Tipe: Koran
Tanggal: 2002-11-08
Halaman: 09
Konten
- 2002 8 Ag lan ah bai'atan fi mana tersebut yang sempat h itu dengan, a ribu dengan ga mana yang al beli seperti halah), yakni aqad tersebut. bila di dalam 1000,-tunai, etahun, atau menyebutkan h. Sepanjang harga dalam menetapkan njual barang bertangguh dengan suka ksaan secara tan ini adalah an aqad. i, bila dalam harga, baik a kali cicilan, arga tersebut menetapkan ut tidak sah. afi'i, sebagai but. mber-sumber agai berikut. m salah satu "Dan tidak suatu barang uluh dengan n salah satu kan bahwa iriwayatkan ibban, yang ngan bentuk an oleh Abu dan seperti arga sepuluh o, kemudian suqi, dalam lasan (illat) harga pada am mazhab Wa Allahu m. 399; Ibn inhaj, J. IV, II, hlm. 31; bd. al-Majid n, hlm. 212; ala al-Syarh 02 Pul. Pulungan gar Nasution n M.Ag g ation an var Hum tion a is ution a angkuty ahab, LC an hid, MA hap hap S.Ag oleh etia M.Ag abe, SAg r S.Ag Hi SH anga rsyad asution abis uci n Mimbar Jum'at JUMAT, 8 NOVEMBER 2002 9 Apa kata Meluruskan Cara Ibadah Dan Bacaan Wirid, na Hadist Shahiha Zikir, Dan Doa Dalam Bulan Ramadhan Awas, Ramadhan Berlalu Dosa Tak Terampuni пенни Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan mahfirah (ampunan). Siapa yang berpuasa dengan penuh keikhlasan dan keimanan, maka keluarlah ia sebagai pemenang mela- wan hawa nafsu. Di bulan Syawal ia pantas merayakannya dengan mengu- mandangkan takbir dan tahmid. Dalam sebuah hadis disebutkan, Rasulullah SAW menaiki mimbar untuk berkhotbah. Saat menginjak anak tangga pertama beliau mengu- capkan 'amin', begitu pula saat me- nginjakkan anak tangga kedua dan ketiga. WASPADA A. Amal pada Ramadhan Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah dan bulan bursa pahala. Sebab, pada siang Ramadhan diwajibkan berpuasa dan pada malamnya disunnatkan shalat tarawih, witir, tadarus, dan berbagai macam ibadah dan amal saleh lainnya. Pekerjaan puasa sendiri banyak; ada yang wajib dan ada yang sunnat. Demikian juga shalat tara- wih dan witir mengandung pe- kerjaan yang wajib dan yang su- nat. Pahala ibadah wajib dili- patgandakan menjadi tujuh pu- luh kali, sedang pahala amal su- nat dilipatgandakan menjadi se- perti pahala wajib. Karena itu, umat Islam pa- da umumnya beribadah dalam bulan Ramadhan lebih daripada bulan-bulan di luar Ramadhan. Namun, cara ibadah dan cara baca dari sejumlah zikir, sala- wat, dan doa yang terlanjur ba- nyak dilakukan umat selama ini tampaknya masih ada yang ku- rang tepat atau kurang sempur- na. Misalnya, banyak orang yang membaca doa berbuka sebelum berbuka. TERTARIK kita bunyi sua- tu Hadis shahil berbunyi: "Sia- pa saja yang beramal bukan seperti yang kami perintah- kan, maka amalannya terto- lak". (Hadis ini dikemukakan oleh Bapak Abu Iqbal Ibnu Ab- dul Munir pada harian Waspada tanggal 11 Oktober 2002 Jum'at, pada tulisan berjudul: "KATA SAYYIDINA PADA SHALA- WAT kolom 6). Hadis itu diriwa- yatkan oleh Bukhori/Muslim. Banyak lagi Hadis lain, yang mengemukakan ancaman dan kebencian Nabi SAW terha- dap Bid'ah. Mengenai Bid'ah ini, sahabat Ibnu Umar RA ber- kata: "Segala Bidi'ah adalah sesat, walaupun dipandang baik oleh manusia". Begitu juga Imam Sofyan Atsauri berkata: "Sesat yang tidak disadari (karena orang memandangnya baik) ialah : Bid'ah ". Maka merujuk pada nash/ Hadis/pendapat imam diatas, mari kita nilai sudahkah benar Ibadah kita selama ini ?!! 1. Bagaimana bersyaha- dat? "Asyhaduanlailahaillallah, waasyhaduanna Muhamma- danrasullah". Sesuai Hadis? Ya! Jadi tidak tertolak. Bagaimana jika ada orang latah, karena menurut pikiran- nya untuk menghormati / me- muliakan Nabi SAW, maka ia bersyahadat: "Asyhaduanla illa haillallah, waasyhaduanna "saydina" Muhammadan-rasu- lullah" Sesuai Hadis? Tidak! Maka tertolak !! 2. a. Bagaimana bersyala- wat? "Allahumma shalli ala Mu- hammad, wa ala ali Muham- mad", Sesuai hadis? Ya! Tidak tertolak! Bagaimana bila: "Allahum- ma shalli ala saydina Muham- mad wa ala ali "saydina" Mu- hammad?" Sesuai hadis?, Tidak !Maka dirujuk pada hadis diatas (bila Ibadah tidak sesuai yang diperintahkan atau mengada- ada) maka Ö... terserah anda menjawabnya !! b. Bagaimana membaca shalawat ketika membaca ta- hayyat ketika shalat ? "Attahi- yatul Ö dst, Allahumma shalli ala "saydina" Muhammad Ödst "Sesuai Hadis (perintah)? Tidak !! Maka tertolak ! azan maka berbukalah dengan tiga butir korma atau teh manis, atau sesuatu yang manis dan lu- nak dicerna perut. Ini adalah da- lam rangka mengamalkan salah satu sunat puasa, yaitu menye- gerakan berbuka. Awal waktu boleh berbuka itu sama dengan awal waktu shalat Magrib. Azan di TV, di radio, dan di masjid- masjid adalah tanda masuk waktu shalat yang dapat dija- dikan pegangan. 