Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-05-26
Halaman: 08

Konten


Tak ada kelainan menco- lok pd diri "Jonathan" saat ia baru dilahirkan. Hanya saja, keinginannya menyusu pada sang ibu memang rada kurang. Kedua kaki dan tangannya pun relatif lebih kecil ketimbang bayi-bayi baru lahir para umumnya. Memasuki usia keempat tahun nafsu makannya yang sudah minim itu kian anjlok. Hasil pemeriksaan menun- jukkan Jonathan punya kelainan mental. Dia terkena sindroma "Prader-Willi", yakni satu bentuk penyim- pangan genetika yang sangat umum sifatnya. Dari serangkaian riset laboratorium akhirnya ter- ungkap pula, sebagaimana diutarakan Stephen Day (New Scientist 22 Mei 1993), bahwa seorang dari 10 ribu anak dengan kelainan se- macam ini mengalami cacat genetika: lenyapnya seg- men kecil pada salah satu dari dua kopi khromosom 15. Pada beberapa anak, se- perti pada kasus Jonathan, penyebabnya sangat sukar dilacak. Karena memang tak satu pun diantara 22 pasang khromosom otosom atau khromosom seks-nya yang jelas-jelas cacat. Itupula sebabnya mengapa banyak periset menduga bah wa anak-anak dengan sin droma semacam ini mesti mengalami mutasi genetika. Dan baru tahun 1989 lalu penyebabnya semakin jelas, yakni setelah periset mene- mukan satu fenomena mis- terius bernama "genomic imprinting" satu fenomena dimana telur dan sperma sama-sama memanfaatkan otoritas jenis kelaminnya pada DNA generasi beri- kutnya. KP11 Anak-anak Indonesia yang sehat yang bergizi dan giat belajar. (Foto: dok) Sindroma Warisan Orangtua : Apakah Putra Putri Anda Mengidapnya ibu dengan yang diwariskan bapak. Dimasa lampau genomic imprinting tak banyak dising- gung dalam aktivitas riset biologi molekuler. Tapi empat tahun semenjak pene- muan kasus Jonathan, periset mulai mengkaitkannya de- ngan penyelidikan penyakit lain-mulai dari penyimpang an padamasapertumbuhan sampai pada kanker anak. Tim yang bekerja pada pe- nyakit Huntington dan pada suatu kondisi bernama sindroma "Fragile X" (FXS), umpamanya, meya- kini bahwa teknik pelacakan sidik jari DNA dapat mem- bantu menjelaskan mengapa gejala kedua penyakit ter- sebut adakalanya menjadi lebih berat sebagaimana dia diwariskan dari satu generasi ke berikutnya. Periset pun setuju pela- cakan semacam ini melibat- kan bermacam proses mole- kuler. Teknik ini juga sangat mungkin dipakai untuk membedakan satu organisme dengan turunannya, tidak hanya terbatas pada mamalia tapi juga pada beberapa in- sekta dan tumbuhan tertentu. Genetikawan masih perlu melewati jalan panjang untuk mengurai penyebab dan konsekuensi imprinting. Satu di antara persoalannya ada- lah berkaitan dengan jumlah gen terpengaruh fenomena ini mungkin sedikit sekali, sekaligus membuatnya sa- ngat sukar dilacak. Pada tikus, misalnya, sebegitu jauh periset hanya mengiden- tifikasi sedikit sekali gen punya kelainan semacam ini. Sementara pada manusia, menurut Daniel Driscoll (pakar genetika molekuler pada Universitas Florida, Gainsville), justru tidak terdapat perbedaan men- colok pada sebagian besar gen berasal dari ibu dan dari bapak. Genomic imprinting sebe- lumnya telah terdeteksi pada tikus. Pada manusia ia ditemukan melalui studi sidik jari DNA (DNA fin- gerprinting). Riset dengan teknik ini antara lain diker- jakan oleh tim dari Harvard dalam studinya terhadap sindroma Prader-Willi. Studi pada medio 80-an itu bertujuan membandingkan khromosom pada anak- anak terkena sindroma ini dengan khromosom orang- tuanya. Melalui studi se- macam ini akan diketahui pula khromosom mana saja yang berasal dari pihak ibu dan yang diwariskan bapak. Pada kasus Jonathan, umpa- manya, periset menemukan semua kopi khromosom. 