Tipe: Koran
Tanggal: 1989-09-25
Halaman: 06
Konten
AY DIREKTUR Jenderal Pa-jak Drs. Mar' ie Muhammad bersama Tim PBB nya Sabtu lalu mendata tanah dan bangunan kediaman Kepala Negara Jalan Cendana 6,8 dan 10 Jakarta Pusat. Secara khusus Presiden Soeharto menerima Dirjen Pajak dan Tim PBB itu, seraya memperingatkan para petugas pajak dalam melakukan pendataan tanah dan bangunan harus berlaku sopan dan tertib. Misalnya jangan sampai masuk ke kamar-kamar wajib pajak, yang akhirnya merusak citra dan usaha perpajakan. Petugas PBB yang dipimpin Dirjen Pajak Drs Mar'ie Muhammad itu diharapkan Presiden, hendaknya mampu menjalankan tugas sebaik-baiknya, sehingga para wajib pajak merasa, apa yang harus mereka penuhi sebagai hal yang adil dan wajar. Penumbuhan kesadaran itu penting sebagai upaya mewujudkan dan merealisasikan PBB menjadi sumber penghasilan untuk negara dan daerah. Dan karenanya pesan dan harapan presiden kepada Dirjen Pajak bersama Tim PBB itu, adalah hal penting untuk diamalkan. Tidak saja oleh Tim PBB di -DKI Jakarta, tetapi juga tim PBB di daerah-daerah Indonesia lainnya. Senin, 25 September 1989 2 n Komentar Pendataan dan Daftar Ulang PBB di Indonesia Direktorat Jenderal Pajak mulai April tahun 1989 ini melakukan pendataan ulang atas tanah dan bangunan yang menjadi objek PBB di kota-kota besar Indonesia secara bertahap. Program pertama di mulai di DKI Jakarta, Bandung, Medan dan kota-kota lainnya. Pendataan yang dilakukan di kediaman Kepala Negara Jalan Cendana Sabtu itu, merupakan data ke 9.000 di DKI Jakarta. Pendataan tanah dan bangunan yang telah diselesaikan hingga Sabtu lalu itu, menurut Direktur Jenderal Pajak Mar'ie Muhammad, 9.000 di DKI Jakarta, 600 di Medan dan 100 di Bandung. Dan tahun depan pendataan itu akan dikembangkan ke 9 kota Indonesia lainnya, yakni Balikpapan, Surabaya, Semarang, perluasan Medan dan kota lainnya. Agaknya langkah pen-dataan yang dilakukan Dirjen Pajak Marie Muhammad di tempat kediaman Kepala Negara Jalan Cendana serta penerimaan dan petunjuk-petunjuk yang diberikan Presiden Soeharto kepada Tim PBB, adalah langkah baik dan positif. Bahkan langkah contoh yang harus diikuti semua pihak dan masyarakat luas. Ini menyangkut usaha meyakinkan masyarakat (wajib pajak), sehingga dengan pendataan yang dilakukan, mereka merasakan keadilan atas objek pajak yang menjadi bebannya. Masyarakat ataupun pejabat, harus pula men contoh dan mengikuti keter-bukaan-keterbukaan seperti yang dicontohkan Kepala Negara di tempat kediamannya Jalan Cendana itu. Tim PBB mencatat pendataan tanah tempat kediaman Kepala Negara Cendana 6 seluas 1.635 meter persegi, Jalan Cendana 8 seluas 1.463 meter persegi dan Jalan Cendana 10 seluas 956 meter persegi. Penegasan Dirjen Pajak Drs. Mar'ie Muhammad yang menekankan sifat pendataan itu untuk objek Pajak Bumi dan Bangunan, dengan pengukuran ulang tanah dan bangunan yang dimiliki seseorang, badan atau lembaga, perlu diperhatikan dengan cermat dan seksama. Yang sampai hal itu disalah gunakan oleh oknum-oknum atau anggota Tim PBB yang tidak bertanggung jawab. Artinya jangan sampai menimbulkan kongkaling kong datas petugas PBB dengan pemilik tanah dan bangunan, yang dapat merugikan penerimaan PBB sendiri. Namun penting diperhatikan, bagaimana cara meyakinkan wajib pajak membuka dan