Tipe: Koran
Tanggal: 2002-11-13
Halaman: 12
Konten
WASPADA ING BANK MANDIR VISA Stand VISA Kredit Pakaian Door to Door, Lesu BANK BNI PASARAN kain dan pakaian tak secerah tahun lalu. Meskipun masih dililit krisis ekonomi, namun sedikit banyaknya para pengusaha dan pedagang pengecer merasakan keuntungan yang agak lumayan. Lain halnya tahun ini, nyaris tidak terlihat lagi persaingan yang super ketat dalam bisnis tersebut. Semula banyak kalangan usaha yang bermain di partai besar merasa tersaingi dengan para retailer yang melakukan penjualan dengan cara cash/kredit melalui door to door (pintu ke pintu). Kini sebagian mereka harus menghentikan usahanya. Sebagian yang masih bertahan tetap menjual dengan cara tersebut namun jumlah pakaian dan kainnya sangat terbatas mengingat ketiadaan modal dan tingginya harga pembelian dari pabrik/toke. Selain itu, pabrik tidak berani melepas barang karena mereka juga membaca pasar yang sedang lesu. Artinya tidak ada pembeli baru. Hanya mengandalkan pasar lokal. Akibatnya, melesukan usaha kain dan pakaian di Medan. "Seperti pembeli kain sarung, busana muslim untuk pria dan wanita serta kain hanya mengandalkan dari lokal. Barang-barang tersebut dijual melalui grosir dan pengecer. Toko saja tidak bisa diharap lagi tahun ini," kata Hadiram, 45, pengecer kain dan pakaian busana muslim pria dan wanita di pasar Ikan Lama, Sabtu (9/11). Nurmasita, 45, penjual pakaian dan celana dengan sistem cash/kredit mengatakan, terlihat lagi persaiangan antara penjual door to door dan pengecer di pasaran dengan beberapa toko lainnya. Sebab, mereka tidak memiliki modal dan pembelinya mulai berkurang. Dan pabrik lebih berminat melempar produksinya ke sejumlah pengecer di pasar dan toko. Lebih terjamin dan balik modal. Menurutnya, situasi rusuh dan tidak aman menurunkan jumlah orang baru bertempat tinggal di Medan. "Jangankan untuk pindah, keluar rumah dari tempat tinggalnya sudah sulit." Lebaran tahun lalu, pengecer mendatangi kawasan yang banyak dihuni orang- orang baru di pinggiran kota Medan. Terutama mereka pendatang dari Aceh dan Padang serta para pekerja dari luar daerah. Saat ini mereka pergi meninggalkan tempat tinggalnya ke daerah lain untuk mencari pekerjaan. Kemudian banyak orang-orang Aceh berbelanja di Medan. Hal ini dimanfaatkan para pedagang cash/kredit memasarkan barangnya. Terjadi kontak bisnis secara perorangan. Dari Aceh mengambil barang ke pengecer tadi, kemudian dijual di Aceh. Pengecer di Aceh juga memasarkan dengan cara yang sama dengan sistem cash/kredit door to door. Seperti akhir pekan. Karena, menurut dia, kesempatan orang berbelanja selama Ramadhan masih tetap di akhir pekan. Kalau dibandingkan sebelum bulan puasa ini, kata wanita dengan rambut sebahu itu, volume transaksi dengan kartu kredit biasanya cuma 3-4 kali setiap hari. "Ya biasanya cuma sekitar Rp 1,5 juta. Apalagi pembelian sepatu biasanya masih kelas menengah seharga Rp 500 ribu," lanjutnya. Tetapi dia yakin sampai menje- lang Tahun Baru nanti, jumlah itu terus meningkat seiiring makin banyaknya keinginan masyarakat memakai pakaian baru. Di kawasan yang sama, A Yong, yang menjual pakai jadi, seperti baju dan celana jeans, mengatakan masyarakat yang memakai kartu kredit berbelanja memang terlihat meningkat. Saat ini orang Aceh diselemuti dengan rasa takut di daerahnya sehingga berpikir panjang untuk membawa barang dari Medan ke Aceh. Mereka takut dirampas perampok di tengah jalan. Rumitnya situasi keamanan membuat masyarakat Aceh lesu