Tipe: Koran
Tanggal: 1997-12-21
Halaman: 08
Konten
Berita Yudha TEKNOLOGI El Nino, Indonesia Dan Misi Planet Bumi Meningkatnya jumlah penduduk yang begitu dra- tem Data Information System (EOSDIS). Prototipe EOS diberi nama EOSDIS Versi o.o mulai matis menyebabkan membengkaknya kebutuhan manusia akan sumber daya alam. Namun kadang terwujud pada tahun 1994 dan sudah dapat diakses dalam mengeksploitasi dan membangun kehidup- secara langsung oleh para pakar dan khalayak di annya, manusia lupa. Hingga alam yang menyedia- kan sumber kehidupan terabaikan. Bencana pun terjadi di mana-mana. Apa yang mesti dilakukan? Bagaimanakah sebenarnya misi manusia, khusus- seluruh dunia melalui jaringan interneet. Pengetahuan 29 satelit untuk kegiatan MPB bukan suatu pekerjaan mudah. Pada Fase (1990- 1998), kegiatan diarahkan pada pengumpulan infor- nya manusia Indonesia di planet bumi kita ini? Ketika bumi makin panas, permukaan air laut bertambah naik, dan lapisan ozon meningkat ma- nusia berteriak. Belum lagi dengan adanya perubah- an iklim akibat El Nino yang menyebabkan banyak bencana. Kebakaran dan jatuhnya pesawat terbang. Ada apa sebenarnya dengan bumi kita ini? Dan se- masi tentang status planet Bumi dengan penge- rahan beragam satelit yang saat ini beroperasi, serta penyiapan satleit-satelit yang akan diluncurkan. Bagaimana dengan pemanasan bumi dan peni- pisan lapisan ozon? Hasil pantauan satelit-satelit pengamatan bumi Eart Radiation Budget Satelite sejak 1984, serta satelit peng-amatan ozon, diketa- kebakaran deret pertanyaan tentang bumi, planet kita ini, sudah hui bahwa pe-ningkatan kadar CO2 dalam atmosfer mengusik serta penggunaan gas CFC, di-antaranya pada GEOS mesin AC maupun lemari es, mengakibatkan timbul- para pakar di seluruh dunia. Bumi kita sedang berubah cepat, hutan kita beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan pemu- kiman, peningkatan penggunaan pupuk membawa dampak ketidak seimbangan lingkungan, gas Cloro- flourocarbon (CFC) menipiskan lapisan Ozom, me- ningkatkan temperatur bumi, mencairkan es Kutub nya efek rumah kaca, yaitu terkurungnya energi di dalam lapisan atmosfer bumi dan sekaligus menipis- kan lapisan ozon, dan terbentuknya lubang ozon di Kutub Selatan. Ini dapat berakibat naiknya tempera- tur rata-rata planet Bumi dan secara bersamaan me- ningkatnya ancaman radiasi ultraviolet sinar mata- hari bagi makhluk hidup di Bumi akibat menipisnya lapisan ozon (03). Penemuan indikasi lubang Ozon Selatan dan menaikkan permukaan air laut. Per- ubahan iklim global mengakibatkan banjir di benua satu dan kekeringan di benua lainnya. Dampaknya amat luas, dari kebakaran hutan, penurunan pro- duksi ikan,turunnya produksi pertanian sampai pada cuaca yang berubah kontras, Ini masalah kita ber- sama. Perubahan besar lingkungan planet bumi perlu dikaji mendalam dan dampaknya harus di- antisipasi demi kelangsungan hidup umat manusia di masa depan. Sejak 1990, Badan Penerbangan dan Ruang Angkasa Amerika Serikat, NASA meluncurkan pro- gram "Mission to Planet Earth" Suatu program raksasa memantau bumi kita sampai tahun 2014, melibatkan 1645 pakar multidi- siplin dari 14 negara, dengan dana 7,25 milyar dollar dan didukung 29 satelit pemantauan bumi pada 25 tahun kedepan. Kepulauan Nusantara merupakan salah satu wilayah potensial yang