Tipe: Koran
Tanggal: 1997-04-18
Halaman: 04
Konten
Jumat, 18 April 1997 Penerbit Pemimpin Umum/Pendiri Wakil Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Wakil Pemimpin Perusahaan Managing Editor Sekretaris Redaksi Redaktur Anggota Redaksi Terbit Tarip Iklan Alamat Telepon Perwakilan Jakarta Perwakilan Banda Aceh SIUPP Dicetak Oleh analisa Yayasan SIKAP PRESS. Harta Susanto. Supandi Kusuma. H. Soffyan. H. Ali Soekardi. Joeli Salim. Paulus M. Tjukrono. H. War Djamil. H. Amir Siregar, H. Kaharudin, H. Bahari Effendy, H. Naswan Effendi, Usman Alie, H. War Djamil, Mulyadi Franseda, H. Ismail Lubis, H. Basyir Ahzar, Buoy Harjo, Agus Salim, H. Azmi Majid (foto). M. Hatta Lubis, Mac. Reyadi MS, Budiman Tanjat, A. Rivai Siregar, Hasan Basri Ns, Timbul O. Simarmata, Johan Jambak, Ismugiman, Idris Pasaribu, M. Sulaiman, Ali Sati Nasution, Samil Chandra, M. Nur, Hermansyah, Aswadi, Faisal Fardede, Kwa Tjen Siung. Hendar Tusmin, Anthony Limtan. Seminggu 7 kali. Rp. 4.500,- per mm/kolom (umum). Rp. 3.000,- per mm/kolom (keluarga). 43 Medan. Jalan Jend. A. Yani No. 35- Kotak Pos: 1481. Telex No.: 51326 ANALIS IA. Fax: (061)- 514031, Telegram: ANALISA MDN. Redaksi: 556655 (2 saluran)/511256. Tata Usaha: 554711 (3 saluran)/513554. Frans Tandun, Jln. K.H. Hasyim Ashari. No. 43-A Jak. Pusat Tel. 3446609/3844339/3453912 Fax.: (021) 363388. H. Harun Keuchik Leumiek Jalan Tgk. Cik Ditiro 106 Tel. (0651) - 23839. Fax: (0651) 23839. SK. Menpen No. 023/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1985. Tanggal 24 Desember 1985, P.T. KUMANGO Medan (Isi di luar tanggung jawab pencetak). Tajukrencana Ibadah Haji, Qurban dan Pembinaan Diri TIADA ucapan lain, kecuali dengan rasa syukur memuji kebesaran Allah SWT, karena pada hari ini kita dapat merayakan Idul Adha dengan segala rangkaian ibadah yang menyertainya. Dalam aneka kesibukan dunia sehari-hari, datangnya hari raya Idul Adha justru memberi sejumlah nilai positif bagi tiap pribadi muslim yang menghayatinya. Ibadah haji merupakan ibadah yang menandai kehadiran Idul Adha. Meski sebagai ibadah fisik yang tergolong besar dan berat namun jutaan jamaah dari berbagai negara berniat dan datang ke tanah suci. Mengapa mereka datang? Jawabnya singkat: Karena ingin memenuhi perintah Allah SWT yang tertuang dalam Rukun Islam yang ke-5. Betapa indahnya jalinan persaudaraan yang lahir dan tum- buh di kalangan jamaah dari berbagai penjuru dunia, hingga mereka menyelesaikan semua rukun dan wajib haji. Ummat Islam di dunia memang bersaudara yang antara lain terlihat dari rasa kebersamaan dan saling membantu selama berada di tanah suci. Rangkaian ibadah lain adalah berqurban. Mengkilasbalik apa yang terjadi antara Nabi Ibrahim dengan puteranya Ismail sehingga ummat Islam yang mampu dianjurkan untuk berqur- ban hewan, merupakan sikap dari ketaqwaan hamba kepada khaliknya. Tiada apapun yang sampai kepada Allah SWT dari hewan qurban itu kecuali ketaqwaan. Dari ibadah haji dan qurban itu saja terlihat betapa nilai- nilai positif dalam rangka pembinaan diri bagi setiap ummat Islam untuk terus menerus meningkatkan ketaqwaan melalui ibadah ibadah yang memang mampu dilakukan. Sebab, perin- tah Allah SWT melalui apa yang termaktub dalam ajaran agama yang tertuang dalam kitab suci Al Qur'an, sesungguhnya tiada hal yang memberatkan ummat atau penganut ajaran tersebut. Kalau kaum muslimin dan muslimat mampu melaksanakan ibadah haji dan/atau dapat berqurban, agaknya hal terpenting setelah hari-hari itu berlalu, hikmah yang dipetik tetap dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu senantiasa berupaya bersikap sabar termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Artinya, dalam pembinaan diri, hendaknya kita mampu mengendalikan diri. Jika hal ini dapat diterapkan, stabilitas nasional dalam bidang keamanan tetap terpelihara, sebab masyarakat mampu mengendalikan diri, tidak terpanc- ing emosi dan hasutan. Selain itu melipatgandakan ibadah setiap waktu. Persatuan dan kesatuan makin dapat dikembangkan, karena sekembali dari tanah suci, jalinan persaudaraan sesama muslim diperluas dengan persaudaraan dalam lingkungan bangsa. Begitu pula dalam berqurban. Ikhlas dan siap memberi ban- tuan kepada pihak lain yang membutuhkan, sebab daging hewan qurban dibagi-bagikan kepada fakir miskin dan lain-lain sebagai pertanda peduli kepada golongan yang kurang mampu. Adalah hal yang menarik karena Idul Adha 1417 ini berada dalam suasana bangsa Indonesia menjelang masa kampanye dan Pemilu 1997. Sebagai pelaksanaan demokrasi, adalah wajar jika kita ikut menyukseskannya. Dari sisi lain tetap menjaga jalinan persaudaraan. Jangan dalam masa kampanye atau pemilu nanti, terjadi keretakan dalam persatuan dan kesatuan bangsa. Per- saudaraan yang sudah kita bina dengan susah payah patut dipertahankan. Kita boleh berbeda pendapat, tetapi perbedaan itu jangan sampai merusak persaudaraan, persatuan serta kesatuan bangsa. Hanya dengan kemampuan mengendalikan diri, kita dapat menjaga hal ini melalui apa yang sangat kita kenal yakni ukhuwah Islamiyah. Mari kita melihat apa yang terjadi di Mas- jidil Haram Makkah, aliran atau faham mazhab semuanya tetap berlaku dan tidak dipermasalahkan. Hal terpenting, semua melakukan ibadah secara maksimal dan meningkatkan ketaqwaan. GUNA menghormati Hari Raya Iduladha 1417 H yang jatuh pada hari Jumat (18/4), seluruh usaha hiburan di kota Medan "di anjurkan" tidak menyelenggara kan kegiatannya. