Tipe: Koran
Tanggal: 1999-07-25
Halaman: 09
Konten
is, 25 Juli 1999 Dosa am. Pastikanlah satu ari dan usahakanlah a pada waktu yang nala dari japa harus a tanpa berhenti. Hal dari semua bahaya, an yang tiada batasn- kmelawan rintangan mbawa Anda ke pun- i keagungan, kekua- kedamaian dan giaan, 'demikian ditu- m buku ini. Selain itu, Gayatri juga disebut menebus segala dosa. nun buku yang sam- it depannya didesain im Desain Majalah ini rupanya akan dol jika pengalih ba- gus S. Mantik) mem- tambahan beberapa salnya, pada halaman uat, bahwa Rsi Vis- a mendengar mantra i yang diwahyukan, dahi-di antara ked- matanya-disentuh sistha. Ketika ditemu- antra itu ternyata sedi- tra yang kita warisi itu diubah-dengan gi-susunannya, say- h istilah seperti mala h dicetak miring, ru- car lebih mudah dicer- ngkat pemula. Begitu Rupanya, istilah ini alam beberapa buku, Hitulis samadhi, yang baku. ditemukan perbedaan an samadhi. Sejumlah menempuh pendaki- eda pengertiannya den- ada perbedaan, maka a Inggris 'Gayatri -The mahannya mungkin leb- Meditasi Mahatinggi". pengantarnya, Agus S. Disitu ditulis, Didalam amayana...." (lihat hala- Mahabrata sebaiknya ampai saat ini kekawin ng lebih baku ditulis gada - dan pasti ini -kakawin Bharat- ,tentu saja ini tidak a memang bagian dari ada buku ini, memang is. Namun bagaimana Hindu berbahasa In- masih sangat terbatas, as S.Mantik tentu saja ●Wayan Supartha BADY D K&SPA a narik: rga Linan V WATERBOM ANAS Park & Spa C 101010 Harga Тегранзнам Berlaku hanya di : urimas 3 ROTL KUE DONAT&TAART BERDIRI SEJAK 1936 4 Denpasar C 82155 Minggu Umaniss, 25 Juli 1999 Dengan Komentar Nh Dini, Sajak Arthanegara Muncul di Jepang.... TAHUN 1960-an di Bali muncul banyak penyair, salah satu di antaranya adalah IGB Arthanegara. Bersama teman segenerasinya seperti Judha Paniek (mantan anggota DPR- RD), Raka Santeri (mantan war- tawan Kompas), dan cerpenis Rasta Sindhu (almarhum), Arthanegara yang lahir 21 Jan- uari 1944 di Singaraja, sudah menulis puisi sejak duduk di SMA. Selain menulis puisi dan cerpen dalam bahasa Indone- sia, Arthanegara juga menulis puisi berbahasa Bali. Sajak-sajaknya dari dekade 1960-an sudah diterbitkan dalam antologi sendiri berjudul Surat Senja" (1970), sedang- kan karya-karyanya yang lain termuat dalam kumpulan pui- si "Penyair Bali" (1970) bersa- ma puisi Putu Wijaya, Gde Dharna, Nyoman Nada Saria- da, Nyoman Bawa, Arya Thir- tawirya, Faisal Baraas, Yos Adhi Riyadi, Raka Santeri, Apip Mustofa, Made Sukada, Nyo- man Sutjipta, Made Taro, dan beberapa nama lain. Puisi ber- bahasa Bali Arthanegara yang berjudul "Geguritan Pianak Bendega" (Balada Anak Nelay- an) terbit dalam antologi puisi Bali modern suntingan Prof. Dr. I Gusti Ngurah Bangus (1978). Walaupun sudah menulis sejumlah karya, Arthanegara tidaklah pernah dikenal se- bagai penyair dalam dunia ke- susastraan di Bali, apalagi di tingkat nasional. Sehari-hari mantan pengasuh acara Cer- das Cermat TVRI Denpasar dekade 1970-an /1980-an ini hanya dikenal sebagai karyawan Kanwil Depdikbud Bali atau mantan Ketua KNPI Bali. Adakah karya-karya yang "diciptakan" dekate 1960-an hingga awal 1990-an belum juga mampu menciptakan" Arthanegara sebagai penyair". Muncul di Jepang Di luar dugaan, beberapa sajak Arthanegara muncul dalam sebuah jurnal puisi "Aiai" di Jepang tahun 1993. Dalam jurnal tersebut termuat lima sajak Arthanegara, diberi kan pengantar ringkas oleh novelis wanita Indonesia terke- nal Nh Dini. Dalam pengan- tarnya, Nh Dini mengemuka- kan; "Mutu ciptaannya barangkali tidak perlu diband- ingkan dengan para penyair besar". Menurut Nh Dini, arti dan nilai sajak-sajak Arthane- gara harus dilirik pada kepedulian penyair untuk merekam kehidupan dan sua- sana sekelilingnya. Komentar Nh Dini bukan- lah tanpa dasar. Sebagai sas- trawan, Nh Dini memiliki pen- galaman khusus dengan Bali dan penyair