Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Waspada
Tipe: Koran
Tanggal: 2005-03-04
Halaman: 15

Konten


tal-ikhlas ialah mela- etaatan hanya semata- arena Tuhan tidak ka- ng lain. Sementara al- ani menyebutkan bah- ikhlas adalah mele- diri dari selain Tuhan. ngenai haikat al-ikhlas a Sa'id Hawwa mem- ulasan dalam kitabnya akhlisih fi Tazkiyah al- ahwa esnsi al-ikhlas rsihnya sesuatu karena ar dari noda dan kotor- ersihan ini menurutnya a ternodai karena ke- gan duniawi yang dise- afsu dan dicenderungi ti. Sa'id Hawwa sama idak menampik bahwa berperilaku al-ikhlas hal yang sangat sulit hanya memiliki satu asi yaitu mencari b (pendekatan) kepada 26 H nang, S. in man, AR Hakim had al A. Sirait, SH, M.Hum -Halim Harahap (bersambung ) an r Tambunan . Azhar, AS bal, LC ifuddin i Limbong, S.Si q ddin, S.Pd.I mad Iqbal, MA Nasution Margolang Tanjung aimi olani Pulungan in Lc Mafus, SH Zakaria Syamsuri Matondang Pasaribu, S.Ag i, M.Ag WASPADA S.Ag run Jami' Daulay Halim AR Asmuni Abd. Syukur n, Lc hmenan Hsb endy S.Ag uddin P fiq SH ali Efendi Tanjung S.Ag i Nasution ddin Nst A.. un Elbantani m Harahap, S.Ag Ananda S.Ag hanuddin M.Ag midin Selian n Nst di Filham Lubis rifuddin El Hayat ajab Siregar Samah Pulungan man Hasibuan in Jamal Nst ot Saragih har Nasution eh Manurung ir Nst, S.Ag msuddin, MA t Harahap, SH, S.Ag Nst, S.Ag M. Ridwan Lubis Kasduri lah Jaffar, MA ur Situmorang Yunus Purba dul Razaq alim Harahap uddin Harahap Nur Hasibuan ianto wan rahap din Pinem m Sudarmanto , S.Ag rwin, S.Ag. ution i haniago S.Ag , SHi Effendy Barus Co, S.Ag Bri sution, BA n Hasan Nasution rwansyah amsuddin Lc i amsul Basri Tamar man G. S.Pd.I in Syam sopang endi Hsb. din Harahap, S.Ag din KS a Sinaga Od. Khaliq din Siregar urrahim Nst muddin in Damanik tman Harahap WASPADA Hakikat Haji Mabrur (Refleksi Pasca-Pelaksanaan Ibadah Haji) kasih sayang-Nya di tengah- tengah umat sekarang ini. Pasca-pelaksanaan ibadah haji jiwa para dhuyufurrahman itu betul-betul dipenuhi rasa kasih sayang. Tidak ada iri, dengki, bakhil, sombong dan lain sebagainya. Namun seba- liknya, hati mereka dipenuhi oleh keikhlasan untuk membe- rikan pertolongan terhadap sau dara-saudaranya. SETELAH kembali ke tanah air dari melaksana- kan ibadah haji di kota suci Makkah, maka perasaan ha- ru dan bahagia menyelimuti diri karena bertemu dengan sanak keluarga kembali. Perasaan sedih juga masih ada karena telah meninggal- kan tempat suci dengan ber- bagai keistimewaannya dalam rangka wisata rohani untuk mendekatkan diri kepada Al- lah SWT. Setibanya di tanah air, bu- kan berarti tugas sebagai ham- ba Allah telah berakhir. Namun, tugas yang akan dipikul akan semakin berat sebagai bukti berhasilnya pelatihan jiwa (soul trainning) selama melaksana- kan ibadah haji. Predikat haji mabrur ada- lah dambaan dan impian setiap para dhuyufurrahman-pasca pelaksanaan ibadah haji. Haji mabrur bukanlah gelar yang diberikan oleh manusia yang bersifat duniawi, tapi itu meru- pakan anugerah Tuhan atas kesuksesan kita melaksanakan perintah-Nya. Bagi yang men dapatkannya maka Allah telah memberikan fasilitas yang ter- jamin yaitu syurga. Dengan de- mikian, haji mabrur adalah ge- lar ukhrawi. Ciri khas, para dhuyufur- rahman yang mendapatkan haji mabrur, bukanlah yang mereka dengan bangga memakaikan gelar al-Hajj (Haji) di depan na- manya, bukan pula mereka-me- reka yang mengenakan lebai putih dan jubah besar kemana- mana tapi masih berlaku picik terhadap saudaranya yang lain. Akan tetapi, gambaran haji mabrur adalah mereka yang mampu komitmen dengan ke- imanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Apa yang sudah dilakukan dalam ibadah