Tipe: Koran
Tanggal: 1991-02-10
Halaman: 10
Konten
Halaman 10 Dr. Shalihuddin Djalal Tanjung, M.Sc. : Saya "Nelongso" Melihat Bali ali sebagai Pulau Dewata, kungan diraihnya. Kendati de- narannya di mancanegara. Bah- kan lebih kondang dibanding Indonesia sendiri. Bali juga per- nah disebut-sebut sebagai Pu- lau Taman. Menjelang dica- nangkannya program Visit Indo- nesia Year 1991, Bali juga ramai tinggal di hotel di sepanjang pantai Bali. Ia masih senang be- lum ada pantai di depan hotel yang bertuliskan "No Trespas- sing." "Jangan sampai suatu saat hanya turis atau tamu hotel dibicarakan orang; mulai dari yang bisa menikmati pantai se- pedagang acung, perang tarif perti di Amerika," Djalal berha- hotel dan biro perjalanan, rap. serbuan investor mencari lah- an, batas sempadan pantai, pe- langgaran tata ruang, kemacet- an lalu lintas, pasar swalayan, sampai kepada munculnya pole- mik tentang "Bali sudah Bo- peng." Benarkah Bali masih me- nyimpan segudang pesona ?. Su- dah begitu parahkah kondisi lingkungan di Bali ?. Mengapa kini semakin banyak orang dari luar Bali berbicara tentang pu- lau maestro pariwisata ini?. Da- lam kesempatan seminar ten- tang Masalah Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang di- selenggarakan Pusat Antar- Universitas (PAU) Studi Sosial Universitas Gadjah Mada 28-29 Januari 1991 di Yogyakarta, Ba- li Post berhasil menemui Dr. Shalihuddin Djalal Tanjung, Msc., seorang pakar lingkungan, pengelola Program S2 Ilmu Lingkungan Fakultas Pasca Sar- jana UGM, dan sekretaris Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) UGM. Perhatian orang yang sema- kin besar terhadap Bali, menu- rut Djalal Tanjung, memang beralasan. Peran Bali dalam konteks pariwisata begitu besar di Indonesia. Dari tahun ke ta- hun Bali sendiri mengalami per- ubahan. Dilihat dari aspek ling- kungan, banyak yang harus di- pelajari dan dipikirkan untuk menjaga kesinambungan peran Bali sebagai primadona pariwi- sata Indonesia. Begitu rutin per- ubahan yang terjadi, sehingga masyarakat Bali sendiri hampir tak dapat melihatnya. Ibarat orang tua, demikian kata Djalal Tanjung, mereka ti- dak begitu seksama memper- hatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri anak nya. Karena sehari-hari telah melihatnya. Tetapi sebagai o rang luar, selama 30 tahun pa- kar lingkungan yang menamat kan sarjana biologinya di UGM tahun 1968, dapat melihat perubahan-perubahan itu. "Sebagai orang luar dan pe- neliti, saya betul-betul melihat Bali telah berubah," katanya kepada Bali Post di ruang kerja nya, kantor PPLH UGM Sekip Blok K-9 Yogyakarta. Penampi- lannya sederhana. Ramah seka- li sikapnya, dan ceplas-ceplos gaya bicaranya. Selanjutnya Djalal Tanjung mengatakan bahwa dari kaca- mata lingkungan, tak ada satu ekosistem pun yang memiliki daya dukung (carrying capacity) alam tak terbatas. Akan tetapi ekosistem itu dapat ditingkat- kan fungsinya sehingga dapat dipertahankan daya tampung- nya; meski demikian ia tetap punya batas. Masalahnya bagi Bali adalah, sejauh mana kenyamanan para wisatawan mancanegara di da- lam keadaan yang selalu ber- melebar. tambah itu dapat menikmati ke- nyamanan lingkungan Bali de- ngan segala fasilitasnya. Bagai mana pun Bali hanya sebuah pu- lau yang tidak dapat tumbuh Satpam Berlebihan Ketika ditanya tentang ang- gapan sementara orang yang mengatakan