Tipe: Koran
Tanggal: 1994-10-09
Halaman: 06
Konten
HALAMAN VI Misteri Maha Karma Wibhangga Selain menyajikan aneka hidangan Jawa Tengah, acara malam "Lesehan Jawa Tengah" yang berlangsung di Hotel Wisata International belum lama ini, juga menjanjikan tarian Gambyong, dan Gatot Koco & Pergiwo. (Foto: HWI) Masa silam, ternyata tak pernah hilang. Setidaknya, masa silam masih tergambar pada bangu- nan suci bernama Borobudur, yang megah dan agung, yang diperkirakan dibangun oleh Samarotungga, salah seorang raja dari dinasti Syailendra yang menganut agama Bu- dha pada abad ke-9 Masehi, yang pada tahun 1814, berkat usaha Sir Thomas Stamford Raffles dikenal kembali, yang tahun 1834, residen Tampil segar dan "low profile', yang sudah menjadi ciri khas penampilan musisi Jepang, Watanabe yang malam itu mengenakan kemeja biru lengan panjang mengawali konsernya de- ngan membawakan sebuah lagu berirama jazz-fusion berjudul "Round Trip" yang segera disambut hangat pe- nontonnya. Dikawal oleh lima musisi lainnya, Kei Akagi pada key- boards, Jun Kajiwara pada gitar, Tomohito Aoki pada bass, Toshiharu Ishikawa pada drum, dan Steve Thornton pada perkusi, Watanabe dan kelompoknya bermain kompak dan penuh improvisasi, terutama dalam mengembangkan bagian in- terlude setiap lagu yang dibawakannya tanpa harus keluar dari jalur partitur lagu yang tetap dijadikan acuan permainan musiknya. Kemampuan yang dimiliki para personil juga menjadi penunjang utama penampil- an malam itu, harmonisasi, komposisi lagu, pemahaman dan saling pengertian yang baik, menjadikan musik yang mereka sajikan tidak terde- ngar membosankan, walau tidak juga menyuguhkan sesuatu yang baru. Kedu memerintahkan mela- kukan pembersihan di seki- tar candi hingga kelihatan bangunan seluruhnya, yang hingga kini masih menarik perhatian banyak orang dari berbagai negara. Permainan Watanabe yang menawan sebenarnya dapat kita sejajarkan dengan Dave Koz, Eric Marienthal atau Ernie Watts yang juga per- nah tampil di Jakarta, dimana mereka semua membawakan aliran jazz "New Age", musik jazz yang sudah disisipi unsur-unsur musik Menginjak kaki di kom- pleks Candi Borobudur, kita segera menyadari betapa he- batnya Candi Borobudur. Candi Budha terbesar yang dimiliki dan menjadi ke- banggaan bangsa Indonesia ini selalu mengundang keka- Sajian Penuh Harmoni Watanabe kontemporer modern. Pemain saksofon Jepang Sadao Watanabe berhasil memukau para fans yang me- menuhi meja di seputar panggung kedai minum Jazz Blue Note pada hari pertama dari rencana enam hari penampilannya di Jakarta, Senin (26/9) malam. Di atas panggung, Wata- nage yang mengusung saksofon ataupun klarinet tanpa "wireless michro- phone" sesekali ia masih sempat pula menyambar marakas dan memainkannya, terutama saat ia memberi kesempatan pada gitaris Jun Kajiwara, ataupun keybo- ardis Kei Akagi menunjuk- kan permainan solonya. guman. Bagi yang pertama kali menyaksikan, lidah akan berdecak kagum dan heram, "Kok ada manusia bisa bikin bangunan semacam ini". Candi Borobudur meru- pakan bukti keperkasaan le- luhur 12 abad silam, baik dalam bidang kemasyaraka- tan, perekonomian, hukum, kesenian, ataupun kerohani- an dan sebagainya. Tidaklah mungkin bangsa yang loyo