Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-06-15
Halaman: 07

Konten


, 15 JUNI 1992 SENIN, 15 JUNI 1992 IAN drinker, good sense good family-life. I'm ntelligent, optimistic, real good talk. Does not perfect myself)? ery nice) ? My name AD De Bilt, The n? U. 948 mbaran, to be llowing Sor Managers pervisor er unequalled spitality will g in English vided. otograph and A NT STORE LI LA WEAR 931 Harian Untuk Umum Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Terbit Sejak 16 Agustus 1948 Tajuk Rencana Perbedaan Kepentingan Mewarnai KTT Bumi PERLINDUNGAN terhadap lingkungan hendak- nya jangan mengorbankan pembangunan karena pembangunan ekonomi merupakan hak fundamen- tal semua bangsa dan negara. Itu berarti, kekayaan alam di negara berkembang jangan dipandang se- bagai milik dunia, sementara pola komsumsi di ne- gara maju dibiarkan terus meningkat. Jika perlindungan terhadap lingkungan hanya di- bebankan kepada negara-negara di Selatan, hal ini berarti mengalihkan tanggung jawab secara tidak adil kepada negara-negara berkembang. KTT Bumi yang tengah berlangsung di Rio de Janeiro merupa- kan langkah awal bagi terciptanya kemitraan global yang menciptakan suatu pola baru pembagian kerja antarbangsa. Kata-kata Presiden Soeharto yang diucapkan di depan KTT Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and Develop- ment atau UNCED) hari Jumat (12/6) merupakan penegasan kembali bagaimana pertikaian kepen- tingan antara pihak Utara dan Selatan mengenai lingkungan dan upaya penyelamatannya dapat diselesaikan. Untuk menjelaskan kembali pokok masalahnya. barangkali kita simak kembali kata-kata Menristek Habibie beberapa waktu lalu. Pandangan dunia maju di Utara kini diarahkan ke negara-negara ber- kembang di Selatan yang masih memiliki kekayaan alam seperti hutan. Negara-negara Utara mengim- bau, ada kalanya menekan, negara-negara Selatan untuk menghentikan pembabatan lingkungan dan alam (hutan) yang dikatakan sebagai sabuk hijau (green belt) bagi cuaca global. Sementara itu pembangunan industri di negara- negara Utara oleh pihak Utara didiamkan saja. Pa- dahal Utara menyumbang besar sekali terhadap ke- rusakan secara menyeluruh. Gas-gas yang dilepas- kan ke udara seperti karbon dioksida dan khlorofluorokarbon (CFC) menjadikan bumi seperti sebuah rumah kaca. Efek rumah kaca itulah yang menyebabkan suhu muka bumi naik dengan segala konsekuensinya. Pihak Utara juga dituding bahwa biang segala masalah sekarang justru ditimbulkan oleh Utara. Pi- hak Utara telah berabad-abad menikmati semua- nya. Kini tidak ada lagi hutan-hutan yang berarti di Utara. Itu berarti Utara sendiri telah menikmati lebih dahulu kekayaan alam yang kini disadari tidak lagi hanya bermanfaat secara lokal atau regional me- lainkan mempunyai daya pengaruh secara global. Sebagian besar kerusakan alam dan lingkungan di Selatan adalah untuk memenuhi kebutuhan Utara yang konsumeristik dan berlebih-lebihan. Tidak ter- bayangkan betapa besarnya dana yang mengalir dari Selatan untuk memenuhi kebutuhan Utara. Se- mentara itu dana pembangunan dari Utara ke Se- latan tidak sebanding besarnya, itu pun dengan ne- gosiasi yang alot dan dengan syarat yang berat. Kini Selatan baru pada tahap memanfaatkan kekayaan Bali Post Masa Depan Bahasa Bali (4 - Habis) Halaman 7 Demokrasi Kita yang Kekeluargaan Kepunahan Bahasa ADA banyak nama yang sering dikaitkan dengan macam demokrasi kita. Seba- gai koreksi terhadap Demokrasi Terpimpin ala Bung Karno, demokrasi sering disebut-sebut sebagai Demokrasi Pancasila. Langsung atau tak langsung, nama ini tentu ada hubungannya dengan anggapan bahwa Orde Lama telah menyele- wengkan Pancasila, dan Orde baru bertekad melaksanakan ideologi tersebut de- ngan konsekuen. alamnya untuk membangun sendiri setelah dijajah krasi Kekeluargaan. Di Can- Utara berabad-abad lamanya. Jadi wajar apabila pihak Utara bertanggung ja- wab lebih besar terhadap biaya pemulihan ling- kungan dan sumber alam yang sama-sama dibutuh kan oleh seluruh dunia. Sikap ngotot atau meminimalkan sumbangan Utara terhadap perusakan alam dan lingkungan ba- rangkali dapat dilihat secara khas pada sikap Ame- rika Serikat. Jumlah industri di AS dengan segala dampaknya terhadap lingkungan jauh lebih besar di- bandingkan dengan negara-negara maju lain. Akan tetapi AS sendiri bersikap ngotot, tidak mau begitu saja memberikan sumbangan yang jadi topik pem- bahasan sekarang ini. KTT ini diharapkan menghasilkan suatu piagam resmi tentang prinsip-prinsip dasar pengelolaan sumber daya ekonomi dan lingkungan. Dari prinsip dasar itu kemudian diturunkan sebuah blueprint se- bagai panduan bagi pembangunan masa depan, yang disebut "Agenda 21" Untuk menjalankannya disiapkan kesepakatan global menyangkut pendanaan, alih teknologi, dan kelembagaan. Di Rio pulalah ditandatangani tiga konvensi internasional soal keanekaragaman hayati, bioteknologi, dan kehutanan. Belum lagi kelihatan apakah tuding