berbisnis seperti tahun lalu. Nurmasita pengecer celana jeans dan kain sarung mengatakan sudah menggeluti usahanya selama 3 tahun. Akhir tahun 2003 ini dirasakannya sangat sulit memasarkan celana dan kain sarung ke rumah masyarakat. Padahal dia menawarkan dengan sistem kredit 5 kali bayar dengan harga Rp150 ribu satu kain sarung. Meskipun demikian, dia tetap menjual barang dagangannya door to door mencari pembeli baru (orang pendatang). Mengantisipasi barang tidak laku, dia terpaksa mengurangi jumlah dagangannya dari 30 helai kain sarung dikurangi jadi 15 kain sarung. Sama halnya dengan celana jeans berbagai merek seperti Levis, Lea dan Alexus. Pasarnnya sepi. Terjual baru 5 celana. Pengalamannya tahun lalu. Dagangannya sangat laris. Terkadang orang memesan kepadanya. Sehingga tidak berbelanja ke pasar dan toko. "Seperti tahun lalu, biasanya paling tinggi sekitar seminggu sebelum Hari Raya. Saya juga heran, kenapa mereka lebih suka pakai kartu kredit, padahal kita kenakan charge sampai 25 persen," jelasnya. Hadiram penjual kain sarung dan busana muslim pria dan wanita di pasar Ikan Lama mengatakan, pembeli telah menurun sekitar 50 persen dari tahun lalu. Sehingga para pedagang kain dan busana di pasar ikan lama dan pasar tradisional lainnya tidak merasa tersaingi dengan para pedagang kain dan celana door to door. Sebab, pasar pembeli sama-sama lesu. "Kita hanya mengandalkan pembeli lokal saja saat ini. Begitu juga dengan penjual sistem cash/kredit, sehingga persaingan antara pengecer dan grosir lesu,"katanya. ● Muhammad Thariq Selain charge tersebut, pemakai kartu kredit juga akan tertimpa beban bunga serta biaya administrasi dari pengelola kartu yang tidak sedikit. "Namun itulah yang terjadi di kalangan masyarakat kita. Sepertinya memakai kartu kredit bukan hanya karena terdesak. Tetapi sudah se- perti biasa. Sehingga dampak di belakang tak dipikirkan," ungkapnya. Transaksi yang dibukukannya melalui kartu kredit jika akhir pekan, menurutnya, bisa sampai Rp 5 juta. Itu belum lagi dengan transaksi tunai. "Ini cuma terjadi pada hari-hari besar. Apalagi Hari Raya masih berdekatan dengan Tahun Baru seperti tahun-tahun lalu," katanya. Menurut A Yong, transaksi pakai kartu malah lebih banyak lagi ketika dua tahun lalu Hari Raya berdekatan dengan Tahun Baru serta Imlek. "Wah kalau itu heran juga. Pokoknya bingunglah melihat kon- sumtifnya masyarakat pakai kartu kredit," tambahnya. Begitupun, dia mengung- kapkan tidak ada kerugian bertransaksi lewat kartu plastik itu. "Cuma saja kita tak lihat duitnya." Beli Gula Pasir Pun Pakai Kartu Kredit PARA pemilik toko di Medan memang sudah menduga kalau menjelang lebaran ini bakal banyak yang belanja pakai kartu kredit. Sementara itu, kalangan bankir menyatakan biasanya di hari besar seperti ini permintaan akan dana meningkat. Bagi yang memiliki kartu kredit tentu bisa berbelanja, juga mendapat uang tunai. Berdasarkan pantauan Waspada ke bebe- rapa toko yang menyediakan transaksi dengan kartu kredit sudah mulai meningkat. Di Medan Mall, misalnya, Titin yang menjadi teller di toko sepatu mengatakan dalam sehari transaksi dengan kartu kredit biasanya sampai 10 kali. Nilai transaksi mencapai Rp 5 juta. Tetapi itupun pada hari-hari tertentu saja. Pembelian via kartu kredit ternyata tak hanya terjadi pada pakaian. Satu toko perabot di kawasan Jl. Jenderal Gatot Subroto, mengakui sudah mendapat tiga kali transaksi dengan kartu tersebut selama sepekan Ramadhan ini. "Walaupun cuma tiga kali, tapi