Tipe: Koran
Tanggal: 2002-06-26
Halaman: 11
Konten
26 JUNI 2002 10 kan am perdagangan valuta poin. Mata uang domestik 0 per dolar AS sedangkan n pencairan dana IMF mestik itu tertekan oleh ung membeli dolar AS nk Indonesia (BI) melalui rupiah terhadap dolar n kenaikan mata uang sisi lain, perdagangan tuasi sehingga kurang ah. rutama terhadap yen, ral Jepang (BOJ) dan ping itu pelaku pasar Bank Sentral AS yang ari ini. ti melakukan pembelian ta uang itu tidak begitu mengungkapkan nilai 8.675. Sedangkan jual sing Rp 4.950-Rp 4.900 Pecah' i Pengusaha Kecil dan Medan 'pecah' karena kan mosi tidak percaya pas. desak DPD FK-PKMI tifkan pimpinan mereka i stagnasi dan segera bat Rabu (26/6). FK-PKMI Kota Medan kan Rapat Pleno Khusus FK-PKMI Kota Medan hammad dan Agus Ice us diangkat Pjs Ketua wakil ketua) dan Pjs mpai ada keputusan erapa pengurus, seperti man, Drs Subhan Chair Denarkan hal tersebut. yak program kerja FK- organisasi tidak efektif n dari seluruh anggota r Taufik. n tidak transparan dan atan organisasi. Selain atan kepengurusan FK- pinan. Tidak ada plat elas di berbagai tempat ajarnya. (m47) 3 Daerah (Deptan) akan menye- nengantisipasi datangnya sentra produksi beras. prapto di Jakarta, Selasa tribusikan di 13 daerah. wa maupun luar Jawa. an diperoleh dari dalam ender," katanya di sela- engan Komisi III DPR. Can juga akan melakukan bung dan cekdam untuk dengan sektor pertanian, bangkan saluran-saluran erapan Teknologi (BPPT) hemang diperlukan. (ant) Carbide i produk calcium carbide uga diimpor dengan harga stri dalam negeri. lai menyelidiki calcium Huga merupakan produk Dumping Indonesia (KADI) -sela raker Menperindag a, Selasa. keperluan las, pembuatan mpercepat mematangkan ma permohonan dari PT. stri dalam negeri untuk atas produk impor calcium al dari kedua negara itu. ohonan tersebut, KADI k itu yang diimpor dengan dustri yang memproduksi Dibedakan inasi Penanaman Modal kan, pemerintah sedang dang (RUU) penanaman Penanaman Modal Asing m Negeri (PMDN). Tahun 1967 tentang PMA ntang PMDN, kata Toemian dang Promosi Penanaman a "Gelar Potensi dan Temu ulawesi Utara, Selasa. ti telah ditetapkan menjadi modal tanpa membedakan ehingga semua kegiatan ing maupun dalam negeri n perlakuan yang sama, bankan dalam negeri dan (ant) ASING ng asing terhadap rupiah marin, sebagai berikut: Draft 0 Beli 4.893,45 5.614,30 8.235,75 12.753,95 1.093,80 69,95 4.829,60 8.560,00 ES GSUNG" TER ANDA ANTAI BURSA, (m41) - Saham - Obligasi - LQ45 Futures BEJ MASI PENTING LAINNYA, FORMASI PERDAGANGAN OMENDASI DAN BERITA TERKINI LANJUT HUBUNGI -Saham N negoro No. 18, Medon 51 9206, www.img21.com Ekonomi dan Keuangan Suplemen Bisnis Angkutan, Luar Biasa! WASPADA Sangat luar biasa persaingan angkutan umum. Namun belum dibarengi dengan sistem pengelolaan yang baik. Yang berlaku sekarang, sesama supir harus ligat dan melanggar rambu-rambu lalulintas mengejar penumpang. Untuk mengantisipasi MPU yang tidak ada putus-putusnya mencari sewa. SUPRIADI, 33 tahun yang kesehariannya bekerja sebagai supir mobil angkutan umum (MPU) menampakkan raut wajah yang pasrah terhadap peker- jaannya saat ditemui dalam sebuah acara Koperasi Pengangkutan Umum (KPUM) Senin lalu. Kepasrahaan diutarakannya karena para