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) hendaknya kita mampu memetik hikmah yang lebih luas dari ibadah yang dilakukan. Berqurban misalnya, bukan hanya sekedar penyembelihan hewan. Tetapi lebih dari itu, dipetik kepatuhan melaksanakan perintah Allah SWT dan dari sisi lain kepatuhan anak terhadap orangtua serta tetap berbagi rasa dengan kaum fakir miskin. Mari kita terus membina diri melalui antara lain dengan ibadah haji dan berqurban. Keserakahan di dunia terutama dalam mengejar harta, pangkat, popularitas dan sebagainya, tidak kekal dibawa mati. Keseimbangan dalam mengejar kebutuhan dunia dan kepentingan di akhirat harus menjadi perhatian. Dari ibadah haji, berpuasa sunat dan pelaksanaan qurban, mari ummat Islam meningkatkan keimanan dan ke taqwaan serta beraktivitas sebagai rakyat dalam suatu pemerin- tahan di dunia. Selamat Hariraya Idul Adha 1417 H. Surat Pembach. pantas, jika pada hari yang mu- lia itu berbagai pertunjukan yang Sebaiknya Langsung Dilarang, Bukan Sekedar kurang sesuai dan kurang serasi Anjuran dengan semangat keberagamaan dibiarkan membuka usahanya. Para pengusaha panti pijat, mandi uap, klab malam, diskotik, bar, pub dan keraoke supaya ti- dak menyelenggarakan kegiatan mulai hari Kamis (17/4) mulai jam 18.00 WIB, serta hari Jumat (18/4) sehari penuh. Hal ini dike- mukakan oleh Kadis Pariwisata Kotamadya Medan Drs.H.Teng- ku Basyrul Kamal. Anjuran ini memang sangat tepat. Karena bagaimana pun ju- ga Hari Raya Iduladha atau Ha- ri Raya Haji/Qurban merupakan hari suci dan mulia yang harus di- hormati semua pihak di dalam masyarakat, terutama yang mus- lim, tetapi juga yang nonmuslim. Hal ini sesuai dengan hakikat kita hidup berbangsa yang berlan- daskan Pancasila, saling rukun dan menghormati dalam kehidup an beragama. Lagi pula tidaklah Nama dan alamat harus jelas Sertakan Fotokopi KTP Hanya saja menurut hemat ki- ta, sebaiknya larangan tersebut ti- dak hanya sekedar anjuran, teta- pi benar-benar larangan. Artinya pada hari raya tersebut, perusa- haan atau tempat-tempat hiburan itu harus tutup buat sementara, ti- dak dibenarkan untuk beroperasi. Sebab kalau terbatas sekedar anjuran (atau juga himbauan), hal itu tidak mengikat. Karena se- kedar anjuran, boleh dipatuhi bo- leh juga tidak. Tidak ada sanksi hukumnya. Tetapi jika "tidak di- benarkan" atau "dilarang", ten- tu ada sanksinya. Begitupun kita lihatlah, apa- kah anjuran tersebut dipatuhi oleh para pengusaha rumah hibur an tersebut, atau dianggap sepe- le. Tetapi yang diharapkan para pengusaha itu mematuhinya de- ngan baik. Bukankah mereka ju- • ga warga Indonesia yang ber-Pan casila dan saling rukun dan hormat-menghormati dalam kehi- dupan antarumat beragama. RIDWAN DAULAY Jalan Bhayangkara Medan 00000 Relevansi Pembangunan Agama dengan Membangun Sumber Insani yang Berkualitas Oleh: Mohd. Saleh Sitompul NEGARA Kesatuan Republik Indonesia yang jumlah pendu duknya besar dan dikenal sebagai bangsa yang religius serta berbu daya tinggi. Telah menjadikan ke imanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai asas pertama dan sekaligus men- jadi landasan spritual, moral, dan etik dalam pembangunan nasio nal. - Hal mana mengalir dan bersum ber dari Pancasila dan UUD 1945 yang menegaskan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang oleh karenanya pula, Garis-Garis Besar Haluan Negara menempatkan pemba ngunan agama sebagai salah satu modal dasar pembangunan bang sa. Masyarakat Indonesia memang memiliki beraneka ragam suku dengan tradisi dan adat istiadat nya masing-masing. Serta meng anut berbagai macam agama, namun semuanya dapat hidup me nyatu dan bersatu padu dalam sua sana rukun dan damai. Kondisi ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang senantiasa men dapatkan perhatian yang menarik dari bangsa-bangsa lainnya. Hal itu pun dapat terwujud, karena adat budaya bangsa In donesia yang memiliki nilai-nilai toleransi, empati, dan sinergi yang besar. Karena budaya bangsa yang dinamis, yang telah berkembang sepanjang sejarah bangsa yang bercirikan kebhinekaan dan ke ekaan bangsa, tentunya merupa kan potensi dan kekuatan efektif bangsa. Melalui pembangunan bidang agama yang dilakukan