Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-08-16
Halaman: 07

Konten


1996 India manda- yang egara- HUT enteng n Mu- setiap asional anhamn n kelu- akan Thai- mum- mur 13 men- 51 UP BO 00.- masuk BBN Carpet 3 00,- asuk BBN, Ozon Kulit Sony acing adial, arpet ZA 00.- BBN, CND, Kulit, nder, adial, arpet OP 50,- asuk, BBN, CND, Film arpet PA 0.- BBN DA 00.- BBN 002 1938 Jumat Pon, 16 Agustus 1996 Harian untuk Umum Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Terbit Sejak 16 Agustus 1948 Tajuk Rencana Kita masih Berjuang Melawan Penjajah PADA tiap peringatan hari kemerdekaan, kita selalu diingatkan kembali pada masa penjajahan dan peperangan melawan pen- jajah. Kata "penjajahan" sering mengacu pada kekuatan fisik asing yang datang ke, dan kemudian menguasai negara kita. Pen- jajahan juga merupakan penguasaan ter- hadap kehidupan bangsa, bukan sekadar terhadap kekayaan alam atau kekayaan lain- Penjajahan selama kurang lebih tiga ra- tus tahun bukannya tidak menimbulkan dam- pak penjajahan pula. Akibat penjajahan Be- landa, lebih-lebih Jepang, kita mewarisi kon- disi sosial-ekonomi yang dalam alam kemer- dekaan merupakan tantangan untuk diubah- nya. Kondisi yang parah itu selanjutnya mun- cul sebagai bentuk penjajahan tak langsung bagi kehidupan bangsa kita. Kebodohan dan ketertinggalan warisan penjajahan kini kita hadapi sebagai bentuk penjajahan mental. nya. Dalam pengertian inilah Bung Karno me- lukiskan kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju ke masa pembangunan kese- jahteraan bangsa atau masyarakat "adil mak- mur gemah ripah loh jinawi tata tentrem ker- ta raharja". Di sinilah kita bisa memahami, pada hakikatnya kemerdekaan adalah se- buah peluang bagi kita untuk melakukan pembangunan dengan upaya sendiri dan untuk kesejahteraan sendiri. Perjuangan melawan penjajahan pada masa pasca-pen- jajahan fisik adalah perjuangan melawan sisi negatif dalam masyarakat yang muncul aki- bat warisan penjajahan dan penjajah. Namun bukan berarti masa penjajahan tidak memili- ki nilai-nilai positifnya. Perkenalan kita den- gan ide demokrasi, antara lain, juga terjadi di dalam masa penjajahan dan melalui tokoh- tokoh bangsa penjajah. Apabila tanpa men- galami penjajahan sama sekali, mungkin kita justru hidup dalam alam feodal yang kental. Penjajahan yang amat sulit kita perangi muncul justru dari dalam diri kita sendiri. Set- elah kita mampu mengalahkan penjajah dan menghancurkan penjajahan dari pihak luar, kita berhadapan dengan penjajah potensial yang bercokol dalam diri kita. Penjajah inter- nal ini justru sering sulit disadari keberadaan- nya karena bentuknya yang tak kasat mata. Namun bahwa hal itu ada, dapat kita pahami melalui penalaran berikut. Tiap individu dari sebuah bangsa adalah sebuah pribadi. Namun bangsa sebagai ke- Bali Post Renungan Sekitar Peringatan 51 Tahun Proklamasi ✓ di Jawa Timur dan di Jakarta sendiri, saling berhadap-hadapan dua pola kekuatan. Pertama kedua kekuatan yang mengam- kekuatan yang mapan-keduman, bang tidak keduman! Lem perekat kesatuan dan persatuan bangsa mengalami mengada-ngada, "PANCASILA memang menjadi satu-satunya asas kita bermasyarakat, ber- bangsa dan bernegara. UUD 45 mencantumkan cara menyelesaikan silang seluruhan tak jarang muncul sebagai pribadi selisih dengan baik melalui musyawarah untuk mufakat. Namun kejadian akhir- pula. Dalam melakukan peperangan mela-akhir ini amatlah memprihatinkan. Selagi orang mengusahakan musyawarah, wan penjajahan sosial-ekonomis-kultural warisan penjajahan fisik, peranan individu terjadi kekerasan fisik, mencederai teman, melukai sesama atau membahaya- sangat menentukan. Dalam alam kemerde- kan hidup saudara kita. Peristiwa penuh kekerasan yang telah kita alami terse- kaan ini muncul tokoh-tokoh baru yang terdi- ri atas individu-individu warga bangsa kita sendiri. Tokoh-tokoh bangsa tersebut selan- jutnya bertindak sebagai wakil bangsa, sekali- gus sebagai wakil dirinya sendiri. Di sinilah kontradiksi aktual sering terjadi antara ke- pentingan bangsa dan kepentingan pribadi. Di satu pihak, bangsa kita mengutamakan