haji, mereka aplikasikan dalam kehidupan sosial-pasca mereka tiba di tanah airnya masing- masing. Setelah melaksanakan iba- dah haji, maka para dhuyufur- rahman itu akan menjadi soro- tan dan panutan di tengah- Pendahuluan Salah satu tujuan penting kehadiran Islam kepermuka- an bumi ini adalah untuk me- rubah, mereformasi sekaligus menciptakan sebuah tata dan sistem sosial (kemasyaraka- tan) yang berkeadilan dan di- asaskan dengan prinsip-prin- sip kebenaran, kebajikan ka- sih sayang dan ketaqwaan. Oleh karenanya, kedatangan Islam dapat disebut sebagai gerakan pembaharuan moral dan kemasyarakatan berdasa- rkan nilai-nilai kemanusiaan. Keadaan ini dapat kita dengan kembali membuka lembaran sejarah perjalanan dan perjuangan Rasul Saw dalam membumisasikan cita- cita sosial Islam tersebut, pada saat berhadpan langsung dengan sebuah sistem sosial yang keras, kejam dan kon- frontatif di Makkah pada abad ke 7 masehi. Dalam dokumen- tasi historis kita dapat me- nyaksikan, bagaimana Rasu- lullah Saw melakukan gera- kan sosial dan moral terhadap para golongan-golongan elit Quraisy yang sombong, rakus, otoriter yang menguasai wila- yah Makkah. Kita tahu pada saat itu, Makkah dengan le- taknya yang strategis sedang berkembang pesat, karena lokasinya tempat lintas perda- gangan dunia pada saat itu. Pola kehidupan masyara- kat pada saat itu cenderung tidak beraturan, hedonistik, sarat dengan pertikaian, tidak bermoral dan lain sebagainya. Keterpukuan mereka ter- hadap keseronokan duniawi telah mengumpulkan nurani- nya untuk berkenalan dengan nilai-nilai hidup yang lebih tinggi. Mereka telah melupa- kan bahkan tidak mengenal siapa Tuhannya. tengah masyarakatnya. Ironis sekali, apabila pasca-pelaksana- an ibadah haji justru prilakunya semakin bobrok, semakin ba- khil, tidak perduli dengan kon- disi sesama, enggan untuk ber- ibadah dan lain sebagainya. Hal ini merupakan ciri dari kegagalan pelaksanaan ibadah haji yang berakhir dengan ke- sia-siaan. Ibadah haji ke kota suci Makkah bukan untuk seke- dar rekreasi, tapi ia adalah per- jalanan spritual menuju Tuhan (taqarrub ilallah). Jadi, alang- kah merugi apabila setelah me- laksanakan ibadah haji ke- imanannya semakin menurun. Kejahatan dan kelalaian mereka telah mengunci hati- nya untuk menerima chaya bekenaran. Keadaan dan kon- disi sosial yang tidak bermoral itulah, Rasulullah SAW mela- kukan perubahan secara tota- litas yang dilakkukan secara Dengan demikian orang seperti itu hanya mendapat ke- puasan lahiriyah (telah me- ngunjungi kota suci Mekkah), tapi masih jauh dari kepuasan bathiniyah yang merupakan tujuan hakiki dari ibadah haji. Renungan buat para dhuyu- furrrahman yang telah kembali ke tanah air, untuk betul-betul mampu mewujudkan haji mab- rur dalam realitas sosial. Pe- nampakan haji mabrur akan terlihat dari pengaplikasian ni- lai-nilai keimanan dan ketaq- waan dalam kehidupan sosial tersebut. Hakikat Haji Mabrur Sudah menjadi sebuah ke- niscayaan bahwa haji yang mambrur adalah harapan. Un- tuk mendapatkan predikat rab- bany tersebut hanya ada satu kunci "kebersihan hati dan ke- sucian jiwa". Inilah yang akan mengan- tarkan seseorang untuk meraih tempat yang terhormat di sisi Allah SWT. Tiket ke sorga pun sudah ada dalam genggaman. Rasulullah SAW, bersabda: "Ha- ji mabrur lebih utama daripada dunia dan segala isinya. Haji mabrur, tidak ada balasannya kecuali sorga," (H.R. Bukhari- Muslim). Keberhasilan Rasulullah SAW ini telah tercatat dalam tinta emas kenabiannya, se- bagai peletak dasar transfor- masi sosial dan moral. Amar Ma'ruf Nahi Mun- kar Syarat Menuju Per- ubahan (Menuju Transfor masi Sosial Dan Moral) Meskipun kondisi sosial