muda Bali 1960- an dan 1970-an. Sebagai pra- mugari dan sebagai istri seor- ang diplomat, Nh Dini sering datang ke Bali, melihat Bali dan bergaul akrab dengan pen- yair muda Bali waktu itu. Ma- kanya, ketika membaca dan mengomentari sajak-sajak Arthanegara, arah komentarn- ya menyinggung masalah ke- hidupan dan suasana Bali. Sajak-sajak Arthanegara yang muncul dalam majalah sastra di Jepang adalah "Surat Senja" (1964), "Ayahmu Be- rangkat Berjuang" (1965), "Laut" (1965), "Kepada Bali" (1989), dan "Bandung" (1982). Kecuali dua sajak terakhir ini karya-karya Arthanegara mengekspresikan gagasan "perjuangan" di Bali tahun 1960-an, bukan dalam konteks perjuangan fisik tahun 1940- an, tetapi dalam konteks per- juangan ideologi. Siapa pun membaca sajak-sajak "perjua- ngan" Arthanegara, terutama dalam sajak "Laut", akan bisa merasakan dan memperoleh gambaran tentang dinamika ideologi di Bali tahun 1960-an. Baris-baris terakhir sajak "Laut" berbunyi begini: 'djangan biarkan bumi ini didjamah nekolim/djangan biarkan bumi ini didjamah umat tak bertu- han/karna mereka adalah musuh tebesar pantjasila//. Bukakah ini sangat sloganistik? Sloganistik merupakan hal yang wajar dalam kesenian 1960-an di Bali. Karena sajak memang dibuat untuk membe- la dan melawan ideologi terten- tu secara terang-terangan. Un- gkapan yang repetitif dalam sajak "Laut" mengesankan bahwa sajak ini diciptakan un- tuk dibaca di muka publik. De- klamasi merupakan seni baca sajak yang sangat populer di Bali tahun 1960-an. Lewat de- klamasi, ekspresi pembelaan dan perlawanan terhadap ideologi bisa disalurkan. Dua kubu seniman tahun 1960-an yang selalu bertentangan ad- alah LKN (Lembaga Kebu- dayaan Nasional, berafiliasi dengan PNI) dan Lekra (Lem- baga Kebudayaan Rakyat, be- rafiliasi dengan PKI). Silang ideologi mereka sering diwu- judkan dalam pementasan ke- senian. Deklamasi adalah salah satu yang populer. Menu- rut Arthanegara, sajak "Laut" memang sering menjadi sajak wajib dalam lomba deklama- si. Tentu ini terjadi lebih kare- na muatan ideologisnya. Dasar Pemilihan Tidak jelas bagaimana dasar pemilihan majalah Aiai Jepang dalam menerjemahkan dan menerbitkan sajak-sajak Arthanegara. Tapi, jika sajak- sajak yang dimuat diperhati- kan, bisa diduga bahwa dasar pemilihan lebih pada aspek so- siologis daripada estetis. Artin- ya, sajak-sajak yang dipilih ad- alah sajak yang bisa memberi- kan gambaran sosial-budaya atau politik yang jelas, semen- tara pertimbangan keindahan bukan pioritas, Nh Dini pun memberikan tekanan faktor so- siologis (suasana kehidupan) daripada estetis dalam ko. mentarnya di atas. Dasar pemilihan seperti itu juga sering dilaksanakan sar- jana atau peminat sastra dari luar (negeri), seperti Australia, Amerika Serikat, Jerman, ke- tika mereka hendak menerje- mahkan atau mempublikasi- kan karya sastra Indonesia. Bagi mereka, sedapat mungkin, belajar sastra Indonesia sekali- ●Catatan Budaya Minggu Ini gus berarti belajar sosial atau SIAP BIYING ITeduh pedih tanpa tuduh nepukin siape biying eluh kabeletin uber anak kepangluh apangje tusing iya mataluh. Nyoman Erawan MIMPI BULAN JULI CARVE: indonesia sungai-sungai yang mengalir dari masa lalu dalam mimpimu biar saja bercinta di delta waktu: menyatakan rindunya yang tertahan di geraham musim, dalam tidurmu semalam: Terp- esona di depan pura bawah beringin menjulur-julurkan akar ke air seperti waktu pertama kau hadir. Tapi dalam mimpi semalam tak ada yang kau kenal tak ada yang menyapamu. Bahkan sungai-sungai itu pun tak ada yang bertanya kemana sebaiknya mengalir. Mungkin tak perlu penda- patmu: ingin mengalir sendiri bercabang-cabang, beranak-pinak lagi menjadi sungai-sungai kecil yang tak kau kenali. Bahkan mereka sendiri mungkin tak tahu kemana akan mengalir seperti mimpimu yang tak pernah kau tahu maunya hingga kau biarkan saja ia sesuka-suka. Kadang