3. Bagaimana azan sholat Jum'at? Hanya 1 kali (setelah masuk waktu)!! Sesuai Hadis? Ya! Maka tidak tertolak, setuju ?!! 2. Doa berbuka dibaca sesu- dah apa yang dinamakan ber- buka puasa, bukan sebelum ber- buka dan bukan pula ketika ber- buka. Pengertian berbuka hen- daklah dibedakan dari penger- tian makan malam. Bagaimana bila ada per- buatan: 2 kali azan sholat Jum'at, (setelah masuk waktu dan di mesjid)? Sesuai Hadis? Tidak!! Maka akan tertolak !! 4. Bagaimana sholat "Ta- rawih"? 11 raka'at ! Sesuai Ha- dis? Ya ! Tidak tertolak !! Bagaimana bila ada yang berbuat: 23, 26, 36, 40 raka'at ?! Sesuai Hadis/Tidak! Menurut Nabi SAW, tidak sesuai perin- tah-Nya, maka tertolak !! 5. Dan sebagainya, yang belum sempat dibuat disini. Berbuka bisa cukup dengan sebutir korma, walaupun de- ngan tiga butir lebih afdal. De- mikian juga berbuka dapat ter- laksana dengan seteguk air. Ma- kan malam biasanya dilakukan sampai perut terasa kenyang. Jadi, doa di sini bukan doa sesu- dah makan malam, tetapi doa sesudah berbuka. Padahal, doa berbuka seyo- giayanya dibaca sesudah berbu- ka. Demikian juga bacaan bilal tarawih, ash-shalatut tarawihi atsabakumullah. Padahal, yang benarnya adalah, shalatat tara- wihi atsabakumullah. Dalam tulisan ini akan dike- mukakan cara ibadah dan cara baca yang lebih tepat dan lebih sempurna insya Allah, serta sumber dan alasan seperlunya. B. Ibadah dan Cara Baca yang lebih Tepat Berikut ini akan dikemuka- kan cara ibadah dan cara baca yang lebih tepat tentang waktu berbuka, waktu baca doa berbu- ka, shalatat tarawih, al-khalifa- tul awwalu, keberadaan bilal shalat, pendeknya lafaz takbira- Dalam kitab bahasa Mela- tul ihram, lafaz niat shalat ja- yu, Sabilal Muhtadin karya maah bagi makmum perem- Syekh Muhammad Arsyad al- puan, dan al-hayyal qayyuma. Banjari jilid II halaman 141 dite- 1. Waktu berbuka yang gaskan dengan ungkapan, "Dan disunatkan adalah waktu mulai sunat kemudian daripada ber- azan Magrib, bukan sesudah buka puasa membaca Allahum- selesai azan. Begitu terdengar ma laka shumtu." 8. Orang biasa membaca is- tigfar dari bagian wirid sesudah shalat, al-hayyul qayyumu wa atubu ilaih. Seyogianya adalah al-hayyal qayyuma dengan baris atas (fathah). Dasar membaca dengan baris atas adalah kedu- dukan dua kata ini sebagai sifat (na'at) kepada kedudukan lafaz Yang Mulia, Allaha yang terma- suk dalam, Astagfirullahal 'azi- mallazi la ila illa huwal ahayyal qayyuma. Karena lafaz Allah di- baca dengan baris atas (fathah) sebab kedudukannnya sebagai pelengkap penderita (maful bih) bagi fiil dan fa'il astagfiru, maka Beribadah Tidak Sesuai Doa sesudah berbuka ada- lah, "Allahumma laka shumtu, wabika amantu wa'ala rizkika afthartu..." Dengan membaca- nya sesudah berbuka, makna- nya pun relevan dengan keada- an. Arti doa ini adalah, "Ya Al- lah, karena-Mu aku telah puasa, kepada-Mu aku telah beriman, dan atas rezki dari-Mu aku telah berbuka..." Perintah Tertolak Oleh Dr. Arifin. S Siregar SpKK Menanggapi Tulisan Abu Iqbal Ibnu Abdul Munir tang masalah tersebut !!. Kemudian M.Alwi pada Panji Mas 11 Maret 1987 p10: "Kaum bebas mazhab,, melan- daskan pola pikirnya bermula dari Al-Qur'an dan Hadis, baru kepada pendapat ulama. Se- dangkan pihak bermazhab, ter- lebih dahulu melihat interpre- tasi (penafsiran) para ulama, kemudian baru merujuk kepada Al-Qur'an dan Hadis ". 2. Bukti kebenaran dari interpretasi (penafsiran) ulama mujtahid pada magna 3 buah Kemudian H.R Ahmad: Hadis diatas, adalah bermagna Dari Anas bin Malik RA: Se-or- : menolak penggunaan "saydina ang pria berkata : “Wahai jun- pada shalawat /percakapan, jungan kami (wa sayyidina) dan (yang dituduh Nabi SAW itu putra dari junjungan kami (wab- suara syaitan), dimana tidak na sayyidina). Maka bersab- ada Hadis/Atsar/ riwayat yang dalah Nabi SAW: "Wahai manu- ada didalamnya, dimana saha- sia, berkatalah yang wajar-wa- bat menyebut: "Wahai saydina jar, janganlah kamu sekalian di- MuhammadÖ.dst." atau mereka jerumuskan syetan. Aku ini bersyalawat dengan "Allahum- adalah Muhammad, hamba Al- ma shalli ala saydina Muham- lah dan Rasul-Nya, aku tidak se- madÖ.dst". Mereka bersyalawat nang diangkat-angkat Ö" Ke- atau menyebut Nabi SAW de- mudian sebuah Hadis lagi ber- ngan "Allahumma shalli ala bunyi: Nabi SAW bersabda : MuhammadÖdst," Di dalam "Janganlah kalien menyebut percakapan mereka menyebut: aku dengan sebutan sayyid (jun- Nabi Muhammad SAW! Wahai jungan, penghulu), sebagaima- Rasulullah Muhammad SAW !. na kalien menyebutkan pada 3. Bila sahabat saja sudah para pemimpin dan pembesar pernah kena "bentak" oleh Nabi kamu,Ö. maka dari itu sebutlah SAW gara-gara