Tipe: Koran
Tanggal: 1998-01-02
Halaman: 04
Konten
SOLOPOS, JUMAT PAHING, 2 JANUARI 1998 SOLOPOS Diterbitkan oleh PT Aksara Solopos Surat izin: SK Menpen No. 315/SK/MENPEN SIUPP/12 Agustus 1997 Pemimpin Umum: Dr H Sukamdani S Gitosardjono-Wakil Pemimpin Umum: Lukman Setiawan Pemimpin Redaksi: Danic H Soe oed-Pemimpin Perusahaan: Bambang N Rahadi Dewan Redaksi: Banjar Chaenakdin, Cyrillus I Kerong, Firdaus Baden, KRT Kresna Handayaningrat, Moch. Effendi Aboed, Sjarifuddin-Redaktur Pelaksana: Y.A. Sunyoto-Redaktur? Agus Widyanto, Anggit Noegroho, Bambang Harsri Irawan, Chandra Prabantoro, Duto Sri Cahyono, Mulyanto Utomo, Quirinto, Riadho Solikhin, Verdy Bagus Hendratmoko Meniti harapan 1998 multinasional Sony), mengungkapkan pengalaman batinnya saat negerinya kalah dalam Perang Dunia II, pada tahun 1945. Waktu itu Morita menjadi peneliti di Angkatan Laut Jepang, dan hatinya sangat hancur manakala Kaisar Hirohito mem- bacakan sebuah pengumuman menyer- ah kepada Sekutu. Pernyataan sosok yang sangat dihormati dan disegani rak- yat Jepang, tentu mengagetkan, termasuk bagi Morita. Meski menyerah, dia berpikir daripada harus menyerahkan gagasan kepada musuh yang kini berkuasa, lebih baik melakukan bunuh diri (harakiri). Tapi itu tak dilakukan Akio Morita dan bebera- pa lainnya. Yang dia lakukan justru men- dirikan perusahaan elektronik yang di- sebut Tokyo Tsushin Kyogo Kabushiki Memang, dengan ditinggalkannya tahun Kaisha atau dalam bahasa Inggrisnya di- 1997, semua permasalahan dan kesulit-sebut Tokyo Telecommunication Enginee- an juga kebahagiaan yang sudah kita ring Company bersama seorang teman- reguk, sekarang ini tinggal kenangan. Tapi nya, Masaru Ibuka. bukan berarti semua permasalahan yang ada tahun lalu bisa kita lepaskan begitu saja. Masih ada beberapa persoalan yan terus membelit hingga kini, yang menun- tut kita untuk menyiasati agar bisa diraih satu kondisi yang lebih baik lagi. Persoalan yang dimaksud, antara lain adalah krisis moneter yang sampai putaran akhir 1997, masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Kurs dolar AS yang semula berk- isar Rp 3.200/USS, terus melonjak seolah ingin menunjukkan keperkasaannya untuk melewati posisi Rp 6.000 setiap dolar AS nya. Waktu berjalan terus tanpa bisa dihen- tikan karena mesin waktu yang bisa ditarik mundur dan dihentikan, hanya ada dalam cerita film dan komik. Dalam kehidupan nyata, waktu terus bergulir, dan tak terasa tahun 1997 harus kita tinggalkan dengan segenap sukaduka dan sukacitanya. Kini, kita semua kini sudah memasuki tahun 1998, satu periode waktu yang bisa disebut dengan segala macam sebutan tergantung pedoman yang kita pakai. Ada yang menyebut dengan tahun macan, ada pula yang lebih suka mengatakannya sebagai tahun katak. Tapi apapun istilah yang dipakai, tidak perlu membuat kita menjadi bingung dan terbelah. Yang pasti kita memasuki satu putaran waktu yang sama sekali baru. Pada pidato akhir tahun, Presiden Soeharto mengingatkan masyarakat bah- wa dalam suasana prihatin dan sulit seper- ti sekarang ini, putusan dan langkah peme- rintah serta masyarakat umumnya tidak menyenangkan. "Malahan bisa terasa menyakitkan, kata Kepala Negara. Karena itu, kepada seluruh bangsa diingatkan bahwa untuk mewujudkan hidup berbahagia diperlukan kesediaan berkorban. Menurut Pak Harto, dewasa ini bangsa Indonesia sedang mengalami ujian yang sangat berat di bidang moneter dan ekono-, mi. Untuk mengatasi masa sulit itu, peme rintah telah