menuding an- tara Utara dan Selatan itu akhirnya mencapai suatu titik temu yang memuaskan kedua pihak. Yang jelas adalah masalah lingkungan yang bersifat global itu menjadi begitu pentingnya karena disadari bahwa penanganannya tidak hanya terpanggul pada pun- dak satu negara saja. Kerja sama yang bersifat global, yang melibatkan semua negara, merupakan jalan keluar satu- satunya karena semua negara mempunyai andil masing-masing, baik dalam memanfaatkan ling- kungan dan alam yang tidak lagi mempunyai man- faat secara regional, maupun juga dalam memeli- hara dan memulihkannya dari perusakan yang lebih parah. Dengan prinsip itu masalahnya lalu bisa dikemba- likan kepada pertanyaan klasik, apa sumbangan masing-masing negara terhadap pemeliharaan dan pemulihan lingkungan tersebut. Meskipun pada akhimya seluruh dunia harus bahu membahu tetapi pada dasarnya harus ada sikap menahan diri atau barangkali lebih tegas membatasi diri dalam meng- gunakan sumber-sumber lingkungan dan alam serta menahan atau membatasi diri supaya tidak lagi memberikan sumbangan terhadap pencemaran lingkungan dan alam. Mau tidak mau keputusan yang bersifat politis ini diterapkan juga dalam kebijaksanaan yang bersifat ekonomis. Artinya, kemauan baik untuk memba- ngun dengan wawasan lingkungan menyangkut pula keputusan yang mempengaruhi kebijaksanaan di bidang ekonomi karena semua akibat yang kita rasakan sekarang merupakan muara dari kebijaksa- naan ekonomi masa lampau. Perhitungan Suara Itu pun bisa Keliru WALAUPUN telah memakai alat penghitungan suara yang paling canggih sekalipun, yang nama- nya kesalahan itu selalu bisa terjadi. Akan tetapi jaksa agung kita, menyatakan bahwa mesin penghi- tung suara yang dipakai dalam pemilu kita sekarang ini sedemikian canggihnya sehingga tak mungkin terjadi kesalahan dalam penghitungan. Masalah kesalahan perhitungan suara terjadi mi- salnya di Nusa Tenggara Timur, di mana perolehan PDI yang mestinya hanya 126.677 suara disiarkan kepada media massa menjadi 210.003 oleh LPU dan kemudian diralat. Tentu saja kejadian tersebut menimbulkan tanda tanya: Ralatnya itu membetul- kan ataukah "menyalahkan". Kalau orang berpe- gangan pada kata-kata Jaksa Agung Singgih, S.H. maka mestinya yang dilakukan oleh Lembaga Pemi- lihan Umum itu bukanlah pembetulan melainkan pengeliruan, artinya, pengubahan menjadi keliru. Peristiwa tadi sempat membuat PDI, lewat ketua umumnya, Suryadi, memberi komentar yang cukup pedas. Soal kecurigaan terhadap penghitungan suara selalu merupakan fenomena negara-negara ber- kembang. Di Filipina, kecurigaan semacam ini sa- ngat kelihatan, bahkan sangat menonjol dalam pe- milu terakhir ini yang sudah dicoba untuk dibenahi sekuat tenaga oleh Presiden Aquino. Malah Aquino membanggakan prestasinya di bidang yang satu ini, yakni di bidang politik, karena ia menganggap bahwa segala perbaikan di negerinya harus mulai dengan pembenahan politik, terutama demokrasi serta pemilunya. Dalam hubungan ini adalah bijaksana bahwa Ru- dini, sebagai penanggung jawab tertinggi pemilu yang lalu, serta yang sekaligus bisa disebut yang mempunyai kerja, sudah menyatakan permintaan maafnya kepada DPP PDI, pihak yang dirugikan oleh salah hitung dan salah siar ini. Akan tetapi, Rudini akan lebih bijak lagi dan seka- ligus akan lebih terhormat apabila ia menelusuri pe- nyebab kesalahan itu, apakah itu faktor teknis (bahwa mesinnya kurang canggih sebagaimana di- tekankan oleh Jaksa Agung), ataukah karena kesa- lahan tangan-tangan jahil yang sengaja mengubah apa yang tertera dalam mesin. Langkah begini ten- tulah mempunyai makna psikologis dan politis ter- sendiri, karena dengan demikian terbukti bahwa Mendagri layak disebut petugas dan penanggung jawab tertinggi pemilu yang bertindak adil. Kecurigaan tidak bisa diatasi dengan statemen dan kontra statemen belaka. Cara terbaik untuk "mengamankan" hasil pemilu selalu menyertakan selengkap mungkin saksi-saksi perhitungan suara, dengan mengurangi keketatan persyaratannya. Pemilu bukan saja harus dinilai sebagai satu per- istiwa pesta demokrasi melulu, melainkan juga me- rupakan satu alat pengukur moralitas dan keteram- demokrasi. Kini muncul nama baru Demo- berra, Dubes kita untuk Austra- lia, Sabam Siagian, menjelaskan kepada para pirsawan TV negara Kangguru tersebut bahwa demo- krasi kita berakar pada budaya Indonesia yang berasaskan ke- keluargaan. Disamping itu, dike- mukakannya pula bahwa sistem yang dikembangkan di Indone- sia saat ini telah berhasil meng antarkan bangsa ini mencapai tingkat kemakmuran yang cu- kup tinggi di antara negara- negara Asia, (Bali Post, 9 Juni 1992). fat kekeluargaan jelas akan di- Bahwa demokrasi kita bersi- amini banyak orang. Pertama, di luar Indonesia, negara-negara demokratis selalu mempunyai mikian halnya dengan Indone- sistem oposisi. Tetapi tidak de- sia, walaupun dengan tegar kita menyebut diri sebagai negara de- mokratis. Soalnya kita meng- anut apa