bahwa Bali sudah bopeng, Djalal Tanjung yang melanjutkan studi magister e- kologi di Indiana State Univer- sity tampak sangat hati-hati menjawabnya. "Tergantung dari sudut mana orang memandang. Orang yang mengatakan demikian tentulah sudah memiliki pertimbangan dan data yang lengkap. Sebe- narnya, orang disebut bopeng manakala ia tercoreng muka- nya, atau tak secantik dulu la- gi," jelasnya. Bali Post/C Dr. Shalihuddin Djalal Tanjung, M.Sc. Oleh sebab itu tugas pengusa- ha hotel untuk menerangkan kepada wisatawan bahwa pan- tai di Bali adalah milik ma- syarakat (public owners). Dari perbincangan dengan Bali Post ada kesan dari Djalal Tanjung bahwa penempatan Satpam di pantai di depan hotel tampak berlebihan. Seolah pihak hotel ingin menguasai pantai. Pada- hal alam semesta ini, termasuk pantai; diciptakan Tuhan un- tuk dinikmati oleh seluruh u- mat manusia. Lantas di mana le- tak keadilan ?. Apakah pariwi- sata ini hanya untuk wisatawan dan orang-orang yang berduit saja?. "Ini bisa menimbulkan ke- cemburuan sosial," katanya. Djalal Tanjung pun meng- isahkan pengalamannya ketika ditanya petugas Satpam hotel di tepi pantai. Ia terpaksa berbo- hong kepada Satpam dengan mengatakan bahwa ia meng- inap di hotel di mana Satpam itu bekerja, dengan harapan ia da- pat leluasa berada di pantai itu. Menyinggung masalah ke- rusakan (abrasi) pantai di Bali, Djalal Tanjung menjelaskan, itu semua dapat terjadi lantar- an hilangnya terumbuk karang yang berfungsi menghalangi ombak. Mengapa terumbuk ka- rang karang hilang?. Karena di- ambil penduduk untuk bahan bangunan, khususnya pemba- ngunan hotel. Inilah dampak fi- sik kegiatan pariwisata yang da- pat disaksikan terhadap ling- kungan. "Komponen terumbuk ka- rang diambil secara paksa," u- jar dosen mata kuliah Bisnis Lingkungan pada Program Ma- gister Manajemen UGM. "Untuk itu, batasi dengan se- gera !," tandasnya. ada sesuatu yang hilang dalam Djalal Tanjung juga melihat pengembangan pariwisata di U- bud, yaitu lingkungan. Kompo- Lingkungan) tidak berjalan se- nen TEL (Teknologi, Ekonomi, cara berbarengan. Teknologi dan Ekonomi lebih dominan da- lam pengembangan pariwisata di Ubud, sementara faktor ling- kungan terabaikan. Munculnya bangunan di tebing-tebing, ber- dirinya hotel-hotel di kiri-kanan sungai Ayung membuat sepan- jang sungai ini tak indah lagi. Sungai Ayung berubah bentuk dan fungsinya semacam saluran (got) saja bagi hotel di atasnya. "Ini yang membedakan su- ngai Ayung dengan kali Code di Yogyakarta," katanya. "Pencemaran yang terjadi di kali Code disebabkan oleh ma- syarakat yang terpaksa tinggal di tepian untuk menghidupi a- nak istri. Tetapi bangunan di kiri-kanan sungai Ayung, milik siapa dan untuk siapa?," tanya Djalal Tanjung berapi-api. DATEX Bali Post Dari Hotel ke Hotel Bali Post/PR Penyerahan Kunci Dewata Beach DEWATA Beach Hotel di Canggu, Kuta, termasuk salah satu dari hotel-hotel di Indonesia yang akan diresmikan secara kolektif oleh Presiden Soeharto di Nusa Dua Maret mendatang. Hotel bintang III berkamar 168 itu milik PT Tansiondo Bali Mulia dan dikelola oleh Eastwind International Hotels. Tampak dalam gambar acara penyerah an kunci dari pemilik kepada pengelola hotel. Dari kiri: Promotion Manager Ratna, Executive Director Owen Ronadhi, Commissary Tan San Kok, President Commisary Tan Kwang King, Director Johan