kepentingan bersama (bangsa, negara) leb- ih daripada kepentingan pribadi atau kelom- pok. Di pihak lain, dorongan kemanusiaan cenderung menempatkan kepentingan prib- adi di atas kepentingan bersama. Idealnya, kedua kepentingan berjalan bersama, dalam arti, mengutamakan kepentingan bersama bukan selalu berarti kenyisihkan kepentingan pribadi. erosi. Kekuatan-kekuatan disin- but menodai jati diri kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi rasa persau- tegratif terus-menerus menekan daraan, menyulut rasa permusuhan, menyingkirkan kesadaran religius, bahwa kekuatan kekuatan integratif. Ini kita satu keluarga dalam Tuhan Yang Maha Esa. Selayaknya kita semua ikut kan hasil pengamatan objektif, serta mengusahakan suasana aman dan tenteram. Untuk itu pasti diperlukan disertai dengan daya analitis kerendahan hati, kejujuran, sikap kesatria dan pikiran jernih, yang tidak ce- pat-cepat menganggap yang berbeda pendapat sebagai lawan!" Dalam praktiknya, kepentingan pribadi cenderung lebih menonjol. Akibatnya, terjadi- lah sikap berdua sisi yang sering dilabelkan sebagai kemunafikan. Tidak mengherankan bahwa akhirnya nafsu-nafsu meraih kekua- saan demi menumpuk kekayaan untuk diri sendiri dan keluarga serta kelompok, men- cengkeram keras hati nurani. Kini, kita ber- hadapan dengan bentuk penjajahan lain yang Penjajahan mental-moral semacam ini merupakan tantangan terberat yang dewasa ini kita hadapi dalam merealisasikan cita-cita kemerdekaan seperti tercanang 51 tahun lalu. Jembatan emas yang sudah kita capai melalui perjuangan fisik 51 tahun lalu, bisa saja masih penuh semak belukar kondisi sosial-ekonomis, yang menghambat jalan kita menuju masyarakat ideal adil-makmur. Mungkin pula jembatan itu masih tertutup sesak oleh penja- jah mental-moral yang masih bergentayangan. Namun satu hal yang pasti, tanpa berhasil menghancurkan ketiga bentuk penjajahan tersebut, mustahil kita mampu membangun masyarakat "adil-makmur gemah ripah loh ji- nawi tata tentrem kerta-raharja". bersifat mental dan moral. Sesuai dengan ajaran leluhur yang adilu- hung, mengalahkan musuh dari luar jauh leb- ih mudah daripada mengalahkan musuh yang ada dalam diri sendiri. Mampukah kita men- galahkan penjajah yang bercokol dalam diri kita sendiri? Ya, kita harus mampu. Pembaruan Komitmen terhadap Kedaulatan Ekonomi Rakyat KEMERDEKAAN bangsa kita yang besok berusia 51 tahun, pada hakikatnya adalah kemerdekaan bangsa yang lepas bebas dari dera penjajahan panjang oleh bangsa lain, penjajahan yang sangat tidak manusiawi dalam arti politik, ekonomi dan sosial-budaya, Bapak-bapak pendiri republik ini menyadari dan meyakini betul bahwa deklarasi kemer- dekaan politik dalam pernyataan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidaklah secara otomatis dan atau dengan mudah akan menciptakan keadaan berkehidupan berkebangsaan yang favorabel dalam proses pencapaian cita-cita bangsa. Cita-cita bangsa tersebut dirumuskan se- cara tegas dan padat, sehari setelah prokla- masi kemerdekaan, yakni 18 Agustus 1945, dalam Mukadimah UUD 1945: "Mencerdas- kan kehidupan bangsa, memajukan kese- jahteraan umum dan ikut melaksanakan ke- tertiban dunia berdasarkan atas kemerde- kaan, perdamaian abadi dan keadilan sos- ial." Ungkapan bahwa proklamasi kemerdekaan adalah "jembatan emas" untuk pencapaian cita- cita proklamasi, telah menunjukkan adanya kesadaran kuat pada para pendiri republik tersebut. Kesadaran tersebut dalam arti intele- ktual, kultural dan bahkan kesadaran kesejara- han akan masyarakat manusia, diperlukan bagi perjuangan panjang bangsa dalam proses meraih cita-cita besar bangsa, proses perbai- kan cita-cita yang harus menggunakan lan- dasan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, Ke- manusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hik- mah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Cita-cita luhur bangsa, landasan ideal dalam proses berkehidupan berkebangsaan untuk pencapaian cita-cita besar tersebut, yang keseluruhannya semestinya dijadikan rujukan dalam pengembangan sistem berpikir nasional dalam perjalanan bangsa dewasa