Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1999-07-25
Halaman: 08

Konten


Halaman 8 One does not fight with men against material; it is with material served by men that one makes war. B (Marshal Petain) ULAN Januari, tahun 1944. Musim hujan sedang berada di puncaknya. Langit se- harian mendung, sedang gerimis kecil terus turun tak hentinya. Jalan-jalan basah berkilat. Licin. Meskipun begitu kegiatan di kota kecil itu sepertinya tidak terpen- garuh oleh gerimis. Ada saja or- ang berlalu-lalang, pergi ke tem- pat yang satu kemudian berpin- dah ke tempat yang lain. Toko- toko penjual makanan buka sep- erti biasanya, begitu juga dengan warung-warung, walaupun bah- an makanan tidak mudah diper- oleh waktu itu. Bala tentara Jepang, yang sudah dua tahun lebih menguasai kota itu, meny- impan semua persediaan makan- an khusus untuk keperluan tent- ara mereka. Tetapi sulit atau tidak sulit, bukankah warung- warung harus tetap buka, juga toko-toko penjual makanan, kare na toh orang harus makan. Cuma waktu itu memang terasa aneh. Toko penjual makan- an memang membuka pintunya lebar-lebar, tetapi tidak ada bah- an makanan yang mereka jual. Begitu juga dengan warung- warung. Tidak ada nasi tersedia. Yang ada cuma singkong dan ketela rebus, itu pun dalam jum- lah yang sangat terbatas. Lalu mengapa mereka tetap buka? Ternyata bala tentara Jepang yang memerintahkan ini. Semua toko penjual makanan harus tetap membuka tokonya seperti biasa. Begitu juga dengan warung-warung penjual makan- an. Jika mereka tidak mentaati perintah ini, tentara Jepang tidak akan segan-segan menghajar si pemilik, bahkan mungkin men- embaknya begitu saja. Sudah ada dua contoh untuk ini. Satu orang pemilik toko dan satu orang pemilik warung. Mereka berdua menutup toko dan warungnya dengan alasan tidak ada yang harus mereka jual karena tak sebutir beras pun mereka miliki. Sebagai akibat- nya, seregu tentara Jepang men- datangi pemilik toko dan pemil- ik warung. Mereka menyeretnya ke jalan, dan di sana, mereka melatih kekuatan kaki dan popor senapan yang mereka pegang. Dua orang itu dihajar sampai mati. Tidak ada kata ampun bagi mereka yang coba-coba mem- bangkang perintah tentang pen- dudukan Jepang. Sejak contoh kejam itu, tidak ada lagi orang berani coba-coba membangkang. Semua toko pen- jual makanan buka. Semua warung juga buka. Tanpa dagan- gan, tanpa makanan. Hari sudah sore waktu itu. Gerimis kadang-kadang membe- sar, kadang-kadang mengecil. Tiba-tiba terlihat seorang laki-laki tua berjalan tertatih-tatih. Topi hitam yang menutup kepalanya berlubang persis di depannya. Persis seperti jendela besar di se- buah gubuk bambu. Sedang se- patunya, mungkin banyak orang akan menggelengkan kepala me- lihat sepatu orang tua itu. Yang sebelah kiri berwarna coklat, kan- an berwarna hitam. Keduanya, yang hitam maupun yang coklat, sama-sama sudah usang. Orang tua ini terus melangkah tertatih-tatih. Tidak memper- gunakan tongkat, meskipun dari gaya jalannya, dia sangat memer- lukan sebatang tongkat yang kuat. Di warung pertama yang di- lihatnya, dia berhenti sejenak. Dia memperhatikan warung tanpa pengunjung itu, untuk kemudian melangkah lagi. Di warung berikutnya ia melakukan hal yang sama. Tetapi dia masih me- langkah lagi. Rupanya orang tua itu mencari warung yang berpen- gunjung. Buktinya, pada warung yang ketiga, di mana ada dua atau tiga orang duduk, orang tua itu berhenti. Dia melangkah masuk dan duduk di bangku warung. 