ber"saydina" aku dengan sebutan Nabi dan padanya, tidakkah bisa anda ba- Rasul". Jelas pada 3 buah Ha- yangkan bagaimana marahnya dis itu, Nabi SAW menuduh sa- Nabi SAW melihat sebagian um- habat yang menggelarnya/me- matnya belakangan masih mujinya dengan kata "saydina", mengagungkannya dengan kata adalah suara syaitan. Dengan "saydina"? Dengan adanya demikian cukup bukti, Nabi tegoran Nabi SAW pada sahabat SAW tidak suka disanjung, di- yang terlanjur, kemudian mere- hormati, dimuliakan dengan ka tak pernah lagi sebut sayyidi- na, kenapa anda meneruskan- nya?! kata "saydina". Tapi muliakan- lah Ia dengan menta'ati ajaran- Nya. Meski 100 kali anda me- muliakan dengan sanjungan indah, Nabi SAW tidak ingin itu, tapi yang diinginkannya, um- matnya patuh pada ajaran-Nya. Anda yang hendak memper- tahankan "saydina", dengan segala cara berusaha mencoba mengaburkan magna Hadis Abu Daud dan Hadis Ahmad diatas kearah sehingga menghalalkan "saydina". Oleh DR. H. Ramli Abdul Wahid, MA "SAYDINA" SUARA SYETAN 1. Penolakan Nabi SAW atas kata "saydina" pada diri- nya, yang diterangkan oleh 3 buah Hadis shahih (H.R Abu Daud: Dari Abdullah bin Asyuk- khair RA: "0. maka kami ber- kata Engkau adalah juju-ngan (sayyid) kami (faqulna an-ta sayyiduna). (Kemudian) be-liau bersabda: Yang menjadi jun- jungan (sayyid) itu adalah Allah Ta'ala (faqola: sayyidul-lahu ta- barakta wata'ala). Adapun hadis yang menje- laskan bahwa doa orang yang puasa tidak ditolak, ini me- nyangkut doa mustajab. Bahwa salah satu keadaan orang yang doanya mustajab adalah keada- an orang yang sedang puasa. Ini bukan menyangkut doa berbuka puasa, tetapi mustajabnya doa orang yang puasa mulai dari sejak terbit fajar subuh sampai sebelum terbenam matahari. Benarlah apa yang dikemu- kakan mantan Menteri Agama Dr.Mukti Ali:" Dikalangan (beberapa) ulama (Indone- sia), apabila mereka diha- dapkan, kepada masalah- masalah hukum, maka disatu pihak lebih menda- hulukan melihat (berpegang teguh) kepada pendapat ulama, kemudian setelah itu, baru mencari dasarnya (da- lil) dari Qur'an dan Hadis (tetapi magna Qur'an dan Hadis itu dialihkan, dipoles, sehingga membenarkan pendapat ulamanya itu). Dan dilain pihak, lebih men- dahulukan mencari dalilnya dalam Qur'an dan Hadis, baru melihat pendapat ula- ma ulama mujtahid, ten- 3. Lafaz takbiratul ihram dalam shalat tidak dipanjang- kan, sedang takbiratul intiqal (perpindahan dari satu rukun ke rukun yang lain) dipanjangkan sesuai dengan kebutuhan mulai dari gerak menuju rukun beri- kutnya sampai ke rukun yang dituju. Keterangan ini dapat di- baca dalam kitab al-Azkar karya Imam an-Nawawi halaman 42 dengan ungkapan, "Ketahuilah bahwa mazhab yang sahih dan terpilih adalah bahwa takbiratul ihram tidak dipanjangkan dan tidak dimolorkan. "Perlu diketa- hui bahwa yang mesti ada da- lam niat di hati ada tiga hal ya- itu qashad, ta'arrudh, dan ta'yin yang meliputi "Sengaja aku shalat fardu Zuhur atau Asar atau Magrib dan lainnya. "Inilah minimal yang wajib tersirat dalam hati ketika mengucap takbiratul ihram. Adapun kete- rangan empat rakaat, tunai, dan lainnya hanyalah sunat. Jadi, unsur-unsur niat hendaknya serempak danb ulat dalam hati, bukan dengan cara berkata-kata dalam hati. Inilah cara berniat shalat yang terbaik. Adapun ca- ra berniat kebanyakan orang yang awam kurang baik, tetapi masih sah. Dalam kaedah bahasa Arab, lafaz yang kedudukannya mudhaf tidak boleh makrifah (definite) yang di antara tanda makrifah adalah tambahan alif lam (al) di awal kata itu. Kesalahan kedua, dengan cara baca baris depan (dhammah) membuat maknanya tidak relevan. Sebab, dengan cara baca pertama itu artinya, "Shalat tara- wih, mudah-mudahan Allah memberi pahala bagi kamu.". Cara baca kedua, berarti "Dirikan kamulah shalat Tarawih, mudah-mudahan Al- lah memberi pahala bagi kamu. "Jadi, ungkapan shalatat tarawih menjadi pelengkap penderita (maf'ul bih) bagi kata kerja (fi'il) yang dibuang (mahzuf). Asumsi yang dibuang itu adalah aqimu yang berarti "Dirikan kamulah." 6. Kebanyakan bilal Tarawih juga membaca al- 4. Lafaz niat shalat berja- khalifatul ula, al-khalifatuts maah bagi perempuan adalah tsaniyah, al-khalifatuts tsalit makmumatan, bukan makmu- sah, dan al-khalifatul rabi'ah. man. Makmumatan artinya Bacaan yang benar adalah al- makmum perempuan, sedang Khalifatul awwalu, al-khalifa- makmuman berarti makmum tuts tsani, al-khalifatutus tsalit- laki-laki. Penggunaan makmu- man bagi perempuan jelas sa- lahnya. Sebab, penggunaan kata dalam bahasa Arab, berbeda untuk laki-laki dan untuk pe- rempuan. Misalnya, Muslim dan Mukmin untuk laki-laki, se- dang Muslimah dan Mukminah bagi perempuan. Demikian ju- galah halnya dengan kata mak- muman dan makmumatan. 