dan lembik mampu menum- puk batu-batu besar 15.000 1 Februari 1933 di Utso- nomiya, 90 mil utara Tokyo, adalah anak kedua dari lima bersaudara. Ia mulai bermain musik saat berusia 15 tahun. Diilhami film "Birth of the Blues" di mana Bing Crosby berperan sebagai pe- main klarinet, Watanabe mulai mencoba belajar memainkan alat tersebut se- cara otodidak sampai ia menyelesaikan SMA-nya. Pada masa ini ia memutuskan Komposisi lagu yang dibawakan pada malam itu, sebagian besar diambil dari album hits lamanya seperti Round Trip (1971), Orange Express (1981) atau Elis (1988) dengan perbedaan hanya pada pemusik pen- segala kepiawaian mereka dukungnya, yang dengan mengimprove setiap lagu de- ngan irama dan nada yang tidak rumit dan tidak terlalu menyimpang dari not-not da- lam partitur yang mereka jadikan patokan, dan yang pasti tetap enak didengar. Pada 1962, Watanabe 1 belajar di sekolah musik di Boston, dan selama tiga ta- hun diperantauan ia sudah Dalam siaran pers yang banyak bermain ber sama diberikan penyelenggara, musisi-musisi ternama, se- komposisi lagu yang demi-perti Chico Hamilton, dan McFarland's. Nama yang musisi dari kelompok Gary terakhir ini memberi pe- ngaruh besar dalam pem- bentukan warna musik Watanabe, terutama dengan irama sambanya yang lem- but. kian itu memang diakui Watanabe banyak diilhami oleh perjalanannya berke- liling ke berbagai negara di- mana ia selalu mendengarkan irama dan musik yang berbeda. Kemudian irama tersebut ia padukan dengan kreativitas daya ciptanya se- hingga menghasilkan musik sebagai suatu kesatuan ba- hasa universal yang indah. Dalam sesi pertama yang berlangsung sekitar satu jam lebih itu akhirnya Watanabe menyudahi penampilannya yang sarat dengan harmo- nisasi dan "keindahan" itu pada lagu ketujuh berjudul "Seventh High" yang sekali lagi disambut applaus penonton. Tetapi mereka sepertinya sungkan untuk meminta lagu tambahan. Watanabe yang dilahirkan berkarir secara profesional di dunia musik, dan hijrah ke Tokyo. patkan pada 1953, saat ia Peluang pertama ia da- diminta bermain saksofon dalam sebuah grup bernama "Cozy Quartet" yang di- pimpin oleh seorang pianis, Tashiko Akiyoshi, pemimpin salah satu big band jazz papan atas saat itu. meter kubik dengan jumlah dua juta bongkah batu besar yang tersusun menurutkan suatu konsep kepercayaan Perjalanan karir Watanabe selanjutnya semakin mem- berikan harapan padanya, ia terus bermain di panggung- panggung festival seperti di International Jazz Festival, Newport Jazz Festival, ataupun Montreux Jazz Fes- tival pada 1970. Pada 1971 Watanabe meraih penghargaan Grand Award pada Art Festival yang disponsori pemerintah Je- pang untuk konsernya yang ia namai "Sadao Watanabe Recital," Dalam tahun yang sama ia merilis ''Round Trip, sezaman. Candi Borobudur memang prestasi leluhur yang sung- guh mengagumkan. Lewat ungkapan-ungkapan relief yang terpahat di hampir se- tiap tingkatan, yang jumlah seluruhnya 1.460 panil, mo- numen agung agama Budha ini banyak menyajikan ber- bagai data yang kemudian Collaboration" yang sempat dijadikan nomor pembuka dalam penampilannya di Jakarta. Pada 1970-an lah Wata- nabe mulai memainkan musiknya yang lebih cende- rung ngepop dengan irama