secara terus menerus, diharapkan sema kin dapat meningkatkan kadar ke imanan dan ketaqwaan ummat beragama, yang sangat berman- faat bagi kehidupan kemasyara katan, kebangsaan dan kenegara an, maupun dalam rangka mem perkukuh landasan spritual, moral dan etik bagi pembangun an manusia Indonesia seutuhnya, sebagai wujud nyata pengamalan Pancasila. PADA 9 Dzulhijjah sehari se- belum ketibaan Hari Raya Idul Adha, umat Islam dari seluruh dunia yang sedang menunaikan ibadah haji melaksanakan wukuf di Arafah, suatu padang yang luas dan panasnya menyengat. Mereka mengenakan ihram, beru- pa dua helai kain putih yang ti- dak berjahit dengan menguman- dangkan do'a talbiyah. Suara menggelegar ke angkasa, namun menyentak ke dalam hati masing- masing umat dalam kepasrahan yang tulus kepada Ilahi Rabbi. Wukuf di Arafah, mabit dan Al- + "Aku sambut panggilan-Mu, ya Allah. Aku sambut panggilan- Mu, ya Allah. Aku sambut panggilan-Mu, ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu, ya Allah. Aku melempar jumrah di Mina meru- sambut panggilan-Mu, ya pakan kesatuan do'a dan gerak lah. Sesungguhnya segala puji jamaah yang menakjubkan, rang- kaian perjalanan suci. Puncak pe- laksanaan haji itu menggerakkan kesatuan hati dan iman umat se- dunia. Bukan saja mereka yang tengah berada di Makkah Al- Mukarammah tetapi juga di ber- bagai pelosok negara di dunia ini dalam suatu kesatuan jamaah. dan nikmat, serta seluruh kekua- saan milik-Mu sendiri. Tiada se- kutu bagi-Mu". Suara yang keluar dari bibir- bibir insan, tanpa memandang ia berkulit kuning dari Asia Timur Jauh, hitam dari Afrika, putih dari Eropa berat, kemerah-me- rahan campuran Asia dengan Eropa Tengah atau pun dari da- ratan Amerika, berkulit coklat dan sawo matang dari Asia Bela- kang mau pun Asia Tenggara. Tidak bisa dibedakan. apakah ia kepala negara, raja atau ratu, jenderal, panglima perang, peja- bat atau pun rakyat kebanyakan. Semua sama. Kesemuanya mele- paskan status sosial, posisi, pang- kat atau jabatan. Sebagai manu- sia, mereka hendak memperlihat- TULISAN ini berbicara ten- tang haji dari seorang yang belum pernah menginjakkan kakinya ditanah dimana bangunan suci ka'bah berdiri, paling-paling hanya baru mendengar tuturan orang yang baru pulang dari sana mengerjakan haji - dan mem- baca buku tentang discourse haji. Oleh karena itu, agar pembaca mafhum adanya, jika tulisan ini terkesan kurang dalam hal referensinya. Niatan untuk go to Mekkah, sudah lama 'ada' tapi panggilan dan dana untuk kesana belum ada, sehinga niat tinggal niat, hanya do'alah yang paling dapat nyampe ke sana. Alhamdulillah Islam adalah agama yang sangat mudah dimana pemeluknya tidak dipaksa (la ikraha fid din), sehingga Islam terkenal dengan fleksibelitasnya menciptakan 'ruang-ruang' untuk berijtihad bagi pemeluknya. WUJUD INSAN PEM- BANGUNAN SEUTUHNYA Perjalanan pembangunan bangsa yang kini tengah berada di awal tahun kelima Repelita VI, yang merupakan periode pendahu luan PJP II. Sehubungan dengan kondisi umum yang akan diha dapi oleh bangsa Indonesia agar keberhasilan yang telah dicapai pada PJP I dapat terus ditingkat kan dalam segenap aspek kehidup an bangsa, sehingga dengan demi kian pada masa PJP II ini dapat meletakkan landasan yang cukup kuat untuk mencapai momentum bagi proses tinggal landas. Tantangan yang mendasar yang harus dituntaskan, ialah bagai mana agar mampu dan benar- benar memiliki kesiapan yang memadai untuk menghadapi masa depan kehidupan dan kesi nambungan pembangunan nasio nal di abad XXI yang akan datang. Yang tentunya sangat membutuhkan manusia-manusia pembangunan yang berkualifikasi sumber insansi pembangunan yang berkualitas tinggi. Yang kelak mampu berkompetisi dan sekaligus bekerjasama di arena percaturan global. Identitas insan pembangunan yang berkualitas, paling tidak memenuhi lima kriteria. Pertama, memiliki kemahiran, kecerdasan dan keterampilan yang prima. Bila kita tidak bisa berdiri, bisa duduk, bila juga tidak sanggup bisa berbaring, kalau juga tidak bisa silahkan melakukan hubungan dengan Allah hanya dengan kejapan mata. Ini bila kita kurang sehat untuk melaksanakan shalat, di sini nam- pak bahwa Islam tidak memaksa untuk "berkomunikasi" dengan sang Khalik harus berdiri dengan gagah tetapi kalau tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan kemampuan yang ada. Maka haji tidak demikian, kalau kesehatan tidak mengi- jinkan, apa boleh buat, toh kita tidak perlu menyusahkan orang lain untuk kekhusu'an ibadahnya. Terus terang karena itu, Islam juga tidak memaksakan agar pemeluknya untuk "wajib" haji, akan tetapi ada hal yang harus menjadi syarat-syarat dimana orang tersebut mengenai kewajiban untuk mengerjakan kan fithrahnya sebagai insan yang dhaif, menanggalkan baju kebe- saran duniawi. ✰✰✰ PADA Hari Raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah, manakala jutaan umat Islam dari berbagai penju- ru dunia tengah bergelut pada ti- tik kulminasi pelaksanaan haji di Tanah Suci. Makkah Al-Muka- rammah. Umat Islam di tanah air, juga di beberapa negara lain- nya berkumpul di setiap tempat untuk melaksanakan shalat Idul Adha. Pada Hari Raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah, umat Islam dipe- rintahkan untuk menyembelih he- wan sebagai qurban. Juga pada hari-hari tasyrik, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Penyembelihan he- wan sebagai qurban, tidak terba- tas pada hari Raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah. Tetapi juga pada ha- ri tasyrik. Jadi pengertiannya, se- tiap hewan sebagai qurban harus disembelih semua. Penulis membaca risalah kar- ANALISA Kedua, kekokohan mental-spri tual serta akhlak yang tinggi. Ke tiga, mantapnya wasan kebar saan dan semangat nasionalisme nya yang peduli dengan kondisi bangsanya. memperkenankan panggilan itu, sehingga ia termasuk dalam kategori (ma'lumun minad-din bid-dharurat) pengetahuan pada tingkat aksioma. Tidak ada alasan untuk berujar : "saya tidak tahu" atau "saya belum dapat panggilan" karena semua orang sudah mendapat panggilan itu, hanya saja karekteristik orang yang menerima panggilan itu bermacam-macam. Keempat, memiliki fisik yang segar dan kesemaptaan jasmani nya. Dan kelima, tetap konsisten mempertahankan kepribadian yang luhur walau berhadapan dengan infiltrasi budaya asing yang bertentangan dengan budaya bangsa. Ada yang langsung menjawab- nya dengan lafadz-lafadz talbiyah yang disandungkannya pada saat mengerjakan ibadah haji, dan ada panggilan tersebut pada hal ia yang pura-pura tidak mendengar, punya kemampuan untuk pergi ke tanah suci. Dan ada juga yang hanya menyahut, tapi belum sanggup untuk pergi ke sana Maha Besar Allah dengan segala keagungannya, dimana ayat yang mewajibkan untuk ha- ji sudah tertera dalam surat Ali Imran ayat 97: "Lillahi ala nasi Hanya pribadi yang memiliki jatidiri yang berkualitas seperti itulah yang akan mampu mencari, merebut, dan menciptakan serta memanfaatkan berbagai peluang di tengah-tengah semakin kritis dan kompleksnya permasalahan dan tantangan di masa depan. Oleh karenanya, pembangunan melalui pendekatan keagamaan sangat diperioritaskan oleh se mua pihak. Apalagi di dalam rangka pembentukan sumber in- sani pembangunan yang berkuali tas, yaitu manusia Indonesia yang utuh dan paripurna. Kemajuan fisik-material pada diri seseorang atau masyarakat, yang tidak diimbangi oleh keung gulan mental-spritualnya, hanya akan menciptakan suasana kehi dupan yang hampa, kering, dan mudah dilanda kejenuhan. Hal ini tidak sulit untuk dipahami, meng ingat ketidakseimbangan, akan dapat membawa seseorang atau se kelompok masyarakat pada kese satan. Yang disebabkan karena ke hilangan tumpuan tempat berpi- jak dan pegangan yang kuat. Apalagi bila dihadapkan ke Keadaan seperti itu cenderung akan menyuburkan timbulnya ge rakan-gerakan keagamaan sem palan yang bercirikan kultus dan Hewan Qurban, Haruskah Disembelih Semua ? ya, Rozihan yang merupakan Do- sen Fiqh Perbandingan Fakultas Syariah Universitas Sulthan Agung Unissulla) Semarang - ("Suara Merdeka", 09 Mei 1995): Pelaksanaan qurban yang diker- jakan banyak umat Islam, lebih berakar pada tradisi daripada agama. Kenyataan yang ada di- buktikan, kebanyakan para pe- qurban, mereka cenderung dan terikat pada keyakinan memilih hewan jantan lebih sah. Sedang- kan ber-qurban dengan hewan be- tina tidak sah. Haji dan Iduladha (Realitas Keimanan dan Ketakwaan) Oleh Ali Murthado haji. RITUAL KEAGAMAAN Ibadah haji merupakan ibadah yang mensandingkan ritual keagamaan, materi dan plus kesehatan fisik. Tidak seperti ibadah-ibadah yang lain yang 'boleh' saja dari tiga komponen tidak dimiliki, akan tetapi jika berhubungan dengan ibadah ha- ji, maka tiga komponen itu harus ada. Oleh karena itu orang miskin tidak diwajibkan untuk menger- jakan haji. Begitu juga orang yang fisik atau kesehatannya tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah haji. Labbaik Allahumma labbaik, merupakan nyanyian cinta dan lagu-lagu kerinduan yang diucapkan para hujjaj pada saat mengerjakan haji, Maha besar Allah tak seorang pun yang tidak pernah mendengar adanya pang- gilan itu, dan tidak seorangpun yang Oleh Edwin H. Soepiartoyo ✰✰✰ AL QUR'AN pada beberapa ayat telah memberikan petunjuk, beribadah itu hendaknya dilaku- kan secara ikhlas (Al Bayyinah, 5). Pelaksanaan qurban merupa- Hijjul Baiti (Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia) demikian penggalan ayat tersebut, maka jika ini "saja" yang diperintahkan Allah maka sudah pasti akan banyak pemeluk Islam yang akan menjadi debitur- debitur demi melaksanakan ibadah haji, maka penggalan ayat ini di akhir suratnya terangkai