Tipe: Koran
Tanggal: 1980-03-17
Halaman: 07
Konten
ET 1980 asi la okok- i Pan- Prof. harjo, oman erbit: -bitan ijaya, hala- UNES- xan sur- si seba- -intahan teoritisi Cerkenal tanyaan endapat intahan nasilnya karena adalah kalinya ara ahli enyata- atau sebagai ntahan ahli erkenal m dua Kelom- ndapat demo- ntahan dunia. penda- agukan mokrasi merin- sangat g lem- yang ra itu usnya mbaga- = men- menda- endiri, berarti mana pera- ■t dari asa ini ber- dapat pada dua akan Halam akan tabat pe- wujud Hakan yang asasi ngan 3-asas kem- peru- de- rakat. kono- alam rikan krasi ntuk- beda telah alam -. Se- egara munis sua- beme- étar). -kem- angan me- asasi esam- asya- okrasi epen- atlah ada yang egara egara suatu meli- aman ingan kol. 1 SENIN, 17 MARET 1980 DUNIA PENDIDIKAN Pendidikan seni budaya sesudah "Reog" BIDANG studi Kesenian se- benarnya suatu bidang studi yang banyak digemari anak anak. Di OLEH: YUSRO membuahkan yang sudah ber- bunga/berkembang. Dengan demi- kian ia harus banyak mengadakan pendekatan ke bawah. seni tari dan ukir misalnya, pada umumnya mereka melakukan usaha-usaha sebagai berikut: Budaya di Sekolah Dasar, mes- kipun dalam tingkat ini baru dimulai dengan pengenalan dasar, percobaan dan latihan dasar, namun bagi guru SD. bukanlah merupakan hal yang enteng dan pasti dapat dikuasai., Ini tidak malu-malu untuk dikemukakan. Sebab seorang guru SD harus mengajarkan berbagai cabang seni, budaya, seperti seni suara, seni rupa, seni ukir kalau perlu dsb. Sedang punya seorang yang hobby atau ahli profesional saja jarang yang menguasai beberapa cabang seni tersebut. samping ia merupakan bidang studi yang dapat mengasyikkan, ia juga sebagai pengendor syaraf, pembina hubungan yang baik antara murid dan guru, juge sebagai pengembang khayal dan pribadi anak anak, ini Di sekolah Dasar bidang studi amat perlu dan harus mendapat tuntunan yang baik. Tetopisayang, banyak guru yang kurang memperhatikannya. Mung- kin karena kemampuan guru yang kurang atau buku pegangannya yang tidak ada, sehingga kalau toh dilaksanakan, paling paling anak anak disuruh menggambar sendiri atau disuruh menyanyi sesuka hati urut satu persatu. Ini suatu langkah yang kurang mengena. Sejak adanya Re-organisasi di kalangan Departemen P&K bebe- rapa tahun yang lalu, di setiap kantor PD dan & Ranting diberi Penilik-Penilik baru, yaitu: Penilik Pendidikan Masarakat, Penilik Olah raga dan Penilik Kebudaya- an. Ini merupakan bola lampu yang akan lebih banyak memberi penerangan dan cahaya di ka- langan Pendidikan Dasar. Lebih- lebih menghadapi Kurikulum 1975, dimana Garis Besar Pro- gram Pendidikan baru ini lebih banyak dan lebih luas materi yang harus dituangkan untuk anak anak SD, maka Penilik-Penilik baru itu menjadi tumpuan harapan, untuk menjadi penyu. luh, pembina dan penuntun bagi guru-guru Sekolah Dasar. Terutama Bidang Studi Seni Sekitar tiga tahun yang lalu di negara kita pernah dihebohkan masalah ketera- singan Perguruan Tinggi (PT) dari Masyarakat, yang lebih dikenal dengan istilah "Menara gading". Istilah ini menggambarkan bahwa perguruan tinggi adalah dunia tersendiri yang lepas dari kaitannya dari masyarakat. Di negara kita sebisa mungkin diusahakan agar perguruan tinggi menyatu dengan masyarakat. Akhir-akhir ini masalah ini hangat lagi dibicarakan orang. Prof. Sukadji, Rektor Universitas Gajah Mada, Prof. Mahar Mardjono, Rektor Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Kristen Indonesia dalam menyambut Dies Natalis masing-masing PT nya menandaskan bahwa salah satu kegagal- an PTnya adalah belum bisa menyatu- kan program PTnya dengan tuntutan masyarakat. Dan kenyataanan ini sekaligus merupakan tantangan yang perlu segera diatasi guna meningkatkan peranan dan fungsi perguruan tinggi dalam rangka ikut serta dalam mem- bangun negara. Sungguh menarik ungkapan Rektor UI, bahwa seharusnya (salah satu contoh kecil) seorang dokter tidak saja mampu mengobati penyakit seorang pasien, melainkan seharusnya tahu penyebab timbul.nya penyakit. Konstatasi ini cukup simpatik. Bahwa Pak Mahar Mardjono menyadari betul bahwa sampai saat ini perguruan tinggi terisolir dari lingkungannya. Bahwa Universitas Indonesia baru mampu mencetak sarjana yang intelektual dan profesional di bidangnya tetapi belum mampu menelorkan sarjana yang menyadari akan kepentingan masyarakatnya. Atau seperti ditandaskan Rektor UKI, universitas baru memenuhi fungsinya manakala ia berhasil mengadaptasikan dirinya dengan masyarakat dan alam Indonesia. Manakala fungsi ini tak terpenuhi maka universitas akan menjadi benda mati di lingkungannya. Dilematis? Di negara kita sering timbul per- tanyaan terhadap peranan perguruan tinggi. Banyak orang