Surat Pembaca ini, tidak saja tetap relevan, tetapi menurut pengamatan kita menjadi makin penting dan makin relevan. Tentang upaya besar mencapai cita-cita bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, telah banyak langkah yang telah ditempuh dan banyak hasil yang telah dica- pai. Akan tetapi dalam dinamika politik bang- sa yang sedang berlangsung dewasa ini kita menangkap mulai munculnya pertanyaan: apakah proses politik yang sedang berlang- sung dewasa ini membuat masyarakat bang- sa menjadi makin cerdas secara politik se- suai dengan cita-cita, ataukah kederdasan politik bangsa menjadi makin surut? Tentang cita-cita bangsa, "memajukan kesejahteraan umum", memajukan seluruh masyarakat bangsa Indonesia, masyarakat yang berkeadilan sosial yang sekaligus berke- mauan yang adil dan beradab, banyak cen- tang perentang permasalahan pelik yang kita hadapi dalam usianya yang ke-51 tahun ini. Permasalahan-permasalahan bangsa tersebut dalam konteks perayaan 51 tahun proklamasi kemerdekaan semestinya mewa- jibkan kita memperbarui komitmen tentang kedaulatan ekonomi rakyat dan cita-cita un- tuk makin tegaknya kedaulatan ekonomi rakyat. Pembaruan komitmen terhadap tegaknya kedaulatan ekonomi rakyat, mewajibkan se- mua pihak terutama di lapisan elite untuk makin menyadari bahwa tanpa terciptanya proses hubungan sosial, politik, budaya yang di dalam dirinya mengandung muatan nilai- nilai keadilan yang intens, hukum makin dite- gakkan dan bukan sebaliknya peran kekua- saan makin ditonjolkan, akan dapat mengak- ibatkan cita-cita kesejahteraan umum akan makin menjauh. Bahkan jika ketidakadilan struktural makin "disemaikan" dalam proses perpolitikan sempit dan dalam suasana "sabung ayam" adu kepentingan, tidaklah mengherankan jika cita-cita besar bangsa makin menjadi sebuah utopia. berlalu, jangankan pemban- gunan proyek, pembayaran tanah warga yang sudah diinventarisasi surat-suratnya oleh aparat Agrar- ia Tabanan, tidak pernah teral- isasi. Persyaratan: Sertakan Fotokopi Identitas Proyek Pariwisata di Tibubiu Akhir tahun 1994, masya- rakat Tibubiu, Kerambitan, di- kumpulkan kepala desa untuk menerima penjelasan Bupati Ta- banan lengkap beserta unsur Muspida dan investor PT Ker- ambitan Imperial, bahwa akan dibangun mega proyek pariwisa- ta di Tibubiu di atas lahan 250 hektar. Pemilik tanah secepatnya in- gin melepaskan tanahnya sesuai dengan harga yang disepakati investor yaitu 2 juta rupiah per are. Padahal sebelum bergeming isu proyek itu, harga yang di pasaran hanya 200 ribu s.d. 300 ribu rupiah per are. to pass this place. This in not only dirty, this is also dangerous because you have a lot of rats. The smell is very bad. I know last year you already have a case of cholera. Surat terbuka Kardinal Julius Darmaatmadja SJ, Jalan Katedral 5, Jakarta dalam harian "Kompas" dan harian lain di seluruh Indone- sia 5 Agustus 1996. Akar Kerakyatan Kita sekarang berada di am- bang pintu gerbang Peringatan Proklamasi Kemerdekaan yang ke-51. Sebagai bangsa yang me- miliki kesadaran bersejarah, kita perlu menengok sejenak ke be- lakang. Tengokan ke belakang merupakan suatu keharusan bagi tiap putra bangsa agar menyadari di mana kita sekarang ini bera- da. "Where do we stand to- day?". Ini perlu agar kita menge- tahui ke arah mana harus me- langkah ke masa depan. "In what direction will we go tomor- row?". Renungan ke masa lalu, kesadaran situasi masa kini dan refleksi serta proyeksi ke masa depan merupakan kesadaran tri- dimensional bagi kelanjutan ke- hidupan bangsa dan negara se- suai cita-cita proklamasi. Bagaimana kita memperin- gati ulang tahun ke-50 proklama- si tahun lalu yang kita namakan Tahun Emas? Apakah tema per- ingatan tahun emas setahun yang lalu itu? Seperti kita semua masih in- gat, tema yang ditentukan pe- merintah ialah "mewujudkan rasa syukur atas kemerdekaan dengan mengukuhkan akar ker- akyatan republik kita". Rumusan tema di atas men- cerminkan ajakan pemerintah kepada seluruh bangsa, rakyat dan masyarakat untuk dua perka- ra penting. Pertama, mewujud- kaan. Kedua, mengukuhkan kan rasa syukur atas kemerde- akar