kebijaksanaan Allah "manis tatha'a ilahi sabila" (bagi orang yang sanggup perjalanan ke Baitullah). Maka dengan adanya hal ini kewajiban bagi setiap orang ter- tutupi, karena ada kata-kata "sanggup" yang menjadi sebuah batasan akan sebuah kewajiban. Jadi orang yang sanggup-harta kesehatan lah yang diwajib- kan. Akan tetapi walaupun ia sanggup dalam hal harta, be- gitu juga kesehatan, ada juga yang belum sempat ke sana tidak mengetahui dengan alasan "belum ada pang- gilan". Jadi memang sulit untuk melaksanakan haji ini bagi setiap ummat Islam. Sikap fanatis dan a-priori ter- sebut dimanfaatkan para penjual dan pemasok hewan qurban, me- reka lebih banyak menyediakan hewan berkelamin jantan dan harga jual tiap tahunnya naik. Tindakan ini membuka pe- luang terjadinya perbuatan dho- lim dilakukan para penjual dan. pemasok, apalagi sampai menjual lebih mahal hewan berkelamin jantan dibandingkan hewan beti- Cara tersebut ditempuh terja- dinya kontradiksi hadits tentang na. Pilihan terhadap hewan jan- "Ihroq Addam" -- mengalirkan darah yang memiliki kualitas hasan atau garib. tan dibandingkan memilih hewan betina terkadang juga dimungkin- kan pelaku ibadah qurban sendi- ri. Peluang untuk membuat "do- sa" terkadang memang, datang dan kita ciptakan sendiri! pada kecenderungan semakin ma raknya gaya hidup dan budaya global yang mengalir deras melan- da masyarakat dunia, termasuk tentunya di Indonesia ini. Melalui pembangunan bidang agama yang dilakukan secara ter- padu dengan bidang-bidang lain- nya, diharapkan akan dapat ter wujud manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas utuh, paripurna jasmani-rohaniahnya. Sehingga masyarakat Indonesia dapat tumbuh, maju dan berkem bang sederajat dengan bangsa- bangsa yang lain, yang lebih dahulu telah maju. Walaupun sampai saat ini baru niat saja yang baru nyampe, in- sya Allah untuk tahun-tahun yang akan datang niat akan lebih di dorong dengan dana dan kesehatan yang ada. Dengan demikian, pembangun an keagamaan ini merupakan bagi an integral dari upaya pemba ngunan sumber insansi pemba ngunan yang berkualitas, baik sebagai makhluk insani maupun dalam posisinya sebagai pelaku pembangunan. MENJAWAB TANTANGAN ABAD XXI Dalam memasuki abad XXI, berbagai ragam tantangan yang jelas akan kita hadapi. Dan dalam upaya melanjutkan pembangunan nasional secara utuh dan menye luruh, termasuk ruang lingkup pembangunan bidang agama. Adapun ragam tantangan terse but, antara lain berkembangnya corak kehidupan dan strata bu daya masyarakat. Kondisi peru bahan dari masyarakat agraris-tra disional ke arah masyarakat in dustri-modern dan masyarakat global informasi, yang akan me mungkinkan terjadinya perge seran sistem nilai dan perubahan sosial budaya lainnya. Bagi yang tahun ini melaksanakan haji, kita yakin pasti Allah akan menyambutnya, selama kehadirannya itu lillah, maka jika niat yang dipasangnya itu tidak lillah, lihat saja apa yang akan kita dengar setelah mereka pulang dari tanah suci ini. Karena "balasan" yang diterimanya terkadang langsung ditimpakan kepadanya. Kita ada mendengar salah seorang jemaah haji, tidak dapat mengerjakan ha- ji, karena "sakit" sehingga hanya dapat "diam" di rumah sakit, rupanya cerita punya cerita, uang untuk mengerjakan haji nya tidak dari uang yang halal, dan banyak -- kan bagian dari ibadah dan tidak pernah menaruh peduli dengan darah dan hewan yang kita sem- belih (Al haj, 37). Allah pun Ma- ha Mengetahui segala sesuatu yang kita rahasiakan dalam hati (Ali Imron 39) Bertolak dari premis mayor firman Allah yang berkesimpulan deduktif tersebut, qurban sebagai salah satu ibadah harus dilaksa- nakan secara ikhlas dan sepenuh- nya hati. Karena Allah mengeta- hui bisikan hati kita. Karena itu, Ia tidak akan menolak ibadah ki- ta seandainya seseorang menye- rahkan hewan betina dalam ke- adaan hidup kepada fakir miskin dengan niat qurban. go is Umat Islam yang memandang praktis untuk mengirim uang se- nilai hewan kepada fakir miskin pada Hari Raya Nahr juga tidak dilarang. Karena, mereka melihat manfaat sosial hewan tersebut. hirpers Bagi mereka yang garib, sese- senilai hewan qurban (Qurtuby orang diperbolehkan bersedekah juz 15, 108), kepada beberapa penjual sayur mayur untuk pe- ngembangan modal usaha mere- ka. Iuran qurban bagi anak seko- lah, termasuk sedekah yang tidak perlu diwujudkan hewan untuk disembelih. lagi cerita-cerita yang menjadi "itibar bagi kita bahwa apa yang kita lakukan sebelum menger- jakan haji terkadang akan di balas langsung pada waktu kita melaksanakan haji. Begitu banyak jemaah hujjah yang menangis dengan tersedu- sedu dan memohon ampun atas kesalahan yang pernah dibuat- nya, bahkan terkadang semua dosa yang pernah kita kerjakan seperti terlihat di hadapan kita. Memang ibadah haji merupakan ibadah evolusi iman dan takwa kepada