Tipe: Koran
Tanggal: 1995-06-03
Halaman: 08
Konten
4cm HALAMAN 8 I Gusti Putu Raka, S.H. : Soal Taman Budaya tak bisa Main Perintah TAMAN budaya memang cukup sering mendapat sorotan. Entah karena kurang kreatif, lesu darah, kurang greget, atau adanya tudingan yang menilai keha- dirannya kurang mendukung iklim berkesenian di Bali. Bahkan, sosok taman budaya dengan arsitektur Balinya dinilai kalangan seniman dan budaya kurang memberi ruang bagi kehadiran seni modern, sehingga menyempitkan manfaat yang bisa diberikan bagi pertumbuhan kese- nian di Bali. Lantas bagaimana sebe- narnya gagasan awal pendirian salah satu unit pelayanan teknis (UPT) Depdikbud ini? Berikut perbin- cangan Cok Sa- witri dengan Ketua Majelis Pembina Lembaga Adat (MPLA) Bali, I Gusti Putu Raka, S.H. Mantan ketua DPRD Bali ini juga tercatat sebagai kepala proyek pembangunan taman budaya sekaligus mantan Kepala TBB yang 1150 pertama. Bapak tercatat sebagai Kepa- la Taman Budaya Bali (TBB) yang pertama. Tentunya paling dekat dan paling mengetahui gagasan pendiriannya. Bisa dijelaskan? 1 Gusti Putu Raka, S.H. Bali Pos/Pras seniman Bali bagaimana? Saya memberikan penjelasan pada seniman. Tentu saja saya men- jelaskan, saya bukan seniman, bu- kan budayawan, namun saya mendapat tugas membangun tem- pat, tempat yang nantinya akan dipergunakan untuk myastra, pame- ran, menari. Ya saya hanya katakan, ngiring sareng-sareng pinehin. Yang akan mengisi maupun meng- gunakan TB ini kan mereka, para seniman di Bali. Saya kan cuma kepala proyek. Apa pertemuan dengan seni- man ini terjadi hanya pada awal pendirian TB saja? Tapi saya jalan terus. Tidak menang- gapi. TB memang dibangun secara berangsur-angsur. Lantas tahun 1973 baru selesai gedung pamerannya, yang sebenarnya bernama Mahu- dara, yakni diambil dari nama seor- ang sangging besar dari Desa Ka- masan. Mahudara ini seniman be- sar. Dia yang mengarsiteki Kerta- gosa dan karya-karyanya memang luar biasa. Selain di Kertagosa, juga ada sisa karyanya di Puri Kawan, Karangasem. Sayangnya sudah agak rusak, kemudian di Jro Taman-Saba. Mudhara ini dipilih sebagai peng- hormatan kepada undagi itu, kemu- dian dipadukan dengan filosofis Mahudara. Peristiwa perebutan amerta di kolam susu. Tidak. Setelah bangunan dimu- lai, pertemuan-pertemuan secara periodik tetap dilakukan. Termasuk Di samping pembangunan saat pembangunan jalan, pertemuan fisik, apalagi yang Bapak ingat dengan seniman terus-menerus di- seputar awal pendirian TB? lakukan. Waktu itu, orang-orang dari Yang saya ingat, makin banyak Fakultas Sastra yang saya minta bangunan. Yang kecil maupun yang mencatat hasil-hasil pertemuan den- besar. Yang harus dipikirkan adalah gan para seniman itu. Pertemuan itu teknis pengisiannya. Di Bali sebel- dulu, mungkin kalau sekarang umnya tidak ada gedung sebesar semacam seminar. Bedanya seni- Ardha Candra. Saya mencoba man-seniman besar kita tidak menggunakan Ardha Candra, me- mengerti apa itu risalah, makalah. mentaskan arja. Ya tentu saja hasil- Mereka cuma tahu huruf Bali. nya tidak bagus, sebab keluasan ge- Pertemuan-pertemuan itu di- dung menyerap semua dialog para laksanakan di mana saja? penari. Dari itu kita harus memikir- Ya di Art Centre. Duduk lesehan kan peralatannya untuk menduku- di bawah lampu yang ada di TB ng pagelaran-pagelaran yang kelak waktu itu. Sebab saya sadar, saya akan diadakan. Dan memang Ardha berhadapan dengan seniman. Kalau Candra ditujukan untuk pentas ko- pertemuan-pertemuannya diadakan losal, kalau individual pasti gagal di di Bali Beach misalnya, mereka pas- sana. Begitu juga Ksirarnawa- ti tak mau. Secara naluri saja, saya dibangun setelah saya tidak lagi berusaha menyelami jiwa seniman, menjadi