15 berasal dari ibu. Lainnya diwariskan secara normal, dari kedua orangtuanya. Maka itu beberapa periset, menurut Robert Nicholls (dari Fakultas Kedokteran Harvard), menganggap kasus Jonathan sebagai satu bentuk baru kelainan genetika. Selama ini penyebab pe- nyakit turunan selalu saja dikaitkan dengan adanya kelainan pada salah satu, bisa pula lebih, khromosom. Tapi sekarang semakin jelas bahwa kekacauan genetika bisa pula disebabkan keti- dakseimbangan dalam peng- gabungan DNA berasal dari Berdasar serangkaian riset laboratorium ketahuan pula bahwa sejumlah kecil gen punya kelainan bisa saja sangat berperan pada suatu penyakit. Dan normalnya kita mewarisi dua kopi dari setiap gen, masing-masing sebuah dari setiap orangtua. Jika salah satu kopi itu cacat, yang satu lagi bisa menggan- tikannya. Tapi gen-gen de- ngan fenomena genomic im- printing tak dapat saling menggantikan karena keak- tifan kopi berasal dari ibu dan warisan bapak tidaklah sama. printing pada Universitas British Columbia di Van- couver), mulai berkonsen- trasi pada pemahaman pe- nyakit lain. Dia menelusuri mengapa anak-anak yang mewarisi kopi khromosom 7 dan 16 dari ibunya cenderung mengalami gangguan per- tumbuhan. Kemudian apa- kah khromosom 11 dan 15 ada pula kaitannya dengan sindroma tersebut. Genetikawan pun meya- kini efek semacam ini sudah sejak lama menjadi teka-teki pakar disiplin lain. Sebagai misal, mengapa anak-anak dengan ibu atau bapak meng- idap kencing manis lebih memungkinkan mengidap penyakit yang sama. Atau mengapa anak-anak kerap pula terkena asma atau hay fever (semacam demam) bilamana sang ibu mengidap penyakit tersebut. Studi, oleh banyak pakar, menemukan bahwa seorang di antara anak dengan sin droma Prader-Willi memba- wa dua kopi khromosom 15 dari si ibu. Pada tahun 1991, periset di Inggris menemukan pula pewarisan dua kopi khromorom 15 dari sang bapak bisa pula mengundang problema. Pada kasus ini, pengidap sindroma Angel- men, menyebabkan kelainan mental pada anak. Sindroma ini dapat pula terjadi bila- mana terdapat kerusakan pada khromosom 15 warisan sang ibu. Kemudian ketidak- seimbangan gen-gen berasal dari ibu dan dari bapak bisa pula terjadi melalui beberapa cara berbeda dan menyebab- kan penyakit yang sama. Lainnya, bernama sindro- ma "happy puppet", dise- babkan oleh ketidakhadiran gen-gen warisan si ibu pada khromosom 15 kebalikan dari pada sindroma Prader- Willi. Riset menemukan pula sindroma "Beckwith-Wie- demann" yang mengundang kanker serta pertumbuhan tak normal pada anak-anak. Bayi-bayi yang pertumbuh- annya terganggu kala ia ma- sih dalam kandungan bia- sanya lahir dengan kelainan fisik. Pada beberapa kasus cacat disebabkan bayi me- warisi dua kopi khromosom 11 dari si bapak. Adakalanya pula akibat kesalahan dup- likasi segmen kecil kopi khromosom 11, ataupun gen- gen khromosom 11, berasal dari bapak. Beberapa periset sekarang mulai melakukan studi im- printing untuk mengidenti- fikasi kerusakan gen-gen pada penyakit tertentu. Pada kasus sindroma Beckwith- Wiedemann, beberapa petun juk vital mulai terlihat. Segmen khromosom 11, yang rangkap, telah "akrab" dengan para biolog karena segmen tersebut membawa gen untuk hormon pertum- buhan bernama "insulinlike growth factor 2" (IGF2). Pada tikus, hanya kopi gen IGF2 berasal dari si jantan yang aktif pada banyak sel. Sedang dari si betina belum terungkap perannya. Jika kesimpulan periset tersebut benar, maka produksi IGF2 pun jadi lebih banyak. Ini mungkin pula menjelaskan satu diantara gejalasindroma Beckwith-Wiedemann yakni terhambatnya pertumbuhan embrio. Dan suatu saat