Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bernas
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-05-06
Halaman: 04

Konten


2cm 4. RABU KLIWON, 6 MEI 1992 OPINI Bangsa Maju, karena Membaca SERING kita mendengar keluhan kurangnya minat baca di kalangan masyarakat. Termasuk kalangan mahasiswa dan pelajar SMTA. Bahkan di kalangan para dosen dan sarjana, kurangnya kegemaran membaca ini dirasakan pula. Mungkin salah satu penyebabnya dikarenakan harga buku relatif mahal. Sekali pun tentu masih banyak penyebab-penyebab lainnya. Sesungguhnya, minat baca yang kemudian tumbuh menjadi kegemaran membaca, diharapkan sejak anak berusia muda. Sehingga dalam keluarga atau lingkungan sekolah, membaca berkembang menjadi suatu kebiasaan. Tradisi membaca, punya peranan besar untuk memajukan kehidupan bangsa. Guru-guru di sekolah, diharapkan mampu memberi dorongan, motivasi dan rangsangan, agar anak suka membaca. Bukan saja terbatas pada guru yang mengajar bidang studi bahasa, tetapi juga yang lain-lain. Memang, sekarang pada tiap anak menerima rapor atau daftar nilai, tercantum kegiatan ekstrakurikuler, antara lain tentang kegiatan anak menggunakan buku perpustakaan. Tetapi kalau cara mengajar bidang studi yang seharusnya dapat diberikan dalam bentuk berkisah atau bercerita, seperti bahasa, sejarah, geografi-kependudukan, dan lain-lain, hanya diisi dengan serangkaian bahan hafalan dan deretan angka-angka, tidak mungkin dapat membangkitkan minat anak untuk membaca buku. Apalagi bentuk ujian, Ebta atau Ebtanas, saat ini jarang sekali memuat pertanyaan yang harus dijawab dalam bentuk esai. Memberikan pelajaran dengan cara berkisah, tanya-jawab, dan menceritakan kembali isi buku dengan cara yang menarik yang dilakukan guru, dan kemudian melibatkan para siswa untuk berekspresi secara bebas, umumnya sekarang tidak lagi dilakukan di sekolah-sekolah. Sehingga anak cepat lelah, dan minat anak tidak terangsang untuk mengembangkan bahan pelajaran lebih lanjut. Akibatnya minat untuk membaca buku, sebagai upaya atau kegiatan menambah pengetahuan, mendalami bahan bacaan atau menikmati isi bacaan untuk buku-buku sastra, hampir tidak ada. Kurangnya minat membaca ini, akan terasa akibatnya setelah anak masuk Perguruan Tinggi. Tanpa didukung kebiasaan membaca, sebagai cara paling efektif untuk menambah atau memahami bahan kuliah secara teratur, mahasiswa akan memiliki pengetahuan yang sangat terbatas. Kalau dulu dikenal adanya "mahasiswa diktat", sekarang banyak disebut-sebut "mahasiswa foto kopi". Perpustakaan umum yang jumlahnya sesungguhnya cukup banyak di kota-kota, dengan jenis bacaan dan judul buku yang memadai, acapkali sepi pengunjung. Jika ada beberapa kursi yang terisi, kebanyakan di antara mereka adalah para mahasiswa yang sedang mempersiapkan skripsi, untuk memenuhi syarat kesarjana- an dalam disiplin ilmu atau bidang studi tertentu. Ada tanda-tanda perpustakaan di lingkungan Perguruan Tinggi belum dimanfaat- kan secara maksimal oleh para mahasiswa. Tingkat kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa, selain diukur dengan jumlah mereka yang buta huruf, juga jumlah buku yang diterbitkan serta ragam judul yang terdapat di suatu negara. Selain itu ditentukan pula oleh adanya kebiasaan membaca di lingkung- an masyarakat, termasuk keluarga. Jepang dikenal sebagai bangsa yang paling besar memiliki minat baca dan kebiasaan membaca, di antara bangsa-bangsa di dunia. Sehingga berhasil mencapai kemajuan yang sangat pesat. Jika pada "Bulan Buku 1992" yang sekarang sedang berlang- sung, minat baca masyarakat dapat lebih dirangsang dengan bermutu, akan punya manfaat penerbitan buku yang murah cukup besar. Di sisi lain, banyaknya penerbitan majalah dan surat kabar dengan sajian reportase yang mendalam, memberikan optimisme akan berkembangnya minat baca. Satu pertanda, masyarakat Indonesia semakin cerdas dan maju. Kampanye di Filipina Memprihatinkan KAMPANYE di Filipina makin panas, walau bentuk kampanye itu sendiri sudah diusahakan hanya dengan hiburan dan bukan pengumpulan massa. Persaingan antara kubu para kandidat Presiden, Fidel Ramos (kini Menteri Pertahanan) dan Ramon Mitra (Ketua Kongres), tampaknya sudah memasuki tahap saling memojokkan agar lawan dapat ditendang masuk kotak. hequr Ini terlihat setelah beberapa pendukung Ramos menyerbu ke percetakan pers di gedung legislatif, dan menemukan berton-ton selebaran kampanye Mitra. Pihak Ramos lalu menuduh lawannya itu menggunakan percetakan milik negara untuk kepentingan pribadi, dan Mitra disebutkan sebagai tak pantas untuk dipilih menduduki jabatan tertinggi. Pemilunya sendiri direncana berlangsung tanggal 11 Mei nanti. NEGARA terdiri dari 71.000 pulau yang pernah dijajah Spanyol 333 tahun dan Amerika Serikat 48 tahun itu merdeka 4 Juli 1946. Menurut konstitusi baru yang disahkan 1987, di negara yang konon penduduknya banyak yang berasal dari Indonesia dan Cina itu, seseorang hanya boleh sekali menduduki jabatan presiden yang lamanya enam tahun. Pemilu kali ini juga untuk memilih para anggota kongres, dan pejabat lokal. Filipina menerapkan sistem demokrasi liberal. Orang