dan moralitas kehidupan kita saat ini tidak seperti yang ter- jadi pada periode Mekkah, di- saat Rasul pertama kali me- nyampaikan risalahnya, Na- mun, keadaan masyarakat ki- ta sekarang ini sudah menga- rah kepada sebuah sistem dan kondisi sosial yang mempri- hatinkan. Perjudian masih meraja- lela meskipun terselubung, praktek prostitusi semakin ramai seakan-akan sudah terlegitimasi, pembunuhan, perampokan dan pemerkosa- an sering terjadi dan berbagai fenomena kemunkaran lain- nya yang mengindikasikan betapa masyarakat kita telah diambang kehancuran yang dibungkus dengan polesan- polesan artifisial keindahan semu. Ironisnya, keadaan itu seolah-olah sudah menjadi da- ri kehidupan sosial kita. Mengamati kenyataan sosial yang menyedihkan ini, sudah sepantasnyalah kita kembali mengadakan gerakan bersama, dalam upaya menca- pai transformasi sosial dan moral sebagaimana bentuk ideal masyarakat yang dicita- citakan Islam. Oleh Sugeng Wanto, MA. Dan Diah Widya Ningrum, S.Pd.I Upaya inilah dalam Islam dikenal dengan amar ma'ruf nahi munkar. Kegiatan meng- ajak, membujuk, menyampai- kan, kebajikan (kebenaran dan hak) serta mencegah, me- larang, saling menesehati un- tuk tidak mengerjakan ke- munkaran seyogyanya tidak akan pernah surut, stagnan apalagi berhenti dalam ma- syarakat kita. Pesan amar ma'ruf nahi munkar ini sangat jelas, tegas dan penuh reaktif dinyatakan Penulis Adalah Dosen FS. IAIN-SU Medan dan Staf Pengajar Al-Jam'iyatul Washliyah Perbaungan dalam diri dan kehidupannya. Apa yang sudah didapatkannya itu mampu disosialisasikannya di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat. Adapun hal- hal yang merupakan butiran hikmah dan sudah seharusnya terwujudkan dalam kehidupan, antara lain adalah: Maka berbahagialah bagi para pejalan haji yang setibanya di tanah suci mampu melak- sanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya, dan berhasil pula mentransfer butiran mu-, tiara hikmah ibadah haji ke kepada pengembaraan ke masa Pertama, dengan ibadah haji kita dapat melihat langsung tempat asal agama yang kita anut. Kita bisa mengadakan komparasi sekaligus instrospek- si. Kita bisa melihat tempat di mana Rasulullah SAW dila- hirkan, tempat wahyu pertama kali diturunkan, medan dimana perang badar berkecamuk. Dan dari persaksian langsung itulah akan timbul di dalam diri kita rasa memiliki dan cinta terha- dap agama. Betapa tidak, dari gamba- ran perjuangan Nabi Muham- mad SAW, dan para sahabatnya mengibarkan gendera Islam. Karena komitmen keimanan, karena agama yang dibela, me- reka bersedia hijrah dari Mak- kah ke Madinah yang jaraknya 450 km dengan medan perjala- nan berupa padang sahara yang tandus dan buas. Untuk mem- bela dan mempertahankan aki- dah mereka harus rela mem- pertaruhkan nyawa, mandi ke- ringat, bertetesan air mata, bah- kan berkubang darah. Sementara kita di zaman sekarang sudah terima enak. Ibarat makan, sadah tersedia nasi dan lauk pauknya hanya tinggal menyantapnya. Maka apakah makanan yang tinggal disantap itu akan kita biarkan begitu saja tumpah beserakan di tanah, menjadi rebutan bagi yang lain? Mimbar Jumat Tempat-tempat yang kita saksikan itu akan membawa silam di mana jiwa dan raga dipertaruhkan demi sesuatu yang sekarang kita genggam. Pengembaraan bathin itu akan menggoreskan pengela- man spritual, dan akhirnya me- refleksi ke dalam sikap konsis- ten atau bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran agamanya. Jadi, haji yang mab- rur adalah mereka-mereka yang mampu menjaga komit- men keimanannya dan menga- malkannya. Kedua, ibadah haji itu me- rupakan kongres intenasional ummat Islam. Saat itulah kita bisa menyaksikan Islam