'Di sini tidak ada makanan yang dijual, pak tua!" penjaga warung tergesa-gesa mendekati orang tua itu. "Kami cuma seka- dar buka sesuai dengan perintah Jepang!" Orang tua itu melepas topi bolongnya dan tersenyum pada panjaga warung. "Aku tidak hendak membeli makanan, nak!" katanya. Aku datang kemari cuma ingin menumpang makan. Aku membawa makanannya!" Tanpa menunggu reaksi si penjaga warung, orang tua men- geluarkan sebuah bungkusan dari buntalan di pinggangnya. Bungkusan itu kotor dan kumal, tidak jauh berbeda dengan baju yang dipakainya. Sedangkan pada dua orang yang duduk di se- belah kanannya, orang tua itu berkata, "Kalau kalian mau ikut makan denganku, kalian boleh ikut serta! Makanan itu terlalu banyak untuk kumakan sendiri!" Menawarkan makanan dalam masa sulit seperti itu? Bukan cuma aneh tapi juga mencengangkan! Penjaga warung ternganga heran. Dua orang pengunjung yang di- tawari orang tua itu juga heran. Keheranan mereka makin men- jadi-jadi ketika bungkusan yang dibawa orang tua itu terbuka. Roti coklat besar! Masih baru! Dari la- bel pembungkusnya, semua orang tahu, jika roti itu keluaran pabrik roti kota ini. Lalu mengapa mere- ka heran? Bagaimana mereka tidak akan heran, roti itu tidak dijual untuk umum. Seluruh hasil produksinya khusus untuk kep- erluan militer. Tentara Jepang, seperti yang juga dilakukan un- tuk toko dan warung, mengelu- arkan pengumuman bernada per- intah yang tidak jauh berbeda. Siapa saja yang kebetulan tahu atau melihat orang memba- wa roti keluaran pabrik itu, harus segera melaporkan pada tentara Jepang. Mengapa? Karena orang tersebut pastilah pencuri. Mere- ka yang tahu tetapi diam saja dapat dikenakan hukuman mati. Tentara Jepang memang tidak salah mengeluarkan per- aturan seperti itu. Bukan saja karena produksi pabrik roti itu sendiri sangat tidak mencukupi untuk kepentingan mereka, juga karena roti terlalu mewah untuk perut orang-orang jajahan Or ang-orang jajahan cuma boleh makan singkong dan ketela, bu- kannya roti. "Kalian tidak perlu heran," kata orang tua itu sepertinya maklum mengapa tiga orang di hadapannya ternganga seperti itu. "Roti ini memang tidak kube- lidari pabrik roti kota kalian. Aku cuma mengambil dari seorang serdadu Jepang yang kebetulan kutemui membawanya." Dari heran, tiga orang itu jadi tidak percaya. Mengambil roti dari serdadu Jepang? Omong ko song macam apa lagi yang dike- luarkan orang tua ini! "Serdadu Jepang yang masih hidup tentu saja tidak akan mem- beri izin rotinya kuambil. Tetapi jika dia sudah mati, tidak kuam- bil pun dia akan menyerahkan nya padaku." Kemudian, dengan nada suara seperti bergumam, dia melanjutkan, "Membunuh ser- Laskar tanpa Pejuang Cerpen Tri Budhi Sastrio dadu Jepang yang sedang sendi- rian ternyata mudah sekali!" Tiga orang itu berubah pucat. Orang tua ini telah membunuh serdadu Jepang? Ketiganya, tan- pa sadar bergerak menjauh dari seorang tua. "Kalian ini aneh! Mendenngar aku berhasil membunuh musuh bangsa kalian bukannya gembi- ra, eh... malah seperti tidak senang! Aku berhasil membunuh seorang serdadu Jepang, seharus- nya kalian kan bergembira! Ayo jangan berdiri gemetar seperti anak kecil melihat hantu. Kita ganyang roti peninggalan ser- dadu Jepang ini!" Orang tua kumal itu menyobek pembungkus roti. 