bebas berbuat neko-neko. Bahkan, pelaku kudeta macam Gregorio Honassan pun tidak dihajar habis-habisan. Semula, zaman pemerintahan Marcos, sistem itu terganggu karena pemberlakuan keadaan darurat yang dikatakan untuk mengatasi kerusuh- an/demonstrasi mahasiswa. Dari sikap lunaknya demikian tadi, Filipina kini masih rawan kudeta, dan menghadapi pemberontak komunis (National Democratic Front) serta separatis Moro (Moro National Liberation Front). Maka seringkali kalau ada kerusuhan, lalu pihak penguasa menuding bahwa biangnya atau pelakunya adalah anggota dua kelompok tersebut. TIDAK mengherankan kalau dalam keadaan seperti itu, kampanye menelan korban. Tercatat sudah 27 orang meninggal. Minggu lalu di Bacolor, 50 km utara Manila, seorang kandidat wali kota ditembak oleh tiga orang dalam suatu pesta dansa. Militer menduga, kerusuhan itu dilakukan pemberontak komunis. Apa yang terjadi di negara tetangga sesama ASEAN itu patut diprihatinkan. Adakah cara-cara kekerasan, teror, dan sebagainya itu baik untuk sekadar memperoleh pengaruh pada calon pemilih? Kalau toh pemberi suara, karena takut, terpaksa menuruti desakan yang menerpa dirinya, pastilah suaranya itu "palsu". Bukan suara hatinya. "Suara palsu" yang tidak terus ing ati, yang hanya artifisial, pada saatnya bisa berbalik menjadi bahaya. Salah satu contohnya juga terjadi di Filipina. Marcos yang disanjung-sanjung, bahkan dibuatkan patung raksasa selagi masih hidup, akhirnya ditolak dan diejek oleh rakyatnya sendiri dalam Revolusi Damai. Sampai sekarang jenazahnya terkatung-katung. KAMPANYE yang medahului pemilu, merupakan bagian dari proses demokrasi. Paham demokrasi itu sendiri mengacu kepada wewenang rakyat untuk mengurus negara, langsung atau lewat para wakilnya. Menyelanggarakan kampanye memang wajar-wajar saja di negara demokrasi asal sebatas adu konsep atau program kerja, pamer ketegaran/semangat, menunjukkan capability, dan sebagainya yang menggairahkan harapan. Yang tidak wajar adalah bentuk-bentuk teror, kekerasan, intimidasi, mendiskre- ditkan lawan politiknya, manipulasi keterangan atau data agar dipercayai, mengklaim sukses bersama seakan-akan hasil jerih payahnya sendiri, dan sejenisnya. Kita harapkan, mudah-mudahan kampanye di negara tetangga itu tidak kadelarung memperburuk situasi. BERNAS Pemimpin Umum: Kusfandi Wakil Pramono BS Pemimpin Redaksi : Abdurrachman Wakil: AM Dewabrata, R. Subadhi Redaktur Pelaksana: Trias Kuncahyono, J. Roestam Afandi Wakil: Bambang Sigap Sumantri, Y.B. Margantoro, Sulaiman Ismail Manajer Produksi : Yusran Pare Sekretaris Redaksi : Ny. Arie Giyarto. Penerbit: PT Bernas ISSN: 0215-3343 SIUPP: SK Menpen No 110/Menpen/SIUPP/A.7/1986, tanggal 22 Maret 1986. Redaktur: Agoes Widhartorio, Baskoro Muncar, Giyarno MH, Hari Budiono, Ireng Laras Sari, LB Indrasmawan, Putut Wiryawan, Rs Rudhatan, Sigit Setiono, Staf Redaksi : Anis Suryani, Anggit Nugroho, A. Tavip Pancoro, Basili, Bambang Sukotjo, Daniel Tatag, Dedi H Purwadi, Eddy Hasby, Endah Saptorini, Farid Wahdiono, Handoko Adinugroho, Herry Varia Deriza, Krisno Wibowo, Mantoro FX, Nuruddin, RHR Sarjana BS, Rr. Susilastuti, Suroso, Suryanto Sastroatmodjo, Sugeng Prayitno, Tertiana Kriswahyuni, T. Poerya Langga, Tarko Sudiarno, Urip Daryanto, Wineng Endah Winarni, Yuliana Kusumastuti. BERNAS Memahami Tingginya Suku Bunga Bank BISNI VALUTA ASI nerja industri perbankan kita. Gebrakan Sumarlin II yang me- wajibkan konversi giro sejumlah BUMN di bank-bank swasta de- ngan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menimbulkan krisis likuid- itas. Sedangkan Paket Februari yang mengharuskan dipenuhi nya persyaratan capital adequa- cy ratio (CAR), sebagaimana ke- tentuan Bank For International Settlement (BIS), memaksa in- dustri perbankan untuk menata kembali struktur permodalan- nya. Wahyu Widiarto TIDAK bisa disangkal bahwa sampai saat ini ekonomi kita masih saja dihantui oleh perso- alan kelesuan investasi akibat tingginya suku bunga bank. Pa- dahal sejumlah strategi telah diterapkan untuk menyiasati masalah itu. Sayang bahwa strategi terse- but lebih banyak menempuh "jalur imbauan", yang tidak mampu bekerja akurat. Sebutlah Konsensus Hilton. Pada mula- nya adalah imbauan Menkeu kepada kalangan perbankan un- tuk menurunkan suku bunga. Dan sekelompok pimpinan puncak dalam industri perbank- an sepakat menurunkan suku bunga secara serempak. Pada mulanya orang berha- rap banyak kepada konsensus itu. Sayang, kenyataan berbicara lain. Suku bunga memang sem- pat turun, namun kembali me- rangkak naik tidak lama setelah kesepakatan itu dihasilkan dan berlaku. Konsensus Hilton gagal total. Kegagalan konsensus terse- but menyiratkan adanya do- rongan yang kuat yang menaik- kan suku bunga ke titik yang lebih tinggi dibanding hasil kesepakatan di muka. Dan hu- kum-hukum pasar agaknya me- rupakan elemen yang paling menentukan dalam kasus kem- bali meningginya suku bunga. Artinya, equilibrium suku bu- nga saat ini memang semestinya tinggi. Sebab, kondisi pasar uang memang tidak memung- kinkan suku bunga turun lebih rendah lagi. Bagaimana kita memahami duduk perkara ini? Sejak 1 Juni 