dalam skala yang makro dengan ber- bagai bentuk dan nuansanya. Dari gambaran ini akan timbul kesadaran bahwa ummat Islam tidak boleh bermental seperti katak dalam tempurung, me- rasa paling besar karena tidak tahu dunia luar. Dan pada keaneka ragaman warna kulit, bahasa, bentuk tubuh, pola budaya yang plural, bukan merupakan penghalang untuk beribadah kepada Allah. Memakai pakaian yang sama, melakukan ibadah yang sama, menyembah Tuhan yang sama, akhirnya dari persamaan itu tersimpulkan spritual bahwa muslim itu bersaudara. Tugas suci dan profhetik ini juga secara eksplisit diper- kuat dengan Hadits Rasul yang berbunyi, "Barang siapa diantara kamu melihat ke- munkaran hendaklah ia me- ngubah (mencegahnya) de- ngan tangannya, dan jika tidak sanggup hendaklah dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah dengan li- dahnya, jika juga tidak sang- gup hendaklah dengan hati- nya dan itu adalah selemah- lemah iman. "HR. Muslim dari Abu Hurairah). Hadis ini juga mengingatkan kepada kaum muslim, bahwa kita ha- rus melakukan tugas dakwah sesuai dengan kemampuan kita. Artinya sekecil apapun peran dan usaha dakwah yang dapat kita lakukan, tidak serta merta mengugurkan dan menghilangkan beban dakwah dari kita. Artinya, da- lam konsep Islam setiap mus- lim sesungguhnya adalah juru dakwah yang mengemban Haji yang mabrur adalah mereka yang betul-betul mera- sakan dan menanamkan rasa ukhuwah di dalam jiwanya dan dia aplikasikan dengan senan- tiasa mengulurkan tangan un- tuk membantu saudara-sauda- ra yang susah. Pasca-pelaksanaan ibadah haji para dhuyufurrahman ti- dak akan melanggar hak dan menyakiti sesama saudara sekecil apapun. Para dhuyufur- rahman adalah duta-duta Allah untuk menebar rahmat dan Oleh Ahmad Sabban Rajagukguk, S.Sos, I Sekretaris Forum MHS Pascasarjana IAIN SU Medan nyi, "Hendaklah ada sebagian diantara kamu yang menga- jak kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang ma'ruf serta mencegah kepada yang dalam Al Qur'an yang berbu- tugas untuk menjadi teladan umat di tengah masyarakat. Mengapa begitu imperatif- nya Al Qur'an dan Hadist Ra- sul untuk menyerukan pene- gakan amar ma'ruf nahi mun munkar. Mereka itulah orang- orang yang mendapat kebe- runtungan (kenenangan)." (QS. Ali Imran: 104). Ayat di atas menjadi landasan nor- kar ini, maka jawabannya adalah agar terjadinya tran- sformasi sosial dan moral. matif yang cukup kuat untuk dijadikan asalah (dalil) bahwa kegiatan amar ma'ruf nahi munkar ini merupakan sebu- ah kewajiban. Dan ini harus dipraktek- kan, bahkan harus menjadi bagian hidup dari setiap priba- di, keluarga dan umat. Sebab, Amar ma'ruf nahi munkar merupakan misi kenabian dan juga tugas profhetik yang diwahyukan kepada para Rasul dan Nabi, yang secara kontiniutas dilanjutkan oleh para pengikut dan umatnya yang setia dan sejati. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Syarat Menuju Perubahan (Menuju Transformasi Sosial Dan Moral) gradual melalui prinsip amar ma'ruf nahi munkar. Jika rasa kebersamaan ini mampu disosialisasikan di te- ngah-tengah masyarakat Islam hari ini, krisis yang menimpa bangsa ini akan mampu diatasi. "Berat sama dipikul, ringan sa- ma dijinjing", seperti itulah gambarannya. Ketiga, ibadah haji mem- bangkitkan kesadaran primer kita. Dari mana kita datang, di mana kita sekarang, dan ke- mana kita pulang. Di kala kita merenung di padang arafah yang terhampar luas, betapa kecilnya kita, saat itulah air ma- ta menetes bersama terbitnya fajar kesadaran siapa diri ini se-benarnya. Transformasi sosial yang dimaksud adalah sebuah tran- sformasi dengan terjadinya perubahan penting dalam bentuk penampilan dan wa- tak