Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Waspada
Tipe: Koran
Tanggal: 2001-09-28
Halaman: 13

Konten


er 2001 12 Wz Pahala rsihan sehingga hkan melarang penjagaan ke- kan bahwa ma- g di dalamnya akan menyusut Malaikat tidak erdapat anjing. mnya terdapat ukhari, Muslim. ani dan Imam utkan: Sesung- masuki rumah jaga keamanan hul Bari menga- an berburu dan milikinya untuk i Malaikat, penerbit addin Nasution, M.Ag AINSU FAI-UISU maah at-ayat tertentu ketika alam praktik umat Is- sul Allah SAW, seperti ukan salat di bersama dengan membac surat uku aku ruku' setelah eneruskan bacaannya, aca keseluruhan surat masih membaca terus, enyambungnya dengan arasulan). Setiap kali Allah, beliau bertasbih, ermintaan, beliau pun ara tentang perlindungan -Nya." (HR. Muslim), lam uraiannya tentang takan, Bila ia membaca dari Allah dan bilamana karunia dari Allah dan honkan perlindungan- "ahumma inni as'aluka h" atau lainnya. tanzih) maka hendaklah raka wa ta'ala", atau... menurut para ashab, doa, ang yang membaca al- gi yang salat sendirian ma mereka adalah sama capkan "Amin", setelah berdoa tersebut adalah it perbedaan yang beliau bu Hanafi, bahwa doa di atas, kami cenderung ca doa di sela-sela bacaan itu adalah baik, terutama dungan makna tiap-tiap kr dan doa itu hendaklah kan kesan atau anggapan Qur'an. Wa Allahu a'lam. Al-Qur'an, hlm. 489.48. ukan salat duha dengan boleh dilakukan dengan fil), biasanya para ulama pok, pertama, salat: berjama'ah, dan kedua, an dengan cara berjama'ah. ma'ah itu, misalnya, salat a', salat gerhana Matahari g dilakukan sesudahnya. kannya dengan berjama'ah lakukan sesuatu tarawih, salat tahajjud (yang bukan at duha dan salat tahajjud salat tersebut sama sekali gai riwayat tentang perilaku u pernah juga melakukan au pernah juga melakukan jama'ah. Misalnya. ah kami kemukakan pada pernah menginap di rumah V, tegak untuk salat, saya -Bukhari dan Muslim). ukan salat-salat itu dengan nya khilaf al-aula. adi 'ala al-Minhaj, J.J, hlm. hlm. 246. 2001 Drs. Zulkipli Drs. M. Ali Asri Drs. Usman Husni in Syahdan Harahap DR. H. Amiur Nuruddin M.A Drs. Abdullah Jamil Asrin Natal S.Ag Drs. Zahiruddin Ruzkhan Nawawi, B.A H. Jafiq Drs. Mas'ud Panjaitan Drs. Rusnan Nasution Ahmad Junaidi Drs. M. Tarmizi Efendi S.H Drs. Yazid Mufti Lubis Drs. Sudirman Drs. Zakaria Z Drs. H. Yusdarli Amar Drs. Suparlan Mahmuddin B.A Drs. M.Yakub Amin Drs. Efnedi Anf Endri Muliardi, B.A Drs. Miskun, A.R Rohadi S.Ag Drs. Jamaluddin Pohan Drs. Abd. Kadir Jailani Drs. Zainal Abidin Drs. Hamzah Limbong Drs. Makruf Drs. Adri, K Drs. Khairul Jambak Drs. Ade Mustahdy Ali Drs. Kemal Fauzi Drs. H. Masyaluddin Brutu Drs. Tenerman Drs. P. Siregar Drs. Samidi Hasyim Gurning Drs. Syahridin Tanjung Sobrun Manroe, S.Ag Drs. A. Hawab Kalimantan Khairuddin Ahmad Drs. Haidir Sulaiman M. Yasin Drs. Abdul Rahim Drs. Wagiran Udin H. Burhanuddin Parindur B.A Deflaizar Nasution B.A Drs. H. Zulkarnain Guci Hariyono Fahmi S.Ag Drs. Suparmin. S Drs. H. Azhar Sitompul WASPADA Aktualisasi Nilai Silaturrahmi Dan Ukhuwah Dalam pandangan Islam, kehidupan ini bukan hanya un- tuk diri sendiri yang bernuansa individualistis, tetapi harus bersifat sosial-kemasyarakatan. MEWUJUDKAN silaturrahmi dan menjalin ukhuwah merupakan keharusan bagi ummat Islam, karena silaturrahmi dan ukhuwah adalah salah satu pilar ajaran Islam yang paling fundamental. Silaturrahmi dan ukhuwah adalah alat yang paling ampuh untuk membangun jamaah dan persatuan ummat. Silaturrahmi dan ukhuwah sangat strategis untuk mengen- taskan kemiskinan, meningkat- kan taraf ekonomi ummat, dan membangun kualitas sumber daya manusia. Oleh karena besarnya man- faat (signifikansi) silaturrahmi dan ukhuwah, maka kita di- perintahkan untuk senantiasa membangun silaturrahmi dan menjalin persaudaraan. Nabi Muhammad SAW me- negaskan yang artinya: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali persaudaran dengan sesama (HR. Muslim). Dalam hadis yang lain dije- laskan bahwa membangun silaturrahmi merupakan bukti keimanan kepada Allah dan ha- ri akhirat. "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Islam akhirat, hendaklah ia menghu- bungkan silaturrahmi". (Mus- lim) Dengan demikian, orang yang tidak mau membangun hubungan silaturrahmi dan uk- huwah, berarti keimanannya belum sempurna. ILMU menurut Islam ber- sifat universal dan lestari, hal ini sejalan dengan kemanusiaan, yaitu adanya keabadian (eter- nity) dan kesinambungan (con- tuinity). Hal ini sejalan dengan karakter Islam yang history, di mana semua nilai yang diemban dan dikembangkan memiliki akar sejarah dengan nilai sebe- lumnya. Kesan bahwa ilmu-ilmu Islam hanyalah wacana yang dikembngkan sejak ketika Islam lahir (abad ke-7), dengan demi- kian adalah pemikiran yang a- history, sehingga tidak sejalan dengan semangat Islam. Islam sejalan dengan para- digma history-nya beranggapan bahwa semua ilmu datang dari Tuhan, "Kebenaran itu adalah datang dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu ter- masuk orang-orang yang ragu" (QS. al-Baqarah: 147, Ali Imran: 60), 'Semua ilmu datang dari sisi Allah," karena itu tidak harus disikapi secara apriori, terutama apriori menolak. Menurut Muhammad Al- Ghazali, konsep ukhuwah dan silaturrahmi menghendaki, su- paya kita tidak bersikap egois dan individualistis dengan membiarkan saudar kita dalam kesusahan dan penderitaan. Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persauda- raan merupakan realisasi pe- ngakuan kesamaan manusia dihadapan Allah. Relevan diajukan kembali harapan Al-Kindy, Filsuf perta- ma di dunia Islam: "Kebenaran adalah barang hilang Islam, ma- ka ambillah darimanapun eng- kau peroleh" (al-haqqu dhallatul muslim, fakhuzuhu min ayyi wi'ain kharaja). Tanda-tanda terjalinnya hu- bungan persaudaraan adalah perasaan senang memberikan manfaat kepada saudara-sau- dara kita dan merasa gembira melihat mereka mendapat ke- nikmatan, bagaikan kita sendiri Islamisasi Ilmu Dari Kontroversi Menuju Aksi Paradigma Ilmu Dalam Oleh DR. Hasan Bakti Nasution, MA (Bagian Kedua, habis) Jika itu sebuah kebenaran mengapa ditolak, "Lihatlah apa yang dikatakan seseorang, ja- ngan lihat siapa yang mengta- kannya (unzur ila ma qala wala tanzur ila man qala), kata Sai- dina Ali bin Abi Thalib, sang bi- jaksana. Ontologi Ilmu Bagian pertama tulisan ini telah menghantarkan kesimpu- lan bahwa islamisasi memang perlu. Pertanyaan berikutnya ia- lah: "apa yang harus dilakukan, dan dari mana harus dimulai"?. Jawaban terhadap perta- nyaan "apa yang harus dilaku- kan" ialah islamisasi atau natu- ralisasi, yaitu mengembalikan ilmu kembali kepada habitatnya yang universal. Sedangkan jawaban terha- dap "darimana dimulai" dijawab dengan menetapkan titik awal (starting point) dan tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat dirumuskan tapal batas di anta- ra ilmu yang tidak islam/tidak naturalis dengan ilmu yang is- lami/naturalis. Tanpa prinsip ini islamisasi menjadi tidak ber- makna. Perumusan tapal batas dilakukan dengan kembali kepa- da tiga prinsip dalam ilmu, yaitu ontologi, yang membicarakan ke-"apa"an ilmu: epistemologi, yang membicarakan sumber dan cara memperoleh ilmu: dan axio- logi, yang membicarakan kegu- naan ilmu. Secara entologi, seperti dije- laskan di atas, ilmu versi "Barat" dibatasi pada aspek fisik atau benda-benda indrawi (sensibles mahsusat) semata. Para saintis membatasi ruang opersai ilmu pada apa yang disebut sebagai fakta-fakta empiris" (observable fact), sehingga menolak semua yang non-observable fact. Augus- te Comte dengan sains positifnya menolak yang metafisis, karana tidak bisa dibuktikan secara benda indrawi. Bahkan di kala- ngan filsuf-saintis muslim ada yang memiliki pandangan lebih riil lagi, karena benda indrawi adalah manifestasi dari substan- si yang dianut oleh kalangan eksistensialisme. Dengan demi- kian, terdapat ontologi ilmu yang utuh, yaitu empiris (fisika) dan meta empiris (metafisika). Epistemologi Ilmu Epistemologi ilmu memberi- kan jawaban terhadap dua per- tanyaan, yaitu sumber/dari- mana ilmu dan bagaimana me- tode memperolehnya. ilmiah melalui eksprimentasi dan observasi. Kesimpulan ini kelanjutan dari Laplace di atas, yang me- ngatakan bahwa tidak perlu ada hipotesa mengenai adanya Tu- han (je, nai pas besoin de cet hypothese). Kelanjutan pula dari Darwin yang menolak Tuhan sebagai argumen from design digantikan oleh seleksi alami. Kesalahan utama yang di- miliki teori di atas ialah reduksi otolagi ilmu yang dibatasi pada aspek fisik semata. Menurut Is- lam, ilmu kecuali yang fisik ter- dapat yang non fisik, yaitu sub- stansi-substansi spiritual (in- telligibles ma'qulat). Hal ini dapat diketahui me- lalui akal secara inferensial atau melalui intuisi (qalb) secara la- ngsung atau prensial. Bagi Is- lam, substansi spiritual di atas sama riilnya dengan benda- yang memperolehnya. Tali persaudaraan mengi- kat antara dua orang, bagaikan pernikahan mengikat suami is- teri. Bila rasa persaudaraan te- lah menancap dalam hati sanu- bari, maka kita tak segan-segan membantu memenuhi kebutu- han orang lain sebelum diminta, tidak mendatangkan sesuatu yang tidak disukai, berbicara tanpa keluar dari kebenaran, dan kita tidak suka menging- kari janji. Imam al-Qusyairy an-Nai- sabury dalam bukunya Risalah al-Qusyairiyah membagi per- saudaraan menjadi tiga macam. Sebagai konsekuensi dari ontologi ilmu pada yang indera- wi, maka menurut teori mod- ern, sumber ilmu hanya indra manusia dan diperoleh dengan indrawi (fungsionalisasi indra manusia). Di dalam proses in- drawi terdapat kaitan