Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1993-09-25
Halaman: 07

Konten


er 199 1982 003 Sabtu Paing, 25 September 1993 Bali Post HALAMAN 7 Harian Untuk Umum Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Terbit Sejak 16 Agustus 1948 Tajuk Rencana Pola Hidup Sederhana Pegawai Negeri Diangkat Lagi PEMERINTAH tampaknya tidak lagi main-main untuk mene bkan para pegawai negeri. Setelah ko- rupsi muncul silih berganti, dan dengan terbentuk- nya berbagai lembaga untuk menangani soal yang satu itu, seperti Panitia Empat, kini pola hidup seder- hana mulai diungkit-ungkit lagi. Kita sebut diungkit- ungkit lagi, sebab masalah ini bukan merupakan soal yang baru diangkat pertama kalinya melainkan diangkat untuk kesekian kalinya. Barangkali saja bentuk atau formatnya yang baru tetapi isinya masih tetap lama. Seusai menghadap Wakil Presiden Try Sutrisno di Merdeka Selatan, Kamis (23/9), Menpan T.B. Si- lalahi mengungkapkan, pihaknya telah menurunkan petunjuk pelaksanaan (juklak) tentang pola hidup sederhana, terutama untuk memberantas praktek- praktek tidak etis yang berkembang akhir-akhir ini (Bali Post, 24/9). Melalui Keputusan Presiden nomor 10/1974 me- mang telah diatur beberapa pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam rangka pendayagunaan apa- ratur negara dan kesederhanaan hidup. Peraturan yang juga terkenal dengan "Pola Hidup Sederhana" tersebut menetapkan antara lain pejabat yang ber- kunjung ke daerah-daerah tidak diperlakukan se- cara berlebih-lebihan, misalnya dengan penyeleng- garaan resepsi, penghormatan, dan pemberian ha- djah atau tanda kenang-kenangan. Juga disebutkan bahwa pejabat tidak mengguna- kan wewenangnya untuk kepentingan pribadi, mi- salnya perjalanan untuk kepentingan pribadi de- ngan menggunakan fasilitas yang didapat dari kedi- nasan, yang mengakibatkan pembiayaannya dibebankan kepada negara. Keppres tentang Pola Hidup Sederhana tersebut juga menyebutkan bahwa penyelenggaraan perayaan yang bersifat pri- badi seperti ulang tahun perkawinan dilaksanakan secara sederhana, tidak berlebih-lebihan. Sekadar untuk mempersegar ingatan kita, Kep- pres nomor 10/1974 itu juga melarang penerimaan dan pemberian hadiah atau pemberian lain dalam bentuk apa pun, kecuali dari suami, istri, anak, cucu, orangtua, nenek atau kakek. Pegawai negeri juga dilarang menerima hadiah atau pemberian lain-lain yang serupa dalam bentuk apa pun dari siapa pun dalam kesempatan-kesempatan lain, apabila dike- tahui atau patut diketahui atau patut diduga, pemberi mempunyai maksud yang bersangkut-paut atau mungkin bersangkut-paut dengan jabatan penerima atau pekerjaannya. Malahan, kita diingatkan lagi, sudah ada larangan mengirim karangan bunga, mengadakan selamatan, dan memasang iklan ucapan selamat. Belum juga jelas apakah juklak yang dikeluarkan Menpan Silalahi berkaitan dengan Keppres nomor 10/1974 atau merupakan penjabaran lebih jauh dari Keppres tersebut, belum dapat kita simpulkan oleh karena dalam berita media massa tidak disebutkan. Akan tetapi melihat miripnya masalah yang dikemu- kakan Menpan Silalahi dengan Keppres nomor 10/1974, satu hal sudah dapat kita katakan yaitu bahwa etika pegawai negeri mulai diutak-atik lagi. Hingga sekarang boleh jadi belum ada etika pe- gawai negeri. Akan tetapi jika kita simak dan telusuri soal itu lebih jauh, sekurang-kurangnya terdapat Kaitan yang erat antara kode etik (etika) pegawai ne- geri dengan prinsi-prinsip yang terdapat dalam pa- sal 28 UU nomor 8/1974 tentang pegawai negeri. Pedoman tentang itu menyebutkan antara lain mengutamakan kepentingan negara di atas kepen- tingan sendiri, menaati segala peraturan perundang-undangan, kedinasan, dan perintah atasan dengan penuh kesadaran dan pengabdian, serta bersikap dan bertingkah laku sopan-santun terhadap masyarakat dan atasan. Tentu bukan maksud kita untuk mengatakan bahwa aturannya sudah ada, tetapi pelaksanaan- nya yang terhambat, melainkan ingin kita tandaskan bahwa juklak itu sebetulnya hanya bertujuan untuk mengapungkan kembali soal yang barangkali