bertanya: apakah Perguruan tinggi itu harus bercermin kepada masyarakat atau masyarakat yang harus bercermin kepada perguruan tinggi. Nampaknya sampai saat ini belum ada kejelasan. Sering kita jumpai bahwa PT masih seperti menara gading, terasing dari masyarakatnya. Konon, diterapkannya Normalisasi Kehidupan Kampus termasuk salah satu usaha untuk menghindari keterasingan kampus dari masyarakat tersebut. Perguruan tinggi di negara yang sedang berkembang memang dipandang seba- gai agent of modernization an develop- ment. Perguruan tinggi dipandang sebagai institusi yang memiliki saham besar dalam memajukan masyarakat dalam mengatasi keterbelakangannya. Sehingga dari perguruan tinggi ini di- harapkan muncul ide-ide baru yang bisa mendorong masyarakat untuk memodernisasi diri, ikut berpacu dengan lingkungannya guna mengatasi berbagai macam hambatan yang akan membuatnya tertinggal dari per- kembangan ilmu dan teknologi. Per- guruan tingi yang ideal seharusnya mampu menjadi cermin bagi masya- rakatnya. Dari perguruan tinggilah hen- daknya muncul gagasan-gagasan baru dalam mengarahkan masyarakat menuju suatu peradaban yang lebih ma- ju. Dari perguruan tinggi seharusnya lahir manusia-manusia yang selain me- miliki ilmu pengetahuan dan skill juga memikirkan masalah-masalah yang timbul di dalam masyarakatnya. Seperti dikatakan Dr. S.C. Nainggolan, kalau saja PT kita sudah berfungsi dengan Guru adalah seorang pemroses, pembina dan juga seorang pelak- sana. Jadi meskipun dalam tingkat pemula dan latihan dasar guru harus juga dituntut untuk dapat melaksanakan, mempraktekkan dan membimbing anak didik dalam hal segala cabang kesenian itu. Hubungan timbal balik PT dan masyarakat Oleh: M.Rusli Karim POKOK2 tersebut maka dalam rangka menentukan sistem pemerin- tahan, kini di Indonesia memilih suatu sistem yang debut Demokrasi Pancasila. Hebat bukan?. Dalam hal inilah maka guru SD masih sangat bim- perlu menggantungkan bingan, penyuluhan dan dorongan spirit dari Penilik Kebudayaan tersebut. Kita percaya, bahwa pengang- katan seorang Penilik Kebudayaan sudah dilakukan secara selektif. Sebab Penilik Kebudayaan lebih berat tugasnya dan lebih luas materi yang menjadi bebannya. Seorang Penilik Kebudayaan ha- ruslah benar-benar seorang Pemikir kreatif. la tidak wajib harus cakap memukul GONG, memetik kecapi atau berlenggang. Tetapi ia harus dapat menumbuhkan bibit yang ada, menyegarkan yang layu, menyuburkan yang kurus dan baik maka seharusnya dengan kekayaan yang ada padanya tak perlu ada kemiskinan di Indonesia. ALBERT A BRANCA Ph. D. seorang sarjana Amerika mengata- kan, bahwa untuk mencapai sukses di bidang seni budaya dan. ilmu dalam menggariskan program pem- bangunan pemerintah. Peranan yang begitu besar ini menuntut adanya pe- nataan dan penyempurnaan kembali perguruan tinggi kita yang selama ini ha- nya berpegang pada tradisi lama yang kita warisi dari kaum penjajah tempo hari. 1. Masa Preparasi (persiapan) (art-work and science) 2. Masa Inkubasi (pengeraman) Garis-garis Besar Haluan Negara secara gamblang menuntut PT agar lebih berdayaguna lagi di masa-masa men- kampus, datang. Orientasi baru pembaharuan perguruan tinggi ialah meletakkan PT dalam proporsi yang sesungguhnya, bahwa masyarakat mengekor kepada PT dan bukan sebaliknya. Di dalam demokrasi Pan- casila, secara normatif sifat kekeluargaan sangat ditekan kan dalam UUD 1945. Hal ini diharapkan dapat dilaksana- kan dalam pelaksanaan ke- nyataan kehidupan kenegara an di Indonesia. JEMBER, (Suara Karya). Penataran Pers Mahasiswa Universitas Negeri Jember dise- lenggarakan seminggu selama Di samping membahas pokok-pokok pengertian De- mokrasi Pancasila maka buku ini juga membahas beberapa aspek implementasinya mela- diperlukan langkah 4 (empat) tahap ialah: Paling tidak masalah beaya 3. Masa Illuminasi (penghiasan) 4. Masa Verifikasi (pencapaian hasil). Penataran pers Mahasiswa UNEJ Seperti dijelaskan di atas, sebaiknya PT menjadi cermin bagi pembaharuan masyarakat. Dari perguruan tinggi seyogianya muncul ide baru dengan program yang baru pula dalam meme- cahkan masalah-masalah yang sedang dan akan timbul. Proyeksi masa depan mestinya telah digariskan oleh per- guruan tinggi kita. Apalagi jika dilihat kenyataan sekarang ini bahwa kita dihadapkan kepada berbagai masalah besar, seperti pertambahan penduduk, keterbatasan sumber daya yang semakin langka, keadaan politik internasional yang semakin tak menentu, maka per- guruan tinggi diharapkan mampu men- jawabnya denga program yang realistis. Saya kira sudah tiba waktunya bagi perguruan tinggi untuk memfungsikan dirinya sebagai sumber inspirasi bagi perubahan peradaban manusia. Per- guruan tinggi