Raharjo, Managing Director of Eastwind International Hotels Thomas Yew, General Manager Hotel Rudolf W.P.Smit, dan Director of Eastwind International Hotels, Singapora, Bobby Foo. Bali Post/PR Ikut Pertandingan Internasional REGU bola voli pantai Bali Padma Hotel berhak ikut dalam pertandingan internasional di Bali 22-26 Februari. Dalam pertanding- an se-Bali 3 Februari lalu, regu ini meraih juara II dan memboyong piala Polda Nusra. Tampak regu bola voli pantai Bali Padma Hotel bergambar bersama pelatihnya, Mur Elianto (berdiri paling kiri). Bali Post/PR Perang Teluk dan Resesi Ekonomi Bali Postr Lombok di Nusa Dua Beach SETELAH "Sunda Night" berlangsung selama bulan Januari, kini kesenian dan pameran barang kerajinan Lombok (NTB) mengisi kegiatan promosi hotel Nusa Dua Beach selama Februari. Kegiatan tersebut dibuka Sabtu (2/2) diikuti enam pengerajin dan 12 penari dari Lombok. Tampak mereka bergambar bersama Lizbeth dari Sales Dept. dan Henny Hakim Purel Manager. Bintang Bali Bali Post/PR. Yang Berulang Tahun Januari SETIAP akhir bulan, di Ramada Bintang Bali Resort; berlangsung peringatan hari ulang tahun karyawan hotel secara bersama-sama. Dalam bulan Januari yang lalu, tercatat 38 orang staf hotel yang merayakan ulang tahun. Tampak dalam gambar dari kiri: Putu Wastika dari Food and Beverage, General Manager Douglas Mcleod (sedang memotong kue) Putu Kamayana dan Ketut Rinta dari House keeping dan Ujang Sutandi dari Engineering, adalah sebagian dari mereka yang berulang tahun bulan Januari. Bali Post/PR Penerbangan Perdana "PELUANG bisnis pariwisata 1991 dalam kaitannya dengan Perang PENERBANGAN perdana pesawat Fokker F-100 PT Pelita Air Teluk dan Resesi Ekonomi," merupakan topik yang dibawakan Drs Service 31 Januari lalu menempuh rute Jakarta-Denpasar-Jakarta. GLAN Iswara sebagai pembicara tamu dalam "Jumpa Executive" di Dalam kaitan acara itu berlangsung santap siang bersama di Pertamina Puri Bunga Pertamina Cottages, 30 Januari. Acara tetap Pertamina Cottages dihadiri sekitar 100 undangan. Tampak Direktur PT Pelita Air Cottages ini dihadiri sekitar 70 orang dari kalangan pengusaha biro Service Wage Mulyono dan Direktur PT Patra Jasa Pudjadi Soekarno perjalanan, penerbangan, dan pejabat-pejabat pemerintah. Tampak dan undangan lainnya. dalam gambar General Manager Pertamina Cottages Adnan A. Karamoy (paling kiri) bersama Kepala Cabang Perum Angkasa Pura Asrul Rapani serta pejabat-pejabat dari Garuda. Bali Post/PR Melangsungkan Pernikahan di Bali WALAUPUN akhir-akhir ini dunia sedang diliputi kecemasan akan perang yang sedang berlangsung di Teluk Persia, Daniella Mayer dan Peter Glaese dari Jerman tidak gentar untuk melangsungkan pernikah- an mereka di Bali, yang jaraknya beribu-ribu kilometer dari kampung halaman mereka. Upacara pernikahan itu diadakan di Bali Padma Hotel. Pada gambar terlihat kedua mempelai sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pertugas Catatan Sipil Denpasar, disaksi- kan kedua orangtua dan kerabat yang sengaja datang dari Jerman untuk menyaksikan perkawinan ini. Ekofilosofis Sesungguhnya sikap ma- syarakat Bali untuk mengantisi pasi situasi kepariwisataan, me- nurut Djalal Tanjung yang juga banyak belajar budaya Bali, su- dah positif. Mereka berusaha belajar bahasa asing serta tum- buhnya usaha bisnis pariwisata. Begitu pun sikap