'Ayo kalian ambil dulu! Aku pemilikn- ya harus menghormati kalian! Kalian adalah tamu-tamu terhor- matku sekarang ini." Tetapi jangankan mengambil roti, mereka bertiga malahan bergerak menjauh lagi. Orang tua aneh itu menatap ketiganya den- gan kening dikerutkan. Cahaya mata yang tajam berkilat, men- yambar ketiganya. "Kalian tidak mau roti ini?" tan- ya orang tua aneh itu pelan. 'Atau takut pada arwah serdadu Jepang yang kubunuh itu?" Orang tua kumal itu berhenti sejenak sebe- lum melanjutkan kata-katanya. 'Orang yang sudah mati tidak per- lu ditakuti. Bahkan serdadu Jepang yang masih hidup pun tidak perlu kalian takuti. Aku, wah... mungkin karena aku belum memperkenalkan diri, kalian jadi ragu-ragu makan roti ini. Baiklah, kalian dengarkan baik-baik cerita tentang diriku! Jika setelah tahu siapa diriku, kalian masih bersikap seperti ini, aku akan pergi saja dari BPLE TIARA COURSE ZIN:NO.10W.21-PLAI 1994 ANDA GAGAL UMPTN....? BUKAN BERARTI MASA DEPAN ANDA SURAM !! Percayakan masa depan Anda pada BPLE TIARA COURSE Ikuti langkah-langkah menuju sukses sebagai berikut 1. Ikuti Pendidikan dan Pelatihan Teknik Praktis di BPLE TIARA COURSE (1 Tahun 2 Tahun). 2. Setelah lulus dari BPLE Anda langsung bekerja sambil kuliah sore di PTS - PTS atau di UNUD Program Extension Klas. 3. Enam tahun mendatang, Anda sudah menjadi Ahli Teknik + sarjana + pengalaman kerja, kurang lebih 5 Tahun. Jelas Anda akan bisa menjadi pengusaha yang sukses. BPLE TIARA COURSE mendidik dan melatih putra-putri lulusan SMU/SMK/Sarjana untuk menjadi ahli teknik yang terampil dan profesional di bidang: I. ENGINEERING PERHOTELAN Program Ahli Teknik Madia (setara D2) MATERI PENDIDIKAN: Teknik pemeliharaan dan perbaikan mesin- mesin/peralatan di hotel antara lain: Instalasi listrik, motor listrik, mesin pendingin, mesin-mesin di kitchen, mesin-mesin loundry, instalasi air, Fire Protection, Boiler, Lift, sound system, Computer dan pompa air. II. ENGINEERING AUTOMOTIVE Program Ahli Teknik Madia (setara D2) MATERI PENDIDIKAN : Teknik pemeliharaan dan perbaikan motor bensin, Chasis, Instalasi listrik pada mobil, mo- tor listrik, alterator, Electronica control, AC Mobil dan sepeda motor, Mesin Diesel, Teknik Digitel, Teknik Pengecatan, dan Assecories Mobil III. ENGINEERING COMPUTER Program Ahli Teknik Pratama (setara D1) MATERI PENDIDIKAN : Teknik electronica control, Konfigurasi Hard- ware, Konfigurasi, Software, sistem operasi, teknik service & Maintenance, teknik pelacakan gangguan, teknik upgrade dan perakitan Computer, Teknik aplikasi Computer untuk industri. MENERIMA MAHASISWA BARU UNTUK TAHUN KULIAH 1999-2000 4cm SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN 1. Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan 2. Menyerahkan photo copy STTB atau kartu peserta ujian SLTA 3. Menyerahkan pas photo 3x4 (2 lembar) 4. Membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 50.000 WAKTU PENDAFTARAN Gel, Il Mulai tanggal 10 Juli s/d 31 Juli 1999 Pagi: Jam 08.00 s.d. 16.00 WITA Sore: Jam 18.00 s.d. 20.00 WITA TEMPAT PENDAFTARAN 1. Kampus BPLE TIARA COURSE J. Gunung Agung Br. Mertha Jaya III/16-20 Denpasar Telp. 435778-422703 2. BPLE Cabang Singaraja Jl. Ratulangi 8 Sng. Telp. 28808 FASILITAS YANG TERSEDIA 1. Ruang kuliah yang nyaman 2. Alat-alat peragaan yang lengkap tersedia di Kampus 3. Laboratorium & Work Shop tersedia di Kampus Perusahaan tempat magang 5. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 6. Dosen-dosen tetap yang berkualitas dan berpengalaman 7. Asrama gratis bagi mhs. dari luar Kodya Denpasar BAGI MAHASISWA YANG BERPRESTASI (TERMASUK 10 BESAR) AKAN LANGSUNG DISALURKAN BALAI PENDIDIKAN DAN LATIHAN ENGINEERING (BPLE) TIARA COURSE SALON MOBIL & MOTOR BESAR MEMBERSIHKAN - BODY/CAT LAMPU² - VELG & BUMPER JOK KULIT & VINYL CARPET DASH BOARD MESIN DLL TERIMA PANGGILAN HUB: JL. SUPRATMAN 264. TOHPATI. DENPASAR HARLEY-DAVIDSON Mobile MotorSports TELP. 465495, 465493 C 81584 Smpx C.78416 warung ini." Orang tua aneh itu membet ulkan letak duduknya, mendor- ong roti di depannya agak jauh sedikit, kemudian siap untuk ber- cerita. Sedangkan dua orang tamu dan pemilik warung, tanpa mereka sadari meningkatkan perhatian mereka. "Sejak Kumpeni Belanda berkuasa di tanah ini!" orang tua itu memulai ceritanya, aku sudah berkelana ke sana ke mari. Aku memang sengaja men- yamar seperti sekarang ini un- tuk mempermudah tindakanku. Kalian kan tahu Kumpeni Belan- da, maupun Jepang sekarang ini, sama sekali tidak menaruh curiga pada orang yang berpe- nampilan seperti aku. Mereka menganggap aku sampah. Jan- gankan untuk melirik, untuk saling berpapasan pun, jika mu- ngkin, pasti tidak akan mereka lakukan. Tetapi jika mereka tidak mau mendekat, aku sendi- ri yang akan mendekat. Jika mereka bergerombol banyak, aku cuma menyadap keterangan Bali Post FIKSI yang mereka bicarakan. Tetapi jiga mereka cuma seorang diri, seperti serdadu Jepang pemilik roti ini, aku tidak akan sungkan- sungkan lagi. Mereka pasti kubunuh. Sampai dengan Jepang pemilik roti ini, entah sudah berapa banyak korbanku. Aku sendiri tidak begitu pasti, karena aku tidak pernah meng- hitung, apalagi mengingatnya. Bagiku, membunuh mereka bu- kan kuanggap sebagai pembunu- han. Aku menganggap seperti di medan perang, bersama-sama laskarku. Sedang mereka kuang- gap sebagai musuh yang harus dihancurkan. Membunuh dalam medan perang tidak boleh dise- but pembunuhan, tetapi lebih pantas disebut perjuangan." Orang tua aneh itu berhenti sejenak. Tangannya yang mulai keriput diketuk-ketukkan ke atas meja. Suara ketukan yang lemah itu seakan-akan musik selingan bagi ceritanya. "Dulu Kumpeni Belanda sasaranku, sekarang serdadu Jepang. Aku tahu keduanya sama-sama menindas bangsaku. Yang aku herankan, mengapa sampai sekarang ini, kalian ber- tiga ini umpamanya, masih tetap diam saja, tidak mengadakan perlawanan berarti? Apakah kalian masih menunggu besok! Semakin lama mereka dibiarkan bercokol di sini, makin lemahlah semangat kita! Juga semakin sempit kesempatan kita." Perlahan-lahan rasa heran ketiga orang itu makin berkurang, berganti dengan rasa seram. Orang tua ini sampai lupa berapa banyak Kumpeni Belan- da dan serdadu Jepang yang te- lah dibunuhnya. Bohongkah dia? Cuma bualankah semua ceritan- ya itu? Tetapi bagaimana dengan roti coklat yang ada di depan mereka sekarang ini? Itu adalah roti sungguhan. "Aku tidak suka membual, nak!" katanya. Orang tua itu ru- panya melihat pandangan tidak percaya pada tiga orang penden- garnya. Jika kalian percaya pada penuturanku, searang juga kalian boleh membuktikannya dengan pergi ke ujung jalan di sana itu. Kalian akan menemukan seorang serdadu Jepang tergeletak." 