harus berada dimuka. Perguruan tinggi menjadi cermin bagi peradaban dan kemajuan bangsa, bukan sebaliknya. Perguruan tinggi harus bisa memberikan alternatif bagi pemerintah sejak 3 Maret 1980 bertempat di gedung PKM kampus Tegalboto, Diikuti oleh 60 mahasiswa yang berasal dari enam Fakultas Menurut Rektor Drs. Warsito dikemukakan bahwa maksud diselenggarakannya penataran ini adalah untuk membangkitkan KISAH ORANG semangat menulis para mahasiswa, disamping mempersiapkan kader wartawan dan pembentukan pers Buku yang disusun bersa- raa ini mencoba membahas pengertian Demokrasi Panca- sila, dasar konstitusinya dan beberapa aspek pelaksanaan demokrasi Pancasila seperti hak dan kewajiban warga negara, sistem musyawarah dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Menurut penulis yang dimaksud de- demokrasi ngan Bila hal Pancasila si yang lui mekanisme demokrasi adalah suatu paham demokra tersebut dapat diwujudkan di Pancasila seperti dalam sistem dalam waktu yang singkat, hukum dan sistem konstitusi- bersumber pada pandangan hidup atau filsafat kiranya dapat tercapai kese- onil serta kedudukan dan bangsa Indonesia. Demokrasi pakatan bersama tumbuhnya Pancasila pada hakekatnya kehidupan kenegaraan berda- sarkan Pancasila dan UUD 1945 (hal 43). bukan suatu tujuan melain- kan suatu alat untuk menca- pai tujuan bangsa. Dalam pelaksanaannya demokrasi Pancasila tidak mengenal "majority rule" meskipun segala keputusan dapat diten- tukan oleh suara terbanyak kewenangan lembaga-lembaga dalam negara RI. Kesemua- nya merupakan materi pokok yang dapat digunakan untuk mencari pengertian bersama guna menggariskan Demokra- si Pancasila, Pada umumnya guru-guru SD ini baru dalam taraf preparasi (ini bukan bermaksud mengecilkan peranan guru SD!). Ini saja baru. dapat kalau disertai meresap dengan kegemaran dan minat. Untuk dipraktekkan, lebih lebih masih amat untuk mengajar Pada tanggal 8 Maret, para peserta mengadakan studi wisata ke Harian Surabaya Post di Surabaya selama sehari. Pada hari- an ini para mahasiswa melihat koran dengan peralatan mesin secara langsung proses pencetakan cetak offset modern dilengkapi computer, Salah seorang peserta dalam yang keterangannya menjelaskan bah- wa antusiasme para mahasiswa Jakarta, 9 Maret 1980 Kiriman: Sugiarto S. 1000MAH Hala Pada tanggal 26 Pebruari 1980 ber- tempat di Rindam X/Lam, telah dibuka Latsar (Latihan Dasar) Resimen Maha- siswa Suryanata Kalimantan Selatan. yang pertama, yang diikuti oleh anggota Baru Menwa sebanyak 100 orang. Bertindak sebagai Inspektur Upacara Bapak Gubernur Kepala Daera Tingkat (Foto: kiriman) Suasana pembukaan di gedung PKM Tegalboto penataran kelanjutan, Selain itu, mereka juga mengharapkan agar dalam waktu tidak lama lagi, pers kampus sudah muncul dikalangan civitas akademis Universitas Ne- geri Jember, Materi penataran yang diberi Massa, Kode Ethik Journalistik, kan antara lain, Dasar Komunikasi Berita dan Foto Journalistik, Pengelolaan Perusahaan Pers, Dari halaman VI Peranan Pers kampus dalam pembangunan, Tehnik wawan- cara, bahasa Indonesia serta Undang-Undang Pokok Pers, Dari 14 penatar yang ditampilkan, rakyat, empat penatar tamu masing- masing dari Kanwil Departemen Penerangan Jawa Timur, Ketua PWI Perwakilan Besuki, Kepala dalam perwakilan Tetapi kalau dilihat dari pengambilan keputusan terse- but pada dasarnya diharapkan Stasion RRI Jember dan Kepala. Cumbaya O, Lord mengisah- tercapai mufakat, maka isti- Kejaksaan Negeri Jember. lah "majority rule" kuranglah tepat dalam demokrasi Panca- sila. (Foto: kiriman). Kaditsospol Kalsel, Letkol S.Soetisna selaku Irup menyematkan tanda siswa. besar sekali akan adanya pers kampus, sehingga dalam angket yang dikumpulkan tercatat ke- mereka akan adanya, inginan kurang. Dari beberapa Sekolah yang kita jumpai, pada umumnya banyak ditemui kesulitan dalam mengajarkan bidang studi meng- ya (Foto: Dok/SK). gambar, menari, pahat apalagi seni ukir. Juga istilah-istilah yang terdapat di dalam GBPP kebuda- yaan itupun masih banyak kesulitan yang dihadapinya. Nah inilah beban yang berat bagi para Penilik untuk mengatasi tanggung jawabnya. Di antara beberapa Sekolah yang berhasil memiliki murid yang mencapai prestasi baik dalam bidang studi Seni rupa atau Sebuah kisah keuletan dari Dilihat dari sudut ini, PT sebagai agent of modernization seharusnya mampu memberikan jalan keluar dalam penda- yagunaan sumber alam dan budaya Indonesia dalam memecahkan masalah hidup dan kehidupan. Dengan demikian masalah-masalah yang hidup di dalam masyarakat, seperti masalah kemiskinan seharusnya menjadi pusat perhatian perguruan tinggi. Dalam keadaan demikian salah satu hambatan per- guruan tinggi