masyarakat ke arah yang lebih baik, adil, santun dan ramah serta manusiawi di atas landasan keimanan dan ketaqwaan yang tulus dan fungsional kepala Allah. Dan untuk mewujudkan transformasi ini harus secara simultan bersamaan dengan transformasi moral, keduanya inilah yang menjadi arah dan target utama dari penegakan amar ma'ruf nahi munkar. Ji- ka transformasi ini dapat di- wujudkan, maka sudah jelas anugerah, karunia, nikmat dan pertolongan Allah akan senantiasa turun dari segala penjuru. Ini sudah menjadi janji Allah Swt. (QS. Al A'raf: 96). Di sanalah kita menang- galkan segala macam status sosial. Tidak ada yang memakai atribut pejabat, konglomerat, intelektual, orang awam, buruh, semuanya hanya manusia bia- sa yang sama dihadapan Tu- hannya. Sosok para dhuyufurrah- man yang mambrur adalah me- reka yang betul-betul menya- dari siapa dirinya dihadapan Allah SWT. Pasca-pelaksanaan ibadah haji, para dhuyufur- rahman tidaklagi mengandal- kan jabatannya atau status sosialnya untuk berlaku som- bong dengan saudaranya yang lain. Demikianlah, ibadah haji menyediakan kemungkinan bagi kita untuk naik ke taraf kesucian dan kesejatian diri. Maka kesempatan melaksa- nakan ibadah haji adalah pelu- ang buat mengupayakan pen- jernihan pribadi. Ibarat baju kotor, kita datang ke tanah suci untuk membersihkannya. Le- wat serangkaian laku peribada- menuju perubahan. Pesan keagamaan dan pengajakan amar ma'rufnahi munkar ini sudah selayaknya lagi tidak hanya dilakukan di podium, ceramah-ceramah formal, di mesjid dan peraya- an-perayaan hari besar Islam. tan ibadah haji "baju kotor" kita itu disabun, dibilas, dijemur dan disetrika. Bentuk-bentuk dakwah seperti ini, dianggap tidak akan mampu mengimbangi laju kehidupan dan peruba- han dalam masyarakat. Aneh- nya lagi, tugas-tugas seperti ini hanya dibebankan kepada para da'I, Ulama, tokoh ma- Karena itu, melaksanakan ibadah haji tidaklah sekedar bisa pergi, tapi harus pula dapat kembali ke kampung halaman dengan membawa predikat haji mabrur. Haji mabrur, memang bukan ukurannya manusia, itu adalah hak prerogratif Allah untuk menerimanya atau me- nolaknya. Akan tetapi, indikasi ke- mabruran pastilahbisa kita jumpai pantulannya pada tam- pilan zahirnya. Isi dari haji mab- rur adalah jiwa haji yakni kua- litas kepribadian yang termani- festasikan ke dalam prilaku hidupnya. Kalau sepulang haji inten- sitas ibadahnya, peran sosial- nya makin positif dibanding dengan sebelum berangkat haji, maka itulah di antara tanda- tanda kemabruran. Penut Sebagai refleksi (renungan) buat para dhuyufurrahman yang telah kembali ke kampung halamannya masing-masing, untuk senantiasa memelihara dan menjaga komitmen keima- nan dan ketaqwaan kepada Al- lah SWT sebagai bukti kemab- ruran haji. Seorang yang telah melaksanakan ibadah haji, biasanya akan menjadi pionir dan tolak ukur bagi masyara- katnya. Seorang sudah haji şeharus- nya merupakan figur yang ber- hasil di dalam menempuh me- laksanakan peribadatan. Haji mestinya menjadi pionir tradisi kesalihan di tengah masyara- katnya. Pasca-pelaksanaan ibadah haji, tugas para dhuyu- furrahman semakin berat un- tuk menjadi pionir dalam me- wujudkan masyarakat yang shalih. Hal tersebutlah yang merupakan hakikat haji mab- rur. Semoga para dhuyufurrah- man yang telah kembali ke ta- nah air, ke kampung halaman- nya masing-masing menjadi haji mabrur. Amin. Wallahu a'lamu. sehat. Sesungguhnya Tuhan- mulah yang paling mengeta- hui terhadap orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan juga lebih mengetahui terhadap orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An Nahl: 125) Penutup Sebuah kenyataan historis yang tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu tujuan keda- tangan Islam adalah untuk menciptakan transformasi sosial dan moral. Transformasi ini menjadi cita-cita sosial Is- lam, sebagai sebuah potret ide- al konstruksi sosial yang di idam-idamkan. syarakat dan lain-lain. Disini- lah perlunya kesadaran kolek- tif masyarakat kita, untuk da- pat memahami bahwa penega- kan amar ma'ruf nahi munkar merupakan tugas bersama. Kemudian, semangat amar ma'ruf nahi munkar hendaklah jangan dimaknai dengan semangat jihad yang berkonotasi konfrontatif, eks- trem dan radik. Melainkan, semangat yang sarat dengan nilai kemanusiaan, kebersa- maan, keteladanan dan ke- lembutan, Hal ini juga ditegas- kan Al Qur'an, "Ajaklah ma- nusia ke jalan Tuhanmu de- ngan cara hikmah, pelajaran yang baik dan diskusi yang adab. Kenyataan historis pula, bahwa mewujudkan transfor- masi sosial dan moral ini bu- kan merupakan sebuah usaha yang gampang, melainkan pe- nuh perjuangan dan pengor banan. Untuk mewujudkan cita-cita sosial ini, salah satu prinsip yang ditegakkan Rasu- lullah Saw adalah prinsip amar ma'ruf nahi munkar. Oleh karenanya prinsip ini menjadi sebuah keniscayaan, jika kita menginginkan kondi- si sosial kemasyarakatan ki- ta menuju sebuah transforma- si sosial dan moral yang ber- Bupati L. Batu Resmikan Masjid Jami' Darul Jannah Bupati Labuhan Batu HT. Milwan meresmikan pemakaian Masjid Jami' Darul Jannah, Kelurahan Perdamean, Kecamatan Rantau Selatan, Sabtu (26/2) tepatnya di Jl H. M. Said, Sigambal. Pembangunan Masjid Jami' Darul Jannah ini dimulai pada 1 Juli 2001 dan selesai pada 25 Februari 2005 yang berbiaya lebih kurang 1 miliar rupiah dengan ukuran 23 x 23 meter. Arsitektur masjid ini terdiri dari 3 kombinasi gaya bangunan modern antara lain arsitektur Arabian pada badan dan qubah, arsitektur Melayu yaitu pada relief dan arsitektur art deco, yakni bentuk bangunan itu sendiri. Namun yang menjadi per- soalan dewasa ini adalah tidak sebandingnya antara kebob- rokan dan kemunkaran yang sudah merajalela dimasyara- kat kita dengan penegakan amar ma'ruf nahi munkar. Akibatnya semakin hari, nilai-nilai sosial kemasyara- katan yang ada akan mulai bergeser (terkikis) oleh segala bentuk mode hidup yang seca- ra beruntun berdatangan, ten- tunya yang cenderung des- truktif terhadap nilai dan prinsip sosial kemasyaraka- tan kita selama ini. Disinilah perlu kita sebagai individu, keluarga dan masyarakat un- tuk kembali menghidupkan Diingatkan pula, selagi kita hidup perbanyaklah sedekah semangat amar ma'ruf nahi munkar ini. Kesadaran ini dengan niat yang baik, ikhlas karena Allah, selain kita harus saling mengingatkan sesama manusia dan seakidah untuk harus muncul sebagai syarat menuju kebenaran di jalan Allah. (c15) Ketua pembangunan Masjid Jami' Darul Jannah Bonar Sihombing menuturkan, rumah ibadat ini juga dilengkapi dengan ruang duduk dan menara setinggi 25 meter, kamar tunggu imam, mimbar yang modern, ruang perpustakaan dan pagar serta tempat parkir mobil. Bupati L. Batu HT. Milwan, mengatakan, masjid ini merupa- kan sarana untuk membina hubungan ukhuwah islamiyah dan sebagai taman bacaan Islam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Ypa kaha Hadist Shahih. Soakara Ajaran Islam mengharamkan seluruh jenis pelacuran, yang dilakukan anak- anak maupun orang dewasa. Sebagian orang ada yang mengambil jalan pintas, melacur sebagai mata pencariannya. Apa- pun dasar dan alasannya, sangat dilarang dalam Islam. Hukumnya haram! Melacur Sebagai Mata Pencarian = Haram! Mungkin di negara-negara maju, pela- curan sudah dilegalkan, namun di Indone- sia yang namanya pelacuran merupakan penyakit sosial yang