Kepala TBB. Tetapi secara ya dengan lesehan itu. Lantas saya keseluruhan, semua bangunan didi- sodorkan problematika yang dapat rikan dengan penuh perhitungan. memancing mereka mengeluarkan Pemanfaatannya, teknis pengisian ide dan pendapat. Misalnya, saya nya, kendala maupun kesulitannya, ajukan problematika: katanya kon- jauh-jauh sebelumnya kita telah disi seni kita mengalami kemundu- mengetahui hal itu. Tidak ada yang ran tetapi sebaliknya ada juga yang sifatnya asal bangun. mengatakan mengalami kemajuan. TB yang dulunya begitu akrab Yang benar itu yang mana? Di seni dengan seniman kini cenderung rupa terjadi hal ini, tari, drama juga dianggap tidak akrab lagi. Acara begitu, yang mengetahui hal ini ad- lesehan dan sebagainya itu telah alah ide dane siniman, sapunapi lenyap. Bagaimana pendapat Ba- kawiaktian-ne? Reaksi seniman Bali pak? Nah, reaksi mereka ini yang Yang harus dipahami, walau TB Sejak awal pendiriannya, apa merupakan sarana pusat, tetapi pu- seniman Bali dilibatkan? satnya justru di desa-desa. Pusat Ya sejak bangunannya masih itu khas. Dengan duduk bersila, ber- Membina kebudayaan jangan kesenian dan kebudayaan yang akan berupa gambar, sebagai pimpinan pakaian Bali, bila ingin bicara, mere- disamakan dengan cara pemerintah- mengalami pembinaan, ya desa- proyek saya mengundang tokoh- ka mulai dengan berdehem-dehem, an. Jangan dengan pendekatan per- desa yang ada di Bali. Karena itu, tokoh seniman yang ada di seluruh memperbaiki duduk, lalu berkata: intah. Harus dari hati ke hati. Sebab Ini Begini. Sebelum kita bicara ketika pertama kali Pak Mantra Bali. Saya undang dari yang muda, Dados tiang matur kalih buku? Itu apa, jika tidak ada hasrat dalam diri, soal taman budaya TB, bagaim- memberikan saya proyek pemban- tua, bahkan waktu pertemuan per- reaksi mereka. mereka tidak merasa terpanggil anapun semua ini adalah perwu- gunan TB ini, saya sempat bingung. tama kali Pak Mantra selaku Dirjen Hanya bersikap sebagai pegawai. Ya judan suatu ide. Ini ide Pak Mantra Saya balik bertanya. Titiang dadi pun saya undang. Ini mengapa? Se- harus kita pahami. Dari pertemuan tidak bisa. Tidak bisa akrab dengan (IB. Mantra, mantan Gubemur Bali- (saya jadi-red) pimpinan proyek? jak awal seniman dan masyarakat itu kita bicara berbagai hal, apa saja senimannya. Saya dulu meng- red). Sekitar tahun 1956, ketika be- Waktu itu Pak Mantra mengatakan, Bali harus ambil bagian-minimal kemunduran itu, kemajuan itu, gunakan pengalaman membina ter- liau baru pulang dari India, bersa- "Pokok ne tiang serahkan teken Pak tahu untuk apa dan untuk siapa bagaimana caranya yang mundur itorial. Di tahun 50-an, saya ke Bali. ma para tokoh membicarakan Raka. Kenken je abete!" Ya karena pendirian proyek Art Centre itu. Ida biar tambah maju. Bagaimana biar dari TNI. Bali waktu itu masih dil- masalah-masalah seni budaya di saya senang, saya lantas menerima. Bagus Made (pelukis dari Tebasaya, Bali ini tetap ajeg. Semuanya dibic- iputi suasana tegang antara pejuang Bali. Nah, sebelum beliau jadi Kemudian mengajak orang-orang Ubud-red) saja saya undang dan arakan dengan spontan. Kita jadi dan yang dianggap pengkhianat. Dirjen Kebudayaan ide itu belum bisa yang sepaham, mengajak orang-or- sepaham. Bali ini modalnya seni ke- Waktu itu saya hidupkan seni di diwujudkan, belum ada teman, belum ang yang mengerti teknik bangunan, budayaan. Bahkan kalau merujuk desa-desa. Bahkan, kalau ada tamu pada pemikiran Moh. Yamin, Bali, saya undangkan legong, tabuhkan ada materi. Baru setelah menjadi termasuk Cok Raka Sukawati-be Dirjen gagasan itu diwujudkan liau sebagai konsultan. Bangunan inilah yang mewarisi dan menyim- gong. Mengapa? Mengubah pikiran Dari awal, manfaat apa