Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Solopos
Tipe: Koran
Tanggal: 1998-01-02
Halaman: 15

Konten


SOLOPOS, JUMAT PAHING, 2 JANUARI 1998 Cerpen M arwoto sama sekali tak pernah membahayakan-mimpi pun tidak-bahwa suatu hari dalam hidupnya bakal didatangi oleh lelaki yang telah menjadi simbol sukses orang sedesanya itu. Oleh warga desa Lemah Cemeng, lela- ki yang di masa bocahnya dipanggil Manyul itu telah dijadikan contoh ung- gul perjalanan derita panjang seorang anak tersia-sia yang akhirnya berhasil mengubah nasibnya. Ayah lelaki itu, Sonto Gento, adalah benggol kecu kon- dang pada zamannya, yang harus mati di tangan teman seperguruannya sendiri karena kesalahpahaman. Versi lain mengatakan, Sonto Gento mata karena melanggar melanggar piweling gurunya. Konon Sang Guru telah pesan, wanti- wanti, Sonto Gento boleh merampok ke mana saja asal jangan menyeberangi Kali Sawur, sungai kecil di sebelah barat desanya. Suatu hari, entah karena lupa atau sudah kepepet ia merampok saudagar yang tempat tinggalnya di desa seberang kali itu, Perampokan itu sendiri sebe "narnya cukup sukses. Bahkan sukses besar. Banyak harta-benda yang bisa dibawa. Tapi entah karena apa, (ada yang mengatakan karena pembagian yang tak adil), Sonto Gento dan teman meram- poknya terlibat pertarungan hebat. Hanya karena apes saja Sonto Gento yang sebe- narnya lebih digdaya itu bisa dikalahkan. Sepeninggal Sonto Gento, keluarganya berantakan. Jatun, isterinya yang mantan ledek minggat bersama lelaki yang diakrabinya belakangan, meninggalkan ketiga anaknya. Salah satu ya Manyul itu. Dua yang lain, anak pertama-laki- laki-dibawa pakde-nya transmigrasi ke Sumatera, sedang anak kedua-perem- puan-diambil seorang Lurah yang kelak dijadikan isteri keenam. Tinggal Manyul, si bungsu yang tak jelas nasib nya. Karena anak ini memiliki tingkat kenakalan yang luar biasa, hingga tak ada yang mau mengambil atau memeli- haranya. Pernah Manyul kecil diterima beker- ja di rumah Mbah Harjo Wiguno, man- tan lurah setempat, sebagai penggem- bala itik. Tapi jangan kata berkembang, jumlah itik itu semakin hari semakin susut karena hampir tiap hari disebelih nya satu persatu. Telurnya dicuri. Dijual ke pasar. Pernah Manyul kecil mencuri uang di kamar Mbah Harjo suatu malam, dan tertangkap tangan. Kebetulan malam itu, Mas Badri, putera Mbah Harjo yang jadi tentara pulang. Maka ia dibayangkan pemandangan berikutnya. Manyul mau tak mau harus rela dijadikan bola sepak kaki mas tentara yang kekar itu. Manyul rupanya merupakan pewaris utama tabiat sang ayah. Banar-benar darah-daging tokoh bromocorah. Diusir dari rumah Mbah Harjo Wiguno, ia ting gal di cungkup makam pinggir hutan. Malam hari dipakai bergerilya mencuri apa saja yang bisa dicuri. Ternak, barang barang, hasil bumi, pakaian. Tak ada yang luput dari incarannya. Hingga rem- bug kampung memutuskan, kejahatan Manyul harus dihentikan. Caranya? Ini yang membuat bulu kuduk yang tak biasa mendengar bergidik: Manyul hen- dak dihabisi dengan menenggelamkan nya di Kedung Langse. Tubuhnya Munawar Syamsuddin diikatkan pada satu batu besar kemudi- an dibuang ke kedung. Sungguh sadis, Tapi apa boleh buat. Peristiwa demikian bukanlah hal yang mustahil di daerah itu, di zaman itu. Ramadan Dalam tangis dahaga bayi Ismail kulangkahi kerikil-kerikil. Seluas-luas gurun