Allah. Di muka Ka'bah yang anggun, dan bawah desakan-desakan para hujjaj untuk mencium hajar al- aswad, kita merasakan ketiadaan diatas segalanya. Pangkat, kedudukan status, ras, suku bangsa bersatu mengucapkan asma dan puji-pujian kepada Ar-Rahim. Andaikata kita mau sedikit merenung, akan beginikah keja- dian hari pembangkitan" kelak dimana masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, dan menuju satu kesatuan tempat dimana kita akan dihisab. Sementara itu, pengaruh bu daya asing yang kadang-kala tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma-norma budaya bang sa, yang terus mengalir dan me nembus semakin kuat, terutama sebagai konsekuensi dari pesat nya kemajuan teknologi komuni kasi, informasi, dan transportasi. Hal tersebut antara lain karena meluasnya penerimaan siaran- siaran radio, televisi dan film, ser- ta diikuti pula oleh meluasnya penggunaan teknologi komuni kasi yang canggih melalui rekam an video, laser-disc/compact-disc, inter-net, dan lain-lain. Ditambah lagi menjamurnya buku-buku ataupun media cetak lainnya, yang tentunya tidak mungkin dapat dicegah dan disensor. Jadi lebih dibutuhkan kemampuan me nyaring dan menyensor secara pribadi masing-masing. TITEL HAJI Haji merupakan titel yang disandang oleh para tamu Allah ini, setelah mereka kembali ke tanah air, dulu title ini sangat diagungkan, sehingga kalau ada permasalahan seputar, agama, maka pak hajilah yang menjadi bahan untuk menjawab persoalan tersebut. Tapi sekarang, orang tidak lagi memandang title itu, karena banyak orang yang telah berhaji akan tetapi tingkah lakunya sama saja seperti orang kebanyakan. Bahkan terkadang lebih "menyebalkan" dari orang yang belum haji. Maka bila ini kita jumpai tentulah kita berang- gapan bahwa hajinya tidak mabrur. Hajinya tidak diterima Allah karena niat yang dipasang pada waktu ia mengerjakan haji bukan lillah, alangkah sia sianya perkerjaannya tersebut, na'uzubillahi min zhalik. Untuk menangkal secara awal, sangat diperlukan lembaga-lem baga pendidikan agama non- formal di dalam lingkungan ke luarga. Upaya ini akan lebih efektif untuk menanamkan jiwa agama di kalangan anak-anak atau remaja, sedini mungkin. Bagaimanapun haji memang merupakan ibadah ritual yang memang memerlukan hal-hal yang harus menjadi niatan kepada Selain itu, tumbuhnya masya rakat industri yang dikuasai oleh percepatan informasi, menyebab kan perubahan sosial yang demi kian cepat, yang dapat menye babkan berbagai gejala psikologis, seperti kehampaan hidup, keter asingan kejiwaan, dan dislokasi ke jiwaan, yang menyebabkan kehi langan pedoman, arah, tujuan dan makna kehidupan yang ha kiki. isolatif serta ekstrim-radikal. Se hingga menuntut perlunya upaya yang taat asas dan penuh kearif an dalam membina dan membim- bing ummat, agar terpeliharanya kemurnian ajaran agama. Di sini peranan para ulama, selaku pembimbing dan sekaligus teladan ummat sangatlah penting. Sebagai pewaris Rasulullah, para ulama ini harus mampu berperan sebagai pemberi motivasi, men- jadi pengayom, dan sebagai pa nutan dalam menjalankan ajaran agamanya. Bila pemikiran ini hendak di- realisasikan, tentunya kita tidak lagi menjumpai perbedaan anta- ra infaq, zakat sedekah dan qur- ban, walau esensinya sama. Pa- dahal Allah memerintahkan iba- dah dengan ragam bentuk yang ti- dak sama itu terkandung hiqmah untuk mensyukuri nikmat-Nya yang sangat beraneka ragam. Kemudian adanya pendapat, hewan qurban harus disembelih atau tidak, kita harus merumus- kan lebih dulu, apakah qurban itu termasuk ibadah yang bersifat ta'abudy (harus diterima dan di- kerjakan sebagaimana adanya) atau ta'aquly (dapat dinalar dan dikembangkan). Di sini, tampaknya ibadah qurban mempunyai 2 kategori. Sifat ta'abudy menempati posisi pada perintah dan melakukannya tanpa reserve. Sedangkan ta'aqu- ly terdapat pada pelaksanaan dan penyalurannya (distribusi) Hadits Nabi yang diriwayat- kan Imam Muslim mengatakan, "Makanlah, sedekahkanlah dan simpanlah daging qurban ini", memberikan isyarat sepertiga ba- gian saja yang disedekahkan. Ada pun dua pertiganya diperboleh- kan dimakan atau ditinggalkan (Mausu'ah Fatwa Nabi I, 20). Jika kita memilih makan dan menyimpannya, disembelihlah jumlah hewan yang ada semua. Tetapi, jika pilihan jatuh untuk disedekahkah semua (sangat dian- jurkan) sebagai wujud kemuliaan hati dan memuliakan fakir mis- kin. Dari jumlah hewan yang ada Allah, maka jika niat ini salah maka otomatis salahlah penger- jaannya dan akhirnya haji mabrur beralih menjadi haji mabur. HARI RAYA QURBAN (IDUL ADHA) Hubungan yang erat antara Haji dan Idul Adha, adalah dua- duanya dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah, dan juga kronologis perjuangan keimanan dan ketaq waan hamba Allah; Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar. Idul Adha identik