fusion. Pada masa itu fusion masih dianggap cukup unik. Saat ia memperdengarkan musiknya itu dihadapan para fans tidak terkecuali di hadapan publik Amerika Se- rikat negara yang terkenal selalu dinamis perkem- bangan dunia musiknya, sambutan hangat segera ia dapatkan. Setelah itu meluncurlah al- bum-album hits Watanabe antara lain "My Dear Life" (1977) yang dikerjakan bernama Lee Ritenour & The Gentle Thoughts, "Califor- nia Shower" (1978) dengan Dave Grusin serta Lee Ri- tenour, dan "Morning Is- land" (1979) dengan Dave Gruisin. "Coast to Coast US Tour" pada 1981 semakin melam- bungkan namanya. Di tahun yang sama Watanabe mele- pas album yang ia kerjakan bersama pianis Dave Gruisin di New York, bertitel "Or- ange Express". "Fill Up the Night' yang diproduksi oleh Ralph MachDonald dengan label Warner Pioneer adalah al- bum terlaris pada 1983 di Jepang dan AS. Lagu ter- sebut sempat menduduki tangga teratas pada Jazz Chart of Radio & Records. SENI MacDonald juga mempro- duksi album Rendevouz yang merupakan hasil kerjasama Watanabe dengan Robert Flack. Album ini sempat menduduki tempat ke dua dalam US Billboard Jazz Charts. (Mosista Pambudi).- berwujud artikel, buku, skripsi, disertasi dan masih banyak lagi jasa candi ini bagi dunia pengetahuan. Te- tapi semakin banyak dibin- cangkan, Candi Borobudur semakin menampilkan sejuta misteri yang memancing ma- nusia mengungkapkan. Salah misteri dibalik ke- megahan Candi Borobudur yang merangsang untuk dipe- lajari, adalah tentang adanya sederetan relief yang terdapat pada kaki Candi Borobudur, Nasib malang orang-orang kelas bawah seperti sopir, tukang bakso, tukang becak dan buruh atau pegawai kecil sering dijadikan sumber inspirasi penulisan prosa fik- tif bagi kebanyakan pe- ngarang, entah itu pengarang berkaliber dunia macam Anton Chekov atau penga- rang yang baru memulai karirnya di bidang penulisan fiksi. yang ditafsirkan sebagai re- lief Karma Wibhangga. Sampai saat ini relief Kar- ma Wibhangga yang terdiri dari seratus enam puluh panil itu tetap terkubur lapisan batu yang cukup tebal. Tapi ada beberapa panil relief Karma Wibhangga pada sisi teng- gara kaki Candi Borobudur yang dapat kita saksikan. Itupun karena kecerobohan bangsa Jepang yang merasa penasaran atas cerita tentang adanya relief Karma Wi- Salah satu fiksi dalam "gente" cerita pendek yang bertemakan kehidupan rakyat bawahan yang bernasib ma- lang adalah gubahan pe- ngarang Rusia Anton Chekov yang berjudul "Matinya Seorang Pegawai Kecil". Dalam kisah yang sangat monumental dan diterje- mahkan ke dalam puluhan bahasa itu, Chekov mence- ritakan nasib tragis yang menimpa seorang pegawai negeri rendahan. Pegawai negeri rendahan itu mati mendadak karena dibentak oleh seorang jen- deral. Kisahnya dimulai ketika sang pegawai nonton opera. Di luar kesengaja- annya, pegawai itu bersih lalu ingusnya mengenai kepala sang jenderal yang duduk tepat di depan pegawai ma- bhangga dan pada tahun 1942 mencoba membongkar batu- batu yang menutupi kaki candi untuk dapat mengintif, tanpa mampu menutupnya kembali sampai sekarang. Adanya relief Mahakarma Wibhangga yang terkubur pada kaki Candi Borobudur mungkin hanya menjadi do- ngeng, kalau Kasijen Cephas pelopor