memiliki berbagai program yang mendapat dukungan IMF (International Monetary Fund/Dana Moneter Internasional) dan berbagai negara sahabat. Untuk keberhasilannya, pemerintah mengajak seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan dunia usaha khusus- nya untuk memberi dukungan sepenuh- penuhnya kepada program-program itu. Setidaknya, diperlukan dari seluruh bangsa ini adalah kearifan dan kesadaran bahwa bangsa ini dapat menarik manfaat dari setiap kondisi yang dialaminya. Lantas, apa yang bisa kita lakukan seba- gai warga negara, menghadapi keadaan yang memprihatinkan seperti sekarang ini? Itulah sebabnya, meski Kepala Negara sudah mengingatkan kita semua, tanpa tin- dakan nyata segenap bangsa imbauan dan seruan tak akan ada artinya. Penetapan 1998 sebagai Tahun Seni dan Budaya, bukan berarti kita boleh mengabaikan situasi moneter yang sulit seperti sekarang ini. Dalam konteks proyeksi ke depan, kita perlu bekerja lebih keras dan berani menanggung rasa sak- it yang hebat agar bangsa kita bisa lebih maju dan makmur, agar generasi men- Seorang bernama Akio Morita (dikenal datang pun bisa berdiri lebih ke depan sebagai salah satu pendiri perusahaan dalam jajaran bangsa-bangsa nantinya. Mari sama-sama merefleksi diri Tahun Baru, 1998, telah ada di hadapan kita, Ada baiknya semua pihak melakukan refleksi atas apa-apa yang telah terjadi di tahun 1997. Tahun 1997, menurut saya, merupakan tahun yatig runyam, baik dari segi sosial, politik dan ekonomi. Rakyat semakin tak berdaya meng hadapi situasi apapun....ya secara sosial lemah, politik apa lagi, terus ekonomi... rasanya juga begitu. POS PEMBACA Pengirim harap menyertakan fotokopi identitas yang masih berlaku Kalau dalam sambutan-sambutan para pejabat, selalu banyak harapan dan imbauan yang ditu- jukan kepada masyarakat, kenapa tak ada yang ditujukan untuk pejabat, penguasa atau pengusa ha konglomerat yang sebenarnya turut andil da lam menciptakan situasi sosial, politik dan ekonomi yang tak menentu serta menyengsara- kan rakyat. Supaya kehidupan berbangsa dan bernegara kita semakin berkualitas, seharusnya tak hanya rakyat kecil yang terus-terusan ditekan ini, itu, jangan ini, jangan itu, tetapi yang sangat penting justru para "orang besar yang punya kekuasaan, duit banyak. Karena mereka mereka itulah sebenarnya "potensi" besar yang bisa memperlemah keber- dayaan rakyat. Semoga suara rakyat kecil seperti saya ini bisa didengar. Kepada SOLOPOS saya ucapkan terima kasih. Niat untuk mendirikan perusahaan- sementara sebagian warga Jepang wak- tu itu juga bertekad bekerja keras semam- punya-dilandasi niat mengobati kekece- waan akibat kalah perang yang begitu memalukan. Ucapan Kaisar Hirohito bah- wa bangsa Jepang sanggup melicinkan jalan menuju perdamaian besar bagi selu- ruh generasi mendatang, tapi harus meral- hnya dengan perjuangan yang sangat berat dan penderitaan yang sangat hebat, menjadi pelecut semangat bangsa Jepang untuk bangkit kembali dan kekalahan- nya. Nama dan alamat Ada pada redaksi Dalam jepitan krisis moneter seperti sekarang ini, memang tidak selayaknya kita hanya merintih dan meratap tersedu- sedu menghadapinya. Memang yang kita hadapi bukan kekalahan perang secara fisik, tapi bisa kita ibaratkan sebagai "kekalahan dalam bidang ekonomi dan moneter karena kurs matauang kita-rupi- ah-terus merosot di bawah tingkat kewa- jaran. Kita semua harus berjuang sangat keras dan berani menghadapi penderitaan hebat, setidaknya untuk mengembalikan