dengan akal, maka terdapat sumber kedua, yaitu akal Metode yang dilakukan di dalam memperoleh ilmu dari sumber akal ialah fu- ngsionalisasi akal (rasionalisasi) secara maksimal. Pemikiran di atas melahirkan dua aliran filsa- fat di Barat, yaitu Empirisme, yang mengatakan bahwa sumber dan metode memperoleh ilmu mela- lui indra (empiri), dan Rasiona- lisme, yang mengatakan bahwa sumber dan metode memperoleh ilmu melalui akal (rasio). Oleh Agustianto Pertama, bersaudara de- ngan orang yang lebih hebat dan lebih tinggi dari kita. Persauda- raan ini pada hakekatnya lebih sebagai rasa bakti. Persaudara- an ini memang memiliki nilai positif, tetapi juga sangat berpo- tensi mewujudkan rasa sombo- ng dan mungkin juga menim- bulkan rasa tak bersyukur atas nikmat Allah, sebab kita kadang membandingkan kondisi kita yang lebih rendah daripadanya. Kedua, bersaudara dengan orang yang ada di bawah kita. Persaudaraan ini menuntut Konsep epistemologis di atas dipandang masih kurang leng- kap, karena secara de facto ter- dapat sumber dan metode per- olehan ilmu lain, yaitu agama. Keberadaan agama memang di- akui adanya di kalangan masya- rakat Barat, namun dihadapkan pada masalah bagaimana rele- vansinya dengan teori-teori ilmu. Dari kasus terdahulu dan sesuai dengan semangat euforia pe- ngembangan ilmu sebagai reaksi terhadap dominasi kalangan agamawan, terlihat bahwa tidak ditemukannya titik singgung agama dan ilmu. Upaya pema- duan ini tentu telah diupayakan, namun kalah cepat dibanding se- mangat mempertentangkannya. Pada filsuf dan saintis mus- lim, dalam karir intelektualnya menjadikan upaya relevansi ilmu dengan agama. Al-Kindy, yang digelar sebagai filsuf Arab, ber- upaya mengadakan sintesa filsa- fat dengan agama secara rasional. Sehingga berkesimpulan bahwa di antara keduanya tidak berten- tangan, seperti opinio publica ketika itu. Secara tegas Al-Kindy mengatakan: "Karena filsafat berbicara kebenaran, maka ora- ng yang menolak filsafat berarti menolak kebenaran, yang ada- lah sifat dari kekafiran". Upaya yang paling maksi- mal dilakukan oleh Ibn Rusyd (Averrois) melalui bukunya Fas- hl al-Maqal fima Bayna Syari'at wa al-'aql fi al-ittishal. Melalui buku ini Ibn Rusyd mampu me- rumuskan hubungan yang si- metris di antara agama dan ilmu. Rumusan ini, sejalan de- ngan tersebarnya pemikiran Ibn Rusyd (Averroisme) di Barat, menjadi perhatian utam apara ilmuan Barat kemudian, seperti diakui para ilmuan Barat sendi- ri. Maimonides, seorang filsuf Yahudi yang begitu antusias de- ngan rumusan Ibn Rusyd, me- lalui sebuah ulasan yang me- ngesankan dalam bukunya Da- lalat al-Hairin. Ulasan ini bersa- ma ulasan Ibn Rusyd secara la- ngsung tersebar di Eropa, seiring dengan stagnannya aktifitas ilmu pengetahuan di dunia Islam. Axiologi Ilmu Untuk apa ilmu digunakan, merupakan pertanyaan yang akan dijawab axiologi ilmu. Ba- rat modern cenderung menggu- nakan ilmu untuk ilmu (science for science). Dari empat kategori (sebab) yang diajukan Aristote- les, yaitu efisiensi, material, for- mal dan final, semuanya dibatasi pada ilmu. Mereka kurang pedu- li dengan makna dan pemberi makna dari keempat sebab di- atas, yaitu Tuhan. Pantas kalau Darwin, seperti komentar Neal C. Gillepsi dalam bukunya Char- les Darwin and the Problem of Creation," pada akhirnya berke- simpulan bahwa hubungan Tu- han dan dunia tidak bisa ditera- ngkan (inexplicable)". Pantas pula jika Laplace berkesimpulan bahwa hipotesa mengenai ada- nya Tuhan tidak perlu. Kelemahan pandangan di atas, sekali lagi kekurangan per- hatian pada adanya tujuan akhir (ultimate goal), yaitu Tuhan. Is- lamisasi axiologi, sebab itu, ber- langsung dalam hal ini. Sebagai kasus dapat diajukan dua ilmu- an muslim yang menghadapi masalah yang sama dengan Laplace dan Darwin. Al-Biruni (w.1031 M), yang digelar sebagai "master of Observatorium" da- lam bukunya Kitab Tahdid Ni- hayah al-Makin, menyatakan bahwa 'alam semesta adalah daya yang membentuk dan me- ngatur sesuatu menurut renca- na ilahi yang tidak memiliki ke- sia-saan. Penciptaan dunia me- rupakan manifestasi kekuasaan sang pencipta, dan bukan sesua- tu yang harus ditolak dengan usa- ha yang diupayakan manusia" Pandangan yang sama juga diajukan Jalaluddin Rumi (w.