kita saat ini ialah karena ketergantungannya dengan teori-teori barat yang belum tentu cocok bagi masyarakat kita. Katakanlah tentang teori ekonomi misalnya, bahwa teori- teori yang digulati berhari-hari pada umumnya bersumber dari barat yang memiliki tata-nilai yang berbeda dengan sistem nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Kenyataan seperti ini masih cukup besar penga- ruhnya bagi perguruan tinggi kita. Kesigapan setiap komponen. Dalam memasuki era baru ini diha- rapkan PT dapat menyesuaikan diri de- ngan lingkungan di satu pihak, se- dangkan di pihak lain masyarakat akan menuruti apa yang digemakan dari per- guruan tinggi. Nah, dalam berinteraksi dengan msyarakat ini perguruan tinggi diharapkan dapat menyempurnakan diri sejak dari raw materialnya sampai kepada faktor manusiawinya dalam menyongsong masa depan yang sema- kin memprihatinkan ini. Di saat itu PT benar-benar harus siap dengan konsep yang matang serta fasilitas yang cukup. Pergumulan PT dan masyarakat se- harusnya mempunyai arti bahwa masya- rakat adalah Laboratoriumnya perguru- an tinggi. Perguruan tinggi mengambil input pemikiran dari apa yang ber- kembang di dalam masyarakat dan selanjutnya hasil yang ditelorkan oleh PT itu harus dapat dipasarkan di dalam masyarakat. Dengan cara ini gap antara tuntutan masyarakat dan apa yang bisa dihasilkan PT dapat diatasi. Untuk itu Agus Sunarto Yang lama didambakan, akhirnya ia dapatkan: sebuah mesin ketik Mesin itu adalah hadiah atas tulisannya berjudul: Partisipasi Remaja Desa Dalam Pembangun. Tulisannya memenangkan juara II dalam sayembara menulis surat tingkat nasional, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Sahabat Pena Seluruh an, Keterbatasan ahli dalam ilmu-ilmu yang seluruh komponen perguruan tinggi, Latsar Menwa di Rindam X/Lam Indonesia, berpusat di Bandung. masya harus perkembangan masyarakat berarti memerlukan pengamatan yang men- dalam, pengkajian yang serius, peru- musan kerangka yang jelas terhadap permasalahan yang sedang dan akan muncul dalam masyarakat. Ini berarti bahwa tuntutan akan penyempurnaan PT semakin besar. langsung berhubungan dengan rakat sampai saat ini masih pula me- rupakan masalah yang belum ter- pecahkan. Penerapan teori-teori asinga ini kecuali mungkin tidak cocok dengan tuntutan dan kondisi riil masyarakat sekaligus pula menunjukkan betapa besarnya tuntutan akan adanya pem- baharuan secara menyeluruh buat per- guruan tinggi kita. Untuk ini sudah barang tentu memerlukan modal yang besar dan kesungguhan dari para penge- lola perguruan tinggi. Penyusunan program perguruan tinggi yang terpadu yang relevan dengan tuntut- an masyarakat ini kini dipandang se- bagai obat mujarab dalam menyong- song masa depan bangsa yang penuh tantangan Orientasi pembaharuan. Agus Sunarto-demikian nama- nya-adalah seorang pelajar klas III IPA SMA Negeri Purbalingga, Sebelum mendapat hadiah, ia rajin menulis di majalah sekolah dan koran. Salah satu roman remajanya berbahasa daerah di- muat bersambung di harian daerah, dengan judul: "Titin Perawan Desa". Agus memang dilahirkan dan dibesarkan dalam suasana kedesa- an. Mungkin karena itu, ia belum berarti kalau diukur dengan ukuran "nasional". Tetapi dari segi kepribadian, kiranya baik kalau dijadikan renungan pendi. dikan dalam ukuran "nasional". Mengapa tidak?. Coba ikuti saja liku-liku keuletan remaja kita ini. Dari penampilan harian, ia memang tak ubahnya dengan pelajar-pelajar yang lain. Pagi berangkat ke sekolah-11 Km dari rumahnya di Kalapacung, Kec. Bobotsari, dengan berkendaraan Colt umum. Ia bahkan boleh dikatakan "populer" berkat pem- bawaannya yang humoristis, Agus memang sering manggung, bersa- ma grup lawak "Kwartet S" dari Purbalingga, I Propinsi Kalimantan Selatan, yang di- wakili oleh Ka Ditsospol Propinsi Kali- mantan Selatan. Setelah penyematan tanda Siswa oleh Bapak Gubernur, telah menyampaikan Amanatnya sebagai berikut: "Latihan. Dasar Resimen Mahasiswa bertujuan mempersiapkan para Mahasiswa calon anggota Resimen Mahasiswa yang sekaligus merupakan persyaratan dasar untuk menjadi anggota Resimen Maha- siswa. Lebih lanjut Bapak Gubernur menyata- kan a.l.: "Berdasarkan Keputusan Tiga Menteri, Resimen Mahasiswa adalah merupakan wadah penyaluran potensi Mahasiswa dalam rangka mewujudkan hak & kewajiban Warga-negara untuk ikut serta dalam pembelaan Negara. Dalam hubungan itu Resimen Mahasiswa perlu mempersiapkan Mahasiswa, baik pisik maupun mental, mereka agar lebih mampu melaksanakan tugas-tugas dalam pembelaan Negara, dengan tidak melupakan tujuan pendidikan pada umumnya, disamping mempersiapkan potensi Mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat dalam