bahkan kau biarkan mimpimu ber- Nuryana Asmaudi SA mimpi lagi sampai pagi. Raudal Tanjung Banua budaya atau situasi politik In- donesia pada suatu waktu. Dengan cara kombinasi ini se- sungguhnya sastra tak hanya menarik dipelajari tetapi dipel- ajari sesuai dengan hakikatnya sebagai bagian integral kehidu- pan masyarakat dengan sega- la dinamikanya. Munculnya sajak-sajak "perjuangan" Arthanegara yang diciptakan tahun 1960-an di Jepang pada tahun 1993, menunjukkan bahwa sekali diciptakan sajak tak pernah mati. Sekali sajak diciptakan, untuk seterusnya dia akan berusaha menciptakan" pen- ciptanya untuk menjadi pen- yair. Juga, munculnya sajak- sajak Arthanegara di Jepang mengingatkan bahwa Bali memiliki penyair yang sudah dilupakan, tak hanya satu, tapi banyak lagi di luar Arthanegara. Darma Putra BANDUL DUNIA BARU dan Bali sebagai asumsi dalam dua adaptasi Tanah-kepulauan atau benua baru yang dulu hitam, kini kelabu hidup di antara dua bandul yang bergerak berayun satu berusaha nyaring dan yang lain bersuara garang Lintasannya kenangan dan impian. Bandul waktu itu bertangan. Ia menggamit masa silam dan memunculkan layar pucat yang terguncang-guncang di balik gelombang, kenangan mendayung di antara duakarang "Kita mungkin berperang," suara itu nyaring gemanya seirama bayang-bayang yang memanjang di tanah -sepanjang lintasan kapal-kapal dan awan dan koral Maka laut dan pantai pun dihujani tembakan, gelegar meriam. Amis darah dan belerang. Tapi benteng dan parit teguh memendam impian akan tahta dunia baru, barangkali, surga. 1 Ribuan gugur di laut menjadi santapan hiu, namanya larut seperti garam yang berkilau di bawah panas matahari Tapi nakhoda dan mualim itu pandai menghibur diri, surga itu, katanya bukanlah pantai yang landai, tapi sungai, rawa-rawa dan hutan yang purba. Maka sebagian menyusur hulu sungai, menerobos masuk hutan, membuka huma mendirikan pondok-ladang dan menugalkan benih kesuburan Sepilihan bebijian yang asing mereka dapatkan dari sekerat paruh burung, di mana terikat seuntai firman: Tradisi. Tradisi pedalaman. Barangkali Tuhan mengirim malaikat-Nya, barangkali dewa turun pada setangkai malai untuk memulai percintaan baru: kampung-kampung di pedalaman yang bersusun batu-batu memantulkan wama ungu waktu malam. Maka tradisi pendalaman lahir dari upacara kampung halaman, di lumbung-lumbung di bubung rumah Buah pujinya keperkasaan dan kesuburan kelahiran dan keberangkatan: Malam-malam duduk melingkar. Seperti ular Memandang rasi bintang memotong ari-ari dengan sembilu dan kulit kayu dan menggantungnya di akar, di dahan Di pohon-pohon. Setangkup kulit ari dan menyan membubungkan pinta musim: cinta-kasih, buah permohonan tak putuslah ikatan di bumi berpenghidupan Di malam-malam lain yang lebih dingin mereka menaruh tambur Mengenang roh yang gugur di laut. Membikin peti bujur sangkar dan sambil mengingat pantai yang tak landai mereka membakarnya ramai-ramai dengan menari di pinggir sungai Semua berlangsung dibawah nyala obor. Koor cak-cak-cak Dan gemercik tuak dalam bumbung. Ada juga seorangtua berkata, "Ini pertanda baik bagi kita semua. Padi-padi tak digara Tanah rindu minta digaru. Ketela tumbuh tanpa diganggu hama dan babi hutan. Beginilah seharusnya Kanak-kanak yang lahir biar belajar kesabaran dari leluhur. Keperkasaan menjaga wama tanah. Ini kasta yang kita warisi buat mereka. Titah dewa tertinggi mengalir dalam darah. Oleh panas-aroma tuak darah itu menggelegak dalam diri mereka. Mereka memang masih muda Dan bila mereka pergi jangan ada yang menangis." Begitulah, anak-anak yang berangkat dewasa separoh usia kanaknya dihabiskan menyerap upacara dan mantram tanah. Malam-malam sehabis membakar peti atau mengundang dewi padi mereka seperti tak diijinkan lelap hingga menjelang pagi Cerita dan buah tutur silih-berganti jadi pitutur, jadi sulur dan di dalam tidur yang