yang dinamakan sistem negara integralistik. Dalam ne- gara semacam itu, pemerintah bersama seluruh anggota masya- rakat melakukan pembangunan. Dengan demikian, tidak ada opo- sisi, karena semuanya bekerja sama demi keberhasilan pemba- ngunan. Pemerintah sebagai ko- mandan sedang rakyat berfungsi sebagai prajurit. Itulah sebab nya sering kita dengar yargon pembangunan bahwa keberha- silan kita berasal dari kerja sama antara rakyat dan pemerintah. Sistem negara integralistik ter- dengan budaya bapakisme kita. sebut nampaknya memang cocok Pemerintah adalah bapak, yang selalu berorientasi pada kepen- tingan dan kesejahteraan anak- anaknya, yaitu rakyat. Dalam masyarakat berbudaya sema- guh terasa amat manis dan ter- cam itu, sebutan "bapak" sung- asa amat menghormat. Paduka Yang Mulya (PYM) terasa ber- bau feodal. Sebagai gantinya ba- pak atau pak. tik maupun bapakisme tentu Baik sistem negara integralis- amat ideal, karena memang daya lama kita. Tetapi masalah- sungguh amat sesuai dengan bu- nya, kedua sistem itu meng- asumsikan adanya pejabat pejabat pemerintah setengah malaikat dan bapak-bapak yang tulus dan penuh cinta kasih, yang di telapak kakinyalah terle- tak kesejahteraan rakyat. Kalau yang terjadi justru sebaliknya, maka berantakanlah kesejahte- raan rakyat. Masalahnya seder- hana. Bapa polah anak kepra- dah, sedangkan bapa polah anak harus diam. Kritik anak terha- dap bapak termasuk merong- rong kewibawaan bapak. Dalam budaya bapakisme kritik sema- Oleh cam itu sungguh amat terlarang. Walaupun anak harus turut me- nanggung akibat ulah orangtua yang macam-macam, tetapi hu- kumnya tidaklah patut baginya Kasubmahardi menegur orangtua. Itu kurang ajar dan harus digebug. Sebenarnya sistem integralis- tik mengandaikan bahwa rakyat dan pemerintah adalah satu ke- luarga. Oposisi tidak ada, partai yang kalah pemilu tidak perlu dan tidak boleh menjadi oposan. Mereka bersama pemerintah terikat oleh tanggung jawab yang sama, yaitu membangun negara dan bangsa. Tetapi ini Kalau OPP yang kalah tidak bo- pun satu hal yang kelewat ideal. leh menempatkan diri sebagai oposan, lantas di mana tempat mereka? Logikanya, mereka di- formal maupun informal. Be- ajak bekerja sama baik secara kerja sama secara formal artinya turut bersama yang menang mengurus pemerintahan ne- gara. Ceplosnya diberi kesem- patan menjadi menteri. Apabila menjadi oposan tidak boleh, se- dangkan menjadi menteri pun nanti dulu, OPP kalah pemilu je- las akan menjadi penonton yang terhormat. Kedua, menurut beberapa pe- jabat, dalam pemilu yang baru saja berlangsung, tidak akan ada yang kalah dan yang memang. Secara idealnya, semuanya me- nang, Alasannya? Antara lain, pemilu kita bukan persaingan (kongkurensi), tetapi kooperasi. Oleh karena tidak ada per- saingan, dan adanya hanya kerja sama, maka logislah apabila se- muanya menang. Anak-anak kita di Jawa sudah sejak dulu ge- mar mendendangkan lagu sema- cam itu setiap habis bermain. Nang ji nang beh, menang siji menang kabeh. Asal saja mereka tidak lantas melanjutkan Barji barbeh, bubar siji bubar kabeh. Alasan semacam itu tentu amat berkesesuaian dengan prinsip kekeluargaan. Di antara saudara tidak ada kamus me- nang kalah. Seluruh anggota ke- luarga semua menang dan se- mua sejahtera. Tetapi sialnya, muncul juga pertanyaan, "Lan- tas buat apa ada kampanye? Kampanye yang sering dijuluki sebagai aktivitas jual obat atau obral janji, bukankah dimaksud- kan untuk menarik perhatian masyarakat untuk mencoblos tanda gambar tertentu? Bukan rahasia lagi, dalam kampanye ada saling kritik, ada ejek meng- ejek, ada tantang menantang berdebat, bahkan ada saling tinju. Lantas apa guna semuanya?" Kalau pertanyaan itu kita ulur dan rentang lagi, maka tiba- lah kita pada satu pertanyaan mana tanggung jawab para men- teri yang semula kepada presi- den beralih kepada parlemen. Sebuah penyimpangan atau per- kembangan? Prof. Mohammad Yamin menilai hal semacam itu sebagai tidak sesuai dengan UUD 45 dan bahkan berlawanan dengan pasal 17 UU tersebut (Prof. Dr. Ismail Suny S.H., "Per- geseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara baru, 1981). Pendapat yang senada dikeluarkan Prof. A.K. Pringgodigdo. Menurutnya pertanggungjawaban menteri kepada Komite Nasional Pusat bukan lagi kepada presiden ha- rus dilakukan dengan mengubah Undang-undang Dasar. Namun hal itu ditolak Prof. Dr. Ismail akbar, "Kalau tidak ada yang ka- Suny yang mengatakan bahwa lah, semuanya menang, lantas perubahan itu sesungguhnya de- apa gunanya diselenggarakan ngan konvensi ketatanegaraan, pemilu? Bukankah pemilu akan yang memperlengkap hukum menghabiskan uang dan tenaga, konstitusi. Dalam hal ini mung- di samping menegangkan sya- kin karena tidak ada sesuatu ke- raf?" Jawabnya tentu macam- tentuan yang mengharuskan macam. Satu di antaranya, dike- pertanggungjawaban eksekutif mukakan oleh orang bijaksana, kepada parlemen dan teks itu 'kan bahasa halus, yang