masyarakat terhadap lingkungan menurut- nya sudah bagus, misalnya pem- benahan lalu lintas satu arah yang bertujuan memberikan buh kearifan masyarakat terha- kenikmatan wisatawan dan ma- dap lingkungan hidup (ecologi- syarakat, gerakan penghijauan, cal wisdom). nesia. NATOUR VISIT INDONESIA BEACH '91 Tiap Hari Sabtu Bali Post/PR ini yang menerapkan konsep PADA tiap hari Sabtu karyawan di Natour Hotel, termasuk tingkat pembangunan yang berwawas- manajer dan manajer menengahnya, diharuskan mengenakan pakaian an lingkungan, termasuk Indo- tradisional. Tampak dalam gambar tiga karyawan Natour Kuta Beach mengenakan pakaian daerah Bali Sabtu lalu. "Di samping untuk turut Yang ada sampai detik ini ha- melestarikan budaya bangsa melalui pakaian daerah, sekaligus turut nyalah gerakan pelestarian menyukseskan Sapta Pesona," ujar Imam Asrorie, Sale & PR Manager lingkungan. "Orang sebaiknya tidak ber- Apabila dilihat dari kerusa- kan fisik yang dideritanya, pa- kar lingkungan yang telah berkali-kali mengadakan pene- litian bahkan setiap tahun da- tang ke Bali ini, mengakui Bali telah bopeng. Menurut penda- patnya, wisatawan yang datang ke Bali sebagian besar adalah untuk menikmati pantai de- ngan pasir putihnya. Tapi apa lacur, yang dilihatnya adalah hotel-hotel yang berjajar sepan- jang pantai. Secara alami mere- ka tak dapat menikmati kein- gerakan kebersihan yang dipe- Jika ada orang yang mengata- dahan Bali lagi. lopori oleh instansi pemerintah, kan sungainya hidup, demikian "Jika dengan mata tertutup dan sebagainya. Sayang, upaya Djalal, itu berarti sungai terse- saya dibawa ke Kuta; kemudian serupa tidak didukung oleh se- but dapat menghidupi ma- begitu tutup mata terbuka, saya luruh masyarakat dan kompo- syarakat. Jika dikatakan alam kebingungan. Saya tak tahu ka- nen industri pariwisata. Masih berhak hidup, berarti jangan buat apa yang diinginkan, teta- lau itu adalah Bali. Semua yang ada masyarakat yang terburu- merusak alam. Tetapi ke- pi apa yang diperlukan. Dengan Saya lihat adalah hotel dan tu- buru menjual tanah kepada in- nyataannya, sekarang alam su- demikian ada kontrol terhadap ris," kata lelaki asli Padang, Su- vestor karena ingin mendapat dah dipreteli. Oleh karena itu keinginannya, tidak mengobral matra Barat dengan aksen dan keuntungan secepatnya. Para Djalal Tanjung sepenuhnya se- alam semesta," kata Djalal sam- intonasi suara yang lugas. pengusaha industri pariwisata pendapat dengan pernyataan bil menekankan pentingnya e- "Apa Bali mau jadi kota sema- juga masih banyak yang mem- Dr. Nasikun direktur PAU Studi cam Singapura ?. Lantas di ma- bangun fasilitas kepariwisataan Sosial yang dalam pembukaan na letak keistimewaan dan dengan mengabaikan faktor seminar mengatakan bahwa tak keunikan Bali ?," tanya Djalal lingkungan. ada satu negara pun sampai saat lebih lanjut. "Mbok yao masalah lingkung- Sebagai pecinta lingkungan an ini diperhatikan," kata Dja- Goresan yang fanatik, Djalal Tanjung lal Tanjung yang juga fasih ber- berharap agar Bali tetap alami. bahasa Jawa. Sebelum Bali benar-benar very Untuk itulah ia berusaha (Sambungan Hal 6) crowded perlu diatasi dengan se- mengembangkan ekofilosofis, lebih istimewa. Setuju?" yaitu pandangan terbaru dalam gera. Bahman tersenyum. Flora ju- ga. Bertatapan. Bahman ke- mudian, tanpa mempedulikan Adanya peraturan tentang kacamata