singkat tiba-tiba mereka merasa cepat dewasa. menjaring roh. Bila mereka menyentuh gantang tuak pada bambu tak ada yang bisa mencegah karena larangan "jangan sentuh" menambah gelegak pada darah Bahkan ketika mereka memutuskan mengusap menyan di wajah mereka yang penghabisan Lalu turun jenjang dan bersumpah di halaman akan mencari leluhurnya, tak seorang pun dapat mencegah "Sampai ujung dunia," kata mereka. Bahkan seorang-orang tua, seorang sepuh yang dulu tukang berkata-kata hanya sanggup mencabut keris kebesarannya dan berkata dengan kecemasan yang sukar dilukiskan, "Seperti kataku, jangan ada yang menangis. Sudah kuduga akan lahir dari sini jurumudi, menggelegak darahnya merindukan lautan. Aku tak menangis, Karena kita APPE Bali Post FM 99.15 BUD RADIO GLOBAL TERKINI APRE Agenda Kantong Apresiasi '99 BUD Dagdigdug TEATER OMBAK - SMUN Kuta Pagi Ini Lakon "PETI"IB Martinaya oleh Teater OMBAK-SMUN-1 Kuta di Aula SMUN 1 Kuta'99 Dibawah bimbingan Drs Nyoman Yatna, Drs Nyoman Murda, Sudarta dkk TEATER OMBAK- SMUN-1 Kuta, PAGI ini 26 Juli'99, pukul 09.00 WITA menggelar "PETI" IB Martinaya di Aula SMUN-1 Jln. Made Bulet Dalung Kuta, SEGERA hubungi Pak Yatna 425909, 463298 Enam Hari Lagi CERPEN Teater ANGIN pampletnya Rendra, penyair menelanjangi segala kebobrokan kerajaan/penguasa pada zamannya, di tengah-tengah kemiskinan rakyat yang mengimpit. Jadi sastra protes bukanlah fenomena khas sastra terkini. Se- bagaimana tema-tema lainnya, tema protes sosial berkonteks dengan situasi sosial-bu- daya zaman. Halaman 9 PASAMUHAN KATAK gulem peteng dedet angin baret nglinus ujan bales ngrecek dingin ngejer ngliput katak dongkang emplegan lan enggung nyongkok makipu nongosin song ngunngun ngatabtab ngetonang jangkrik dogolan makecog nomplok batu kejat-kejat Satu hal yang masih perlu dipertanyakan Katak adalah, mengapa tema protes semakin mar- ak di pengujung abad ke-20 (khususnya dalam sastra Indonesia modern)? Sumbern- Dongkang ya bisa dicari pada perkembangan sosial- budaya yang mempengaruhi perkembangan BATAS akhir PENERIMAAN naskah Lomba CERPEN Teater ANGIN 31 Juli 1999 SMUN-1 DPS sastra dan sastrawan sebagai pelaku sas- Langsung Kamboja BACA Teater Angin 2-3 Agustus ●LOMBA Baca CERPENTeater ANGIN (bagi siswa SLTP dan SLTA) 2 dan 3 Agustus 1999 Suit Suit Langkah Kreatif POSIS 1 Agustus '99 "Selamat Datang Siswa dan Siswi Kreatif se-Bali "Selamat Menyerbu POSIS Kita..." Ayun langkah Tahun Ajaran Baru, Kembali ke sekolah berarti Kembali Menyerbu Pos Seni Siswa (POSIS) dengan karya karya kreatif, ya di BPM Edisi 1 Agustus '99 DK Propinsi BALI "KONTEMPORER" 4-7 Agustus '99 DINAS Kebudayaan Prop Bali dan Taman Budaya Denpasar "PEKAN SENI KONTEMPORER'99" Mulai Rabu 4 Agustus sampai 7 Agustus '99 ada "PEKAN SENI KONTEMPORER" di Taman Budaya Denpasar menampilkan Cokorda Istri Savitri, Tan Lioe le (Yokki), Warih Wisatsana (PUISI) Nanoq da Kansas/Wayan Udiana, Putu Satria Kusuma (DRAMA) Eddy Lonton (TARI) IK Yuliarsa, I wayan Juniartha (SARASEHAN ...) Semua Mata Acara berlangsung di Taman Budaya Denpasar... BAPA TAMBA, SELAMAT JALAN CITA citamu akan senantiasa subur menyala nyala di Bumi Cinuwih Bumi Saraswati Bali kita... Keluarga POSTS-POSBUD Denpasar Dayu dari CULIK dkk SMUN-II Amlapura di HUT Karangasem 8 Agustus PELUANG EMAS bagi Sanggar KATA dengan Ujungtombak Dayu Gia dkk SMUN-II Amlapura meramaikan Harijadi KARANGASEM, jaga JAGAlah BPM-KHUSUS 8 Agustus 1999. Bahasa IBU Karya ANDA 14 Agustus '99 ●Karya anda BAHASA BALI Radith Kreatif Komputer BURATWANGI ya 14 Agustus 1999 CERPEN, puisi, artikel sastra BERBAHASA BALI langsung SERBU ke Jln. Untung Suropati 20 Amlapura 80813 Karangasem. PALING LAMBAT ditunggu 14 Agustus'99 (sesuai STEMPEL-POS) atawa info langsung krangkring 22606 (0363) Balibani gati Metegak... Pesta EMAS Sanggar SARASWATI Taban 1 Sept'99 LOMBA Cipta PUISI dan CERPEN BAHASA BALI