1983, otoritas moneter telah memutuskan un- tuk membuka lebih lebar pasar uang dalam negeri terhadap kekuatan-kekuatan pasar, de- ngan maksud untuk mengurangi distorsi ekonomi akibat pemba- tasan suku bunga (financial repression). Dan dengan Pakto 27 tahun 1988, pasar uang men- jadi begitu meriah oleh tumbuh- nya industri perbankan yang di- mungkinkan oleh penyederha- naan prosedur pendirian bank maupun perubahan statusnya. Hasilnya memang fantastis. Industri perbankan tumbuh pe- sat, dana masyarakat yang digali membengkak cepat. Sayang bahwa akhirnya pemerintah ha- rus menerapkan kebijakan uang ketat, karena deregulasi per- bankan yang dimaksudkan un- tuk mengurangi distorsi eko- nomi justru menimbulkan dis- torsi baru. Dana masyarakat yang berhasil dimobilisir ternya- ta dialokasikan ke sektor-sektor non-produktif dan tidak efisien. Inflasi melejit, ekonomi kita kegerahan. Dari sini kemudian banyak persoalan muncul melibat in- dustri perbankan dan pasar uang kita. Sebutlah Gebrakan Sumarlin II dan Paket Februari 28 tahun 1991 yang mengatur. pengawasan perbankan. Kedua kebijakan regulatif ter- sebut sangat mempengaruhi ki- Spread Membesarnya biaya interme- diasi dan profit margin yang di- Kado 70 Tahun Dick Hartoko Prudent banking Persoalan suku bunga adalah persoalan tarik menarik antara ADA beberapa hal yang sama antara Mochtar Lubis dan Pater Dick Hartoko. Keduanya sama- wartawan dan sastra- sama wan/budayawan. Keduanya sa- ma-sama tetap konsekuen de- ngan apa yang mereka yakini benar. Mochtar Lubis menghar- gai rasio, moral, dan kehidupan batin yang diungkapkan oleh kesenian. la menginginkan kemerdekaan individu yang adil di dalam kehidupan politik, sosial dan budaya (WS Rendra, 1992). Sedang Dick Hartoko, sede- mikian bersikeras untuk mem- pertahankan kebenaran dalam persepsi dan analisis atas beri- bu-ribu kasus: mulai dari hak asasi dalam pengertian interna- sional dan nasional, sampai per- soalan-persoalan sosial yang "kecil-kecil". Ja tiup kristal-kris- tal itu menjadi serbuk-serbuk karya-karya budaya, karya manusia, karya cinta kasih - yang oleh Emha Ainun Nadjib disebut sebagai "puisi". * Dari Buku "Tantangan Kemanusiaan Universal" YB Margantoro nusiaan universal, editor men- coba menawarkan, bahwa hal itulah yang menjadi "inti" buku ini. Hadirnya inti buku, tentu tidak berarti boleh mengabaikan isian yang lain. Buku ini ternya- ta tidak saja memberikan pe- ngetahuan, mengajak dialog atau merenung, tetapi sekaligus juga memberikan pekerjaan rumah bagi pembaca. Menurut Franz, zaman ideo- logi-ideologi besar yang mena- warkan keselamatan sekularistik dan memperlakukan manusia secara sektarian ("orang kita" - "orang asing") sudah lewat. Kini merekahlah fajar kemanusiaan universal yang pantas disambut gembira, tetapi sekaligus juga tantangan serius bagi agama- agama. Persamaan lain, dalam tahun ini keduanya berusia 70 tahun. Mochtar Lubis lahir tanggal 7 Maret 1922 di Padang, Sumatera Barat. Sedang Dick Hartoko la- hir tanggal 9 Mei 1922 di Jati- roto, Jawa Timur. Keduanya sama-sama pengageng majalah budaya tersohor di tanah air yang tetap hidup sampai kini, Horison (terbit pertama Juli 1966) dan Basis (terbit pertama 15 Agustus 1951). Mochtar Lubis memimpin Horison sejak awal, sedang Dick Hartoko masuk ke Basis tahun 1957. permintaan dan penawaran di pasar uang. Resultantenya ke- mudian menentukan seberapa besar setiap nilai keping mata uang harus dihargai. Dan dalam konteks ini, kita melihat betapa peran Bank Sentral menjadi be- gitu menentukan dalam pem- bentukan keseimbangan di pa- sar uang. Pemimpin Perusahaan: A. Kardjono Wakil: Bimo Sukarno yasan Obor Indonesia, 1992); dan Tantangan Kemanusiaan Universal Antologi filsafat, budaya, sejarah - politik & sas- tra, kenangan 70 tahun Dick Hartoko (terbitan Kanisius, 1992). Masyarakat pembaca buku di tanah air memperoleh kado is- timewa dengan kehadiran dua buku baru itu, dari ulang tahun Mochtar Lubis dan Dick Harto- ko. Kalau buku pertama berisi 96 karya Mochtar Lubis sendiri, sedang buku kedua berisi 31 karangan (dari 67 pengarang yang dihubungi), dengan editor Drs G Moedjanto MA, Drs B Rahmanto dan Dr J Sudarminta SJ. Buku kedua, meski bukan karya Dick Hartoko, namun bidang materi yang disajikan adalah materi yang selama ini digeluti penulis Tanda-tanda Zaman di Basis sejak Juni 1970 ini. Materi itu meliputi filsafat, budaya, sejarah-politik dan sastra. Dan gong dari kesamaan di Melihat judul buku ini diam- ulang tahun ke-70 keduanya bilkan dari karya Franz Magnis- adalah: hadirnya buku Budaya, Suseno yang menganggap Masyarakat dan Manusia Indo- Dick Hartoko sebagai kakak se- nesia -- Himpunan Catatan Ke- cita-citanya--, kemudian mem- budayaan Mochtar Lubis di baca isinya dan melihat keterli- Majalah Horison (terbitan Ya- . batan Dick Hartoko pada kema- Dari kedua buku dengan tebal 302 halaman dan 580 halaman itu, pembaca memper- oleh kesempatan untuk mem- perluas cakrawala yang dimiliki. Tantangan berat Judul buku Tantangan Ke- manusiaan Universal terbitan Kanisius Yogyakarta dengan bantuan dana dari Lembaga Studi Realino dan PT Gramedia Multi Utama