harus dibasmi, meski tidak mudah menindaknya. Hal itu bisa terjadi karena berlakunya hukum permin- taan dan penawaran. Ajaran Islam mela- rang keras praktik pelacuran ini. Sebagian orang-orang jahiliyah ada yang menetapkan upah pekerjaan harian hamba-hamba perempuannya dan hasil- nya supaya diserahkan kepada tuannya dengan jalan apa pun juga. Seringkali men- jurus kepada perbuatan zina, supaya dia dapat membayar dan memenuhi keperluan hidupnya. Sama halnya dengan mengeks- ploitasi anak di bawah umur menjadi pengemis di jalanan dan hasilnya diserahkan kepada tuannya. प пениц VADIES •WSP Setelah Islam datang, seluruh anak[-anak baik putra maupun putri diangkat dari perbuatan yang hina itu. Kemudian turunlah ayat yang mengatakan: "Jangan kamu paksa hamba-hambamu untuk melacur jika mereka ingin dirinya terjaga, lantaran kamu hendak mencari harta untuk hidup di dunia." (An-Nur:33). SELAMA 39 hari berada di Makkah dan Madina hampir tidak dijumpai tem- pat rekreasi. Satu-satunya lokasi santai yang kami sing- gahi adalah Laut Merah di Jeddah. Di sinilah keluar ga asing dan para jamaah bersuka ria memandangi lautan yang bersih dan me- rasakan sepoi angin senja. Jamaah Majlis Ta'lim Ja- bal Noor berkesempatan di- bawa ke sana sebagai salah satu program perjala-nan wi- sata agar lebih fresh menja- lankan rutinitas ibadah. 4 MARET 2005 JUMAT KEMBALILAH KE JALAN YANG BENAR NAK! Sementara itu Ibnu Abbas meriwayatkan, sesungguhnya Abdullah bin Ubai kepada Munafikin, datang kepada Nabi sambil membawa seorang hamba perempuan yang cantik jelita, namanya Muadzah. Kemudian ia berkata: "Ya Rasulullah. Ini adalah hamba milik anak yatim, apakah tidak tepat kalau kau suruh dia untuk melacur supaya anak yatim itu dapat mengambil upahnya?" Jawab Nabi: "Tidak!" Satu keistimewaan pada Laut Merah ini di sana ter- dapat masjid terapung ber- nama Arrahmah. Kami me- hrib di sana. nyempatkan sholat Mag- Dengan berdasarkan keterangan di atas, maka Nabi melarang mata pencarian dengan usaha yang kotor ini, betapa pun tingginya bayaran yang diterimanya. Baginda pun tetap tidak memperkenankan setiap apa yang dikatakan karena terpaksa, karena kepentingan atau untuk mencapai sesuatu tujuan. Motifnya supaya masyarakat Islam tetap bersih dari kotoran-kotoran yang sangat membahayakan ini. (Imam Al-Ghaza- li, 2000, Halal dan Haram dalam Islam, Kuala Lumpur, penerbit: Jas- min Enterprise). Kendati tidak ada tempat rekreasi seperti di Jeddah, jamaah sebenarnya sudah dipuaskan dengan aneka pu- sat perbelanjaan berupa pa- sar dan plaza yang ada di Makkah dan Madinah. Bersantai Di Laut Merah Dan Mendaki Gua Hira gunung itu cukup tinggi de- ngan puncak mencapai 200 meter. Di sekelilingnya ter- dapat sejumlah gunung bu- kit batu dan jurang. Satu hal yang dirasakan unik adalah ketika berbe- lanja di Pasar Rusia dimana selain orang Rusia dan Arab terdapat pedagang etnis Chi- na Muslim. Barang jajaan di pasar yang khusus dibuka malam hari itu sebagian be- sar produk China, Korea, Thailand selain Syria, Turki dan Bangladesh seperti guci, tas, bantal kursi, seprei, jacket kulit, tenda dan sebagainya dengan harga relatif murah. Tapi Alhamdulillah saya bersama teman di bawah ko- mando Ustadz Zulfikar Ha- jar bisa berada sampai ke puncak dan turun dengan selamat. Ketika hendak berbelan- ja kurma, jamaah Jabal Noor dibawa ke Pasar Kurma di Madina yang khusus menju- al kurma, dibangun tahun 1982 sekitar 600 meter sebe- lah selatan Masjid Nabawi. Mengapa para jamaah begitu antusias mendaki Ja- bal Nur karena di atasnya terdapat Gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW me- nerima wahyu pertama yang dibawa oleh Malaikat Jibril pada 