ekologi yang diperke- batas sempadan pantai sepan- nalkan oleh Arne Naess, seo- jang 100 meter menurut Djalal rang ahli lingkungan Amerika Tanjung belum tentu memenu- tahun 1989. Dengan ekofilosofis orang-orang yang memenuhi ca- fetaria, meraih tangan Flora dengan segenap perasaan. Sen- tuhan lembut itu seakan melam- bungkan mereka berdua ke udara, yang wangi bunga-bunga dan menentramkan hati. beraneka warna. Begitu indah hi syarat keindahan bila tiada ini Djalal Tanjung yang menda- dan meremasnya dalam rang- tanaman di sepanjang pantai. Ia pat pendidikan tambahan AN- kuman tangannya yang kekar, yang pernah tinggal di New DAL (Analisis Dampak Ling York selama 4 tahun benar- kungan) Ekonomi, Biologi, dan benar merasakan keresahannya Teknologi di Hawai, Singapura, tatkala berjalan di sana dalam dan Kanada; berupaya untuk keadaan terang benderang na- menggali nilai-nilai yang ter- mun terasa gersang. Tetapi ia kandung di dalam Pancasila tetap bertahan lantaran belajar dan adat istiadat masyarakat In- ilmu lingkungan di sana; dan donesia sebagai pedoman moral dari Fordham University itu pu- pengelola lingkungan. Dengan lalah gelar Doctor ilmu ling. ekofilosofis diharapkan tum- Nunuk Priyulianti Jln. Barumun No. 10 Malang (Jatim) 65111 kofilosofis. "Jika berkunjung ke Bali, saya merasa seolah tidak ber- ada di Bali. Saya merasa seperti hotel tersebut. canegara akan jenuh dan tak mau datang lagi ke Bali. Ketika diminta pesan khususnya ten- tang Bali, Profesor tamu dalam mata kuliah Environment Ma- nagement di Oberlin College USA ini berpuisi : "gedung-gedung megah lambang keangkuhan manusia di Hawai atau Miami Beach Flo- siang terang benderang, namun rida. Saya benar-benar nelongso gersang melihat Bali," lanjutnya serius. di mana Baliku sekarang?". Ia khawatir wisatawan man- P.T. MONANG SIANIPAR ABADI MSA Cargo DOMESTIC & INTERNATIONAL AIR CARGO SERVICE Denpasar Office JI. Hayam Wuruk No. 128, Denpasar - 80235, Bali Phone: (0361) 28231, 28388, 28629, 36195 Telex: 35250 MASADPR IA, 35459 BONDPR IA Fax: (0361) 35025 Airport Office (Ngurah Rai): (0361) 52125, 51011 Ext. 2126 55-30000 (C) C 60 untuk hasil foto terbaik bawalah film Anda ke: TATI THAMRIN SUPER FOTO JLN. THAMRIN 29 TELP. 23104 CENPASAR Kami melayani: KILAT cuci cetak O Segala ienis Film sama bagusnya! Pas Foto KILAT !! I hitam putih & warna). Foto Keluarga & Adat Bali PRODUKSI BARU Cetak Foto GLASS WOOD (FOTO BERBINGKAI. TANPA KACA) camera shop TERLENGKAP DENGAN HARGA ISTIMEWA T foto yang bagus. PROSES YANG BAGUS PULA Untuk mutu. tak ada pilihan lain. C. 187 N MINGGU, 10 FEBRUARI 1991 Kepingan Geger Jepang sib VIY 1991 di Bali, memang, ngenes banget alias lacur pesan menurut istilah orang sini. Momentumnya kurang pas. Pepatah petitih lama yang menyebut sudah jatuh di-gebukin tangga pula terasa tepat untuk melukiskan bagaimana kondisi pariwisata Bali dan Indonesia umumnya kini. Bayangkan saja. Setelah enyut-enyutan disikat perang Teluk, kini muncul lagi geger gara-gara pers Jepang mempublikasikan besar-besaran dua warga- nya yang dinyatakan kena kolera setelah bertandang ke Indonesia, antara lain Bali. Masih syukur dalam menghadapi pukulan yang terakhir itu, kalangan pariwisata atau kalangan yang berkepentingan dengan pariwisata langsung, bisa berdiri dengan kokoh - meskipun dalam hati deg- degan pula, pasti. Kalangan