dengan hari Raya qurban. Kisah tentang pengorbanan Ismail dan Ibrahim merupakan preseden historis ter- jadinya hari raya Qurban ini. Melihat dari makna bahasa Qur- ban berarti pendekatan (berasal dari kata qaraba yang berarti mendekati). Oleh sebab itu didalam istilah syara' qurban berarti menyembelih hèwan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Penyembelihan hewan qurban di dalam Islam merupakan syiar agama bukan upacara persem- bahan (offerings), karena tidak sekerat dagingpun yang diberikan kepada Allah, "Tidak sampai kepada Allah daging dan darahnya. Tetapi yang sampai kepada-Nya hanyalah ketak- waanmu" (QS 22:37. Jadi ang- gapan bahwa qurban merupakan hewan persembahan, jelas salah kaprah, karena hewan yang telah diqurbankan dagingnya dibagi- bagikan untuk fakir miskin, bukan untuk Allah. Karena Allah tidak makan dan tidak minum. Ibadah Qurban mencerminkan pesan, anda tidak akan dekat kepada Allah sebelum anda mendekati saudara-saudara yang seiman dalam kekurangan. Kisah yang menarik di dalam Al-Qur'an tentang peristiwa qur- ban yang pertama kali dilakukan dapat kita lihat dalam surah al- Maidah 27-30. Dimana ayat ini mengisahkan tentang dua orang anak Adam yang menurut ahli tafsir dikenal dengan nama Qabil dan Habil. Peristiwa ini memang berakhir dengan kematian Habil di tangan Qabil, karena Habil mempersem- bahkan hewan yang paling baik Dengan dikuatkannya landasan bagi manusia pembangunan dengan dasar-dasar moral dan etik, tentunya akan mampu me ngemban amanah sebagai manu sia yang mengatur teknologi yang sesuai dengan nilai-nilai keaga- maan bagi terciptanya kualitas sumber insansi pembangunan yang paripurna. KESEIMBANGAN YANG REALISTIS Dengan terbentuknya sumber insani pembangunan yang berkua litas dan menguasai ilmu tekno logi maka setiap ummat akan dapat menempatkan iman, ilmu dan amal dalam suatu posisi dan hubungan keterkaitan yang serasi dan seimbang. Karena iman tanpa ilmu akan mudah membawa seseorang kepa da kesempitan, ketertutupan dan keterbelakangan. Sebaliknya pula, ilmu tanpa iman akan dapat men jadikan kehidupan seseorang itu menjadi kering, hampa, dan mudah kehilangan kendali. Tetapi malah menjerumuskannya pada perbuatan atau tindakan yang me rugikan dan merusak masyarakat. Halaman 4 Atau kalaulah iman dan ilmu yang dimiliki itu belum atau tidak diamalkan, dapat diibaratkan se bagai tegakan pepohonan yang lebat tapi sama sekali tidak meng hasilkan buah. Di dalam rangka membangun dan membina ummat beragama ini memiliki keseimbangan iman, ilmu dan amalnya, maka pembina annya harus lebih diintensifkan dan berjalan secara konsisten. ✰✰✰ tidak harus disembelih semua. Itu sama artinya, sepertiga dari jumlah hewan yang ada di- sembelih, dua pertiga diserahkan kembali kepada fakir miskin da- lam bentuk pengembangan sum- ber daya manusia (SDM) yang diprioritaskan. MENCERMATI teks (matan) hadist tersebut, tujuan serta mak- sud distribusi hewan itu untuk membangun solidaritas sosial dengan menonjolkan aspek mu'amalah. Kaidah berpikir yang berlaku di bidang mu'amalah ber- bunyi, "Ibrom Fil' Uqud Muqo- sid Wal Ma'any Duunal Alfadz Wal Mabany". Petunjuk yang di- kehendaki dalam mu'amalah mengungkapkan maksud dan tu- juannya, bentuk kalimatnya.gal Untuk itu pula sangat penting nya peranan ulama atau para pe muka agama untuk bertindak menjadi pembimbing ummat ke arah jalan yang benar serta di sisi lain, para ulama atau pemuka agama ini senantiasa menjadi panutan bagi ummatnya. Karenanya, pemahaman dan pengembangan terhadap hadist tersebut tidak menyalahi sunnah, kebolehan menyimpan (Iddahi- ruu). Pengolahan penyimpanan dalam bentuk uang atau hewan hidup jauh lebih mudah daripa- da menyimpan gading. Waqi'iyah (peristiwa) qurban, dimaksudkan sunnah Ihroq Ad- dam, adalah mengalirkan darah hewan. Permasalahan timbul, ada atau tidaknya perbedaan qurban yang dikerjakan secara sendirian (munfarid) dan diorganisir (jamaah). Dalam melaksanakan shalat, kita menemui perbedaan antara shalat sendirian dan shalat ja- maah. Baik dari segi keutamaan dengan tulus. Sedangkan Qabil tidak demikian. Terlepas dari kisah ini, bagaimanapun qurban dan pengorbanan memang sangat diperlukan, ibarat dua mata logam yang sisinya tidak dapat dipisahkan, kalau kita ingin berkurban maka pengorbananlah yang harus kita lakukan, tanpa ada pengorbanan maka niat un- tuk berqurban tidak akan terlaksana dengan baik. Idul Adha, mengingatkan kem- bali kepada kita untuk dapat men jadi orang-orang yang mampu berkorban, lihat bagaimana Nabi Ibrahim dengan ikhlas menqur- bankan Ismail anaknya yang begitu ia sayangi. Ibrahim sosok bapak yang patut diteladani un- tuk tidak memilih "kenikmatan" dunia tapi memilih untuk "kenik- matan" akhirat. Seorang Ayah yang mampu menerapkan disiplin pribadi dan keluarga dan juga mampu memilih kebutuhan