- 1273 M), yang dipandang mene- rima teori evolusi versi Islam, namun memiliki penafsiran ya- ng berbeda dengan Darwin. Bagi Darwin hukum seleksi alamiah (natural selection) lah yang ber- tanggung jawab terhadap per- kembangan evolusi alam se- mesta. Hal ini berbeda dengan Rumi, menurutnya, cinta (isyaq) alam kepada Tuhan dan cinta Tuhan kepada alamlah yang mendorong proses evolusi. Cinta merupakan daya kreatif yang menyebabkan terjadinya gerak pada alam materi yang membe- rikan kesatuan pada partikel dan yang membuat tumbuhan berkembang dan hewan berge- rak dan berkembang biak. Ka- rena semuanya berproses mela- lui cinta dan cinta ada karena Tuhan, maka evolusi ada karena adanya Tuhan. Apa yang terjadi saat ini, kemashlahatan diukur secara fragmatis individual atau komu- nal yang terbatas, sehingga terjadi dominasi satu kelompok kepada kelompok lain. Dominasi dengan dukungan sains pada akhirnya menyebabkan perbu- dakan manusia atas manusia, atau seperti kata Thomas Hob- bes,"Manusia adalah srigala bagi manusia lain". agar kita bersikap peduli dan kasih sayang dan mendorong bersikap syukur atas nikmat Allah. Ketiga, bersaudara dengan mereka yang memiliki kemam- puan dan pandangan rohani yang lebih tinggi, seperti kepada seorang kyai, ulama atau se- orang pemimpin. Dari persau- daraan ini kita berharap men- dapatkan bimbingan mereka. Inilah persaudaraan yang pa- ling efektif untuk membangun iman dan taqwa. Dalam era persaingan dan kompetisi yang sangat ketat ini, kita kadang mengabaikan nilai- nilai persaudaraan. Kita sering menganggap lumrah bila ber- hasil menjatuhkan, menyikut atau menyingkirkan teman sen- diri dari lingkungan kita. Kita tidak perduli penderitaan orang lain. Akibatnya, bukan persau- daraan yang kita dapatkan dan kita bina, tapi malah permu- suhan yang terjadi. Kalau itu yang berlangsung, maka hidup ukita bisa dipastikan tidak te- nang, tidak nikmat dan tidak bahagia. Perintah memelihara sila- turrahmi itu mencakup hu- bungan pribadi antar individu dan keluarga sampai kepada yang bersifat wacana publik atau keummatan (sosial kema- syarakatan). Bahkan Rasulullah SAW juga mengajarkan agar kita tetap memelihara silaturrahmi dengan orang tua yang telah meninggal dunia dengan men- doakannya agar diampuni dan dirahmati Allah SWT. Paparan di atas menunjuk- kan bahwa menghubungkan silaturrahmi dan mewujudkan ukhuwah sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena itu Islam dengan tegas menga- jarkan agar kaum muslimini membangun silaturrahmi dan menumbuhkan rasa persauda- raan (ukhuwah Islamiyah) ter- sebut dalam tatanan kehidupan. Pendek kata, semua capaian ilmu haruslah diperankan bagi kemanusiaan. Dalam pengem- bangan teknologi nuklir, misal- nya, hanya bisa dilakukan jika mendatangkan kemashlahatan bagi manusia. Namun apa yang terjadi, teknologi ini lebih ba- nyak diperankan bagi penghan- curan manusia. Karena itu, moralitas harus inheren dalam dua hal, yaitu: 1. Manusia, perumus dan pengguna ilmu. Sebagai peru- mus dan pengguna ilmu, morali- tas harus menjadi perhatian utama sang ilmuan (manusia). Sesuai dengan prinsip "man be- hind the gun" faktor manusia sangat dominan. 2. Ilmu. Untuk lebih mengo- kohkan komitmen moral di dalam diri ilmuan, aspek moral harus menjadi bagian setiap kajian keilmuan. Misalnya, keti- ka ilmuan mengadakan teori nu- klir, maka sang ilmuan harus menambahkan aspek moral di dalam teorinya. Apabila ledakan nuklir mampu mencapai tingkat tertentu, maka perlu dikaitkan, bagaimana capaian itu dengan nilai-nilai kemanusiaan. Jika dipandang merusak kemanu- siaan, maka kemampuan nuklir harus diberdayakan bagi ke- mashalahatan manusia. Misal- nya, nuklir harus dijadikan seba- gai tenaga listrik, atau tenaga meledakkan gunung yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pencaharian manusia. Dari uraian di atas dapat di- tarik kata sepakat bahwa isla- misasi ilmu memiliki multi DALAM menjalani kehidu- pan ini, tidak selalu berada da- lam keadaan mulus dan me- nyenangkan. Terkadang kita akan dihadapkan kepada ber- bagai bentuk hambatan dan tantangan, bahkan berbagai bentuk ujian dan cobaan. Coba- an yang mendatangkan kesuli- tan, kesakitan dan hal-hal yang tidak menyenangkan, baik se- cara fisik maupun secara moril. Dalam bentuk tekanan men- tal dapat menimbulkan himpi- tan frustrasi, rasa marah, rasa tidak puas dan sebagainya. Hal tersebut bahkan dapat teraku- mulasi disebabkan berbagai pe- ngaruh yang saling berkaitan. Kemiskinan misalnya, adalah salah satu bentuk cobaan mental. Kepedulian Sosial Salah satu bukti dan aktua- lisasi dari nilai silaturrahmi dan ukhuwah, adalah perwujudan kepedulian sosial. Islam adalah agama yang paling banyak mempunyai aja- ran tentang kepedulian sosial. Hampir tak terhitung banyak- nya ayat Al-Quran maupun ha- dis yang menekankan penti- ngnya sikap kepedulian sosial tersebut. Sudahlah hidup miskin, ja- lan untuk mendapatkan rezeki susah mendapatkannya, akan terakumulasi kepada sikap orang-orang kaya yang misal- nya tidak peduli terhadap hidup orang miskin. Bahkan memper- lihatkan pula kerakusan dan kesombongan, yang jelas mem- buat hati orang-orang miskin bertambah hiba. Kepedulian Itulah sebabnya agama Is- lam mengajarkan kepedulian dari orang-orang kaya kepada orang-orang miskin dan anak- anak yatim. Kepedulian bukan