digu- Undang-undang Dasar 45 tidak nakan untuk melukiskan betapa manisnya atmosfir kekeluar- gaan kita. Harap dimaklumi bukan saja, Denpasar untuk melarang praktek sedemikian itu (Prof. Dr. Ismail Suny, "Per- geseran Kekuasaan Eksekutif, op. cit.). Sementara itu, alasan pihak pemerintah juga mempunyai landasannya yang cukup kuat. Perubahan periode masa kepre- sidenan harus melalui MPR. Da- lam kedudukan (baca konstelasi keanggotaan) MPR seperti seka- rang ini, perubahan semacam itu rasanya akan amat sulit goal. Namun masalahnya tidak sepe- nuhnya terletak pada keberha- silan meng-goal-kan usulan itu, tetapi lebih pada adanya kebera- nian dan kegigihan pihak orpol pengusul dalam memperjuang kannya. Kalau sekali ini tidak berhasil, bukan berarti selama- nya akan tetap keok. diperdebatkan. Ketiga, sebuah keluarga tentu tidak akan afdhol apabila bapaknya ganti-ganti. Seorang ibu yang suka nikah, walaupun orang menikah itu suka, tentu ti- dak akan mendapat predikat bu- ruk. Negara kita pun konsisten dengan prinsip tersebut. Selama kurun waktu hampir 50 tahun, kita hanya memiliki dua orang presiden. Presiden Soekarno per- tama kali dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indo- nesia dan kemudian ditetapkan sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS kita, sampai dengan wafatnya. Presiden Soeharto di- pilih oleh MPRS, kemudian dipi- lih kembali oleh MPR-MPR hasil pemilu, sampai sekarang. Sehubungan dengan masalah periode masa jabatan presiden, akhir-akhir ini timbul gagasan baru. Sebaiknya seseorang ha- nya bisa duduk di kursi kepresi- denan selama dua periode. Alas- annya cukup rasional, antara lain, untuk menghindarkan cara-cara pemerintahan yang mengarah otoriter. Pihak peme- rintah menganggap pemikiran semacam itu sebagai melanggar terutama, di antara keluarga pe- atau menyunat UUD 45. Apabila demokrasi kita disebut-sebut sebagai demokrasi kekeluargaan, tentu masalah- masalah yang bersifat kontra- keluargaan harus dihapuskan. Demokrasi kekeluargaan jelas tidak sinkron dengan penggu- suran tanah petani kecil demi perusahaan besar. Demokrasi semacam itu juga tidak boleh di- terjemahkan atau diwujudkan sebagai demokrasi keluarga atau demokrasi nepotisme, di mana fasilitas-fasilitas dibagi-bagi, jabat atau penguasa. Demokrasi Dua pihak pada hakikatnya kekeluargaan juga merasa muak sama-sama betul. Si pengusul ti- terhadap pengangaan jurang dak salah karena memang UUD perbedaan sosial yang semakin kita tidak tegas-tegas melarang lebar, di mana yang kaya sema- hal itu. Kalau toh hal semacam kin kaya, sedangkan rakyat kecil itu dilakukan, maka juga tidak relatif tetap nasibnya. Dalam de- ada salahnya, di samping hal mokrasi kekeluargaan tidak ada yang mirip pun pernah dilaku- gebug, tidak ada ketakutan bi- kan juga. Melalui Maklumat Wa- cara, dan stabilitas yang tercipta kil Presiden No. X, Komite Nasio- muncul atas dasar saling kontrol nal Pusat, sebelum terbentuk dan keterbukaan. nya Majelis Permusyawaratan Demokrasi kekeluargaan Rakyat dan Dewan Perwakilan yang sebenarnya memang dapat Rakyat diserahi kekuasaan le- mengantarkan bangsa/rakyat gislatif dan ikut menetapkan mencapai tingkat kesejahteraan Garis-garis Besar Haluan Ne- yang tinggi, tetapi sebaliknya, gara (GBHN). Tidak lama kemu- demokrasi kekeluargaan semu dian, terjadi pula perkembangan penuh rekayasa dan menjauh baru, 11 November 1945, di kan bangsa dari kesejahteraan. Membangunkan Telepon Tidur DALAM era teknologi yang kian canggih seperti sekarang ini masyarakat luas telah mengenal apa yang namanya telepon, termasuk peran dan fungsinya yang dibawakan oleh sarana komunikasi modern tersebut. Hampir di setiap daerah di wilayah Indonesia, peme- rintah telah berhasil mengadakan sarana telepon, bahkan untuk jenis telepon otomat seka- lipun. Dahulu memang orang telah dapat melaksanakan hajat dan pilan para petugas dan rakyat dalam pengupayaan mengenal sarana telepon, dimu- keperluannya secara praktis dan lai dengan bentuknya yang pa- efisien, sehingga dunia ini terli- ling sederhana, atau lazim dise- hat oleh mereka sebagai barang but telepon engkol, sampai ke- yang kecil saja. Bagaimana ti- mudian dikenal telepon manual dak, setiap saat mereka dengan dan sekarang orang telah meng- mudah dapat menghubungi ka- enal telepon otomat, yaitu jenis wan atau relasinya di mana pun telepon yang jika akan dipakai berada, bahkan di luar negeri se- oleh seseorang tidak perlu lagi kalipun, mereka dapat saling Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan Fotokopi Identitas Saran untuk Taman Nasional Bali Barat Sebelumnya saya ucapkan para pengusaha diving yang ada terima kasih atas dimuatnya su- di Tanjung Benoa dan Kuta be- rat pembaca ini. Hal-hal yang lum pernah diajak bicara akan saya sampaikan sebetul persoalan-persoalan yang kami nya saya tujukan kepada Taman hadapi setiap hari atau selama Nasional Bali Barat sebagai ini. Kami pun jadi khawatir de- pengelola