Sanggar SARASWATI Taban 1 September'99 PALING LAMBAT ditunggu Sanggar SARASWATI Tabanan jin Pahlawan 2, telp. 811267 1 September '99, SEGERA ramaikan "PESTA EMAS SARASWATI'99... SBD Grup SM'99 "Parade MONOLOG" Agustus '99 JAM PECAH Putu Satria Kusuma, PEMBELAAN DIRAH Cokorda Istri Savitri, SENJA APELTUGU Agustus'99 di Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar dari SBD-SM'99 Drs. I Gusti Ngurah Harta dkk. Warih Wisatsana, SENOMOR CHEKOV Kaseno meramaikan PARADE MONOLOG 29 dan 30 berasal dari lautan yang sama ke sana kita akan kembali, ke sana mereka akan pergi Tapi, Dewa yang Agung, adalah di antara mereka jurupeta? Kami lupa mengajarkannya, tradisi kami tradisi pedalaman yang penuh percintaan ketimbang penaklukkan kami hidup dari lisan, mantra dan upacara, dan membangun rasi sendiri di bumi, gugusan masyarakat wiracarita..." Ia lalu menikam dadanya sebelah kiri dan darah mengalir seperti mata air yang baru disapih memberi warna lain pada tanah di bumi. Beberapa orang masih sempat menatapnya di pembaringan dan memejamkan mata dengan khusuk di sisi ranjang; ia juga merindukan laut, maka ke sana ia akan pergi, kata seseorang lain, juga menjelang tua. Di tangannya amis darah, dan belerang Matanya kuda jalang yang memendam impian akan darah dan kasta biru tatanan keindahan yang direngkuh, barangkali dari surga. Setelah itu, para perindu itu berangkat juga akhirnya, hanya separoh dari upacara pembakaran mayat dalam peti mati mereka ikuti. Seorang tua telah mati, tak kuasa mencegah yang pergi Maka ratapan perempuan kuyup air mata seakan arak lain yang menggelegakkan keperkasaan di dada mereka 'Begitulah perempuan, selagi muda menjadi tukang goda, tua sedikit menjadi ibu yang gampang menangis Tua dan sepuh menjadi tukang cerita!" "Aduh, Anak, pergilah kembangkan layarmu tundukkan lautan sekuasamu perahumu karapan dalam impian!" Tapi bumi tak pipih atau panjang seperti tali, bumi lingkar, berputar, tak berujung, tak berbatas malam dan siang Kecuali sepotong tanjung atau pantai karang yang mempertemukan mereka dengan laut dan gelombang selebihnya benar-benar perairan sunyi, yang tak jinak yang tak mereka ketahui namanya Tanpa tepi. Menjadi begitu sukar ditaklukkan dan diseberangi -bahkan dalam imaji: "Barangkali kita harus memberi nama tempat ini, tapi sangsi apakah di surga masih perlu nama." "Barangkali ini ujung dunia yang kita buru," kata yang lain yang merasa telah sampai-mencapai, "Tetapi mengapa selalu ada ujung lain yang mengharu-biru?" "Kita tak membutuhkan nama tampaknya," seseorang, kawan atau lawan, sekutu atau seteru, menggebu, "yang kita butuhkan cuma perahu, sampan atau apa, entah mengapa, imajinasiku bekerja bahwa di seberang sana masih ada dunia, ya, mungkin surga yang sebenarnya tapi tunggu sebentar, biar aku ingat sesuatu, ah, celaka! aku lupa cara membuat perahu dan dayungnya, lupa rancangan benda-benda, bahkan bentuknya!" "Terkutuklah engkau yang tidak memerlukan nama tapi butuh benda-benda, bukankah benda-benda bersumber dari nama ilham dankata-kata ibu-bapak kita?" "Biarkan keduanya ada dan tumbuh peduli akhir dan dulu, barangkali kita semua sama butuhnya," sahut yang lain, agak bungsu, tapi pandai menghibur: Katanya, "Kita pastikan, di seberang sana, surga Leluhur kita ada di sana. Jangan bertandang biarkan mereka istirah." (Barangkali mereka bukan pengembara tapi petualang yang mencemaskan surya-yang purba ada dan tiada) Lihat, mereka surut. Tapi ombak tak surut dan pasang tak susut. Laut yang tenang diam-diam menyeret tulang-belulang, bangkai kapal, manik-manik terhantar begitu menakjubkan di pantai Ada yang mengumpet pasir kemudian. Mengelupaskan kerang. Mengikis lumut dan bebatuan seperti tak percaya pada ketakjubannya sendiri: Alangkah indah. Ini seperti sebuah mimpi Bila terjadi, undanglah tamu-tamu beritahu siapa saja bahwa ada juga surga