17 Ramadhan 41 H (6 Agustus 610 M). Tempat itu juga sebagai tempat Nabi Muhammad SAW menyepi dan mengasingkan diri un- tuk mendekatkan diri kepa- da Allah. Di pasar ini jamaah da- pat menemukan 26 macam kurma termasuk Ajwa, kur- ma kesayangan Nabi Mu- hammad. Kurma yang ada di Madinah memiliki nilai Gua Hira tersebut terle- tak di belakang dua batu Lagi-lagi wanita asal Ma- dura terlihat menjajakan makanan, seperti sate dan es campur yang merupakan makanan khas di tempat itu. istimewa karena mutu gizi- raksasa yang sangat dalam Ada juga pecal, mie sop dan nasi beserta lauk pauknya. Keliling Jeddah meru-pa- kan bagian dari program Ja- bal Noor setelah jamaah mendapatkan haji. Jamaah juga dibawa mengunjungi kuburan Siti Hawa, Masjid Qishosh tempat hukuman eksekusi bagi warga setem- pat, melihat sepeda terbesar di dunia, melihat Kharifah (peta dunia terbesar), meli- hat peninggalan kapal pe- rang dan terakhir berbelanja di Shopping Centre Curnis (Balad). nya yang sangat tinggi. Bah- kan dapat digunakan untuk obat sehingga kurma men- jadi komoditi yang laris kare- na penziarah pasti membeli untuk dibawa pulang ke ta- nah airnya. dan sempit. Bila kita kun- jungi dan masuk, orang akan merasa terpencil sepenuh- nya dari kehidupan dunia. Luas gua itu hanya cukup untuk tidur tiga orang ber- dampingan dan tingginya kira-kira dua meter. Seperti pasar Rusia, pa- sar Seng, Hilton Hotel yang berada di depan pintu nomor 1 Masjidil Haram, Taiba Ho- tel di Madinah dan pusat perbelanjaan lainnya. Belum lagi di trotoar se- panjang jalan menuju Mas- jidil Haram sepanjang jalan terdapat orang berjualan, begitu juga di Madinah ke- luar dari Masjid Nabawi se- jumlah toko emas dan toko pakaian serta suvenir siap memanjakan jamaah yang ingin berbelanja. 15 KBIH Jabal Noor dari awal memang sudah menyu- sun sejumlah program tertu- lis untuk aktivitas di Mak- kah dan Madinah yang su- dah dibagikan kepada jama- ah sebelum keberangkatan. Di Madinah jamaah seca- ra berombongan berkesem- patan mengunjungi Mesjid Quba (masjid yang mula- mula dibangun rasullah), Ja- bal Uhud, ziarah ke Kesyu- hada' Uhud, ziarah ke Khan- dak dan masjid Kiblatain. Sementara di Makkah ja- maah berkesempatan meli- hat istana raja, tempat lahir Rasullah, kediaman Siti Khodijah, Masjid Kucing, Masjid Jin dan ziarah ke ku- buran Ma'ala serta sekitar Masjidil Haram. Selain itu jamaah berzia- rah juga ke tempat berseja- rah seperti Jabal Tsur (tem- pat Nabi bersembunyi bersa- ma Abu Bakar), menaiki Ja- bal Rahmah dan mendaki Jabal Nur. Mendaki Jabal Nur me- mang tidak dianjurkan bagi yang tidak sanggup karena Di bagian ujung kanan kanan, ada lubang atau ce- lah yang dapat dipakai un- tuk memandang kawasan gunung dan bukit di jurusan Makkah. Tidak mudah bagi jama- ah untuk masuk ke dalam gua tersebut karena himpi- tan dua batu besar dan ru- ang yang kecil. Sehingga ja- maah kita terpaksa berde- sak-desakan dengan jamaah Turki, India dan jamaah dari penjuru dunia lainnya yang berbadan lebih besar. Sekilas tidak ada celah terlihat kare- na begitu jamaah yanag an- tusias masuk ke dalam Gua Hira tersebut. Ibadah haji selain meru- pakan perjalanan doa juga sebagai perjalanan wisata rohaniah. Bila dikemas de- ngan baik dengan mengun- jungi tempat bersejarah se- makin menambah keyaki- nan kita terhadap kebesaran Allah SWT yang akhirnya diharapkan dapat mening- katkan keimanan kita. *Ria Siregar Anda Bertanya, Islam Menjawab Kirimkan pertanyaan anda ke: islam@waspada.co.id Rubrik Konsultasi Agama Islam diasuh oleh Prof.Dr.H.Syahrin Harahap, MA (Guru Besar IAIN Sumut) Kunjungi situs Waspada Online - http://www.waspada.co.id 2cm Color Rendition Chart