kerakyatan republik kita. Ajakan itu tentunya tertuju pula kepada birokrasi pemerintah, baik yang sipil maupun militer, dan yang pemegang kekuasaan yang berasal dari kedaulatan rakyat. sejarah lahir serta jatuh-bangun- Memang, kalau merenungkan nya negara kita ini, maka kita wajib mengucapkan syukur ke- hadirat Tuhan Yang Maha Kua- itu. Kemerdekaan yang menurut sa atas tercapainya kemerdekaan mukadimah konstitusi kita ad- alah berkat pengorbanan kita se- mua, dengan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu kita Oleh Dr. H. Roeslan Abdulgani hendaknya selalu ingat akan rida Tuhan se- bagai mahasumber se- gala moral dan etika dalam perilaku hidup kita sehari-hari dan dalam perjuangan hi- dup kolektif sebagai bangsa menuju ke ne- gara Pancasila. Negara sebagai wadah yang harus berisi ma- syarakat demokratis, adil dan makmur sesuai Amanat Pender- itaan Rakyat. Hasil Pengorbanan Rakyat Kemudian tema di atas me- negaskan perlunya akar kerakya- tan negara kita kukuhkan. Nega- ra ini hasil pengorbanan dan pen- deritaan rakyat, dus, milik rakyat. Bukan milik sekelompok minoritas kaum kaya dan kaum berkuasa. Jangan sampai yang berkuasa terperosok ke dalam korupsi, kolusi, malversasi kekuasaan atau komersialisasi jabatan yang merugikan rakyat banyak. Demokrasi Pancasila kita sebagai pengejawantahan musyawarah dan mufakat, harus dihidup-hidupkan dan disubur kan. Jangan disumbat dengan it- imidasi dan penggunaan kek- erasan terhadap golongan-golon- gan rakyat yang mempunyai pendapat lain. Yang berbeda pendapat bukan musuh yang harus ditindas, dis- ertai tuduhan-tuduhan yang bu- lam menegaskan perbedaan pen- kan-bukan. Malahan ajaran Is- dapat adalah rahmat yang perlu diselesaikan bersama dengan mewasiati dan menasihati mas- ing-masing dengan kebenaran dan kesabaran, sambil memper- hitungkan waktu. Ini adalah fir- man Tuhan dalam Surat 103: Wal-Ashri. Globalisasi dan Polarisasi Kini dalam memasuki tahun ke-51 Proklamasi Kemerdekaan, laku. Dinamika selama bebera- kiranya tema di atas tetap ber- pa tahun belakangan ini sungguh terasa. Dinamika yang berasal dari luar akibat gelombang glo- balisasi terus meningkat dan di- namika yang berasal dari dalam negeri akibat menajamnya polar- isasi, bersumber kesenjangan sosial-ekonomis, kesenjangan politik dan kesenjangan antara ucapan dan perbuatan pun men- ingkat. Masih ingat kita sinyalemen Presiden Soeharto dalam pidato kenegaraan di muka DPR, 16 Agustus 1993? Secara harfiah presiden berkata: "Kita meny- adari bahwa dalam masyarakat kita yang akan bertambah dina- mis nanti akan ada persentuhan, konflik ataupun pertentangan. Hal ini tidak dapat dihindari, karena alamiah!". Rentetan perkembangan negara dan masyarakat kita se- jak tahun 1993 sampai sekarang ini, menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan patriot- patriot bangsa, baik yang sudah tua maupun yang masih muda, karena dinamika-globalisasi-ek- sternal dan dinamika-polarisasi- internal itu disertai dengan tum- buhnya budaya arogansi dan bu- daya kekerasan, terutama dari pihak yang sedang memegang limpah-limpah. kekuasaan fisik dan dana me- Kedangkalan jiwa dan kepicikan Akibatnya fatal sekali. pikiran mempersempit cakrawa- la hati nurani. Gejala Disintegrasi Ini tampak jelas dalam pros- es polarisasi kehidupan politik elite di atas, dengan kehidupan politik arus bawah selama beber- apa tahun belakangan ini. Tidak hanya proses polarisasi mena- grasi nasional terasa di mana- jam, tetapi juga proses disinte- mana, baik di Irian Jaya, Timtim, di daerah-daerah yang jauh dari Jakarta, seperti Aceh, Ujung Pandang, Manado, Bali maupun yang jernih dan jujur. Proses polarisasi dan disinte- grasi ini bukan semata-mata ha- sil hasutan. Mungkin sekali ha- sutan ikut menyelundup. Tetapi akar masalahnya ialah kedua proses objektif di atas; proses polarisasi ditambah dengan pros- es disintegrasi. Puncaknya meletus dalam peristiwa 27 Juli, hari Sabtu, di sekitar Gedung PDI Jalan Dipo- negoro, tidak terlalu jauh dari rumah kediaman saya. Saya ber- hari-hari menyaksikan sendiri segala prolognya. Juga tensi yang