se- pertama yang kami wujudkan adalah pan baik kejayaan Sriwijaya sam- menjadi halus, kalau pakai kata per- sungguhnya yang diharapkan gedung pameran, Gedung Mandha- pai Majapahit. Apa akan kita biar- juangan, reaksinya pasti lain. Kare- dengan adanya TB di Bali? kan hilang semua itu? Bali ini tidak na itu saya menggunakan cara etis. seberapa luas. Tanah Bali ini lam- Pendekatan melalui seni budaya. bat atau cepat akan habis, yang ting- gal nanti adalah seni budaya. Ini yang akan kita sumbangkan pada bangsa dan negara. PAKET DAIHATSU ZEBRA VAN'95 BEBAS DEMPUL Angsuran Rp. 551.000 Per Bulan ASTRA MOBIL Angsuran Rp. 443.000/ Bulan Hubungi: C1611 ra Giri Bhuwana. OSVALENZAYEVAY WINDONES ATRA PENGURUS YAYASAN PT ASTRA Intemational Daihatsu Sales Operation Cabang Sanur PENASEHAT H. Bustanil Arifin S Mantan Menk/Ka. BU Lob beliau selalu datang. Begitu juga seniman-seniman lainnya. Konon, bicara dengan seni- man itu susah-susah mudah. Apalagi kalau membicarakan ide. Pengalaman Bapak saat memb- icarakan ide pendirian TB dengan JALAN SUKSES MENYONGSONG MASA DEPAN Dalam rangka mempersiapkan Tenaga Kerja Profesional yang SIAP KERJA, LP3I Bali bekerja sama dengan BLK Den- pasar membuka Program Pendidikan dengan: 1. JAMINAN KERJA TERTULIS DBA (Diploma in Business Administration) ●SEKRETARIS KOMPUTER ANALIS Lama Pendidikan 2 Tahun 2. JAMINAN JOB TRAINING KOMPUTER AKUNTANSI KOMPUTER PARIWISATA PEMBINA Minggu Prot. Dr Vin Wiras Mantan Rektor UNPA Tetap Buka Dr Marzuki Usman Mantan Ketua Bapepam - TOUR & TRAVEL -FRONT OFFICE KETUA Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai 17, Sanur Telp. (0361) 288323, 268345, Fax, 288002 PTASTRA International Daihatsu Sales Operation Cabang Teuku Umar JI. Touku Umar No. 26 Telp. 226945, 221870, 221871, Denpasar PT Bintang Lestari Motor Jl. Teuku Umar No. 85 Telp. (0361) 237010 PT Sakah Jaya Motor, Desa Sakah Telp. (0361) 974463, 974464 Gianyar, HOME SWEET REKENING SIMPAN PINJAM Khusus bagi anda yang telah memiliki RUMAH. Maksimum Rp. 100.000.000. Bebas digunakan untuk apa saja, dengan memakai cek. Ambil atau setor sesuai keperluan. Saldo simpanan, bunga untuk anda. Saldo pinjaman, bunga untuk kami. Hubungilah Tel. 263736 maka, anda akan merasakan betapa manisnya memiliki rumah sendiri. BDB BANK DAGANG BALI (Alex Arifin, MBA) BONUS Peserta yang lulus seleksi mendapat kursus GRATIS & Beasiswa Rp. 200.000,- KOMPUTER INFORMATIKA Lama Pendidikan 1 Tahun INFORMASI & PENDAFTARAN Jl. Teuku Umar No.310 (Br. Buagan) Denpasar, Tip. 237468 BLK Denpasar. Jl. Imam Bonjol Km. 7 Denpasar, Tlp. 755216 KOPMA UNUD. JI. PB. Sudirman Denpasar Pendaftaran s.d. tanggal 16 Juni 1995 C.1618 YAYASAN TIARA COURSE PENDIDIKAN CEPAT, TEPAT, BERMANFAAT BALAI PENDIDIKAN DAN LATIHAN ENGINEERING TIARA COURSE Mendidik dan melatih putra-putri tamatan SLTA untuk menjadi teknisi-teknisi yang profesional di bidang: I. ENGINEERING PERHOTELAN (Program D1) Materi Pendidikan dan Pelatihan 1. Teknik Perbaikan dan pemeliharaan Mesin Pendingin. 2. Teknik perbaikan dan pemeliharaan Motor-motor listrik. 3. Teknik perbaikan dan pemeliharaan Fire Protection dan Electronica Control. 4. Teknik perbaikan mesin-mesin Kitchen dan loundry. 5. Teknik perbaikan dan pemeliharaan instalasi listrik. 6. Teknik perbaikan dan pemeliharaan instalasi air. 7. Bahasa Inggris. II. ENGINEERING OUTOMOTIVE (Program D1) Materi Pendidikan dan Pelatihan 1. Teknik perbaikan dan pemeliharaan mesin outomotive. 2. Teknik perbaikan dan pemeliharaan Chasis Mobil. 3. Teknik Perbaikan dan pemeliharaan Instalasi listrik mobil dan AC Mobil. 4. Teknik perbaikan dan pemeliharaan Dynamo Alternator. 5. Teknik pengelasan dan perbaikan Body mobil. 