Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bernas
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-03-15
Halaman: 02

Konten


2cm 2. MINGGU-PON, 15 MARET 1992 Untuk wilayah Indonesia, VOC dalam perjalanannya menjadi kuat dengan kemenangan ekonomi dan politik. Ini setelah VOC mengalami kerugian yang kemudian pemerintah Belanda memberikan bantuan persenjataan, pasukan dan uang, dengan syarat: lebih banyak mencampuri kegiatan VOC dan memperoleh kedaulatan atas milik VOC di Indonesia. Sehingga, ketika kantor VOC masih di Banten, tahun 1609 diangkat seorang Gubernur Jenderal sebagai pejabat tertinggi VOC dan berkuasa di Hindia (Indonesia) yang waktu itu dijabat Pieter Both. Tindakan yang terpenting sekitar tahun itu, Pieter Both memindahkan kantor VOC ke Maluku karena merupakan daerah yang banyak menghasilkan rempah-rempah, terutama "si emas coklat", cengkeh. UTAMA Primadona, Benang Merah "Geger Cengkeh" Kini Menyengsarakan BILA merunut kembali sejarah Indonesia sekitar abad ke XVII, benang merah "geger cengkeh" masa kini dan masa lampau, ngan segala bentuk dan dampaknya, dapat terlihat. Sekitar abad itu, boleh dikata zaman perlombaan dan perebutan hegemoni perdagangan, terutama rempah-rempah dari Timur (termasuk Indonesia) di antara bangsa-bangsa Eropa, yakni Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda. Cengkeh, salah satu jenis komoditi rempah-rempah, atau lebih dikenal "si emas coklat", salah satu o-byek utama yang menjadi rebutan di antara bangsa-bangsa yang gemar menjajah itu. Zaman itu, mengharuskan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau gabungan perusahaan-perusahaan dagang Belanda untuk perdagangan Hindia Timur yang didirikan di Amesterdam tahun 1602 untuk masa 21 tahun, selalu diperpanjang. Sebagai badan swasta, VOC diberi piagam hak dagang monopoli oleh Pemerintah Belanda di daerah sebelah timur Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaes, juga diberi hak-hak kekuasaan raja dan kekuasaan pemerintah. Perkembangan VOC sekitar abad ke XVII itu, dengan disertai politik pecah belah, berhasil menempatkan dirinya sebagai "kekuatan penengah" atau "badan penolong" di tengah-tengah para penguasa pribumi yang bersengketa. Peranan menjadi terbalik, penguasa pribumi harus membayar upeti kepada VOC (di kalangan rakyat waktu itu disebut Kompeni) dalam segala bentuk. Misalnya, hak monopoli, kekuasaan atas wilayah-wilayah tertentu, dan lainnya. Sehingga, keberadaan VOC menjadi semakin longgar ruang geraknya untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku di antara saingannya, yakni pedagang-pedagang dari Portugis dan Spanyol. *** HAK monopoli VOC dalam tata niaga rempah-rempah di Maluku, dalam hal ini cengkeh, diantaranya kebebasan untuk menjual dihapuskan, atau memberantas semua bentuk perdagangan bebas. Petani hanya boleh menjual hasil tanaman rempah-rempahnya (cenkeh) kepada VOC. Harga penjualan ditentukan dengan harga murah. Pengawasan dilakukan ketat, dan tidak jarang Kumpeni mengunakan kekerasan. Monopoli VOC (Kumpeni) dalam tata niaga cengkeh di Maluku waktu itu, langkah-langkahnya tentu saja sangat mencolok. Terutama, apabila harga cengkeh turun, langkah VOC yang pasti selalu mencekik leher para petani. Karena, untuk mencegah harga cengkeh turun di pasaran karena kelebihan produksi, Kumpeni memaksa rakyat menebang pohon cengkehnya. Tindakan Kumpeni itu, tentunya menimbulkan perlawanan- perlawanan rakyat di berbagai wilayah di Maluku. Perlawanan terbesar rakyat Maluku terhadap Kumpeni, ketika Thomas Matulessy (Pattimura) berhasil membangkitkan gelora semangat juang rakyat maluku untuk mengangkat senjata dan secara serentak melawan Kumpeni. Perlawanan itu, berhasil memenjatuhkan Benteng Duurstade milik Kumpeni. Namun, akhirnya Pattimura gugur di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817. Meski demikian, pada akhirnya Kumpeni terpaksa