dalam bentuk ucapan dan kata- kata atau retorika belaka, tetapi kepedulian yang sangat diha- rapkan dalam Islam untuk membantu secara nyata, yang dapat meringankan beban pen- deritaan dari kepapaan mereka. Bial silaturrahmi dan ukh- uwah telah memunculkan kepe- dulian sosial, maka kondisi ke- terpurukan ekonomi sebagian besar ummat Islam akan bisa dihilangkan, persatuan ummat bisa diwujudkan, dan kualitas sumberdaya manusia bisa di- tingkatkan. Memperkuat Kesabaran Menghadapi Cobaan Kalau yang terjadi ada kelu- arga yang meninggal misalnya, mungkin baru kata-kata nasi- hat yang diharapkan, untuk mampu bersabar. Tetapi kalau penderitaannya karena kesuli- tan materi, maka tentulah ban- tuan materi yang sangat diha- rapkan. Sementara itu Dr. Muham- mad Iqbal, pembaharu dari anak benua India mengatakan bahwa, "Di dalam Al-Quran le- bih dari 600 kali kita diperin- tahkan mengeluarkan zakat, infaq dan sedeqah". Kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan sedeqah merupakan bukti nya- ta bahwa Islam sangat intens menekankan pentingnya sikap kepedulian sosial. Dalam Islam, terdapat ke- wajiban kepada orang-orang kaya untuk menunaikan zakat- nya yang di arahkan untuk membantu orang-orang fakir miskin dan orang-orang yang menghadapi kesulitan perbe- Kepedulian sosial bahkan tidak hanya dianjurkan kepada orang kaya yang memiliki harta dan uang berlimpah, tetapi juga kepada orang yang hidupnya sederhana dan hidup dalam ke- sulitan. Dalam surah Ali Imran ayat 34 dinyatakan bahwa ciri manusia bertaqwa adalah kem- auannya berinfaq baik dalam kondisi senang atau pun susah. Dalam surah Ad-Dahr ayat 8-9, Allah berfirman: "Mereka memberikan makanan yang di- sukainya kepada orang miskin, anak yatim dan seorang tawa- nan. (Lalu mereka mengatakan). "Sesungguhnya kami membe- rikan makan kepada kamu ha- nyalah untuk mengharap kerid- haan Allah, kami tidak meng- hendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih". Ayat di atas dilatarbelaka- ngi oleh sebuah asbabun nuzul yang sangat mengesankan yang terjadi pada keluarga Ali bin Abi Thalib. Ayat di atas mengajarkan Terhadap cobaan hidup itu sendiri, baik berbentuk fisik maupun mental, maka Islam mengajarkan agar segala ben- tuk cobaan itu hendaklah diha- dapi dengan sikap sabar. Sabar dalam hal ini adalah keteguhan hati dan kekuatan jiwa dalam menghadapi segala bentuk co- baan dan ujian itu. Karena pada hakikatnya, cobaan dan ujian itu adalah datang dari Allah SWT untuk menguji sejauh ma- na kekuatan iman yang dimiliki seorang Muslim. Oleh Sumaharja Ritonga kalan dalam perjalanannya harus terus-menerus dibangun atau orang-orang yang beruta- ng, tentulah tiada lain wujud dari kepedulian kepada kaum dhuafa (kaum lemah). Tawakal Sabar hendaklah disertai dengan sikap tawakal berserah diri kepada Allah, selalu mende- katkan diri kepada-Nya. Bersi- kap pula untuk meminta am- pun kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa yang per- nah dilakukan selama ini dise- ngaja atau tidak. kepada orang-orang beriman agar memiliki sikap kepedulian sosial. Sikap kepedulian sosial, tercermin dalam bentuk perila- ku dermawan untuk membantu ummat Islam yang berada da- lam kemiskinan dan kesusa- han. Sikap peduli sosial dan der- mawan ini merupakan prasya- rat untuk mendekatkan diri ke- pada Allah SWT. Dalam kon- teks ini Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Orang yang der- mawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia dan de- kat dengan syurga. Sedangkan orang yang bakhil itu, jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka. Sabar juga harus diiringi dengan doa yang ikhlas. Doa sepenuh hati kiranya Allah SWT memberikan petunjuk dan hidayah-Nya untuk dapat keluar atau terlepas dari kesuli- tan dan tekanan jiwa, terlepas dari kenestapaan dan kemiski- nan, baik miskin harta maupun miskin jiwa. Ringkasnya, dalam mem- berdayakan kaum dhu'afa, mu- stadh'afin, fuqara dan masakin, perlu sikap kepedulian sosial dari ummat Islam. Berinfaq dan bersedeqah merupakan wujud nyata dari kepedulian sosial ter- hadap rakyat kecil dan fakir miskin dan sekaligus sebagai bukti kecintaan kita kepada fa- kir miskin. Dalam hal ini Nabi SAW berkata kepada isterinya, "Dekatilah mereka yang miskin dan cintailah mereka niscaya Allah akan dekat dengan ka- mu". Atau dalam gaya bahasa lain, "Jika engkau ingin dekat dengan Tuhan, maka dekatilah rakyat kecil", (Demikian pesan Glalil Gibran pujangga dan ahli hikmah yang kenamaan). Penutup Sebagai penutup tulisan da- pat disimpulkan bahwa ummat Îslam di manapun berada dan dalam kondisi bagaimanapun harus mewujudkan sikap kepe- dulian sosial sebagai realisasi dan aktualisasi dari nilai sila- turrahmi dan ukhuwah yang sangat ditekankan oleh Islam. Doa saja pun belum cukup. Sabar