dapat dikutkan dalam Program misi planet bumi ini. Di sinilah hutan tropis sebagai paru-paru dunia berada, disini tempat Samudera Hindia bersinggungan, di sini pula feno- mena El Nino Southern Osscilation (ENSO) dapat dipantau. di Kutub Selatan ini mendorong pemerintah dari manca negara untuk sepakat melarang pengguna- an CFC pada instrumen rumah tangga mulai 1996. Dampak dari keputusan internasional ini segera tampak dengan turunnya kadar CFC di atmosfer dan menurunnya laju penipisan lapisan ozon. Apakah permukaan air laut akan naik? Bayang- bayang suram akibat pemanasan global adalah mencairnya es di Kutub Selatan dan mengakibatkan naiknya muka air laut. Bahkan Film Hollywood versi terakhir "WATERWORLD", telah menampilkan fiksi kondisi suram kehidupan umat manusia akibat air laut yang naik terus dan sebagian daratan terendam air. Ada indikasi memang, bahwa air laut akan naik dan dampaknya bagi daratan bisa amat buruk, misalnya bila badai atau tsunami menerjang. Satelit- satelit pengukuran samudera, seperti Seasat, Geo- sat maupun satelit AS-Perancis Topex Poseidion, melalui pemanfaatan sensor altimeter radar, me- mang memperlihatkan naiknya permukaan laut du- nia sejak 1992. Melalui program MPB maka konsentrasi penelitian di bidang ini perlu dilanjutkan di masa depan. x3 eberapa bulan yang lalu kita disibukan dengan peristiwa hutan. Mengapa bisa terjadi? Apakah benar panas bumi B meningkat, sehingga memudahkan kebakaran? Bagaimana menjawabnya? Jawabnya tidak sederhana. ERAPA luas alam semesta? Pertanyaan sederhana, tapi buat pusing astronom. Sejak dulu dicari sumber apa yang bisa dipakal menentukan jarak antar benda langit. Aneka benda langit Jadal acuan dan kini lazim disebut lilin standard. Amat sederhana, luas/umur jagad hanya tergantung 1 bilangan. tentu tersandar harapan untuk mudah mencari jawab. Namun, kenyataan sebaliknya. Perdebatan terus berlangsung, karena beda kecil H berdampak luar biasa. umur jagad bisa beda bermilyar tahun. Bila besar, ukuran jagad kecil dan muda, 8-12 milyar tc (rentang umur 8-12 milyar tahun). Bila kecil, jagad cukup tua,15-20 milyar tahun (jarak tepi 15-20 milyar tc). Sejak Hubbel (1923) memakai bintang Variabel Cepheid (VC), maka bukan saja diketahui galaksi Andromeda (M31) adalah galaksi tetangga berjarak 2,2 juta tahun cahaya melainkan VC memberi asa akan kebutuhan lilin standard (tahun cahaya Oleh sebab itu, pakar NASA dan pakar Indonesia dari BPPT, BAPPENAS, LIPI dan BAKOSURTANAL pada Oktober 1995 duduk bersama di Kantor Pusat NASA Washington DC-AS guna menyusun strategi pengamatan planet bumi di wilayah sekitar Kepulauan Nusantara ini. Salah satu program yang akan dilak- sanakan adalah uji-kaji Laboratorium Terbang AIR- SAR DC-8 di wilayah Indonesia pada tahun 1996 ini, sekaligus menyambut Tahun Dirgantara 1996. Program Misi Planet Bumi (MPB) dijabarkan menjadi tiga fase yaitu fase I tahun 1990-1998, fase Il dari tahun 1999-2014 dan fase III pada Periode setelah tahun 2014. Di fase I inilah segala persiapan awal dilaksanakan dan kerjasama Internasional digalang, termasuk dengan Indonesia. Minimal 29 satelit pemantauan bumi, baik milik NASA maupun Non-NASA, akan beroperasi mendukung program MPB. Data yang direkam satelit-satelit pengamatan bumi ini kemudian dihimpun ke dalam suatu basis data yang