masing-masing transaksi rata-rata Rp 4 juta. Ada yang beli lemari, tempat makan serta meja-kursi," kata Retno, teller di toko itu. Menurutnya, transaksi sebenarnya lebih untung kalau langsung bayar. Soalnya, urusan ini makin rumit bagi pembeli. "Mana harus pakai tandatangan lagi. Apalagi kalau mereka ternyata Ekonomi Suplemen Berlebaran Dengan Kartu Kredit but bank-bank besar baik milik peme- rintah dan swasta nasional serta asing, berupaya terus menambah pengguna kartu kredit. Dari bank pemerintah ada BNI visa dan mastercard, kemudian Bank Mandiri juga dengan Mandi Visa card. penggunaan kartu kredit menjelang lebaran ini menyebabkan pemakainya terjerembab pada kubangan utang yang tak berakhir. Sedikit iformasi dari www.indonesiamu.com memberikan tips agar pemakai kartu kredit bisa sedikit berhemat. Saat-saat menjelang lebaran seperti ini, sudah pasti tingkat kebutuhan meningkat sampai dua kali lipat. Untuk urusan dapur saja, sudah jelas ada pembelian untuk bahan masakan kue. Belum lagi urusan perabot rumah tangga perlu yang baru. Berbelanja di super- market, untuk bahan kue saja sudah bisa menggunakan kartu kredit. TIGA tahun lalu, punya kartu kredit menjadi kebanggaan. Sama ketika dulu handphone masih satu-satu yang me- makai. Padahal kartu kredit adalah kartu utang. Kalau aplikasi permohonan kartu kredit sudah disetujui sudah pasti ada pagu yang siap digunakan. Biasanya bagi yang pemula besar pagu belanja Rp 3 juta sedangkan pengambilan tunai Rp 2 juta. Jadi dalam sekejap saja sudah ada calon utang baru Rp 5 juta. Dulu, berdasarkan aturan yang ada, orang yang dilarang memakai kartu kredit adalah wartawan dan pe- ngacara (praktisi hukum). Waspada/Armin Rahmansyah Nst KARTU KREDIT: Inilah tumpukan kartu kredit yang siap membantu krisis keua- ngan keluarga sampai Lebaran nanti. melewati limit bisa didenda sesuai aturan penerbit kartu," lanjutnya. Begitulah kenaikan omset pedagang lewat kartu kredit menjelang lebaran ini. Tapi satu kata kunci, kenapa konsumen tak langsung bayar tunai. Jimmy, konsu- men di Medan Plaza akhir pekan lalu, mengatakan hanya karena terpaksa memakai kartu kredit. Dia dijumpai sesaat setelah membeli pakaian di lt. 1 pusat perbelanjaan itu. Pegawai badan usaha milik daerah yang mengaku hanya bergaji Rp 1,5 juta sebulan sudah tak punya uang lagi di tangan. "Baru tanggal berapa ini sudah habis. Paling pun tersisa cuma untuk belanja dapur saja," ungkapnya. Lelaki tegap yang mengaku masih golongan rendah di kantornya mengatakan selain berbelanja dengan kartu kredit dia juga terpaksa mengambil uang tunai sesuai jumlah pagu yang tersedia. "Memang lebaran masih cukup lama, atau tiga minggu lagi. Tapi rasanya sudah cukup berat menanggung bertambahnya jumlah kebutuhan. Kalau pun perlu, gula pasir sama tepung terigu buat bahan kue, kita beli pakai kartu kredit." "Daripada mikir terlalu serius akibat kekurangan uang mending pakai kartu ini. Bayarnya kan bisa dicicil. Soal memberatkan atau tidak itu urusan belakang sajalah. Nanti saja dipikirkan setelah lebaran," katanya enteng. Sekarang aturan ini mengendur. Seorang sales kartu kredit sudah hampir sepakat untuk mengisi seluruh aplikasi formulir. Tetapi karena ketahuan kalau yang mau memakai adalah wartawan, spontan sales kartu kredit bank milik pemerintah itu mundur teratur. Jika memang begitu kondisinya, sampai urusan kecil saja harus belanja dengan kartu kredit. Setelah lebaran, bakal banyak yang dililing utang walau bisa dicicil. Susahnya lilitan utang itu, jika tak