Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1991-02-10
Halaman: 05

Konten


FEBRUARI 1991 MINGGU, 10 FEBRUARI 1991 Bali Post Halaman 5 leh Riyanto ang berteori kemudian eori apa, prakteknya ba- k belakang. Masyarakat dengan orang kaya, bu- ijakan di wajahnya, me an "kekuasaan" duit ter- adi-masih terpengaruh rpengaruh status sosial- Inya. Pemilihan antara lah yang masih kurang keduanya telah terpadu. ai harga diri. Miskin ber- ng pemilihan status so- ra? Penyair, masih cen- g. Lalu bila ada penyair Sorot dan dipertanyakan ateri yang dipunyai akan wa penyairnya. Yang je- k, tak akan diukur lewat i mengatakan, seandai- ungan serba acak, ia tak eorang penyair ternama. lainnya yang hidup ber- upan Chairil. Dan jelas, alnya, bila tak ada Chai- penyair yang intens dan marta, jelas akan terjadi ngenai kehidupan di du- lukisan sajak yang men- man. Bagaimana dengan penyair bukan semata Tergantung berapa jauh ejadian untuk dituliskan, ma penyair setelah mela- ak mengangkat seorang an siapa yang mengang- a mencintai sajak? lam gelimang sajak bu- kemiskinan. Ia berada ang tak terpengaruh sta apa pun berhak jadi pe menggapai-gapai ruang ebanggaan, di mana ge menerobos ruang da a itu sendiri boleh jadi apa aku ingin jadi pe- ah senyum kebanggaan. mairil, pun bukan karena alasan karena ingin hi- Kami ALI 1. Fax. 0361-34661. p. 311312. URIP BALI CEPAT TEPAT AMAN cayaan Anda Sukses Kami R MVD Y C. 1842 C 202 C ia tercenung melihat Ita angnya nasibmu, adikku....." Nia ranjangnya. Wajah manisnya yang biasanya dihiasi senyum lucunya kini lenyap entah ke mana. Sejak seminggu ini celo- teh riangnya lenyap. Dan Nia merasa sedih karenanya. Sega- la usahanya untuk memulih- kan kesehatannya dan keri- nganan adiknya selalu gagal dan sia-sia. Hingga Nia merasa putus asa dan tak bisa berbuat lebih banyak lagi kecuali diam dan berdoa serta menunggui sang adik yang kini sedang sakit. disayangkannya sikap papa yang selalu pergi dan pulang malam. Tugas kantor tak mungkin dimulai sepagi papa berangkat dan tak mungkin berakhir sampai televisi me- nayangkan siaran Dunia Dalam Berita. Ingin sekali rasanya Nia protes dan menyadarkan papa bahwa dengan perbuatan dan kebiasaan papa selama ini membuat Ita semakin shok ber- at hingga sejak seminggu Ita sa- kit. Badannya panas dan keri- ngat selalu keluar membasahi tubuhnya. Kadang Nia tak tah- an mendengar bila Ita di sela- sela tidur gelisahnya mengigau, menyebut-nyebut papa. Bila su- dah demikian Nia akan meng- ambil photo mama yang terpa- jang di atas bufet. Lama dipand- angnya dengan air mata mem- basahi pipinya. Nia mengusap kening Ita. Terasa panas dan bintik-bintik keringat membasahi kening dan wajah lugu yang terbaring di ranjang itu. Ditahannya isak tangisnya agar Ita tak ter- bangun karena mendengar ta- ngisnya sementara air mata- nya membasahi pipi Nia. Beta- papun ia sangat sayang pada "Mama..... kembali, mama..... adiknya yang masih duduk di Ita kangen......, ma......" tiba-tiba kelas dua SD itu. Ita yang lucu lamunan Nia buyar. Buru-buru dan lugu, Ita yang manis dan dihapusnya air mata dan dibe- lincah itu membutuhkan kasih lainya rambut kusut Ita. Sejuta sayang seorang Ibu. Nia sema- perasaan menghalau jiwa Nia. kin tergugu mengingat semua Kalau saja tak punya rasa malu itu. Kasih dan cinta