areal penyelaman Pu- ngan organisasi Gahawisri (ga- lau Menjangan, dan saya sam- bungan pengusaha wisata ba- paikan lewat Bali Post disebab- hari) Propinsi se-Bali ini di kan kami sebagai pengusaha di- masa-masa akan datang pasti ving yang melayani turis tak mampu, karena untuk mela- mancanegara tidak tahu harus kukan pelantikan saja selalu ke mana mengadu. Karena saat diundur-undur karena memang kami mengadukan persoalan dan pasti di dalam tubuh peng- yang kami rasakan kepada Di- urusnya pasti ada apa-apanya. nas Pariwisata Daerah Tingkat I Sedangkan hal-hal yang perlu Bali, malah kami dimaki-maki saya sampaikan kepada Taman dan ditanya apa perusahaan Nasional Bali Barat adalah: kami sudah punya izin apa be- 1. Keamanan kurang terja- lum. Melapor ke organisasi Ga- min, karena beberapa kali hawisri yang belum dilantik, ke- barang-barang tamu yang kami lihatannya pengurusnya hanya dampingi sering hilang, lebih ba- mementingkan perusahaan gus kalau pengelola di Menja- masing-masing dengan nama ngan menyediakan laci pengam- atau memakai fasilitas organi- anan secara gratis atau juga bo- sasi. Dan sampai saat ini kami leh disewa. 2. Dengan jarak tempuh yang demikian singkat/pendek, harga sewa boat mahal dan seringkali macet di tengah jalan. Sedang kan di boat yang disewakan di tempat itu tidak dilengkapi radio komunikasi satu buah pun. Se- hingga seringkali membuat para tamu ketakutan. Bupati Mertha tidak Nyoblos Membaca harian umum Bali Post halaman 3 tanggal 9 Juni 1992 dengan judul Mertha Nyob- los di Belong, Tjok Gede Agung di Bucu, dengan ini kami sampai- kan bahwa berita itu keliru. Sehubungan dengan hal terse- but dengan ini kami sampaikan bahwa: 1. Bupati Karangasem I Ketut Mertha Sm.IK pada tanggal 9 Juni 1992 beliau tidak melaksa- nakan hak pilih (pencoblosan) karena beliau masih ABRI aktif. 2. Sedangkan yang melaksa- nakan hak pilih pada saat terse- but adalah keluarga Bapak I Ke- tut Mertha (Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karangasem). 3. Adapun kehadiran Bupati Karangasem I Ketut Mertha Sm I K. di TPS XXVIII di Belong dalam rangka mengadakan pe- mantauan dalam pelaksanaan pemilu. Demikian ralat ini kami sam- paikan untuk selanjutnya dapat meluruskan berita yang saudara muat tersebut di atas. An. Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Karangasem, Pjs. Kepala Bagian Humas, Ni Wayan Sukrini Penata Muda NIP. 600004456 3. Di Labuan Lalang tempat berangkat dan datang boat-boat ke dan dari Pulau Menjangan terasa jorok dan kumuh, ditam- bah warung-warung yang ada ti- dak menonjolkan keindahannya. Kalau hal itu dibiarkan pasti akan merusak citra baik pariwi- sata Pulau Bali yang sudah baik Dua Ratus Hektar Dihijaukan Nama dan Alamat Diketahui Redaksi mereka berhubungan. ini. Mudah-mudahan saja hal ini meminta kepada operator me- akan menjadi perhatian pihak lainkan langsung memutar no- Kalau sudah demikian hal- yang berwenang dalam penang- mor telepon yang dikehendaki- nya, maka sekarang yang akan anan service di Pulau Menja- nya. Hasilnya pun terasa sangat dipersoalkan ialah, sampai sebe- ngan dan juga agar memperhati- memuaskan, yaitu suara perca- rapa jauh para konsumen tele- kan Gahawisri yang kelihatan-kapan terdengar jelas, tanpa pon memberikan responsnya, nya mulai loyo lagi. Sekali lagi perlu lagi yang khususnya dalam arti untuk me- terima kasih, apabila ada yang bercakap-cakap tersebut harus menuhi kewajiban baik itu ber- salah mohon dimaafkan. berteriak-teriak mengeraskan upa pembayaran uang langg- suaranya, agar dapat didengar anan dan tindakan pemeliha- dengan baik oleh pihak lainnya. raan lainnya dengan maksud Oleh karenanya adalah pan- demi menunjang keberadaan pe- tas kiranya jika kemudian pada sawat telepon itu sendiri, yang saat ini, masyarakat sangat justru telah mereka peroleh de- mendambakan memiliki sarana ngan jalan dan proses yang tidak telepon di rumahnya masing- mudah itu. masing. Mereka berduyun- duyun antre panjang agar mem- peroleh sambungan telepon dari masing-masing. Bahkan mereka kantor telepon setempatnya ada yang sempat mendaftar sam- ini kami memberikan tanggapan pai bertahun-tahun, tetapi ma- kembali kepada penulis surat sih juga belum memperoleh sam- pembaca Bali Post tentang per-bungan telepon sebagaimana yaitu saling menguntungkan an- masalahan : yang diharapkan. Maka bisa di- tara kedua belah pihak. 