dan kemampuan yang ada untuk selalu berjalan sesuai dengan rel- rel yang sesuai dengan ajaran Allah. Nabi Ismail juga memberikan contoh, bagaimana seharusnya seorang anak berbakti kepada ayah dan Allah. Tidak ada terlin- tas untuk 'durhaka' bahkan memberikan sapport untuk ayahnya untuk melaksanakan tugas yang diemban. Siti Hajar merupakan ibu yang memilah kasih diantara kewajiban seorang ibu dan kewajiban seorang ham- ba Allah. Ibu yang dapat mengiklaskan anaknya untuk menjadi qurban demi perintah Allah. Siapa yang tidak sayang kepada anak, tetapi kesayangan dan kecintaan Siti Hajar melebihi kecintaannya kepada Allah. Jika kita mencoba menyimak persoalan kehidupan tiga tokoh ini, sampai sejauh mana teladan mereka mampu "meresap" dalam hati sanubari kita. Atau hanya cerita yang hanya memberikan bunga-bunga untuk mimpi tidur di alam mimpi kita. Sekarang kita tidak disuruh un- tuk menqurbankan anak yang ada pada kita, tapi kita diperin- tahkan untuk menqurbankan har- pe Sehingga posisi ulama dan muka agama ini dapat menjadi motivator bagi pembangunan aga ma serta menjadi penggerak bagi keberhasilan pembangunan di bi dang-bidang lainnya. Dengan de mikian pula dapat dikembangkan kinerja sumber insani pembangun an yang berkualitas sebagai bagian daripada membangun ma nusia Indonesia seluruhnya serta masyarakat Indonesia seluruh nya. Semua itu memang kita perlu kan seiring dengan tuntutan ke butuhan masyarakat yang terus berubah serta selaras dengan gerak dinamika pembangunan yang berlangsung dengan cepat ini. Sehingga pada gilirannya akan terbentuk ummat beragama sela ku sumber insani pembangunan yang memiliki kualitas iman, ilmu dan amal serta berperan sebagai soko guru dari negara yang ber dasarkan Pancasila. Dan pada akhirnya PJP II yang tengah ber jalan ini akan jelas arah dan tu- juannya untuk membangun ummat beragama sebagai modal dasar pembangunan dan ketahan an nasional secara paripurna maupun pelaksanaannya (fiqh). Bila shalat sendirian, sese- orang harus membaca surat al fa- tihah sebagai rukun shalat. Se- dangkan yang dilakukan secara berjamaah, bacaan fatihah cukup dibaca imam, sementara bacaan fatihah ma'mum menjadi gugur karena telah sempurna dengan bacaan fatihah imam. Apakah tidak demikian hal- nya dengan pelaksanaan qurban yang dilakukan secara terorgani- sir (jamaah). Pelaku ibadah qur- ban cukup menyerahkan uang se- nilai hewan kepada panitia. Pa- nitia kemudian hanya membeli hewan dari sepertiga jumlah da- na yang terkumpul. Kemudian, disembelih dan dibagikan pada Hari Raya nahr sebagai imam Ih- roq Addam. Sedangkan duaper- tiga sebagai ma'mum, tidak di- sembelih dan disalurkan kepada Bank Mu'amalat sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan yang sifatnya produktif. qu Dari segi pemerataan dan pe- ngembangan pemikiran terhadap fiqh (pelaksanaan) qurban, bu- kankah kaum dhu'afa bisa mem- peroleh manfaat ganda. Selain dapat menikmati daging, pada waktu berlainan bisa mengajukan permohonan modal kerja kepada Bank Mu'amalat tanpa harus me- nyediakan agunan dalam bentuk apa pun. Tentunya dengan lebih dulu memperoleh rekomendasi dari lu- rah dan kepala desa setempat. Pe- nulis hanya memberikan sarana untuk sama direnungkan. Semo- ga ada manfaatnya, bukankah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang kita rahasiakan, da- lam lubuk hati yang terdalam se- kali pun !. *** ta benda kita dalam hal ini un- tuk membeli hewan qurban apakah kita tidak sanggup, padahal ada kesanggupan yang diberikan Allah, atau kita hanya menjadi Qabil yang berqurban dengan ketiadaan keihlasan. Semoga kita terjauh untuk ber- buat demikian. 0 PENUTUP Haji dan Qurban merupakan perjalanan kehidupan anak manusia yang rela dan ikhlas un- tuk selalu mengabdikan dirinya kepada Zat yang maha tunggal. Kalaulah kita belum dapat berkor ban untuk melaksanakan haji pada tahun ini karena biaya tidak mencukupi, maka tidak ada salahnya biaya yang ada dapat di- jadikan modal untuk berqurban pada hari Raya "Aidul Adha. Berapa banyak kita diberikan- Nya kepada kita harus ragu dan pelit untuk berbagi dengan orang lain, karena bagaimanapun har- ta yang diamankan kepada kita bukan merupakan milik abadi kita, satu saat kita harus rela un- tuk diambilnya. Semoga kita selalu dalam lindungannya. Wallahu muaffiq ila aqwamith Thariq. . Dari Redaksi PARA penyumbang tulisan/artikel dimintakan. perhatiannya sebagai beri kut: 1. Panjang tulisan/artikel minimal empat dan mak simal-tujuh halaman/folio diketik dengan spasi rang kap dan tidak timbal balik. 2. Bukan tindasan, serta bukan fotokopi. 3. Tidak atau belum dikirim kan ke media massa lain nya. 4. Pada akhir/ujung tulisan sebutkan identitas, profesi penulis serta alumnus dari mana. 5. Sertakan alamat terbaru yang jelas, dan jangan lupa sertakan fotokopi KTP yang masih berlaku.