seorang pada tetangga ingin sekali rasa- ibu. Inilah yang memberati pi- nya ia menjerit sekuat-kuatnya kiran Nia. Ia sangat shok atas dan menangis sekuat-kuatnya hilangnya belaian kasih ma- meratapi nasibnya dan meng- ma. Nia meratap dalam hati, amuk melampiaskan rasa ma- Ya, Tuhan... kenapa kau reng- rah, benci, sedih dan protes pa- gut kasih mama dari kami. da papa. Namun bila papa telah Kau panggil dia menghadap pulang dan duduk termenung di Mu. Nia menghapus air mata- ruang tamu, segala niatnya di- nya. Tiba-tiba menyelinap per- urungkan. Papa nampak lelah asaan benci pada papa yang se- dan matanya memancarkan so- jak kepergian mama selalu rot tak bergairah untuk hidup. jauh dari mereka, Selalu men- jauh dari kehidupan Nia dan Ita. Papa selalu pulang malam ketika Ita sudah tidur dengan harapan dan sejuta angan- angan akan dapat menemui mama di alam mimpi dan dapat bercanda dengan mama..... wa- lau hanya lewat mimpi. "Oh, Ita... Ita... betapa mal- Hal ini membuat hati Nia han- cur berkeping-keping. POS ANAK- ANAK Melati buat Mama Oleh Seriasih basah. Perlahan mata kuyu Ita terbuka. Pandangannya sayu tak ada sorot semangat hidup. Nia menahan nafas tatkala Ita mengucap mama dan meratap mengharapkan mama. Di saat- saat seperti ini papa yang se- pantasnya menghibur mereka Ita sudah sakit keras, shok di- tinggal mama, menyusul papa menjauhi mereka. Tak ada lagi kasih sayang untuk mereka. Dan mereka menjadi pendiam. "Oh.... mama.... papa.... Tu hanku....." keluh Nia dalam hati. Dikompresnya kening setelah kehilangan mama. sang adik dengan saputangan Dongeng Seandainya ada papa tentu Ita Angsa Putih bertiup Tuanku lebih cepat pulih. "Ma... pulang ma.... Ita rin- du mama...." ratap Ita. Bibir- nya yang mungil tapi kering tergerak-gerak menyebut mama. "Tidurlah, Ita kamu sedang sakit. Nanti pasti papa bawa oleh-oleh." Namun Ita tak menghiraukan kata-kata sang rangkan air dalam ketel besar dan mengasah pisau dapur. Se- benarnya, si Bungsu yang ber- tubuh lemah itu belum tidur, dan ia mendengar semua per- intah putri palsu. Lewat tengah malam, putri palsu mendekati pintu kamar, lalu bertanya," Anak-anak, apakah kalian sudah tidur?" Dan si bungsu pun menjawab, "Kami tidak dapat kakak. "Kak Nia... mama mana ?," pertanyaan itu bagai petir di siang hari yang menyambar dada Nia. Kerongkongan Nia bagai tercekat dan bibirnya bak tersumbat hingga tak se- patah katapun dapat terucap olehnya. Hanya keheningan menemani mereka. Dan air ma- ta Nia sudah bobol lagi dari pertahanannya. "Mama, mana... kak Nia ?" Lagi-lagi Nia hanya dapat me- mejamkan mata dan diam. Apa yang harus dia katakan untuk menjawab pertanyaan itu? Ita akan semakin shok dan akan menangis dan membuat sakit- nya bertambah parah. "Oh, Ita... hentikan perta- Kakak tak nyaanmu it. mungkin dapat menjawab nya...." jerit Nia dalam hati. "Kenapa mama pergi lama, kak Nia ?" serak sekali suara Ita. "Kamu harus relakan ke- matian mama, sekarang tidur- lah. Tuhan menjaga mama di surga, Ita" jawab Nia dengan suara berat. "Mama pergi ke Surga, kak? Ita ikut mama........ isak Ita pun tak dapat ditahan. Dada Nia rasanya dikoyak-koyak. Nia sangat sedih melihat adik nya harus menderita. "Mama.... melihatkah mama kami saat ini, ma ?" keluh Nia. "Mama tak mungkin kemba- li ke rumah, suatu