ini, rupanya, tak mau gugur gara-gara geger itu. Selain berarti konyol, ka- lau sampai gugur gara-gara geger, itu sama saja arti- nya dengan mengakui kebenaran geger tersebut. Se- puluh orang wartawan kawakan dari media beroplah jutaan eksemplar per hari pun diundang guna me- recheck langsung kesahihan berita yang digegerkan itu. Juga, sebuah tim yang antara lain terdiri pula dari kalangan medis, segera diberangkatkan. Tujuannya sudah jelas, yakni untuk menjelaskan kepada ma- syarakat negeri yang pernah mengklaim dirinya seba- gai "cahaya dari timur" itu bahwa berita geger itu tak beralasan. Buktinya, sebagaimana di-release seo- rang pejabat yang berkompeten, tak ada masyarakat Bali yang terserang wabah kolera. Bahwa ada kasus- kasus masyarakat lokal yang masuk UGD gara-gara terserang GE, itu jelas lain dengan kolera. Dan bah- wa kasus GE itu sempat juga menimpa masyarakat yang tinggal di kawasan wisata semacam di Nusa Dua tempo hari, itu pasti pula akan di-release tak ada sangkut pautnya dengan geger kolera -- yang disi- nyalir masih belum jelas sumbernya. Apa pun, bagi pariwisata Indonesia, termasuk Ba- li, Jepang sebagai pasar turis sangat menjanjikan, memang. Angka-angka yang tercatat cukup mem- buktikan betapa kucuran yen bakal melimpah dari kran negeri "Matahari Terbit" itu. Jika selama 1982 hingga 1986 pertumbuhan akumulasi kankoo kyaku asal Jepang baru mencapai rata-rata 16,1% per ta- hun, sejak empat tahun terakhir ini sudah meroket menjadi 22% per tahun. Berarti mengalami pening- katan rata-rata 6% per tahun. Kongkretnya, pertam- bahan akumulasi wisatawan Jepang ke Indonesia dua tahun terakhir rata-rata 30 ribu orang per tahun, se- hingga di penghujung 1989 silam total jumlah mereka yang berkunjung ke Indonesia sudah mencapai 190.234 orang 73% di antaranya tercatat sebagai turis murni! Meski jumlah itu masih terbilang sangat kecil di- bandingkan rata-rata 10 juta orang Jepang yang be- pergian ke luar negeri per tahun sejak dua tahun belakangan ini, toh bagi kita itu sudah berarti 20% dari total wisman yang mengunjungi Indonesia di tahun 1989. Angka itu menduduki peringkat kedua setelah Singapura, sekaligus berarti menggeser Aus- tralia ke jajaran ketiga di antara sepuluh negara uta- ma pemasok wisatawan ke Indonesia. Lebih menggiurkan lagi manakala diketahui bah- wa konkoo kyaku itu menghamburkan yen mereka jauh lebih banyak dibandingkan wisatawan Amerika, Eropa, apalagi Australia yang per hari rata-rata cuma membelanjakan duitnya US$ 37. Padahal, rakyat Toshiki Kaifu itu waktu tinggalnya relatif singkat, yakni rata-rata tiga sampai empat hari di sini -- di Jakarta malahan hanya enam jam. Paling lama mere- ka tinggal di Indonesia delapan hari. Ini, tentu, jauh kalah dibandingkan dengan wisatawan Eropa, Ame- rika, atau Australia yang tinggal minimal 15 hari untuk sekali kunjungannya ke Indonesia. Kenyataan demikian, tentu saja, menggembirakan sekaligus sangat menggiurkan manakala tujuan pari- PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA wisata dikembalikan pada soal akumulasi devisa sebanyak-banyaknya, bukannya akumulasi turis yang meruah dengan lenght of stay lama tapi pelit amat dalam merogoh koceknya. Maka, tak heran bila guide-guide Jepang, yang tetap maupun yang free lanche juga yang spesialis maupun yang nggado- gado, sering dijuluki profesi basah