sindroma ini adalah akibat mutasi pada kopi khromo- som 11 berasal dari sibetina. KARANGAN/TULISAN KHAS Melalui serangkaian studi dan teknik lebih maju se- karang periset pun, di an- Mutasi ini mungkin pula taranya Judith Hall (biolog berpengaruh terhadap hor- dengan spesialisasi im- mon pertumbuhan. Pihak lain, Jack Tarleton dari Laboratorium Diagnos- tik DNA pada Greenwood Genetic Center di Green- wood- Karolina Selatan, berupaya menemukan per- bedaan mekanisme mole- kuler penyebab sindroma Beckwith-Wiedemann. Wa- laupun pada banyak kasus kelainan berasal dari khro- mosom, terjadi saat perpa- duan telur dan sperma di antaranya, namun beberapa orangtua membawa kelainan yang menyebabkan sidroma tersebut rta dapat men- transmisikannya kepada le- bih banyak keturunannya. Berkenaan dengan itu pula Tarleton berupaya meng- identifikasi kelainan mole- kuler yang bertanggung jawab atas pentransmisian bentuk kelainan tersebut. "Kita bisa melakukan tes DNA bagi orangtua yang ingin mengetahui apakah anaknya juga akan mewarisi kelainan itu", ungkap Tar- leton. Periset juga menghubung- kan imprinting dengan kan- keranak. Anak-anak dengan sindroma Beckwith-Wie- demann diperkirakan akan mengidap kanker ginjal bernama tumor "Wilm", khususnya yang mewarisi mutasi genetika pada khro- mosom 11. Periset pun men- duga imprinting mengkon- tribusikan kanker serupa pada anak-anak. Termasuk pula kanker tulang, retina, dan otot. Berkenaan dengan itu, gen-gen ber- nama "tumour-suppressor" bertindak selaku pengontrol pertumbuhan sel-sel yang membentuk kanker. Biolog pada Institut Riset Kanker Anak pada Rumah- sakit Anak St Anna di Wina menemukan peran imprint- ing pada sejenis kanker (chronic myeloid leukaemia) suatu bentuk penyakit di- mana sel-sel leukemia me- ngandung khromosom hib- rida. Khromosom ini, ber- nama "Philadelphia", berasal dari khromosom 22 dan 9. Pada peristiwa ini dua gen, masing-masing sebuah dari khromosom asli (22 dan 9) menyatu membentuk sebuah "fusion gene". Gen hibrida yang terbentuk ter- nyata mengundang proble- ma. Ia menyebabkan leuke- mia (dari hasil eksperimen pada tikus). Imprinting memainkan satu peran vital pada penya- tuan kedua khromosom ter- sebut. Dari serangkaian riset tim Wina menemukan bahwa masing- masing orangtua membuat kontribusi berbeda terhadap khromosom Philadelphia: bagian khromosom 22 selalu berasal dari ibu, sedang bapak mewariskan khromo- som 9. Hanya kombinasi kedua khromosom tersebut yang menjadikan gen hasil penyatuan berfungsi. Tapi sampai sejauh itu belum se- orang pun di antara mereka yg memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Dengan melacak peristiwa itu genetikawan herharan bisa menjawab beberapa pertanyaan mendasar me- ngenai imprinting. Di an- taranya mengapa imprinting hanya mempengaruhi be- berapa gen saja (tidak semua gen). Juga mengenai fungsi sesungguhnya dari pada im- printing. Dan untuk mencari jawaban semua pertanyaan itu maka periset pun mem- butuhkan tikus transgenik. Seperti diutarakan tim Wina: "satu problema prak- tis dalam penyelidikan basis molekuler dari imprinting adalah menyangkut persen- tase gen-gen tertentu". De- ngan memanfaatkan tikus maka pakar biologi mole- kuler bisa mencangkokkan gen-gen "reporter" artifisial pada embrio. Tapi pada beberapa kasus gen-gen hanya aktif apabila diwariskan dari si betina. Lantas pada kasus lain, gen- gen juga hanya berfungsi bila berasal dari pihak jantan. Kemungkinan gen-gen ini, menurut Driscoll, hanya "imprinted" bilamana ber- ada pada bagian tertentu khromosom. Temuan penting lain ber- asal dari Richard Chaillet pada Fakultas Kedokteran Harvard. Melalui