saat kita ju- ga menghadap Tuhan me- nyusul mama. Tapi sekarang Ita tidur lagi agar cepat sem- buh, ya," Kata Nia sambil mem- betulkan letak selimut Ita. "Papa mana kak?" pertanya an itu membuat tangan Nia berhenti bergerak. Ita kembali ingat papa. "Sudahlah, Ita, Entar lagi pa- pa pasti pulang bawa oleh-oleh buat kita. Kak Nia ke dapur du- lu, ya" Dan Nia mengecup ke- ning sang adik lalu keluar me- Kwek, kwek, kwek, Buah hatiku Bertahun-tahun aku meng- asuhmu nuju dapur. Sejak mama meninggal, Nia- lah yang menggantikan tugas dan kewajiban mama mulai da- ri mengurus dapur sampai mengurus adik. Melelahkan memang, namun Nia harus kuat dan tabah menjalani coba- an Tuhan dan tetap taat ber- ibadah. Sebenarnya Nia pun tak ku- rang sedihnya dari Ita namun ia berusaha memendam kese- dihan agar kewajibannya tak terbengkalai. Apalagi ujian su- dah dekat. Beberapa bulan lagi Nia harus bergulat melawan soal-soal ujian EBTA dan sejak sekarang ia berusaha mem- buang kesedihan agar dapat konsentrasi dalam belajar. Nia tak mau larut dalam kesedihan dan dalam suasana berkabung yang membuat pelajaran mun- dur. Ia ingin berhasil dan suk- ses walau mama tak ada lagi di sisinya memberikan nasehat dan bimbingan belajar pada di- rinya. Nia melirik papa yang se- dang menyuap nasi. Lemah se- kali gerakannya. Tak ada sele- ra makan sedikitpun. Diam- diam Nia menghela nafas me- nyesali, dan meratapi nasib ke- luarganya. Cobaan dari Tuhan terlalu berat bagi Nia. Tentu Ita dan papa tak kurang beratnya menanggung beban bathin akibat dari cobaan tersebut. Buktinya Ita jatuh sakit dan papa selalu jauh dari rumah. "Sopnya tidak enak, pa?" ta- nya Nia sekonyong-konyong. "Oh... enak juga. Kamu me- mang pintar memasak" puji papa sambil berusaha terse- nyum pada Nia sang anak. Na- mun dapat dirasakan senyum itu senyum terpaksa.Papa tak ingin dirinya kecewa lantaran tak menambahi senyum pu- jiannya tadi. "Tapi papa rasanya tak ber- (Bersambung ke Hal 11 kol 1) "Kwek, kwek, kwek, Anak- an itu, terkejutlah Sang Pa- anakku ngeran. Ia segera memberi per- intah kepada para pelayan," Tangkaplah angsa itu, dan ba- wa kemari." Tetapi usaha para pelayan untuk menangkap in- duk angsa itu sia-sia. Dan se- muanya menjadi heran ketika Sang Pangeran sendiri turun ke halaman dengan maksud hendak menangkap angsa pu- itu bahkan Memandikanmu dengan air mataku Dan senantiasa menjagamu Tanpa pernah melepaskanmu jauh." Anang pangur segar ketika nas hari ini dihatlah betapa tengah mengerami tiga butir kan mata bahkan kami sedang dengar juga oleh Sang Panger- hinggap ke tangannya. kan "Tidak, tidak," pikir sang Putri. "Aku tidak boleh man- di." Namun akhirnya ia pun tertarik juga, dan katanya da- lam hati," Kukira tidak apa- apa bila aku mandi." saja selesai merayakan pesta kemilaunya air itu terkena ca- pernikahannya dengan seo- haya matahari." rang putri cantik jelita, men- dapat perintah harus berang- kat ke medan laga. "Selama aku pergi, jangan sekali-kali kau ke luar dari pu- ri, berjalan-jalan di halaman, atau pun membicarakan ke- jelekan orang lain," pesannya kepada sang putri. Dan sang putri pun berjanji akan menaa- ti semua pesan itu. Hari demi hari berlalu, dan sang Putri selalu setia menanti di dalam puri, sampai pada suatu pagi, ketika dilihatnya seorang nenek-nenek