karena cepat kaya, katanya. Sehari, kabarnya, seorang guide Jé: pang bisa mengantongi komisi jutaan rupiah dari kepayahannya menggembalakan konkoo kyaku- konkoo kyaku itu ke tempat-tempat pengurasan duit, ya art shop, restoran, hotel, serta marine sport dan leisure on the beach restoran, hotel, serta ma- rine sport dan leisure on the beach lainnya -- yang menjadi kegemaran utama wisatawan Jepang di nege- ri tropis. Seorang kenalan yang menjadi guide Je- pang bahkan mengaku selama tiga hari mengantar- kan tiga orang konkoo kyaku yang masih muda itu sudah bisa menggaet komisi Rp 10 juta dari sebuah art shop di Celuk. Dan, seorang teman dosen, yang hanya sempat menjalani profesi guide Jepang selama setahun, sudah mampu beli tanah dan langsung bikin rumah seluas empat are di kawasan Sidakarya. Tentu saja, akunya jujur, semua itu dikumpulkannya dari menjalani profesi guide Jepang, bukan gajinya seba- gai dosen sebuah PTN dengan minus tunjangan istri, Wajar bila Garuda begitu gencar menuntut agar frekuensi penerbangan langsung Indonesia (Jakarta dan Denpasar) ke dan dari Jepang terus ditambah. Kini saja, Garuda sudah melakukan penerbangan 12 kali langsung dari Jakarta dan Denpasar ke Tokyo, Nagoya, dan Fukuoka per pekannya. Dan hingga 1993 kabarnya jumlah itu masih akan diupayakan ditingkatkan menjadi 21 kali, walaupun pihak Jepang sendiri hingga kini baru memanfaatkan penerbangan langsung ke Indonesia lima kali per pekan, dari kese- pakatan 12 kali. Beberapa hotel berbintang banyak bahkan jauh hari sudah mengantisipasi kecenderung- an bakal membludaknya rakyat negeri Dai Nippon ini ke luar negeri sejak 15 tahun terakhir ini. Suguhan ocha sebagai welcome drink pengganti orange jui- ce serta menyediakan ikebana di kamar-kamar yang diisi wisatawan Jepang adalah salah satu bentuk pe- layanan khusus bagi orang berkulit kuning, mata agak sipit dan tubuh relatif pendek di dekat Pasifik itu. Suguhan lebih "seru" pasti bakal segera muncul lagi manakala diketahui kebijakan baru Pemerintah- an PMKaifu yang menganjurkan agar rakyatnya rame-rame ke luar negeri semakin menemukan ha- silnya. Kucuran orang Jepang ke luar negeri dari tahun ke tahun, memang, terus menderas kayak kran mampet yang baru dibuka. Tapi, "Pintar-pintarlah menghadapi orang Je- pang," nasihat seorang guide spesialis Jepang yang sudah hampir sepuluh tahun berkecimpung dalam pariwisata. Soalnya, ada benarnya juga pendapat Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir-nya bahwa bangsa Jepang itu penuh dengan kejutan, alias sering mengagetkan. Sekurangnya, setiap 25 tahun sekali Jepang mengagetkan dunia. Tiga perempat a- bad silam Dai Nippon mengalahkan Rusia. Setengah abad lalu mengebombardemen Pearl Harbour. Sejak 30 tahun lalu produk dalam negeri Jepang membanji- ri dunia, dan 15 tahunan berselang dunia dikagetkan lagi oleh arus turisme Jepang yang membanjiri man- canegara dengan total pembelanjaan US$ 30 milyar! Sebuah angka yang mengalahkan APBN Indonesia tahun ini. Bisa jadi pula geger kali ini yang dibikin pers Je- pang tentang pariwisata Bali itu hanya riak-riak kecil kecenderungan orang Jepang yang gemar mengaget- kan itu. Sebelumnya, banyak orang Bali, apalagi yang menjadi guide Jepang, dikagetkan oleh uang komisi dari hasil pembelanjaan orang Jepang yang mencapai jutaan rupiah sehari. Banyak pula kalang- (Bersambung