4. Kita bertanya, apa tolak ukurnya (rujukannya) sehingga: 5. Kebanyakan bilal shalat tarawih membaca, ash-shalatut tarawihi atsabakumullah. Seharusnya, Shalatat tarawihi atsabakumullah. Kesalahan pada cara baca pertama ada dua. Pertama, lafaz ash-shalatut tidak boleh pakai alif lam (al yang dibaca ash) karena kedudu- kannya mudhaf (yang disandarkan kepada kata sesudahnya). Bapak Abu Iqbal berani me- ngatakan shalawat pakai "saydina" adalah juga benar. Tentu saja rujukannya adalah pikiran. Pikiran yang bersandar pada nafsu. Pada hal rujukan yang menyatakan itu salah adalah 3 buah Hadis diatas (H.R Abu Daud, H.R Ahmad dan Hadis ke 3 diatas. NABI PENETAP HUKUM: la.. Mengenai Nabi SAW ti- dak pernah menyalahkan, (anda katakan tetap membenarkan 2 pendapat berbeda) itu tidak benar. Nabi SAW pernah menya- lahkan pendapat sahabat yang terluka dan junub, lalu mandi mengakibatkan kematian. Tidak pernah Nabi SAW mem- benarkan dua pendapat yang bertentangan (misalnya yang mengharuskan wudhu untuk sholat dan yang satu lagi mem- bolehkan tanpa wudhu). Yang ada Nabi SAW sering membe- narkan dua pendapat, yang ti- dak bertolak belakang, misal- nya Abu Bakar RA dan Umar RA bertanya pada Nabi SAW, mana yang benar sholat malam itu sebelum tidur atau setelah tidur? Nabi SAW menjawab: ke- dua-duanya benar, hanyaÖ.dst !Tapi tidaklah Nabi SAW akan membenarkan, seandainya Abu Bakar RA dan Umar RA ber- tanya: mana yang benar sholat malam itu dikerjakan siang atau malam?. Tentu Nabi SAW menjawab: sholat malam, yang benar, harus dikerjakan ketika malam. su, dan al-khalifatur rabi'u. Cara baca yang kedua inilah yang be- nar karena al-khalifah itu sebenar- nya muzakkar (laki-laki). Tidak ada khalifah perempuan. Apalagi di sini jelas untuk khalifah yang empat yang semuanya adalah laki-laki. Karena itu, kata-kata yang menjadi sifatnya, yaitu al- awwalu, ats-tsani, ats-tsalitsu, dan ar-rabi'u juga mesti kata- kata untuk jenis laki-laki (mu- zakkar). Dalam kaedah bahasa Arab, sifat dan yang disifati mesti sama jenisnya. b. Menyatakan keduanya benar, keduanya salah, atau satu benar yang satu salah, itu hak Nabi SAW. Nabi SAW ada- lah penentu hukum (terutama masalah Aqidah dan Ibadah). Anda/ulama tidak berhak me- nentukan hukum yang sudah ada hukumnya dari Nabi SAW. Itu akan terjebak pada ingkar sunnah/syirik. Kenapa anda berani menyatakan kedua pendapat itu benar, sedang Nabi SAW menyatakan yang pakai "saydina" salah. Apakah anda menandingi Nabi SAW? 2.Hadis yang menyatakan siapa yang membuat sannah (kebiasaan) dalam Islam sunnah yang baik, maka ia akan mendapat pahalanya dengan pahala orang yang mengikut- nya". Adalah Hadis ini tidak bisa digunakan sebagai rujukan membenarkan adanya Bid'ah hasanah. 7. Penyampaian suara baca- an takbir perpindahan rukun oleh imam yang selalu dilaku- kan bilal shalat tidak perlu kalau suara imam itu sudah sampai ke seluruh makmum melalui alat pengeras suara. Pe- nyampaian suara imam yang di- lakukan bilal hanya dibolehkan ketika hajat. Artinya, bilal untuk penyampaian suara imam kepa- da makmum itu pada keadaan suara imam memang tidak terdengar oleh semua makmum. Tampaknya, saat ini di mana- mana masjid dan musallah su- dah menggunakan alat penge- ras suara sehingga sampai ba- tas-batas tertentu, suara bilal di sini mengganggu kekhusyuan makmum. jadi, pola dan kebia- saan lama khusus dalam hal ini tidak perlu diteruskan lagi. Adalah jelas diterangkan oleh Hadis-hadisnya, Nabi SAW menetapkan sasaran Bid'ah ini, hanya pada Aqidah Ibadah. Ma- salah muamalah tidak ada ter- kena hal yang Bid'ah. Ke- nyataan anda yang kurang men- dalami (lihat "SHAHIH MUS- LIM" Jilid II hlm.194.195 asba- bul wurud Hadis itu) 3.Usman RA tidak melaku-kan ijitihad azan sholat jum'at 2 kali. Azan yang pertama adalah kebijak- sanaan: dibuat di Zaura (mena- ra dipekan Madinah dan diku- mandangkan jauh sebelum ma- suk waktu Jum'at). Jadi tidak menjadi bagian dari sholat Jum'at. Sedangkan yang orang buat sekarang, adalah suatu kebijakan dengan menambah 1 azan lagi, setelah masuk waktu sholat jum'at dan dilakukan di Mesjid pula. Kita sebut bukan Ijitihad, karena tidak ada keter- paksaan /alasan harus dibuat, apalagi tidak dikenal ada ijiti- had dalam Aqidah dan Ibadah. Ijitihad hanya boleh bila ada keterpaksaan, itupun hanya dalam masalah muamalah (dunia/ habluminnannas (untuk mashlahat murshalah). Maka- nya bila rujuk pada Hadis, tetap penambahan pada Ibadah/ Akidah, itu merupakan Bid'ah. Tidak benar, tidak ada ulama yang keberatan pada penamba- han azan 2 kali setelah masuk waktu jum'at. Sahabat Ibnu Umar RA berkata:" azan yang pertama pada hari