'Di mana teman bapak?" pen- jaga warung tiba-tiba bertanya. Tidak diduga jika dia akhirnya berani bertanya. "Aku seorang diri, nak! Tidak enak pergi mengembara mem- bawa orang lain!" "Tetapi..." "Engkau tidak percaya jika tanganku sendiri yang mem- bunuh serdadu Jepang pemilik roti ini dan korban-korban lain nya itu?" tanya orang tua itu sea- kan-akan dapat menebak kera- guan si pemilik warung. "Kau pikir aku membunuh mereka dengan bantuan orang lain?" Orang tua itu memandang lu- rus ke depan. Entah apa yang di- pandangnya. Aku memang tidak sendirian dalam pengembaraanku ini. Aku selalu beranggapan bah- wa masih ada laskar yang men- giringiku. Tetapi itu hanya dalam angan-anganku, nak! Sekarang, ayolah! Kalian masih ragu-ragu untuk makan roti ini?" Pemilik warung dan dua or- ang temannya, tetap tak beran- jak mengambil roti yang disod- orkan ke hadapan mereka. "Ha... mungkin kalian sudah kenyang, ya? Kalau begitu aku makan dulu! Separuh dari roti ini akan kutinggalkan untuk kalian. Kalian boleh menyimpan atau memberikan pada anak-anak kalian. Oh, ya.. coba aku minta air dinginnya sekendi. Tidak enak makan makanan liat seperti ini tanpa ditemani air minum." Pemilik warung seperti orang linglung pergi mengambil air sek- endi di dapur. Tanpa menunggu kendi datang, si orang tua lang- sung membelah roti dan mema- kannya. Tiga orang yang mem- perhatikannya masih merasa he- ran. Siapa orang tua ini? Dari mana ia datang? Benarkah apa yang diceritakannya? Jika dia membual, dari mana dia menda- pat roti coklat yang masih baru ini? Mencuri? Bukan hal yang mudah mencuri sepotong roti dari tangan serdadu Jepang. Aku sudah kenyang sekarang, nak!" kata orang tua itu setelah selesai makan. Sementara air ken- di sudah habis. "Setengah dari roti ini untuk kalian. Aku harus pergi sekarang. Tugas hidupku belum selesai. Selama bangsa dan tanah ini belum merdeka, selama itu pula aku dan laskarku harus ter- us berkelana, menghantam mere- ka begitu ada kesempatan. Aku pergi sekarang, nak!" Orang tua itu bangkit dari duduknya, menggeliat sambil memasang topi bolongnya, kemu- dian dia melangkah keluar. Geri- mis kecil di luar menyambutnya, sementara langkahnya tetap ter- tatih-tatih seperti kedatangannya tadi. Orang tua itu terus melang- kah diiringi tatapan tiga orang di dalam warung. Orang tua yang langkahnya tertatih-tatih ini telah merebut sepotong roti coklat dari tangan serdadu Jepang dan sekaligus membunuhnya? Siapa yang akan percaya? "Mana laskar orang tua itu?" tanya pemilik warung lirih sete- lah bayangan orang tua kumal semakin menjauh. "Mana dia punya laskar," salah seorang tamu warung menjawab. Punya pun, laskarnya pasti tan- pa pejuang." Ketiganya saling pandang. Orang tua itu semakin jauh sekarang. Hampir bersamaan, ketiganya menoleh ke arah roti yang ditinggalkan. Perut terasa semakin lapar. Serentak tangan mereka menjangkau roti dan be rebut. Mungkin cuma sekali ini saja dalam hidup mereka dapat menikmati roti coklat. Sementara itu si pemilik laskar tanpa pejuang terus ter- tatih-tatih menyusuri jalan hidupnya. Entah kapan dia baru akan berhenti! JANGANKAN BERTERIAK BERBISIK PUN KAMI DIDENGAR AR 104.05 FM B 26 PUTRA MAHKOTA GROUP JI. Gajah Mada No. 28, Telp. 0361 - 222529 - Fax. 247133 JI. Teuku Umar No. 14 A Telp. 0361 - 245801 Fax. 245898 Sebelah Timur TV MEDIA Jl. Teuku Umar No. 27 B - Telp. 0361 - 228277 Depan TELKOMSEL RAMAYANA BALI MALL, Pintu masuk sebelah selatan JI. Diponegoro Telp. 0812 391 4700 Pusat Penjualan Handphone Jual Eceran Harga Grosir Juga melayani Grosir Partai esar/kecil JAMINAN HARGA TERMURAH Juga tersedia berbagai kebutuhan Assecories untuk Handphone Anda Menerima service segala merk handphone