memberikan informasi, tentang tanah dan bangunannya secara wajar dan benar, tentu aparat pajak kita telah dilengkapi dengan sarana-sarana yang diperlukan dengan baik. Disamping keterbukaan itu, Kepala Negara juga telah memberi contoh teladan, yang pantas diikuti masyarakat banyak. Misalnya Dirjen Pajak menyampaikan surat permohonan untuk pendataan tanah dan bangunan yang diterima keluarga Jalan Cendana tanggal 4 September 1989 sangat mendapat perhatian dari Kepala Negara. Dan ditengah kesibukan kenegaraan yang tinggi, Bapak Presiden Soeharto, telah merealisir usaha pendataan itu dengan menerima Tim PBB untuk mendata tanah dan bangunan yang dimaksudkan. Kita semua, bahkan masyarakat luas, memang sudah semakin menyadari bahwa membayar pajak, adalah kewajiban yang tak dapat ditunda-tunda. Sekali ditunda, akan membawa akibat denda atau hukuman yang tidak mengenakan. Dan semakin banyak pembayar pajak akan semakin besar pula penerimaan negara untuk pembiayaan pembangunan. Bahkan akan semakin memperbesar peluang pelayanan pemerintah kepada masyarakat, yang dapat menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi masyarakat secara wajar atas Garis-garis besar Haluan Negara yang ditetapkan MPR dan program pembangunan pemerintah. Namun begitu, dari apa yang dicapai perpajakan dalam PBB sekarang tentu belumlah sempurna. Penarikan dan pemungutan PBB yang dewasa ini dilakukan petugas melalui aparat Lurah, Desa atau kecamatan, kini boleh dan bahkan hampir seluruhnya harus melalui bank atau kantor pos. Dalam berurusan dengan bank dan kantor pos inilah masyarakat awam, tidak mudah melaksanakannya. Misalnya di Jakarta Utara dan daerah lain, usaha masyarakat membayar PBB melalui bank cukup sulit. Begitu pula di Jakarta Pusat, walaupun banyak kantor bank, namun masyarakat masih kesulitan, mengisi form-form pem- bayaran PBB yang harus mereka isi. Agaknya form PBB ini perlu pula disempurnakan, yang dapat mempermudah pembayar PBB berurusan dengan bank atau kantor pos. Mereka yang awam itu, jangan direpotkan lagi mengisi ini itu, tetapi cukup dengan menyodorkan tagihan PBB itu, mereka hanya tinggal membayar. Untuk membayar itu, Wajib Pajak PBB, tentu tidak perlu datang sendiri kekantor pos atau bank, melainkan dapat dilakukan anak-anak mereka atau yang mereka suruh membayar-kannya dan atau pula bank-bank pemerintah dan bank-bank yang ditugasi menerima pajak itu, memperbanyak bank-bank keliling mereka. Mudah-mudahan usaha Dirjen Pajak ini berhasil, bagi kepentingan kita semua.** A Perusahaan Penerbit Pers PT. PERSINDOTAMA ANTAR NUSA Surat Izin Usaha Penerbitan Pers, No. 002/Menpen/ SKIPP/A7 1985 Tanggal 14 Agustus 1985 HARIAN NERACA Bank Staf Ahli Terbit Pagi Harga Langganan Tarif Iklan :. BDN Cabang Gambir Jl. Ir. Haji Juanda Rekening Nomor : 01316.2.2.11.01.5 Pengasuh Pemimpin Umum & Pemimpin Redaksi : Zulharmans Pemimpin Perusahaan: Azwirman Noersal Redaktur Alamat Redaksi/ Tata Usaha/Iklan BNI 1946 Cabang Kramat Jl. Kramat Raya Rekening Nomor : 002890001 BRI Cabang Khusus Jl. Sudirman Rekening Nomor : 314568235 Bank Umum Koperasi Indonesia Jl. Letjen S. Parman Rekening Nomor : 041508 Giro Pos: A. 13350 : Jalan Jambrut No. 2-4 Kramat Raya, Jakarta 10430. 