jum'at itu Bid'ah (lihat kitab: "KEMBALI PADA QUR'AN DAN SUN- NAH" Oleh K.H. MOENAWAR CHALIL hlm. 280), Juga Ibnu umar RA berkata:" Jangan buat itu Ustman, nanti ummat salah tiru!" Imam Syafi'i juga berkata (mencela azan pertama) pada Al-UMM: "Dan mana diantara keduanya yang ada (azan sholat Jum'at 2 kali atau 1 kali), maka urusan (azan sholat Jum'at ) yang terjadi dimasa Rasulullah SAW, itu yang aku lebih di- sukai". Karena sahabat mengang- gap itu Bid'ah, dan sahabat (ula- ma meyakini Ustman RA tidak mungkin Bid'ah), sehingga me- reka (disponsori imam Atha') menuduh tambahan azan per- tama itu, yang melakukannya adalah kaum Mu'awiyah bukan Ustman bin Affan RA. Namun seandainyalah itu Bid'ah, tapi jelas tidak akan menyeret Ustman RA keneraka, karena telah dijamin Allah be- liau masuk surga. Tapi orang yang meniru Ustman RA (apa- lagi tidak sungguh meniru Uts- man RA, tapi berbuat lain), ma- Dimana asbabul wurudnya (asal mulanya/sebab musabab- nya) Hadis itu timbul adalah sebuhungan dengan perbuatan yang berkaitan dengan mash- ka perbuatan itu akan menyeret keneraka, karena tidak ada yang menggaransinya. 5. Masalah Bid'ah bukan masalah sepele. Bila dianggap lahat mursalah (untuk kebaikan itu sepele (tidak penting) berarti ummat) atau muamalah/hab- lumminnas, bukan disebabkan masalah Ibadah/Aqidah (sudah pernah dibahas di koran ini juga). manganggap hadis masalah Bid'ah yang diwariskan Nabi SAW dianggap tidak penting. Berarti menuduh Nabi SAW, mewariskan Hadis yang membicarakan masalah sepele !! Juga masalah Bid'ah bukan masalah khilafiyah! Perbedaan pendapat mengenai imam membaca bismillah sir/zahar itu memang masalah khilafiyah karena keduanya punya dalil. Atau kata quru' diartikan: suci, atau haid itu khilafiyah, karena masalah kamus. Tapi tahlilan, azan shalat Jum'at 2 kali, saydina pada shalawat, dsb itu bukan khilafiyah tapi masalah Bid'ah karena tak ada dalilnya Qur'an/ Hadis shahih. lafaz-lafaz, sesudahnya yang menjadi sifat-sifat bagi lafas Allaha juga dibaca dengan baris atas (fathah). Hukum lafaz Alla- ha dan sifat dan sifat-sifatnya di sini dalam kaedah bahasa Arab disebut manshub. Contoh tertu- lis al-hayyal qayyuma dengan baris atas (fathah) dapat dilihat misalnya dalam kitab al-Azkar karya Imam an-Nawawi hala- man 80, 87, dan 361. Adapun orang membacanya dengan baris depan (dhammah) al-hayyul qayyumu diduga keli- ru karena terkecoh dengan aya- tul kursi, Allahullazi la ilaha illa huwa al-hayyul qayyumu. Di sini memang, mesti dibaca dengan baris depan (dhammah) karena kedudukannya menjadi sifat (na'at) bagi Allahu yang memang dibaca dengan baris depan (dhammah), sedang pada istigfar lafaz Allah dibaca de- ngan Allaha, bukan Allahu. Se- lain itu, orang juga mungkin ke- liru karena menganggap lafaz huwa pada allazi la ilaha illa huwa pokok kalimat (mubtada). Padahal, kata huwa di sini me- rupakan bagian yang tak terpi- sahkan dari la ilaha illa. Jadi, kata huwa di sini bukan mubta- da'bagi lafaz al-hayy. Sementara itu, ada pula orang yang berapo- logetik untuk membacanya de- ngan dhammah atas dasar seba- gai prediket (khabar) bagi kata huwa yang ditakdirkan. Penda- pat ini sepertinya mengada-ada karena mengapa dibuat takdir (asumsi) sementara 'amil zahir (fungsional yang nyata) ada, yaitu lafaz Allaha yang berfungsi sebagai kata yang disifati (man'ut). C. Penutup Apa yang disebutkan dalam tulisan ini hanyalah sebagian kecil contoh dari sekian banyak kekeliruan amal dan cara baca yang terlanjur biasa dilakukan masyarakat Islam baik dalam salawat, wirid, zikir, doa, khut- bah, dan ceramah. "Hai orang-orang yang ber- iman diwajibkan atas kamu ber- puasa sama seperti diwajib- kannya (puasa) bagi orang-or- ang sebelum kamu mudah-mu- dahan kamu (menjadi) orang yang taqwa (Qs.2. al-Baqarah:183) Sebenarnya masih banyak lagi selain ini kekeliruan yang perlu dijelaskan kepada masya- rakat Islam agar ibadah mereka menjadi benar dan sempurna. Diharapkan kepada teman-te- man menyediakan sedikit wak- tunya untuk mengoreksi bacaan jemaahnya agar mereka tidak dibiarkan terus dalam kesala- han. Soal Tuhan lebih tahu dan mengerti maksud hati orang tidak layak menjadi dalil untuk membiarkan orang terus mene rus dalam kesalahan. Marhaban Ya Ramadhan Pendahuluan Kita harus banyak bersyukur dan bergembira dengan keda- tangan bulan Ramadhan, raja bulan, bulan yang paling unggul diantara bulan-bulan yang ada, bulan yang diberkati yang dida- lamnya diturunkan Alqur'an (nu- zul Alqur'an), bulan yang me- ngandung lailatul qadar (malam dimana amal shaleh disamakan seperti amalan 'seribu bulan), bulan pengampunan, rahmat dan kasih sayang serta bulan pembebasan dari maksiat, keja- hatan