segera dilunasi akan makin dalam. Armin Rahmansyah Nst Perkembangannya tentu saja, kartu kredit (credit card) sudah umum. Bukan lagi hanya dimiliki segelintir orang. Semua kalangan sudah banyak yang memakai. Termasuk yang terkena larangan tadi. Berdasarkan informasi yang dihim- pun dari perbankan di Medan, hampir semua bank memiliki produk yang namanya kartu kredit. Ada bank yang sudah langsung memiliki center card. Kartu kredit, sepertinya identik dengan silakan belanja dulu, bayarnya bela- kangan. Dari informasi yang dihimpun terse- BLAGDA MAN 12 365 Waspada/Armin Rahmansyah Nst BELI KREDIT: Seorang ibu di pajak Ikan Lama sedang memilih-milih pakaian yang pas. Namun kebanyakan untuk pasar tradisional tidak bisa beli kredit karena masih banyak toko yang belum menyediakan fasilitas transaksi kartu plastik itu. Untuk kalangan bank pemerintah baru dua itu yang getol melebarkan sayap di bisnis kartu kredit. Sementara bank pelat merah lain seperti BRI, BTN maupun bank milik pemerintah daerah masih akan menyusul. Bagi bank swasta, para pionirnya sudah ada BII dengan regular and gold masterCard, kemudian BCA dengan silver dan gold. Tentu saja tak keting- galan produk dari Bank Danamon ber- nama Fixnfast. Selain itu, pemain asing juga ikut. Seperti Standard Chartered Bank dan CitiBank. Itu contoh saja, karena bank swasta lain masih banyak yang memiliki produk sejenis itu. Berdasarkan data yang ada, untuk kredit dari Bank Mandiri, limitnya antara Rp 3 juta sampai Rp 7 juta, BII limitnya Rp 1 juta sampai Rp 8 juta. Urusan yang sedikit besar masih dipegang Danamon dengan limit Rp 5 juta sampai 10 juta. Untuk BNI berada di angka Rp 2 juta sampai Rp 8 juta. Tetapi ukuran kartu kredit itu semua kelas silver (biasanya kartu berwarna perak). Sementara untuk type gold INNAEY WAN TANANGUA "Yang paling utama, pakai saja kartu kredit untuk keperluan yang benar- benar dibutuhkan. Kalau misalnya, bisa beli komputer seharga Rp 5 juta dengan kartu kredit, namun beranggapan sebulan ke depan bisa menghasilkan Rp 5 juta sebagai pembayarnya, silakan pakai," jelasnya. Artinya, perlu ada perhitungan matang dalam membelanjakan kartu kredit, lanjutnya. "Itu tentu untuk contoh barang saja. Soalnya, jika sebulan ke depan ada penghasilan yang diharapkan dapat melunasi kartu kredit tentu tidak akan dikenakan bunga. Tetapi kalau tidak berpikir seperti itu sebaiknya digunakan sesuai kebutuhan saja." Malah kartu kredit, ungkapnya, bisa menguntungkan kalau pemakai bisa menghitung batas waktu tak kena bunga serta menghitung waktu jatuh temponya. "Kita sebagai pengelola kartu kredit nomor tiga terbesar di Indonesia tentu juga berpesan kepada masyarakat agar menggunakan kartu kreditnya sesuai kebutuhan. Trik selanjutnya, menurut Maryono, jika seseorang memiliki empat sampai lima kartu kredit dengan jatuh tempo yang berbeda bisa dimanfaatkan untuk berbelanja dalam jumlah besar. "Dengan empat kartu kredit sudah bisa belanja sampai Rp 40 juta. Ini tanpa agunan lagi. Tapi itu tadi, harus tahu kapan jatuh temponya agar tidak menjadi beban utang dan bisa bebas dari beban bunga." Dia mengatakan para customer juga harus melihat jumlah pagu yang ada pada kartu kredit. Sebab jika (warna emas) limit kredit bisa puluhan juta rupiah. Saat-saat menjelang lebaran seperti ini, sudah pasti tingkat kebutuhan meningkat sampai dua kali lipat. Untuk urusan dapur saja, sudah jelas ada pembelian untuk bahan masakan kue. Belum lagi urusan perabot rumah tangga perlu yang baru. Berbelanja di