kewibawaan rupiah terhadap mata uang lainnya. Di sisi lain, kita bangsa Indonesia harus terus berpacu dengan kemajuan dunia. Tanpa itu semua, apa yang sudah kita raih akan kehilangan makna. Dan, kita semua sepakat tak ingin menerima sebutan "pecundang dalam percaturan moneter dunia. Bedak HS dapat juga untuk obat gatal Semoga pengalaman saya ini dapat berman- faat bagi pembaca khususnya bagi yang mem- punyai problem seperti saya. Singkat cerita, saya pernah terserang penya- kit gatal khususnya di bagian ketiak dan selang- kang paha. Sejak saat itu saya merasa risi dan malu; yang namanya gatal datangnya tidak kom- promi Suatu ketika, pas saya lagi memimpin sebuah rapat; tiba-tiba penyakit gatal saya kambuh dan secara spontan saya garuk. Kalau yang gatal pada bagian ketiak peserta rapat enggan memperhatikan, tapi giliran saya garuk pada bagian selangkang paha ooh.. (malu- nya gak ketulungan, semua peserta rapat kon- sentrasinya jadi terpusat pada bagian yang saya garuk). Saya telah pergi ke beberapa dokter dan kute lan bermacam-macam obat gatal ternyata nggak mempan. Bahkan teman-teman menyarankan supaya saya mengunakan bedak yang khusus untuk gatal. Walhasil... nggak mempan juga. Suatu hari (tepatnya di akhir bulan Desember 1997 ini) iseng-iseng saya mencoba menggu- makan bedak merk Harum Sari yang kata iklan sih "cowok-cowok maunya nempel kayak perangko". Harapan saya, karena saya cowok ya cewek-ceweknya yang nempel kayak perangko pada saya. Eee...di luar dugaan, penyakit gatal saya sem- buh!!! Belum habis satu bungkus, gatal saya sudah hilang. Nah bagi pembaca yang mempunyai prob- lem seperti saya... coba deh! Harganya murah di bawah Rp 1000. Memang rasanya agak pedih sedikit, tetapi yang penting ada hasilnya. Hendro Atmajo JL Lusi No 2 Kebumen 54317 Kabag Iklan: Engky Harmani-Kabag Sirkulasi: Stefanus V. Genewa-Staf Redaksi: Amir Tohari, Arif Fajar S, Budi Sarjono, Dwi Asih SR, Dwiyatno, Imbang Pambudi, Iskandar, Jaja Suteja, M Dindien Ridbo, Mediansyah, Mh Zaclani Tammaka Mugi Suryana, Musfarayani, Nila Sofianti, Nuni Kurniati, Nuri Aryadi, Pardoyo, Rahman Wihiron Rabu M. Rina Yarini. Rechimawati, R. Widando HP Sholabuddin Siti Atikoh M, ScentSu Postopa hamo, Puguhi Tif'S (Kodus), Sholeh Hadi (Semarang), Sigit Oediarto (Purwokerto), Yuliantoro (Yogyakarta)-Alamat Re- daksi Persahaan: Jl. Slamet Riyadi No. 325 Solo 57142 Telp. (0271) 724811 (hunting) Fax. (0271) 724833--Pengaduan Iklan dan Sirkulasi: (0271) 724811-Rekening Bank: Bank Danamon Cabang Solo A/C 051000002217-Harga Langganan: Rp. 15.500V bulan-Tarif Iklan: Display Hitam Putih Rp. 4.000/mm kolom. Berwarna Rp. 6.000 /mm kolom, Kolom Rp. 2.500/mm kolom. Baris Rp. 2.500 (min 2 Baris), Keluarga Rp 3.000mm kolom, Email: soloposamt.net.id atau solopos@domega.net.id GAGASAN PRIS NOSE FOR ALL DEBTS, PUBLIC ANU B 0226 R RAMALAN CUACA 1998 Toffler jelas tidak sendirian. Banyak tokoh lain berpandangan sama bahwa bisnis pers akan meng- hadapi pembantaian media baru sebagai hasil refor masi teknologi komunikasi. Mulai dari satelit, faksi mili, televisi kabel, komputer, hingga koran digi- tal. Tanda-tanda kemerosotan itu sebenarnya sudah dirasakan sejak tujuh tahun silam. Koran-koran di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang misal nya, telah menderita banyak kerugian karena kemerosotan terburuk selam 50 tahun terakhir. Pendapatan iklan turun drastis, sirkulasi anjlok, bahkan terjadi rasionalisasi wartawan dan peni- adaan beberapa