supir tidak bisa berbuat banyak untuk mencari setoran akibat kencangnya persaingan bisnis angkutan umum. Kenai- kan tarif angkutan dari Rp900 jadi Rp1100 per estafet, dianggap sama saja, tidakkan mengubah nasib mereka. Para supir tetap saja harus berlomba- lomba mencari penumpang di tengah berjubelnya jumlah MPU yang beroperasi di tengah kota. Menurut data dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan eks DLLAJ Medan, jumlah MPU yang berope- rasi sebanyak 4756 unit dan dengan jum- lah trayek 214 antara dengan jenis perusa- haan antara lain, PT Rahayu Medan Ceria, KPUM, Hikmah, Desa Maju, Medan Bus dan Povri, "Sebelum jumlah armada umum bertambah, kami para supir bisa mengejar setoran dan pendapatan Rp80.000 per hari, APA jadinya kalau seluruh angkutan kota di Medan mogok. Jawabannya, nyaris semua ruas jalan terhindar dari kema- cetan. Bagi pengguna jalan ada untungnya juga aksi mogok para supir angkutan kota (angkot) pada hari Kamis dua pekan lalu. Saat itu sudah ada kesepakatan dari para angkot untuk berhenti satu hari. Mereka lalu mendatangi kantor DPRD Medan dan kantor walikota untuk me- nyatakan sikapnya atas berbagai feno- mena yang terjadi di jalan. Menurut para supir, Pemko jangan lagi menambah armada di jalanan yang sudah terlalu banyak. Lalu melarang izin trayek baru serta memberantas pre- manisme. Pokok persoalan para supir di jalanan saat ini benar-benar kritis. Kalau mau mendengar jawaban dari prospek profesi mereka, selalu terdengar keluhan. Hanya pas buat makan, malah kadang-kadang setoran selalu kurang. Belum lagi jika dihubungkan dengan MASYARAKAT terkesan mulai ogah-ogahan naik taksi. Banyak pasalnya, mulai ongkos yang lumayan mahal bahkan hingga faktor pribadi si supir taksi yang tidak disiplin dan mau melarikan barang penumpang. Udin, 26, penduduk kawasan Jalan SM Raja mengatakan enggan naik taksi karena ongkosnya mahal dan tak jarang sang supir membawa penumpang mutar-mutar dahulu agar ongkos semakin mahal ketika argo pencatat biaya taksi diaktifkan. "Lebih baik naik angkot saja, lebih murah. Kalau pun naik taksi saya lebih suka tidak usah pakai argo. Kadang ada supir yang nakal, dia bawa muter-muter dahulu supaya argonya tinggi," katanya. Tapi bagaimanapun taksi tetap menjadi angkutan perkotaan, dan menjadi satu ciri bagi satu kota besar seperti halnya kota Medan. Namun belakangan taksi yang dahulu sempat membooming, kini mulai tak diminati lagi dan hal ini diakui salah satu pengelola taksi di kota Medan. belakangan ini hanya bisa Rp40 ribu-Rp50 ribu," kata Supriadi. "Taksi sudah terpuruk dan hal ini tidak hanya terjadi di perusahaan taksi kami, tapi juga ke beberapa perusahaan taksi lainnya," ujar Kabag Personalia PT VIP Taksi Alfian Syah Lubis di kantornya. "Pasar saat ini tak mendukung. Saat ini memang masyarakat sebagai konsumen taksi memang kurang berminat naik taksi," tandas pria yang mengaku sudah 21 tahun menggeluti bisnis ini. Lesunya dan makin kaburnya usaha bisnis taksi ini terutama terasa pada tahun 2001 Pendapatan itu pun baru bisa didapat para supir yang mau mencari penumpang sebanyak lima trip, kalau tidak, jangan harap membawa pulang Rp50 ribu. Ber-beda dengan dulu, tidak perlu sampai lima trip Rp80 ribu sudah dapat