sudah terlupakan atau tidak lagi diindahkan karena prak- teknya memang sudah meleset jauh dari peraturan yang telah ditetapkan. Petunjuk pelaksanaan hanya bersifat kasualistik. Yang paling mendasar adalah prinsip-prinsipnya itu dipahami secara cermat. Kita hanya mengingatkan bahwa untuk itu telah tersedia kesempatan yang cu- kup banyak. Misalnya, ketika memasuki masa pene- rimaan pegawai baru, segala peraturan dan perun- dangan yang berlaku dan menyangkut fungsi pega- wai negeri harus sudah dihapal di luar kepala. P4 yang secara berkala diberikan kepada para pegawai negeri, tidak hanya merujuk pada pola ting- kah laku yang abstrak seperti dalam pelajaran teori mengenai etika dan moral, sehingga semua butir Pancasila dapat ditutur ulang di luar kepala, melain- kan dikaji dan diperiksa dalam pola tingkah laku sehari-hari. Para pegawai negeri juga mempunyai kesempatan mengikuti apel setiap hari Senin dan tanggal 17, sehingga tidak lagi ada alasan untuk mengatakan, tidak ada waktu untuk membina etik para pegawai negeri. Masalahnya lalu kembali pada siapa yang harus memulihkan kembali tingkah laku pegawai negeri yang dulu disanjung-sanjung dan sekarang dikejar- kejar para pencari kerja dari segala lapisan. Pemu- lihan atau rehabilitasi kehormatan yang telah menu- run dengan dikeluarkannya juklak pola hidup seder- hana, bermuara pada keteladanan. Keteladanan menjadi relevan dikemukakan karena mempunyai kaitan dengan pola panutan dalam kebudayaan kita. Jika yang di atas sudah memperlihatkan teladan yang terpuji, penindakan pada lapisan yang di ba- wah mudah dilaksanakan. Sebaliknya, jika peninda- kan hanya dikenakan pada lapisan bawah tanpa di- tunjang pimpinan yang di atas, muncul ketidaka- dilan, seakan-akan peraturan dan pola hidup sederhana hanya berlaku untuk lapisan yang di ba- wah saja. Meningkatnya kesejahteraan secara berbeda- beda berdasarkan dikotomi desa-kota, Jawa-luar Jawa, dan seterusnya, membawa implikasi bahwa hidup sederhana juga mempunyai tingkat- tingkatnya. Televisi, telepon, mesin cuci, rice coo- ker, dan makan di restoran secara teratur karena tidak lagi ada waktu kembali ke rumah, boleh jadi dianggap kemewahan jika kita bertolak dari ukuran penduduk desa. Yang lebih sulit lagi adalah bagai- mana menjabarkan hidup sederhana yang me- muaskan bagi semua lapisan. Hidup sederhana tidak lain daripada gaya yang selalu disesuaikan dengan pendapatan atau gaji. Jika pendapatan hanya pas-pasan untuk hidup se- minggu tetapi dapat hidup dan bergaya seperti orang kaya selama sebulan, masalah lalu muncul sebagai kontradiksi. Barangkali dari sudut inilah per- soalan pola hidup sederhana diungkit terus- menerus. Rusia Sebuah Contoh Demokrasi yang Mencari Landasan ADA pepatah yang mengatakan bahwa siapa pun memerintah Rusia dewasa ini, ia akan terjebak da- lam lumpur. Gorbachev sendiri, tokoh utama pem- baruan Rusia, tentu tak sadar bahwa ia pada akhir- nya akan tenggelam dalam lumpur politik yang sa- ngat dalam. Kendati masih ada peluang buat dirinya untuk tampil kembali ke pentas politik di kemudian hari, sekurang-kurangnya ia berada dalam posisi "macan tanpa gigi" sekarang ini. Yeltsin sendiri, penerus dan "Juru Selamat" de- mokrasi Rusia, ketika terjadi kudeta oleh unsur- unsur konservatif-kanan dan militer, juga harus ber- enang dalam lumpur. Dan lumpur itu disiapkan oleh unsur-unsur konservatif-kanan sama yang telah pernah mengancam Gorbachev. Celakanya, Yeltsin sejak pemunculannya yang menyiratkan ambisi per- ubahan besar yang menggebu-gebu tidak mempe- roleh dukungan substansial dari parlemen dan reali- tas struktur ekonomi lama yang ada. Mengubah sis- tem ekonomi berencana terpusat menjadi sistem yang terbuka atas landasan pasar bebas ternyata bukan pasal sederhana yang bisa dilakukan dalam waktu sehari. Merasa bahwa dirinya mendapat ten- tangan keras dari Parlemen terus-menerus, Yeltsin lantas melakukan sebuah "kejutan" yang mempri- hatinkan seluruh dunia, kendati melihat gelagat sifat dan sepak-terjangnya terdahulu sebenarnya orang telah menduga hal