berdiri di dekat pintu pagar. Nenek itu berseru," Mengapakah Tuan- ku mengurung diri seperti itu? Mengapa Tuanku tidak menik- mati keindahan alam? Berjal- an-jalanlah ke taman, pasti ha- ti Tuanku akan terhibur." Lalu ia melepas gaun panj- angnya dan melangkah ke ba- wah air terjun. Tiba-tiba nenek tua itu berteriak nyaring, "Ter- bang, terbanglah, hai Angsa Putih." Dan seketika itu pula sang Puteri menjelma menjadi see- kor angsa yang berbulu putih yang kemudian terbang meng- gelepar mengintari taman pu- ri. Nenek tua yang pandai me- nyihir itu segera mengambil gaun sang putri, dan sekejap itu juga ia telah menjelma men- jadi seorang putri cantik, se- cantik pemilik gaun. Dan ke- mudian dengan hati lega ia me- masuki puri, menanti sang Pa- ngeran. Semula sang Putri tidak menghiraukan saran itu, na- mun lama-kelamaan ia pun Beberapa waktu kemudian, berpikir," Apakah salahnya bi- sang Pangeran pun kembali la aku ke taman?" Maka ia pun pulang menaiki kereta keraja- turun dari tangga puri dan an, Ia sama sekali tidak men- berjalan-jalan di taman. Se- buah air terjun yang jernih sa- ngat memukau hatinya. "Nah, begitulah," kata nenek tua itu lagi," udara terasa pa- Cerita Bersambung duga bahwa putri cantik yang menyongsongnya itu bukan istrinya. Sementara itu, jauh di sudut taman puri, di balik rumpun- Bunga-bunga Asrama Oleh Adhi Parniti Kanak sudah bersiap-siap. (7) nyak sekali. Bea memilih-milih telur. Ajaib! Ketika telur-telur itu menetas, keluarlah dua orang anak laki-laki yang se- hat dan tampan, dan seorang anak perempuan yang lemah dan buruk rupa. Angsa Putih mengasuh anak-anaknya de- ngan penuh kasih sayang, me- nyelimuti mereka dengan sayapnya yang lembut, meng- ajar mereka berenang me- nangkap ikan, dan membuat pakaian dari kulit lokan. berurai air mata karena kau akan membantai kami dengan air panas dan pisau belati. Putri palsu kembali ke kamar nya, berjalan mondar-mandir sambil mencari akal. Beberapa saat kemudian, ia kembali mengetuk dan bertanya," Anak-anak, apakah kalian su- dah tidur?" an. Katanya kepada istrinya," mudian ketika sang Pangeran Aneh, bagaimana mungkin membelai sayapnya, angsa itu seekor angsa dapat meratap se- tiba-tiba lenyap dan muncul Putri cantik jelita, istri yang perti manusia?" sesungguhnya. "Ah, pasti Tuanku hanya hatiku Anak- Buah berkhayal," sahut putri palsu. Diam-diam ia memerintahkan beberapa pelayan untuk meng- usir angsa itu. Perintah itu pun segera dilaksanakan. Teta Dan si Bungsu menjawab lagi, pi Angsa Putih hanya terbang "Kami tidak dapat memejam- menghindar ke sana kemari kan mata bahkan kami sedang sehingga para pelayan itu "Jangan bermain terlalu berurai air mata karena kau menjadi kelelahan. Ketika jauh," pesan Angsa Putih ber-, akan membantai kami dengan keadaan telah kembali sunyi, Angsa Putih pun meratap lagi, ulang kali. Namun anak-anak air panas dan pisau belati." "Kwak-kwak-kwak, "Suara yang sama," pikir pu- itu seringkali melanggarnya. Mereka lebih senang bermain tri palsu." Aku harus membuk- anakku Kwak-kwak-kwak, di rumput yang lembut di ba- tikannya ke dalam. "Dengan wah jendela-jendela puri. Keti- cepat ia membuka pintu dan Bertahun-tahun aku meng- ka anak-anak itu mulai ber- masuk ke dalam. Ketika dili- umur lima tahun, putri palsu hatnya kedua anak yang lain mulai