dikenal sebagai Earth Observation Sys- Selang 6 tahun, Hubbel menyatakan - alam semesta mengembang dan berlangsung sejak lahir yang diawali dentuman dahsyat (Big Bang). Dikenla adanya hukum Hubbel, kecepatan menjauh galaksi sebanding dengan jarak diantaranya. Hubungan 2 besaran ini dinyatakan oleh satu konstanta- konstanta Hubbel (H). Diukur dalam km per detik per mega parsec (km/s/Mpc, 1 pc = 3,26 tc). Dari konstanta ini kita tahu ukuran/umur alam semesta. Fenomena El Nino Bagaimana dengan fenomena El Nino dan mung- kinkah El Nino di antisipasi? Gangguan iklim yang terjadi di Samudera Pasifik setiap 2-5 tahun sekali, dikenal dengan El Nino Southern Osscilation (ENSO), mengakibatkan perubahan curah hujan di satu tempat dan kekeringan di tempat lain. Banjir, ke- keringan, kebakaran hutan dan turunnya produksi ikan merupakan dampak kehadiran ENSO. Berbagai alat bantu pemantauan ENSO, baik yang dipasang di Samudera Pasifik maupun pantauan satelit NO- AA, Topex-Poseidon dan Geosat memungkinkan di- prakirakannya kehadiran ENSO dalam kurun enam bulan ke depan. Kesiapsiagaan secara terus menerus mutlak diperlukan dan kegiatan pemantauan ENSO VC diandalkan sebagai lilin karena kecerlangan dan keterubahan cahayanya teratur. Namun, riskan bila mengandalkan satu lilin penentu jarak saja. Metode benda lain dicoba. Misal bintang variabel RR Lyrae,galaksi spiral (Metode Tully-Fisher), supernova dan kabut planet selain riskan, bahwa ada yang jika digunakan hanya tepat dalam rentang jarak tertentu saja. Sebagian besar telah dengan kabut planet, Cepheid dan galaksi spiral menghasilkan H.Besar 75-90 km/s/Mpc. Alam semesta kecil-muda.Saat perlu dimasukkan ke dalam program MPB. Pemantauan perubahan hutan tropis dengan sa- disingkat to dan 1 tc: jarak yang ditempuh cahaya di astronom memakai supernova tipe la, kontroversi ruang hampa selama 1 tahun dengan kecepatan 300.000 km/s). timbul (H 50-60 saja). Jagad lebih tua dan luas 50% Satu salah atau jawaban ada diantaranya! Bila bisa diracik metode sedemikian tak saling bertentangan, maka lilin standard bisa jadi mintar istimewa untuk mengukur skala kosmik. Bukan sekedar tahu ukuranusia dan laju pemuaian jagad, tapi kapan berakhir dan akankah terjadi pembalikan arah (Big Cranch). Jagad mengerut kebentuk asal. Kabut Planet Obyek ini dapat tempat sejak tahun 1980-an karena kelimpahannya di galaksi luar. Kabut planet (KP) adalah canggah bintang-sekarat yang terlontar menjadi materi gas dan debu. Akhir 1970-an Ford-Jenner menjumpai 8 KP di galaksi M81 berjarak 10 juta tc. Telaah sudah sampai 60 juta tc, sejarak gugus galaksi Virgo, sedemikian sifat makin dipahami M31 yang telah dipelajari dengan segala metode bisa digunakan sebagai jembatan. Caranya? Katakan KP di M81 20 kali lebih redup dibanding M31, Berhubung kecerahan sebanding kuadrat jarak, maka jarak M81 20 x jarak REPRO DRTS EOS-AM telit observasi bumi dinilai sukses. Brazil merupakan negara pertama yang berhasil menginventarisasi luas hutan tropis kawasan Amazon dengan meng- gunakan data satelit penginderaan jauh NASA, Ne- gara itu boleh berbahagia, karena berdasarkan pan- tauan satelit NASA ternyata kondisi hutan tropis Amazon tidaklah terlalu mengkhawatirkan, seperti yang pernah dirisaukan banyak ahli. Satelit-satelit pemantauan bumi dalam program MPB yang