dikantongi. Cine 57 BROUR 37 Supriadi supir MPU Koperasi trayek 66 mengatakan, sangat luar biasa per- saingan angkutan umum. Namun belum dibarengi dengan sistem pengelolaan yang baik. Yang berlaku sekarang, sesama supir harus ligat dan melanggar rambu-rambu lalu-lintas mengejar pe-numpang. Untuk mengantisipasi MPU yang tidak ada putus-putus-nya mencari sewa. Sehingga, terasa bagi para supir, seakan penum- pang sudah mulai berkurang. Satu hal lagi, gencarnya bisnis ang- Waspada/Muhammad Thariq KEPENTINGAN BISNIS: Melejitnya persaingan MPU di Medan hanya untuk mencari kepentingan bisnis, belum menyentuh aspek pengembangan kota dan kesejahteraan supir dan pelayanan publik yang baik. Waspada/Muhammad Thariq kenaikan harga bahan bakar minyak yang hampir sekali sebulan. Lengkaplah sudah kekecewaan mereka terhadap berbagai kebijakan yang tak bersahabat. Saat ini, berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, ada 11.807 angkutan kota di Medan. Sebanyak 7.374 merupakan MPU (mobil pengangkutan umum) dan 4.433 merupakan bus. Semuanya dikelola oleh 17 perusahaan angkutan. Untuk kebutuhan bahan bakar kebanyakan memakai premium. Setiap hari menghabiskan antara 25 sampai 30 liter. Berarti dalam sehari untuk para supir angkutan harus punya modal Rp 52.500 untuk 30 liter. Karena saat ini harga bensin Rp 1.750 per liter. Kemudian uang setoran mereka men- capai Rp 60 ribu. Keadaan ini juga ter- gantung negosiasi dengan pemilik angkot. Malah ada yang sampai Rp 80 ribu. Jika dihitung, berarti para supir setiap hari harus bisa menghasilkan Rp 120 ribu minimal untuk biaya operasional saja. HORNY Persaingan Supir Angkot Makin Kritis hingga sekarang. "Pokoknya saat ini benar-benar sulitlah," katanya. Dia mengeluhkan kondisi bisnis taksi di Medan saat ini, padahal diakuinya bahwa setoran yang ditetapkannya kepada pengemudi atau para supir tidak terlalu berat dan cenderung lebih murah dibanding perusahaan taksi lainnya. VIP Taksi yang berpusat di Jakarta dan berlokasi di Jalan Turi Medan ini menetapkan setoran sebesar Rp 61.000/hari termasuk uang simpanan pengemudi. Sementara pada hari Minggu setoran sebesar Rp 57.500 belum termasuk uang simpanan. Saat ini, katanya uang setoran taksi di perusahaan lain mencapai Rp 90.000 per hari. Namun walaupun biaya relatif lebih kecil, saat ini setiap harinya selalu banyak tunggakan setoran pengemudi yang terbilang cukup besar. "Lebih dari dua juta rupiah tunggakan pengemudi kami yang harus ditutupi," kata asisten Personalia VIP Taksi Abdul Batin Ginting. kutan umum mengakibatkan banyak trayek mengalami tumpang-tindih ber- dampak kepada penghasilan supir. Se- dangkan, bagi masyarakat, bertambahnya armada angkutan umum memang sangat menolong, karena tidak lagi menunggu lama dan cepat sampai ke tujuan. Mungkin waktu tunggu yang paling lambat hanya lima menit, MPU sudah menghampiri penumpang. Kendala para supir membayar uang setoran menurutnya di satu sisi bisa dimaklumi, salah satunya karena minat masyarakat menggunakan taksi yang menurun. Belum lagi katanya, banyaknya taksi-taksi liar, rental-rental taksi, dan mobil-mobil pribadi yang masuk dalam terminal. "Supir-supir sering menjadi kalah saing," ujarnya. Tersendatnya penyetoran tersebut menurutnya karena