Tadarus Begitulah Manyul hendak dihabisi. Marwoto yang menjadi tetangga ter- dekat keluarga Sonto Gento, tak tega melihat peristiwa sadis yang bakal menimpa diri Manyul. Betapa pun Manyul adalah sahabat karib Giman, anak sulungnya, yang jika saja Manyul masih bersekolah, akan sama-sama kelas lima SD. Maka secara diam-diam Marwoto mencari Manyul di persem- bunyiannya, di gubug dekat punden desa yang terkenal angker. Menghubungi Pak Guru Rahmadi, untuk memintanya surat keterangan sekolah. Dan terakhir mem- berikan bekal uang sekadar untuk jalan dan hidup beberapa hari, sebelum mem- intanya untuk pergi jauh malam itu juga "Aku tak tega melihatmu dilempar ke kedung dalam keadaan terikat. Nyul," desah Marwoto ketika itu, dengan suara serak. Mengandung pedih lapar langit Nabi Musa menyeberang nganga jurang. Pemburuan dendam firaun Terus menerus Aku usut tapak-tapak tilas Manyul pun pergi. Tanpa suara. Cuma matanya yang berkata. *** Rantai di hulu. Kujinakkan nafsu ke bulu-bulu tergeletak menjelmakan tobat. Di aeter kalbu Jejak-jejak yang culas Hilang sima. Tanpa bekas Semburat-semburat sinar kian jolas Telapak cahaya firman membekas Kini tiga puluh tahun berlalu. Desa Lemah Cemeng yang tergolong desa miskin dan ferpencil tiba-tiba seperti menggeliat dalam kegairahan baru. Ada seorang putera desa yang kini meraih sukses di kota besar dan masih mau ingat akan desanya, mau membangun desanya. Jalan kampung, sarana prasarana desa semua disumbang. Termasuk sumbangan-sumbangan yang Kemudian segenap birahi menjadi gairah suci hanya merindu rida-Mu. Allah. (1997) Sukses Daniel Tito 78 Lentik-lentik Bulu Mata Patah Andrik Purwasito depan. Kau harus punya target dan cara cara untuk mencapainya. Ini usia paling mengesankan bagi wanita. Di sanalah sega- la mimpi-mimpi ingin direalisasikan." "Mungkin saya hanya bisa bermimpi, Bu," C® bersifat pribadi. Kurang biaya sekolah, menderita sakit tapi tak mampu bero- bat, ingin kerja tapi tak punya modal, tak ada yang ditampiknya. Asal mau berkir- im kabar, lebih-lebih jika mau datang ke istana putera desa yang sukses itu di ibukota provinsi. Terus menerus Batin kubilas, Kugores-gores Pahlawan desa itu kini punya dua gelar, satu di muka dan satu lagi di belakang namanya. (Sekarang pun namanya bukan Manyul, tapi Bregas Sontoatmojo). Yang depan merupakan gelar S1, yang belakang gelar S2. Meskipun kedua gelar itu diperoleh dari Perguruan Tinggi Swasta dalam negeri yang pernah dik abarkan bermasalah, namun tak seorang pun warga desa yang memper- masalahkannya. Apalagi cuma oleh absah tidaknya suatu gelar. Yang penting bagi mereka adalah bahwa putera desa itu kini telah membuat keajaiban bagi desanya. Telah membuat semua mata memandang takjub dan berdecak kagum. Kemudian ayat-ayat makin deras Menggeletar di seluruh tubuh. Membakar ampas (1997) Tarawih Terhanyut-hanyut alun jauh lautan tarwih gelombang mukena busana putih-putih Marwoto tergopoh-gopoh menyam- but, begitu terlihat yang muncul dari mobil mewah itu adalah lelaki pahlawan desanya. Jiwaku torbuka cakrawala. Segar bugar nafas membentang mengembangkan layar Kian dingin bertambah senyap malam kusucikan Ramadan mengebor bulan-bulan Ke akar-akar batu karang- kutembuskan tetesan udara malam siang ke akar-akar batu karang kutembuskan tetesan udara malam Surga pun tinggal bayang-bayang ruhku