itu bisa dilakukan olehnya. Ke- jutan Yeltsin di bagian kedua tahun 1993 ini adalah keputusannya untuk membubarkan Parlemen Ru- sia. Dan dunia menyaksikan drama politik paling ra- mai tahun ini ketika beberapa jam sesudah itu, Ketua Parlemen Rusia -- Ruslan Khasbullatov - memba- las pelecehan Yeltsin atas dirinya dan badan yang dipimpinnya dengan move yang tak kalah nekatnya, yakni pemecatan Yeltsin dari kedudukannya seba- gai Presiden, sementara ia digantikan Alexander Rutskoi. Dan Rutskoi, yang penuh dendam kesumat terhadap Yeltsin karena terlibat dalam rivalitas yang sengit, tanpa menunggu lebih lama lagi membukti- kan efektivitas dirinya sambil menunjukkan kabinet baru yang berasal dari lama dengan perombakan drastis di sana-sini. Bisa dimengerti bahwa sekarang ini masalahnya bukan semata-mata terletak pada sah atau tidak sahnya dekrit pembubaran Parlemen oleh Yeltsin tersebut, melainkan pada kemungkinan move-move lainnya lebih jauh. Misalnya, apakah rakyat akan masih mempercayai Yeltsin yang seperti Mantan Presiden Amerika, Reagan, bisa disebut bermain "Rambo", ataukah rakyat akan kembali memper- cayai komunis sebagai terapi buat kemelut ekonomi yang mereka derita sekarang? Gorbachev dikabarkan mencela tingkah-laku po- litik Yeltsin tersebut sebagai sebuah tindakan yang mengabaikan undang-undang. Gorbachev, dalam kapasitasnya sebagai seorang negarawan (sta- tesman) yang bukan sekadar politikawan (politi- cian), jelas tak akan membenarkan langkah-langkah Ramboistis Yeltsin. Diterima atau tidaknya sebuah kebijakan pemerintah harus mendapatkan du- kungan dari parlemen yang alhasil bisa dianggap sebagai lembaga wakil rakyat. Dalam kondisi seperti sekarang ini bahaya yang bisa saja menjadi kenyataan pahit adalah muncul- nya perang saudara di antara kelompok pro Yeltsin dan kelompok anti Yeltsin. Dan kunci untuk ke- kuatan bagi setiap pihak yang mau menang adalah dukungan militer. Dan hingga detik ini nampaknya kelompok pimpinan militer Rusia masih mengambil sikap sangat hati-hati. Menteri Pertahanan dan Menteri Keamanan yang baru saja ditunjuk oleh Par- lemen juga belum mempertunjukkan arah kebija- kannya yang jelas, apakah mereka mau berada dipi- hak Khasbullatov ataukah Yeltsin. Satu hal sangat mengejutkan bahwa Presiden Clinton kali ini me- nyatakan dukungannya secara terang-terangan ke- pada Yeltsin, kendati Yeltsin mendapat semprotan tajam dari Gorbachev. Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan Fotokopi Identitas Waspada terhadap Praktek-praktek Penipuan Peristiwa yang terjadi pada tanggal 20 September 1993, di jantung Kota Denpasar me- nimpa seorang Ibu yang baru se- lesai berurusan dengan sebuah Bank. Begitu ibu tersebut siap akan berangkat, datanglah seorang pemuda umur lebih kurang 27 tahun yang berdalih mau meno- long ibu tersebut yang dikatakan mau mengalami cobaan berat dan sukar ditanggulangi. Dengan mengatakan dirinya memiliki indra ke 6 (para nor- mal) menawarkan bantuan un- tuk menghindarkan ibu ini dari petaka yang mengancamnya. Dengan cara yang sok alim dan sosial, pemuda ini mengatakan jangan berterima kasih kepada saya berterima kasihlah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ja- dak ancaman ngan memberi uang padanya, nya untuk cuci muka yang kemu- karena itu merupakan dian digosokkan ke kaki agar ti- penghinaan. terjadi Maka diberikanlah syarat- kelumpuhan. syarat sebagai berikut: Karena ngeri akan ancaman Ibu ini disuruh mengambil yang disampaikan tadi ibu ini se- tanah sedikit yang nantinya un- perti kena sihir, menuruti apa tuk dapat melihat wajah orang saja yang diperintahkan oleh pe- yang ingin mencelakakan (per- muda tadi di samping ada orang empuan), dan diberi sebatang ro- ketiga yang menurut pengaku- kok untuk diisap 3 kali nanti annya juga sedang memerlukan bantuan pengobatan adik- nya yang sedang sakit. Tetapi apa yang terjadi setelah tiba ma- sanya, selesai mandi dan akan merendam daun pemberian pe- muda tadi sebagai obat minum. Betapa terkejutnya ibu ini ka- rena semua barang-barang yang disimpan tadi