sekarang supir banyak yang gali lobang tutup lobang. Belum lagi, katanya, biaya Sejumlah perusahaan pengelola MPU di kota Medan menganggap suatu hal yang Itu belum lagi penghasilan yang harus dibawa pulang. Apalagi di tengah jalan mereka harus membayar uang ini dan itu kepada penge mis terhormat" sebagai setoran. Banyak pos yang harus mereka lewati di jalanan dengan menyetor antara Rp 2.000 sampai Rp 3.500. Makanya para supir angkutan itu mendatangi kantor walikota. Selain tuntutan melarang armada baru ke Pemko, masih ada misi khusus. Yaitu meminta kenaikan tarif angkutan. Pemko Medan, bagi mereka, cukup arif. Karena begitu tuntutan datang, langsung turun SK Walikota Medan No. 27 tanggal 12 Juni tahun 2002. Isinya tarif angkutan naik dari Rp 900 per estafet menjadi Rp 1.100 untuk MPU dan Rp 1.000 untuk bus. Harga itu tidak termasuk ongkos pelajar dan mahasiswa. Karena untuk kalangan ini masih tetap Rp 500 sebagai subsidi. Sebelum SK ini keluar sebenarnya supir angkutan sudah banyak yang mematok Rp 1.000 tiap estafet. Jarang ada yang mau mengembalikan jika sudah mengeluarkan pecahan Rp 1.000. Para pelajar juga sering jadi korban. Mem- berikan ongkos pecahan Rp 1.000 hanya dikembalikan Rp 200. Bagi supir, subsidi ini merugikan mereka. Karena kapasitas tempat duduk yang dipakai pelajar dan mahasiswa sama saja dengan penumpang umum. Tetapi mereka (supir) tetap menerima keputusan ini. Karena jika supir "ngotot" untuk me- naikkan ongkos pelajar dan mahasiswa akan ada aksi balasan. Pelajar dan maha- siswa setiap hari akan turun jalan menun- tut pengemudi bertindak fair dalam me- nentukan tarif. Jadi bagi para supir, semua menjadi keluhan. Bagaimana dengan harga spare wajar dalam kehidupan perkotaan. Saling berlomba dari segi bisnis dan menyahuti kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas transportasi umum. Taksi Sudah Semakin Terpuruk perawatan mobil untuk setiap taksi. Minimal biayanya sekitar Rp 400.000 per bulannya. Mulai oli yang perlu diganti bahkan ada yang setiap hari juga spare part mobil. Namun pihaknya tidak pasrah begitu saja karena di perusahaan ini banyak mobil yang dikerahkan sehingga biaya bisa tertutupi dari taksi lainnya. waktu maunya tetap ada," katanya. Argo Bermasalah Armada yang dioperasikan saat ini ada sekitar 100 unit taksi dari total sebelumnya 154 unit. Dari sekian jumlah tersebut, 60% dian- taranya masih tetap memakai argo, 20% yang memakai AC. "Walau 60% berargo, 90% masyarakat tidak mau berargo. Ini juga yang menjadi masalah," ujarnya. VIP Taksi, katanya, sempat membooming sekitar tahun 1996 dengan fasilitas di taksi yang masih terbilang lumayan dimana semua taksi ber-AC dan saat itu hanya taksi VIP yang berAC. Namun lama kelamaan terjadi kemerosotan dan dari segi fisik, taksi-taksi banyak yang sudah 'tua' dengan kondisi yang kurang baik lagi. Semuanya tak lain karena peminat taksi yang semakin berkurang. Dia mengungkapkan soal trayek angkot yang semakin banyak diberikan oleh pemerintah yang turut menurunkan pendapatan para supir taksi. "Trayek-trayek itu saat ini beroperasi juga tanpa batas waktu seperti dahulu," katanya. Dulu, katanya saat awal taksi beroperasi, angkutan umum diberi batas waktu beroperasi hingga pukul 