harus disertai dengan harapan yang besar, bahwa sua- tu masa kesulitan akan bergan- ti dengan kemudahan. Kegelisa- han akan berganti dengan ketenangan dan sebagainya. Allah SWT menyatakan dalam Al Quran, untuk jangan putus asa dari rahmat Allah. Karena itu setiap Muslim harus berusaha dengan sungguh-su- ngguh, berusaha untuk mem- perbaiki nasib, memperbaiki diri. Membangun sikap sabar dalam diri sendiri, memang tidaklah mudah, karena itu iman menuntut kesabaran. Ma- ka kekuatan iman pun perlu dalam jiwa. Segala pengalaman hidup dan ibadah yang selalu kita lakukan adalah untuk membangun kekuatan iman itu. Itulah pula sebabnya dak- wah dalam Islam, baik lisan maupun tulisan, harus dilaku- kan terus-menerus, untuk me- negakkan dan mengukuhka keimanan. Sebab, dalam hidup ini akan selalu ada cobaan dan ujian. Hal itu akan selalu terjadi benturan yang tidak menyena- ngkan, yang hanya dapat di- atasi dengan kekuatan iman. Membangun kesabaran yang didirikan di atas fondasi iman, harus dilakukan terus- menerus. Kalau tidak demiki- an, kesabaran itu akan luntur, kesabaran itu akan melemah, yang pada akhirnya tentu akan merugikan diri sendiri. A Untuk memperkuat kesa- baran, Allah SWT menyatakan dalam firman-Nya, yang arti- nya: "Hai orang-orang yang ber iman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga dan ber- taqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS Ali Im- ran:200). Kesabaran yang kuat dan ibadah shalat dilakukan de- ngan taat merupakan upaya untuk dapat keluar dari berba- gai tekanan dan kesulitan dan Allah beserta orang-orang sa- bar. Allah berfirman dalam Al Quran, yang artinya: "Hai ora- ng-orang yang beriman, minta tolonglah kamu kepada Allah dengan sabar dan mengerjakan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sa- bar. (QS. Al-Baqarah: 153). Dalam suasana berbagai kesulitan yang kita hadapi sekarang ini, marilah kita selalu mendekatkan diri kepada Allah, menegakkan shalat dan me- nguatkan kesabaran. Selalu berdoa dan berusaha, mudah- mudahan Allah akan menun- jukkan jalan keluar dari segala kesulitan yang tengah kita ha- dapi ini.* (Waspada/Arafat Nur) SEBAGIAN santri kecil yang baru hadir berfoto bersama dengan beberapa Ustad. Terlihat ekpresi wajah-wajah cantik, lugu, cerdas dan lincah menghadap foto. Mereka mengukir Cinta Tuhan di Dayah Babussalam. JUMAT, 28 SEPTEMBER 2001 13 Apa kata Hadist Shahih Nash Mengharamkan Nyanyian Dan Alat Musik IMAN Mujahid berka- ta: Perkataan yang tidak berguna dan sia-sia adalah seperti mendengarkan nyanyian dan hal lain yang tergolong kebatilan. Abdul lah bin Mas'ud ra, bahkan hingga bersumpah tiga kali berkata: Demi Allah yang tidak ada selain Dia, mak- sud ungkapan sesuatu ya- ng tidak berguna pada ayat di atas adalah nyanyian. Rasulullah saw bersab- da: Akan muncul dari ka- langan umatku sekelompok orang yang menghalalkan farj (perzinahan), sutera, khamar dan nyanyian alat-alat musik (gitar, biola dsb). A. Pendahuluan SEBAGAI konsekuensi dari isu gender yang semakin marak dibicarakan, perempuan Islam dewasa ini banyak yang ingin meninjau ulang ajaran Islam yang mewajibkan isteri patuh kepada suaminya. Apakah aja- ran ini memang mempunyai da- sar yang kuat atau sekedar pe- mahaman ulama sesuai dengan kondisi perempuan di zaman mereka. Apakah ajaran demi- kian tidak bisa ditawar lagi atau dipahami sesuai dengan kema- juan yang telah dicapai kaum perempuan masa kini. Dalam tulisan ini akan dike- mukakan beberapa hadis yang menjadi dasar atas ketentuan wajibnya isteri patuh kepada suami. Hadis-hadis ini akan dije- laskan, baik dari segi kualitas- nya maupun dari segi kandu- ngannya. Secara khusus, dalam kesempatan ini akan dikemuka- kan ketentuan tentang kesedia- an memenuhi ajakan suami ke tempat tidur, izin suami bagi is- teri meninggalkan rumah, dan izin untuk melaksanakan puasa sunnat. MARI GOYANG... AKH! AKH! Secara pasti hadis di atas menegaskan kehara- man nyanyian. Kalaupun tidak ada hadis lain yang memperkuatnya, namun hadis di atas dianggap me- madai menjadi dalil ke- haraman nyanyian, khu- susnya nyanyian yang syairnya tidak bernilai di- sertai tingkah penyanyinya yang tidak memiliki adab sopan santun. (Abu Hudzaifah Ibrahim, rumah yang tidak dimasuki setan penerbit Gema Insani Press, Jakarta). Khazanah Hadis B. Bentuk-bentuk ketaatan Tentang ketaatan perempu an kepada suami secara umum dijelaskan dalam hadis, lau kun- tu amiran ahadan an yasjuda liahadin laamartun nisa'a an yasjudna li az-wajihinna lima ja'alallahu lahum 'alaihinna mi- nal haqqi (Sekiranya saya (boleh) menyuruh seseorang untuk su- jud kepada orang lain, niscaya saya suruh perempuan-perem- puan untuk sujud kepada suami- suami mereka karena adanya hak yang ditetapkan Allah bagi mereka (laki-laki) atas mereka (isteri-isteri). Hadi