dalam tasnya te- lah berubah bentuk daun obat (Bersambung ke Hal.9, kol.8) sorenya. Tanggalkan perhiasan yang kekuning-kuningan (emas) ka- rena ilmu yang digunakan aji-aji besi kuning dengan penjelasan boleh dipakai lagi nanti setelah mandi sore, dan sekarang simpan saja di dalam tas sendiri. Mandi dengan air bunga warna tiga dan minum ren- daman daun yang diberi olehnya sesudah habis mandi dan sisa- GIMANA SIH PA? SELAMA INI KITA 'KAN SUDAH TER- LANJUR HIDUP MEWAH, MASAK HARUS SEDERHANA LAGI?! JUKLAK POLA HIDUP SEDERHANA Tindak Lanjut Persetujuan Israel-PLO "THE labors of peacemaking are not concluded once the treaty is signed. Coura- geous sappers on both sides must start clearing the emotional minefields, the after- math of war, removing mutual stereotypes, created by many years of fear and hatred. The real rift is no longer between Jew and Arab but rather between pas- oriented and future-oriented people on both sides". (Usaha menciptakan perdamaian tidak berhenti pada saat perjanjian ditanda- tangani. Pejuang-pejuang kedua pihak di belakang front terdepan, yang ibarat menggali parit, harus membersihkan kawasan masing-masing dari ranjau-ranjau emosi seusai perang sekarang ini. Juga membersihkan kata-kata klise stereotip masing-masing, yang diciptakan oleh ketakutan dan kebencian semasa beberapa tahun lamanya. Yang memecah-belah sekarang ini bukan semata-mata perbe- daan Yahudi dan Arab, melainkan perbedaan pandangan yang ingin kembali ke masa lampau kontra pandangan yang ingin menatap masa depan dari kedua pihak.) Penulis Yahudi AMOS OZ, penganjur perdamaian, dalam majalah "TIME" 20 September 1993. Gema Menggelegar Setiap penandatanganan Per- setujuan Perdamaian belum se- lalu berarti akan terbuka masa damai secara sempurna. Masih diperlukan follow-up atau tindak lanjut bersama dari semua pihak yang berkepentingan dengan persetujuan perdamaian terse- but. Kita sendiri pernah menan- datangani Persetujuan Linggar- jati dan Renville dengan pihak Belanda pada tahun 1946 dan 1948. Juga perjanjian Konfe- rensi Meja Bundar tahun 1949. Semua itu belum menjamin hu- bungan baik dengan pihak Be- landa. Selalu diperlukan follow- up atau tindak lanjut. Apalagi dengan Persetujuan Israel-PLO sekarang ini, yang mempunyai dimensi global- mondial itu. lagi meminta korban jiwa dan raga mereka. Oleh Abdulgani Di balik itu, tercatat pula ada- nya kelompok-kelompok kepala batu yang menunjukkan "shock" Dr. H.Roeslan bercampur kemarahan, karena "pengkhianatan" Rabin-Arafat di meja perundingan. Tetapi le- bih banyak lagi yang bereaksi se- cara rasional, mencerminkan pi- kiran dingin; ingin melupakan trauma masa lampau, dan berte- kad menatap masa depan de- ngan penuh kepercayaan dan keyakinan bahwa Arab-Yahudi dapat keluar dari lingkaran per- musuhan, dan memasuki era kerja sama atas dasar saling mengakui dan menghargai. saling semua "Polyphony" Harian "International Herald Tribune" tanggal 16 September 1993, memaparkan reaksi itu dalam berbagai surat pembaca dengan judul "Mideast Polyphony: Hope, Shock, Anger. Fear, Reason". Yaitu suara ber- banyak ragam, dari yang men- cerminkan "harapan, kejutan, kemarahan, ketakutan" sampai yang ke "pikiran dingin rasional". yang banyak dan beragam itu bernada macam-macam. Dari yang rasional penuh dengan ha- rapan masa depan sampai yang emosional tak mau melupakan masa lampau. Oz, pendiri Gerakan "Perda- Adalah penulis Yahudi Amos maian Sekarang", yang meng- ingatkan kita semua kepada be- nih bahaya masa depan. Seperti yang beliau tulis dalam majalah "Time" 20 September 1993, dan yang saya kutip di atas, maka usaha menciptakan perdamaian tidak berhenti pada saat perjan- jian itu ditandatangani. Masih diperlukan follow-up-nya. Gemanya terus menggelegar. Apalagi karena penandatangan- annya terjadi di Washington, dan disiar-luaskan oleh media massa ke seluruh dunia. Di layar TV dari CNN, BBC dan lain-lain kita melihat, bagaimana para pe- Menatap Masa Depan mirsa di seluruh dunia banyak Yaitu antara lain pejuang- yang meneteskan air mata. Tam- pejuang