meningkat sejak pagi-pagi buta hari Sabtu tanggal 27 Juli itu. Aksi kekerasan yang di- gunakan menimbulkan reaksi kekerasan pula. Apalagi nilai- nilai kejantanan dan sportivitas serta rasa malu tidak diindahkan. Peristiwa ini tidak dapat dilihat lepas dari rangkaian prolog ke- jadian berminggu-minggu sebe- lumnya, dengan berbagai intrik, intervensi dan "adu-banteng" di daerah-daerah dan khusus di Jawa Timur yang saya ketahui langsung. Tragis-komisnya ialah bahwa ada saja oknum-oknum yang mengaku "banteng, na- sionalis dan demokrat Pancasi- la," dan pernah dimasukkan dalam "kotak wayang", kini dikeluarkan dari "kotak way- ang" dan bersedia diadu, bahkan sampai hati menjegal kawan- kawannya sendiri! Peristiwa 27 Juli bukan lagi persoalan intern PDI, tetapi sudah meluas menjadi masalah nasional, yang menarik perhatian internasional vide pers dan me- dia massanya, dengan dikaitkan kepada spekulasi mengenai suk- sesi dalam pemilu tahun 1997 mendatang. Seperti dinyatakan oleh Kar- dinal Julius Darmaatmaja, yang wa penggunaan kekerasan baru- saya kutip di atas, maka peristi- baru ini menodai jati diri kita sebagai bangsa. Yang diperlukan sekarang ialah kerendahan hati, kejujuran, sikap kesatria dan pikiran jernih, tidak cepat-cepat menganggap yang berbeda pendapat sebagai lawan! Pendapat Kardinal Julius Darmaatmadja bukan pendapat beliau saja. Tetapi hampir selu- ruh lapisan masyarakat yang ju- jur dan jernih mempunyai penda- pat sama. Ini semua perlu kita renungkan bersama dalam mem- peringati 51 Tahun Proklamasi Kemerdekaan! Dinamika yang Terpendam Dalam Veda-Vedanta (1) "Ayam yajnyo bhuwanasya nabhih" Yajnya ini adalah talipusar dunia RV I, 164,35 MEMPELAJARI Veda/Vedanta menuntut kesungguhan batin dan waktu yang tiada ter- batas. Apa yang dapat saya tangkap dari kitab suci kita, adalah dengan cara "nguping" atau mendengar di sana-sini dari para pakar yang dihormati masyarakat India. Kepongahan saya kemudian sebagai orang awam untuk mengkaji sekadar dinamika yang terpendam dalam tulisan suci kita dirangsang oleh M.K. tas Farmasi Ubaya). Harap hubungi Bu Asih Dar- ni, kepala TU Fakultas Farmasi Ubaya, Telepon (031) 8439277 pesawat 1104, Fax. (031) 8439655. Drs. Elisawati Wonohadi, M.S., Apt. Ngagel Jaya Selatan, No. 4/28 Surabaya Dompet Biru Telah hilang sebuah dompet So, I hope maybe you can in- Konon, investor bilang, terest some government people Agraria belum menyelesaikan to check. I know Bali want to be biru pada Senin, 12/8 1996 seki- administrasinya, Agraria bilang a number one tourist destination. tar pukul 14.15 - 19.30 wita. investor yang belum melakukan If you make places like this in a Diperkirakan hilang di sepanjang pembayaran. Mana sih yang be- street to the beach where every- Jl. Suli, Jl. Sudirman (PP), JI. Wa- nar? Semestinya Bupati Taban- day a lot of people walk they will turenggong dan seputar lingkun- an beserta unsur Muspida turun kembali ke Desa Tibubiu untuk get a very bad impression from gan kampus Universitas Udaya- Indonesia. I hope you can solve na Jl. Sudirman Denpasar. menjelaskan kembali, kenapa this problem rencana itu belum terealisasi. Nama dan alamat ada di Redaksi I Would Like to Suggest Dear Sirs, I often come to Bali because I like Indonesia and specially Bali very much. But I'm very disappointed with one point. Eva Vogt, Paul Nevermann Platz 1, Hamburg Germany Ayo Kumpul-kumpul, Rek Dompet tersebut berisi antara lain surat-surat penting yang tidak berguna bagi orang lain. Bagi yang menemukan diharap segera mengembalikan ke alamat berikut. Ni Wayan Wisnariati Jl. Suli No. 149 (155 baru) Denpasar Fakultas Farmasi Universitas Telp. 231374/224412. Surabaya (Ubaya) akan mengada- Atas bantuannya disampai- kan seminar sehari dan temu alum- kan terima kasih dan akan diberi- ni. Untuk teman-teman alumni dan kan imbalan. Fakultas Farmasi Setelah keluarnya izin lokasi untuk PT tersebut seluas 200 hektar dan turunnya aparat Agraria Tabanan untuk mengin- ventarisasi, baik subjek maupun objek tanah-tanah warga yang If you want to go to the beach Fang pernah di ubaya, seda Ditemukan Perhiasan masuk