1323969, 337441, 332676 Tromol Pos No. 386 : Azwar Bhakti, Ferik Chehab, Drs. Peter Tomasoa. : Dr. Anwar Nasution, Dr. Alfian, Drs. Abdul Latief, Tanri Abeng MBA, Sanjoto, Ahmad S. Adnanputra 16 X seminggu i dalam kota DKI Jakarta Rp 6.500/ bulan Luar kota tambah ongkos kirim Display Rp 3.000 per mm/kolom *Keluarga Rp 2.000 per mm/kolom *Baris Rp 3.000 per baris, minimal 3 baris : (021) 3101873 : 46000 NERACAIA Jakarta P.T. Agrapress AKHIR-akhir ini masalah kurangnya informasi bisniskian sering muncul ke permukaan menjadi topik pergunjingan masyarakat dunia uaha, termasuk masyarakat awam yang berhasrat memasuki sesuatu bidang kegia- tan bisnis yang dianggap akan menguntungkan. Soalnya, se- bagaimana halnya dengan pro- mosi bisnis, maka kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat dan handal, memang makin dirasakan urgensinya. Telepon Fax Telex Setting/Cetak Isl diluar tanggungan percetakan Surat kabar ini dicetak di atas kertas produksi dalam negeri ISSN 02 531 81 FORUM - OPINI Informasi Bisnis: Intelijen Perdagangan kompetisi antar sesama. Apalagi bila diingat, dewasa ini Indone- sia perlu lebih gencar menerobos berbagai peluang yang terbuka di pasar internasional. Guna menggapai pendapatan ekspor non-migas sekurang-kurangnya sebesar 88,8 milyar dolarl AS hingga akhir Pelita V menda- tang. dalam Perang informasi yang tepat pasar mo- dal bisa berobah fungsi sebagai ajang kegiatan perjudian. Meskipun antara produksi bisnis dan informasi bisnis sa- ling kait mengait dalam men- dukung usaha-usaha menggen- carkan pemasaran berbagai pro- duk, namun wujud pelaksanaan dari kedua kegiatan tersebut agak berbeda. Kalau promosi bisnis berwujud langkah-langkah yang ditekankan pada usaha mem- perkenalkan sesuatu produk kepada pasar di dalam dan di luar negeri, maka informasi bisnis lebih bersifat memperke- nalkan pasar atau bidang kegiat- an bisnis yang dapat dan perlu diterjuni dunia usaha serta masyarakat. Dengan informasi bisnis yang akurat dan handal, yang memaparkan ciri-ciri khas dan seluk-beluk sesuatu pasar atau bidang kegiatan bisnis, dunia usaha atau masyarakat akan memiliki acuan yang dapat diper- timbangkan sebelum memu- tuskan suatu langkah yang diperkirakan menguntungkan. Sebaliknya, tanpa informasi bisnis semacam, kalangan dunia usaha atau masyarakat besar kemungkinan akan mudah ter- jebak oleh tindakan-tindakan yang justru merugikan. Beberapa contoh betapa ku- rangnya informasi bisnis bisa dipaparkan. Ketidak-seimbang- an antara penyediaan lapangan kerja dan kebutuhan yang pada gilirannya mengakibatkan kecilnya ratio antara permintaan tenaga-kerja dan angkatan-kerja yang mendaftar, lebih dise- babkan belum lancarnya meka- nisme informasi menyangkut pasar kerja. Juga, karena kurang gen- carnya informasi berbagai pro- duk industri kecil yang kini mulai mendapat perhatian pasar inter- nasional, masyarakat di pedesaan menjadi kurang serius mengem- bangkan kegiatan kerajinan yang menghasilkan produk industri kecil. Usaha itu, sampai kini masih lebih bersifat mengisi ke- kosongan waktu sekadar me- ngejar tambahan pendapatan yang diperoleh dari menggeluti bidang pertanian. Yang lebih jelas lagi, masya- rakat awam yang membludak dalam antrian panjang di pasar modal baru-baru ini, sebetulnya lebih banyakhendak menghim- pun informasi mengenai prose- dure membeli dan menjual saham atau efek yang listing. Karena terbatasnya