jabatan serta pengurangan sejum- lah pengeluaran. Berbeda dengan Toffler. Roger Fidler (1996) berpendapat lain. Menurut dia, kelahiran media elektronik tidak serta merta menjadi tanda kema tian pers, khususnya media cetak. Dengan meman- faatkan teknologi digital sebagai basis baru selain kertas dan tinta, pers dapat tetap bertahan dan unggul. Oleh karena itu kehadiran teknologi dig- ital yang berkembang saat ini dan mendatang bukan untuk menggantikan koran, melainkan sebagai format digital dari koran atau digital print media Barangkali Fidler benar, setidak-tidaknya jika dikaitkan dengan kondisi di Indonesia. Di Indone sia, kematian pers tidak disebabkan oleh persaing an di antara sesama kompetitor maupun dengan kompetitor baru seperti media elektronik, melain- kan seringkali oleh sistem manajerial yang tidak mampu mengembangkan diri sehingga ditinggal kan pembacanya atau terkena pencabutan SIUPP. Kini-jika tetap dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian-ada faktor baru yang menye- babkan kematian pers, yaitu melambungnya har- ga kertas jauh diatas harga normal. Kertas, nasib pers dan masa depan pendidikan lvin Toffler (1981) pernah meramalkan A bahwa bisnis pers akan menjadi industri cerobong paling akhir dalam abad ini. De- ngan nada sinis dia mengatakan, bisnis pers sudah loyo, kuno dan ditakdirkan bakal mati. Nasib pers kecil Seperti diketahui, harga kertas koran sebagai ba- han baku utama penerbiatn pers mengalami lonja- kan luar biasa. PT Aspex Paper yang memegang pangsa pasar lebih dari 62 persen alias memono- poli, menaikan harga kertas secara sepihak berda- sarkan perhitungan nilai tukar dolar Amerika seir- ing dengan merosotnya nilai tukar rupiah. Se ditulis pada East Asia and Pasifik Report Bank Dunia menyarankan agar pada sektor pen- didikan perlu diadakan peninjauan kembali ter hadap subsidi yang diberikan pada perguruan ting gi. Alasannya, antara lain disebutkan bahwa pen- didikan tinggi hanya cenderung menguntungkan individu penerima pendidikan dan kurang mem- beri manfaat secara luas bagi masyarakat. Apalagi adanya indikasi bahwa mereka yang diterima di per guruan tinggi adalah kelompok masyarakat yang secara ekonomi dianggap "mampa". Saran Bank Dunia tersebut walaupun belum tentu tepat untuk dilaksanakan, bagaimanapun juga patut kita pikirkan. Paling tidak, apakah inves tasi di bidang pendidikan, khususnya pendidikan tinggi cukup sepadan dengan nilai manfaat bagi masyarakat luas? 5 Atau, saran tersebut mengingatkan kita semua agar PT, khususnya PTN jangan terlalu meng gantungkan diri pada subsidi pemerintah. Sudah tiba saatnya PTN termasuk juga PTS dipacu untuk mandiri, swakelola, dengan tidak terlalu mengan- dalkan bantuan pemerintah. Data berbagai sumber menyebutkan, jika pada awal tahun 1997 harga kertas koran adalah Rp 1.254 perkilogram, maka sepanjang tahun ini meng- alami kenaikan sebanyak tiga kali. Pertama pada bulan Juli sebesar Rp 1.440 perkilogrami, kedua bu- lan Agustus sebesar Rp 1.724 perkilogram dan pa- da bulan November lalu mencapai Rp 3.545 perkilo gram. Melalui kerja sama dan sinergisme ini diharap kan akan diraih keuntungan bagi semua pihak (mutual benefit). Inilah yang dinamakan siner- gisme PT dengan masyarakat industri, yaitu suatu keterkaitan, kesepadlanan, keterpaduan dan gabun- gan antara kalangan PT dan masyarakat industri melalui berbagai bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Akibat kenaikan harga kertas tersebut, banyak