dalam kawasan PT, ban- yak warga desa yang telanjur from Jalan Padma Utara you angkatan mulai tahun 1960, yuk Ditemukan perhiasan di se- meminjam uang baik kepada have still open land next to Ho- kita kumpul-kumpul nanti pada 7 kitar Jalan Danau Beratan. Yang bank maupun rentenir. Dengan tel Padma, there people open a September 1996. merasa kehilangan harap harapan, beberapa hari lagi set- garbage place. Me and my Ada acara temu kangen, semi- hubungi telepon: 281449. elah transaksi jual beli tanahnya, friend's stay in Three Brothers nar dan peragaan internet. Juga akan dilunasi pinjamannya. Bungalow. So, everyday if we seminar dan peragaan ICP (alat Hingga kini, dua tahun sudah want to go to the beach we have canggih dan baru gres milik Fakul- Ni Komang Sureni Jalan Danau Kerinci Gang 10/7 Sanur Anggota Redaksi Denpasar: Agustinus Dei, Dwi Yani, Legawa Partha, Nikson, Palgunadi, Pasma, Riyanto Rabbah, Bali Post Srianti, Sri Hartini, Suana, Suarsana, Sudarsana, Sueca, Sugendra, Suja Adnyana, Sutiawan, Emanuel Dewata Oja, Artha, Alit Suamba, Subagiadnya, Sugiarta, Sutarya, Wahyuni, Wilasa, Kasubmahardi, Martinaya, Mas Ruscitadewi, Oka Rusmini, Sawitri, Umbu Landu Paranggi. Bangli: Karya, Buleleng: Tirthayasa, Gianyar: Alit Sumertha, Jembrana: Edy Asri, Karangasem: Dira, Klungkung: Daniel Fairy, Tabanan: Alit Pumatha, Jakarta: Muslimin Hamzah, Bambang Hermawan, Sahrudi, Dadang Sugandi, Alosius Widhyatmaka, NTB: Agus Talino, Nur Haedin, Izzul Kairi, Raka Akriyani, Ruslan Effendi, Siti Husnin, Syamsudin Karim, Suyadnya. NTT: Hilarius Laba. Surabaya: Endy Poerwanto, Bambang Wiliarto. Yogyakarta: Suharto. Wartawan Foto: Arya Putra, Djoko Moeljono. Gandhi sendiri. Gandhiji dike- nal umum, dan dia sendiri mem- benarkan, tidak banyak tahu ten- tang Veda. Maka pada suatu pe- samuan agung, seorang pandit jelas untuk memojokkan Gandhiji-bertanya pada Gan- dhiji: "Dapatkah seseorang mencapai moksa tanpa menge- nal Veda?". Spontan jawaban Gandhiji; "Dapat". Jawaban Oleh Gedong yang singkat tanpa ragu-ragu ini menjadikan sang pandit terkejut dan mendadak sontak sadar akan sangkut-paut jawaban itu jika dijabarkan lebih luas. Dalam penjabaran itu sang pen- anya sendiri akan terjebak. Gandhiji yang hampir buta tentang Veda/Vedanta berhasil membebaskan anak benua India tanpa pertumpahan darah yang berarti. Kalau hal ini direnung- kan maka kita sampai pada kes- impulan bahwa kemurnian budi dan tapasyalah yang membebas- kan kita dari rintangan maupun ikatan apa pun. Mari kita mulai mengkaji arti kata dinamika. Secara sederha- na dinamika berarti kemampuan untuk bergerak. Dalam hal Veda/Vedanta di manakah letak atau sumber kemampuan ini? Maafkan kalau saya selalu me- karena lebih tepat kebenarannya makai istilah Veda/Vedanta daripada Hinduisme. Veda/ Vedanta menonjolkan ciri khas modern, di mana akal sehat ber- tahta namun tidak memudarkan siratan transendental. Veda be- rasal dari kata vid yaitu tahu, yaitu termasuk segi ilmiah, se- dangkan sebutan Hinduisme penuh dengan muatan takhyul dan magis. Inti Veda/Vedanta bersifat Sruti, yakni didengar oleh telinga yang murni tingkat pendengarannya karena diden- gar langsung dari sumber-Nya; suatu misteri yang tak terpikir- kan atau terbayangkan oleh daya "Trikaya Parisuda", yakni tiga kegiatan manusia yang harus bersatu untuk bisa bertahan, ber- hasil dan berbahagia. Oleh karena itu napas Veda/ Vedanta adalah Sat/Kebenaran sedang cara mencapai Sat harus melalui Ahimsa (emoh kek- manusia. Jadi merupakan wahyu erasan) diwahyukan dalam Sru- dan sifatnya ini menjadikan ti pada rshi-rshi kita di zaman Veda/Vedanta senantiasa Veda Purana; bahwa sikap ahim- menyediakan kesempatan untuk sa mau tak mau harus berwujud berkembang laksana ular yang yajnya. Jadi hakikat dan esensi sewaktu-waktu melepaskan ku- dari wahyu Veda berupa yajnya. litnya dan meremajakan dirin- Ciri mendasar dari yajnya ialah ya dengan kulit yang baru. aksi/perbuatan yang bergerak Kesempatan lebar untuk menuju pada sesuatu yang berkembang adalah sifat khas didambakan. Ia menghaturkan dari Veda/Vedanta yang men- sesuatu yang murni, tulus