curiga. Dari wajah mere- sudah lelap, tanpa buang wak- ka, tahulah dia siapa ibu mere- tu dicekiknya ketiga anak itu ka. Karena itu, dengan berpu- hingga mati. ra-pura ramah, ia memanggil Keesokan harinya, Angsa mencari-cari anak- ketiga anak itu masuk puri, di- Putih ajaknya bermain-main dan di- anaknya. Karena tidak terde- suguhinya makanan yang le- ngar jawaban, ia pun mengem- zat-lezat. Sebuah kamar de- bangkan sayapnya dan ter- ngan tempat tidur yang bagus bang mengitari halaman puri. juga telah disiapkan bagi me- Dan melihat tiga sosok tubuh reka. Tidak lama kemudian, berjajar di atas tumpukakan ketika putri palsu mengira batu. Angsa Putih menubruk bahwa anak-anak itu telah ter- ketiga tubuh yang sudah kaku lelap, ia pun memerintahkan itu. Dengan hati hancur ia pun para pelayan untuk menje- meratap, Kembali dengan dada berde- gup kencang Bea membalik agenda itu.... "Kamis, 6 September Aku heran pada Fellicia. Dari dulu, ia tampak tak tertarik berteman denganku. Me- nyebalkan sekali. Aku kubuat ia juga bersimpati padaku. Li- hat saja nanti..." "Jumat, 7 September Aku pura-pura jadi penemu ge- lang Felly. Kukatakan jatuh dekat sumur. Padahal kuambil di kamarnya. Ketika hendak mengembalikan gelang itu aku pura-pura tak tahu letak kamar Felly. Ini kebodohanku. Padahal Yoanna, pernah meli- hatkan berbicara dengan Yas- min disana. Tetapi untung me- reka tak curiga. aku kembalikan. Dia tak per- Felly mulai ramah padaku. Na- mun aku kemudian mende ngar gosip bahwa Felly malah eesokan harinya anak- ton!" pikir Bea senang. Ih, ba- jadi heran ketika gelang itu Setelah mengecek segala se- novel itu. "Tapi eh, apa ini?" pi- suatunya, anak-anak segera kir Bea sendiri. Agenda milik berangkat. Bea berdiri di dep- Jihan! Bea menengok ke kiri an ruangannya mengawasi dan ke kanan. Sepi! Mendadak anak-anak yang mulai naik Bea meletakkan novel yang te- kendaraan satu persatu. lah dipilihnya. Ia begitu terge- "Da...da...Bea!" Rin rak untuk membaca agenda itu. seru Jihan. Antara sadar dan tidak Bea membuka agenda Jihan dan mulailah ia membacanya nakal. Bea memonyongkan mu- lutnya. Jihan mendekatinya. "Aku punya banyak cerita detektif. Kalau kau suka kau bisa ambil di tasku, agar kau tak bengong!" kata Jihan. Lalu ia bergegas naik kendaraan. Bea mengangguk senang, Anak-anak sudah berangkat semua. Mendadak Eliza muncul. nah melewati tempat dimana gelang itu kutemukan. Ter- nyata dia tak seperti Bea. Felly cukup tanggap. Uh, ham pir saja aku terjebak...." Bea terus membalik agenda "Sabtu, 8 September Yah, akhirnya aku menyadari, sangat menyenangkan sekali berteman dengan mereka. Aku "Selasa, 4 September bertekad, akan selalu berbuat Aku tak bisa terus-terusan baik pada mereka. Aku me terasing seperti ini. Aku harus nyesali sikapku yang begitu menggunakan suatu cara agar angkuh ketika baru pertama mereka mau berteman de- kali di sini sehingga mereka nganku. Aku harus mendapat membenciku. Tetapi sekarang simpati mereka. Oh, aku ber- semua begitu indah. Mereka te- hasil mencuri jam tangan mi- lah jadi sahabat-sahabatku. lik Bea. Dia kebingungan dan Aku akan kirim surat ke mami "Lho Eliza...kau?" tanya Bea mengira jamnya terjatuh di bahwa asrama di SMPK St Lu- keheranan. rumput. Hi..hi...hi..." cia ini begitu menyenangkan. "Hepi memintaku untuk