harus menerima timpahan batu. Akibat penyakit korupsi di dalam tubuh VO-C, pemberontakan-pemberontakan pribumi, persaingan dengan bangsa lain (khususnya Inggris), menjadikan utang VOC semakin bertumpuk dan tak terpikul lagi. Lantas, VOC meminta bantuan pemerintah Belanda. Akibatnya, segala utang dan milik VOC diambil alih pemerintah Belanda 1798. Dan, berakhirlah sejarah VOC yang bagi rakyat Indonesia hanya berarti penggantian pemegang kekuasaan, dari badan swasta kepada badan pemerintah. (Ensiklopedi Indonesia 7, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Edisi Khusus, hlm 3844) (ria/sjw) "Suket Godhong Dadi Rewang" Suket godbong dadi rewang. Ini pepatah Jawa lama. Artinya, kurang lebih, kalau sesuatu dikelola dengan baik, barang tak berharga pun akan mendatangkan berkah. Agaknya pepatah ini benar sekali. Paling tidak Ny Hetty Soebagyo Hadinoto pengusaha taman hias di Jalan Timoho II Gg Krokot Yogyakarta, kini sudah merasakan berkah dari usahanya di bidang rerumputan. Wanita kelahiran Pacitan Jawa Timur 26 September 1924, yang dibesarkan di Ny Hetty Soebagyo Hadinoto Bogor ini, kini menikmati jenih payahnya dari usaha jual beli tanaman hias. "Ini bukan cita-cita saya, tetapi hanya sekedar hobby," ujarnya ramah. Apalagi kalau dikaitkan dengan latar belakang pendidikannya yang lulusan Sekolah Bidan di Bogor, usaha tanaman hias itu sangat jauh. Untuk mengabadikan nama keempat anaknya, Bu Bagyo memberi nama ASMUKITA sebagai nama perusahaannya. "Itu singkatan dari Asnowo, Mumuk, Luki dan Dita," katanya. Keempat anaknya hasil perkawinanya dengan Dr Soebagyo Hadinoto kini sudah sukses dalam pendidikan. Bahkan tiga cucunya kini sudah hampir menyelesaikan sekolahnya di perguruan tinggi. Menekuni bidang pertanaman, menurutnya memerlukan perhatian yang sangat tinggi. Sebab masing-masing tanaman berbeda karakternya, sehingga cara perawatannya pun berbeda-beda. Walau di perusahaanya sudah ada 29 orang karyawan, namun Bu Bagyo masih memerlukan untuk tetap turun ke lapangan. Karena usianya yang sudah mencapai 76 tahun, mantan guru senam ini mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang. "Dulu waktu sekolah di HBS (Holland Burgerlyke School) Bogor, setingkat SMA, hanya ada dua yang kulitnya hitam. Satunya saya, satu lagi anak seorang bupati," katanya. Bibit cinta tanaman, agaknya dimulai dari sekolah ini juga. Seorang guru Botaninya berkebangsaan Belanda, kata mantan asisten apoteker ini, selalu menekankan bagaimana kegunaan tanaman. Bahkan saat ujian akhir, sebagai salah satu persyaratannya para murid harus mengumpulkan 400 jenis tanaman. "Lengkap dengan nama ilmiah dan nama populernya. dalam bentuk herbarium," kenangnya. Walau sesungguhnya pengenalan akan berbagai jenis tanaman sudah dilakukan ayahnya, sejak Bu Bagyo masih kanak-kanak. Cerita menarik dari Bu Bagyo juga muncul saat Indonesia dikuasai Jepang. "Saya benci sekali dengan Jepang. Tentaranya, waktu itu suka mencari cewek. Saya kemudian sekolah di sekolah bidan yang seluruh siswanya diasramakan. Jadi aman," katanya. Kebencian terhadap penjajah Jepang itu masih terkenang hingga kini. Sampai-sampai Bu Bagyo memberikan nama salah satu tanamannya dengan nama ller Jepang (air liur Jepang). Apalagi kedua saudara laki-lakinya, gugur pada masa revolusi, sulung dari empat bersaudara ini bertambah benci kepada penjajah. Pengalamannya mengikuti suami yang berdinas sebagai dokter dan sekaligus psikiater ABRI, membuat wawasan Bu bagyo tentang pelbagai jenis tanaman kian luas. Dari berbagai kota yang sempat ditinggalinya, ia selalu mengamati tanaman yang ada di daerah itu. Ijazah dari sekolah bidan dan HBS di Bogor, ternyata belum memberikan rasa puas terhadap wanita ini. "Setelah saya punya dua anak, saya masuk sekolah apotek di Yogyakarta sampai lulus," lanjutnya. Tak heran kalau ia juga mengatakan pernah menjabat sebagai asisten apoteker selama 15 