rangka sistem HANKAMRATA". Acara Latihan Dasar Resimen Mahasiswa dibuka oleh Bapak Gubernur Kdh Tk.I Kalimantan Selatan, dan dihadiri oleh Pang Dam X/Lam yang diwakili oleh Kepala Staf Kodam X/Lam, Walikotamadya Banjarmasin yang diwakili oleh Kadit Sospol Kodya Banjarmasin, serta peja- bat sipil dan ABRI, dan Rektor Unlam dan IAIN serta para Dekan baik diling- kungan Unlam dan IAIN Banjarmasin dan Banjarbaru. Acara pelaksanaan Latihan Dasar selama 15 hari dari tanggal 26 Pebruari s/d 10 Maret 1980, kemudian akan dilanjutkan menurut program Menwa berikut, yaitu Baret dengan melaksanakan Long March dari Peleihari ke Banjarmasin. [Humas Menwa]. ekor tikus pun mereka menyanyikan lagu Cumbaya perebutkan. Sebab tanpa O. Lord; lagu spiritual Negro menyerahkan tikus mereka yang artinya jenguklah kami, akan mengalami kesulitan. o Tuhan. Sebab Tuhan telah menganugerahkan kasih-Nya; memberi seorang anak lelaki yang selalu diminta dalam doa-sembahyang setiap wak- 1. Mengundang guru swasta yang profesional. 2. Mengirimkan salah seorang guru di tempatnya, untuk mengikuti kursus/belajar salah satu vak seni yang diperlukan. 3. Bakat murid yang kuat serta bimbingan dari walinya sen- diri. 4. Sekolah itu sudah memiliki guru yang cakap dalam bidang seni budaya. macam Meninjau beberapa usaha sekolah-sekolah itu jelas, atas dasar kreatifitas Sekolah itu sendiri. Sedang ini tentu banyak risiko yang dihadapi. Paling tidak masalah beaya, untuk mengun- dang guru atau mengirimkan salah seorang guru mengikuti kursus aplikasi, belum lagi dengan sering adanya mutasi guru, akan mem- bawa kekecewaan kalau guru yang sudah di biayai itu terkena mutasi. Sedang untuk nomor 3 diatas, tentu saja hanya bersifat kebetulan, berarti kesemua usaha. itu tidak dapat untuk menjaga kelestarian dan kelangsungan usaha pendidikan seni budaya di sekolah itu. Dengan uraian diatas, jelaslah bahwa sejak adanya Re-org. di kalangan Departemen P&K, di kalangan Sekolah Dasar timbul usaha-usaha baik untuk maju. Sayang, hal itu tidak merata, sebab bergantung kepada kemam- puan, fasilitas dan syarat-syarat yang diperlukan. Berarti usaha- usaha itu hanya bersifat temporer dan tidak menyeluruh, bahkan ada sementara SD yang dapat. pesat maju, tetapi ada juga yang stabil dan tidak mampu untuk usaha meningkat. Untuk itulah maka sangat dibutuhkan peningkatan pembi- naan dari Pemerintah (Cq. Penilik Kebudayaan). Kreatifitas, Actua- ting dan Ko Ordinating secara Integral sangat dibutuhkan, seper- ti Appresiasi, Applikasi, Latihan dasar dan di tunggu pula penambahan guru dibidang studi kesenian dan Kebudayaan. Se- moga terlaksana!. Tetapi di balik penampilan yang biasa, dan humoristis dari pribadi Agus, ternyata tersembu- nyi sebuah kisah keuletan yang telah menempa kepribadiannya, Sejak kecil, ia boleh dikatakan hidup sengsara. Ayahnya, S. Marta wireja adalah seorang mill- ter, Memasuki masa pensiun dengan pangkat terakhir Sersan Satu, Keluarga berjumlah sepuluh orang. Lulus dari SMP Negeri Bobot- sari, orangtuanya telah memasang lampu kuning buat Agus, Maksud- nya, tidak ada beaya melanjutkan sekolah, Kakaknya sendiri yang bernama Bangun, terpaksa harus berhenti sekolah di ST Bagian yang yang telah mendarah- daging tentang hal-hal magis. Seorang anak makan se- sajenan yang ditaruh dibawah pohon sajen untuk dewa- dewi, ruh-ruh jahat dan ia ternyata tidak kena tulah tidak mendapat kutuk akibat perbuatannya. Sebab menu- rut pikirannya, "Lebih ter kutuklah mereka yang mem- persembahkan makanan ke- pada makhluk yang tidak tampak, apalagi kepada ruh- ruh jahát!" (hal 57). Gurudan apresiasi sastra: Sebuah orang "Hari-hari itu, suatu saat yang tak pernah kulupakan dari lembaran hidupku. Tuhan, berilah kekuatan untuk meng- realitas semacam ini memang sering kita jumpai di semua kawasan negeri kita di sembarang tempat dan di sembarang waktu. Dan setting hadapi hari esok yang tidak cerpen Wilson ini cukup bisa menentu" (hal 65): mendukung ceritanya. Opti- Seperti dua kumpulan misme anak-anak itu me cerpen Wilson Nadeak yang ngangkat cerpen ini menjadi terdahulu, kumpulan ini pun berharga. Mereka juga be- dengan jelas bernafaskan rupaya mendobrak konvensi atas kepercayaan nenek mo- iman kristen. Gerita-ceritanya terefleksi dengan nada dan Kasus Oleh: Drs.Deddy Roamer Ps UNIV. IBN KHALDUN, BOGOR Anggapan bahwa Guru-guru Indonesia dl Bahasa minim. Bogor amat Atau, apakah umumnya tidak mau keluar, mereka (guru-guru Bahasa Indo- dalam arti tidak mau hadir pada nesla Itu) tidak peka terhadap diskusi diskusil sastra, pementasan permasalahan yang harus mereka atau perlombaan-perlombaan sas- hadapi dalam peningkatan mutu tra, tidak dapat disangkal kebe- anak didiknya