ini, diambilkan dari salah satu tulisan di bagian filsafat, yakni Di Senja Zaman Ideologi: Tantangan Kemanusi- aan Universal karya Franz Mag- nis-Suseno. DARI ANDA Pengirim rubrik ini harap melampirkan fotokopi KTP atau identitas lainnya Pemulung Sayang, Pemulung Malang Tulisan itu memaparkan peristiwa dinikahkannya 30 pasang pengantin di Hotel Sari Pan Pasific Jakarta tanggal 29/4 Membaca tulisan Bernas hari yang lalu. Ketigapuluh pasang Jumat (1/5) berjudul Ketika Pe- pengantin itu berasal dari ka- mulung Nikah di Hotel Berbin- langan pemulung dan buruh tang, Saya Takut Memakai WC kasar. Acara ini merupakan Duduk, minimal saya bangga. realisasi bakti sosial Sari Pan Ternyata di zaman ini pun opti- Pasific yang memang berniat on to the poor belum menjadi membantu orang tidak mampu langka. untuk melangsungkan pernikah- Alamat Redaksi/Tata Usaha : Jl Jend. Sudirman 52, Yogyakarta 55224 Telepon Semua Bagian: 61211 (PABX) Fax: 64062 Pelaksana Pemimpin Perusahaan : Bambang Trisno Manajer Sirkulasi: Sugeng Hari Santoso, Iklan: Bimo Sukarno, Gunawan Wibisono (Wakil), Promosi: Indro Suseno, Keuangan: Daryono, Umum: Gunawan Wibisono, Personalia: Isnu Hardoyo. Tarif Langganan: Rp 9.000/bulan (7 x seminggu) Tarif iklan: Warna Rp 3.000/mmk (minimal 1.215 mmk), Umum Rp 2.000/mmk, Keluarga Rp 1.300/mmk, Kolom Rp 2.000/mmk (minimal 1x30 mm, maksimal 1x150 mm), Mini Rp 1.500/baris (minimal 3 baris, maksimal 15 baris). Semua ditambah PPN 10% BANK: Lippo Bank Sudirman Yogyakarta AC 787.30.0386.5, Bank Niaga AC 211.2078.2 BANK BNI '46 Rek No. 008561001 Yogyakarta, Rekening Dinas & Giro Pos: J 11848 Percetakan: PT Muria Baru Offset Yogyakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan Maka secara simultan, dua serangkai kebijakan yang lahir berurutan tersebut menyebab- kan setiap bank bersikap sangat hati-hati. Mereka menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent banking). Akibat Gebrakan Sumarlin II, suku bunga deposito naik seba- gai kiat mengeruk dana masya- rakat untuk menutup dana-dana BUMN yang disedot ke lemari. Bank Indonesia. Dari sini perso- alan mulai merumit. Suku bu- nga deposito yang meninggi berarti membesarnya biaya per- antara (intermediation cost), • Biro Jakarta: J Soetardjo (Koordinator), Marcel Weter Gobang (Sekred), Manuel Kaisiepo, Richardus Satrio Hutomo, Ferdinand Matita, Arief Sofiyanto, Doddy Barnas, Josef Umarhadi, Rochyati, Yosef Suhirno, Alex Palit, Ries Mariana, Herryanto Prabowo, Heroe Baskoro, Budi Purnomo, Ermansyah Rachman, Nanik Ś Deyang, Andy Pribadi, Ratih Prahesti Sudarsono, Drajat Wibawanto, Daryadi Pribadi, Tatang Suherman, Paulus Sulasdi, Victorawan M Sophiaan, Tonnio Irnawan, Sugiyanto, A M Putut Prabantoro, Yan Supriyatna, Agus Setyabudi, Waris S Haroen, Antonius Bramantoro. (Jalan Palmerah Barat 33-35, Jakarta 10270, Telepon: 548363, 5495359, 5483008, 5490666 (ext: 4340-4341), 5494999, 5301991, 5495077, 5495006, (ext: 300-3005). Fax: 5495360 Semarang: Yupratomo Dwi P (Koordinator), Suherdjoko, Heru Prasetya, Yohanes Agus Ismunarno (Jalan Menteri Supeno No. 30 Telp. 319659) Solo: Mulyanto (Koordinator), Joko Syahban Panggih (Jalan Slamet Riyadi No. 284 Telp. 42767) Purwokerto: Sigit Oediarto. yang berbuntut pada naiknya suku bunga kredit. Ketentuan CAR kemudian le- bih memperuncing masalah. Ke- tentuan ini mendorong industri perbankan untuk memperbesar profit margin guna memenuhi keperluan permodalan (equity). Celakanya, industri perbankan kita masih mengandalkan pen- dapatan bunga sebagai sumber utama cash inflow. Dengan de- mikian, naiknya suku bunga bu- kan hanya disebabkan oleh na- iknya cost of fund dari deposito, tetapi juga keputusan perbank- an menaikkan profit margin. Kekuatan rohani universal satu-satunya yang tetap berta- han di panggung dunia akhir abad ke-20 adalah agama-aga- ma universal. Apakah mereka akan menjadi pejuang pelestari- an warisan luhur mereka sendi- ri? Sebenarnya agama-agama justru terpanggil untuk menjadi pembela dan pendukung marta- bat manusia. Berdasarkan pers- pektif keselamatan yang sebe- narnya, yang mereka terima dari Sang Pencipta, mereka dapat memberikan bobot dan keda- laman pada cita-cita kemanusia- an universal itu, serta menga- mankannya terhadap bahaya ideologisasi. Pudarnya ideologi-ideologi keselamatan antara lain de- ngan bubarnya komunisme So- viet sebagai sistem kekuasaan ideologis paling mencolok abad ke-20 membuka kesempatan baru bagi agama-agama: Apa- kah mereka sekarang siap untuk menyadari dan memperjuang- kan warisan mereka sendiri, dengan bertekad untuk mem- perlakukan manusia dalam se- gala dimensi kehidupannya se- suai dengan martabatnya, tanpa diskriminasi, ataukah mereka kehendaki oleh industri per- bankan menyebabkan membe- sarnya angka spread yang meru- pakan selisih antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Dalam kenyataan, angka spread dipengaruhi oleh biaya operasi per unit deposito, keuntungan per unit deposito, cadangan wa- jib dan cadangan wajib untuk surat berharga jangka pendek. Komponen-komponen yang berpengaruh terhadap spread tersebut menyiratkan adanya pembagian "wewenang" antara industri