mem- persembahkan sesuatu yang Bagoes Oka akan meluas dan berkembang. Sesungguhnya yajnya itu sendiri jadikan Kebenaran tak henti- akhirnya "mencipta" dengan hentinya dicari dan diteliti pen- terampil dan efisien apa yang ganutnya. Aspek ini amat me- memang didambakan. Kawasan nonjol bagi Veda/Vedanta/Hin- yajnya itu adalah komunikasi du Dharma sebagai nama atau hubungan. Bukankah jagat resminya yang dipilih golongan raya sendiri terbentuk oleh/dari Hindu di Indonesia. Semua ag- komunikasi? ama besar memiliki ciri khasn- ya, seperti Kristen menonjolkan rasa cinta-kasih, dan agama Is- lam rasa persaudaraan. Apakah Yajnya Itu? Yajnya adalah suatu kegiatan yang mempertahankan keber- langsungan jagat raya atau se- Jalan Ahimsa suatu yang memberi hidup dan Dari menelusuri jalan untuk harapan hidup. Yajnya merupa- sampai pada Kebenaran diket- kan tali pusar dunia sendiri. ahui bahwa tanpa menaati jalan Bahkan Prajapati, pencipta ahimsa, Kebenaran akan men- hidup seisi jagat raya pun ada jauh atau memberi sang pencari karena yajnya, demikian terse- Kebenaran semu, sudah syuku- but dalam Veda. Berkat yajnya rlah kalau memperoleh Kebe- manusia sadar akan tempatnya naran relatif. Tampaknya Kebe- di dunia, sadar akan panggilan- naran Mutlak tiada mungkin nya atau swadarmanya. kita lihat selama masih bertu- buh. Jadi masing-masing dari tas saja. Hal ini menuntut kita kita memiliki Kebenaran terba- untuk bersikap toleran. Munculnya manusia di pen- tas jagat raya sebagaimana di- (Gita, bab III, sloka 14) mem- lukiskan dalam Karma Yoga beri gambaran yang akurat ten- Suatu ide atau gagasan sela- tang kosmogoni dunia. Panas lu ada pasangannya untuk bisa yang berasal dari sang surya menjadi Kebenaran berbobot mengangkat air samudera ke atau berwibawa. Ide atau langit menjadi awan, awan jatuh gagasan merupakan substansi kembali ke bumi menumbuhkan dan pasangannya bernama prak- tanam-tanaman, yang merupa- sis atau pelaksanaannya. Di ka- kan rantai vital bagi munculnya langan awam ini singkat saja manusia. Pada gilirannya manu- disebut teori dan praktik atau sia sendiri menjadi penyambung kenyataannya. rantai dalam siklus hidup den- gan terleburnya jasad kasarnya dan kembali berupa unsur-unsur kehidupan. Tetapi dari sisi ro- hani tubuh manusia semasa hidupnya berpotensi sebagai sa- Secara sederhana satu-satu- nya batasan bagi Veda/Vedanta diungkapkan dengan "Tat Twan Asi" yang terdapat dalam Chan- dogya Upanishad dan istilah HALAMAN 7 Kolom Kebersamaan Dalam Berbangsa MENYAMBUT HUT Ke- merdekaan ke-51 RI ini, Ju- mat lalu saya sedikit mengu- las arti kemerdekaan. Bagi bangsa Indonesia, kemerde- kaan yang dijalani ini hendaknya tidak sebatas kian kuatnya rasa persatuan kita selaku masyarakat Indonesia, tetapi juga berarti kemerde- kaan lahir-batin segenap masyarakat untuk me-nyong- song kehidupan masa depan yang lebih baik. memang Kemandirian penting untuk kemajuan, teta- pi prinsip kemandirian bu- kanlah segala-galanya. Ke- mandirian jika hanya berlaku secara individual atau kelom- pok terbatas, dapat mengaki- batkan praktik monopoli dan melemahkan nilai kebersa- maan. Hanya mereka yang mandiri (karena berpendidi- kan tinggi atau nasibnya di- untungkan dsb.) yang berpe- luang menjalani kesempatan hidup lebih baik, sedangkan sebagian besar masyarakat kita harus tersingkir dari der- ap pembangunan. Jika demikian, maka maksud ke- mandirian tersebut hanyalah semu, karena mengabaikan upaya pemerataan kese- jahteraan ekonomi dan men- inggalkan kebersamaan. sendiri. *** Tiap warga negara harus menjaga komitmen kebersa- maannya, dan bertindak demi kepentingan bersama pula. Manakala ada yang berper- ilaku salah atau serakah, maka malapetaka tak bisa di- elakkan. Misalnya, banjir, tanah longsor, kekeringan dan penderitaan bisa terjadi akibat ulah segelintir oknum yang mengeksploitasi hutan dengan seenaknya. Kedama- ian hidup bersama menjadi terusik akibat ulah sementa- ra orang yang tidak bertang- gung jawab. Bangsa Indone- sia selama 350 tahun dalam kungkungan penjajah dahulu sebenarnya diakibatkan oleh kesalahan beberapa kelom- pok