dan pembebasan dari azab Allah SWT yang Maha Kekal. Bagi orang yang benar-benar beriman sudah seharusnyalah bersuka ria dengan kedatangan bulan ini sebab pada bulan inilah amal shaleh mereka dilipat gan- dakan nilai, kwalitas dan pahala- nya, pada bulan inilah amal keba- jikan dicatat, kejahatan (syaitan) terbelenggu karena hawa nafsu yang menjadi kenderaannya terkekang setiap harinya dengan puasa dan menahan diri dari segala hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Alangkah ruginya orang ber- iman yang tidak mau meman- faatkan bulan ini sebagai pencuci dosa, penabur kasih sayang dan persahabatan, perantara rahmat dan karunia Tuhan dan pencapai- an segala bentuk kemulian dan ketinggian derejat disisi Allah serta pembebasan diri dari segala bentuk dosa, azab dan siksa. Keunggulan Ramadhan Sepintas berapa besar keuta- maan bulan ini, bulan termulia diantara bulan-bulan lainnya. Kemulian itu terdiri dari: perta- ma, Ramadhan terdiri dari tiga bagian, sepuluh hari pertama adalah dipenuhi dengan rahmat dan kasih sayang Allah SWT, se- puluh yang kedua dipenuhi de- ngan ampunan dan peleburan dosa-dosa selama setahun atau dosa-dosa yang telah lalu tanpa batas waktu jika diiringi dengan taubat nasuha (taubat dengan sesungguhnya), dan 10 hari yang ketiga (terakhir) berisi pembeba- san dari neraka. Seusai shalat para sahabat ber- tanya: "Mengapa Rasulullah mengu- capkan amin?" Beliau lalu menjawab: "Malaikat Jibril datang dan berkata, Merugi dan kecewa seorang yang bila namamu disebut dan dia tidak me- -ngucap shalawat atasmu.' Lalu aku berucap amin." Oleh; Ibnu Abdul Munir Dalimunthe Jika tidak demikian, maka tidaklah syaitan itu terbelenggu. Jika seseorang tetap melakukan korupsi, memakan harta orang lain, berzina, menggunjing orang lain, memfitna sesama muslim, durhaka pada orang tua, menen- tang penguasa yang adil, masih mau mengkonsumsi NARKOBA, membunuh dan melakukan se- gala macam bentuk kejahatan lainnya maka tentulah syaitan ti- dak terbelenggu dari dirinya, ma- lah ialah yang menjadi teman ak- rabnya syaitan atau bahkan ia sendirilah syaitan itu tetapi da- lam wujud manusia atau syaitan berbentuk manusia. Kedua, Syaitan dibelenggu. Maknanya syaitan terkekang dan terikat karena hawa nafsu yang merupakan jalan masuknya syaitan terkekang dan tertata se- tent Nabi SAW. Jangankan Iba- lama bulan puasa. Hal ini terjadi Syalawat itu adalah Ibadah. Setiap Ibadah hak patent pada Nabi SAW, mengkotak-katik Ibadah, berarti merusak hak pa- dah, teks Pancasila pun hak pa- tentnya pada Soekarno Hatta tak boleh dirobah meski 1 kata. Itu baru buatan manusia. Sya- lawat adalah buatan Allah, yang tak mungkin ada kesalahannya. Hukum/bentuk/kaifiyat Ibadah adalah tetap, tidak boleh diro- bah oleh pengaruh apapun, oleh siapapun, kecuali Nabi SAW yang merobahnya. Merobah- nya berarti Bid'ah, tempatnya neraka (sabda Nabi SAW). jika seseorang itu melakukan puasa dengan benar, tidak cuma menahan makan dan minum te- tapi juga menahan nafsu seksual, mulut dari bicara kotor, menahan hati dari segala kejahatan yang dibisikkan syaitan dan menahan diri dari segala kejahatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Ini- lah yang dimaksud dengan syai- tan terbelenggu karena semua orang menahan diri dari mengikuti perintah jahat syaitan, sehingga ia merasa terikat dan terelenggu. Langkah nikmat ibadah bu- lan Ramadhan, begitulah Syair lagu Islami yang di kumandang- kan oleh Bimbo bersaudara. Ek- sistensi ramadhan merupakan bulan yagn dinanti-nantikan oleh umat Islam di dunia, karena di balik semua ini (ramadhan) ba- nyak mengandung nikmat iba- dah yang sangat komplit. Selain berpuasa di siang hari, tetapi juga harus diiringi dengan ibadah lainnya. Bulan penuh barakah, keampunan dan kebaikan. Untuk itu alangkah naif dan merugilah bagi orang-orang yang tidak mengambil kesempatan ini. Sebab nikmat bulan ramadhan itu tidak datang tanpa ada ini- siatif diri sendiri untuk melak- sanakannya. Kemudian Malaikat berkata lagi, Kecewa dan merugi orang yang berke sempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga. Lalu aku mengucapkan amin." Kemudian Malaikat berkata lagi, "Kecewa dan merugilah orang yang berkesempatan (hidup) pada bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya. Lalu aku mengucapkan amin." (HR Ahmad). Hadis ini perlu dicermati. Kalau tidak bisa sia-sia saja puasa yang kita jalani. Yang dapat hanya haus dan lapar belaka, sementara dosa tak terampuni. (1100 Hadits Terpilih, Dr Muhammad Faiz Almath, Gema Insani Press, Jakarta 1991). Nikmat Ibadah Bulan Ramadhan Kenikmatan ini juga bukan hanya disaat bersahur bersama keluarga dan berbuka puasa pada