tahun. BERNAS Karena usahanya membantu penghijauan kota, pada tahun 1982 ia memperoleh penghargaan perintis lingkungan dari Sri Paku Alam VIII. "Waktu itu di Yogyakarta sama sekali tidak ada penghijauan Lahan yang kami garap antara lain di tempat pembuangan sampah di Jalan Ahmad Jajuli," kenangnya. Lokasi yang dulu dikenal kumuh itu, sekarang sudah menjadi lahan yang segar, ijo royo-royo. Bahkan di tebingnya sekarang bisa dihiasi dengan taman. Kalau Anda sempat lewat di sana dan melihat ada tulisan rumput berbunyi Yogyakarta Berhati Nyaman, itulah salah satu karya ASMUKITA. (abl/tor) Tanaman Cengkeh an. AMAN memang selalu Penyangga dan Pemasaran men- Cengkeh (BPPC) yang notabene. diharapkan memberi angin se- gar, ternyata justru datangkan badai yang meru- sakkan. Angan-angan mereka yang sebelumnya membum- bung tinggi, kini jatuh ber- serakan. BPPC bagi mereka tak ubahnya VOC pada zaman pen- jajahan Belanda. berubah. Yang dulu baik belum tentu sekarang te- tap baik. Bahkan mung- kin malah sebaliknya. Demikian pula yang di- alami petani cengkeh di Kabupaten Temanggung, Pro- vinsi Jawa Tengah. Cengkeh mereka yang dulunya merupa- kan tanaman primadona yang menguntungkan, kini justru mendatangkan banyak kesulit- Bahkan boleh jadi, kini mere- ka mengalami trauma. Sehingga tanaman cengkeh yang dulu di- rawat seperti merawat bayi, kini mereka biarkan terbengka- lai. Mati karena kekeringan akibat kemarau panjang, dan sebagian lagi dibabat untuk diganti tanaman lain. Trauma para petani tersebut ternyata tak hanya karena faktor alamiah seperti musim kemarau panjang yang menyebabkan cengkehnya tak lagi menghasil- kan uang saja. Tetapi juga faktor yang datang kemudian, yakni birokrasi dalam menjual hasil panen mereka. Hal ini terutama dirasakan sejak musim panen tahun 1991 lalu. Adanya aturan tata niaga cengkeh dan munculnya Badan Semula petani menaruh ha- rapan BPPC bisa menolong me- nyehatkan harga cengkeh. Namun harapan itu sia-sia ke- rena ternyata sejak adanya lem- baga ini harga cengkeh justru menjadi tak menentu. Hal ini benar-benar sangat memukul mereka. BISNIS tanaman hias, meru- pakan bisnis yang tidak hanya mengandalkan modal, ketram- pilan, keuletan dan perolehan kesempatan pemasarannya, tetapi juga harus dilandasi cinta akan lingkungan. Salah satu pengusaha tanam- an hias yang bisa dikatakan sukses di wilayah DIY, adalah Ny Hetty Soebagyo Hadinoto. Kesuksesan Ibu Bagyo, demiki- an ia akrab dipanggil, semata- mata karena cintanya yang ting- gi terhadap lingkungan. "Saya mulai dari nol. Setahun setelah suami saya wafat, saya coba berjualan rumput Manila selebar 3 meter persegi, 10 pot krokot dan 3 pot rumput gajah pada tahun 1979. Bahkan modal pertama itu hanya kami peroleh dengan ngemis-ngemis ke te- man-teman yang sudah punya taman," katanya membuka raha- sia. Harapan petani kemudian disandarkan pada aturan tata niaga cengkeh yang diterapkan. Namun ternyata aturan ini ma- lah dirasakan semakin membi- ngungkan. Keluguan petani ternyata tak bisa dengan mudah memahami aturan-aturan dalam tata niaga cengkeh. Bernas/ria PRIMADONA Tanaman cengkeh bisa memberi keuntungan bagi pemiliknya. Tapi sekarang justru menyengsarakan petaninya. Pada awalnya, pengelolaan usaha tanaman hias bisa dita- nganinya sendiri. "Ya dari nyampur pupuk kandang yang bau itu, sampai siram-siram dan lain-lainnya, kecuali macul, saya kerjakan sendiri," tuturnya. Tetapi beranjak dari jualan rumput yang nilainya tidak lebih dari Rp 25 ribu inilah, sekarang Bu Bagyo mampu menyediakan lahan kerja bagi 29 karyawan/karyawatinya. Bisnis tanaman hias yang ke- mudian dinamai ASMUKITA itu juga mampu menyediakan mess bagi sebagian karyawannya. Cintanya terhadap tanaman dan lingkungan, diawali tidak hanya dari sikapnya sendiri. Mantan asisten apoteker ini memang dididik oleh orang- tuanya untuk mencintai tanam- "Terus terang kami ini orang bodoh yang tidak