23.00. Namun, saat ini hampir tak ada batas waktu sehingga taksi dan angkutan pun secara tidak langsung bersaing," ujarnya. D. Sembiring Ketua KPUM Medan mengakui bisnis MPU luar biasa pesatnya dilakukan sejumlah pengusaha. Karena dari sudut kepentingannya, angkutan umum tetap saja berpotensi. Dan, katanya, masih ada daerah-daerah di kota Medan yang minim dilintasi transportasi umum. Bagi pihaknya tidak ada masalah siapa Namun, menurutnya, pemerintah dalam hal ini juga tidak bisa langsung disalahkan karena telah memberikan trayek baru. "Pemerintah juga tidak salah mengutamakan rakyat kecil. Tapi jika memang diperbanyak, batas part? Kebanyakan mereka terpaksa pergi ke Jl Salak mencari onderdil bekas pakai yang kondisinya masih 75 persen. Tahan pakai selama tiga bulan sudah cukup, pokoknya angkutan masih bisa jalan. Hal ini dipengaruhi kenaikan harga spare part yang berlipat-lipat. Jadilah para supir angkot hanya bisa membawa Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu ke rumah. Jika ada kebutuhan mendesak, mereka terpaksa memotong uang setoran sebagian dengan dalih utang kepada pemilik. Waktu kerja untuk menghasilkan uang menjadi ukuran. Berangkat pk. 06 pagi, pulang ke rumah menjelang tengah malam. Untuk penghasilan lebih, sebagian supir beroperasi sampai pk. 12:00 malam. Tuntutan kebutuhan di rumah tangga yang membuat mereka seperti itu. Makin lama beroperasi, pendapatan juga meningkat. Karena setelah larut, jarang ada angkutan yang beroperasi. Tambahan penghasilan bukan berarti ambisi mereka menjadi kaya. Penghasilan yang saat ini Rp 50.000 per hari dengan Rp 30.000 per hari pada empat tahun lalu sama saja. Nilai uang tak lagi berarti. Para supir hanya membawa uang, urusan belanja di tangan isteri masing-masing. Saat memberikan uang belanja, umumnya, lebih banyak mengeluh karena dengan Rp 50.000 tak lagi bisa membeli apa-apa, apalagi harus berbagi dengan uang sekolah anak. Biasanya, minimal dibagi untuk lima orang. Bapak, ibu dan tiga orang anak. Yang terdengar hanya keluhan demi keluhan di tengah persaingan hidup yang makin ketat. Begitupun mereka harus tetap jalan, tarik...bang! ● Armin Rahmansyah Nst Awalnya sebenarnya pihak konsumen yang dinilainya membuat masalah sendiri. Saat pemakaian argo diwajibkan, kata dia, masyarakat lebih suka memakai sistem menawar karena takut ongkos akan ketinggian. Apalagi, konsumen kadang berpikiran bahwa argo tersebut bisa dikutak-katik oleh para supir. Diakuinya juga bahwa supir sendiri memang kadang nakal dengan mengutak-atik argo yang telah dipasang oleh perusahaan hingga muncul istilah 'argo kuda'. Citra taksi yang kadang rusak diakuinya kadang dilakukan para supir yang nakal. Dalam hal ini perusahaan memberlakukan persyaratan untuk menjadi supir taksi yakni KTP, SIM, Kartu Rumah Tangga, testing, memberikan peraturan dan uang jaminan sebesar Rp 250.000 yang dibebankan setelah persyaratan sebelumnya tadi dipenuhi si calon supir. Dengan keluhan-keluhan yang ada dan kondisi perusahaan taksi yang merosot tajam sebenarnya perusahaan ini untuk waktu ke depan pun tetap akan dipertahankan. "Karyawan kami pengusahanya yang akan membuka MPU dan trayek baru di kota ini. Tidak ada bisa menghalanginya sepanjang untuk me- menuhi tuntutan