perdamaian kedua be- pak rasa haru mereka, diiringi lah pihak harus membersihkan dengan harapan perang antara "Poly" adalah "banyak serta barisan masing-masing dari Arab-Yahudi yang sejak 1948 beragam". "Phony" adalah ranjau-ranjau emosional seusai terus berkobar itu, tidak akan "suara". Dan memang vokalitas perang sekarang ini. Juga harus reotip yang bermusuhan, yang menghilangkan kata-kata ste- diciptakan oleh kebencian dan ketakutan semasa puluhan ta- hun belakangan ini. Yang memecah-belah sekarang ini bu- kan semata-mata perbedaan dan pertentangan Arab-Yahudi, baik selaku ras maupun suku bangsa, melainkan yang akan memecah ingin kembali ke trauma masa belah adalah pandangan yang lampau kontra pandangan yang ingin menatap masa depan de- ngan penuh harapan. Kedua pandangan atau state- of-mind yang saling kontras ini ada di kedua belah pihak. Yaitu di kalangan "kepala batu" Arab dan Yahudi. Tetapi, syukur Alhamdulillah, yang kini sedang mendominasi adalah suara-suara yang positif- konstruktif. Nafsu permusuhan harus dikendalikan dan dihi- langkan. Jiwa perdamaian dan kerukunan harus dipupuk terus. Selain kekuatan-kekuatan rasional-konstruktif di kalangan Israel dan PLO sendiri, maka ke- kuatan yang sama sedang ber- semi antara Israel dan Jordan. Mudah-mudahan kecende- rungan ini akan diikuti oleh Is- rael dan Suriah serta Libanon. Paradoks-historis Dalam pada itu kita melihat sedang berkembang suatu paradoks-historis dalam situasi di Timur Tengah. Historical pa- radox ini adalah semacam keba- sejarah. Apabila dulu Intel Israel likan aneh dalam perkembangan Mosad berkali-kali berusaha membunuh Yasser Arafat dan kawan-kawannya, kini ada indi- kasi mereka menawarkan kemu- nikasi dengan Intel PLO dan bodyguard-nya Yasser Arafat, untuk kerja sama dalam "melin- dungi" pemimpin-pemimpin PLO yang pro-persetujuan ini dari ancaman pihak "radikal- ekstrim" kedua belah pihak. Gejala dan kecenderungan proses paradoks-historis ini ti- dak dapat dielakkan, melainkan merupakan proses yang alamiah wajar dalam setiap fase follow- (Bersambung ke Hal.9, kol. 6) Memasuki Tahap Negosiasi GSP AS bahwa fasilitas GSP (Generalized System of Preferences) untuk Indonesia benar-benar PERINGATAN pemerintah AS, beberapa bulan yang lalu, berisikan rekomendasi dalam ancaman pencabutan. Sedangkan dalih ancaman tersebut adalah berkaitan de- ngan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. perselisihan tenagakerjaan ada lima hal yang tuk membentuk dan bergabung Memang di dalam masalah ke- berasosiasi, yakni kebebasan un- ngan pemberian fasilitas GSP sesuai dengan pilihannya. Ke- harus dipenuhi berkaitan de- dengan organisasi buruh yang AS. Yakni hak membentuk aso- siasi, hak untuk ikut membuat kekerasan dalam menangani dua, sering adanya penggunaan peraturan perusahaan (bersau- masalah dara), ketentuan batas minimum perburuhan. upah dan umur, kondisi kerja Jika pemerintah Indonesia yang memadai dan tidak mela- ingin menghindari pencabutan kukan pemaksaan kerja. fasilitas GSP tersebut, maka kita Khusus buat Indonesia ada harus memenuhi semua tun- dua hal yang kurang berkenan di tutan AS. Kalau tidak, Indonesia mata AS sehubungan dengan tidak akan diperkenankan lagi kondisi ketenagakerjaan. Per- menggunakan fasilitas tersebut tama, menyangkut kebebasan bagi ekspornya ke AS. Dan kon- Jalan Pertigaan Pesedahan - Tenganan Memprihatinkan Jalan yang menghubungkan Kepada pihak yang berwe- Pertigaan Pesedahan menuju nang saya mohon agar segera Desa Tenganan Pegringsingan melakukan melaksanakan per- kini keadaannya cukup mempri- baikan jalan tersebut, lebih- hatinkan karena di sana sini ba- lebih jalan tersebut merupakan nyak yang berlubang, sehingga jalur pariwisata antara Candi- membahayakan bagi pemakai dasa Tenganan jalan baik pengendara motor Pegringsingan. roda empat, pengendara sepeda motor dan pejalan kaki. Untuk itu saya mengimbau kepada pemakai jalan tersebut untuk berhati-hati agar jangan mengalami kecelakaan yang ti- dak diinginkan. menuju I Nengah Eddy Martawan Dusun