perbankan dengan oto- ritas moneter. Industri perbank- an setidaknya mempengaruhi Bila dalam resepsi tersebut tiap orang menghabiskan biaya Akibat Gebrakan Sumarlin II, suku bunga deposito naik sebagai kiat mengeruk dana masyarakat untuk menutup dana-dana BUMN yang disedot ke lemari Bank Indone- sia. Suku bunga deposito yang meninggi berarti membesarnya biaya perantara (intermediation cost), yang berbuntut pada naiknya suku bunga kredit. spread melalui komponen biaya operasional dan tingkat keun- tungan per unit deposito; se- dangkan otoritas moneter mem- pengaruhi spread melalui rasio cadangan wajib (reserve requir- ement). reserve Logikanya, ketika requirement diturunkan dari 15 persen menjadi hanya 2 persen saja melalui Pakto 27 tahun 1988, angka spread mestinya tu- run. Artinya, ada korelasi positif antara keduanya. Namun, bu- kan itu saja. Deregulasi perban- kan tahun 1983 mestinya ikut juga menurunkan spread, kare- na bank-bank dituntut untuk akan sekali lagi gagal menyam- but panggilan sejarah dan mela- rikan diri ke dalam sikap nega- tif, egosentrik, sempit dan tertu- tup? Jawaban atas pertanyaan itu, menurut Franz bukan masalah teoritis, melainkan ditentukan oleh sikap yang kita ambil sen- diri. Kita ditantang apakah mau betul-betul merealisasikan po- tensi keagamaan kita. Tidak hanya pada bagian filsafat (dan budaya, serta seja- rah-politik) saja kita bisa "bela- jar" untuk meningkatkan kuali tas kemanusiaan kita, tetapi juga pada bagian sastra. Misalnya tulisan Drs C. Bakdi Soemanto SU, pengajar Fakultas Sastra UGM Yogyakarta, tentang Peno- kohan Tragik dalam Cerita Pendek A Friend in Need ka- rangan W.S. Maughm. Bakdi Soemanto menyadari, William Somerset Maughm (1874-1965), seorang pengarang berkebangsaan Inggris, memang belum pernah diusulkan untuk memperoleh hadiah Nobel. Na- mun menurut penulis budaya di Bernas (dengan tokoh Lik Kupi- ngan di Bernas Minggu) ini, Maughm cukup penting kedu- dukannya bagi perkembangan sastra dunia. Dan justru karena ia belum banyak dikenal di In- donesia, karena karya-karyanya belum banyak diterjemahkan ke dalam bahasa kita, perlu kiranya salah satu cerita pendeknya dibahas dalam kesempatan ini, untuk memperkaya pengalaman sastra kita. lebih efisien dalam menggu- nakan dana-dana operasional. Kenyataannya, sejak 1983 sampai 1986, nominal spread menaik karena bank-bank tidak. lagi mendapat subsidi suku bu- nga. Akibatnya, industri per- bankan dibebani biaya modal (cost of capital) yang menaik. Catatan Bank Indonesia men- catat penurunan spread yang cukup besar setelah Pakto 27 tahun 1988, dari 4,3 menjadi 3,1 pada tahun 1989. Akan tetapi, dengan ketentuan CAR 12 per- sen dan ancaman likuiditas akibat penarikan giro BUMN oleh Bank Indonesia, spread Cerita itu mengisahkan seo- rang pengusaha kaya yang kan- tornya di Kobe tapi sering da- tang ke Yokohama, Hyde Bur- ton. Suatu ketika ia kedatangan seseorang, Lenny Burton, yang setelah berkawan akrab menya- takan permintaannya mempero- leh pekerjaan. Lenny yang sa- ma-sama ahli main kartu bridge seperti Hyde, memiliki keahlian lain yakni berenang. Meski kenyataannya di kan- tor Hyde tidak tersedia lowong- an berarti Lenny tidak akan Rp 500.000, ini adalah jumlah yang teramat besar bagi mereka yang dikatakan penghasilan rata-ratanya Rp 2.000 - Rp 3.000. Apakah tidak lebih baik bila uang sekian itu dialokasikan dalam bentuk lain yang lebih berkesan "memberi kail" daripa- da "memberi ikan"?. annya. Bagi penyelenggara acara ini, Hotel Sari Pan Pasific dan Yayasan Usaha Mulia Aba- di, saya ucapkan selamat! Sehubungan dengan tujuan yang hendak dicapai, saya perlu mempertanyakan beberapa hal. Hetty S Sumartono, Direktur Pemasaran Sari Pan Pasific me- ngatakan: "Tujuan kami juga Apalagi bila selesai pernikah- untuk memperkenalkan tradisi an para pengantin baru itu akan dan adat Indonesia melalui kembali hidup seperti semula. pengantinnya dan mempromo- Tidak ada perubahan apa-apa. sikan wisata". Jadi resepsi ini Bukankah kita merasa kasihan sekaligus dijadikan komoditi melihat mereka yang baru saja wisata bagi wisatawan asing. mimpi di siang bolong? Walau- Mungkin benar bila acara ini pun mereka diberi pesangon, amat menarik bagi wisatawan, saya kira tidak akan sebesar asing. Namun menurut saya, acara ini merupakan tontonan yang menyedihkan bila tidak boleh dikatakan tragis. Karena nyak orang yang dibantu? De- para wisatawan disuguhi ton- nan yang berupa wajah-wajah memelas, wajah orang yang gagap terhadap modernitas, bingung dan tanpa ekspresi kebahagiaan. yang digunakan untuk biaya pesta. Apakah tidak lebih baik dialokasikan kepada lebih ba- ngan demikian taraf hidup yang lebih baik akan dinikmati lebih banyak orang. Heru Markus Susilo Jurusan PBS Fakultas PBSI (91314059) IKIP Sanata Dharma Kedua, saya trenyub karena Yogyakarta. ketigapuluh pasang pengantin itu dihargai sebagai komoditi Rame-rame yang menarik, justru karena Soal KPO derajat mereka yang biasa di- anggap rendah, kumuh dan ndesa. Malah bantuan dan penghormatan yang diberikan kepada mereka terasa ironis. Mereka diangkat untuk tonton- an yang langka. Lebih jauh saya