misalnya dalam narannya. Ini dapat dilihat dari apresiasi sastra, apakah kegiatan undangan-undangan Bogor Studi Guru-guru hanya terbatas pada Klub (BSK) untuk mengikuti kegiatan mengajar dengan bahan yang Itu-itu juga, tanpa menam- bahinya dengan kegiatan-kegiatan lain sebagal "pelajar aktif yang dialog-dialog Sastra yang biasanya hanya mendapatkan respon dari kecil sebagian Guru Bahasa Indonesia di kota Inl. Jelasnya, selalu terbuka pada perkem- undangan yang biasanya disebar- bangan perkembangan baru? kan dengan rekomendasl P dan K, Itu, paling banyak hanya dihadiri oleh 10% Jumlah Guru Bahasa Indonesia yang diundang, bahwa Barangkali tidak salah sinya- lemen beberapa pihak kebanyakan Guru Bahasa Indo- nesia di kota Inl (yang amat Pada hemat saya hal tersebut disebabkan Guru-guru itu sendiri penting peranannya) justru sangat dahulu dl latih oleh dalam pembinaan yang tidak mempunyal perhatian "impoten" apresiasl sastra, Bahkan, ketika yang patut kepada bidangnya, melalul BSK meminta Mereka tidak mempunyal sikap saya kepada 2 sekolah untuk mengl- positip terhadap sastra, yang sebenarnya justru harus diajarkan rimkan masing-masing 5 pelajar secara Intensif di sekolah, Jadi, untuk mengisi acara sastra di RRI apakah tidak sia-sia kehadiran Staslun Bogor (dengan terlebih mereka di sekolah dilihat dari segi BSK) pembinaan apresiasi sastra? Dan sekolah-sekolah Itu tidak mem- berikan sambutan yang sepatut- bagalmana mereka dapat mena- namkan Buktinya sikap tidak positip satupun anak nya. didiknya terhadap sastra, kalau pelajar yang datang atas nama padahal ini jelas mereka sendiri tidak memiliki sekolahnya, bukan kepentingan saya, RRI, sikap positip Itu? atau BSK, Ini tak lain untuk kepentingan sekolah-sekolah Itu dalam pembinaan apresiasli sastra anak didiknya, Akhimya, karena kesempatan Itu tidak dimanfaatkan oleh sekolah-seko- lah yang bersangkutan mengambil sekolah lain yang ada langsung sebenarnya sudah mendapat gill- ran, yaltu SMA GIKI Bogor karen aGuru-guru sekolah Inl besar sekall perhatiannya pada pem- binaan apresiasi sastra, 1 saya GAMBARAN SURAM. Itulah gambaran Suram darl sikap apresiasi sastra guru-guru Bahasa Indonesia di kota Ini, balk yang mengajar SLP/SLA Maupun SD. Tidak aneh kalau banyak di antara kita yang ingin sekall mendengarkan suara Guru Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah tentang problem- problem mereka dalam pembina- an apresiasi sastra anak didiknya. Jadi bukan semata-mata BSK yang membicarakan masalah ter- sebut dengan kehadiran guru yang secara Agus Sunarto Bangunan Gedung Namun dasar "binal" (baca: ulet-Red), Agus pergi membawa ijazah SMP, yang nilainya wahid- wahid. Gerbang SMA Negeri Purbalingga dimasukinya dan diterima, Agus langsung menemui Direktur, dan menceriterakan peri kemiskinannya, Sekolah mencek, ternyata benar. Maka Agus pun dibebaskan dari pembayaran SPP. SUARA KARYA - HALAMAN VII Hambatan setelah SPP bebas). Bebas SPP membuat Agus berniat untuk tidak menyia- nyiakan kesempatan yang baik itu. Ia bertekad menjadi pelajar yang sebenar-benarnya pelajar, Namun bebas SPP bukan berarti baginya bebas dari hambatan yang lain. Ia butuh buku, ia butuh pakaian seragam macam-macam, ia butuh uang transport, ia butuh uang untuk praktek baik yang kurikuler maupun non kurikuler, "Huaduh, mas, pusingnya bukan main", kata Agus kepada penulis. "Hiya, mas, Kami orang tua Agus tidak mampu membiayainya", sahut ibunya, Pak Martawireja, seraya menggu- lung tembakau, ikut nimbrung", Nyatanya kami hanya mengiring- kan doa dan restu, mas". suasana kekristenan yang cukup meyakinkan. Seperti pada cerpen Menanti Pulang di mana tokohnya seorang perawat yang pasrah dalam harapan dan doa-doanya ke- pada Tuhan; dan ia didukung secara moral oleh nasehat nasehat pendetanya. Dalam kekalutan dan kepasrahan- nya, gadis itu bertanya dalam harapan, "Bukankah Kristus - pun rela mati untuk menebus manusia yang berdosa?. Bukan kah Diapun dapat menyem buhkan penyakitnya" (hal 62) kebenaran sinyalemen di atas, Ya, kebanyakan Guru Bahasa Indo- nesla di kota ini, ternyata sangat "Impoten" dalam pembinaan apresiasi sastra anak didiknya, Lalu, siapakah yang harus ber- tanggung jawab terhadap pem- binaan apresiasi sastra di sekolah sekolah kalau bukan Guru-guru tersebut? SIBUK? Hal tersebut, membuktikan Bogor 1980 "Tetapi Tuhan Maha Murah, mas", sambung Agus", saya tidak putus asa. Saya berusaha terus dengan segala kemampuan saya. Kemampuan untuk meretas tali hambatan kemiskinan, yang me- nimpa diri saya Alhamdulillah!. Sampai kelas III memasuki semester terakhir ini, saya masih bisa membiayai diri sendiri". Dari mana ia mendapatkan beaya?. Agus memang dikenal sebagai