Aku bahagia sekali. Ingin se- menjaga ruangannya. Kau ta- kali aku menyenangkan hati hu sendiri kalau mereka ja- Bea, karena bagaimanapun rang sekali ikut piknik. Sering aku pernah berbuat nakal pas piknik, si Keke jatuh sakit. Terpaksa kan Hepi harus men- jaganya. Kali ini kebetulan Ke- ke nggak kumat sakitnya. Biarlah mereka yg ikut dan aku yang menjaga ruangan nya!" kata Eliza tenang. Bea mengangguk-angguk. "Uh, kalau sendirian seperti ini menunggu sore hari begitu lama. Si Eliza pasti lagi bela- jar," pikir Bea menopangkan tangannya di meja. "Eh iya," gumannya sendiri. Bergegas ia menghampiri tas Jihan. "Wow, karangan Enid Bly- Bea membalik halaman agenda itu dengan dada bergetar. Lalu ia membaca lagi... "Rabu, 5 September Hari ini kukembalikan jam ta- padanya. Bea maafkan aku, ngan itu. Tampak Bea begitu aku tak mungkin berterus ter- berterima kasih. Aku tak men- ang padamu. Aku takut anak- duga sama sekali bahwa anak-anak akan kembali membenci- anak begitu drastis berubah si- ku. Aku lakukan semua itu se- kap padaku. Aku betul-betul mata agar kalian mau bertem- dianggap sahabat mereka. an denganku... yah, cuma Trutama Bea, dia betul-betul itu..." baik padaku. Ah, rencana ini Berbegas Bea menutup agenda begitu sukses. Sebetulnya aku milik Jihan karena ia mende- tak ingin berbuat seperti ini. ngar langkah-langkah kaki ke Tetapi nampaknya ini jalan sa arah ruangan ini. Bea pura- tu-satunya untuk menarik pura membaca novel detektif simpati mereka. Siapa yang itu seolah tak ada apa-apa. menyangka bahwa sesung- "Oh, ternyata Eliza!!!, pikir guhnya pencuri dan penemu Bea lega. Bea menghela nafas. barang itu adalah aku?..." "Aku malas sendirian di sa- na. Mendingan di sini saja!" kata Eliza. asuhmu Memandikanmu dengan air mataku Dan senantiasa menjagamu Tanpa pernah melepaskanmu jauh." Kemudian terdengar ratapan yang lain, "Penyihir telah merampas ayahmu Sang Pangeran-suamiku Ke sudut puri dicampakkan- nya aku Sementara ia menduduki tempatku." Mendengar nyanyian ratap- Jihan, tentang maksud hati Jihan, tentang penyesalan Jih- an, dan tentang niatnya untuk merubah sikap. Yah, semua- nya! Dan tak pelak, Eliza ter- "Kalau Suster tahu, bisa ke- na marah nanti. Apapun ala- sannya kamar tak boleh diko- songkan pada saat anak-anak pana. semua tak ada. Suster-suster Suara jaga semua pada ikut piknik!" "Sungguh...Bea?!" kata Bea tergesa. Setelah itu Eliza tergetar. Antara kaget Bea terdiam. Dadanya masih dan rasa haru. Bea meng- berdebar-debar mengingat ke- angguk. jadian tadi. "Kenapa kau Bea? Mukamu agak pucat?!" Eliza heran. "Ya Eliza, aku baru saja mengalami sesuatu...!" Bea berkata pelan. "Tetapi rasanya aku tak bisa menceritakannya padamu!" lirih Bea berkata. "Bea, kalau itu betul-betul ra- hasia, aku berjanji tak akan membocorkan pada siapapun. Lama mereka saling diam. Kemudian,.... Sang Putri segera menyuruh seekor burung untuk mencari air sakti. Dalam beberapa detik saja burung yang suka berceri- ta itu telah kembali membawa air ajaib dalam temboloknya yang besar. Dan ketika air sak- ti itu dipercikan ke tubuh keti- ga anak itu, seketika itu juga mereka membuka matanya dan hidup kembali. Sang Pangeran memeluk istrinya dan anak-anaknya de- ngan penuh sukacita. Sesaat kemudian, ia pun mengeluar- kan perintah untuk menang- kap