fotografi Indonesia, pada tahun 1890 tidak mem- buat dokumentasi foto se- luruh relief Karma Wibhang- ga. Di sini terasa benar jasa Kasijan Cephas. Relief Mahakarma Wi- bhangga ditemukan oleh Ir. Ijzerman, ketua perkumpu- lan swasta "Acheologische vereeniging" secara tidak sengaja pada tahun 1885. Putu Wijaya berkisah tentang orang orang miskin. Konon, relief itu terkubur oleh lapisan batu sekitar 13.000 meter kubik, sengaja disusun oleh nenek moyang kita, sehingga relief yang bagus pahatannya itu tidak bisa dilihat orang sampai sekarang. Lalu, tentu saja timbul tan- da tanya diantara kita, ter- lebih-lebih di kalangan para ahli arkeologi, mengapa re- lief Karma Wibhangga itu harus ditutup dengan lapisan batu? Bukankah langkah itu seolah tidak menghargai para seniman yang telah bersusah payah menggarap relief itu? Dengan berbagai peneli- tian dan dugaan maka dike- mukakan dua alasan. Menu- rut para sarjana, alasan per- tama adalah alasan teknis. Secara teknis batu-batu yang disusun menutupi dinding selasar yang ada relief Karma Wibhangga itu memang di- maksudkan untuk memper- kuat selasar tersebut. Atau paling tidak ada usaha pre- ventif akibat kekhawatiran kemungkinan timbulnya ke- goyahan bangunan candi. Menurut penelitian pada waktu diadakan pemugaran, sebagai bukit Candi Borobu- dur ternyata dibentuk dengan cara mengurug (menimbun). Artinya sebagian adaah me- rupakan tanah bukit asli, se- dangkan sebagian lainnya merupakan lapisan buatan. Apabila turun hujan air akan merembes melalui sela-sela batu dan sampai pada tanah urugan. Tanah urugan menjadi gembur dan lunak sehingga lang itu. Pegawai itu lalu menyem- bah-nyembah minta maaf. Jenderal itu memaafkan, na- mun pegawai itu belum lega hatinya. Dia lalu mendatangi rumah sang jenderal dan berulang kali meminta maaf atas kelalaiannya. Oleh karena merasa risih diganggu terus-menerus oleh perbuatan tolol itu, sang jenderal pun membentak pegawai kecil itu....... dan matilah rakyat kecil bernasib sial itu karena ketakutan yang memuncak. Tak jauh berbeda dengan kisah Chekov di atas, 65 buah cerita pendek karya Putu Wi- jaya yang terkumpul dalam "Protes" yang diterbitkan Pustaka Utama Grafiti, 1994, sebagian besar juga berkisah tentang orang-orang kecil yang bernasib malang. Buku kumpulan cerpen setebal 314 halaman itu agak- nya juga dapat dipandang sebagai penegasan Putu Wi- jaya mengenai konsep atau hakikat sebuah cerita pendek. Dalam pandangan seniman kelahiran Tabanan Bali se- tengah abad silam itu, cerpen haruslah berbicara langsung ke inti masalah. YUDHA MINGGU, 9 OKTOBER 1994 Unsur Humor Getir "Protes" Putu Wijaya dung humor, hampir semua cerpen Putu bernada kocak. Namun, berbeda dengan kebanyakan jenis humor, entah humor ala sufi atau hu- mor mati ketawa cara Rusia, humor dalam cerpen Putu yang agaknya bisa diisti- lahkan sebagai "mati ketawa cara Putu Wijaya" - mem- bersihkan kegetiran serta adsurditas atau irasionalitas hidup sehari-hari. Dengan berbicara langsung ke inti masalah dan disertai oleh unsur-unsur tamsil, hu- mor, perumpamaan dan pe- kabaran yang memukau, me- nurut bekas dosen dan sut- radara tamu pada Universitas Wisconsin AS itu, cerpen dapat melancarkan teror terhadap pembacanya. Karena