa mengalami hambatan, maka tiga terlambat tersebut tidak akan terjadi. "Kami yakin bilamana kemitraan tersebut dapat berlangsung dengan mantap, maka setiap persalinan akan dapat didtolong oleh bidan yang dibantu dukun sehingga kejadian tiga terlambat' itu tidak perlu terjadi. Bidan dan dukun dapat mengenali bahaya dan MINGGU, 21 DESEMBER 1997 WAHYU Nusantaraaji. Dia bukanlah bayi ajaib. Bukan pula bayi yang lahir dengan ciri fisik istimewa. Dia lahir se- cara alami. Keluar dari "gua garba" sang ibu seperti kelahiran bayi lainnya. Dia lahir di pagi jam 10.00 dengan per- tolongan seorang bidan desa. Dengan berta badan 3,9 kilogram dia dilahirkan oleh pasangan suami-istri yang terikat oleh pernikahan yang sah: Ahmad Riyadi (27) dan Rohana (26). Normal. Biasa. Selamat. Apa kelebihannya? Seandainya bayi asal dusun Sepa- pan Desa Jerowaru Kecamatan Kruak Lombok Timur NTB itu tidak dilahirkan 4 Februari 1997 lalu, maka akan lain jalan ceritanya. merujuknya ke rumah sakit," katanya dengan yakin. Guna mempercepat pelaksanaanya, kampanye GSI dilaksanakan dengan lintas sekotral, integritas dan sinergis. Disini kepedulian kaum pria terutama suami terus meningkat dan dibawah koordinasi Pemda setempat. Para suami hendaknya harus sangat peduli dan siap mendukung istrinya yang hamil dengan perhatian dan 'kasih sayang' yang semakin mantap. "Bapak-bapak jangan hanya dapat berkata saja, tanpa mau merasakan bagaiman penderitaan istrinya ketika hamil, apalagi saat melahirkan. Harusnya pada saat istrinya sedang hamil dan melahirkan, kasih sayang dan perhatiannya ditingkatkan," pintanya. Meski pasangan suami istri telah bermitra sejajar, faktor lain perlu mendapat sorotan jika kampaye GSI ingin berhasil. Seluruh masyarakat dan sektor pendukung mau tidak mau harus berpartisiapsi mensukseskano program tersebut sesuai dengan kemampuan dan bidang garapan masing-masing. "Keberhasilan pelaksanaan GSI hanya bisa diwujudkan bilamana seluruh masyarakat dan semua sektor mendudukng berpartisipasi menyukseskan termasuk Unicef yang telah memberikan kerjasama dan dukungan selama ini kepada pelaksanaan GSI, utamanya dalam melaksanakan kampanye komunikasi GSI ini," jelasnya. Dalam kampanye tersebut juga tidak lepas dari peran kaum muda, khususnya berkaitan dengan aborsi yang kini marak lagi. Kasus ditemukan puluhan bayi yang meninggal karena diduga ibunya melakukan aborsi menjadi bagian dari kampanye tersebut. Untuk itu Mien Sugandi mengadakan forum komunikasi khusus remaja. Tujuannya agar para remaja tidak melakukan seks bebas apalagi sampai melakukan aborsi. Tak heran jika Mien pun menghimbau dan meminta partisipasi mass media baik cetak maupun elektronik untuk mendukung suksesnya kampanye komunikasi GSI yang selekasnya akan diluncurkan sesuai dengan fasilitas masing- masing, demi suksesnya pelaksanaan percepatan penurunan AKI dalam waktu sesingkat mungkin. Wahyu Nusantaraaji Penduduk Indonesia Ke Duaratus Juta Wahyu Nusantaraaji digendong ibunya. 2 Dalam konperensi dunia tentang wanita ke 4 di Beijing tahun 1995 llau telah disepakati 12 critical concern yang dihadapi oleh wanita diseluruh dunia deawsa ini. salah satunya menganai wanita dan kesehatan. dalam masalah kesehatan sdebenarnya telah banyak kemajuan yang terjadi sebagai ahsil suksesnya pemabnguna di Indonersia. misalnya turunya kematian ibu dan tingkat kelahiran. Meski demikian wanita di Indonesia masih harus menghadapi kenayatan akan masih tinginya angka kematian ibu. FOTO-FOTO RIS-BY sebagai gerakan nasional,GSI bertujuan untuk mengembangkan kualiats wanita uatamanay mepercepat penuruna AKI dalamperspekstof peningkatan kualaits SDM. dengan pencanaagan