Cepat dan Bergaransi Khusus Bulan Promosi SERVICE PHONELOCK GRATIS Kami Besar karena Kepercayaan Anda CALL CV. SATYA MANDIRI Environmental Services Problem Hama Jl. Kenari No. 19 Renon Denpasar 80226 Bali Phone/Fax. (0361) 232820 Star Page 13099 Psw. 6602-3654-6603 Pest-Termite Rodent di Rumah anda, jangan biarkan mengganggu keluarga dan aset anda Hubungi nomor jitu (0361)232820 GARANSI PASTI BUKAN JANJI sm pc C 78129 C. 78588 UD.BALI AGUNG Spesial GSM Cellular jualbeli-tukartambah-accesories-service *MOTOROLLA STARTAC V STARTAC X CD 928 *ERICSSON Minggu Buka T18S,788c,768c,688,628,868 *BOSCH, SIEMENS C-25 *NOKIA N.8810,N.6150 N.6110,N.5110 *SAMSUNG SGH600,SGH500 * DLL JI.Teuku Umar 246 D Telp 244585 Sebelah Foto Fuji Dps. C 88270 Minggu Umanis, 25 Juli 1999 BUKU Mantra Gayatri Menebus Dosa Judul Buku : Gayatri, Semedhi Mahatinggi Penyusun : Sadge Sant Keshavadas Agus S. Mantik Alih Bahasa Tebal : ix + 144 hlm. Penerbit : Pustaka Manikgeni MANTRA Gayatri, bait pertama dari mantram Tri Sandhya, saban hari ter- dengar. Di radio (RRI Den- pasar), mantra yang diputar lewat kaset itu dilantunkan secara teratur tiga kali se- hari. Di televisi, mantra ini dilengkapi gambar-gambar pura, orang sembahyang dan keindahan alam, ciptaan Tuhan. ri terbit dan sebelum terbenam. Pastikanlah satu waktu yang sama setiap hari dan usahakanlah untuk tetap melakukannya pada waktu yang sama. Paling sedikit satu mala dari japa harus dilaksanakan setiap harinya tanpa berhenti. Hal ini akan melindungi Anda dari semua bahaya, memberikan Anda kekuatan yang tiada batasn- ya untuk melawan rintangan dan membawa Anda ke pun- cak dari keagungan, kekua- kedamaian tan, kebahagiaan, demikian ditu- lis dalam buku ini. Selain itu, mantra Gayatri juga disebut dapat menebus segala dosa. Gayatri, Semedhi Mahatinggi Sadguru Sant Keshavadas Alih Bahara Agus S. Mantik Di sekolah, sejak SD, man- tra ini dihafal. Anak-anak yang masuk pagi melantun- kan mantra itu sebelum pel- ajaran dimulai. Setelah jam pelajaran berakhir, sebelum anak-anak keluar pulang, mantra itu dilantunkan lagi. Dengan demikian, hampir semua umat Hindu kini ha- fal mantra Gayatri. Namun apakah yang hafal, juga sudah memahami arti dan manfaatnya? dan Namun buku yang sam- pul kulit depannya didesain oleh Tim Desain Majalah TEMPO ini rupanya akan lebih afdol jika pengalih ba- hasa (Agus S. Mantik) mem- berikan tambahan beberapa hal. Misalnya, pada halaman 76 dimuat, bahwa Rsi Vis- vamitra mendengar mantra Gayatri yang diwahyukan, ketika dahi-di antara ked- ua alis matanya-disentuh Rsi Vasistha. Ketika ditemu- kan' pertama kali, bunyi mantra itu ternyata sedi- kit berbeda dengan mantra yang kita warisi sekarang. Apakah mantra itu diubah - dengan maksud disempurnakan lagi-susunannya, say- ang, tidak dijelaskan. भूमी जेवल Itu yang masih perlu dipertanyakan. Ke- curigaan ini semakin besar, jika kita melihat ken- yataan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Mis- alnya, anak-anak sekolah melantunkan mantra itu hanya di sekolah, jadi tidak lebih dari sebuah kewajiban. Di rumah atau di hari libur, sebagian besar anak-anak, lebih ingat main-main, menon- ton acara TV atau main layangan ketimbang melantunkan mantra. Demikian pula para orang tuanya. Meskipun ada waktu cukup banyak, man- tra Gayatri jarang dilantunkan. Jadi, radio dan TV bisa lebih rajin melantunkan mantra Gayatri ketimbang umat. Jika tak sempat melantunkan