6. Analisa gangguan Outomotive. FASILITAS YANG TERSEDIA 1. Ruang kuliah yang sejuk dan nyaman (Full AC). 2. Alat-alat peragaan yang lengkap. 3. Laboratorium dan Work Shop. 4. Perusahaan tempat magang. 5. Dosen-dosen yang berkwalitas dan berpengalaman. 6. Asrama gratis. Bagi yang telah bekerja tersedia kelas malam, serta bagi mahasiswa yang termasuk peringkat 20 besar akan disalurkan. Kuliah dimulai tanggal 3 Juli 1995. Pendaftaran Setiap hari kerja di Kampus BPLE TIARA COURSE, JI. Gunung Agung Br. Mertha Jaya III/18 A, B, C Telp. 435778-422703 Denpasar. BERUJIAN NEGARA C. 1752 Pertemuan dengan seniman Bali itu terjadinya sekitar tahun berapa? Kenyataannya, TB terasa makin esklusif-semakin jauh dari senimannya dan dalam kese- hariannya kerap lengang? Saya sudah sering bicarakan hal itu. Saya tidak mau bicara hal ini. Ini tergantung keterpanggilan. Yang Tahun 70-an. Ya kita lesehan, TB penting, kalau menghadapi seniman itu dulu banyak pohon kelapa. Lalu kita hargai mereka. Kita ajak mere- saya buat wantilan darurat, beratap ka. Bukan untuk mengisi panggung- ambengan (ilalang). Waktu itu saya panggungnya saja, bahkan untuk sudah mengadakan pagelaran-page acara yang lain. Waktu Ratu Eliza- laran seperti mengundang jegog, beth datang, tamu-tamu negara pent- arja. Pokoknya pageleran kecil saja, ing lainnya yang datang berkunjung tanpa biaya. Modalnya sebungkus ke TB, saya undang semua seniman, nasi saja. Sementara itu pemban- yang tua dan bertongkat pun saya gunan fisik terus berlangsung, per- mohon datang. Bukan ikut datang temuan dengan seniman pun rutin sebagai undangan, tapi sebagai tuan kami lakukan. Begitu pun pagela- rumah. ran-pagelaran. Sejak awal kami in- gin menkondisikan membiasakan akan makna kehadiran TB ini di ten- gah masyarakat Bali. Setelah ge- dung pameran, baru gedung-gedung lainnya, disusul panggung terbuka Ardha Candra. Begitu seterusnya. Sejak awal pendirian TB tentunya mengundang kritik. Waktu itu mungkin dana men- gundang seniman-senimannya masih memadai? Tidak. Tidak ada dana. Tiang ngidih-ngidih. Hak saya dalam proyek saya kembalikan untuk op- erasional. Itu saya gunakan ngeto- hin jengah, Sebab, ya ini kan ngeto- hin jengah. Biar kita eksis di tingkat Ya. Pada dasamya kita kan be- nasional. Apa andil Bali selain seni lum biasa dengan panggung besar. budaya? Waktu Ardha Candra baru didirikan, Kemudian mengenai soal data di luar beredar omongan yang bema- dan pengisian acara di TB, waktu da sinis. Dikatakan, di Abian Kapas itu apa saja yang Bapak canang- ada proyek nyiur melambai. Bah- kan? kan, di koran pun saya dikritik dan Permasalahan-permasalahn dulu guntingan sampai kini saya simpan. itu banyak. Tetapi kalau boleh saya Catatan BAGAIMANAPUN Bali tak boleh lupa akan seorang tokoh, Pro- fesor Doktor Ida Bagus Mantra, mantan Gubernur Bali. Jauh sebe- lum taman budaya didirikan, di sekitar tahun 1956 ketika baru pulang dari India, mantan Dubes RI untuk India ini telah membicarakan masalah-masalah seni budaya Bali dengan I Gusti Putu Raka. Man- tra memaparkan bagaimana caranya mengisi kemerdekaan, khusus- nya bagi orang Bali. Mantra berpendapat, kalau ingin mengisi kemer- dekaan, harus punya kader pembangunan yang andal. Jika tidak, tidak mungkin dalam tempo singkat mencapai cita-cita bangsa. Un- tuk itu harus ada kader-kader yang berpendidikan memadai. Lantas kader yang bagaimana? Kalau yang berpendidikan dasar, menengah, sampai atas tampaknya sudah banyak. Tapi yang ber- pendidikan tinggi masih jarang dan di Bali belum ada perguruan ting- gi. Salah satu yang diinginkan Mantra adanya perguruan tinggi di Bali. Dari sinilah akan muncul kader-kader yang mampu merencanakan dan mengisi kemerdekaan. Menurut penuturan Raka, pemikiran Mantra telah jauh ke