1. Bahwa hingga sekarang mengerti jika seandainya pada kami menunggu kehadiran pe- suatu saat mereka para pen- nulis surat pembaca tentang ke- luhan sikap pelayanan anggota polri yang kurang berkenan di hati masyarakat, namun belum ada yang sempat datang lang- sung pada kami. Belum Ada yang Datang Menunjuk surat kami tanggal 21 Mei 1992 No. Pol.: B/347/V/92/Dispen, perihal ja- waban surat pembaca, bersama 2. Terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada ma- syarakat khususnya yang mau dan bersedia menjadi saksi da- lam setiap tindakan anggota polri yang merugikan masyara- kat. Demikian pula akan diper- soalkan sekaligus seberapa jauh kiat perusahaan telepon dalam tara kedua belah pihak yaitu per- mengimbanginya sehingga an- usahaan di satu pihak dan para konsumen di lain pihak akan bertemu pada titik harapan lirannya bisa mengakibatkan berbagai dampak negatif yang ti- dak diharapkan. Demikian pula halnya yang terjadi pada pesa wat telepon, jika dibiarkan pesa- wat tersebut diam saja tidak di- gunakan, maka artinya pesawat tersebut telah tidak memiliki fungsinya secara penuh sebagai mana yang diharapkan. Sebalik nya jika orang kerja terus tanpa istirahat, maka ia pada saatnya Oleh R. Didi Guhardi, S.H. nanti akan menjadi stres atau sakit yang berat. Demikian pula halnya yang terjadi pada pesa wat telepon, mungkin pesawat tersebut pada gilirannya akan menjadi rusak, di samping beban pembayaran uang langganan akan membengkak. Jadi kesim pulannya kesemua hal tersebut harus mampu diletakkan dalam posisi yang seimbang dan pro- porsional. Dengan adanya gambaran tersebut, diharapkan masyara tadi yang bersifat personifikatif kat konsumen telepon akan lebih memahami, bahwa membiarkan telepon tidur, maka akibatnya peranan dan fungsi telepon telah tidak lagi membawakan misi Telepon Tidur yang semestinya, yaitu yang su- dah terang akan mengakibatkan Memang bagaikan sifat orang, dur saja, maka ia akan menjadi perusahaan, dan dampaknya kali. Dengan demikian mereka orang yang malas, yang pada gi- akan sangat luas, bisa-bisa per- KEPUNAHAN bahasa sering hasa Inggris sebagai pembunuh mengacu kepada keadaan mana- bahasa Irlandia, Tuduhan itu ti- kala suatu guyup bergeser ke ba- dak masuk akal, kata seorang hasa baru secara total sehingga pengritik. Mungkin bahasa Ir- bahasa terdahulu tidak dipakai landia itu tidak dibunuh melain- lagi. "Secara total" mengacu ke- pada guyup tutur yang sudah ke- hilangan sama sekali penutur asli terakhir bahasa yang bersangkutan. kan bunuh diri. Si penuduh ber- kilah, kalau pun bunuh diri, yang menyebabkan pasti bahasa Inggris juga. Tidak kalah gigih- nya, si pengritik berujar, pada Ada dua aspek kepunahan ba- proses bunuh diri pada manusia hasa yang menjadi minat pakar terbukti bahwa tidak ada satu linguistik, yaitu aspek linguistik sebab yang mendadak yang me- dan aspek sosiolinguistik. Dalam nyebabkan orang bunuh diri. Bu- aspek linguistiknya orang meli- nuh diri selalu melalui proses hat bahwa bahasa yang berada panjang, disebabkan oleh berba- pada ambang kepunahan, ketika gai faktor, lalu pada suatu saat beberapa penuturannya meru- muncul faktor yang menonjol pakan penuturan terakhir yang yang terkait langsung dengan hidup, begitu besar mengalami bunuh diri itu. Ini barangkali se- perubahan baik dalam sistem la- rupa dengan apa yang oleh ma- fal maupun dalam sistem grama- syarakat Jawa disebut dadakan. tikanya; kadang-kadang terjadi pijinisasi atau penyederhanaan kaidah gramatika. Dalam aspek sosiolinguistiknya yang dicari adalah seperangkat kondisi yang menyebabkan guyup itu "menye- rah" dalam suatu bahasa ter- tentu bagi kelangsungan hidup bahasa lain. Kepentingan kita dalam tulisan ini terletak pada aspek sosiolinguistik saja. Pada masa lalu pernah ada pandangan yang mengatakan bahwa bahasa itu bersifat orga- nis, seperti mahluk hidup yang lain, yang mengalami proses la- hir sampai mati. Orang pertama, sebagaimana dikutip oleh Morgan (1983), yang mengemu- kakan pandangan itu adalah Thomas Jones (1688), tiga abad yang lalu. Menurut Jones, ba- hasa itu mempunyai masa bayi (infancy), masa dasar dan awal, masa pertumbuhan dan pengem- bangan dalam kemurnian dan kesempurnaan, masa penye- baran dan pengembangbiakan, masa kejayaan, dan masa tua, rentan, dan kemudian rusak. To- koh linguistik Jerman, yang hi- dup pada abad ke-19, Franz Bopp, juga penganut aliran orga- nis ini. Menurut Bopp, bahasa memang seperti benda alam yang organis, yang dibentuk ber- dasarkan hukum-hukum alam yang pasti; bahasa berkembang lalu perlahan-lahan mati karena bahasa tidak lagi memahami di- rinya sendiri. Pandangan organis itu tam- paknya sekarang ditinggalkan orang. Aitchison (1981) meng- atakan, sekarang ini tak bisa di- percaya lagi bahwa bahasa itu seperti kacang atau bunga krisan, yang bertahan hidup se- suai dengan waktu yng diberi- kan (oleh alam, penulis), lalu pu- nah sesuai dgn waktunya. Je- lasnya, bahasa sendiri tidak mematuhi perintah-perintah or- ganis, yang mematuhi adalah pe- nuturnya. Bahasa sama sekali ti- dak hidup atau mati, yang bisa hidup dan mati adalah manusia penuturnya. Bahasa memang memperoleh "jalan hidup", te- tapi jalan hidup itu bukan dari alam melainkan dari masyara- kat dan budaya manusia. Nasib bahasa pasti terkait dengan pe- makainya, kalau bahasa merosot atau punah, hal itu hanya ka- rena keadaan penuturnya telah berubah. Ketika bahasa Irlandia se- dang sekarat, para penegak atau penghidup bahasa menuduh ba- Memang dilihat dari sikap pe- Para