mantra Gayatri karena ekstra sibuk, rupanya masih bisa dimaklumi. Namun bagaimana jika lant- aran tak mengerti apa manfaat atau keampu- han mantra Gayatri itu? Jika kecurigaan itu benar, maka buku ini tera- sa penting kehadirannya. Sebab, buku ini mem- berikan informasi yang jelas mengenai sejarah tu- runnya mantra itu, dan keampuhannya dalam kehidupan, baik kehidupan duniawi maupun spir- itual. Tentang keampuhan mantra itu disebutkan antara lain pada halaman 1, bahwa Gayatri ad- alah benteng rohani yang tidak bisa ditembus, ben- teng yang kukuh, menitiskan orang menjadi dew- ata dan memberkahi dengan sinar cemerlang dari pencerahan rohani yang paling tingg. Bahkan pada halaman 2 disebutkan, untuk setiap orang mantra Gayatri adalah sumum bon- um dari hidup. 'Apabila Anda secara teratur set- iap harinya melakukan japa gayatri, Anda akan merasakan kekuatan menakjubkan yang dihasil- kannya," demikian ditulis dalam buku ini. Sedangkan waktu yang paling baik untuk melantunkan mantra ini yakni sebelum mataha- Demikian pula sejumlah istilah seperti mala dan japa, meskipun sudah dicetak miring, ru- panya perlu dijelaskan agar lebih mudah dicer- na umat yang masih di tingkat pemula. Begitu pula, istilah semedhi. Rupanya, istilah ini mengikuti dialek Jawa. Dalam beberapa buku, istilah itu lebih banyak ditulis samadhi, yang tentu saja dianggap lebih baku. Dalam buku ini, sulit ditemukan perbedaan pengertian meditasi dengan samadhi. Sejumlah pakar berpendapat, dalam menempuh pendaki- an spiritual, meditasi berbeda pengertiannya den- gan samadhi. Jika betul ada perbedaan, maka judul buku yang berbahasa Inggris 'Gayatri - The Highest Meditation", terjemahannya mungkin leb- ih tepat menjadi 'Gayatri - Meditasi Mahatinggi. Selain itu, dalam kata pengantarnya, Agus S. Mantik ada salah menulis. Di situ ditulis, Di dalam kekawin Mahabrata dan Ramayana....." (lihat hala- man Romawi vii). Ejaan Mahabrata sebaiknya ditulis Mahabharata dan sampai saat ini kekawin Mahabharata (ejaan yang lebih baku ditulis kakawin) belum ada. Yang ada - dan pasti ini maksud Agus S. Mantik-kakawin Bharat- ayudha. Dari segi maksud, tentu saja ini tidak salah, karena Bharatayudha memang bagian dari Mahabharata. Kekurangan yang ada pada buku ini, memang lebih banyak dari segi teknis. Namun bagaimana pun, mengingat buku-buku Hindu berbahasa In- donesia sampai saat ini masih sangat terbatas, usaha dan jerih payah Agus S.Mantik tentu saja harus dihargai. ●Wayan Supartha ENDY TO PAKET GROUP WATERBOM PARK & SPA Nikmati suasana ceria Anda bersama Waterbom Park & Spa dengan penawaran paket-paket yang menarik: Paket ulang tahun Perusahaan paket ulang tahun anak-anak dan dewasa paket acara keluarga Serta paket untuk acara-acara group lainnya Berbagai pilihan: Paket Menu Atraksi dan Permainan dengan harga yang terjangkau. INFORMASI HUBUNGI KANTOR PEMASARAN WATERBOM PARK & SPA Jl. Kartika Plaza, PO Box 1055, Tuban, Kuta, Bali, Indonesia Phone: (62-361) 755676 (hunting) Fax: (62-361) 753517 E-mail: bomsales@indo.net.id Rasakan Bedanya BELI 5 GRATIS 1 ! ROTI OVEN FRESH (FRESH LANGSUNG DARI OVEN) AYAM, KEJU, PISANG KEJU, PISANG COKLAT, COKLAT, SRIKAYA, MAS DONAT TERIMA PESANAN ROTI-KUE DALAM KOTAK DOS DISCOUNT 10% ROTI PISANG BOLEN BROWNIES ASLI N WATERBOM Park & Spa Harga C 101010 Terjangkau NANAS Berlaku hanya di : urimas 3 ROTL KUE, DONAT&TAART BERDIRI SEJAK 1936 JI. Teuku Umar No. 246 R2 Telp. (0361) 