risetnya, menggunakan metil, dia melihat tanda-tanda metilasi DNA pada sel-sel germ-line (sel-sel pada mana telur dan sperma berkembang) pada tikus. Penemuannya itu me- nunjukkan adanya kaitan antara pola metilasi dengan tahap akhir perkembangan telur dan sperma. Sekalipun begitu adalah belum tiba saatnya menga- takan apakah biolog telah siap menjelaskan peran im- printing pada bermacam pe- nyakit manusia. Banyak di antara kelainan itu sangat sederhana sifatnya. Ini me- nyebabkan para pakar hanya dapat menelusuri satu atau dua gen saja. Tapi melalui rangkaian riset di banyak institut mudah-mudahan se gala macam bentuk kendala itu bisa saja terungkap sece- patnya, Penyakit Huntington bia- sanya mulai mempengaruhi korbannya antara usia 30-50 tahun. Tapi sekitar 1 dari 10 orang yang mewarisi pe- nyakit tersebut memperli- hatkan gejala lebih awal sebelum usia 20 tahun. Dan 90 persen kasus semacam ini merupakan kelainan gene- tika warisan si bapak. Pada penyakit-penyakit genetika tertentu juga ada kalanya menjadi lebih hebat ketika dia diwariskan dari satu generasi ke berikutnya. Ke- cenderungan semacam ini dikenal sebagai "anticipa- tion". Banyak bukti hubungan antara imprinting dengan an- ticipation muncul dari studi terhadap FXS, satu bentuk sangat umum dari pewarisan kelainan mental. Kecen- derungan penyakit menjadi lebih hebat apabila si ibu sebagai pembawa. Ini pula alasan banyak pakar mercu- rigai imprinting. Ke Halaman XI Lebih 10 tahun silam, re- aksi publik di dunia silih berganti antara kagum dan menolak kelahiran bayi tabung yang dirancang di laboratorium dan bukan di tempat tidur. Etika Rekayasa Bayi Tabung tanyakan apakah perlu si- anak diberitahu siapa ibu se- benarnya. Aspek "persetujuan" diangkat. Bagaimana jika kehamilan yang digugurkan itu berasal dari perkosaan? Seorang wanita yang pernah menderita histerektomi me nyarankan adanya bank telur nasional dan ''kartu donor", seperti kartu-kartu para do- nor ginjal. Beberapa penelpon ber- pendapat tdk beralasan bagi wanita karir yang subur untuk menabung telurnya sendiri di laboratorium, dan mela- hirkan setelah menopause. Teknik yang sama juga digunakan pada wanita yang menjalani terapi kanker yang membuatnya mandul. Komite etika BMA dan HFEA sedang menyiapkan laporan yang segera akan diumumkan kepada publik. Komite medis BMA kini khusus sedang memperde- batkan masalah janin dalam kandungan. Virginia Bottomley, men- teri kesehatan Inggris, meng- usulkan kerjasama para men- teri kesehatan Eropa untuk mengkaji apa yang dise- butnya "pengawasan etika" dalam menghadapi kemung- kinan penyalahgunaan tek- nologi medis terhadap wanita dalam usia subur. Serangkaian istilah dan frase baru mencuat dari perdebatan emosional me- ngenai sisi etika prokreasi, sehingga menambah kosa- kata bahasa. Di antaranya, "ibu berfungsi nenek' "bayi rekayasa", dan "anak adonan". Sebagian bersifat ilmiah, tapi banyak yang sama sekali bukan ilmiah. Dibalik setiap istilah baru, terkandung pertanda kema- juan ilmu pengetahuan dan dilema etika. Jika 1993 me- rupakan tahun ilmu penge- tahuan menghasilkan herba- gai kebingungan baru, maka tahun 1994, semua kata baru itu diperbincangkan di fo- rum publik. Debat sudah makin me- luas. Dr. Stuart Horner, ketua Asosiasi Medis Inggris (BMA), sebuah Komite Eti- ka yang beranggotakan 18 dokter, mengatakan "telah timbul segala macam kesu- litan". "Setiap hari kita mene- mukan sesuatu hal yang menimbulkan masalah etika yang kita belum tahu jawab- annya," kata Profesor Da- niel Cohen, direktur Pusat Studi Polymorphisme Manu- sia (CEPH) di Paris. "Saya pikir masyarakatlah yang harus