depan. Saat itu beliau telah membicarakan apa saja yang terkait dengan iden- titas bangsa dan budaya. Pilihan mengapa fakultas sastra (kini FS Unud-red) didirikan pertama kali, pun terkait dengan pendidikan bu- daya. Dasar pemikirannya, karena potensi Bali yang sebenamya ada pada kelebihan kebudayaannya yang unik. Selain masalah budaya, Mantra pun memberikan perhatian pada kondisi umat Hindu di Bali, mulai dari masalah nama agama Hindu itu sendiri yang saat itu ada yang menyebutnya sebagai Ciwa-Budha, Agama Tirta, atau Hindu Bali. Dari situ, pembicaraan tahun 1956 di Jakarta, di kemudian hari lantas muncul Parisada Hindhu Dharma Indonesia yang mencetuskan IHD. Untuk seni, didirikan Kokar dan ASTI. Salah satu idenya lagi adalah membuat pusat-pusat pembi- naan penggalian dan pengembangan budaya daerah sebagai budaya nasional. Kekhasan daerah-daerah itu harus dihargai, seterbatas apa pun suatu daerah, toh mereka mempunyai budaya. Bali pun terkenal karena seni budayanya. Ketika Mantra menjadi Dirjen Kebudayaan dibangunlah sarana- sarana untuk mendukung pusat penggalian pembinaan dan menjadi kebanggaan bagi warga setempatnya. Taman Budaya Bali dibangun bersamaan dengan rencana pembangunan taman budaya di daerah- daerah lain, seperti Medan, Yogyakarta, Solo, Makasar, hampir selu- ruh Indonesia. Dan jelas, Mantra yang menggulirkan perwujudan terse- but. Kalau disusuri, temyata Mantra telah membicarakan hal tersebut jauh sebelumnnya, setidaknya embrionya telah lahir di tahun 1956. Bali Post KULTU SABTU PON 3 JUNI 1995 Taman Budaya sebagai Pusat APA pemahaman masyarakat kita tentang posisi taman budaya (TB)? Sebagian orang yang salah mengeja Art Centre dengan Arp Centre barangkali jauh benar pemakanannya tersebut. Jika golongan mereka ini bisa menonton pertunjukan orkes dangdut, drama gong atau Pesta Kesenian Bali, maka mungkin TB secara keseluruhan dianggap sebagai tempat kesenian. Dengan catatan kesenian tanpa perlu dengan nilai tam- bah; bermulu. Pokoknya urusan kesenian adalah di TB yang mereka sebut juga Arp (bukan Art) Centre. Mis- alnya, ketika hari perpisahan akhir tahun ajaran, mere- ka bisa mengadakan perpisahan, pentas para pubertas di TB. Tentu dengan meminjam tempat atau kata lain- nya menyewa. Itu sekelumit persoalan sederhana. Barangkali tidak perlu dikaitkan dengan pembicaraan ke- budayaan. Akan tetapi bisa saja menjadi warna ketika orang-orang menempatkan eksistensi TB secara lebih luas dari yang tadi itu. Belum berhenti hingga di sana, posisi TB di mata masyarakat umum sangat ter- kait dan identik dengan Pesta Kesenian Bali. Di sini kemudian dapat kita ke- mukakan posisi sebenarnya, bahwa TB bukan hanya sebagai tempat pentas kes- enian belaka, PKB sendiri bukan semata persoalan kesenian sebagai muatannya melainkan persoalan kebudayaan. Lihat- lah acara diskusi sastra, lomba membuat sesuatu yang di dalamnya mencerminkan etos kerja. Ciri-ciri ini kurang nampak benar dalam peranan TB. Pada masa Pesta Ke- senian Bali, peranan TB sebagai bagian yang menjadi saksi peristiwa kesenian yang terjadi di lingkungannya, yang leb- ih mengetahui secara lebih dekat kehidu- pan para seniman dengan (konon) adan- ya dokumentasi, belum mengambil per- anan yang bisa diketengahkan. Sebenarn- peristiwa kebudayaan untuk masyarakat ya ini bisa jadi acara menarik sebagai dengan pemutaran slide tentang kehidu- pan, proses kerja para seniman. TB di situ batan penghubung antara seniman dan menjadi media massa yang menjadi jem- masyarakat yang tidak lewat pameran, pementasannya. alah peranan pendidikan secara luas. Le- Harapan yang muncul di balik itu ad- wat informasi kebudayaan yang bisa dini- kmati oleh masyarakat luas dengan cara yang menarik (lewat pemutaran film do- kumenter, misalnya). Katakanlah misal- nya, apakah demikian banyak masyarakat mengetahui bagaimana sebuah 'tapel' dibuat. Bagaimana sikap para seniman 'tapel' menempatkan kerjanya dalam hubungan re- ligiusnya. Hal ini barangkali bukan pekerjaan biasa namun unik serta sangat pantas digali etosnya. Persoalan sederhana lainnya dalam kehidupan para Bagus Nyana, Lempad, Pugra belum banyak tahu seniman yang mengandung nilai kebudayaan atas etos tang diri tokoh-tokoh seniman itu secara lebih d kerja yang perlu disadari mungkin luput dari penge. Belum banyak tahu tentang komentar mengenai tahuan generasi belakangan ini, ketika soal kerja para ka Dalam buku seni rupa sekolah, tiga nama p seniman Bali sering dikaitkan dengan kehidupan ve tadi diketengahkan sebagai bagian di tengah se tikal. Secara serentak nilai keagamaan atau ketuhan- seni rupa nasional. Namun tak banyak yang tahu an muncul sebagai suatu nilai dasar dari kehidupan tang mereka yang dikenal akhirnya mirip cerita masyarakat pekerja seni Bali. Harapan semacam ini tentu bukan sekadar menga- da-ada untuk menemukan titik lemah TB. Jika itu bisa dilakukan, acara TB bisa lebih beragam. Sejauh ini misalnya tak pernah kita dengar TB memiliki kegia- geng *** TB sebagai sebuah wilayah yang jika dima tan pemutaran film yang menyangkut masalah kebu- dengan kata 'taman' nampak mempengaruhi jalan dayaan. Dalam dana terbatas untuk mementaskan ke- ran kita akan sebuah wilayah yang terdiri dari b senian luar, pemutaran film dapat mengatasi. Baik itu am pesona kehidupan. Ketika seorang bertanya Taman Budaya Bali yag megah tampak dari depan berupa dokumentasi TB atau milik orang lain (orang da saya suatu hari, di mana bisa mendapatkan l luar) yang diselenggarakan di TB. Orang-orang yang lukis bagi anak-anak, saya menunjukkan, agar banyak membicarakan kehebatan seorang Tjokot, Ida coba mencari informasi di TB. Ketika orang-oran Tari Sakral Baris Dadap,Aksi dan I GUSTI NGURAH BAGUS dalam tulisannya "Kebudayaan Bali" (Bagus, 1979: 279) mem- bedakan masyarakat Bali menja- di dua kelompok besar, yakni masyarakat Bali Aga masyarakat Bali Kuna (MBK) dan masyarakat Wong Majapahit (MWM). Masyarakat Bali Kuna kurang sekali mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu Majapahit, dan mendiami daerah pegunungan Pulau Bali. benar, karena Tari Baris Dadap/ Dapdap berkembang di seluruh desa-desa masyarakat Gebog Do- mas. Gerakan tarinya sebetulnya sangat menarik karena diiringi dengan nyanyian dadap yang sekaligus sebagai simbol dari ger- akan tari, sehingga setiap aksi ger- akan tarinya berlandaskan pada nyanyian tersebut. Untuk menge- tahui simbol tarian dan nyanyian dari Baris Dadap, dua contohnya yakni Baris Dadap Sukawana dan Baris Dadap Les. Sebagai masyarakat yang men- diami daerah pegunungan MBK Masyarakat Gebog Domas mewarisi budaya, adat, dan tradisi Masyarakat Gebog Domas, ad- yang berbeda dengan MWM. alah kelompok masyarakat yang Salah satu dari tradisi tersebut menyembah bersama Pura Pucak adalah adanya tarian sakral yang Panarajon di Sukawana, yang bagi ditarikan di pura-pura seperti Pura masyarakat awam pura ini lebih Pucak Panarajon di Sukawana, populer dengan sebutan Pura Pu- Pura Dalem Balingkang di Ping- cak Panulisan, letaknya di Desa gan, serta Pura Bale Agung di se- Sukawana, Kecamatan Kintamani, luruh masyarakat Bali Kuna Kabupaten Bangli. Pura ini berna- khususnya pemuja Pura Pucak Pa- ma Gunung Kahuripan dan mem- narajon yang lazim disebut punyai bukti tertulis berupa masyarakat Gebog Domas. Tari- prasasti serta lontar yakni "Catur an tersebut adalah Baris Gowak, Dharma Kelawasan". Pucak per- Baris Omang, Baris Perisi, dan tama yang tertinggi, dan