pakar sosiolinguistik ba- nyak yang sepakat bahwa surut dan punahnya bahasa adalah ti- dak cukupnya konsentrasi penu- tur menghadapi lingkungan yang kuat secara ekonomi dan canggih secara teknologi. Proses yang banyak dikenal tentang pu- nahnya bahasa adalah tidak ada- nya pengalihan atau transmisi bahasa asli dari generasi tua ke generasi berikutnya. Alasan yang menyebabkan orang tua ti- dak mewariskan bahasanya ke- pada anak-cucunya ialah peni- laian pragmatis atau kegunaan dan manfaat bahasa yang terli- bat. Kalau imigran di AS me- ninggalkan bahasa asli mereka, hal itu karena secara pragmatis bahasa Inggris lebih bermanfaat ketimbang bahasa mereka. Sekali lagi harus dikatakan bahwa punahnya bahasa tidak- lah disebabkan oleh satu faktor. Tidak ada penyebab tunggal yang menyebabkan punahnya bahasa, kata Gregor (1980), ka- rena punahnya bahasa itu meli- batkan mata rantai peristiwa, kata Denison (1977). Dorian (1979) menganggap, mencari pe- nyebab tunggal atas punahnya bahasa adalah tindakan yang sia-sia. Paparan di atas menyarankan kepada kita bahwa kita tidak bo- leh percaya begitu saja bahwa pada suatu saat kelak bahasa Bali mesti mati. Yang pasti ialah bahwa bahasa bali tidak akan mampu menampung aspirasi modern dalam bidang ilmu, tek- nologi, informasi, dan komuni- kasi yang sekarang melanda du- nia. Ranah "baru" ini akan ber- tambah banyak, sementara ranah-ranah yang semula dikua- sai bahasa Bali bisa dirembesi oleh bahasa Indonesia. Kalau- pun tidak rembes, karena ranah untuk bahasa Indonesia makin banyak, maka "kelihatannya" ranah untuk bahasa Bali makin surut. Masalahnya sekarang tinggal di tangan penutur Bali sendiri, tanpa harus menyalahkan orang lain dan mengklaim bahwa su- rutnya ranah itu karena faktor luar bahasa dan luar penutur ba- hasa Bali. Kalau para penutur bahasa Bali menginginkan masuknya inves- tor ke Bali perlu diperbanyak, konsekuensinya arus migrasi- masuk pasti makin kuat, pusat hunian penutur Bali akan terpe- cah. Jika penutur bahasa Bali menghendaki berkembangnya hotel-hotel di daerah pedesaan, sehingga tenaga sektor perta- nian berkurang karena "indus- tri" pariwisata, maka wilayah dan penutur yang berwatak per- kotaan (urban) makin melebar dan meluas, dan pendukung ba- hasa Bali tentu berkurang. Ka- lau kalangan muda merasa bahwa perkawinan antarsuku ti- tentu dengan risiko berkurang- dak apa-apa, ya silakan saja, usahaan akan tidak mampu lagi menerima langganan baru, dan bermaksud mempertahankan tentu saja hal ini akan merugi- kepemilikan nomornya, dan un- kan para calon konsumen yang tuk itu ia hanya perlu membayar ternyata masih berjejal menanti uang langganan minimum seka- giliran untuk memperoleh pema- dar memenuhi persyaratan yang sangan pesawat baru. telah ditentukan pihak perusa- Penyakit membiarkan telepon haan telekom. tidur tersebut, pada saat ini nampaknya sudah sangat luas langgan demikian nampaknya terjadi. Hal ini terlihat dari secara formal, pihak pelanggan keluhan-keluhan pihak perusa- adalah tetap berada di pihak haan, yang sempat diekspos di yang benar, hanya jika hal ini di- berbagai media massa seperti lihat dari sisi material ternyata umpamanya dari Exucutive Ge- kejadian ini jelas merupakan hal neral Manager PT Telekom yang merugikan pihak perusa- terletak di tangan generasi Jateng/DIY, Ir. Nyoman Suka haan. Bagaimana tidak untuk rada, dari Executive Senior Ma- membiayai pemeliharaan setiap muda, bukan pada kekuasaan nager Witel VII Jatim, Ir Benny satuan sambungan telepon, per generasi tua sekarang. Orang Bayu atau dari pimpinan Kantor bulannya perusahaan harus kuasaannya untuk mengatur ba- Daerah Telekomunikasi (Kanda- mengeluarkan biaya sekitar Rp tel) Solo, Didi Wargaprawira, Bc TT. Agaknya sudah saatnya im- bauan dari pejabat-pejabat ter- sebut, segera diantisipasi oleh pi- hak para pelanggan secara semestinya. Oleh karenanya sekarang perlu diketahui terlebih dahulu secara pasti apakah sebenarnya yang dimaksud dengan penger- tian telepon tidur tersebut, se- hingga masyarakat pengguna jasa lalu dapat memberikan res- ponsnya secara tepat. Yang dimaksud dengan tele- pon tidur sebenarnya adalah pe- sawat telepon yang sama sekali tidak pernah dipakai oleh si pe- langgannya. Ini bisa terjadi de- ngan dijumpainya kasus misal- nya ada telepon lengkap dengan nomornya tetapi ternyata pesa- watnya tidak ada, atau ada juga telepon yang dibiarkan bungkam mengirim atau untuk menerima. Dalam kasus seperti ini nampak- nya pelanggan hanya sekadar damba telepon tersebut telah di- kalau orang kerjanya hanya ti- kerugian khususnya bagi pihak tidak digunakan baik untuk kabulkan permohonannya, me- reka akan merasa gembira se- Rp 1.558.500 untuk Pura Dharma Jati di Jatim Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Dharma Jati di Jatim dari; Rp 3. Oleh karena setiap anggota polri yang bersalah diproses se- suai dengan prosedur hukum yang berlaku. 