masyarakat. Antara pengusaha MPU sampai sekarang berkompetisi secara sehat dan terbuka. Masing-masing berkompetisi keras menciptakan trayek baru. "Di tengah gencarnya persaingan MPU di kota Medan, masing-masing berlomba membuat armada dan trayek baru sehingga tak heran transportasi umum tidak putus-putusnya,"ujarnya. Begitupun, perusahaan yang ada tidak terancam kalah bersaing. Semuanya dapat bertahan. Tidak penting krisis ekonomi dan kenaikkan BBM naik, sama sekali tidak menggangu bisnis ini. Yang tertekan hanya para supir saja. Pengusaha, tetap menjalankan bisnis MPU. Dibuktikan dengan bejejalnya jumlah armada dan trayek. Saat ini, lanjut Sembiring, KPUM sudah memiliki 80 trayek. Sedangkan yang dianggap tumpang-tindih seperti yang banyak dikeluhkan para supir, tidak bisa dielakkan. Karena keberadaan pembuatan trayek memang harus begitu, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Namun, di tengah persaingan bisnis MPU, perusahaan jarang memikirkan dampak pertumbuhan bisnis MPU di perkotaan seperti arus lalulintas semakin padat dan pelayanan sangat rendah kepada para penumpang serta kemacatan lalu lintas kerap terjadi. Untuk itu, pertumbuhan armada umum menjadi sebuah dilematis bagi kota Medan. Di satu di sisi pengusaha untung dan masyarakat terbantu sementara di satu pihak lainnya lalulintas menjadi macat dan pelayanan MPU publik menjadi terabaikan. Hanya sedikit saja, para supir yang sadar akan penataran berlalulintas yang baik. Karena manajemen MPU yang modern belum diterapkan di kota ini. Dan masing-masing masih berjalan sendiri, hanya memikirkan bisnis belum pada taraf pengembangan ke depan yang mengun- tungkan semua pihak termasuk untuk kelangsungan perkembangan kota ini. ●Muhammad Thariq PUNGLI Masih menjadi momok bagi jajaran angkutan khususnya angkutan barang di jalan raya. Mau tidak mau akibat beban biaya di luar perkiraan, masyarakat yang menanggungnya dengan cara menaikkan harga barang. Masalah lainnya yang memberatkan jajaran angkutan darat (Organda) yaitu masalah kenaikan harga ban, pelumas dan spare-part (suku cadang), sehingga ada kenderaan harus dilakukan proses kanibalisasi pada 1998. "Maunya itu tidak perlu terjadi lagi," kata Chairil Siregar, SH, sekretaris DPD Organda Sumatera Utara di kantornya Jalan A Yani Medan Selasa (25/6), me- nanggapi keluhan jajaran angkutan di Sumatera Utara. Pungli yang kambuh kali ini di sepan- jang lintas timur, dekat jalan perbatasan Sumatera Utara dengan Riau, sedikitnya ada 20 pos untuk dijadikan tempat pungutan liar termasuk oknum kepolisian. Lengkap tidak lengkap, pungli tetap dilakukan. Untuk itulah, saya selaku sekretaris DPD Organda mengimbau Kapolda Sumut agar membekali dengan uang yang cukup kepada aparat yang ditugaskan di jalan raya. "Saya yakin jika petugas tersebut dibe- kali dengan uang cukup, jauh kemung- kinan melakukan hal-hal yang mem- beratkan jajaran angkutan," kata Siregar yang terlihat kesal dengan upaya pungli itu. Besar pungli yang dilakukan aparat bervariasi, terkait dengan barang yang diangkut. Jika kayu yang diangkut dipatok mencapai Rp 200.000/truk dan paling rendah hanya Rp 20.000/truk. Coba sudah banyak. Bagaimana nasib perusahaan ini, itu tergantung pusat," ujarnya. Sebenarnya