penerbitan pers berskala sedang dan kecil yang umumnya terbit di daerah mengalami kerugian be sar. Sebuah koran yang terbit di Yogyakarta misal nya, pada bulan Oktober dan November saja sudah mengalami kerugian tak kurang dari Rp. 200 juta. Sementara sebuah koran yang terbit di Surabaya harus mensubsidi sekitar Rp. 12 miliar karena harga langganan masih tetap. Bahkan beberapa ko ran besar yang terbit di Jakarta sudah menguran- gi jumlah halaman dari 24 halaman menjadi 20 ha- laman saja. Kecuali kertas koran, kertas jenis lain seperti HVS pun turut elonjak menjadi lebih 160% Bebe- rapa pengusaha percetakan yang sempat ditemui penulis di Yogyakarta dan Solo mengatakan, sela- ma tiga bulan terakhir, banyak order terpaksa di- batalkan sekali pun untuk itu mereka harus mene- rima caci maki dan sumpah serapah karena ter lanjur menyanggupi pesanan. Sebagian di antara mereka berhenti berproduk si. Sebab, untuk pesanan di bawah harga Rp1 Juta saja, mereka harus menanggung kerugian lebih dari Rp 200 ribu. Dengan modal dan keuntungan yang sangat kecil, sangat tidak mungkin mereka harus menanggung rugi besar. Law mulatif akan meningkatkan kapasitas dan kapabi- Perluasan wawasan kampus inilah secara aku- litas para cerdik-cendekia kampus untuk lebih tampil profesional dan tetap berwawasan kema- syarakatan dan kebudayaan dengan segala dinami ka perkembangannya. Sedangkan pada sisi lain, yaitu masyarakat indus tri, sinergisme eksternal dengan kalangan PT dapat dipandang sebagai salah satu kiat strategis ke arah peningkatan daya saing dan produktivitas dengan pemanfaatan sumber daya manusia dari kalangan PT. Ini berarti pihak industri sudah melakukan terobosan baru melalui jalinan kerja sama bagi aktivitas bisnis ataupun kegiatan riset dan pengem bangan ragam produk ataupun jasa yang dikem- bangkannya. Tampaknya kesinambungan sinergisme antara PT dan industri lebih terletak pada derajat kemauan (willingness degree) antara dua pihak dengan sal ing menaksir kekuatan dan kredibilitas masing masing, sehingga diperoleh keuntungan semua pihak. Sebab, pola kerja sama pada dasarnya berpi- jak pada asas kemanfaatan, di mana kedua belah Menuju perguruan tinggi (PT) yang adaptif, ino- pihak saling sharing-memberikan kontribusi vatif dan produktif, sebenarnya arti lain dari PT sesuai dengan kekuatan masing-masing. Inilah membuka lebar-lebar kerja sama (sinergisme) dengan berbagai pihak, termasuk dengan masya- rakat industri. Sinergi PT yang dimaksud dengan aplikasi link and match, seperti dilontarkan Mendikbud Wardiman Djojone goro agar tercipta keterkaitan, kesesuaian dan kesepadanan program pendidikan dengan masya rakat pemakainya. seperti televisi, harga informasi yang ditawarkan pers jauh lebih murah. Pers memang tidak sama dengan sekolahan sebagai wahana pencerdasan kehidupan bangsa. Namun begitu, fungsi edukatif yang diemban dalam rangka ikut mencerdaskan bangsa tidaklah kalah dengan sekolahan, bahkan dalam beberapa sisi dapat dikatakan lebih unggul. Jika lembaga pen- didikan seperti sekolah hanya menyediakan infor- masi tentang konsep ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbatas, maka pers justru men- jangkau lebih dari itu, yakni melansir perkem- bangan pengetahuan dan teknologi sekaligus infor masi penerapannya di berbagai bidang. Oleh karena itu, jika sebuah penerbitan harus mati karena tidak mampu lagi memproduksi me- ngingat harga kertas sebagai bahan baku utama tak terjangkau, kerugian edukatif yang