4. Demikian untuk maklum dan terima kasih atas kerja sa- manya. A.N. Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Kadis Pen SmIK Ayu Ketut Suryati, Kolonel Polisi NRP 44010001 Bahan Renungan Bersama ini kami mohon dibe- I Gusti tulkan dalam berita Bali Post tanggal 30 Mei 1992 dalam judul Letnan :"2.000 Hektar Kawasan Pantai di Jembrana akan Dihijaukan" (pada halaman 12 kolom 8 dan 9). Yang betul adalah dalam ta- hun 1992/1993 akan dihijaukan seluas 200 hektar (dua ratus hek- tar). Demikian kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Kepala Cabang Sub Balai RLKT, Bali Kabupaten Jembrana, Bambang Sutrisno NIP. 080044497 Nyoman Erawan, Jl. P. Tarakan No. 19 Dps. Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 367.500 2.000 Rp 1.556.500 Rp 1.558.500 untuk Pura Maospahit di Canggu AA. Gde Anom Adnyana, Jl. Kecubung No. 5 Mataram Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 896.000 Rp 2.000 Rp 445.500 Rp 447.500 untuk Pura Pengsong di Lobar Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Pengsong di Lobar dari; Nyoman Erawan, Jl. P. Tarakan No. 19 Dps. Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Maospahit Jumlah penerimaan sebelumnya di Canggu dari ; Nyoman Erawan, Jl. P. Tarakan No. 19 Dps. Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 2.000 Rp 365.500 Rp 367.500 Rp 1.963.500 untuk Pura Segara Suci di Jateng Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Segara Suci di Jateng dari; Pasca Pemilu Pemilihan umum telah ber- Nyoman Erawan, Jl. P. Tarakan No. 19 Dps. langsung dengan selamat. Kita syukuri nikmat yang diberikan Jumlah penerimaan sebelumnya Tuhan Yang Maha Esa kepada Jumlah penerimaan seluruhnya seluruh Bangsa Indonesia. Apa- pun hasilnya harus kita terima dengan hati yang lapang. Apabila pada masa sebelum pelaksanaan pemilu, khususnya Rp 447.500 Rp 2.000 Rp 1.961.500 Rp 1.963.500 untuk Pura Pancaka di Mataram Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Pancaka (Bersambung ke Hal 12, kol 9) di Mataram dari: Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 2.000 Rp 894.000 Rp 896.000 Rp 1.629.500 untuk Pura Waikabubak di Sumba Barat Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Waikabu bak di Sumba Barat dari; Nyoman Erawan, Jl. P. Tarakan No. 19 Dps. Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 2.003.500 Rp 2.000 Rp 1.627.500 Rp 1.629.500 untuk Pura Ranget di Lobar Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Ranget di Lobar dari; Nyoman Erawan, Jl. P. Tarakan No. 19 Dps. Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 2.000 Rp 2.001.500 Rp 2.003.500 50.000 sedangkan sementara itu pelanggan dengan sikap mem- biarkan telepon tidur tersebut akan membayar uang langganan jauh lebih di bawah dari jumlah lima puluh ribu rupiah tersebut, atau dengan perkataan teknis, pelanggan semacam itu hanya memakai pesawat teleponnya di bawah 70 pulsa. Kejadian semacam ini sebe- narnya telah menampakkan adanya penyimpangan dari mak- sud dan tujuan semula dari para pelanggan, yang dahulu secara nya peluang pemakaian bahasa Bali di rumah tangga. Kunci keberhasilan pemertah- anan bahasa Bali sebenarnya tua boleh saja memakai ke- hasa Bali harus dibeginikan dan dibegitukan, anak-anak muda harus begini dan begitu, tetapi kalau generasi muda, secara diam-diam, tidak mau menurut anjuran dan perintah generasi perlu berdialog dengan kalangan tua, apa jadinya. Mungkin kita muda, apa mau mereka. Mung- kin mereka perlu diberi kesem- patan nyata, bukan semu dan dengan dan dalam bahasa Bali. berpura-pura. untuk berkreasi Mungkin mereka perlu nyanyian dangdut dalam bahasa Bali, nya- gigih memperjuangkan agar da- nyian rok dalam bahasa Bali, atau mencipta puisi "mbeling" pat memiliki satuan sambungan (nakal) dlm bahasa Bali. Dalam telepon, tetapi setelah terlak- bahasa sosiolinguistik, kita sana lalu mereka mengabaikan atau setidaknya mengurangi ke- perlu mencarikan ranah baru giatan penggunaan teleponnya bagi bahasa Bali, atau mengem- secara sengaja. Di sini terlihat bangkan ranah yang sudah ada. bahwa pihak pelanggan telah Dengan cara ini kita betul-betul akan menjadi manusia yang an- mengingkari maksud si pe- langgan pada saat ia telah dite- tisipatif untuk menyongsong rima resmi sebagai konsumen te- menjadi manusia yang reaktif, masa depan, dan bukan sekadar lepon. Semula calon pelanggan yang mencak-mencak setelah ke- (Bersambung ke Hal 10 kol. 1) bobolan dan kecolongan. Catatan Kata Mendagri/Ketua Lembaga Pemilihan Umum, belum jelas jumlah sisa suara yang 10 juta. Juga belum diketahui jumlah massa yang netral. Di mana-mana tampak luapan kegembiraan mewarnai peng- umuman hasil Ebtanas SLTA. - Mudah-mudahan tetap bergembira menghadapi ujian dan tantangan hidup selanjutnya. Menurut Dirjen Bina Usaha Koperasi Dekop, membina koper- asi itu seperti memegang burung, kita pegang terlalu kencang dia mati, terlalu lembut dia lolos. Idealnya memang mandiri, tanpa campur tangan peme- rintah. Bang Podjok C 925