diharapkan pula akan mendukung pe- mantauan wilayah kepulauan Nusantara diantara- nya,satelit-satelit radar, seperti ERS-1.RADARSAT dan JERS-1. Kemampuan menembus awan dari satelit-satelit radar ini memungkinkan wilayah Indo- M31 (9,9 juta tc) Sesuai metode lain. Kecerlangan KP tak sama satu dengan lainnya. Baru setelah ada CCD (charge coupled device) merebaklah harapan. Saat ini Jacoby (National Optical Astronomy Observatatories) dkk menelaah KP di luar galaksi kita yang jumlahnya 3-4 lipat. Sudah 35 di M87 di jantung gugus galaksi Virgo (ada 5.000-an di luar Bimasakti). ATMOS Penggunaan KP ditujukan nantinya ke galaksi ellips (bintang angotanya berusia tua) karena tidak mengandung VC yang muda. Variabel Cepheid Hubble berhasil menentukan jarak M31 dan NGC6822, Bagaimana perkembangannya? Madore (Caltech) tak hanya lihat sisi sejarah, tapi signifikasinya pada masa datang. saat ini peneliti VC di gugus Virgo dengan Hubble Space telescope?HSt bersama Freedman (Carnegie) Kenyataan bahwa metode lain seperti Tully-Fisher (TF) dan KP pun masih pakai VC untuk kalibrasinya adalah bukti keandalan bintang ini. Sifat mirip pendulum-teratur dan berdenyut karena gravitasinya sendiri (variabel intrinsik) relatif memudahkan. Kecerahan besar sebab berupa bintang maharaksasa mudah diamati. Selain itu kelimpahan VC besar. Misal di Awan Magellan Besar/Kecil memiliki sekitar 1000 VC dan banyak lagi sampai rentang jarak 10 juta tc. Bagaimanapun penggunaannya terbatas karena kemampuan teleskop di Bumi. Namun adanya HST tentu membuka lembaran baru apalagi setelah berhasil diperbaiki. Bila ragu, astronom bisa meneliti ulang bintang ini. Misal meneliti ulang bintangnya Hubble dan pendahulunya. Pengulangan tak berlaku untuk metode lain seperti supernova (SN) atau KP. Perubahan cahaya SN amat drastis sedang KP materinya megembang ke segala arah dengan kecepatan puluhan-ratusan km/s yang membuat kecerahannya meredup. HIROS-I Mari Mengukur Jagad Raya nesia dapat terpantau non-stop 24 jam. Selain itu, pengamatan lautan dan dasar laut Nusantara dapat dipantau oleh satelit Topex-Poseidon. NOAA Seri K sampai N dan satelit SEAWIFS dan satelit ADEOS. Sedang kondisi curah hujan wilayah tropis Indonesia dapat terus dimonitor oleh satelit TRMM yang akan meluncur pada 197. Partisipasi Indonesia dalam Program Misi Planet Bumi kelak jelas diarahkan sebesar-besarnya kepa- da pelestarian lingkungan, serta pembangunan sumber daya alam nasional. Dapat dibayangkan kanna bahwa kehadiran 29 satelit pemantauan bumi dalam 25 tahun ke depan ini akan mengakibatkan banjir- nya data muka bumi Indonesia yang siap untuk diin- pun terbatas karena kecerahannya jauh di bawah Cepheid. Limit pendeteksian seputar 5-10 juta tc. Untuk evaluasi masih diandalkan. MINGGU, 21 DESEMBER 1997 Galaksi Spiral Lilin sebelumnya melibatkan benda relatif dekat sampai galaksi luar spiral diteliti. Penggunaannya disebut metode Tully-Fisher. Dikembangkan tahun 1970-an oleh Tully (hawai univ) dan fisher (NRAO) dengan memakai relasi antara kecerlangan dan rotasi galaksi. Kesimpulan makin cepat rotasi massa makin besar. Berarti ukurannya besar dan lebih cemerlang. Setelah kecerlangan diketahui lalu dianalisis jarak berdasar perbandingan terang semu (yang tampak) dengan kecerlangan mutlak (bila dilihat dari jarak 10 pc). Cara sama