ditang- gung masyarakat luas sangatlah tak terhingga. Dalam skala yang lebih makro, tak ada jaminan bab wa kehidupan ekonomi, sosial, kebudayaan, bah kan politik akan mengalami keseimbangan dan dinamis tanpa pers mengingat laju globalisasi infor masi demikian intensif. Alhasil, kecil kemungkinan sebuah bangsa dapat hidup kompetitif dengan bangsa lain tanpa ditopang ketersediaan informasi di mana pers ikut menyum- bang besar yang sudah sangat maju teknologi komunikasi elektroniknya, masih mempertahankan pers (media cetak) seba gai bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa nya yang well informed. Sinergisme perguruan tinggi dan industri ibandingkan dengan kondisi negara-ne- D gara berkembang lainnya, Indonesia men- dapat pujian Bank Dunia (Wold Bank) ka fena kemampuannya menurunkan persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, sehingga tinggal 27 juta jiwa. Saran Bank Dunia, untuk mengangkat 27 juta penduduk yang masih berada pada ambang kemiskinan itu diperlukan peningkatan anggaran yang lebih besar untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan program kelu- arga berencana. Produktivitas Dalam kaitannya dengan peningkatan produk tivitas nasional (national productivity), ada bebe rapa kajian yang bisa dipertimbangkan. Michael 1. Dertounzo, misalnya, dalam Made In America, Regaining The Productive Edge (1990) menulis beberapa saran ke arah pencapaian produktivitas nasional Amerika Serikat. Masa depan pendidikan Reigeluth dan Grafinkle (1994) boleh-boleh saja mengangankan kinerja pendidikan dalam arti luas yang mengedepankan penggunaan instru- men berteknologi tinggi sebagai alat sesuai ciri abad informasi (information age). Namun, books as tools (buku sebagai alat) yang menjadi karakter istik paling menonjol dalam industrial age agaknya akan tetap kukuh. Sebab daya simpan buku terha dap ragam informasi lebih tahan lama dibanding tekn. logi semacam disket, hardisk, CD-ROM, microfilm, dan sebagainya. Kendati Menpen R Hartono sudah berjanji akan membantu mengatasinya, namun kenyataannya perundingan yang berlangsung antara PSP (Serikat Penerbit Surat Kabar) selaku konsumen dan APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) selaku pro- dusen, berlangsung alot. Menimbang hal-hal tersebut, produsen kertas hendaleya lebih arif memahami kondisi sulit yang dialami bangsa secara menyeluruh. Atau barangkali sudah saatnya pemerintah menghapus monopoli produsen kertas agar pasar berjalan lebih fair. Jika dalam jangka pendek pemerintah tidak mampu mensubsidi harga kertas mengingat fungsinya se bagai bahan baku yang sangat strategis bagi kepentingan bangsa dan negara, masih dimung- kinkan pemerintah mengunakan power sebaga mana seringkali diberlakukan untuk menekan Maka, beruntunglah sebuah bangsa yang dalam masyarakat sipil selama ini. Sasaran kali ini tentu Jika pada masa lalu pers hanya berfungsi sehatas perjalanan sejarahnya memperkokoh diri lewat saja adalah produsen kertas. Coba sajalah. olah berita, dewasa ini sudah sangat kompleks, buku. Berlomba-lomba menerbitkan buku seba- Salah satu di antaranya adalah sebagai media edu- nyak dan semutu mungkin sepanjang tahun. Sebut *) Penulis adalah staf pengajar katif dan referensi. Jika dibandingkan media lain saja Amerika Serikat, negeri itu setiap tahun mener- Agaknya, pihak produksen hanya melihat sisi bis nis semata tanpa memperdulikan kepentingan bangsa yang lebih luas. Padahal seperti diketahui, pers dewasa ini