Kauhan, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Hotel Bali Beach Ganti Nama? Menurut berita (Bali Post, 22 adalah amat penting jika ditin- September 1993) pembenahan jau dari berbagai aspek, apalagi kembali gedung utama Hotel untuk maksud promosi. Sehu- Bali Beach (HBB), yang terbakar bungan dengan itu, perkenan- awal tahun ini, sudah mendekati kanlah kami bertanya kepada rampung. Setelah mengalami re- pengelola/ manajemen hotel ter- novasi besar, nama hotel terse- sebut, sebagai berikut: but menjadi "The Grand Bali a. Siapakah yang mencetus- Beach" (GBB). Di sisi yang lain, kan ide dan atas apakah nama kita sangat menyadari, bahwa (The) Hotel Bali Beach yang su- nama yang tepat, baik dan benar dah sangat terkenal itu diganti diubah menjadi (The) Grand Bali Beach? (Ingat, nama HBB sudah sangat memasyarakat di dalam maupun di luar negeri, sedang- kan menjadikan nama GBB su- paya terkenal setara bahkan me- lebihi HBB memerlukan waktu, dana serta upaya yang besar). b. Mengingat kata Grand itu sudah dipakai terlebih dahulu oleh beberapa hotel besar di ka- (Bersambung ke Hal.9, kol. 9) Anggota Redaksi: Denpasar: Made Sugendra, Sri Hartini, Ida Bagus Geriawan, Nengah Sri- Suprajitno, Ema Sukarelawanto, Daniel Fajry, Nyoman Setiawan, Legawa Partha, Gianyar: IB. Alit Sumertha, Bangli: Nikson, Semarapura: Made Suweca, Singaraja: Made Tirthavasa; Putu Mangku, Amlapura: Wayan Sudarsana, Tabanan: Gst. Alit Purnatha, Negara: Eddy Asri, Jakarta: Muslimin Hamzah, Suhen- dra Usmaya, Bambang Hermawan, Sahrudi, Surabaya: Edy Poerwanto, NTB: Agus Talino, Iszul Kairi, Ryanto, Ruslan Efendi, NTT: Hilarius Laba, Wartawan Foto: IGN. Arya Putra, Djoko Moelyono. Bali Post an Wayan Suja Adnyana, Wayan Wirya, Wayan Suana, Dwi Yani, Komang Suarsana, Djarot Setiap artikel atau tulisan yang dikirim ke Redaksi hendaknya ditik dengan dua spasi (spasi rangkap). kesempatan untuk meraih de- sekuensinya adalah hilangnya atau 14,8 persen dari ekspor non- visa senilai 642,968 juta dolar AS 10-8-1993). migas Indonesia ke AS (Kompas, hensif dalam waktu beberapa bulan saja (sampai Februari 1993) hampir tidak mungkin di- capai. Untuk itulah langkah di- plomasi secara intens perlu dija- jaki. Apalagi dengan kedatangan tim GSP AS pekan ini di Indone- sia, menunjukkan atau paling ti- dak, pemerintah AS bersedia me- lakukan negosiasi untuk menye- lesaikan tuntutannya. Hanya persoalannya, tun- tutan AS terhadap perbaikan kondisi ketenagakerjaan di Indo- nesia sebenarnya sangat kom- pleks. Berkaitan dengan kondisi perusahaan pada umumnya, kualitas sumber daya manusia dan "tingkat" keterlibatan peme- rintah. Dan perbaikan kondisi ketenagakerjaan secara kompre- ini. dari: Oleh Burhanuddin Dalam melakukan negosiasi dengan tim GSP AS atensi kita sebaiknya tidak boleh lepas dari "faktor" perubahan domestik yang meliputi bidang sosial, eko- nomi dan politik AS akhir-akhir Rp 3.022.150 untuk Komang Mardika Bali Post menerima titipan sumbangan untuk Komang Mardika Dewa Putu Suarka Giri Tama, Jl. Siulan Jumlah penerimaan sebelumnya Gg. Sekar Hyatt No. 18 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 20.000 Rp 3.002.150 Rp 3.022.150 Rp 258.500 untuk IGP Cakra Bali Post menerima titipan sumbangan untuk IGP Cakra dari: Dewa Putu Suarka Giri Tama, Jl. Siulan Gg. Sekar Hyatt No. 18 Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 455.000 untuk Aryanti Antara Prestasi dan Prestise surat Dari Ibu kota PON XIII di Jakarta selama 9-20 September 1993 kini su- dah usai. Banyak cerita ber- kembang di sekitar dan ten- tang PON XIII ini. Dari orang- orang kecil di pinggir jalan, anak-anak sekolah, maha siswa, orang-orang bisnis, para pejabat sampai bapak- bapak dan ibu-ibu di kantor kantor maupun di rumah rumah. Memang PON adalah wadah akbar bagi para atlet untuk berprestasi dan meng- angkat prestise. PON XIII menghasilkan 15 kontingen Daerah unggulan dari 27 Propinsi di mana Bali masuk ranking ke-14. Kalau enam besar Bali tentunya tidak masuk. Yang ini adalah DKI Jakarta, Jabar, Jatim, Jateng, Lampung dan Irian Jaya. Bali