dengan metode lain. hasilnya di luar dugaan penemunya. Setelah uji coba dengan metode KP,VC dan RR Lyrae ternyata bersesuaian. Akhirnya galaksi spiral diperhatikan lebih serius. Ledakan Bintang Astronom mulai melirik benda untuk jagad raya, bintang meledak yang disebut supernova. Sifat sudah disadari sejak 1885. Bintang mendadak terang jutaan kali akibat meledak tapi setelah ditelaah baru disadari ada beragam tipe. Ada jenis yang tepat untuk lilin standard, supernova tipe la (SNla). Ini karena seluruh SNla praktis terangnya sama dan semua sepakat atas sifatnya. Jangkauan pengamatannya terjauh lebih dari 100 juta tc. Bisa menjadi mistar kosmik terpanjang. Ada yang lebih menarik lagi, penggunanya mendapat H kecil sekitar 50-60. Artinya alam semesta tua dan relatif besar. Rupanya ini membuat kubu-kubu di antara pemakai SNIa dengan pemakai metode lain. Keandalan SNla berdasar kecerlangan mutlaknya sama di manapun obyek ini dijumpai. Memang bintang-bintang yang meledak tak identik tapi praktis SNIa punya spektrum, kurva cahaya dan puncak terangmutlak sama. Bila ada penyimpangan, jumlahnya sangat sedikit maka bisa disingkirkan dari data. Hasil ini ditegaskan Branch dari Oklahoma. Namun ada kendala yaitu sifat sesaatnya tak dapat dilakukan pengamatan berulang. RR Lyrae, HST menjanjikan untuk mengamati VC tapi analisisnya butuh waktu. Jadi sementara ini dipakai metode lain misal. Bintangnya tua bermasa rendah. Berupa variabel kuning yang diketahui baik Schmidt (Harvard-Smithsonian) memfokuskan kecerlangan dan keterubahan cahayanya yang penelitian pada supernova tipe II (SNII). Memang berperiode pendek. RR Lyrae kala rotasi kurang dari sukar, sifat tak seragam. saat meledak disekitarnya sehari lebih singkat dibanding VC, Mengapa RR Lyrae? Karena yang utama, saat metode lain tak dapat dipakai sebab obyek langit sebagai lilin memang tidak ada. Ini diamati oleh Smith (Michigan State Univ). Di gugus (bintang) bola ada banyak bintang tua termasuk RR Lyrae. banyak materi antar bintang yang menyerap cahaya. Kasus SN1987A dan SNII karena ketidakseragaman yang amat mencolok. Sandage (Carnegie Institution) memakai HST untuk mengamatai VC di galaksi IC4182 sekaligus SN1937C "SNla) di galaksi itu. Risetnya membuat RR Lyrae mirip Cepheid dalam hal penelitian yang lain mulai memperhatikan SNla lebih serius yang dapat diulang tahun 1890 Bailey sadar, bintang karena perhitungan menunjukkan hasil akurat. bintang RR Lyrae di suatu gugus bola yang Namun tetap menghasilkan H kecil, jacoby sadar berperiode kedipan sama akan punya kecerlangan letak kesalahan pada alat kalibrasi. Dia dan Pierce sama Generasi berikut, Spapley membuat (NOAO) meneliti ulang SNI1937C dengan analisis perbandingan RR Lyrae dan VC. Akurasi bisa photo aslinya yang dipotret Baade-Zwicky. Hasilnya diandalkan. Inilah kesimpulan tahun 1950-an. berupa koreksi kecerlangan. Yang kontra semisal Hanya saja ada keraguan, apa uji banding sebagai Philips (CTIO) justru menyimpulkan, SNla tidak jembatan bisa dilakukan. Lalu apa semua bintang ini semua identik. Bila cahaya ledakan meredup punya kecerlangan sama. Penggunaan RR Lyrae perlahan artinya SN-nya lebih cemerlang. Walau ENVISAT-1 ADEOS-II DRTS 8 GEOS GEOS terprestasikan dan dimanfaatkan. Ini adalah tan- tangan yangluar biasa besar dan permanfaatan data