bukan berarti pihaknya tidak mau membuat peningkatan. "Sebenarnya bisa saja pusat mendrop taksi baru ke Medan, RABU, 26 JUNI 2002 11 Inilah Bisnis Mengurai Benang Kusut PERSAINGAN bisnis MPU antar perusahaan ibarat mengurai benang kusut karena pertumbuhan lalulintas yang tinggi biasanya tidak mampu diim- bangi dengan penyediaan prasarana jalan yang memadai. Tentu saja hal ini menyebabkan timbulnya titik-titik rawan kemacetan yang makin hari jumlahnya makin banyak. Diperparah dengan pengelolaan sistem transportasi yang menurunkan efektifitas dan efisiensi dari sistem transportasi kota secara menyeluruh. Pungli, Momok Supir Bus AKAP Di Perbatasan Sumut-Riau Direktur Eksekutif Lembaga Advo- kasi Perlindungan Konsumen (LAPK) Farid Wajdi (foto) mengatakan, dalam banyak kasus sistem pengelolaan trans- portasi justru merupakan ladang subur' KKN bagi birokrasi pemerintahan dan oknum pribadi. Disebutkannya, biaya siluman (mark up) pengurusan perizi- nan di tengah persaingan MPU yang kompetitif, biaya kir dan pngutan liar lainnya. Keseluruhannya dibebankan pada konsumen dengan meminjam tangan pengusaha. Ironisnya, situasi ini terus berlang- sung tanpa ada itikad baik dan komit- men untuk memutus mata rantai KKN tersebut. Masalah lain, terkait dengan penataan parkir yang menyebabkan kemacatan terminal liar, keseimbangan luas jalan dan jumlah kenderaaan serta terminal resmi yang tidak berfungsi." katanya kepada Waspada, Senin (24/6). Lalu bagaimana manajemen pelaya- nan konsumen? LAPK pada sisi ini me- nilai lebih memprihatinkan. Pelayanan konsumen yang diberikan pemerintah dan operator transportasi masih buruk. Pelayanan yang diberikan tidak sepadan dengan biaya yang harus dikeluarkan konsumen. Artinya lingkaran setan ma- salah transportasi ternyata berdampak buruk terhadap para operator dan karyawan, hingga berpengaruh pada motivasi dalam operasi dan akibatnya pelayanan yang diberikan menghasilkan yang tidak memuaskan. Untuk mengendalikan benang ku- sut' dari persoalan MPU dan persaingan- nya Dinas Perhubungan, Poltabes, Badan Pengelola Perparkiran, Organda, Kesper dan wakil masyarakat trans- portasi perlu duduk bersama dan sekaligus aksi bersama dalam menata kembali sistem manajemen transportasi bayangkan jika 20 pos harus kita sogok, tentunya untung yang diperoleh pemilik barang ludes. Demikian juga menyangkut kenaikan spare-part kenderaan. Biasanya harga ban dan pelumas meningkat berkaitan dengan meningkatkan nilai tukar (rate) dolar terhadap rupiah. Yang parahnya dolar turun, harga barang-barang tidak pernah turun. Berat Sudah beberapa kali pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), Organda harus mengambil kebijaksanaan menyesuaikan tarif angkutan baik untuk angkutan kota antar provinsi (AKAP), antar kota dalam provinsi (AKDP) maupun angkutan kota (Angkot). Walaupun hal itu dinilai semua pihak memberatkan, namun harus dilakukan demi kelancaran operasional angkutan. Misalnya bus AKAP dari Rp 47/Km/pe- numpang menjadi Rp 60/Km/penumpang, demikian juga penyesuaian bus AKDP dan Angkot. Jadi, bus AKAP menetapkan tarif ekonomi Medan-Jakarta mencapai lebih kurang Rp 132.000/penumpang yang sebelumnya Rp 95.000/penumpang. Namun walaupun harga tiket angkutan udara mengalami