menentukan." Mula-mula, timbul kasus kelahiran anak kembar atas- nama seorang mandul, wani- ta pengusaha kaya Inggris berusia 59 tahun. Suaminya berusia 45 tahun. Meski sudah kerja keras", namun gagal terus, akhirnya, mereka minta "dibikinkan" bayı tabung. Anak kembar ini lahir hasil "rancangan" di laboratori- um Italia yang dikelola oleh ahli kandungan (gynaeko- logist) kontroversil, Severino Antinori. Indung telurnya diperoleh dari wanita lain. Tapi sperma dari suami wanita pengusaha yang "me- mesan" bayi tabung itu. Pada Tahun Baru lalu, perdebatan sengit meluas hingga merambah dimensi baru setelah seorang wanita berkulit hitam Italia, yang bersuami pria kulit putih, meminta sumbangan indung telur dari wanita kulit hitam. Karena, katanya, anak dari benih orang kulit putih berpeluang hidup lebih baik. Perwakilan "BY" SULAWESI UTARA Jalan Mesjid III No.5 Kompleks Istiqlal MANADO BERITA YUDHA - SELASA, 24 MEI 1994 HALAMN VIII • ● ● ● Di Inggris, Dr. Peter Brins- den, ahli fertilitas pada klinik Bourne Hall, Cambridge, menyingkapkan, lebih 20 pasangan orang hitam, Asia, Cina dan campuran telah mendatanginya meminta di- buatkan bayi dengan fisik Erona. Dokter Brinsden menolak semua permintaan itu, ke- cuali dari satu pasangan wa- nita hitam yang bersuami pria dari ras campuran yang sudah menunggu sia-sia cm- pat tahun tanpa hasil untuk memperoleh sumbangan telur dari wanita kulit hitam. Akhirnya, dia setuju telur dari seorang wanita putih untuk ditransplantasikan ke dalam rahimnya. "Saya bukan rasialis, tapi khawatir, anak-anak kela- hiran ras campuran bisa men- derita (karena diskriminasi). Tapi jika memang berman- faat, kenapa tidak?" katanya kepada wartawan. "Masa- lahnya, di mana batas derajat perbedaan warna kulit yang dibenarkan?." Bagi orang berduit, per- mintaan memilih jenis kela- min (gender) anak yang akan dilahirkan sudah sering dila- kukan. Klinik swasta Gender Cli- nic di Hendon, utara Lon- don, sudah melakukannya, dan berhasil merekayasa jenis kelamin atas permin- taan lebih 100 pasangan subur, kebanyakan pasangan bukan Kristiani yang men- dambakan kelahiran anak Empat puluh persen anak penderita kurang gizi di seluruh dunia ditemukan hanya di tiga negara di Asia Selatan. Negara-negara tersebut Bangladesh, India, dan Pa- kistan, juga bertanggung jawab atas 30 persen semua anak-anak Dunia Ketiga yang mati setiap hari akibat kurang gizi dan sebab-sebab yang dapat dicegah lainnya. Keadaan menyedihkan kesehatan anak-anak di tiga negara Asia Selatan berpen- duduk padat itu diungkap- kan, direktur informasi Mehr Khan Dana Anak Anak PBB (UNICEF) pada ulang tahun ke-25 JF (Beasiswa Jeffer- son) di Pusat Timur-Barat di Honolulu, Hawaii. KESEHATAN Khan, inantan wartawan di Pakistan, mengatakan bukan hanya semata-mata besarnya jumlah penduduk Asia saja yang bertanggung jawab atas besarnya jumlah anak-anak kurang gizi. "Persentase anak-anak yang kurang gizi di Asia Selatan hampir dua kali lipat Tomat dan sayuran-sayuran lainnya yang bergizi tinggi. laki-laki. Tapi Lembaga Pelayanan Kesehatan Nasional, yang memberi pelayanan medis gratis, menolak melakukan seleksi kelamin karena me- Di Asia : 40 Persen Anak-Anak Kurang Gizi matuhi petunjuk Otorita Fertilisasi dan Embryologi Manusia (HFEA), sebuah or- ganisasi yang berdiri tiga ta- hun lalu untuk mengawasi 110 pusat fertilitas di Inggris. Suratkabar Sunday Times baru-baru ini memberitakan sejumlah saintis pada Uni- versitas Edinburgh telah mengembangkan tehnik yang memungkinkan telur "janin" (foetus) dari wanita yang keguguran dicangkok- kan pada rahim wanita- wanita dewasa yang mandul (steril) sehingga mereka me- lahirkan