tersebut beartio seluruh masyarakat Indionersia tanap kecuali, pemerintah dan masyatakat baik wanita maupun pria harus ikut menyukseskan pelaksana GSI. Penuruna AKimmerupakan masalah nasional yang sangat mendesak karena tingkat Aki di Indonesia yang 390 per 100 ribu kelahiran pada tahun 1994 merupakan tingkat AKI yang tertinggi di Asean. singapaura hanay 10 per 100 ribu dan Malaysia hanay 50 per 100 ribu kelahiran hidup. hal itu ditamabh dengan selama 10 tahun terakhir ini dari 1984-1994 tidak ada penurunna AKi di Indonesia yang bermakna. Menurut perkiran para ahli, jumlah wanita yang mati berkaitan dengan kehamilan-persalina -nifas selama stsetahun sebanayk 25 ribu atau 75 orang setiap hari. Ditamanh dengan jumlah mati yang begitu besar, masih ada sekitar 750 ribu wanita yang menderita luka serius akibat kehamilan dan persalinan. Ada kurang lebih 50.000 balita setiap tahun terpaksa menjadi piati baru. Menurut statistik sekitar 90% bayi yang dilahirkan oleh ibu yang meninggal sewaktubersalin akan menyusul mati juga sebelum usia satu tahun. #kustiyani nya tanggal 13 Pebruari) dari perhi- tungan medis bidan muda usia itu maupun para medis Puskesmas se- tempat, yang selalu memeriksa secara rutin kehamilan Ny Rohana. "Sungguh itu suatu rahmat dari Al- lah kepada kami sekeluarga," ujarnya gembira bercampur sendu, saat ter- ingat ia harus melahirkan dalam ke- sendirian jauh dari suami yang tengah mengais masa depan di kota rantau. Wahyu Nusantaraaji tentu akan terus diamati oleh pendu- duk negri ini. Karena dia adalah simbol dari anak bangsa yang kokoh dan tangguh, yang disiapkan mampu "ber- tarung" di era globalisasi, era dimana REPRO dinding pembatas antar negara sudah runtuh. Jejak-jejak yang berhasil menuntaskan pendidik- an D-Il bahasa Inggris. Tetapi, karena terlahir 4 Februari 1997, maka jadilah kelahiran bayi yang kemudian mendapatkan "Tetenger Wahyu Nusantaraaji dari Presiden Soeharto, tiba-tiba seperi "membuka- kan kesadaran orang (4 Februari 1997) memiliki makna khusus bagi bangsa Indonesia, sebagai hari kelahi- ran penduduk ke-200 juta. Wahyu Nusantaraaji, anak bangsa, memang terlahir dari keluarga masa depan. Keluarga yang tahu akan arti pentingnya kesehatan dan arti penting- nya menuntut ilmu sampai ke Negri Tangis bayi dari Lombok Timur ini Cina". membahana. Melengking bagai me- Dusun Sepapan, Desa Jerowaru, di nguak kesunyian. Meledak-ledak per- mana Wahyu Nusantaraaji dilahirkan tanda kian kuatnya potensi bangsa. adalah sebuah desa yang menyoklat lah Rp 190 juta lebih. Dari pasangan serba sarjana, pendu- duk ke-200 juta itu terlahir. Sang ayah adalah seorang sarjana ekonomi yang kini tengah memperdalam ilmu otomo- Ditolong oleh Bidan Polindes (Pos tifnya dengan 'magang' di Jepang. Dua Persalinan Desa) Melati Putih, Jerowa- tahun lamanya melalui program Dep- ru, Siti Mujahidah, persalinan itu berja- naker. Si ibu adalah bidadari keluarga lan lancar. Lebih cepat 8 hari (prediksi (kering kerontang) di waktu kemarau, dan menghijau subur di waktu hujan menetes. Anak bangsa itu benar benar diper- siapkan. Beassiswa mulai TK sampai sekolah setinggi-tingginya sudah dise- diakan oleh PT Pos Indonesia. Tak ka- lah dengan itu, BRI pun memberikan tabungan usaha sebesar Rp 10 juta. Tabungan ini baru bisa diuangkan se- telah wahyu usai menamatkan pendi- dikan tingginya. Itu berarti, 25 tahun mendatang tabungan itu akan berjum- Semoga saja dengan nama "Wah- yu Nusantaraajr, anak tersebut akan memberikan masa depan bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. Semoga hal ini sebagai pertanda bangkitnya generasi baru anak negri.(Penduduk Indonesia ke 200 Juta/ipkb)