informasi menyang- kut kondisi dunia usaha yang melakukan listing atas saham- sahamnya dan prosedure pem- belian saham yang listing di pasar modal, membuat masyarakat pemilik dana bersikap menahan diri menginvestasikan dananya dalam bentuk pemilikan saham. Tentu saja, masyarakat yang ceroboh turut bermain dalam pasar modal tanpa dibekali in- formasi yang konkrit, bakalan jadi korban bisnis yang cukup rumit itu. Paling tidak, seperti kata Direktur Jendera Moneter, Oscar Surjaatmaja, bahwa tanpa KEBUTUHAN akan infor- masi bisnis yang akurat dan handal kian lebih dirasakan lagi, mengingat dunia usaha dan masyarakat Indonesia belum cukup berpengalaman dalam berbagai kegiatan bisnis. Baik bisnis berskala internasional, maupun bisnis domestik yang mengandalkan pasar lokal dan dalam-negeri lainnya di daerah- daerah. Tidak heran, sebab selama berabad-abad masyarakat Indonesia seperti sudah di- takdirkan hanya menekuni sek- tor pertanian. Paling banter menjadi pegawai atau berusaha di sektor informal yang kurang mengharuskan yang ber- sangkutan selalu melakukan tindakan-tindakan kreatip yang inovatip dan renovatip. Sayangnya, informasi bisnis yang justru amat diperlukan menjadi 'kompas' bagi men- dukung upaya-upaya menerobos kesempatan mengisi pasar-pasar ekspor baru di berbagai negara atau untuk membuka lapangan- lapangan berusaha, sangat ter- batas. Sehingga, terjadi ketim- pangan informasi bisnis di an- tara kalangan dunia usaha kuat dan dunia usaha kecil atau le- mah. Dengan segala kelebihan- nya, dunia usahakuat yang lebih mampu melakukan pendekatan- pendekatan eksklusip, dunia usaha kuat sering beroleh infor- masi bisnis dari sumber-sumber yang paling kompeten. Celakanya, seperti sudah umum diketahui orang, dunia usaha yang beruntung men- dapatkan suatu informasi tentang suatu bisnis yang menggiurkan, sering menguasai sendiri infor- masi bisnis tersebut. Tanpa hen- dak ditularkan kepada kalangan dunia usaha lainnya. Yang menyebabkan dunia usaha lemah atau kecil dan masyarakat sukar memperoleh informasi bisnis adalah masih dominannya budaya keter- tutupan dalam masyarakat Indo- nesia. Itu, ditandai oleh ke- nyataan masih suburnya tradisi penyampaian informasi secara bisik-bisik antar 'kalangan sendiri'. Bahkan, sampai kegiat- an pasar modal pun turut ter- kena budaya yang sebetulnya sebagai kurang mendukung usaha menggalakkan 'Indonesia Incorporated' itu. Soviet. Tapi, ada kendala. Yakni dalam hal pengelolaan peru- sahaan patungan itu. Ini karena ada perbedaan pandangan antara manajer Soviet dan manajer Ba- rat. "Para manajer Soviet lebih menitikberatkan pada produksi dan kuantitas. Sedangkan manajer Barat lebih menekankan pada pemasaran, penjualan, dan keun- tungan", tutur Sergei P. Se- mentsov, gurubesar pada Akademi Nasional Ekonomi di Moskow. Itu tentu karena budaya manajemen dan pandangan ter- hadap pasaran bebas belum mera- suk pada sebagian besar manajer Soviet. Tidak mengherankan bila banyak manajer Soviet kurang begitu terpakai. Menurut Boyden International Ltd., sebuah peru- sahaan internasional pencari eksekutif, misalnya, lebih dari 100 perusahaan patungan menolak mempekerjakan manajer Uni Oleh: B.P.H. Akibatnya, berbagai peluang emas hanya menjadi milik ka- langan dunia usaha yang men- guasai informasi bisnis. Mulai dari peluang