bayi. Tim medis ini telah ber- hasil melakukannya pada tikus percobaan. Dalam lima tahun lagi bisa dilakukan pada manusia. Guna mendapat pembe- naran etis, tim medis ini mengangkatnya agar jadi perdebatan umum. Reaksi umumnya cenderung me- nolak. "Suatu hal yang menyeramkan," kata Ny Jill Knight, ketua komite kese- hatan partai Konservatif di Inggris. Radio BBC menyiarkan program "phone-in" yang mengandung reaksi pende- ngar. Pendapat beragam. Pasangan tanpa anak me- nyambut baik gagasan itu. Tapi wanita, yang bersedia menyumbang telur, memper- di Afrika", katanya. "'Mera- tanya berat kelahiran rendah, indikator peka kesejahteraan perempuan, juga lebih dari dua kali lipat banyaknya di Asia dibandingkan dengan di banyak bagian dunia lain- nya. Khan mengutip kasus Cina di mana telah dilakukan de- mikian banyak cara dengan sedikit upaya, meratanya kurang gizi dan kalangan anak balita hampir tidak berbeda dengan keadaannya di Afrika sub-Sahara. Dia mengeluh apa yang dilukiskannya sebagai diskri- minasi umum terhadap gadis di Asia Selatan. Pejabat UNICEF itu mencatat: "Se- andainya semua hal lainnya sama, gadis mempunyai kesempatan alami lebih baik bertahan hidup mengatasi tahun-tahun pertama yang rawan itu. Tapi semua hal lainnya tidak sama." "Tidak semua wanita ber- hak memiliki anak,", ujar- nya. "Tapi tiap anak berhak mendapat orangtua yang sesuai." (Indah/dari berba- gai sumber).- Sebagai akibat diskrimi- nasi seperti itu satu juta anak meninggal tiap tahun di Bangladesh, India, dan Pa- kistan, hanya karena mereka dilahirkan sebagai perempu- an, tambahnya. Khan menunjukkan bahwa investasi dibidang kesehatan dan pendidikan anak-anak di negara-negara Asia lainnya memberi sumbangan kepada perkembangan mereka. Dia menyebutkan kasus Jepang, di mana melek huruf orang dewasa universal, de-M ngan 97 persen dari jumlah seluruh anak perempuan masuk sekolah menengah. Pada 1920-an dia katakan angka kematian bayi di Jepang adalah lebih dari 145 per 1.000 kelahiran, sama dengan Afrika sub-Sahara dewasa ini. Kini angka- nya hanya 4,5 per 1.000 kelahiran, yang paling ren- dah di dunia, katanya. Khan mengatakan: "Se- butan persamaan umum pa- ling nyata kisah sukses Asia Timur-Hongkong, Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan bukannya keka- yaan sumber alam mereka, tapi investasi yang mereka lakukan dalam pendidikan rakyat mereka. Dia menyarankan agar negara berkembang menge luarkan dana lebih banyak dalam melindungi anak-anak mereka. Apa yang diperlu- kan, katanya, adalah komit- men politik dari para pemim- pin negara bersangkutan, maupun dukungan media. Pandangan serupa dinya- takan oleh periset luar biasa Karen Oppenheim Mason dari Pusat Timur-Barat. Dia melaporkan bahwa anak pe- rempuan di kebanyakan ne- gara berkembang Asia ter- utama rawan terhadap ma- salah kesehatan akibat dis- kriminasi berdasarkan jenis kelamin. Mason berterus terang: "Anak perempuan tidak mendapat perawatan di be- berapa negara miskin; mere- ka diberi makan lebih sedi- kit." Dia mengenali enam ma- salah kristis yang mendesak menyangkut wanita di wila- yah Asia-Pasifik sebagai be- rikut: Pertama kerawanan pe- rempuan terhadap kemiskin- an, karena tidak adanya ke- sempatan yang menghasil- kan pendapatan. Kedua, Diskriminasi dibidang pen- didikan dan pemberian pe- kerjaan. Ketiga, kerawanan ter- hadap kekerasan keluarga. Keempat, masalah kesehatan dan penyakit. dan penyakit. Kelima, masalah lanjut usia yang menciptakan ke- pincangan kesempatan bagi perempuan. Keenam, ma- salah hari rangkap yang di- akibatkan oleh tanggung jawab perempuan atas rumah dan pekerjaan. (Bernabe B. Paguio-DNI)