244664 Denpasar C 82155 Minggu Umaniss, 25 Dengan Komentar N TAHUN 1960-an di Bali muncul banyak penyair, salah satu di antaranya adalah IGE Arthanegara. Bersama temar segenerasinya seperti Judha Paniek (mantan anggota DPR RI), Raka Santeri (mantan war tawan Kompas), dan cerpeni Rasta Sindhu (almarhum Arthanegara yang lahir 21 Jan uari 1944 di Singaraja, sudal menulis puisi sejak duduk d SMA. Selain menulis puisi da cerpen dalam bahasa Indone sia, Arthanegara juga menuli puisi berbahasa Bali. Sajak-sajaknya dari dekad 1960-an sudah diterbitka dalam antologi sendiri berjudu 'Surat Senja" (1970), sedang kan karya-karyanya yang lai termuat dalam kumpulan pu si "Penyair Bali" (1970) bers ma puisi Putu Wijaya, Gd Dharna, Nyoman Nada Sari da, Nyoman Bawa, Arya Thi tawirya, Faisal Baraas, Y Adhi Riyadi, Raka Santeri, Ap Mustofa, Made Sukada, Ny man Sutjipta, Made Taro, da beberapa nama lain. Puisi be bahasa Bali Arthanegara yar berjudul "Geguritan Piana Bendega" (Balada Anak Nela an) terbit dalam antologi pui Bali modern suntingan Prof. D I Gusti Ngurah Bangus (1978 Walaupun sudah menu sejumlah karya, Arthanega tidaklah pernah dikenal s bagai penyair dalam dunia k susastraan di Bali, apalagi tingkat nasional. Sehari-ha mantan pengasuh acara C das Cermat TVRI Denpas dekade 1970-an /1980-an hanya dikenal sebag karyawan Kanwil Depdikb Bali atau mantan Ketua KN Bali. Adakah karya-karya ya "diciptakan" dekate 1960- hingga awal 1990-an belu juga mampu "menciptaka Arthanegara sebagai "penya Muncul di Jepa Di luar dugaan, bebera sajak Arthanegara mund dalam sebuah jurnal pu "Aiai" di Jepang tahun 19 Dalam jurnal tersebut termu ●Catatan Bu SIA ITeduh nepukin kabeleti apangje MIMPI B sungai-sungai yang menga biar saja bercinta di delta tertahan di geraham musi esona di depan pura bawal ke air seperti waktu perta Tapi dalam mimpi semala yang menyapamu. Bahkan bertanya kemana sebaiknya patmu: ingin mengalir send lagi menjadi sungai-sunga mereka sendiri mungkin ta mimpimu yang tak pernah k saja ia sesuka-suka. Kadang mimpi lagi sampai pagi. BAND dan Bali se Tanah-kepulauan atau benua yang dulu hitam, kini kela hidup di antara dua bandul yang bergerak berayun satu berusaha nyaring dan ya bersuara garang Lintasannya kenangan dan im Bandul waktu itu bertar masa silam dan mem yang terguncang-g di balik gelombang, ke di antara duaka "Kita mungkin berper nyaring gemanya seir bayang-bayang yang -sepanjang lintasan Maka laut dan pantai pun dih tembakan, gelegar meriam.A dan belerang. Tapi benteng dan parit teguh memendan impian akan tahta dunia bar barangkali, surga. Ribuan gugur di laut me namanya larut seperti dan awa 1 di bawah panas mat Tapi nakhoda dan mual menghibur diri, surga bukanlah pantai yang la sungai, rawa-rawa dan Maka sebagian menyusur hu men menerobos masuk hutan, mendinkan pondok-ladang dan me Sepilihan bebijian yang asing dari sekerat paruh burung, di ma Tradisi. Tradisi pedalan Barangkali Tuhan mengirim malai turun pada setangkai malai un percintaan baru: kampung-ka yang bersusun batu-batu memantulka Maka tradisi pendalama kampung halaman, di l di bubung rumah Buah pujinya keperka kelahiran dan kebera Malam-malam duduk n Memandang rasi bintan memotong ari-ari denga kulit kayu dan menggar di dahan Di pohon-pohon. Setan dan menyan membubungkan pintar buah permohonan tak putuslah ikatan di Di malam-malam lain y mereka menaruh tamb Color Rendition Chart