memiliki fungsi sangat strategis dibanding di masa lalu. FKIP Universitas Jember Khaerudin Kurniawan Dalam konteks seperti ini wawasan staf penga jar (dosen) ataupun mahasiswa tak hanya terbatas pada dunia kampus dengan sederetan atribut yang bernafaskan akademis-teoritis. Namun, hendaknya sudah menjamah pada dunia nyata masyarakat industri yang bernafaskan aplikatif dan business oriented bisa saja suatu program akademis atau aktivitas lembaga pendidikan tinggi harus memperluas dengan PT. Oleh sebab itu, kesan seolah-olah per riset dilakukan bersamaan atas permintaan atau cakrawala garapan dalam bidang sains, teknologi, guruan tinggi dan kalangan industri berjalan kesepakatan dengan masyarakat industri. seni dan humaniora. Malahan lembaga pendidikan sendiri-sendiri harus dihilangkan. Pihak perguru- harus membekali siswa/mahasiswanya agar lebih an tinggi seperti terlena dengan aktivitas rutinnya sensitif terhadap produktivitas, masalah-masalah di kampus melakukan kegiatan pendidikan dan praktek, kerja sama, kebudayaan, dan aspek bis pengajaran, melakukan kegiatan riset yang kadang nis. Ketiga, perlu digalakkannya pusat riset antar kala dikonsumsi sendiri, serta melakukan kegiatan departemen dan lintas sektoral dalam bidang pro- pengabdian pada masyarakat. Pihak PT seolah- duktivitas industri. olah enggan masuk terlalu dalam ke dunia indus tri, dan seolah cukup puas dengan posisi sebagai dihasilkannya "pemasok" tenaga kerja melalui lulusan yang Sedang di lain pihak, dunia industri pun serig memandang PT terlalu teoritis dan nonprot sedangkan dunia industri dengan landasan akti itas bisnis yang mengusung pada dunia produk tivitas, efisiensi, dan profit oriented. Inilah yang terkadang menjadikan dunia pendidikan tingg dan kalangan masyarakat industri seolah-olah berkiprah pada dunia yang berbeda. Lontaran harapan seperti pernah diungkapkan Menristek Habibie dengan perlunya PT berori- entasi ke pasar (market oriented ataupun garapan yang dicanangkan Mendikbud Wardiman melalui program link and match sebenarnya berpijak pada perlunya keterpaduan harmonis antara dunia pen didikan dengan masyarakat luas, termasuk masya- rakat industri. Pada gilirannya, diharapkan dapat memicu terwujudnya produktivitas nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. Di Amerika Serikat, proyek Lembah Silikon pusat pengembangan sains dan teknologi yang (Silicon Valley) di Santa Clara merupakan suatu dikembangkan Massachuset Institute of Techno- logy (MIT) dan Stanford University bekerja sama dengan masyarakat industri membentuk suatu komuniti atau masyarakat industri yang kuat. Dalam konteks nasional, gagasan seperti "Lembah Silikon" di Amerika Serikat ataupun Singapore Science Park di negeri jiran Singapura telah dirintis pula oleh kalangan PTN di Tanah Air, kendati dalam prototipe dan model yang berbe da. Dalam format lokal, misalnya, Politeknik Manufaktur Bandung (Politeknik Mekanik ITB) sejak beberapa tahun terakhir ini telah melakukan sinergisme PT dengan industri melalui terobosan production based education, yaitu suatu sistem dan metode untuk memenuhi tujuan pendidikan dan menutupi biaya melalui program pendidikan sekaligus juga produksi yang produknya dikontrol secara ketat sesuai dengan keinginan pesanan pihak industri. HALAMAN Melalui program ini, kekurangan dana bisa diatasi dengan menjual "hasil produksi dari prak tie pendidikan industri yang digarapnya. RP. Oleh karena itu, manakala saran Bank Dunia di atas