penuh Baris Dadap. Pada Bali Post yang dengan patung di antaranya pa- terbit tanggal 26 Mei 1995 dinya- tung Bhatari Dewi Mandul. Para takan bahwa tari sakral Baris pemujanya menyebut dengan Bha- Dadap hampir punah dan hanya tari Daha Tuwa yang maknanya hidup di dua desa yakni Desa Ba- tidak menikah selama hidupnya. tur dan Desa Alis Bintang. Sebet- Kompleks ini disebut Pucak Pa- ulnya apa yang dinyatakan dalam harajon. Dalam kompleks ini ter- tulisan tersebut tidak semuanya dapat pemujaan Puser Tasik atau bertanya, apa yang tidak pernah di- lau ada yang magending misalnya, ya pentaskan di TB? Dari wayang wong, diejuk (dipaksa-red) istilahnya. Adat jegog, tektekan, sampai rengganis. Itu Bali dulu begitu yang terpilih untuk lengkap semua dan bisa kami tunjuk- menari tidak boleh menolak. Dahulu sistem seleksinya seperti itu. Kalau sekarang digunakan semacam itu, apa ada yang percaya? Zaman sudah lain. Artinya, apa lantarannya, just- ru kini banyak yang mau dan sukarela. Lantas taksu itu justru menghilang? kan, sebab saya punya daftar. Di sisi lain, mau tak mau Bali kini mengalami perubahan yang pesat, termasuk perubahan pada selera penontonnya. Tantangan TB saat ini? Bukan begitu. Taksu itu tetap mis- Pucer Bolong yang sebagai bukti terus-menerus. Misalnya di Desa rakhir m bahwa Pulau Bali dahulu sebagai Les, jika ada anggota baru akan Denga lautan, kemudian diciptakan men- dilatih oleh temannya. Jalannya Dadap S jadi daratan dengan memotong (gerakan berjalan) tarian Baris nya mem pucak Gunung Semeru (lontar Dadap mengikuti nyanyian, seh- tentu, y Catur Dharma Kelawasan). Pucak ingga aksi yang dilakukan sesuai kedua disebut Pucak Panulisan, dengan urutan nyanyiannya. Pe- busana k secara simbolik tempat berstanan- nari berjumlah enam belas orang tarian Ba ya Raja Bali Kuna khususnya Raja yang secara simbolik melambang- nyanyian Jaya Pangus Harkajacihna (Gor- kan tujuh karena dalam khusus d is, 1954), dan pucak ketiga dise- masyarakat Gebog Domas angka Panji but Pucak Wangun Hurip sebagai tujuh sangat keramat sesuai den- nu durin simbol pusat kehidupan warga gan tujuh keluarga utama tersebut. jabaning pertama di Bali, yakni tujuh kelu- Nyanyian versi Sukawana ad- luar, mer arga utama yang antu raja alah sebagai berikut. posisi be dalam mengatur pemerintahan- "Kidung Dadap" ang berje nya. Ketujuh keluarga tersebut Panji Marga, kurine ngaden sutrane k adalah, Kiyayi Agung Kubayan- ulurin, jajar wayang para penari gangkat Jro Kebayan keturunannya hijrah yang disebut Baris Dadap Marga angkan s sampai Pura Luhur Batukaru, keluar dan berbaris memanjang ke Selanjutn Kiyayi Agung Nukuwin, Kiyayi belakang seperti benang diulur muka aka Agung Bujangga-yang hijrah ke berjejer disebut jajar wayang, set- belakang Kuwun menjadi Pura Bujangga indak mandeg manoleh, maknan- diri, pen Kuwum tempat masyarakat Kin- ya setiap maju selangkah menoleh mengata tamani memohon tirta bila akan ke belakang, apakah gerakan te- jenengan ngaben. Kiyayi Agung Dangka mannya di belakang sudah benar. punapa hijrah ke Desa Les, Kecamatan Tindak tanduk, sekar gondang ing kaka Tejakula, Kabupaten Buleleng punggulin, sumangkin sumpyar, angusak menjadi Pura Dangka, Panyari- artinya tindakanhya teratur kemu- artinya, kan, Kiyayi Agung Gaduh, dan dian seperti bunga gonda yang bagaima Kiyayi Agung Salahin. ujungnya dipotong akan tumbuh kakak tal Lebih jauh, masyarakat Gebog cabang baru merembet ke samp- merusak Domas-Kelompok Delapan Ra- ing. Pada nyanyian ini para penari simbolik tus, terdiri atas empat kelompok akan berpencar menjadi dua. Kis- Kemudia besar yakni Gebog Satak Sukawa- er-kiser, nyeregseg nanjekin kem- akan me na terdiri atas beberapa desa yang pul para penari