eksotik, angin dan kersik, aroma tropik di tanah kita. Tuhan memberi kita dunia baru, surga penciptaan. Lupakan ibu Mumpung terjaga semuanya harus bernama, harus diberi sebutan." Begitulah. Tetapi bukan itu pangkal kegelisahan penyair seribu tahun kesunyian ini. Suara itu masih nyaring gemanya dan dekat pada kematian Bandul waktu harus bergerak-berayun dengan garang agar semuanya terbangun dari selubung impian yang tgercipta atau diciptakan. Aku bandul. Maka aku bergerak melintasi waktu, musim-musim membatu, hantu-jisim siang-malam dan mimpimu mengelupaskan garis maya tata dunia baru; yang memberi nama dan sebutan pada tanah kepulauan, benua segenap daratan Aku bandul kekinian, harus garang meneriakkan kesadaran baru bukan impian akan dunia baru. Yogyakarta, 1999 Sastra Protes, bukan Fenomena Baru DARI beberapa tulisan yang turun di media massa, tampaknya ada kesan sastra protes adalah trend sastra khas masa kini. Dari sini tim- bul berbagai gelar untuk sas- tra di pengujung abad ke-20 yaitu Sastra Getir, Sastra dari Masyarakat Luka. Jika kita runut sejarah nya, sastra protes sudah mun- cul beberapa abad yang lalu. Misalnya Tu Fu, penyair Cina yang hidup pada abad ke-8 M, menulis puisi "Rata- pan Sehabis Perjalanan dari Ibu Kota ke Fengsien" (Z. Pan- gaduan Lubis, Horison, No. 7, Th. II, Juli 1967, hlm. 210). Puisi itu bertema protes sosial. Dengan gaya puisi tra. Tema protes dalam karya sastra sebagi- an besar terdapat dalam puisi. Hal ini bu- kan kebetulan melainkan ada faktor pent- ing yang menjadi penyebabnya. Emplegan Enggung Sebagai karya seni-bahasa, puisi punya daya evokasi melebihi karya seni-bahasa lain. Sifat inilah menyebabkan puisi semakin kerap diklaim sebagai alat penyampaian ide. Dalam dekade terakhir ini gerakan sosial- politik pun semakin kerap memakai puisi sebagai media ideologi dan protes sosial. Katak Dalam kondisinya yang paling ekstrem Dongkang puisi bisa kehilangan watak dasarnya kare- na harus beradaptasi atau dipaksa ber- adaptasi untuk menyangga ide yang di- Emplegan ungkapkan penulisnya. Puisi pamplet Ren- dra adalah contoh paling jelas, terutama dalam hal puisi protes. Puisi-puisi Mao Ze- dong (almarhum) adalah bentuk lain dari pidato politik dan agitasinya. Hal itu menunjukkan pengaruh perkembangan sosial-politik terhadap sas- tra (puisi) tak dapat dielakkan. Puisi pun menyediakan peluang yang amat kondusif, yaitu daya evokasinya. Di kalangan pelaku gerakan sosial-poli- tik secara tidak disadari daya evokasi puisi telah menjadi mitos. Ia dianggap semacam 'magnet' yang bisa menyeret perhatian set- iap orang dalam urusan penyampaian ide- ide, termasuk protes, gugatan, dan hujatan. Fenomena ini semakin meluas dan jelas tam- pak dalam sastra Indonesia modern dalam masa terakhir ini. Semakin kerapnya pem- bacaan puisi dalam konteks kegiatan sos- ial-politik, adalah salah satu buktinya. Faktor sastrawan pun ikut berperan dalam lahirnya sastra protes. Keterlibatan sastrawan dalam gerakan sosial politik, tampaknya sulit bagi sastrawan untuk meng- hindarkan diri dari obsesi mencipta sastra protes. Hal ini diperkuat pula oleh suatu pandangan tentang kehormatan seorang sas- trawan bila mereka mampu melibatkan diri dengan persoalan bangsanya yang sedang menggejala. Rendra adalah contoh yang sangat jelas. Ia berangkat menjadi penyair dari seorang lirikus ke penyair pamplet. Hal ini dilakon- inya dengan penuh kesadaran. Ketika ia meninggalkan gaya lirisnya, ia sempat me- nyindir penyair lain yang masih bertahta sebagai lirikus sebagai Penyair Salon. Sejak kelahiran puisi pampletnya Rendra, semakin jelaslah posisi dua kubu kepenyair- an dan gaya perpuisian Indonesia modern. Puisi pamplet dan protes di satu pihak dan puisi lirik di pihak lain. Masing-masing den- gan model estetika dan tokohnya. Hal inilah yang menyebabkan seakan-akan sastra protes adalah trend khas sastra