agar ditinjau kembali subsidi yang diberikan ke PT, tak lantas memudark- an harapan pihak PT untuk berkiprah lebih aktif dalam produktivitas nasional. Hakikat permasalahannya adalah sudah saatnya IT melalui misi Tri Dharma yang diembannya dapat dikaji dan diap likasikan secara luas. Subsidi kepada perguruan tinggi (PTN dan PTS) secara bertahap bisa saja dikurangi. Namun, pokok persoalannya adalah sampai sejauh mana PT bisa melakukan berba- gai langkah "terobosan" melalui berba- gai kegiatan kreatif inovatif-produktif, sehingga kemandirian PT bisa lebih dib ina ke arah PT swadana. Bagi kalangan PT, jalinan kerja sama ini akan diraih berbagai manfaat antara lain: pengalaman untuk melongok perkembangan sains, teknologi Pertama, produktivitas nasional adalah suatu dan seni (Ipteks) di dunia industri, dan mengap kekuatan kualitas yang ditunjang oleh adanya likasikan teori dan konsep dalam situasi lapangan. kreativitas, kewirausahaan dan energi perseoran- Malahan dalam tataran tertentu, pihak PT bisa gan. Andalannya adalah perlu adanya keterpadu- memperoleh dana tambahan (additional budget) an yang kuat antara pihak industri, pemerintah bagi operasionalisasi kegiatan akademis ataupun dan sistem pendidikan, khususnya pendidikan atutnya ada keinginan untuk membuka kegiatan riset lainnya. Sebab, dalam sinergisme ini tinggi. Kedua, lembaga pendidikan khususnya diri dengan melakukan kerja sama Kran otonomi PT sudah mulai dibuka. Kalangan masyarakat industri pun sep 111/ . Mutrofin bitkan tak kurang dari 100.000 judul buku. Sama dengan Jepang dan Korea Selatan yang mener bitkan masing-masing sekitar 44.000 dan 43.000 Judul buku saban tahunnya. Agaknya mereka sangat sadar bahwa buku merupakan kunci segala kemajuan dan kecerdasan bangsa. Hal itu berati, masa depan pendidikan sebe narnya juga sangat bergantung kepada buku. Namun di negeri ini, dari kurang lebih 200 pener- bit anggota Ikapi, selama sepuluh tahun terakhir baru mampu menerbitkan sebanyak 24.250 judul buku. Artinya setahun arta-rata diterbitkan kurang dari 2.500 judul. Jika kambing hitam selama ini diarahkan kepada soal bisnis dan politis seperti maraknya pembajakan dan regulasi (balutan intru- mentasi hukum) yang sangat ketat; atau ditujukan ke hambatan lain seperti rendahnya minat baca al- bat lompatan budaya dari lisan-dengar ke visual (budaya lihat) tanpa melalui budaya baca, maka di hari-hari ini dan mendatang jumlah "musuh" buku akan bertambah, yaitu produsen kertas yang mematok harga sangat mahal. Dengan harga kertas yang semakin mahal, otomatis harga buku pun akan menjadi mahal. Di tengah krisis ekonomi yang demikian berat, daya beli masyarakat sudah berkurang. Akibatnya, jan- gankan membeli buku, mencukupi kebutuhan saja sudah sangat sulit. Karena produksi tak terbeli, akibatnya mudah ditebak. akan banyak pula penerbit buku, khususnya yang berskala sedang dan kecil mengalami kebangkru tan, gulung tikar. Lagi-lagi masa depan pendidikan nasional akan dikorbarkan. *) Penulis adalah staf pengajar FPBS IKIP Yogyakarta Nuwun Sewu Pengamat ekonomi asal UGM Revrisond Baswir meramalkan tahun 1998 bakal terjadi ledakan pe- ngangguran. - Kita hanya berharap jangan terjadi ledakan-ledakan lainnya... Pemilik usaha otomotif Sabar Motor asal Sukohar- jo, H Sabar Brotosuharjo, membangun mesjid ba gi masyarakat Balakan dan sekitarnya, Di Bulan Suci ini, menurut wewarah becik, amal dan bersedekah akan mendapat pahala berlipat. Siapa nyu sul H Sabar? Kang Mase-