supermarket, untuk bahan kue saja sudah bisa menggunakan kartu kredit. Walau di sebut di atas pemakai kartu kredit sudah begitu banyak, harap diingat kalau mereka yang berhak memiliki kartu ini adalah yang berpeng- hasilan minimal Rp 15 juta setahun. Walaupun seringkali urusan slip gaji bisa didamaikan. Mudahnya, pemakaian kartu kredit ini karena hampir semua pusat perbelanjaan menerima transaksinya. Tentu saja setelah dikenakan charge 25 persen dari nilai transaksi. Jadi tran- saksi melalui kartu kredit menjelang lebaran bakal meningkat. RABU, 13 NOVEMBER 2002 12 Beli baju, ikat pinggang, sepatu, tea set, perabotan rumah, tepung terigu, beras dan barang elektronik bisa lewat kartu kredit. Asal pagu kredit masih mencukupi, barang yang dilihat masih bisa dibeli. Apalagi menyambut lebaran, selalu ingin berpenampilan baru. Tapi tentunya jangan sampai Menyambut lebaran boleh saja habis-habisan berbelaja, walau sering- kali harus dengan utang. Seharusnya saat pembayaran tagihan, harus lebih banyak dibanding harga belanja yang telah dibayar lewat kartu kredit. Ini merupakan upaya tercepat agar tidak terperosok terlalu jauh dalam kubangan hutang. Kemudian, masih menurut situs itu, seharusnya membayar tagihan saat tiba di tangan. Perlu menghindari keterlam- batan membayar sebab jika ini terjadi tagihan bulan berikutnya yang melonjak drastis. Tetapi kalau bisa, jika masih tertahan, tak perlulah menggunakan kartu kredit menjelang lebaran ini. Memang urusan pembayaran tagihan baru akan datang pada bulan berikutnya. Tetapi daripada pening harus membayar tagihan yang menum- puk, penyesalan selalu datang belaka- ngan. Armin Rahmansyah Nst Kartu Kredit, Kelas Tersendiri Di Bidang Ritel BISNIS ritel sangat menarik untuk diikuti perkembangannya dewasa ini. Dari sarana tempat penjualannya sampai ramainya peminat yang mengganderungi usaha tersebut. Tidak ada putus-putusnya walau diterpa gonjang-ganjing politik, kerusuhan sampai krisis moneter. Toh, binisnya ini semakin menjamur. Dilihat dari perkembangannya yang pesat, sejumlah pasar tradisional, pasar modern dan toko menyajikan berbagai macam corak dan model kain disajikan. Pengusahanya tidak takut kalah disaingi beberapa pengusaha yang sama-sama meminati usaha ritel. Saat ini yang banyak diminati adalah bisnis kain, pakaian jadi dalam dalam berbagai bentuk corak dan model. Terutama sekali yang berkembang ala Islami dengan khasnya berjilbab dan model baju kebaya. Sedangkan bagi pria model teluk belanga. Para pengusaha berlomba-lomba menyajikannya. Kalau dilihat dari model dan corak hampir semua pengusaha menyajikannya. Caranya, pengusahanya membentuk kelas pasar masing-masing. Namun pada dasarnya, semua toko berlomba-lomba menyajikannya dan tidak ada sampai model pakaian dan kain yang langka langka untuk didapati. Karena hampir seluruh model baju, pakain dan kain dibeli dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan luar negeri dari Thailand dan Malaysia. Semuanya pengusaha mengacu dan membeli ke beberapa tempat tersebut. Bagi pengusaha yang memiliki modal cukup bisa beragam corak dan model didapat. Kecuali Sumut menciptakan satu model atau pun corak kain modern dari Medan. Sehingga bisa bersaing ketat dan pasar dapat bergairah. Hal ini bisa membalikkan kiblat model pakaian dan kain dari Bandung ke Medan. "Ternyata dari aspek persaingan model tidak kentara antara pengusaha di pasar tradisional dan modern. Apa yang ada dijual di pasar modern masih terdapat di pasar tradisional,"kata