seorang dekorator, Ham- pir setiap ada upacara jajar pengantin di daerah operasinya, Agus terpilih sebagai tukang dekor. Untuk mempromosikan diri, ia menghubungi beberapa juru rias pengantin untuk bekerja- sama. Sering pula bahkan Agus bertindak merangkap sebagai tukang potret, meski dengan tustel merk "lekas kembalikan" alias pinjaman. Selain dekorasi, Agus juga membuat stempel untuk per. orangan, organisasi dan lain lain. Ia pun tidak menolak kalau ada yang memesan papan nama toko, organisasi, bahkan papan nama perorangan yang dipasang di rumah-rumah, Karya-karyanya bisa dilihat di Purbalingga Utara, Tugu-tugu yang bertebaran seba- gai pembatas antar desa, dengan bentuk joglo, tulisan timbul, banyak yang dikerjakan oleh Agus. Bagaimanapun hal yang amat mengecewakan itu akan merugl- kan bagi pembinaan apresias! sastra. Apatisme Guru (mungkin karena sastra tidakdianggap baglan masalahnya), di samping keter- batasan orientasi (walaupun un- tuk kenyataan-kenyataan sastra yang ada dalam lingkungannya sendiri), tentunya tidak layak dibiarkan. Memang Guru-guru selalu sibuk dengan kegiatan mengajar sehari-harl, yang mungkin tidak terbates Pada satu atau dua sekolah saja. Tapi kesibukan bukan alasan untuk tidak terbuka pada perkembangan perkem- bangan baru, Apalagi Guru Bahasa Indonesia yang tidak cukup dengan hanya mengajarkan sejum- lah pengetahuan Guru-guru Bahasa Indonesia harus memberikan pula sejumlah ke- trampilan praktis yang akan dipergunakan anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Dan selama Guru-guru Itu masih menganggap sibuk sebagai alasan terbaik untuk tidak melebarkan orientasinya pada segala kenyataan sastra yang dalam masyarakat, nya, selama Itu pula pembinaan apresiasi sastra di sekolah-sekolah hanya bergerak pada titik "nol", Duhal, haruskah tragedi Ini terus berlanjut? bahasa saja, Lewat keuletan usaha itu, Agus membuktikan janjinya un. tuk menjadi pelajar yang benar, kesan kemiskinan pun terhapuslah!. Dan Segudang aktivitas). Selain aktivitas mencari uang, ternyata ia juga sangat aktif dalam sekolah kegiatan-kegiatan dan masyarakat. Ia memimpin OSIS. Ia juga menjadi redaktur pelaksa- na Majalah Aspirasi Siswa dan Majalah Dinding. Ia juga duduk di Dewan jajaran kepemimpinan Kerja Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Purbalingga Timur, Hasilnya, sebuah plagam penghargaan. Tahun 1979, ia berangkat lagi ke Perpanitra se Jawa Tengah di Cilacap. Agus juga tidak ketinggalan dalam kegiatan Remaja Pecinta Alam, Bersama rekan-rekannya, telah beberapa kali ia mendaki sampai puncak G. Slamet (terting- gi di Jateng). Pada pelacakan Jalur Tentara Pelajar Brigade ke XVII, Agus mempersembahkan piagam lagi untuk sekolahnya dan untuk dirinya sendiri. Soal kumpul-kumpul piagam, memang sudah bukan hal asing bagi Agus, Plagam pertama sudah ia dapatkan sejak ia duduk di TK Santa Lucia di Sumatera Baret. Selanjutnya, di SD Xaverius, Agus dikenal sebagai deklamator yang baik. Ia pernah menjuarai Juara I Deklamasi Sajak se propinsi Sumatera Barat untuk tingkat SD. Ketika duduk di SMP Negeri Bobotsari, Agus meraih piagam kejuaraan mengarang Bahasa Jawa se Kabupaten Purbalingga Ingin masuk AKABRI. Kini Agus sudah hampir ujian SMA. Orangtuanya berulangkali mengucapkan syukur atas kemu rahan Tuhan, sehingga anaknya yang dulu dilarang melanjutkan sekolah, kini ternyata hampir tamat, Ditanya mengenai cita- citanya setelah lulus, Agus yang dilahirkan pada tanggal 10 Agustus 1958 di Padang, mengata- bahwa ia ingin masuk AKABRI! (Syukurlah, masih ada pemuda yang mau menjadi ten tara). kan di Penulis mendoakan, semoga cita-citanya bisa kesampaian, Dan kalau sudah kesampaian menjadi seorang perwira, semoga hatinya ia tetap tidak melupakan semua yang masih miskin, Penga- laman hidupnya semoga membu- atnya tetap akrab dengan yang menderita, di desa-desa khusus nya (SOMADUN).- Pengalaman kepramukaannya cukup luas. Ia pernah mengikuti penataran di Semarang, Tahun 1977, Agus membawa regu Pramuka SMA Negeri Purbalingga ke arena lomba perkemahan se Jawa Tengah di Pegandan, Semarang. Hasilnya: juara perta- mal. Tahun 1978, bersama pandang regunya ia berangkat ke Raimuna Nasional III di Karangkates, Jawa Dari halaman VI muncul muncul juga, tokoh pendeta itu menenangkan isterinya. "Nasib? Percayalah kepada Tuhan. Lagi-lagi kita harus berpasrah. Doa kita harus setulus doa Ibu Semuil. KONSISTENSI Cerpen Berburu Kalong menyajikan suasana batin tokoh Pollung yang mera- sakan datangnya isyarat ke- matian pada dirinya. Ia tidak tu. segembira rekan-rekan sepem- Cerpen Gembala-gembala buruannya karena suara, "Bu- berkisah tentang cita-cita rung pungguk itu" (hal 43) anak gembala yang akan