tidak usah sedih kalau ran- kingnya terlalu jauh, sebab Bali punya nilai lebih di sektor dan kegiatan lain. Misalnya di sektor pariwisata dan dalam kegiatan seni-budaya. tinju, pencak silat, karate & taekwondo dan final bola voli. Pers ibu kota juga mencatat bahwa prestasi PON XIII be- lum bisa melampaui rekor Asian Games apapula rekor Olympiade atau rekor dunia lainnya. Bagi pecandu olah raga yang tentunya tidak mudah melupa- kan siapa yang mencapai apa, atlet mana yang menumbang- kan rekor ini itu, bilamana dan di mana rekor tersebut ditum- bangkan dan sebagainya. Me- reka ingat betapa prestasi PON XIII empat tahun lampau sam- pai mencapai 120 pemecahan rekor. Tetapi kini mereka pri- hatin karena prestasi atlet- atlet nasional kita tidak bisa lagi menonjol di tingkat Asia, apapula pada tingkat interna- sional yang lebih luas lagi. Se- pertinya prestasi atlet-atlet kita dewasa ini makin merosot saja. Apa pasal? Beberapa rekan wartawan yang sempat beranjangsana ke tempat-tempat dimana para atlet ditempatkan mencatat hal-hal kecil tetapi besar arti- nya bagi sang atlet bersang- kutan. Di beberapa wisma tem- pat mereka tinggal selama PON XIII malam-malam di- ganggu nyamuk hingga tidak bisa tidur. Ini sangat meng- ganggu di hari esok dia mesti tampil di gelanggang untuk mencapai prestasi. Di wisma lain atlet yang lain komplin ka- rena makanan yang disuguh- kan (menurut akhli pangan tentunya bergizi dan fit untuk atlet) tidak cocok di seleranya, terpaksa diam-diam jajan kanan kiri. Ini juga tentu mem- pengaruhi prestasinya tatkala dia mesti tampil. Yang lain lagi merasa kesepian dan kangen sama kampung halaman ka- rena ditempatkan terpencil se- perti di Jatiluhur dan Cibubur. Tiadanya hiburan dan harus sudah mesti tidur cepat-cepat menyebabkan dia gelisah, dan prestasi keesokan harinya sulit dicapainya. Yang tidak dike- luhkannya, adanya perbedaan tempat akomodasi antara offi- cial dan atlet-atlet yang mesti bertanding dan mencapai pres- tasi. Masalah-masalah kecil te- tapi langsung terkait dengan pencapaian prestasi. PON XIII mempunyai ciri- ciri lain yang terlahir dari si- tuasi dan kondisi dewasa ini di Tanah Air. Pertama, masya- rakat Indonesia kini sudah sa- ngat mudah dihinggapi penya- kit konsumerisme tinggi. Segala-galanya diukur dengan kemampuan seseorang untuk mengkonsum, membeli dan memiliki berbagai jenis barang (terutama yang baru dan trendi) diluar kebutuhan yang wajar. Dari sikap ini atlet-atlet kita lalu diiming-imingi bonus uang yang tidak kecil jumlah- nya. Kedua, pola pikir peng- uasa daerah mewajibkan para atlet untuk meraih gelar juara demi gengsi dan prestise dae- rahnya (bukan rahasia lagi) tentu tidak mengacu kepada prinsip sportivitas sebagai tu- juan utama. PON XIII di Jakarta ini di- juluki "Pon Prestasi" sebab pe- kan olah raga nasional ini di bebani sebagai wahana untuk meningkatkan daya tahan. sumber daya manusia, mempe- rerat tali persaudaraan serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi pres- tasi meningkatkan daya tahan manusia Indonesia dan erat- nya persaudaraan serta ku- kuhnya persatuan+kesatuan bangsa ditambah dengan prestise masing-masing Dae- rah yang diwakili para atlet dalam bentuk prestasi keung. gulan medali terbanyak yang bisa diraih dalam gelanggang lomba dan pertandingan. Ti- dak mudah tentunya bagi para atlet untuk memikul beban se- berat ini. Dan tidak mudah pula bagi orang awam untuk menilai secara objektif betapa seorang atlet harus meraih prestasi pemecahan rekor bagi pribadinya sebagai atlet be- tulan tanpa diiming-imingi ke- cenderungan materialisme un- tuk mengejar peringkat atas nama "daerah" demi prestise daerah itu sendiri. Tidak jelas pekan olah raga nasional yang sudah digarap ketigabelas ka- linya mencerminkan peme- cahan rekor yang dilandasi se- mangat berolah raga "yang betul-betul mendambakan sportivitas". Yang dikejar se- lama ini adalah jumlah per- olehan medali untuk daerah yang bersangkutan sebagai Terlepas dari masalah- prestasi (demi prestise daerah), masalah diatas, suatu hal bukan