waktunya, tetapi nikmat (amal) yang mengantarkan kepa- da kemuliaan di sisi Allah SWT. Nikmat bermurah tangan (Al Jud) Bermurah tangan (Al Jud), mempunyai makna banyak pem- berian, bersedakah dan berihsan terhadap fakir miskin. Indikasi- Oleh karena itu sudah sela- yaknyalah seorang yang beriman saat ini mampu menjadi panutan yang baik terutama dalam bulan suci ini, tidak mengotori bulan suci ini dengan berbagai bentuk kejahatan dan perbuatan-per- buatan keji, menutup tempat- tempat maksiat dan lokasi-lokasi kejahatan, membebaskan kota atau daerah kita dari perbuatan- perbutan syaitan atau perbua- tan-perbuatan jahat yang menja- dikan manusia sebagai teman syaitan atau menjadikannya syaitan itu sendiri. Wsp Ketiga, Nilai dan pahala amal shaleh dilipat gandakan. Pada bulan suci ini terdapat laila- tul qadar, malam diturunkannya Alqur'an dari Luh Mahfudz ke- langit dunia. Jika seseorang bera- mal shaleh tepat pada pada ma- lam ini maka nilai amal shlehnya itu sama dengan ia beramal 1000 bulan atau lebih dari 83 tahun. Allah berfirman: "Sesungguhnya kami menurunkan Alqur'an pada malam lailatul qadr, tahukah engkau apa malam lailatul qadr itu? yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan (Qs.97.al- Qadr:1-3)" Oleh Zainul Abdi Nasution Aktivis HIMMAH Medan nya bahwa jud adalah suatu iba- dah yang sangat di gemari di bulan Ramadhan. BERPUASA ITU DENGAN KEIKHLASAN PAN KEIMANAN. Cobalah lihat fenomena yang ada bahwa banyak ummat Islam terlantar, diusir tanpa ada perlin- dungan. Disinilah diminta bagai- mana kita agar bermurah tangan untuk membantu derita mereka walaupun dengan secuil harta benda. Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang paling murah ta- ngannya dan beliau paling ber- murah tangan di bulan Ramad- han. (HR. Bukhari dan Muslim). Kemurahan tangan Rasulullah adalah melebihi segala anak Adam. Karena kemurahan tang- an beliau tidak terbatas pada har- ta benda, tetapi melengkapi se- gala bidang ataupun orang yang di butuhkan ummatnya. Untuk itulah Rasulullah me- ngajak kepada ummatnya di bu- lan Ramadhan ini untuk memu- rahkan tangan dalam membantu yang lemah. Di bulan ini bulan semulia bulan, dan pahala amal dan dilipat gandakan. Sabda Ra- sul: "Seutuma-utama sedekah, inilah sedekah di bulan Ra- madhan." Nikmat Tilawatil Qur'an dan Tadarus Al Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW di bulan Ramad- han. Dan Allah SWT telah memi- lih Ramadhan menurunkan per- mulaan Al Qur'an yang mulia. FirmanNya" Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan Al Qur' an" (QS. Al Baqarah: 185). Jelas bagi orang yang gemar membaca Al Qur'an baik siang maupun malam hari bahkan mentadaruskannya yang akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Tapi yang harus di ingat bahwa membaca Al Qur'an tanpa mentadabburkannya maka sia- sia belaka. Rasulullah Bersabda "Neraka wil disediakan untuk orang yang membaca Al Qur'an padahal dia tidak menta- dabburkannya. (HR Abdullah Ibn Humaid dan Ibn Abid Dun-Ya dari Aisyah). Cobalah untuk me- rubah kebiasaan membaca Al Qur'an tanpa mentadabburkan- nya. Bagaimana bisa kita jadikan Al Qur'an sebagai petunjuk tapi tidak tahu akan maksud ayat- ayat satu persatu. Nikmat Qiyamullail Melaksanakan dan menger- jakan shalat di malam hari (Qiya- mullail) adalah suatu syiar dan sarana yang nyata dan hidup di masjid-masjid pada bulan Ra- madhan. Qiyamullail juga meru- pakan Sunnah Ramadhan selain I'tikaf. Mulai dari malam pertama sampai habisnya bulan Rama- dhan secara rutinitas. Hadis Ra- sulullah:" Bulan Ramadhan ada- lah bulan yang Allah fardhukan atas kamu puasanya dan aku te- lah mensunnahkan bagimu qiyamnya (shalat malam). Maka barang siapa berpuasa di siang harinya dan berqiyam di malam harinya karena imannya kepada Allah dan mengharapkan pahala Bahkan menurut para ulama dan RidhoNya, niscaya keluarlah juga terdapat hadis-hadis shahih dia dari dosanya seperti hari dia dan hasan yang menyebutkan di lahirkan oleh ibunya". bahwa setiap amalan shalat far- dhu dilipatkan 70 kali nilainya di- banding dengan bulan lainnya dan shalat-shalat sunnah diting- katkan nilai dan derejatnya atau disamakan dengan shalat fardhu. Artinya shalat-shalat sunnah yang dilakukan disamakan Allah kwalitasnya dengan shalat far- dhu. Sungguh hal ini adalah satu keistimewaan luar biasa yang dimiliki bulan Ramadhan. Qiyamullail itu berupa shalat tarawih, tahajjud dan shalat lain- nya. Hadis di atas menyatakan tentang fadillah shalat qiyam di dalam bulan Ramadhan. Bila shalat itu dikerjakan karena iman terhadap Allah dan karena mengharap pahala dariNya, di- ampunilah dosanya yang telah lalu. Dengan makna simbiliknya berarti siapa pun