kian menjelang Bayang tubuhku memuai Dijabatnya erat tangan lelaki berperut gendut itu dengan sikap dan ucapan hor- mat yang dalam. Sungguh ia tak mengi- ra bahwa lelaki itu benar-benar mau datang ke rumahnya. Tiga tahun yang lalu lelaki itu memang pernah datang ke desa ini, tapi dalam rangka peresmian jambatan kampung tak terdengar hing- ga sekarang. Cuma bantuannya yang masih terus terdengar. "Mad lho, Nak Bregas, waktu peresmi- an jembatan dulu itu saya sebenarnya kataku. "Pikiranku masih seperti anak-anak. Kadang aku takut menghadapi kehidupan yang semakin keras." juga datang, tapi tak berani mendekat. Habis Nak Bregas selalu berada di dekat Pak Bupati... "Lebih menakutkan lagi kalau wanita ter- lambat dewasa. Kukira kau wanita yang punya nyali dan percaya diri. Kau harus mencoba untuk bangkit dalam membuat perhitungan-perhitungan masa depan." Diwa menyulut rokok, lalu mengulungkan bungkusan rokok kepadaku. Sambil um aku menolaknya. Aku sangat laki perokok, sekarang aku berhada- buatan yang besar. Dengan usiamu kini, pan dengan seorang wanita dengan tem- ter adikanlah kemerdekaanmu untuk per- ber Tak apa Lik Mar. sekarang malah saya yang datang ke rumah Lik Mar," ujar lelaki itu dalam nada yang memancarkan kewibawaan. GUNUNGAN "Muji syukur dan terima kasih yang dalam. Tadinya saya tak percaya waktu Karmin, cucu saya, membacakan surat yang menyatakan bahwa Nak Bregas hendak mampir ke gubug saya. Ternyata benar mengerti. Inikah sebuah emansipasi seper- ti yang diceritakan Diwa kepadaku? Inikah hasil sebuah pergerakan untuk menyamakan hak antara laki-laki dan wanita? Tentunya, tidak. Sebab, zaman dulu nenek-nenekku "Ini malah tak sekadar mampir, Lik Mar. Saya betul-betul dari rumah hendak ke sini. Ini merupakan nadar, janji saya yang baru bisa saya laksanakan seka rang. Dahulu saya pernah ber-nadar, jika kelak hidup saya bisa mencapai sukses, saya akan sungkem kepada Lik Mar. Karena Lik Mar-lah yang dulu berani menyelamatkan saya, kalau tidak, entah apa jadinya. Mungkin tinggal dongeng tentang kisah Manyul si pencuri kecil "Ah, sudahlah. Lupakan itu. Yang pen- ting sekarang Nak Bregas sudah meraih apa yang dicita-citakan. Tentang apa yang saya lakukan dulu itu tak ada apa- apanya. Kecil saja, dibanding dengan apa yang telah Nak Bregas berikan bagi desa ini," tampik Marwoto halus Kedua lelaki itu berbincang akrab. Saling mengisahkan keadaan dulu dan sekarang. Menyambung sejarah yang koyak-koyak. Manyul allas Bregas Sontoatmojo tentang kisahnya mulai dari terlunta-lunta di kota besar hingga ngengerpada seorang Raja minyak lokal, disekolahkan, berjuang dengan ulet terus-menerus hingga mencapai sukses Marwoto tentang keadaan desanya yang barangkali masih tetap miskin jika tak muncul suatu keajaiban. Lelaki tamu itu pulang. Dan Marwoto tak mampu membendung husspan kegem- biraannya saat menerima hadiah televisi 14 inci komplit antenanya yang dipasang langsung oleh dua orang teknisi. Rupanya sebelum ke rumah Marwoto lelaki itu sempat mampir ke toko di pusat kota kabupaten. Marwoto mengantar dengan mata berlinang, sampai sedan mewah itu hilang di ujung tikungan. Malam hari rumah Marwoto nampak ramai, para tetangga datang, iku menon- ton. Marwoto, suami-isteri, nampak bang- ga dan bahagia. Juga Karmin, cucu yang saat ini masih duduk di kelas dua SMU. Yang mereka senangi