mudeng de- ngan aturan. Sehingga sekarang kami kebingungan kemana ha- rus menjual cengkeh ini. Ke KUD, harganya jauh lebih mu- rah. Kalau dijual ke orang lain, an. "Kalau kamu ingin bahagia sehari, makanlah. Kalau kamu ingin bahagia sebulan, kawin lah. Tetapi kalau kamu ingin bahagia seumur hidup, bikinlah taman," demikian falsafah hidup Bu Bagyo. *** MEMANG, berpegang pada falsafah ini, usaha Bu Bagyo berkembang. Kalau di awal usaha, ia masih hafal betul de- ngan jenis tanaman yang dia miliki, sekarang ia hanya mam- pu mengatakan ribuan jenis, untuk menginventaris jenis tanaman miliknya. Pemimpin Umum: Kusfandi Wakil: Mamak Sutamat na tidak diperbolehkan," keluh Misbah (54) petani dari Tretep Temanggung. BERNAS Pemimpin Redaksi: Abdurrachman Wakil Pramono BS, R. Subadhi Redaktur Pelaksana: Trias Kuncahyono, J. Roestam Afandi Wakil: Bambang Sigap Sumantri, Y.B. Margantoro, Sulaiman Ismail Manajer Produksi: Yusran Pare **** Sekretaris Redaksi: Ny. Arie Giyarto. Redaktur Tamu: Rizal Mallarangeng Penerbit: PT Bernas ISSN: 0215-3343 SIUPP: SK Menpen No 110/Menpen/SIUPP/A.7/1986, tanggal 22 Maret 1986. SEJAK dulu, petani memang menempati posisi pinggiran. Mereka hanya bisa memproduk- si tetapi tak punya kekuatan tawar menawar dalam menentu- kan harga jualnya. Sehingga mereka tak pernah luput dari keserba-sulitan. Ketika harga cengkeh mem- bumbung tinggi, pemerintah daerah lewat aparat desa-- menyuruh petani beramai-ramai menanam cengkeh. Padahal un- tuk menanam cengkeh sampai bisa memetik hasilnya ini butuh biaya banyak dan waktu yang panjang. Belum lagi perawatan khusus yang menyita tenaga dan pikiran. wat seperti merawat seorang bayi. Butuh pemupukan, penyi- raman, pembersihan dan lain- lain. "Karena saat kami menanam dulu, harga cengkeh berkisar antara Rp 9 ribu sampai Rp 10 ribu, saran untuk menanam cengkeh itu kami terima. Dan memang tahun 1980-an kami bi- sa menuai hasilnya dengan pu- as. Karena selain produksinya cukup banyak yakni 5 kuintal, harganya juga gutuk (sesuai yang diharapkan)," ujar Kas- mono (52), pemilik 100 pohon cengkeh. Apalagi, lanjut petani desa Kamirombo Jumo ini, pada ta- hun-tahun itu untuk menjual hasil panen begitu mudahnya. Para penampung selalu datang beberapa minggu sebelum masa panen tiba. Juga tak ada aturan petani harus menjual hasil ke KUD seperti dalam era BPPC sekarang ini. anaknya dan pergi naik haji," tambahnya. . Botani saya, seorang Belanda, sering meminta murid-muridnya untuk mengumpulkan berbagai jenis tanaman dalam bentuk herbarium. Tetapi tidak hanya KEJAYAAN cengkeh bagi me- reka adalah masa lalu. Masa kini merupakan permulaan "benca- na" bagi kehidupan mereka mendatang. Padahal, seharus- nya mereka bisa hidup sejahtera mengingat lahan di Tema- nggung merupakan lahan yang subur dan cocok untuk tum- buhan cengkeh. **** "Candiroto, Kaloran, Tretep, Jumo dan Kandangan merupa- kan daerah yang menjadi andal- an tanaman cengkeh. Para peta- ni di daerah itu mempunyai perkebunan khusus cengkeh, PENGGANTI - Cengkeh tak bisa diharapkan lagi, kini petani sudah menyiapkan tanaman teh sebagai pengganti. disamping yang ditanam pekarangan. Dan tanaman ini di Kembali Tanaman Nenek Moyang Untuk bisa memanen ceng- "Musim panen beberapa bu- lan yang lalu, cengkeh super keh, paling tidak petani butuh dalam kering harganya cuma Rp waktu lima tahun. Dalam masa tersebut pohon itu harus dira- 3 ribu, padahal sebelumnya Rp 5 ribu. Itupun cara menjualnya harus dengan prosedur yang berbelit-belit. Lalu musim panen nendatang harus turun berapa lagi harga jualnya?," kata Mar- sudi (45) warga Sidorejo Candi- roto. Pemimpin Perusahaan : A. Kardjono Wakil Bimo Sukarno. tidak akan mengganggu ling- kungan," ujar Staf Dinas Perke- bunan Temanggung, Joko Budi- arjo. Bahkan salah seorang petani desa Tembelong Candiroto, Sukardi, lewat tanamannya pernah meraih penghargaan Kalpataru tahun 1980. Karena