Iwan, pedagang kain renda di Pusat Pasar Medan, Sabtu (9/11). Maryono, Pimpinan Bank Mandiri Kanwil I Kendali Kartu Kredit Ditangan Masing-masing KARTU kredit bisa menjerat dalam utang berkepanjangan? Imej seperti itu sudah lama muncul. Banyak orang beranggapan memakai kartu kredit menyebabkan utang tak akan lunas karena bunga, biaya administrasi serta biaya transaksi. Di kalangan pemakai kartu kredit, jawabannya bisa ya. Namun kalangan bankir yang memang tahu betul sistematika dan perhitungan kartu kredit, jawabannya pasti tidak. Kartu kredit malah menguntungkan, begitu kata mereka. Lalu bagaimana agar kartu kredit yang sekarang ada di genggaman tidak menjadi jerat setelah lebaran? Maryono, pimpinan Bank Mandiri Kantor Wilayah I Medan, Selasa (12/11), mengungkapkan berapa hal tentang trik menggunakan kartu kredit. Saat ini persaingan ritel yang sangat kompetitif pada sistem penjualannya tidak lebih dari itu. Pasar modern atau plaza dan toko-toko terkemuka seperti butik menyediakan sistem pembayaran dengan menggunakan mesin gesek (kartu kredit). Cara ini dinilai lebih efisien. Gunawan pengusaha pakaian jadi di Medan Mall mengatakan, dengan menyediakan sistem pembayaran dengan kartu kredit menciptakan imej bisnis terkemuka dan modern. Secara tidak langsung membentuk pasar tersendiri, sehingga pasar dan kelas pembelinya jelas. Pengusaha ritel pun bisa mengembangkan usahanya dan bersaing dengan toko yang lain. "Kalau kelas pengunjungnya sudah jelas misalnya menengah ke atas maka kita bisa menyediakan fasilitas baik itu sistem pembayaran, pelayanan dan model dan mutu produk,"katanya. Walau pun dengan sistem pembayaran menggunakan kartu kredit - membentuk pasar dan persaingan yang ketat, lanjutnya, pasar kain dan pakaian di tingkat pasar tradisional tidak akan terpukul. Sebab, sistem kartu kredit hanya membentuk kelas pembeli saja. Tidak lebih dari itu. Menurutnya, memang terlihat persaingan itu wah, apalagi didorong oleh pasar yang megah (plaza). Tapi persaingan itu paling tidak hanya terjadi di tingkat pengusaha kain dan pakaian maupun celana bermerek yang berjualan di plaza dan toko megah. Iskar, supervisor produk pakaian produk Toppan di Plaza Millenium Medan, mengakui persaingan di bidang pelayanan yang modern hanya terjadi di pasar modern itu sendiri. Sedangkan di pasar tradisional, penggunaan pelayanan pembayaran dengan kartu kredit sama sekali tidak mempengaruhi pasar mereka. Dengan sistem pembayaran yang tradisional dan sajian kain dan pakaian yang menengah kebawah justru menciptakan pasar tersendiri. Pasar kelas menengah ke bawah dan menengah ke atas terlihat ketika menjelang hari raya Idulfitri tahun ini. Sama-sama punya pasar tersendiri lo, kata Ismunandar pedagang kain di Pusat Pasar. ● Muhammad Thariq memakai melebihi pagu akan dikenakan denda yang tentu memberatkan mereka. Biasanya pemakai kartu kredit akan bebas dari lilitan utang selama 30 hari. "Malah kalau di Mandiri Visa, kita beri batas waktunya sampai 45 hari. Tentu pemakailah yang harus tahu bagaimana melunasinya tidak sampai dikenakan bunga." Lalu, kata dia, pemilik kartu perlu juga tahu kapan waktu cetak tagihan kartu kredit. "Kalau misalnya tanggal cetak tagihan kartu jatuh tiap tanggal 5 setiap bulan maka membelanjakan kartu kredit seharusnya berbelanja di atas itu." Jangan ketika tanggal cetak kartu tanggal 5 lalu berbelanja tanggal 4, tentu besoknya langsung dicetakbukukan setelah belanja, ungkapnya. Maryono menjelaskan karena beberapa hari besar datang bersamaan