ini diriwa- yatkan dalam Sunan Abi Dawud jilik I, halaman 475 dan Sunan at-Tirmizi jilid III, halaman 465. At-Tirmizi sendiri menilai ha- disnya hasan. As-Suyuthi me- nambahkan penjelasan dalam al-Jami' ash-Shaghir, jilid II, ha- laman 437 bahwa hadis ini juga diriwayatkan dalam Mustadrak al-Hakim dan Musnad Ahmad ibn Hanbal serta menilainya sahih. Di antara bentuk ketaatan yang dituntut dari isteri kepada suami adalah memenuhi ajakan suami ke tempat tidur. Keten- tuan ini didasarkan kepada sejumlah hadis yang antara lain adalah hadis, (Apabila seorang laki-laki mengajak isterinya ke tempat tidur, maka ia enggan memenuhinya sehingga suami- nya tidur dalam keadaan marah kepadanya, ia (isteri) dilaknat malaikat sampai pati). Hadis ini diriwayatkan lengkap de- ngan sanadnya dalam Shahih al-Bukhari jilid IV, halaman 84. Hadis ini juga diriwayatkan da- lam Sunan Abi Dawud jilik I, halaman 475 dan Sunan at-Tir- mizi jilid III, halaman 465. Mes- kipun at-Tirmizi menilai hadis- nya hasan, namun sanad al- Bukhari jelas sahih. As-Suyuthi menjelaskan dalam kitabnya al- Jami' ash-Shaghir jilid I, hala- man 93 bahwa hadis ini juga diriwayatkan dalam Shahih Muslim dan Musnad Ahmad ser- ta menilainya sahih. Dari sudut matan, hadis-ha- dis ini sejalan dengan kandu- ngan Alquran, surat an-Nisa', ayat 34. Dalam ayat ini ditegas- kan tentang kedudukan laki- laki sebagai pemimpin atas pe- Duny rempuan. Para mufasir sepakat atas status laki-laki yang demikian, minimal dalam rumah tangga. Bagian akhir ayat ini berarti, "Wanita-wanita yang kamu kha- watirkan nusyuznya (durhaka kepada suami), maka naseha- tilah mereka dan pukullah me- reka. Kemudian, jika mereka menaatimu, maka janganlah ka- mu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka...". Pe- ngertian ini juga sejalan dengan hadis dalam Sunan Abi Dawud, "Sebaik-baik perempuan adalah perempuan yang apabila dilihat suaminya menggembirakannya, apabila diperintahkan menaa- tinya, dan apabila ia (suami) se- dang keluar, ia memelihara har- ta dan kehormatannya. "Ini se- mua menunjukkan bahwa keta- atan kepada suami adalah kewa- jiban perempuan dan merupakan salah satu tanda keshale-han- nya dalam pandangan Islam. Dominasi suami ini juga tampak dalam ketentuan ten- tang kewajiban isteri menda- patkan izin suami untuk keluar rumah. Ketentuan ini didasar- LAGU DANG DUTNYA, OKE. PENYANYI KURANG LASAK GAYA PANGGUNGNYA Hadis-hadis Tentang Ketaatan Isteri Kepada Suami Oleh DR. H. Ramli Abdul Wahid, MA Adapun teknis dan jenis izin itu, tentunya tergantung kepada kesepakatan bersama. Tampaknya, hubungan sua- mi-isteri telah diatur dalam Is- lam sesuai dengan kodrat, sta- tus, dan fungsi masing-masing. Namun demikian, kewajiban memenuhi ajakan suami tidak harus dipahami secara mutlak. Sebagaimana halnya sebuah dalil, hadis-hadis ini tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan ayat-ayat Alquran dan hadis- hadis lain. kan kepada hadis riwayat Abu Dawud ath-Thayalisi: "Ibn Umar meriwayatkan dia melihat seorang pe-rempuan datang kepada Nabi SAW, dan bertanya: "Hai Rasulullah, apa hak suami atas isterinya?" Rasul menjawab: "Haknya atasnya adalah bahwa ia (isteri) tidak keluar dari rumahnya kecuali seizinnya. Jika dikerjakannya juga (keluar), maka Allah, malai- kat rahmat, dan malaikat mur- ka melaknatnya hingga ia ber- taubat dan rujuk dari perbua- tannya itu. "Perempuan itu ber- kata: "Sekalipun ia menza- liminya?" Rasul menjawab: "Se- kalipun ia menaliminya." Dengan dasar hadis-hadis seperti ini, Ahmad asy-Syarbashi menjelaskan bahwa isteri wajib tinggal di rumah yang disedia- kan suami dan tidak keluar ru- mah kecuali dengan izinnya. Suami berkewajiban menentu- kan tinggal isteri di rumah dan melarangnya keluar dari rumah itu kecuali seizinnya. Dalam melaksanakan puasa sunat pun, isteri perlu menda- patkan izin dari suami. Untuk mengerjakan puasa sunnat sedang suami berada di rumah, seorang isteri perlu mendapat izinnya. Dasarnya adalah hadis sahih riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim: "Tidak halal bagi perempuan melakukan puasa yang suaminy sedang ada kecuali dengan izinnya dan tidak memberi izin (bagi orang lain) ke rumahnya kecuali dengan izinnya." Ketika mensyarahkan hadis tentang tidak bolehnya perem- puan melakukan puasa, asy- Syaukani menjelaskan dalam Nail al-Authar, jilid VI, halaman 366-367 tentang perbedaan pendapat ulama. Menurut asy- Syaukani sendiri, hadis tersebut menunjukkan haramnya puasa sunnat bagi perempuan tanpa izin suami yang berada bersama- nya. Inilah pendapat jumhur ulama. Akan tetapi, sebagian ulama Syafii memandangnya makruh saja. Namun, an-Nawa- wi dari kalangan Syafiiyah me- negaskan pendapat pertama yang sahih. An-Nawawi menam- bahkan bahwa puasanya sah, tetapi ia berdosa. Terlepas