cengkeh yang ditanamnya di- anggap telah menyelamatkan lingkungan. Sukardi pula yang mempelopori petani-petani la- innya untuk menanam cengkeh ini. Asmukita, Antara Bisnis dan Cinta Tanaman Harga jual beragam, dari asal mengumpulkan, murid juga yang termurah Rp 250 sampai wajib tahu, apa nama tumbuhan yang termahal Rp 250 ribu. itu, termasuk juga nama ilmiah- Dalam usaha melengkapi ta- nya," kenangnya. naman koleksinya itu, tak jarang Bu Bagyo harus berburu hingga Bogor, Bandung, Jakarta dan berbagai kota lain. Bu Bagyo tidak merinci bera- pa peningkatan penghasilannya. Tetapi ia hanya mengatakan, setiap bulannya ia bisa menyi- sihkan uang Rp 2,5 juta untuk menggaji seluruh karyawannya. "Lumayan, bisa untuk menyeko- lahkan anak-anak sampai sele- sai," akunya. Dan kini, dia beserta petani- petani lainnya merasa prihatin. Menunggu masa panen menda- tang, yang ada di benak justru kegelisahan dan kebingungan. Karena keadaan sekarang se- makin tak menentu, berapa harga dan kemana cengkeh itu harus dijual. Kesedihan para petani itupun bertambah, karena sejak akhir 1991 lalu kantor perwakilan BPPC Temanggung sudah ditu- "Para petani cengkeh di Te- tup. Mereka tak tahu, apanya manggung waktu itu umumnya yang salah atau siapa yang salah bisa berkecukupan hidupnya. sehingga harus mengalami "co- Mereka bisa menyekolahkan baan" itu. (als/ria) Rasa pesimis itu dialami ham- pir seluruh petani cengkeh. Pengalaman panen tahun lalu dengan harga yang benar-benar anjlok, benar-benar membekas. Merekapun semakin bingung, kalau hasil panen cuma bebera- pa kilogram, apakah juga harus menjual ke BPPC? "Kalau memang harus begitu, niscaya kami tak akan menda- pat apa-apa. Karena uangnya habis untuk biaya menjual. Ka- mi sama saja dengan kerja go- tong royong yang tak mendapat imbalan sepersen pun," keluh Wahono. Bernas/abi BISNIS-Ny Hetty Soebagyo Hadinoto di depan sebagian tanaman hias miliknya. Dari bisnis ini Ny Bagyo beroleh kebahagiaan dan keuntungan. Untuk mengelola usahanya itu, Bu Bagyo harus menyedia- kan lahan seluas 2000 meter persegi. Tetapi untung, dia sudah punya separuhnya, se- hingga sisanya tinggal menye- wanya dari tanah orang lain. Pendidikan yang dia terima di HBS Bogor, kota tempat ia dibesarkan, juga banyak mem- pengaruhi sikapnya. "Dulu guru "Lahan ini, sewaktu ditanami padi hanya menghasilkan uang Rp 15.000 sebulan. Tetapi ketika saya tanami rumput, ternyata penghasilan dari lahan itu jauh lebih tinggi," jelasnya. BANK Lippo Bank Sudirman Yogyakarta AC 787.30.0386,5, Bank Niaga AC 211.2078.2 BANK BNI '46 Rek No. 008561001 Yogyakarta, Rekening Dinas & Giro Pos: J 11848 Percetakan: PT Muria Baru Offset Yogyakarta. Isi di luar tanggung jawab Percetakan Alamat Redaksi/Tata Usaha : Jl Jend. Sudirman 52, Yogyakarta 55224 Telepon Semua Bagian: 61211 (PABX) Fax: 64062 Koordinator Bisnis: Bambang Trisno Manajer: Sirkulasi: Sugeng Hari Santoso, Iklan: Bimo Sukarno, Gunawan Wibisono (Wakil), Promosi: Indro Suseno, Keuangan: Daryono, Umum: Gunawan Wibisono, Personalia: Isnu Hardoyo. Tarif Langganan: Rp 9.000/bulan (7x seminggu) Tarif iklan: Berwarna Rp 3.000/mmk (minimum 1.215 mmk, Umum Rp 2.000/ mmk, Keluarga Rp 1.300/mmk, Kolom Rp 2.000/mmk (minimum 1x30 mm, maksimum 1x150 mm) Mini Rp 1.500/baris (minimal 3 baris, maksimal 15 baris). Semua ditambah PPN 10% Redaktur: Agoes Widhartono, A.Tavip Pancoro, Giyarno MH, Hari Budiono, Ireng Laras Sari, Putut Wiryawan, Rs Rudhatan, Sigit Setiono, Tatang Suherman. Staf Redaksi: Anggit Nugroho, Basili, Baskoro Muncar, Bambang Sukotjo, Daniel Tatag, Dedi H Purwadi, Endah Saptorini, Yuliana Kusumastuti, Krisno Wibowo, L B Indrasmawan, Mantoro FX, Nuruddin, Rr. Susilastuti, Suroso, Suryanto Sastroatmodjo, Sugeng Prayitno, Tertiana Kriswahyuni, T. Poerya Langga, Tarko Sudiarno, Waris S Haroen, Wineng Endah Winarni. Biro Jakarta: Budi Prasetyo, Drajat Wibawanto, Heroe