masa kini. Sastra protes diciptakan dan tumbuh sep- anjang zaman terkonteks dengan situasi so- sial-politik setiap zaman, dan keterlibatan sastrawan dalam gerakan sosial-politik bangsanya. Meski sastra protes bukan fenomena khas zaman kini, dalam khazanah sastra baru mulai dengan jelas tahun 1960-an. Peloporn- BUKU TUNTUNAN ROHANK Anda tinggal Telepon 225764 Buku diantar TERBITAN BALI POST & YAYASAN DARMA NARADHA TUHAN, JIWA DAN ALAM SEMESTA MEDITASI MENCAPAI HIDUP BAHAGIA CANAKYA NITI SASTRA Enggung Katak : watek jangkrik ngering di nujune sepi yan suba sepi makejang ngengkabang kampid makejang ngedengang caling : yan suba ada klesegan makejang siep sepi jampi : di subane ada ngilinin sasubane ada nyadekin prajani egar mapalu peturu jangkrik kalung :yan ada jangkrik len : yadin jangkrik kenyinyitan ane cenik : apa buin jangkrik dengkalia ane gede : prajani ngaku doplang kipa : awanan jangkrik sontrang ane jereng girang tara kagarang gulem gumanti galang angin sampun masanekan ujan gumanti endang dingin sampun malaradan katak dongkang girang emplegan lan enggung ngongkek ngengkal ngocek kadi ngagalung nyuryakin tingkahipun.jangkrik kalung mapalu mapulung magulung peturu jangkrik kalung Ki Dusun 4399 ya adalah penyair W.S. Rendra dan bebera- pa penyair yang dikelompokkan ke dalam Angkatan 66. Puisi protes yang paling me- nonjol pada awal pertumbuhan ini adalah "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta" (W.S. Rendra). Gaya puisi inilah yang kelak berkembang menjadi puisi pamplet, yaitu puisi protes khas Rendra. Sastra protes tidak bisa lahir dari tinda- kan rekayasa atau indoktrinasi. Inilah sebab- nya puisi protes para penyair Lekra di tahun 1960-an sebagian besar gagal sebagai puisi. Karya itu hanyalah propaganda, indoktrina- si, atau agitasi politik dalam komposisi ba- hasa ringkas, dengan aksesori sedikit ma- jas; lalu dinamai puisi. Para penyair Lekra telah terjebak oleh in- doktrinasi kebudayaannya yaitu: "politik ad- alah panglima kebudayaan". Mereka terjebak oleh fungsi sastra dan tidak pernah memper- hatikan sastra itu sendiri. Akibatnya politik mengintervensi dan menghancurkan seluruh wilayah kreativitas. Yang lahir adalah propa- ganda atau protes, bukan sastra protes. Sastra protes hanya bisa lahir dari aku- mulasi situasi sosial-politik yang ditangga- pi secara kreatif oleh para sastrawan. Selu- ruh proses penciptaan berlangsung dalam kenyataan, kewajaran, dan keniscayaan. Meningkatnya sastra protes pada dekade akhir zaman kita ini adalah sebagai akibat semakin kompleksnya bentuk gerakan sos- ial-politik dan semakin kompleksnya pula peran sosial seorang sastrawan. Nyoman Tusthi Eddy Pidpid, Maret 1999 Harga Paket per 41 Judul Rp 250.000,- GAGURITAN WIRATA PARWA UNTAIAN RATHASARI UPANISAD Buku ini mengungkap enam aliran Buku ini menuntun Anda dalam Buku ini mengetengahkan ajaran Buku ini mengisahkan penyamaran Inilah buku yang mengungkap filsafat yang me-ngungkap rahasia mencapai kebahagiaan yang me- moral, budi pekerti dan tata cara Pandawa di Kerajaan Matsya. Ada rahasia kehidupan. Siapakah Atma rupakan dambaan setiap orang. Tuhan, jiwa dan alam semesta MENYOROT ANEKA MASALAH UMAT HINDU GAGURITAN SUNDA pergaulan dengan sesama. MELURUSKAN AWIG-AWIG YANG BENGKOK pelecehan seksual. HINDU DALAM TAFSIR MODERN yang ada pada makhluk? DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN BALI Buku ini menyorot berbagai masa- Gaguritan ini mengungkap kisah Buku ini menyajikan berbagai kasus Buku ini mengungkap keagungan Buku ini mengungkap dinamika lah umat sehari-hari. Apakah poli- runtuhnya Majapahit dan Mahapatih adat. Hukum Adat usang yang Weda yang bersifat langgeng, masyarakat dan budaya Bali dari andri itu salah? abadi, tiada berawal dan berakhir. zaman silam hingga kini. MENJAWAB MEMAHAMI ALIRAN KEPERCAYAAN Gajahmada. KISAH KASIH ANAK KEMBAR KONG