yang menegak- kan shalat pada bulan Ra- madhan, dia akan dapat rasakan manisnya hidup dan nikmat iba- Memetik Maksud Puasa Banyak orang awan yang mengira bahwa puasa itu adalah dah sebagai lambang kesejah- menahan makan, minum dan hu- teraan dan kedamaian jiwa. bungan seksual saja atau me- Nikmat Zikir dan Doa ninggalkan hal-hal yang mem- Zikir diartikan sebagai mem- batalkan puasa saja, tidak lebih baca kalimah toyyibah. Membaca dari itu. Jika cuma hal ini yang Al Qur'an dalam rangka meng- dilakukan maka tentulah nilai ingat Allah dengan segala kebesa- dan kwalitas puasa seseorang hanya ranNya. Peranan zikir juga men- cari kejelasan hubungan manu- sebatas lepas kewajiban saja. Puasa tidak hanya menahan sia dengan Tuhan (Allah SWT) makan dan minum, akan tetapi agar memperoleh nilai yang di harapkan dan membawa kemas- puasa adalah salah satu metode lahatan hidup. terbaik pilihan Allah untuk menata dan mendidik hawa nafsu manusia agar tidak rakus, serakah, kejam, bengis, suka lalai dan durhaka pada perintah- perintah Allah SWT. Di bulan (Ramadhan) ini hen- daknya memperbanyak zikir. Apabila kita mampu berzikir, nis- caya akan memperoleh buah Tin (pahala) yang manis di hari Kia- mat nantinya. Allah berfirman "Aku mem- perkenankan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada Ku. Dan apabila hamba-hamba- Ku menanyakan kepadamu ten- tang diriku, maka sesungguhnya Aku senantiasa dekat kepada mereka. Aku memperkenankan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Karenanya hendaknya mereka menyambut seruanKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu. Mudah- mudahan mereka mendapat pe- tunjuk. (QS. Al Baqarah 185-186). Allah senantiasa dekat de- ngan hambaNya yang sholeh, memperkenankan doa mereka, memberi petunjuk kepadanya (hamba). Juga mengisyaratkan supaya kita mempergunakan Ra- madhan ini untuk berdoa kepada Allah. Rasulullah SAW pernah bersabda:" Tiga orang, hak atas Allah tidak menolak desa mere- ka; orang yang berpuasa hingga berbuka, orang yang sedang teraniaya sehingga terlepas dari aniaya dan orang yang musafir hingga kembali (HR. Ahmad). Nikmat Lailatul Qadar Lailatul qadar malam kemu- liaan. Firman Allah "Sesungguh- nya Kami telah menurunkan (al Qur'an) pada malam Al Qadar. Apakah yang dimaksudkan de- ngan malam Al Qadar. Malam al Qadar adalah lebih biak dari 1.000 bulan. Turunlah malaikat dan Ruh padanya dengan izin Allah. Selamatlah malam itu hingga keluar fajar" (QS. Al Qadar 1-6). Dalam surah ini Allah mensi- fatkan dengan suatu sifat yang mulia, yaitu malam yang lebih baik dari 1.000-bulan. Malaikat turun di dalamnya. Dan malam itu merupakan salam (kesejah- teraan) bagi manusia. Imam Muhammad Abduh memberikan makna Al Qadar pada dua makna: Pertama Taq- dir. Yaitu pada malam ini Allah mentaqdirkan agamaNya dan membatasi Khittah untuk para nabiNya dan menyeru manusia kepada agama dan melepaskan mereka dari kerusakan dan ke- hancuran. Kedua, Syaif (kemuliaan dan kebesaran). Hal ini diisyaratkan Allah dan ditegaskan bahwa ma- lam mulia, malam turunnya Al Qur'an. Karena barang siapa ber- ibadah di seluruh malam Ramad- han atau di sepuluh yang akhir karena iman dan ikhlas serta ber- maksud mendapat malam Al Qa- dar, maka berhasillah baginya pahala lailatul qadar walaupun tidak melihat tanda apa-apa. Nikmat Shadaqatul Fitri Sabda Rasul SAW "Berikan kepada fakir miskin kecukupan (hindarkanlah mereka dari me- minta-minta) pada hari itu". Sha- daqatul fitri ialah shadaqah yang di keluarkan pada bulan Ra- madhan untuk diberikan kepada orang-orang yang memerlukan. Shadaqah itu sama halnya de- ngan bersedekah biasa, tetapi shadaqatul fitri lebih di spesifi- kasikan lagi. Artinya lebih dikhu- suskan hanya pada saat mende- kati akhir Ramadhan. Shadaqatul Fitri juga dina- makan dengan zakat fitrah. Or- ang yang bersedekah (Berzakat) adalah orang-orang yang mensu- cikan dirinya, menambalkan ke- kurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada puasanya dan sebagai manifestasi bagi ke- sempurnaan nikmat puasa, gam- baran bagi apa yang telah hidup dalam hati karena puasa. Yaitu kasih sayang kepada fakir mis- kin. Berzakat di bulan Ramadhan sampai sebelum shalat Idul Fitri merupakan perlengkapan ibadah Ramadhan sehingga dirinya suci bagaikan bayi yang baru di lahirkan. Penutup Akhirnya, mari kita jadikan bulan ini (Ramadhan) bulan laut- nya amal dan ladangnya nikmat. Karena di bulan ini terkandung nilai-nilai kenikmatan amal iba- dah yang sakral, tidak seperti bulan-bulan lainnya. Dengan membiasakan ib dah tersebut Insya Allah akan selalu merindukan diran bulan Ramadan yanak penuh magrifah. "Man Ramadhan. לכש 2cm Color Rendition Chart