penurunan, jajaran angkutan bus sudah mempunyai pangsa pasar tersendiri, sehingga tidak ada masalah Sekarang penyesuaian tarif baru belum sepenuhnya diberlakukan, walau- pun tarif dimaksud mengacu kepada pera- turan Menteri Perhubungan, ujar Chairil Siregar. Begitupun penyesuaian tarif dimaksud, beberapa daerah Tkt-II di tapi sudah dianalisa tidak memungkinkan karena pasar yang tidak mendukung itu," ujarnya. Jadi, tak ada kata lain, taksi di Medan cuma bisa menunggu di saat sedang terpuruk. Henny Siswanto terpadu, khususnya dalam kaitan me- nuju kota Medan Bestari dan metro- politan. Sekaligus memutus mata rantai lingkatan setan manajemen transportasi yang bergelimang KKN. Disamping juga menuntas masalah terkait seperti penataan parkir yan selaras dengan perkembangan kota, peniadaan terminal liar, refungsionalisasi terminal resmi. Selain itu, lanjut Farid, pemerintah harus membuka ruang bagi publik dan penyelenggara angkutan terhadap semua alokasi anggaran transportasi dan menghapus semua bentuk penyim- pangan dalam segala bentuk, termasuk peniadaan biaya siluman dan pungli dalam proses perizinan. Subsidi kompensasi sosial BBM yang diperuntukkan bagi penyelenggara transportasi harus tepat sasaran, hingga kemudian membantu percepatan perbaikan dan peningkatan pelayanan jasa tranportasi. Ditambahkannya, Pemko, DPRD serta pengusaha angkutan sudah saat- nya ikut memikirkan Sistem Angkutan Massal yang diperuntukkan bagi pelajar/ mahasiswa. Perlu peningkatan kesejah- teraan, ketrampilan, dan kesadaran bagi operator angkutan. Selain itu, perlu sosialisasi Standar Pelayanan Minimum (SPM) pelayanan jasa transportasi baik di kalangan aparat pemerintah dan pe- ngusaha transportasi. Sehingga persai- ngan bisnis MPU bisa disesuaikan dengan kebutuhan, pengembangan kota dan pelayanan angkutan publik yang baik. Muhammad Thariq Sumut masih ada yang belum memu- tuskan. "Saya akui, penyesuaian tarif memberatkan masyarakat secara umum khususnya angkutan kota yang selalu dipergunakan untuk mengejar waktu bekerja," katanya seraya menambahkan, "kecuali perjalanan dengan AKAP, ke- mungkinan masyarakat masih bisa me- nunda perjalanan jika tidak ada keperluan mendesak." Sekarang lebih kurang 28.000 unit bus angkutan penumpang dan 40.000 unit angkutan barang baik AKAP, AKDP dan Angkot berada di jajaran Organda Sumatera Utara. Sekretaris Organda mendukung kebi- jaksanaan LLAJ Sumut sekitar mener- tibkan muatan angkutan barang. Hal itu banyak faktor menguntungkan antara lain menambah usia kenderaan, suku cadang dan ban lebih lama digunakan, jalan tidak mengalami kerusakan dan tarif angkutan barang menjadi maksimal. Yang menjadi masalah perlu diter- tibkan menyangkut angkutan kontainer dengan menggunakan truk dan tronton karena dapat mengancam keselamatan masyarakat di jalan raya. Kontainer yang menggunakan truk itu sangat berbahaya karena beratnya mencapai 30 ton, kecuali angkutan itu mempergunakan mobil trailer. Hal ini dengan Keputusan Menteri (KM) No. 74/ 90, mewajibkan angkutan kontainer dengan ketek gandengan yang mempunyai 5 hingga 6 sumbunya. KOSTAR Abdullah Dadeh UC Sony Car Waspada/Henny Siswanto TERPURUK: Taksi di Medan, banyak dalam kondisi sedang terpuruk. 2cm Color Rendition Chart