satelit program MPB diharapkan dapat meningkat- kan kemampuan peramalan cuaca di tanah air, prediksi panenan, lokalisasi wilayah perikanan, se- kaligus pemantauan dan prediksi kemungkinan gempa bumi di kepulauan Indonesia. Program nyata diatas dihaapkan menghasilkan dua dampak sekali- gus. Pertama, menempatkan posisi Indonesia seba- gai salah satupelaku dunia di dalam program Inter- nasional MPB dan kedua, menerapkan hasil tekno- logi tinggi angkasa luar guna peningkatan kesejah- teraan rakyat Indonesia secara keseluruhan. (Indroyono Soesilo/Forra) REPRO begitu, perolehan konstanta Hubble tidak beda secara signifikan. Hubble War Kubu berlanjut ketika Hu-Ridgway (Hawaii Univ) menemukan 2 galaksi ellips kemerahan. Indikasi tahap evolusi lanjut (16 milyar tahun,H 48,9). Dari teori Big Bang dan rentang waktu lahir galaksi, maka isi jagad minimal 19 milyar tahun. Tak terduga sebab sasarannya quasar PC1643 +4631A berjarak 18 milyar to di rasi Hercules. Tentu mendukung metode SNla walau yang dipakai adalah galaksi walau bukan ghalaksi spiral. Pierce menjumpai 3 VC di galaksi NGC 4571 (29/ 09/1994). Dihasilkan H sebesar 85 dengan anggapan jarak gugus galaksinya 15 (H seputar 87 ± 7). Namun ada yang beranggapan jarak galaksinya 21-23 Mpc sedemikian didapat H yang kecil. Sebagian besar H sekitar 80-90 yang menunjukkan alam semesta muda kecil. Yang jadi masalah, umur jagad 7-11 milyar tahun, sedang usia bintang tua 15-18 milyar tahun. Bagaimana bisa ada bintang sebelum lahirnya alam semesta ? freedman yang menemukan VC di galaksi M100 mendapatkan jarak gugus galaksi Virgo sekitar 17 Mpc. Diperoleh H 80+17. Dengan kata lain, usia galaksi 8-11 milyar tahun. Namun freedman pun tak berani menyimpulkan apa-apa, Minimal butuh waktu sekitar 1-2 tahun lagi. Schmidt dan kawan-kawan memakai SN1992AM (SNII) di galaksi di rasi Cetus (galaksinya belum bernama) berjarak 590 juta tc. Diperoleh H sekitar 81,5 Indikasi bahwa alam semesta relatif kecil dan baru berusia 10 milyar tahun saja. Dari hasil di atas jelas pendukung jagad raya berusia muda dan berukuran relatif kecil makin banyak. Tapi bagaimana pengguna SNla seperti sabdage yang menghasilkan H kecil? Keberatan akan hasil di atas adalah dalam penentuan jarak gugus Virgo. Gugus ini sangat luas, dalam arti semua Pierce dan Freedman tidak dijantungnya. Rentang jarak galaksi terdekat (galaksi mereka) dengan yang terjauh di gugus itu amat besar (arah garis pandang). Satu hal disepakati dijantung Virgo tak ada galaksi spiral melainkan galaksi elips M87 dimana VC yang relatif muda tidak dijumpai. Selain itu VC yang relatif dekat tak mencerminkan laju pengembangan alam semesta. Telaah Sandage untuk SNIA dan VC di IC 4182 dan NGC5253 di Virgo menghasilkan H 52+6. Sedang hasil terakhir Freedman adalah Cepheid yang berada di gugus galaksi Formax (beda pandang 180) dengan letak gugus Virgo, namuun Freedman minta waktu 3-4 tahun lagi dan dia yakin memperoleh konstanta Hubble dengan akurasi toleransi 10% Bagaimanapun banyak hasil yang menunjukkan bahwa H makin dekat antara yangkecil dengan yang besar. Apa bisa seluruhnya sepakat pada satu harga, minimal bedanya tidak signifikan? tak tampak terlalu besar dalam perbedaan penentuan usia dan ukuran alam semesta. Rupanya masih dibutuhkan kesabaran luar biasa. (Widya Sawitar/Forra)