berfikir apakah wisatawan justru tidak bertanya-tanya tentang apakah pengantin dalam tradisi adat Indonesia adalah wajah- wajah yang memelas itu? yang layak saat ini diperkirakan sekitar 4 sampai 5 persen. De- ngan demikian, sangat logis jika suku bunga kredit melejit, se- mentara sebelumnya suku bu- nga deposito lebih dulu beran- jak naik. Dana menjadi semakin mahal, memang. Penutup Anggapan bahwa likuiditas perekonomian masih rendah adalah tidak terlalu meleset. Meski pernah disimpulkan bah- wa likuiditas membaik seperti ditunjukkan oleh ekspansi kre- dit, kemungkinan besar itu ke- liru. Sebab, hampir semua bank memperoleh apa-apa darinya - namun Hyde toh memberikan peluang. Syaratnya, Lenny ber- sedia berenang di seputar mer- cusuar hingga anak sungai Taru- mi yang berarus deras, dan Hyde akan menyemput Lenny di Tarumi, kemudian makan bersama dan membicarakan soal pekerjaan. Lenny yang menyatakan, jika ia tidak memperoleh sesuatu yang bisa ia kerjakan, lebih baik ia akan bunuh diri, memang jadi kenyataan. Lenny yang mati dalam arus deras itu sudah klop dan Hyde justru (merasa) berja- sa karena melaksanakan impian yang diimpikan penganggur berusia 35 tahun tapi tampak seperti setengah abad itu. Lenny mempunyai impian untuk mati, tapi yang tidak ia miliki adalah motif. Dan Hyde menyediakan motif untuk me- laksanakan gagasan mengerikan itu. Mengerikan sekaligus lem- but. Lembut dan sopan, seperti profil Hyde Burton. Sopan dan tidak kentara. Tidak kentara tanpa meninggalkan jejak untuk dilacak. Apakah Hyde adalah sehabat sejati untuk Lenny? Bagi Bakdi Soemanto, setelah melihat semua peristiwa ini tersaji logis, klop, pertanyaan tidak bisa berhenti. Bagi Mau- ghm, barangkali, dan Bakdi benar, logika bukan jawaban yang pas untuk menghadapi pertanyaan yang muncul dari kehidupan. Sebab yang logis adalah logika; tetapi hidup dan kehidupan tidak sesederhana otak-atik pikiran kita yang men- coba menata ketakterdugaan. Membaca cerpen Sahabat Sejati (pernah dimuat di Bernas edisi 16 Januari 1991, dengan judul Teman Sejati, alihbahasa Bakdi Soemanto) menurut dia, kita dapat pula belajar bagaima- na menulis sesederhana mung- kin tetapi dengan efektivitas setinggi mungkin. Tentang Yogyakarta Buku Tantangan Kemanusia- an Universal ini didahului de- ngan sajian Menelusuri Jejak yang seharusnya sudah bisa naik pangkat secara otomatis. Golongannya sekarang IV-a. Hanya yang menjadi pertanya- an, "nyangkut" di mana SK nya? Jalur Wisata dan Pohon Flamboyan Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata kaya dengan ob- yek wisata budaya, pendidikan dan alam. Di sini banyak pe- ninggalan masa lalu, seperti candi, bangunan kuno maupun museum. Didukung alam yang indah seperti pantai, gunung dan hutan maupun hamparan Berbahagia sekali para guru dan penjaga sekolah di DIY mendapat Kenaikan Pangkat Otomatis (KPO) yang memang sudah lama ditunggu. Tapi ada juga yang sudah lama menung- gu, sampai saat ini belum kun- jung datang. Drs Lukas Sokinin, bapak saya seorang guru biasa dan mengajar di SMA St Agustinus sawahnya. Sleman Yogyakarta. Bapak saya juga sudah mempunyai syarat menciutkan kran kreditnya. Kalau toh terjadi ekspansi kredit itu terjadi karena adanya praktek-praktek plafondering Jelás, bahwa ekspansi kredit ti- dak bisa dengan begitu saja di- artikan membaiknya likuiditas. Guna lebih mendukung daya pesona wilayah Yogyakarta ini, Kondisi pasar uang sendiri menunjukkan bahwa uang ma- kin berharga mahal. Saat ini terlihat kecenderungan naiknya suku bunga pasar uang antar- bank (interbank call money market) untuk pinjaman sema- lam (overnight), dari sekitar 10- 11 persen menjadi 13 sampai 14 persen. Dari paparan di muka, bisa diagenda beberapa hal yang menentukan posisi tingkat bu- nga di pasar uang yang masih tinggi. Kesimpulannya jelas. Yang paling utama adalah dibukanya kembali kran likuiditas Bank Indonesia. Tanpa itu, meski su- dah ada kesepakatan kalangan perbankan untuk menurunkan suku bunga, harapan kita kira- Sementara itu, laporan ming- guan Bank Indonesia 9 April la- lu menyebutkan posisi SBI se- besar Rp 12,371 trilyun, sedang-nya hanya akan jadi angin lalu. Mengharapkan bank-bank un- kan Surat Berharga Pasar Uang tuk mengurangi profit margin (SBPU) hanya Rp 2,747 trilyun. adalah sulit. Sebab, mereka sen- Artinya, BI telah menyedot dana diri diharuskan untuk meme- beredar sebesar Rp 9,624 tril- nuhi persyaratan permodalan. yun. Dibanding posisi Desem- ber 1991 yang baru lalu, kondisi pasar uang masih saja ketat, karena Bank Indonesia masih melakukan kontraksi. Pertama, volume kredit li- kuiditas masih terus dikurangi, sehingga dana yang diperlukan industri perbankan makin lang- ka. Di sisi lain, permintaan yang menguat di pasar uang menye- babkan suku bunga tidak mu- dah diturunkan. Kedua, kebijakan kontraksi moneter yang dilakukan BI se- jak Gebrakan Sumarlin II masih belum dipulihkan. Dampaknya sama dengan yang disebut per- tama, likuiditas tetap ketat. Ketiga, persyaratan kesehatan bank seperti CAR dan Loan to Deposits Ratio (LDR) menye- babkan bank sangat hati-hati Perjalanan Karya-karya Dick Hartoko oleh