dari perbedaan tentang hukum pua- sanya, para ulama sepakat atas keharusan isteri memperoleh izin dari suami untuk melaku- kan puasa sunnat ketika suami berada bersamanya. Demikian juga tentang izin keluar rumah. TREYBOAR Kalau pemimpin menganjur- kan para pegawai, karyawan atau bawahannya agar berlaku jujur dan amanah, maka ia sendiri harus berlaku jujur dan amanah. Kalau pemimpin atau atasan menyuruh orang lain bersifat jujur dan amanah, tetapi dia sen- diri mau melakukan kolusi, ko- rupsi dan nepotisme, maka ke- percayaan publik dan bawahan menjadi rusak. Wibawanya jatuh dan dia menjadi omongan ma- syarakat. Implementasi Keteladanan Dalam Membangun Prestasi Kerja Lanjutan Dari Jumat Lalu Jadi, untuk prestasi kerja yang baik, berkualitas dan pro- fesional, dibutuhkan keteladanan dari pimpinan, baik direktur, ke- pala, manajer, kepala bagian, dsb. Keteladanan dan kepercayaan Keteladanan sangat efektif untuk menciptakan kepercayaan masyarakat atau karyawan. Ka- lau pemimpin tidak menujukkan keteladanan, maka hal itu dapat menimbulkan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan merupakan penyakit sosial yang dapat meru- sak tatanan masyarakat, baik dalam konteks ekonomi maupun politik. Jadi salah satu upaya mewujudkan kepercayaan publik adalah menampilkan ketelada- nan dalam setiap aspek perilaku dan kehidupan. Selanjutnya, harus pula kita pahami, bahwa keteladanan tidak saja bersifat vertikal; dari atas kebawah, tetapi dapat juga terjadi secara horizontal antara sesama pegawai dan karyawan dalam satu level. Maksudnya, bila sesama pegawai menunjukkan keteladanan berupa kedisiplinan, kegairahan kerja atau kejujuran, Ayat menjelaskan, isteri ti- dak boleh dijímak ketika men- struasi. Ayat juga menjelaskan agar suami memperhatikan is- teri dengan biak (makruf). Dalam hadis disebutkan bahwa sebaik- baik suami adalah orang yang paling baik kepada isterinya. Kemudian, suami perlu memperhatikan adab sengga- ma. Dalam berbagai hadis disebutkan adab senggama an- tara lain membaca basmalah se- belumnya, membaca Qulhuwal- lah ahad, takbir, tahlil, membaca doa tertentu. Dalam melakukan senggama, suami-isteri hendak- lah berpaling dari kiblat, menu- tup badan keduanya, memulai- nya dengan cumbu, peluk, dan cium. Suami memperlambat ke- luar keluar spermanya menung- gu kepuasan isterinya, tidak ba- nyak bicara ketika melakukan senggama, dan tidak membiar- kan isterinya tanpa menggauli- nya dalam setiap empat malam. C. Penutup Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam hal-hal tertentu, suami memiliki hak dominasi atas isteri. Tampak- nya, ini muncul dari sifat kodrati dan tugas yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Dalam senggama, secara kodrati perem- puan bisa menyerahkan tubuh- nya tanpa aktif, sementara laki- laki tidak bisa melakukan se- nggama tanpa aktif dan berse- mangat. Sebagai suami yang bertanggungjawab memelihara kehormatan isterinya dan seka- ligus harus keluar mencari naf- kah, maka diberi hak untuk me- ngatur dan mengontrol gerak- gerik isterinya. Akan tetapi, da- lam menggunakan haknya, sua- mi harus mengikuti adab dan sopan santun pergaulan rumah tangga yang dituntunkan Allah dan Rasulnya, tidak boleh me- mudratkan isterinya, tidak me- nyiksanya, dan harus mendidik dan menggaulinya dengan cara yang baik. Oleh Drs Agustianto, MAg. maka pegawai yang lain akan termotivasi pula untuk mencon- toh teman-temannya berbuat se- perti itu sehingga prestasi kerja dapat meningkat secara optimal. Apalagi prestasi keteladanan ini diberikan penghargaan, maka upaya membangun prestasi kerja akan semakin meningkat. Sebaliknya, bila ada karya- wan atau pegawai yang berpola hidup santai, suka main catur atau kartu pada jam kerja, hanya baca koran, tidak disiplin atau memiliki etos kerja yang lemah, maka kebiasaan itu dapat pula berjangkit dan dicontoh oleh teman-teman yang lain. Sehingga prestasi kerja menurun secara massal. Kenyataan ini merupa- kan kiamat bagi sebuah perusa- haan atau instansi. Karena itu, keteladanan harus muncul dari setiap individu, baik secara vertikal maupun horizontal. Penutup Sebagai kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa ketela- danan merupakan cara efektif untuk membangun dan menum- buhkan prestasi kerja di dunia perusahaan dan instansi. Efek- tifitas keteladanan terbukti ampuh meraih prestasi-prestasi besar sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Rasulullah SAW. Sebagai point yang harus dicatat, bahwa keteladanan tidak saja dimaksudkan untuk menum- buhkan prestasi kerja bagi ka- ryawan dan pegawai tetapi secara efektif dapat menumbuhkan dan memperkuat kepercayaan publik (masyarakat). Ingatlah keperca- yaan adalah sesuatu yang mahal harganya dalam kepemimpinan. 2cm Color Rendition Chart