menggerakkan kewala, sering disebut banuwa/wanuwa kaki dengan pelan-pelan sambil saja, yan (Danandjaja, 1979) yakni Desa berpencar, dan tepat berhenti saat gadega p Sukawana, Batih, Subaya, Ping gong berbunyi. Tayungane buka muanya gan, Les. Kemudian, Desa Ping: busunge lamputang, cingklang- gan dengan kelompoknya yakni cingklong buka tangan lemet me- kempul b Desa Les (Wanuwa Ngenes), Desa lengkung, pada saat bergeser ger- henti saa Penuktukan, Desa Sambirenteng, akan tangannya Gretek, dan Tembok yang berada sangat halus sep- di Buleleng timur membentuk kel- erti janur digoy- ompok dengan menyembah secara ang. Kaluping ku- bersama Pura Dalem Balingkang, bernama Gebog Satak Pinggan. yang disebut Satak Kintamani lit Ni caruring, alat TB telah kita buat secara khas. Dari Kelompok lainnya adalah, Gebok Dadap seperti se- gaya bangunannya, arsitekturnya jelas terdiri atas ludang kelapa dari Bali. Bukan modem. Ya tentu pengi- teri. Umpama, ini dalam keseharian enam belas desa, Gebok Satak Se- kulit langsat siannya menuju kekhasan pula. Tapi kita. Dalam keseharian seorang gadis lulung dan Gebog Satak Bantang. karena di gunung kini memang ada tantangannya ada demikian cantik-jujuk luung. Jumlah desa-desanya adalah selu- hanya ada langsat. tandingannya. Televisi misalnya, Cucu kenyem becik, nilainya sembilan. Teta- ruh desa Kecamatan Kintamani, saya saja, lebih senang menonton "Sa- pi begitu dipasang gelungan, ternyata ditambah lima desa di Kecamatan sangkol diman, Nyoman tria Baja Hitam" dibandingkan tari. tidak bagus. Sing maan pesaluknya. Tejakula, Buleleng, ngurang-nguring, Kemudian nonton televisi itu gratis, Sebaliknya, ada dalam kesehariannya Jadi, Baris Dadap berkembang saat ini para pe- tidak bayar. Karena itu, pesta kesenian jelek, bahkan tidak menarik. Tetapi itu penting. Begitu Pak Mantra jadi begitu dipasangi gelungan tampak Gubernur (IB Mantra-red), kita seg- agung, menarik. Ini bagaimana? Yang era mewujudkan Pesta Kesenian Bali begini ini kan sulit dijelaskan. Sejak (PKB). dulu, kita telah tahu, dari yang seratus terpilih paling satu yang maan pesa- Ngomong-ngomong soal PKB, rasanya banyak yang berpendapat pesta ini tidak sekharismatik pada awal pelaksanannya? luk dan metaksu, Hingga kini juga demikian. Apa ada kemunduran dalam ke senimanan Bali itu? Bukan begitu. Menurut Pak Man- tra, ada dua rumah seniman, yakni stu- Ini begini. Yang penting tidak bergeser dari idenya. Ibarat penari, yang namanya metaksu itu kan bisa lambat laun menghilang. Saya mau dio seni dan studio dapur. Kalau stu- di seluruh desa masyarakat Gebog nari akan menga- Domas termasuk Desa Batur, bu-ngkat selendang kannya hanya di dua desa. Cara sebagai dicium, penggantian pemainnya misalnya sebagai simbolik di Desa Les, Sukawana, dengan mencium gadis I sistem turun-temurun. Artinya or- Nyoman. Lulut angtuanya sudah tua akan diganti lunga sing jalan- oleh anaknya dengan jaminan be- jalan nyelempoh, bas dari kegiatan adat, dan tugas secara simbolik lainnya. para penari ber- Aksi dan Nyanyian cinta dengan si Baris Dadap gadis. Lamun kan- Sebagai tarian sakral, memang gen jalan mulih cerita, dahulu sulit mencari penari, dio dapurnya yang digunakan lebih benar hanya ditarikan di pura, se- ring dunungan, termasuk juru gending. Dulu, kelian- banyak, seni itu akan merosot. Kalau hingga keberadaannya dapat artinya para penari dikategorikan hampir punah. Na- karena sudah rin- kelian di desa itu mendapat tugas, tiap mau seni itu maju, ya pergunakan stu- sore, ngintipin gadis-gadis yang men- dio seni. Hanya ini yang bisa saya sam- cari kayu bakar dan sayuran. Nah, ka- paikan. mun sebetulnya pembinaannya du; gerakan dan tabuhan akan be- Kiser Color Rendition Chart