B. Rahmanto. Kemudian pada bagian pertama, Filsafat, dimuat karya K. Ber- tens, John Verhaar, Anton Ba- kker, Franz Magnis-Suseno, dan J. Sudarminta yang sekaligus menulis pengantar. Dengan pengantar B. Rah- manto, pada bagian kedua, Budaya, memuat tulisan Suyat- no Kartodirdjo, Slamet Sutrisno, Ki Suratman, Hans J. Daeng, Budi Susanto, Andre Hardjana, Suripan Sadi Hutomo, A.M. Slamet Soewandi, Slamet Djaba- rudi, St. Darmawijaya, Emha Ainun Nadjib. Soal keterlambatan atau yang berbau kurang sreg sudah se- ring dialami bapak saya. Seba- gai contoh, selama hampir tiga tahun atasan bapak (kepala sekolah) justru golongan pang- katnya setingkat di bawahnya, yakni golongan III-d. Bahkan semula guru SMEA. Padahal masih banyak guru SMA yang mampu, tetapi mengapa didrop Tanpa Alat Tiup, Konser Jazz Tidak Lazim? dari luar SMA (dalam hal ini SMEA)? Itu yang menimpa bapak saya. Mungkin masih ada guru- guru lain yang bernasib seperti itu. Apakah itu namanya kebi- jaksanaan atau malahan pe- nyimpangan, hanya bapak-ba- pak yang berwenang yang me- ngetahui. Largus Tony Sm Hk Karyawan RS Panti Rapih Jalan Cikditiro 30 Yogyakarta. alangkah baiknya jika di jalan raya jalur wisata seperti Yogya Prambanan; Yogya Yogya - Parangtritis, Yogya Kaliurang dan lain-lain diperin- dah dengan tanaman aneka bu- nga. Seperti flamboyan, mawar, bougenville, kembang sepatu dan perdu lain. Jika bunga-bu- nga sedang mekar, tentu akan cantik sekali. dalam menyalurkan kredit, se-, mentara suku bunga deposito tetap akan bertahan di titik yang tinggi untuk mempertahankan -- dan jika mungkin menaikkan - profit margin untuk memenuhi persyaratan permodalan. Wakimin Rinta Iswara Siluk Raya Imogiri Bantul Yogyakarta 55782. Keempat, saat ini muncul risiko kredit macet (bad debi) yang menaik, sehingga penya- luran kredit selalu dilakukan de- ngan sangat hati-hati. - Berita Bernas (Senin, 4 Mei 1992) di halaman 6, yang berke- pala berita "MIPA Jazz Concert 92 di Kridosono: Tetap Segar, Kendati Kurang Tonjolkan In- strumen Tiup", setidaknya cu- kup menggelitik. Dalam kalimat pembuka berita itu tertulis, Kendati kurang menonjolkan instrumen musik tiup sebagal mana lazimnya konser jazz, MIPA Jazz Concert..." Terakhir, itulah potret pasar uang kita saat ini. Equilibrium pasar uang saat sekarang me- A mang memaksa suku bunga un- tuk bertahan di titik yang tinggi, karena hukum-hukum pasar memang menghendaki hal itu. Kesepakatan macam apa pun kiranya tidak akan berhasil mempengaruhi keseimbangan dalam jangka panjang. Bagian ketiga, Sejarah dan Politik, dengan pengantar G. Moedjanto, menyajikan tulisan Djoko Soekiman, G.J. Resink, P.J. Suwarno, Herqutanto Sosro- negoro dan G. Moedjanto. Kita juga menjadi tahu, me- ngapa Dick Hartoko tetap setia menapaki jalan kesederhanaan, sedang teman-teman dan juga bekas anak buahnya yang 'per- Sedang bagian terakhir, Sas- nah mengelola Basis sudah tra, menampilkan Jakob Sumar- hidup bergemerlap. Mengapa djo, Ajip Rosidi, Wiratmo Sukito, setiap memperoleh kartu ucap- Sulastin Sutrisno, A. Teeuw, an ulang tahun, dia justru men- Alex Sudewa, C.A Peursen, Li- jawab dengan tulisan pendek: nus Suryadi A.G, C. Bakdi Soe- selangkah lagi menuju kubur. manto, dengan pengantar B. Rahmanto. Sebuah buku antologi atau himpunan tulisan menyambut Dari 31 buah tulisan itu, be- ulang tahun seorang tokoh dan berapa di antaranya menyentuh kemudian diterbitkan untuk kota budaya Yogyakarta, misal- umum -- seperti Tantangan nya lewat tulisan Dangdut Seka- Kemanusiaan Universal (Kanisi- tenan-Penguasa "Agama" dan us, 1992) ini -- jelas merupakan Musik Rakyat di Yogyakarta kado yang bisa dinikmati setiap (Budi Susanto), Ibukota Prabu orang yang berkesempatan Rama dan Takhta Kraton Mang membacanya. kubumi (G.J. Resink) - yang Membaca buku antologi diterjemahkan Dick Hartoko-, dengan cakupan masalah yang Belajar dari Sejarah Yogyakarta beragam dari banyak penulis, untuk Memasuki Era Globalisa- harus dimaklumi satu pihak si (P.J. Suwarno). barangkali kurang memuaskan bagi pembaca yang ingin men- dalami suatu masalah. Tapi Buku ini tidak terfokus pada Dick Hartoko selaku pribadi - kecuali tulisan Emha Ainun Na- sebaliknya, keuntungan lain djib, Anus Cinta Romo Dick bakal diperoleh, yakni peluang Oleh Emha, Pater Dick dipang- membaca referensi lain yang gil al-habib, berarti yang men- disertakan penulis, dan sekali- cintai. tetapi lebih merupakan gus mengundang perenungan bunga rampai kebudayaan arti pribadi. Dengan demikian, seca- yang luas, menyangkut bidang ra lebih leluasa menjadi terbuka filsafat, budaya, sejarah dan. cakrawala pandangannya. Dan sastra. Pater Dick Hartoko me- buku Tantangan Kemanusiaan mang telah banyak berkiprah Universal ini menawarkan pelu- lewat bidang-bidang itu di maja- ang itu. lah Basis. Lewat penelusuran jejak perjalanan karya-karya Dick Hartoko oleh B. Rahmanto kita bisa mengenal lebih jauh sosok lelaki bertubuh gemuk agak pendek, berwajah bulat Penetapan suku bunga, se- perti yang tengah disiapkan oleh Perbanas sekarang ini, ti- dak bisa memberi harapan ter- lampau muluk, sejauh itu meng- abaikan kondisi dan hukum-hu- kum di pasar uang. Dan kalau suku bunga saat ini masih ting- gi, itu karena memang belum saatnya turun. Begitulah.