KALI KONG melanggar HAM HINDU DHARMA ABAD XXI MASALAH HUKUM SE-DUNIA Buku ini memuat kisah nyata ten- Buku ini mengungkap kiat bisnis Buku ini merupakan himpunan dari Buku ini memperjelas pengertian Buku ini menyajikan berbagai tang keunikan anak-anak kembar di dan manajemen dengan penyajian beberapa artikel yang menggam- aliran kepercayaan yang perlu kasus adat, Hukum Adat yang yang khas penting buat pengusaha. barkan kehidupan Umat Hindu. berbagai negara. sering terjadi dalam masyarakat. MANUSIA BALI SEMBAHYANG MENURUT HINDU DHARMA AGAMA& DHARMA NEGARA PUPUTAN MARGARANA dipahami. KASTA DALAM HINDU Kesalahpahaman Berabad-abad Mengapa sembahyang? Sembah- Buku ini memuat tulisan dan pendapat Buku ini menyajikan Gaguritan yang Buku ini memperjelas pengertian Buku ini mengungkap karakter dan yang selain mempertebal keimanan, para pejuang dalam konteks menem- mengisahkan Gugurnya I Gusti catur warna menurut Weda. Ditulis watak manusia Bali. Jujur pengung- juga menyehatkan jasmani rohani. puh kehidupan. Ngurah Rai di Desa Kelaci. dengan jujur dan pijakannya jelas. kapannya, sederhana bahasanya. BERAGAMA BERGERILYA BERSAMA NGURAH RAI PADA ZAMAN KALI MENGATASI PROBLEM PACARAN KEPEMIMPINAN HINDU HINDU MENJAWAB DINAMIKA ZAMAN Menyajikan berbagai problem buku ini mengungkap Hindu dengan Inilah buku yang mengungkap pe- Inilah buku sejarah perju-angan Buku ini memiliki tujuan sebagai pacaran dari soal etnis, kasta, sejumlah konsep,ajaran kepemim- nomena budaya Bali yang dijiwai Ngurah Rai. Ditulis oleh orang yang informasi bahwa beragama itu pinan yang bisa diterapkan. Hindu. Tajam dan faktual. terlibat dalam perjuangan itu. bukan hanya formalitas semata agama, dan problem lainnya. BERAGAMA BUKAN HANYA DI PURA RAMAYANA MANUSIA HINDU Dari Kandungan Sampai Perkawinan NGABEN MENJAWAB PERTANYAAN UMAT Buku ini hasil gabungan dari dua Buku ini menyiratkan perjalanan Buku ini menerangkan Mengapa Isinya mengenai ajaran Hindu Isinya mengenai pertanyaan umat versi dalam bahasa Inggris seba- ritual manusia Hindu dalam rentang Mayat Dibakar serta membahas sebagai tuntunan hidup, sikap dan tentang berbagaiai macam kehidu- gaimana beredar di India. waktu yang panjang. upacara Pitra Yadnya. perilaku umat Hindu. CARA BELAJAR AGAMA HINDU YANG BAIK DI SEPUTAR SUARA-SUARA MENGENAL ALAM GAIB SUMBANG TERHADAP HINDU MENATAP MASA DEPAN PERADABAN UMAT MANUSIA pan beragama sehari-hari. HINDU DAN BUDAYA BALI Isinya bagaimana agama itu dija- Buku ini patut dicatat sebagai buku Buku ini tidak saja membahas soal Buku ini menyoroti persoalan umat Penulis berusaha untuk memberi- lankan dalam praktik kehidupan yang berjuang untuk meluruskan leak; juga banyak membicarakan Hindu dari menyembah patung kan tarka atau tafsir dan makna bermasyarakat. pandangan dari berbagai pihak. hal-hal yang dinilai gaib. sampai ke persoalan modernisasi. terhadap aktivitas umat Hindu. MENGUAK TABIR PERKEMBANGAN HINDU CARA MENCAPAI MOKSA DI ZAMAN KALI MENGENAL LELUHUR DARI DUNIA BABAD BONDRES, OBROLAN SEHARI-HARI ORANG BALI BALIKU TERSAYANG BALIKU MALANG Buku ini menguak tabir perkemba- Benarkah sekarang zaman kali? jika Buku ini selain mengingatkan Buku ini membahas banyak hal Buku ini sejumlah kasus eksklusif ngan agama Hindu di India maupun benar buku ini patut dihayati dan riwayat leluhur, juga membuka mata termasuk kehidupan sosial politik yang terjadi di Bali selama 10 tahun di Indonesia. al: Isu pencagarbudayaan Besakih. AGAMA, MASYARAKAT DAN REFORMASI KEHIDUPAN Buku ini memuat buah pikiran Kiai H.S. Habib Adnan tentang semua hal al. Belajar menjadi Manusia. dipraktikkan dalam sehari-hari. kita tentang kasta. namun disajikan dengan santai. Harga Paket Per 41 Judul Hanya Rp 250.000 Hubungi: Bali Post, JI. Kepundung No.67A Denpasar 80232 Kunjungi Pameran Kami di Bali Big Sale '99 JI. Gunung Agung Denpasar G. 100 2cm Color Rendition Chart