tentu saja acara- acara hiburan. Tayangan dangdut, film silat, drama komedi. Cuma Karmin yang benar-benar memperhatikan saat tayan- gan berita. Cuma Karmin, saat penyiar yang can- tik itu mewartakan: "Enam tersangka kasus korupsi uang nasabah Bank Niat Golek Sejahtera (NGS) sebesar empat miliar rupiah kini ditahan di kantor Kejaksaan Negeri Kodya X. Sementara Drs BS MBA, Direktur Bank NGS masih terus dalam pengejaran. Berdasarkan hasil pemeriksaan tim Badan Pengawasan Keuangan setempat, uang yang dikorupsi oknum Direktur Bank "NGS' sebesar tiga miliar.….…... Cuma Karmin yang lantas terdiam. Tercenung. Lama. Sragen, November 1997 Alie Emje Dalam masjid kota Sunyi menetes di tengah kota Mengkristal hening di pucuk menara Tuhan, kerlip pelita jiwa Ditelan lampu-lampu Menciptakan berjuta-juta bayang semu Lirih suara tetes airmata Sangat rindu perjumpaan mesra Tuhan, masihkah berarti sebutir debu Takjub dalam dingin lantai rumah-Mu Sementara hari-hari belum juga terjaga Penyesalana pun bagai bah Tenggelamkan segala gairah studio emprak, 97 Diwa tahu aku kurang suka dengan rokok. Tetapi ia tidak peduli. Sesekali ia menyem- bulkan asap rokoknya dan berbicara dengan Aku mengangguk-angguk. Amat indah berapi-api. Sesekali Arga, anak Diwa berlar- bernar kata-kata itu kudengar. Meskipun ian menjemput di pangkuan Ibunya. Ia aku merasa kecil, namun aku tak merasa merengek minta permen cokelat. Diwa rendah diri berhadapan dengan wanita seper-menyuruhnya mengambil di Kulkas. Tetapi ti Diwa. "Pikiran-pikiran apakah yang telah aku tahu, maksud Arga hanyalah ingin cari merasuk dalam jiwa wanita muda di depanku perhatian Ibunya. Supaya Diwa memberi ini." pikirku sambil memandang Diwa yang tengah merenungkan sesuatu, Bicaranya lantang, kuat dan penuh gelora bagai pengacara membela kliennya. Aku sendiri merasa seperti seorang terdakwa yang tengah dibela. ke arah perhatian yang lebih di depan orang. Supaya ia merasa mendapatkan kasih sayang seorang Ibu. Diwa tidak mau beranjak, kecuali menunjukkan sesuatu dan menyuruh Arga untuk mengambil sendiri di tempat yang ditunjukkan dengan jari. Kebetulan saja aku membawa cokelat, buru-buru aku mengam- bil di dalam tasku dan aku ulurkan kepadanya. Kecemburuan dan narcissus budaya Bambang Sunarto sejajar dengan kesenian dari Barat. Sehingga, mendorong orang di sana-sini dalam usaha serius agar kesenian yang diproduksi dan dikembangkan oleh bangsa-bangsa Barat. Penjajah meyakinkan bahwa kerendahan budaya bangsa non-Barat mencapai tard sedemikian rupa. Agar bangsa non-Barat bersuka hati meneriam kehadirannya, dicipta politik etis "vocation civilisatrice (mengemban tugas mengadabkan) yang indah dan meyakinkan. Politik etis itu mengakar begitu dakun, meransang bahkan mem pengaruhi temperamen bangsa kita dalam banyak aspek nilai kebu dayaan. Sarjana Belanda macam H Baudet dengan bangga menga takan bahwa tugas seperti itu, katanya, telah berhasil membangkitkan bangsa-bangsa kulit berwama, termasuk Indonesia Mochtar Labis menyangkal bahwa "vocation civilisantrice telah banyak menolong bangsa Indonesia. Cukup terbukti bahwa berbo gai masalah nilai budaya kita kini masih tersisa "nilai yang menun jak inferiority complex Tentu sa dapat dipahami bila orang menyang ka bahwa itu aldihat dari provokasi kolonial bahwa kita masih fuarus mereka buat "beradab". Retorika "tugas suci" kolonial yang mem- peradablcan" telah membentuk temperamen sebagaian masyarakat kita. Di mata mereka, ekosisteri kultural kita yang non-Barat pun harus mengacu pada sistem yang berlaku di Barat. Sajak-sajak menyambut Ramadhan perlahan-perlahan melayang Kepada-Mu menjelang Allah-ku tersayang. Yang Maha Penyayang (1997) tidak string Dalam wacana budaya dan politik, kata adiluhung adalah idiom yang tidak pernah kita lewatkan. Ini istilah yang menunjuk karya karya kultural yang dimiliki bangsa kita sebagai karya yang berbobot "ad" dan "hihung" (dari asal kata luhur). Istilah adi mengacu pada pengertian lintwih atau memiliki banyak kelebihan, dan kihur berar- ti bermutu tinggi. Maka segala macam produk budaya yang lahir, tumbuh dan berkembang di negeri sendiri pun disebut kebudayaan adiluhung. Utamanya karya-karya budaya yang di sana-sini diberi sebutan Selanjutnya ia mulia memikirkan wirama sebagai konsep yang sej dengan istilah klasik Pernahkah terpikir mengapa karya-karya kita jar dengan matra dalam masik Barat. Birama 4/4 digunakan ilustrasi disebut klasik? Gending gending klasik, beksan atau joget klasik dan untuk memberi keterangan sesuai dengan matra musik Barat. Dari seterusnya. Mengapa dan dari mana asal-usul istilah klasik menjadi praktek-praktek penulisan para intelektual gamelan pada periode itu vokabuler bahasa yang mewakili kadar tertentu atas karya-karya untuk berpandangan baliwa gamelan mempunyai nilai dan pen- kita? Apa landasan antropolinguistiknya sehingga istilah asing ini mendekatan praksis yang sama dengan musik Barat. Memang, sejarah jadi istilah telonis dalam umumnya kesenian kita sehari-hari? penulisan gamelan yang lebih awnd tertlapat dalam bagian-bagian Serat Centhini yang ditulis awal abad XIX dan Serat Gulang Yarya, yang terbit pada akhir abad XIX. Namun, tulisan-tulisan itu begitu simpli- fikatif dari apa yang disebut dengan teori musik. Maka, orde sete lah Centhini dan Gulang Yarya adalah bahak baru dimulainya penulisan teori-teori gamelan yang lebih terfokus intensifikasinya. Gending klasik misalnya, seolah memiliki kaitan historis dengan istilah klasik dalam classical music yang hidup di negara-negara Barat. Terutama karya-karya yang tumbuh dan berkembang di Zaman Klasik, suatu periode kultural yang penunjukannya, meliputi juga musik, setelah Zaman Renaissance, Borok maupun Rococo. Hingga sekarang belum pernah ditemui tanda-tanda yang menghubungkan gending gending klasik dengan kenyataan musik klasik yang hidup, tumbuh dan berkembang di Barat. Istilah itu masuk dalam idiom karawitan Indonesia untuk menyakinkan bahwa gending klasik, sebagaimana halnya musik klasik Barat, adalah musik serius yang tidak sembarang orang dapat memainkan dengan baik. Kecuali, orang-orang yang tertatih. Demikian pula dalam hal menghayatinya. Tanpa bekal pengalaman musikal yang baik orang akan kesulitan menghayatinya. Di Barat pun orang juga menyadari baliwa karya-karya musik klasik di sana bukan termasuk musik sembarangan. Mereka makum musik-musik yang dilahirkan tiga orang komponis terpenting dari Zaman Klasik seperti John Starritz, Haydn dan Mozart adalah karya karya yang membutuhkan bekal ketrampilan dan pengetahuan garap yang memadai pula. Tidak peduli bentuk wadah ekspresinya berupa konserto viol, simfoni, kwartet, konser