kredo atau pan- dangan kreatifnya tentang cerpen sebagai cerita yang berbicara langsung ke inti masalah, maka rata-rata cerpen Putu Wijaya pendek- pendek, tak lebih dari 2.000 katasehingga tidak melelah- kan pembacanya. Sebagai prosais yang yakin bahwa cerpen harus mengan- tidak kuat menahan beban berat dari atas. Akibatnya be- berapa dinding selasar meng- alami kemiringan, sedang- kan dinding selasar pertama yang ada relief Karma Wi- bhangga justru tidak meng- alami kemiringan sebab tertahan oleh penutup su- sunan batu yang tebal. Sedang alasan kedua ada- lah soal moral. Seperti dike- tahui bahwa relief Karma Wibhangga banyak meng- gambarkan adegan-adegan yang dianggap bisa mempe- ngaruhi dan menggoncang- kan bagi siapa yang menon- tonnya. Disitu memang tergambar adegan-adegan yang seram, tentang perbuatan jahat ma- nusia seperti perang, mem- bunuh, merampok, menga- niaya, berbuat serong (sex), dan siksaan-siksaan terhadap mereka di neraka, seperti tu- buh direbus, dibakar, diinjak gajah, dihimpit gunung dan sebagainya, yang tidak lain merupakan gambaran sebab akibat mengapa seseorang mendapatkan siksaan. Namun bila dilihat lebih lanjut, ternyata dari adegan- adegan yang lain banyak juga mencerminkan kehidupan sehari-hari, seperti gambaran kebajikan dari orang kayaa yang memberi sedekah ke- pada fakir miskin, pemberian hadiah kepada pelayan, pem- berian nasehat, memberikan pertolongan kepada orang- orang yang sakit, memupuk kebajikan dan sebagainya. Bahkan juga terdapa adegan- adegan yang menggambar- kan suasana surga. Jadi, pe- nafsiran soal moral itu, ak- hirnya digugurkan. Penafsi- ran yang selama ini dipegang teguh, ialah karena adanya kesalahan teknis pada waktu pembangunan fisik. Apakah ni benar, para ahli masih harus membuktikan. Pada dasarnya seluruh re- lief yang dipahatkan dalam kaki "tertutup" Candi Bo- robudur itu dibuat berda- sarkan kitab Mahakarma Wibhangga. Kitab ini berisi ajaran tentang konsep "kar- ma", yang menyangkut akan keseimbangan perbuatan ma- nusia yang baik dan buruk sepanjang hidupnya. Kese- imbangan tersebut akan mempengaruhi siklus dari kehidupan seseorang, sesu- Cerpen Putu paling repre- sentatif untuk menggambar- kan humor getir yang absur antara lain berjudul "Tolol". Kisah "Tolol" diawali de- ngan "lead" berikut: "Jen- nifer Beals yang memiliki senyum membunuh itu, da- tang ke Gunung Kidul, untuk melamar seorang petani. Dia meninggalkan Hollywood, walaupun filmnya yang ber- judul 'Flashdance' meledak di seluruh dunia, menyerah- kan duit, membuat ia jadi pujaan para muda. dilamar Sang petani yang itu bernama Satimo. Ternyata Satimo, di luar perkiraan pembaca, menolak lamaran bule jelita yang pengagum kepolosan dan kejujuran warga Gunung Kidul itu. Saat Pak Lurah meyakin- kan Satimo tentang keberun- tungan yang akan diperoleh- nya setelah kawin dengan si bule, petani Gunung Kidul itu menjawab, "Tapi kam- bing-kambing saya bagaima- na Pak Lurah?"