masyarakat/kerajaan pada waktu itu yang mau diadu domba. Kemiskinan dan keterbelakangan menja- di warna kehidupan rakyat Indonesia. Kaum penjajah bisa menjadi lebih leluasa karena di antara kita mem- buat sendiri kelemahan itu. Di sini, perlu disadari bersa- ma, bahwa suatu kelompok masya-rakat tidak dapat ber- buat apa-apa tanpa bantuan/ jasa orang lain. Bagi umat Islam misalnya, tidak mu- ngkin dapat mendirikan masjid jika tidak ada bantu- an umat lain yang menyedia- kan paku, semen, ahli ban- gunan dsb. *** Pada era informasi dew- asa ini sikap kebersamaan dan persatuan itu makin diperlukan, terutama antara kelompok agama, paham, suku, aliran politik, sosial ekonomi dsb. Segala potensi masyarakat perlu bersatu demi kemajuan bangsa ini. Kita akan selalu ketinggalan apabila hanya sibuk mengu- rusi konflik, perpecahan atau Kemandirian kita selaku bangsa untuk maju haruslah selalu berarti kebersamaan. Untuk itu, kita perlu menya- dari adanya ketergantungan sesama kita. Kesadaran akan ketergantungan merupakan ketidakstabilan. Sebaliknya, unsur yang pokok dalam kita akan menjadi bangsa mewujudkan kebersamaan yang tangguh apabila per- dan persatuan kita selaku satuan dan kesatuan terus bangsa yang multietnik ini. ditegakkan. Tak seorang pun bisa mandi- ri tanpa bantuan orang lain. Juga tak sekelompok masyarakat pun yang dapat mengklaim diri mereka bisa hidup layak tanpa bantuan sesamanya. Karena itu, adan- ya sekelompok atau golongan tertentu di suatu bangsa yang ingin jalan" sendiri, jelas merupakan malapetaka bagi makna kebersamaan bangsa itu. Kehidupan suatu bangsa bagaikan sebuah perahu yang sedang berlayar. Seluruh pen- umpang perahu itu harus ko- mpak selama mengarungi samudera, agar sampai di suatu tujuan dengan selamat. Apabila ada bagian dari pen- umpang yang bertindak bodoh, misalnya melubangi bagian bawah perahu itu, maka tenggelamlah seluruh penumpangnya. Di sini, beta- pa seluruh penumpang kapal itu saling bergantung untuk mencapai tujuan yang dike- hendaki. Demikian pula dalam kehidupan masyarakat Indonesia, persatuan dan ke- bersamaan itu penting demi tegaknya suatu bangsa, dan demi kemajuan bangsa itu rana untuk yajnya paling utama di dunia. "Karma Barhmodbhavam Viddhi Brahma Ksarasanmdbhavam Tasmat Sarvagatam Brahma Nityam Yajne Pratisthitam" (Bhagavad Gita III, 15) Ketahuilah bahwa karma tim- bul dari Veda, dan Veda timbul dari "Aksaramudbhavam" yang tak terhancurkan, langgeng nan Dengan persatuan, kita dapat menghadapi segala tantangan zaman, termasuk pengaruh materialisme yang demikian gencar menerpa ke- hidupan bangsa kita hari ini. Berbagai dampak negatif yang mengiringi kemajuan zaman akan lebih leluasa me- warnai kehidupan kita jika sendi-sendi kebersamaan se- laku bangsa rapuh. Akhlak, kaidah agama, budaya dan harga diri kita selaku bangsa dapat rapuh, jika rasa keber- samaan selaku bangsa me- lemah. Oleh karena itu, di sam-ping tetap meneguhkan kebersamaan dan persatuan, menegakkan etika dan moral merupakan upaya yang perlu terus kita perjuangkan. Se- mua pihak, termasuk tokoh agama, politikus, ahli pendid- ikan, pihak keamanan perlu melihat kembali bagaimana sendi-sendi moral dan etika di masyarakat ditegakkan, demi kelangsungan hidup bangsa ini, demi kebersa- maan dan kemajuan yang kita cita-citakan bersama. In- syaallah...! HS Habib Adnan kekal. Maka Veda yang menelu- suri segala-galanya senantiasa ter- paku oleh yajnya. Esensi sesung- guhnya dari yajnya ialah "self- dedication", mempersembahkan diri sendiri, lahir batin. Bukanlah secara kebetulan yajnya yang tersebut dalam Veda itu demiki- an urutannya: Deva Yajnya, Rshi Yajnya, Pitra Yajnya, Nara Jajn- ya, Bhuta Yajnya Catatan Besok kita peringati Proklamasi Kemerdekaan ke-51 RI - Kita bersyukur atas rida Tuhan Yang Maha Kuasa dalam perjuangan bangsa. *** Hari ini harian "Bali Post" genap berusia 48 tahun. - Dirgahayu "Bali Post". *** Dirjen Pariwisata Andi Mappisammeng menegaskan, perusahaan bagi waktu (timeshare) asing diizinkan beroperasi di Indonesia meski tidak memiliki hotel di Indonesia. - Berpacu dengan waktu cari rezeki. Bang Podjok 4cm