cello, sonata pano, trio piano, kwintet gesek dan seterusnya. tidak mengenakan busana atau paladan Jawa melainkan cara Belanda. Keakraban sedemikian rupa menggambarkan betapa kondis sosio-politis kerajaan Jawa, telah mencirikan diri dalam konteks kolo nial. Logikanya, Serat Sri Karangron yang ditulis pada 1912, menun- juk baliwa jauh sebelumnya keabrahan demikian telah berlangsung. Artinya jauh sebelum Serat Sri Karangron ditulis, kebudayaan Eropa telah menjadi salah satu bagian mapan dari adat istiadat di keraton Jawa Sumursam juga menegaskan bahwa pengenalan kebudayaan Eropa terjadi awal abad XVIII, sebagai akibat memuncaknya cam par tangan Eropa dalam kehidupan-kehidupan priyayi-priyayi Jawa Patut dikembangkan dugaan bahwa situasi scrab yang terjadi di keraton Surakarta itulah kenyataan praktek kolonial dalam rangka "vocation civilisatrice yang dicanangkan kolonial Belanda Asalkan komposisi yang dimainkan adalah karya-karya beridiom konvensional warisan dari zaman kebesaran tiga komponis besar itu, maka karya itu pun disebut sebagai karya klasik. Istilah itu rupanya mengawali usaha kita mensejajarkan karya-karya kultural di Indonesia setara dengan karya-karya bangsa Barat. Buktinya, kebanyakan cendekiwan budaya atas kesenian kita dalam menunjuk keadiluhungan seni selalu mengkaitkan dengan pengka tegorian istilah klasik. Upaya menyetarakan itu tidak mungkin tim bul tanpa didasari oleh pengalaman-pengalaman yang mengan- tarkannya pada kenyataan musik Barat secara baik. Malca, sejak kapankah persentuhan orang-orang pribumi dengan musik Baratmen jadi sedemikian rupa, sehingga merangsang mereka untuk sejajar dengan karya agung dari Barat? Sejak kapan cemburu itu menga jari bangsa ini menjadi narcissus? *** Bersamaan dengan itu para cendekiawan Belanda juga mulai mempelajari kebudayaan Indonesia. Sehingga atmosfir semacam ita mendorong tokoh-tokoh bangsa kita merumuskan kebesaran kul tural dengan berkembangnya penulisan dan seni termasuk tentang musik gamelan. Bermula dari Jasa Institut yang membuat sayem bara penulisan gamelan, makin mendorong usaha pendekatan analo gi gamelan dan praktek musik Barat. Komisi Pasinaon Nabuh Gamelan Radyapustaka memberi tugas pada anggotanya untuk menulis buku. Isinya, pengenalan dasar gamelan dan notasi geding berdasar sistem sollege musak Barat, termasuk dalam permakan ter- minologi dan garis matra yang lazim dipakai dalam musik Barat. Ki Hajar Dewantara pun tidak ketinggalan dalam mensejajarkan gamelan dengan analogi praktek musik Barat. Dalam bulamya Sari Swara (1930), menerapkan teori "pather"dalan karawitan memakai analogi konsep musik Barat. Perpindahan kunci atau konsep per- pindahan tonika ia gunakan sebagai acuan. Mengutip Serat Sri Karongron yang ditulis R Ng Purbadipura (1912) pada zaman pemerintahan Pakoe Boewono X (memerintah 1893-1939) di Keraton Surakarta, Sumarsam menjelaskan betapa corak kebudayaan Keraton waktu itu menunjukkan keakraban dengan kebudayaan Eropa. Penghormatan pada Raja tidak hanya oleh Waktu mengiris perjumpaan dan perpisahan apalah beda kama pantal perak penuh warna bebunga manis hingga lena waktu mengiris studio emprak,97 Triman Laksana Mengenang masa kanak-kanak Sambil melipat kertas menjadi perahu usia Menyusur kali aimya keruh airmata Gelisah terus beranak-pinak Menuju biru samudra kapan garis