* - Meskipun mulanya meno- lak, pada akhirnya hati Satimo dapat diyakinkan oleh warga desa bahwa sungguh bodoh jika ada orang yang menampik lamaran bintang film Hollywood. Seketika itu juga Satimo mengemasi pa- kaiannya. Dengan mengena- kan peci dan baju lurik, petani desa itu hengkang ke Jakarta dan langsung menuju Ban- dara Cengkareng. Ketika nyelonong masuk dah ia mati dan berinkarnasi, lahir kembali pada tahap kehidupan berikutnya. Apa- bila perilaku selagi hidupnya lebih banyak berbuat dosa, maka ia akan menitis kembali sebagai binatang. Meskipun relief Karma Wibhangga telah ditutupi dari pandangan, namun se- sungguhnya banyak sekali "informasi tentang masa lalu yang dikandungnya. Me- nurut para sarjana, gambaran yang dipahatkan pada relief Karma Wibhangga diperoleh dari kenyataan hidup sehari- hari masyarakat Jawa abad VII-X Masehi. Bahkan para sarjana telah membuktikan banyak gambaran pada re- lief itu masih relefan dengan masyarakat Jawa sekarang. kenyataan hidup sehari-hari Sebagai obyek penelitian bu- Wibhangga memang me- daya masa lalu, relief Karma nyimpan begitu banyak info- rmasi. Informasi-Informasi kungan alam, bentuk pakaian tentang fauna dan flora, ling- dan status sosial, alat musik, alat upacara, jenis-jenis alat transportasi, arsitektur ba- ngunan, peranan wanita, sen- jata, teknologi dan kearifan masyarakat Jawa terhadap lingkungan, dan sebagainya. Hal lain yang menarik ada- lah bahwa berdasarkan penelitian para sarjana, di- ketahui bahwa relief Karma Wibhangga di Candi Boro- budur ternyata tidak persis sama dengan naskah Karma Wibhangga yang pernah ditemukan di Nepal. Padahal mestinya keduanya bersum- ber dari satu kitab India yang sama. Masalah ini ternyata masih sulit untuk dijawab. Karma Wibhangga memang. masing tetap tinggal dalam misteri sejak ribuan tahun silam, dan tidak semua o- rang bernasib baik dapat melihatnya. Namun rasa ingin tahu untuk memecah- kan misteri Karma Wibhang- ga toh tidak pernah hilang. Barangkali Anda termasuk salah seorang yang kelak mampu mengungkapkan misteri itu. (Puji Astuti) pintu untuk naik pesawat terbang Satimo ditangkap petugas. Waktu ditanya hen- dak kemana, ia menjawab dengan yakin. "Saya mau ke Holiwood untuk menikah dengan Ibu Jeniper Bill." Semua orang terbahak- bahak. Ada juga yang terken- cing-kencing karena tidak dapat menahan rasa gelinya, melihat kok ada ketololan sedahsyat itu. Humor getir yang bercerita nasib malang orang kecil juga tersaji dalam cerpen "Pen- curi". Alkisah, ada seorang tetangga yang arif bijaksana yang dikenal oleh senatero warga kampung. Seorang maling lalu mencuri secara ceroboh harta orang arif bijaksana tersebut. Menurut pertimbangan sang pencuri, kalau tindakannya itu nanti diketahui oleh si arif bijak- * sana tersebut, paling-paling pencurinya akan dilepaskan. Ternyata, perbuatan pen- curi itu diketahui oleh orang lain. Sang pencuri ditangkap dan dipukuli ramai-ramai hingga babak belur. Orang- orang pun lalu membawa pencuri yang hampir mati itu ke hadapan orang arif bijak- sana tersebut. Setelah didudukkan di atas kursi, pencuri itu diberi wejangan yang konyol, naif, lucu dan absurd secara pan- jang lebar oleh orang arif itu. Beberapa petikan wejangan itu berbunyi sebagai berikut: "Lain kali 'mbok' tentu- kan dulu sebelumnya supaya jangan membingungkan kita. Anda ini mau mencuri atau merampok. Kalau mau men- curi, tapi kurang tahu bagai- mana caranya, ya nanti kita bantu sebisa-bisanya. Ya 'kan?" (Mulyo Sunyoto). .