*** Wahyu Widiarto, pemerhati masalah ekonomi, dan asisten peneliti pada Pusat Perencana- an Pembangunan Nasional (P4N) UGM. kemerah-merahan, berkacamata dan terlahir dengan nama Theo- dorus Geldorp itu. Kita tahu betapa banyak karya tulis asli maupun terjemahan lahir lewat mesin ketik portable merk Olym pia yang dia bawa dari Neder- land. kan konser jazz, kebanyakan justru tidak dilengkapi dengan Tempel; brass section, alias barisan tiup. Kita ambil contoh konsernya Bubi Chen dan Indra Lesmana (dua nama yang sudah tak asing lagi di pelataran musik jazz Indonesia) di Bandung sekian tahun yang lalu; atau konser Jazz Quartet yang digelar Luluk Purwanto, Renee van Helsding- en, Brian Betty, dan Rodney Meck sekitar tahun 1986 di Purna Budaya, Yogyakarta. Kita ketahui, semua konser itu tak disertai musik tiup. Dan sepertinya, tak ada yang menga- takan bahwa konser-konser ter- sebut tidak lazim untuk disebut sebagai konser jazz. Lantas, da- sar apa yang digunakan Bernas, yang menjadikan musik tiup se- bagai tolok ukur kelaziman konser jazz? Bagaimanapun, menurut sa- ya, Bernas terlalu sembrono dalam menilai suatu konser, da- lam hal ini konser jazz. Kalau tidak salah, permainan jazz dengan piano dan bass saja su- dah lazim untuk disebut sebagai sebuah konser jazz; tentu saja itu tak terlepas dari daya, atau sentuhan-sentuhan, improvisasi dari para pemainnya. Nah, jika ingin menjadikan tolok ukur, mestinya improvisasi inilah yang digunakan. Kalimat itulah yang membuat saya heran, dan ingin bertanya: Benarkah tidak lazim disebut konser jazz, apabila konser itu tidak disertai musik tiup? Selama ini, saya belum per- nah menemui penilaian, atau Betapa sempitnya makna pendefinisian, tentang konser konser musik jazz, jika kela- jazz seperti yang dilakukan zimannya hanya ditentukan dari Bernas. Saya tak habis pikir suatu alat musik. Bukankah kenapa Bernas begitu saja me- begitu? nilai demikian, untuk tidak menyebut "serampangan". Beberapa kali saya menyaksi- Irwin D Saptari Makamhaji RT 01/RW 15 Surakarta Dari sekian banyak karya terjemahannya, Pater Dick me- rasa sangat berkesan dengan buku Kalangwan, Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang (Prof Dr Zoetmulder, S.J) dan Manu- nggaling Kaurila Gusti, Phante- isme dan Monisme dalam Sas- tra Suluk Jawa suatu Studi Filsafat (juga karya Prof Dr Zoetmulder, S.J). Akhirnya, saya ucapkan sela- mat ulang tahun ke-70 kepada Pater Dick Hartoko. *** ) YB Margantoro, wartawan Bernas di Yogyakarta. P Shilling Austria Dolar Australia France Belgia Dolar Brunei Darusalam Dolar Kanada Franc Swiss Mark Jerman Kron Denmark Franc Perancis Poundsterling Inggris Dolar Hongkong Lira Italia (100) Yen Jepang (100) Ringgit Malaysia Gulden Belanda Krone Norwegia Dolar Selandia Baru Peso Filipina Krone Swedia Dolar Singapura Bath Thailand Dolar AS Bank BTN BPD Bank Summa Bank Jakarta BII BBI Bank Niaga Lippo Danamon Daftar Kurs Konve di Bank Indone Bank BNI '46 Bukopin BTPN Color Rendition Chart SUKU BUNG BCA BDN BHS BTN BPD Bank Summa Bank Jakarta BII BBI Lippo Bank Danamon Bank Niaga Bank BNI '46 BCA BTPN Bukopin BDN BHS Bapindo BDNI ВВО BRI Bank Pasar Bank Duta BPR Mandiri SP BPR Danagung TABUNGAN Bapindo BBD BDNI 15 Bank Pasar Bank Duta BPR Mandiri SP BPR Danagung R 12 16 13 12 35 15 10 10 3 12 20 1 bula 19% 19,50% 20% 21,509 18% 18% 18% 18% 18% 18% 18% 19% 19% 21% 19% 19,219 18% 18% 18% 19% 22% 21% Jenis Tabanas Pradana Upakara Terjamin Taperum Simpeda Tabunga Sutera Kesra Kencana Tabunga Tabunga Kesra Prioritas Produkti Tab Bur Tahapan Super S Tahapan Kesra Primada Primaga Tabanas Tabunga SiAga Si Kosi Tabanas Kesra Tab. Pen Citra Tahapan Tapres Tabanas Central Tabanas Tab BDM Tab. Ha Tab. Ha Kesra Tabanas Mitra Tab. Bu Jumbo Tabung Kesra Dana In Tab. Bar Tamasya Tab. Dut Tab Mar Tab. Dan Undang Asin PERNYATAAN Ketua Pengawas Pasar Modal pam) mengenai adanya p membuka, kran saham lebih besar untuk dimili investor asing di pasar Indonesia patut mendap hatian dan pengkajian lebih mendalam. Karena. ketentuan tersebut berbe dengan keputusan sebel juga perlu dikaji apakah betul bisa memacu gairal tasi di pasar modal Indon Berdasarkan Surat Kep Menteri Keuangan Nomor /KMK.013/1989 tanggal tember 1989 tentang pen saham oleh pemodal asi lalui pasar modal, telah c kan bahwa pemodal as pat membeli saham ma 49 persen saham yang di bursa efek dan bursa Namun dalam sebua nyataanya baru-baru ini, Bapepam memberikan hijau yang mengisyara kemungkinan diperbe peluang asing memiliki s saham di pasar moda Konon, persoalan itu dalam pembahasan c BKPM dan Departemen kiman. Hal ini tentu saja bisa ngerti, terlebih-lebih Koordinasi Penanaman (BKPM) telah mengan terlebih dahulu dengan m rikan peluang yang sebe- sarnya kepada pengusah untuk memiliki 100 pers ham asing (tentu saja) c ketentuan-ketentuan khu Persoalannya adalah, a Ketentuan Menkeu yang butkan di depan tersebut waktunya untuk dipensi atau tidak diberlakukan? I ini yang terjadi, lalu apa kasinya terhadap perkem an pasar modal, perlind kepada investor lokal