putri palsu, dan mengikat nya ke ekor kuda liar yang se- gera menyeretnya ke tanah la- pang. Nasib Putri palsu ber- akhir dengan menyedihkan, sebagai upah atas kejahatan- nya sendiri. Kini Sang Pangeran hidup bahagia sepanjang masa bersa- ma dengan istri dan anak- anaknya. Diceritakan oleh Tjok.Istri Dewi Puspita Wati JI.Tunggul Ametung 1/9. Denpasar. kan kita, malah ia begitu royal pada kita. Ya, memang sulit mencari simpati dari orang lain jika kita sudah terlanjur di-cap jelek. Begitu juga de- ngan Jihan. Kita jangan salah- kan dia. Yang jelas kini, semua sudah jernih. Ingatlah Bea, anggap saja kita tak pernah tahu ten- tang isi agenda itu. Jihan tetap teman kita. Sahabat kita!" kata Eliza tegas. Bea kembali me nyungging senyum. Hatinya terasa lega. Lega sekali. Bea tersadar. "Kita harus menghargai niat orang untuk merubah sikap, Bea! Walaupun cara itu keliru. "Hei Eliza, sudah cukup la- Tetapi toh belakangan ini Jih- an telah membuktikan ke- ma kau tinggalkan kamar Ke- sungguhan hatinya. Ia betul- ke. Kembalilah ke sana!" kata Bea kemudian. Eliza menjabat betul anak yang baik. Maka menurutku, rahasia ini tangan Bea sebelum berlalu. hendaknya kita pegang ber- Matanya dikedipkan, lalu ke- Kau seperti memendam sesua- dua. Suasana di antara kita su- duanya tertawa berderai. *** tu yang sangat membebani pi- dah begitu akrab. Lagipula, kiranmu...!" Bea menengadah, kasihan Jihan, kita harus Eliza membelai rambutnya, menghargai kesungguhan "Ah, Eliza dapat dipercaya," pi- niatnya itu!" kata Eliza. Bea kir Bea. mengangguk setuju. Perlahan Bea menceritakan se- "Dan perlu diingat, secara mua itu. Tentang kelakuan materiil ia tak pernah merugi- 1991 Daftar harga per 15 Jan TERLARIS & TERKENAL di dunia, karena AWET, TANGGUH MURAH PA MITSUBISHI DIESEL GENERATING SET bandingkan harganya Sebelumnya Harga sekarang -25 KVA Rp. 19.750.000,- Rp. 9.950.000,- -37 5 KVA Rp. 25.450.000,- Rp. 13.950.000,- -50 KVA Rp. 34-100.000 Rp. 17.950:000,- -625 KVA Rp 40.630.000,- Rp. 19.950.000,- -80 KVA Rp 41.150.000 Rp 22.950,000 -95 KVA Rp.51.275.000 Rp. 25.950.000 RAWATA IRIT MITSUBISHI NEW-SEG Series Harga tidak terikat, se-waktu 2 dpt. berubah anpa pemberitahuan lebih dahulu Jl. Bypass Ngurah Ral 17x (blk) - Sanur (0361)87016 (Habis). (Buat Welly, Mbak Putu, gung de Marsthawa dan teman-teman sesa- ma penulis, salam kreatif). Adhi Parniti Kampus UNR Denpasar. BUAH HATI RUBRIK "Buah Hati Berhadiah" ini terbuka untuk semua Pembaca Bali Post. Kirimkan foto bayi atau anak-anak Anda ke Redaksi dengan syarat-syarat sbb 1. Bayi atau anak berumur 3 bulan s.d. 15 bulan. 2. Lengkapi dengan data, nama, alamat, umur, dan komentar secukupnya. • 3. Kirim ke Redaksi Bali Post, Jalan Kepun- dung 67A Denpasar 80232, lengkap de- ngan potongan kupon Buah Hati. Dio Rizky Bellah Novanta, begitulah nama lengkap adik manis ini. Tangisnya terde- ngar pertama 11 Mei 1990 dan besar nanti bercita-cita jadi pengusaha. Alamat tinggal Jln. Nusa Kambangan No. 105 Denpasar. Buah hati dari Hari dengan Eni lewat rubrik ini nitip salam sejahtra buat Mbah serta ke- luarga di Bali dan Madiun semoga sehat wa- lafiat. "Kawan-kawan setanah air, yuk kita kenal- an dan tukar-tukar foto", ajak adik centil ini yang bernama Sheira Prameswari Dewata Ayu. Lahir 26 Oktober 1989 dan besar nanti