transaksi lewat kartu kredit memang meningkat. "Namun semua itu, kendalinya di tangan masing-masing. Kalau bisa mengendalikan diri bisa diatasi. Berbeda'ceritanya, ketika memiliki kartu kredit dari kebutuhan semula Rp 1 juta namun kemudian meningkat jadi Rp 5 juta gara-gara memiliki credit card, sambungnya. Dia menjelaskan untuk pemakai kartu kredit Mandiri Visa di wilayah Sumatera saat ini mencapai 5.000 orang. "Diperkirakan akan terus meningkat karena pangsa pasarnya masih cukup besar. Bahkan kalau di sini jika sudah ada deposito Rp 20 juta, aplikasi kartu kredit- nya langsung diterima," jelasnya. Sebenarnya kunci pemakaian kartu kredit memang terpulang pada masing-masing individu. Walaupun sebentar lagi Lebaran, tetapi kalau bisa menjaga dan mengendalikan kebutuhan, cicilan kartu kredit bulan. selanjutnya bisa ditekan. Coba saja! Armin Rahmansyah Nst Waspada 2cm Sumatera Singk Abang Beradil SIMALUNGUN MD, 36, tersangka per jang peluru polisi. K. Sibatubatu Nagori Pe dalam pencarian polis milik marga Hasibuan lalu. Brigpol JW Sara gangan terpaksa me karena mencoba me menuju Polsek Perda sangka dalam penja tangsiantar. ND dan tangsiantar Jumat di rumah marga Ha Ratusan Petasa BINJAI: Polres ratusan buah merce warga Kebun Lada K Binjai. Selain itu Ek Binjai. Keterangan yar Mapolresta Binjai m Binjai ketika itu se melintas di Jalan G menjual merco Polis bersama barang daga mengamankan 5 ika 3 ikat petasan caba roket dengan warna biru. Polisi juga me pinggangnya.(ent) Sepeda M BINJAI: Seped Warisno,20 warga N Rabu (6/11) sore dija di depan kolam pand itu, korban menga Keterangan ya. Mapolresta Binjai itu terjadi ketika ko menunggu berbuk: motornya di tempat korban hendak pula sudah tidak ada lag curian melakukan a palsu. (ent) Buka Puas SIBUHUAN: S nisation (NGO) dar mengadakan buka rumun Kabupater pantauan Waspad Dalam acara b & Riset Indonesia (PIF), Insan Tani d bungan silaturrahr mengumpulkan da masyarakat, sekal ada diwilayah Ba 80% Proyek T PANYABUNG belum terlaksana sudah mau habis, SH. Penegasan itu SH khusus kepada Iskander Sipolu-p peninjauan Penga Kadis PU Ir Irwa Menurut Bupat dengan apa yang ini kita tidak tahu percaya kepada ba tidak main-main kita mau meninja Perkosa Anak SIMALUNGU umur, terhukum Kebun Mayang, Ke tahun penjara pot Negeri Simalung Majelis hakim M Panjaitan SH da man itu lebih rin Pengganti Satia dihukum 11 tahu Menurut maje nyetubuhi secara dengan Rianto di IV Kebun Mayang Perbuatan itu me Pencuri H SIMALUNG terkait tutup mata di Simalungun. Ma lingkungan Hutar Sungai (DHS) da Disamping Di dengan perangkat yang diperbantuk kayu itu sepertin Kalau aparat dina dak pencurian kay telah terdengar Sementara itu Kab. Simalungur Polres Simalungur Dinas Kehutanan ada kayu tangka Bantah Mem SIDIKALANG Silima Marga Cibre pungga, Kab.Dairi- dengan Kab. Pakpa Dairi. Sebagian setuj tandatangan. Dalam menggunakan kert Soal pemalsua Parongil namun 26 Agustus 2002 Saidup Cibro dan S Nasrun Cibro, Ral dan Rahman Kud. klarifikasi semua s dinyatakan batal. L I Kamat Cibro, Ket taris. (a37) SHA Kota: Zhuhur: 'As! MEDAN 12:11 15 B.ACEH BINJAI BIREUN B.PIDIE 12:24 15 12:12 15 12:19 15 12:18 15 G.SITOLI 12:15 1 12:12 1 K.JAHE KISARAN 12:07 1 KOTACANE 12:14 1 Langsa 12:14 L.Semawe 12:17 L.PAKAM 12:10 MEULABOH 12:21 PSIDEMPUAN 12:09 P.SIANTAR 12:09 R.PRAPAT 12:06 SABANG 12:24 SIBOLGA 12:11 SIDIKALANG 12:12 SIGLI 12:22 SINGKIL 12:15 STABAT - 12:12 TAKENGON 12:18. T.BALAI 12:07 TAPAK TUAN 12:17 TARUTUNG 12:10 T.TINGGI 12:09