prestasi pemecahan re- perlu dipertimbangkan meng- kor seperti yang dicapai dalam enai kesebelasan Irian Jaya dunia olah raga internasional yang bermain sangat gemi- yang dari waktu ke waktu me- lang. Bagaimana kalau kesebe- ningkat nilai angkanya. Dari lasan Irja ini diberikan kesem- segi ini komentar pers ibu kota patan untuk bertanding de- metropolitan Jakarta tidak se- ngan kesebelasan-kesebelasan dikit menyuarakan nada kesan top di luar kandang Indonesia. dilematis. Belum lagi prestasi Mencari pengalaman sekaligus yang dikaitkan dengan aksi- mengangkat nama Indonesia aksi kebrutalan penonton yang di luar negeri. Suatu ide yang terlalu fanatik terhadap tim baik dan perlu didukung PSSI. daerahnya, seperti tercermin dalam kasus pertandingan se- pak bola antara Irian Jaya, Aceh, Jawa Timur dan Jawa Barat, kasus pertandingan Kondisi Domestik AS Sejak pertengahan tahun 1980-an kondisi perekonomian AS memburuk terus dengan defi- sit perdagangannya yang cukup besar, terutama dengan Jepang. Selanjutnya, AS di bawah kepe- mimpinan Clinton bertekad un- tuk memperbaiki posisinya di dalam perdagangan internasio- tuk memperbaiki daya saing nal dengan berusaha keras un- industrinya. Nyoman Apalagi dengan tampilnya Partai Demokrat sebagai peng- uasa AS yang dikenal "kampiun" demokrasi, sangat peka terha- nusia di berbagai pelosok bumi dap pelanggaran hak asasi ma- ini. Utamanya terhadap negara- negara di bawah pengaruhnya (?), seperti negara-negara yang berstatus GSP. Jadi tidak meng- herankan kalau isu yang diang- kat masalah hak asasi manusia. Di mana dalam pantauannya terdapat kasus-kasus praktek ketenagakerjaan di Indonesia yang dapat dikatagorikan seba- gai pelanggaran hak asasi manu- sia. Karena itulah fasilitas GSP tah AS. Untuk memacu perekonomian nasional, AS merasa perlu mem- perluas ekspornya ke luar negeri sekaligus juga membatasi impor. Tampaknya pola free trade orien- galkan bergeser ke pola managed sia mendapat sorotan pemerin- ted yang dogmatis mulai diting yang diberikan kepada Indone- trade oriented yang pragmatis. luas dari kelompok industriawan Tekanan yang semakin me- Kasus "Live Aid" Sebenarnya sistem GSP ini dan buruh agar pemerintah ber- bersifat non-reciprocity (tidak tindak lebih pragmatis dalam timbal balik) dan non- memperbaiki kondisi perekono- diskriminasi. Tetapi dalam prak- mian nasional, akhirnya mere- teknya negara pemberi GSP se- kembali kemudahan penurunan gai komitmen politik, dan bak sampai mempertanyakan lalu mengaitkan dengan berba- bea masuk yang telah diberikan ekonominya. GSP kadangkala kepada negara berkembang yang menjelma menjadi "faktor" pe- berstatus GSP. (Bersambung ke Hal.9, kol. 2) Catatan Rp 20.000 Menko Polkam minta Polri agar tetap menilang pelang- Rp 238.500 gar lalu lintas, tidak membiarkan begitu saja seperti Rp 258.500 sekarang ini. Bali Post menerima titipan sumbangan untuk Aryanti dari: Dewa Putu Suarka Giri Tama, Jl. Siulan Gg. Sekar Hyatt No. 18 Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 20.000 Rp 435.000 Rp 455.000 Rp 2.375.500 untuk Pura Giri Shanti Buwana Nganjuk di Jatim Bali Post menerima titipan sumbangan dana punia untuk Pura Giri Shanti Buwana Nganjuk di Jatim dari: Made Lingga, Kebonsari-Singaraja Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Jangan-jangan pelanggaran tanpa tilang, jadi "bu- merang". Kata Menpan, petunjuk pelaksanaan (juklak) pola hidup sederhana telah diturunkan. Rupanya masih banyak yang tidak pernah "mimpi hidup sederhana". Rp 5.000 Rp 2.370.500 Rp 2.375.500 Gubernur Bali minta kemandirian sarjana hendaknya benar-benar diwujudkan, jangan merengek-rengek kepa- Rp 10.213.500 untuk Pura Gelap di Besakih Bali Post menerima titipan dana punia untuk Pura Gelap di Besakih dari: I Nengah Darya, Polres Klungkung Ida Bagus Pt. Manuaba, Polres Klungkung AA Gde Ngurah Kota, Polres Klungkung Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 1.000 (Bersambung ke Hal.9, kol. 8) da orangtua minta dicarikan pekerjaan. - Jadi selain siap pakai, siap mandiri juga. Bang Podjok 4cm