ke Hal 11, kol 1) PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA YANG BARU DARI KAMI TABUNGAN PRIMA DENGAN BUNGA 20,4% SEKALIGUS DENGAN LAYANAN PRIMA BERUPA ANTARA LAIN: GIRO TABUNGAN DEPOSITO TAMPAN (Tabungan Masa Depan) SIMPATI (Simpanan Perguruan Tinggi) SIPURA (Simpanan Upacara) KREDIT TRANSFER INKASO KLIRING JASA BANK LAINNYA Pembayaran Rekening Listrik, Telpon, PAM DAPATKAN DAN NIKMATI TABUNGAN & LAYANAN PRIMA BANK SERI PARTHA DI KANTOR-KANTOR KAMI TERDEKAT. BANK SERI PARTHA MENGABDI BANGSA MEMBANGUN NEGERI PRIS FREE TRIED TO TRIED TO FIND PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA PRIMA E MINGGU, 10 H Poli B erkat adany visi sampai p luk menjadi dak pandang usia rang tuli dan buta Hussein, George B tidak tahu dan tida RI. Mereka juga t kan prestasi PSSI apalagi pertanding selingi soccer kick menyebutkan nam milik Sekutu yang Kuwait, dibanding atau KONI Pusat. "Coba pikir! Kem ra pelebonan almarl de Yasa di setera B Ledang yang biaa angka ramalan b ubah. Skud, patri falcon, itulah yang Mereka yang men ini jadi rugi meng Tidak ada sebutir jar Made Rubag t "Ajaib! Bagaima langan otak norma mesin perang yang an Teluk itu? Apa berita perang dari normal kembali?" mencuci Maestro b dibeli dari hasil ju "Bisa jadi! Dia nyakit atau pemba otak akibat dikro Ledang diteriaki n mah pacarnya, Sil lam. Justru yang b saingannya. Setela menghajar I Leda Siluh Kompor da perempuan itu tida I Ledang bisa sem sihnya sampai hati alami frustrasi ber sejak itu dunia ini makhluk perang, s macam gincu di bi bibir, lenyap pula tetangga sebelah r "Kalau demikian mengobatinya ken mua berita perang ikat dia di kursi de nya pulih. Kasihan, Bondres mengelua "Justru keluarga dia gila terus, agar rang, sehingga bag bertambah. Lewat si keluarga Ledang Geger an pengusaha pariwis negeri Shogo ini kare duk dan layangan se orang Jepang mema penting layanan itu s menyenangkan dia, n baginya adalah kuali nya tinggi. "Soal har wisatawan Jepang," pang tadi berwanti- heran bila begitu isu an, mereka langsung nya pergi ke Indones pula. Tapi, mengapa set salnya baru ngomong pariwisata, sebenarny Sudah menjadi sifat ngomong terus teran berkepentingan. "Ke ka bilang bagus, Melati selera," gumam Ni "Ya, tadi papa se pir ke rumah tan Nia" papa mencuc dan kemudiap mel "Pa... hm.... Nia dengan papa. Seri Nia setelah papa d si tamu. "Hmh......"han jawaban dari papa "Ita sakit, pa.... "Ya, papa tahu bawa ke dokter. sibuk." "Tapi pa, Ita sak pa," perkat potong. "Sudah, Nia.... j kan papa" bentak Dibentak demikian di geram. Se uneknya yang me nya sesak dikelua begitu tak suka al selama ini. Ia m melindungi Ita. "Papa, papa ego pernah memperh asaan kami papa pagi pulang malan tak tanggung jaw kami yang suda mama? Hingga It tak pernah mau p kejaaam "Ni Jika (Samb Ia memperingatka kebutuhan tertent biarkan tidak terp menimbulkan rasa Ada masanya, pe dapat mengusir ra sedang dialaminya mereka yang sedan dalam penjara, ter mah sakit, istri ya mati atau ditingga oleh suami mereka atau jejaka yang lama merindukan dan sebagainya. Namun satu hal ya pat dibantah oleh sumber rasa sepi it Justru itu, hati pul 'menyembuh'kanny menstimulasi kata sa berada dalam ke kesendirian, tetapi sa kesepian. Seba dakmampuan I perasaan seseoran dang berada di te keramaian, bisa sepian. 4cm Color Rendition Chart C. 97