Baskoro, J. Sutarjo, P. Sulasdi, Ries Mariana, Tonnio Irnawan, Yan Supriatna. Semarang: Urip Daryanto (Koordinator). Yupratomo Dwi P, Suherdjoko. Solo: Mulyanto (Koordinator), RHR. Sarjana BS. Purwokerto: Heru Prasetya. Biro Semarang: Jl. Menteri Supeno No. 30 Telp. 319659 Biro Solo: Jl. Slamet Riyadi No. 284 Telp. 42767 Biro Jakarta Jl. Palmerah Barat No. 33 Telp. 5483863, 5495359 (langsung), 5483008, 5490666, Ekt 4340, Fax: 5495360 PREDIKAT sebagai petani memang menjadikan seseorang harus nrimo ing pandum. Ka- rena itulah meski tanaman cengkeh semakin tak bisa diha- rapkan lagi, mereka tidak gegabah. Tidak dengan serta merta membabati cengkehnya dan mengganti dengan tanaman yang lain. Di tengah suasana "huru-hara cengkeh " yang men- jadikan petani penghasil sebagai pelengkap penderita itu, ternya- ta mereka masih bisa berlaku arif. cengkeh itu, antara lain, mereka Kearifan petani penghasil masih tetap memelihara tana- man cengkeh sebagaimana la- yaknya memelihara bayi. Meski harga cengkeh anjlok dua kali lipat sejak tahun 1989. Se- mentara itu, mereka masih te- kun mencari-cari tanaman pe- ngganti yang setidaknya sedikit dapat dipetik hasilnya untuk pendapatan utama setelah era kejayaan cengkeh usai. Dengan kata lain, petani tidak protes. Karena, mereka sudah biasa menderita. "Ya, saat ini warga desa kami mulai ban- ting setir. Tanaman peninggalan nenek moyang mulai kami be- nahi lagi. Memang harganya ti- dak sebesar cengkeh waktu har- ganya masih stabil. Tapi, ter- nyata tanaman peninggalan ne- nek moyang itu sedikit lumayan dapat mengganti untuk men- dapatkan uang tambahan kami," tutur tetua Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Ka- bupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.. Sementara itu, Tarmiji, salah seorang petani cengkeh di desa tersebut membenarkan ucapan tetuanya. "Kami memang ban- ting setir. Sejak tahun 1989/1990 tanaman peninggalan nenek moyang kami, yakni buah du- ren, mulai kami kembangkan lagi. Hasilnya cukup lumayan. Harganya rata-rata bisa menca- pai antara Rp 750 sampai Rp 1.000 per biji. Namun, tanaman HOBI mengumpulkan tanam- an hias, termasuk tanaman lang- ka itu, kemudian berkembang lebih jauh. ASMUKITA tak ha- nya menjual tanaman, tetapi juga menyewakan dan meneri- ma order pembuatan taman serta kursus pertamanan Usaha mendirikan lembaga kursus ini, menurut Bu Bagyo, bukan semata-mata untuk me- ngembangkan sayap usaha ASMUKITA, supaya bisa menge- ruk untung lebih besar. "Usaha jual tanaman hias seperti ini akhirnya banyak yang meniru. Tetapi dengan mendirikan kur- sus pertamanan, tak banyak orang yang meniru," lanjutnya. Sampai sekarang peserta di ASMUKITA sudah kursus sampai angkatan 54. "Setiap angkatan terdiri dari 13 - 15 orang. Mereka harus mengikuti pelajaran selama 32 jam. Jika absen, mereka tidak akan me- nerima sertifikat," jelasnya. *** Karena banyak menelorkan alumnus yang mandiri itu, ak- hirnya lembaga kursus perta- manan ASMUKITA itu diakui oleh Depdikbud. "Memang, banyak orang yang kemudian -BIMBING 1. Jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika adalah S=5,2 U Jawab U = S-S -4. Tentukan suku pertam suku ke -n dan suku ke-2 (5n²-4n)-(5(n-1)²-4(n-1)} = = (5n²-4n)-(5n² - 10n + 5 - 4n + 4) = -4n+ 10n + 4n+9 = 10n +9 = 5 (2n) +9 = 20n +9 atau U₂ = S₂ = San- U1 = a = 10.1+9 = 19 2. Bila f:x IMBINGAN Diasuh Oleh: Drs Radiyono Tentukan f¹ (5) 52x Jawab: f'(x) adalah fungsi invers dari f(x) f:x adalah 52, fungsinya f (x) = 52x = 52x = log 5 2x atau y log y cengkeh masih tetap saya pe- lihara," ujarnya, yang mengaku tiap panen cengkeh bisa meng- hasilkan tiga ton lebih. Menurut Tarmiji, juga dibe- narkan oleh beberapa petani lainnya, sejak tanaman cengkeh dikembangkan pertama kali di Kecamatan Kaligesing, yakni di Desa Kaligono pada tahun 1950-an, penduduk beramai- ramai menebang tanaman buah duien untuk diganti cengket.. Sedang tanaman cengkeh yang