yang menurut keyakinannya menjual kerbaunya dan pergi merupakan pertanda datang ke kota. Ia berkata kepada nya maut. Sedang cerpen kerbau ini, lalu pergi ke kota. temannya, "aku akan menjual Di sana aku akan mencari pekerjaan dan malam hari aku akan menuntut ilmu" (hal Demikian juga cerpen Gemba- la-gembala yang mendobrak tra disi karena iman. Seorang yang beriman tidak takut terhadap- kutukan dewa-dewi atau ruh - ruh jahat karena menurut keya kinan agama: Cerpen Menanti Pulang kan kehidupan kejiwaan dan menceritakan suasana hati rumah tangga seorang pen- seorang kekasih yang menanti deta muda. Mereka sangat hari kematian pacarnya. Se- mengharapkan kedatangan se- 57). Sebuah tema lama yang bab, "Dokter berkata: Dia orang anak yang akan me- sering kita jumpai dalam tidak akan sembuh. Transfusi nyemarakkan kehidupan per- cerita-cerita dalam masa Balai darah hanyalah menambah Mungkin dari sudut kawinan, tapi bertahun-tahun Pustaka dan Pujangga Baru. deritanya. Ia kanker perut, agama, cerpen ini bisa lamanya anak yang dinanti- Tapi tema semacam ini dan obatnya tidak ada......."( dianggap kurang sopan lebih nanti itu tak datang juga.Tapi memang aktual-apalagi kalau hal 65). Dan benar, sang setan, demit dan sebangsanya keras lagi kurang bermoral- pendeta itu, "Sebagai seorang mengingat bahwa negara kita kekasih yang telah didoakan pasti tidak berani meng- tetapi kalau kita melihatnya pendeta muda tidak patutlah adalah negara agraris yang dengan, "Kehendak-Mu jadi- hampiri umat yang saleh. Dan dari sudut fiksi yang me- dia menunjukkan rasa ke miskin. Seorang anak harus lah, ya Bapa" itu telah pulang cerpen Cumbaya 0, Lord nyajikan realitas imajiner, (hal 57). cewanya kepada orang lain. berani berjuang sendiri tanpa kepada-Nya. Tokoh cerita itu dengan jelas pula memapar maka inilah cerita yang paling Disamping 3 tulisan ten- Termasuk isterinya. Bagai dukungan yang berarti dari kan setting dan suasana pasrah kepada Tuhannya berhasil dalam kumpulan ini. manapun, di dalam segala hal kekristenannya lewat kehi- Manusia tidak hanya ter dia harus menunjukkan ke dupan pendeta' dengan geraja kungkung dalam bentuk fisik- sungguhan hati. Tanpa ingar- dan umatnya. Nafas Kristiani- nya, tetapi mereka diberi bingar" (hal 49). Dan akhir- mutlak nya tidak hanya terasa lewat kebebasan untuk nya, 'sembilan bulan sepuluh penyebutan nama Yesus dan meraih kemerdekaannya. Me- hari kemudiannya, kepada me sebutan pendeta, tetapi terasa reka bebas untuk berbuat apa reka dikaruniakan seorang dalam nada dan irama saja sepanjang eksistensinya lelaki. Buah kasih ceritanya. Di mana keluarga memungkinkan. Walau akhir- keduanya " (hal 51). Karena pendeta itu sendiri yang nya mereka menjadi budah itu pula pendeta muda itu dengan yakin hidup secara nafsunya sendiri. Tapi itulah dengan semangat berkhotbah Kristen dan menanti anuge- kepada jemaatnya dan saat kembali ke rumah ia terus rah-Nya. Seperti waktu pu- tera yang dinanti-nanti itu tak tua mereka. Dan dengan iman yang teguh. tang perekonomian di bawah judul: ekonomi Indonesia di masa datang, prinsip ekonomi pembangunan, ekonomi ter- pimpin; juga masih ada 3 artikel lain tentang kedau- latan rakyat, tanggungjawab intelektual, lurusnya Panca- sila. Membaca buku ini semakin yakinlah bahwa di- balik kesederhanaannya maka Bung Hatta selalu memikir- kua nasib bangsanya. (Su- anak manusia!. Dari halaman VI UNHAS "Apabila kita seka- rang memandang selayang kepada pemba- ngunan yang harus dikerjakan dengan memperhatikan prin- sip-prinsip ekonomi, terasa pada kita bahwa faktor ruang dan waktu besar sekali pengaruhnya. Dalam ekonomi mikro dikenal hukum Gossen kedua yaitu menyamaratakan guna penghabisan daripada barang-barang yang diperoleh untuk memuaskan kepuasan/ keperluan hidup, supaya ting- kat kepuasan antara barang- barang itu sama semuanya. Mengapa dia bisa kita tidak?" (hal 50). Dan dari sudut tema kristen ini, cerpen Orang- orang Merdeka terasa lebih Itu merupakan kepuasan yang berhasil, karena cara pe- terbesar dengan barang-ba- rang yang kita peroleh dengan nyajiannya yang lebih bebas. Cerpen ini tidak menyajikan kita. Analog dengan itu dalam alat pemuas yang ada pada Kristen sebagai dogma, tetapi makro ekonomi dapat pula Kristen sudah merupakan masalah. Wilson hanya me- ngangkat latar Kristennya dan di dalamnya diudaknya ma- salah itu. kita kirakan suatu situasi yang menunjukkan kepuasan yang kira-kira merata ke seluruh tanah air (masyarakat nasional). Alat penghasil dan alat penukar dipergunakan sedemikian rupa supaya ter- capai tambahan kemakmuran yang terbesar dalam perban- dingannya yang merata ke seluruh masyarakat nasional" Korrie Layun Rampan. giarto S).