abadal cakrawala tertoreh di kening maha Tanda rindu setia HALAMAN 15 Sesungguhnya bumi, adalah sajadah panjang bakal menggelar tempat untuk bersujud bakal mengehalau segala dosa yang senantiasa Arga melihat cokelat di tanganku dengan mata berbinar-binar. "Thank you," jawabnya. "Your wellcome." jawabku refleks saja. Aku agak terkejut dengan jawaban berbahasa Inggris yang diucapkan secara spontan itu. Arga kelihatan senang menerima cokelatku. "Ada beberapa kegiatan di Amerika la menciumku sambil mengucapkan rasa Serikat. Kami akan melakukan serangka terima kasih lagi. Dia memandangku dengan ian seminar, program-program hak-hak wani- "Ibu mau kemana?" tanyaku polos sam- bil memandang wajah Arga yang manis itu. Istilah adikihung menjadi wacana budaya, karena telah terbukti (menurut anggapan yang pernah populer, balwa gamelan memil ki keseteraan dan kesejajaran aralogisnya dengan praktek dalam musik-musik Barat), Para intelektual waktu itu mensejajarkan bah wake-adiluhung-an gamelan sama dengan keklasikan musik Barat. Ini sempat menjadi "kredo" Ki Hajar Dewantara, sehingga beliau juga mengungkapkan kesejajaran gamelan dengan musik-manik gereja di negara Barat dalam membawakan rasa spritual. Dalam tingkat yang sophisticated, usaha pensejajaran musik gamelan dengan konvensi yang ada dalam musik Barat telah terakhir. Sebab, setelah periode penulisan yang dilakukan oleh Ki Sindurwarsana dan dilanjutkan Martopgrawit mulai dari kesadaran bahwa kesejjaran gamelan dengan Barat tidak seharusnya dibakulon seperti oleh tokoh-tokoh Java Institut. Sebab, gamelan normanya sendiri yang pendekatannya harus dengan gamelan itu sendiri. Setiap penjelasan yang menggunakan kerangka dan aralogi dari kon vensi daken inusik Barat, tidak pernah tergambar genuine sebenamya yang dimiliki oleh gamelan sebagaimana adanya. Martoprangrawit dengan pendekatan praktisurya mulai menyadari akan hal itu. Namun, dalam beberapa hal, Martopengrawit masih ter jebak pada simplikasi teori musik Barat yang sebelumnya diacu dari pendahulunya. Celakanya, setelah diluruskan "rumusan kebesaran kultural" seperti dilakukan oleh Martoprangrawit dengan cukup serius, kini tumbuh lagi inferiority complex di kalangan para komponis game- lan. Masih dalam rangka memurumuskan format kesenian adilahing mereka berusaha mensejajarkan karawitan dengan mošile pop yarig basisnya memang dari musik Barat. Mengeja namamu Sesungguhnya, gunung adalah sebuah janji- Yang harus mengerumuni setiap titik bentang bumi pada saat akan menentukan diri. Pada janjinya Musik pop dijiplak begitu saja dalam gamelan, tanpa mereka tahu bagaimana sesungguhnya konvensi musik Barat membangun estetikanya. Mereka kembali menengok Barat dalam intelektualitas yang amat konyol. Sungguh, keprihatinan kultural yang layak diratapi. juga perokok. Hanya saja, sekarang ini wani- tajam dan bertanya, "Do you like chocolate, ta dan juga studi banding di beberapa ta yang merokok bagiku adalah istimewa. Perlu ada keberanian untuk menyedot asap- asap polusi yang menyimpan puluhan bak- teri itu. Tante?" tanyanya. Aku menjawab "Of negara." course!. You are really beautifull girl." (Tentu saja, kau benar-benar gadis manis). nafas-nafas yang terbuka. Pada pusat bumi Sesungguhnya suara, adalah adzan panggilan untuk segera menjelang kehidupan ini kan kembali pada akhir, yang