paling cocok ditanam di wila- yah Kecamatan Kaligesing dan saat ini masih tumbuh subur, masing-masing di Desa Kaligo- no, Telogo Guo, Pandanrejo, Tawangsari dan Desa Samiga- we. Untuk Desa Galigono sendiri, kata salah seorang petani ceng- keh lainnya di sana, di Dusun Klesem yang kini berpenghuni 93 KK, produksi cengkehnya bi- sa mencapai 30-40 ton sekali panen. "Pada masa kejayaan cengkeh, tahun 1970-an sampai awal 1980 yang harganya bisa mencapai antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu, banyak peta- ni di sini yang bisa menyekolah- kan anaknya sampai ke tingkat sarjana," ungkapnya. Namun, lanjut petani yang malu menyebut namanya itu, saat ini petani di wilayah Kali- gesing benar-benar sedang di- susahkan oleh cengkeh. "Ba- yangkan, menjelang hari Leba- ran ini, harga cengkeh terus anjlok, maksimal Rp 6.000 per kg. Untung ada tanaman tingga- lan nenek moyang. Sehingga bisa menambah pendapatan," ujarnya. TANAMAN peninggalan ne- nek moyang yang cocok di- tanam di wilayah Kaligesing, menurut tetua Desa Kaligono, antara lain tanaman buah duren, duku, kokosan, langsep, ma- nggis, rambutan, petai, dan lainnya. Tanaman tersebut, sebelumnya memang pernah *** Tetapi sewa menyewa tanam- an seperti itu bukan tanpa ken- dala. Bahkan usaha itu pernah merepotkan Bu Bagyo. "Waktu itu saya belum tahu kalau ada tanaman yang tidak tahan AC. Sehingga beberapa tanaman yang ada di gedung ber-AC menjadi cepat layu. Sehingga mendorong saya berfikir kreatif bagaimana bisa mencari tanam- an yang tahan AC," lanjutnya. Adapun biaya sewa per pot untuk satu bulan seharga Rp 5000. "Tetapi untuk pot meja, kami sewakan Rp 2000 per minggunya," jelas Bu Bagyo. Untuk memberikan layanan yang memuaskan bagi pelang- gannya, masing-masing akan diganti tiap dua minggu BELAJAR log y X f-¹ (5) = 2x log 5 = (log y) / mendirikan kursus semacam ini, tetapi biasanya mereka tak ber- tahan lama," kata Bu Bagyo. Karena bicara soal bisnis, ma- Selain menjual dan menye- ka unsur untung dan rugi men- wakan tanaman serta membuka jadi hal yang sangat penting. kursus pertamanan, ASMUKITA "Kalau soal untung rugi, ya juga melayani pesanan pembua- sama saja dengan mereka yang tan taman. Baik taman dalam majang dagangannya di pinggir ruangan maupun di luar ruang- jalan itu. Tetapi bedanya mung- an. Bisnis ini berjalan beriringan kin jika kami pas rugi, bisa dengan bisnis jual beli tanaman ditutup dari penghasilan penye- dan sewa tanaman pot itu. lenggaraan kursus pertamanan ini," kata Bu Bagyo sambil men- jelaskan bahwa setiap peserta kursus membayar antara Rp 30.000 sampai Rp 75.000. Tarip untuk membuat taman antara Rp 15.000 - Rp 25.000 per meter (perangkat lunak) dan Rp 65.000 - Rp 75.000 un- tuk perangkat kerasnya. "Selain Selain itu, lanjutnya, pemin- membuat taman, kami juga jaman tanaman dalam pot kepa- menerima order memelihara, da instansi atau lembaga yang merenovasi atau merestorasi membutuhkan, juga ikut me- taman," kata Bu Bagyo. langgengkan usaha ASMUKITA. "Sekarang ini sudah ada 13 bank dan dua kantor pemerin- tah di Yogya yang menyewa tanaman pot dari kami," jelas- nya. *** (2log y) = (log Y)/ (log 52) 25 log y 25x 50g Vx 5.0 V5 (1/2) 3. Jika log logx = log (3-(1/2) log mereka tinggalkan karena ga- irah menanam cengkeh yang dimulai sejak tahun 1950-an. Sehingga, tanaman itu hanya menempati pada urutan tanam- an tumpangsari. Sedang ceng- keh, waktu itu mereka tempat- kan sebagai tanaman primado- na. "Tanaman tinggalan nenek moyang kami itu, saat ini mulai dibenahi kembali oleh warga desa kami. Karena, sepertinya pada tahun mendatang tanaman cengkeh sudah tak dapat diha- rapkan lagi untuk penghasilan utama di desa kami. Namun, kami akan sangat bersyukur bila harga cengkeh suatu ketika bisa kembali stabil, sebagaimana layaknya sebelum ada KUD," je- las tetua Desa Kaligono, yang mengaku ikut merintis pengem- bangan tanaman cengkeh di