bercita-cita pingin jadi seperti Prof. Dr. Zakiah Derajat. Pesan lewat rubrik ini salam manis buat semua keluarga di rumah mat berhari Minggu. "Hai teman-teman di seluruh tanah air ke- nalan yok," ajak I Putu Aries Ridhana Arimbawa. Lahir 24 April 1988 dan besar nanti bercita-cita pingin jadi Pilot. Alamat rumah Banjar Tegeh Sari - Padangsambian, Denpasar Barat. Melalui rubrik ini Putu Aries nitip salam buat semua keluarga di rumah selamat hari Minggu semoga baha- gia selalu. KUPON 4. Bagi mereka yang fotonya dimuat, akan mendapat 1 (satu) paket bubur Promina. Untuk pengirim yang tinggal di Denpa- sar, paket hadiah dapat diambil lang- sung di Kantor Redaksi Bali Post. Se- dangkan untuk yang di luar Denpasar, hadiah akan dikirim. 5. Redaksi juga masih tetap menerima dan memberi kesempatan kepada bayi atau anak-anak Balita. "Oh betapa damainya dunia, bila kasih sayang tertanam dalam lubuk sanubariku," begitulah kira-kira bisikan si kecil berusia enam bulan yang bernama Putu Liliana Ayu Pradevie, sembari takjub terpana meman- dang indahnya dunia. Lahir 23 Maret 1990 dan bercita-cita menjadi Engineer seperti Bapaknya. Alamat rumah Jln. Kemuning No. 6 Mataram Lombok-NTB (83126) I Gusti Agung Ngurah Perthama, begitulah namanya. Lahir 18 Juni 1990 dibawah naungan bintang Gemini. Alamat rumah Br. Tameng Desa Sukawati, Gianyar. Buah hati kesayangan Drs. I Gusti Ngurah Suwi- ta dengan Gusti Ayu Rai R melalui rubrik ini nitip salam manis buat teman sebayanya, selamat hari Minggu dan tahun baru 1991 semoga asung kertha raharja. I Dewa Agung Basma Kusala Wangsa, nama adik ini. Lahir 11 September 1990 di bawah naungan bintang Virgo dan besar nanti bercita-cita jadi dokter. Putra pertama pa- sangan Dewa Putu Raka AD dengan AA Bintang Yustini ini tinggal di Jln. Gunung Agung Padangsambian, Denpasar. Melalui rubrik ini ia nitip salam buat keluarga di Denpasar, Gianyar, dan Kerambitan Taban- an semoga selalu sehat-sehat. Tumbuh Sehat Ceria s.u.n "BUAH HATI Sun No. 25 Cara Terbaik !!0.000 Untuk mengatasi kebingungan & ke-raguan Anda, dalam memilih serta menentukan kado atau hadiah yang tepat, adalah dengan 10.00MO.U.C.H.E.R EKUPON BELANJA GRATIS) 25.000 RU RUPIAH MA DEPARTMENT STORE RUPIAN Tersedia VOUCHER Senilai: Rp. 10.000- 50.000 SERATUS RIBU Rp. 25.000,- Rp. 50.000,- Rp.100.000,- Hubungi Sdr Kenny Kantor M'A (lantai 3) Jl. Diponegoro 50 Telp. 27201, 23787, 25625 Denpasar KADO/HADIAH VOUCHER M'A Pilihan Tepat & Berkesan Ⓡ Bubur Susu Penuh Gizi MANFAAT LIST GIZI YANG LENGKAP PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT "BALI SINAR MENARA" JLN. RAYA SUWUNG RUKO NO. 17 TELPUN (0361) 53359 KUTA-BALI MENERIMA : 1. TABUNGAN DAN DEPOSITO. - - Mempercayakan Uang anda pada kami berupa TA- BUNGAN DAN DEPOSITO adalah tindakan tepat un- tuk masa depan putra-putri anda yang sejahtera. Dapat dipergunakan untuk persiapan pembiayaan ma- suk keperguruan tinggi Fakultas. 2. Melayani Kredit Kendaraan dan barang Elektronik. 3. Memberikan Pinjaman jangka panjang dengan Bunga yang bersaing. 4. Petugas kami siap antar-jemput semua TABUNGAN dan DEPOSITO kealamat anda. 5. PT. BPR. BALI SINAR MENARA adalah milik anda. Hubungilah kami sekarang juga. Anda pasti mendapat pelayanan yang cepat dan memuaskan. Color Rendition Chart C. 173 C. 174 C. 2233 2cm