menutupi segala keberadaan yang ada Dengan sendiri. Di ujung cakrawala *) Penulis adalah seniman, staf pengajar Program Etnomusikologi, STSI Solo Sesungguhnya kematian itu, adalah satu, satu satu kembali menuju mengeja nama-Mu, yang tersimpan diatas gunung, didasar bumi, didalam suara adzan :Sepanjang jajaran panjang. Dengan nisan itu yogya 97 bermain-main sendirian di tanah, entah tak tahu apa yang tengah ia kerjakan. "Berapa lama?" "Kau pasti memikirkan tentang bagaimana Arga, jika aku meninggalkannya?" "Mungkin sebulan, mungkin lebih. la mengerti pujianku, lalu menempelkan Tergantung dari kegiatan yang akan kami lak- tubuhnya di sampingku. Ada sentuhan lem-sanakan. Kami punya waktu tiga bulan," but yang menjalar di tubuhku. Sentuhan Aku tertegun saja mendengarkan Diwa seorang anak yang haus akan kasih sayang seorang Ibu. Aku mengusap rambutnya, kubayangkan seperti anakku sendiri. Hatiku "Agaknya sekarang sedikit orang yang tergetar, kupandangi matanya yang bening. mau menjadi pejuang. Apalagi untuk men- berkata ringan, tanpa harus ada beban meninggalkan keluarganya. Aku mengangguk. Lalu Diwa melan- jutkan. "Itu sudah biasa. Sejak kecil kami ter- biasa berpisah. Ketika Bapaknya belajar di Eropa, aku berada di Australia bersamanya. Dia lahir di sana tanpa Bapaknya. Setelah kami tinggal di sini, ia sering aku tinggalkan pergi. Arga menjadi gadis mandiri. Dia mengingatkanku ketika aku masih kecil. jadi pejuang dalam pergerakan wanita. Untuk bahkan lebih dekat dengan Kakek dan Beberapa sentuhan tangannya kutanggapi Neneknya dari pada dengan kami." dengan tulus dan iklas. Dalam waktu yang teramat cepat, aku merasakan kehangatan seorang ibu. Demikian dekat perasaanku dengan Arga, seperti ada pulut (perekat) yang membuatnya menempel. Aku merangkul dan merayunya, la tampak mera- sa damai di dalam pelukanku. Diwa meman- dang dengan sentuhan seorang wanita. Tetapi aku tidak mengerti apa yang tengah dipikirkan Diwa. Kemudian Arga berlari ke halaman yang tidak terlalu luas itu. "Dia akan kutinggalkan untuk beberapa bulan," kata Diwa kepadaku. itulah kami bersatu dengan wanita dari selu- ruh dunia, agar ada perubahan-perubahan Aku tetap diam sambil mengangguk- dalam gender. Kami juga harus banyak bela- angguk. Air mataku tak dapat kutahan dan jar dari mereka yang telah dahulu perlahan-lahan meleleh. Segera kuhapuskan melakukannya," dia diam sejenak sambil sebelum ia menjatuhkannya di pipi. Diwa memandang jauh ke depan. "Semua ini melirik sebentar atas keharuan ini. Aku tahu memang membutuhkan pengorbanan." juga bahwa ada sentuhan yang kuat melan- da perasaan Ibu muda di depanku. Aku sung- guh tidak mengerti mengapa semua ini jatuh di hadapanku. Aku diam dan terharu. Diwa menghela napas panjang. Aku membayangkan apa yang bakal terjadi dengan Arga, jika Ibunya harus pergi selama tiga bulan. Aku tidak dapat membayangkan kesendirian yang bakal melanda anak seusia dia yang butuh belaian kasih sayang. "Betapa anak itu seper- ti ayam kehilangan induknya," kataku dalam hati. Sementara itu, ada sesuatu yang menyum- bat tenggorokanku. Sulit untuk mem- bayangkan kehidupan keluarga ini. Ini jauh, erbeda dengan keluargaku yang slalu penuh kehangatan. Arga memang tampak dewasa dari usia sebenarnya. la mandiri dan tidak terlalu ter- gantung dengan Ibunya. Aku melihat dia (Bersambung)