wilayah kecamatan Kaligesing di tahun 1950-an. Memang, para petani ceng- keh di desa-desa di wilayah Kaligesing yang cocok ditanami cengkeh, tidak gegabah dalam menanggapi anjloknya harga cengkeh tersebut. "Jadi, kami tak begitu saja ingin memusnahkan tanaman cengkeh yang kami pelihara berpuluh-puluh tahun. Namun, kami beralih kembali memeliha- ra tanaman peninggalan nenek moyang di tanah-tanah yang masih kosong. Sedang tanah di sele-sela tanaman cengkeh, saya ternak). Lumayan, bila dijual tanami HPT (hijauan pakan bisa laku Rp 500 per bronjong," jelas Karjono, petani cengkeh asal Desa Kaligono yang kini memiliki lahan satu hektar. Perintisan membenahi kem- bali tanaman peninggalan ne- nek moyang di Desa Kaligono dan desa-desa sekitarnya yang dimulai sejak tahun 1989/1990, menurut tetua di desa tersebut, digerakkan dengan sistem ari- san. (ria/sjw) Bernas/ria sekali. "Yang penting, tanaman harus selalu segar," katanya Bu Bagyo memberi alasan. SEPERTI seorang guru yang secara tulus membagi ilmunya untuk murid-muridnya, demiki- an juga dengan Bu Bagyo. la tak mau memakai ilmunya un- tuk diri sendiri. "Saya ingin menularkannya kepada ibu-ibu yang lain, terutama rasa mencin- tai tanaman," lanjutnya. Ia juga pernah memberikan penyuluhan tentang pertamanan di beberapa Karang Taruna di Kodya Yogyakarta. "Akibatnya, order membuat taman ke AS- MUKITA turun drastis. Tapi tak apa, sebab mereka masih me- nyewa dan membeli tanaman pot dari kami," ujarnya seraya terta- wa. (abi/tor) Untuk menularkan usahanya menyediakan waktu untuk ber- ini, ia tak sungkan-sungkan bagi ilmu dan pengalaman de- ngan hampir seluruh unit Dhar- ma Wanita di Kodya Yogyakar- ta. x) + 2 dengan bilangan pokok 2, hitung x² + 4 Jawab 210g 2log x 2 log x 3²logx x² + 4 = 2log (3-(1/2)² logx) + 24 2log 4 (3-(1/2) 2 log x) = 2log (12-2logx) = 12-2² log x = 12 20g x = 4 X = 2¹ = 16 = 16² +4 = 256 +4 = 260 PUSAT BIMBINGAN BELAJAR TERPADU TANAH MERDEKA LES: SD, SMP & SMA IJIN DEPDIKBUD: 225/1.03/H.1990 solo: plaza purwosari b.15-7/c 16-19 phone: (0271) 47585 Kepada pembaca yang memiliki problem mengenai bimbingan belajar, kini terbuka kesempatan untuk memperoleh jalan keluar atas problem-problem itu. Kirimkanlah surat anda ke Bagian Iklan BERNAS atau ke IMKA Plaza Purwosari B5-7/F11-20 Telp. 47585 Solo. Anda akan memperoleh jawaban yang sebaik-baiknya dari IMKA. ETA Stand Meja Gam BAGI mahasiswa arsit merupakan kebutuhan m yang kecewa lantaran sta sesuai dengan kebutuhan produk barunya berupa sekaligus fungsional. Star T04 dan T05) ini dilengk magtop ukuran 90 X 120 dipasangi board kaca do- menaik-turunkan dan me kita cukup memutar 1 km Putro Mulyo, Jl C Simanj Paragraf, Jl Urip Sumoha Rp 85.000 - Rp 225.000 F Rp 55.000 (melamin) dan (tor) Color Rendition Chart Tipe T04 Mesin Jahit der Tipe 974 karena panjang setiknya bisa menjahit bahan ya penggunaan benang ya dan 974, bisa digunaka lebih rapat dan seragam tinggi, sehingga Anda b kain tebal (denim) seka ini dilengkapi dengan s penyetelan besarnya se otomatis. Jika Anda tert. Harapan, Jl. Jend. A. Ya (tor) Karpet Nomad mampu mena Nomad, Menjag APAKAH Anda perna tanah bisa terbawa mas pintu masuk dalam 20 Matting 3M berupa Nom akan menghentikan kot Sebab dengan konstruk bisa menjebak debu de membalik, mengguncar kotoran lumpur dan sem dan kering dengan cepa ini maka penampilan se dan mengurangi biaya didapatkan di CV Multi Yogyakarta 55281. (tor) They had it They Just built it CH PATRICK DEMSEY RIC HARI INI Mataram DELAY & CENTRAL AL- 10.00 1445-17.03 19.15 21.30 Catatan - 1000 14 45 1700 19.15 21 30 REGENT- SOLITA CENTRAL AL 10.30-15 15 12.30 19.45 22 00 HARI INI YOGYA BOLS & CENTAC 10.00-15.00-17.00 19.00-21.00 President 10.30-17.30 19.30-21.30 Romantika cowok lugu menggaet cinta putri konlomerat Desy Ratnasari Paramitha Rusady- Am HARI Widy INI CENTRAL AC 11.00-15.00-17.00 19.00-21.0 JULIA ROBERTS MYSTI