memperoleh fasili- tas dan kemudahan seperti modal, lokasi berusaha yang strategis, hingga pemasaran dan lain-lain yang menguntungkan usahanya. UNTUK memperoleh ber- bagai informasi bisnis yang diperlukan, memang tidak gam- Tambunan pang. Kecuali dituntut suatu ketrampilan' khusus dari kala- ngan dunia usaha yang ber- sangkutan, juga yang tak kalah pentingnya adalah keterbukaan pemerintah sebagai sumber in- formasi bisnis untuk menyebar- kan informasi bisnis yang dimilikinya itu kepada seluruh jajaran dunia usaha yang terdaf- tar pada Departemen Perdagang- an atau Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN). "Ada hambatan besar secara sistem bagi para manajer Soviet jika bekerja pada perusahaan patungan yang mempunyai fleksi- bilitas dalam menetapkan harga, menerima tenaga kerja, dan seka ligus memutuskan hubungan kerja. Kita mencoba untuk mela- tih mereka agar mampu berperan HARIAN NERACA SETELAH program restruk- dalam perusahaan patungan itu", turisasi ekonominya menggaung. tutur Sementsov. Uni Soviet menjadi incaran se- bagian besar pengusaha Barat. Di negeri Beruang Merah itu mulai menjamur perusahaan patungan. Jika pada tahun 1987 baru ter- dapat 20 perusahaan patungan, kini jumlah itu melesat mencapai lebih 300-an. Karena kurangnya pengala- man dan rapuhnya jaringan-jar- ingan relasi, yang diperparah oleh keterbatasan dana dan sarana, dunia usaha lemah atau baru tidak mampu menggarap sendiri ber- bagai informasi bisnis yang diperlukannya, baik dari sum- ber-sumber di dalam negeri, apalagi di luar-negeri. Se- baliknya, dunia usaha kuat yang memiliki keunggulan-keunggu- lan tersendiri, selain bisa secepat kilat memperoleh informasi bisnis dari berbagai sumber yang dikuasainya, pihak BPEN pun nampaknya sering lebih mem- beri respek pada dunia usaha kuat. Kalau hal itu benar, sebe- tulnya BPEN tak dapat di- salahkan. Masalahnya, mungkin saja BPEN lebih yakin kalau dunia usaha kuat akan mampu menggebrak pasar-pasar yang belum dikuasai sebagai yang diinginkan pemerintah. Sehingga proyeksi pendapatan ekspor sebesar 88,8 milyar dolar AS sampai akhir Pelita V itu dapat dipenuhi. Memang, seperti dikatakan Menteri Muda Perdagangan, Soedrajad Djiwandono, pihak pemerintah sendiri tidak bisa memaksa dunia usaha kuat un- tuk 'membagi' informasi bisnis yang diperolehnya pada sesama dunia usaha, terutama kalangan dunia usaha lemah atau baru. Namun,demi menggalakkan dan mewujudkan kemeriahan dunia usaha di Indonesia, tentunya SEPERTI telah disinggung memang lebih baik kalau kala- di atas, informasi bisnis meru- ngan, dunia usaha kuat me- pakan 'kompas' bagi dunia usaha ngenyampingkan persoalan dan masyarakat yang baru atau Agaknya, sistem ekonomi yang selama ini diterapkan di negeri Beruang Merah itu telah mempengaruhi sikap mental sebagian besar manajer di negeri yang berpenduduk sekitar 279 juta jiwa itu. "Mereka bekerja dalam sistem ekonomi terpimpin, yang tidak ada keharusan bagi para manajer itu untuk memikirkan tentang pengen- dalian mutu produk, pemasaran, dan keuntungan. Kalaupun ada, hanya gagasan kasar soal penga- wasan keuangan", tutur Ralph Land, manajer umum untuk Operasi Eropa Timur dari peru- sahaan Rank Xerox Ltd., Lon- don, Inggris. Namun, dalam rangka me- meratakan kesempatan meraih keberhasilan bagi kalangan dunia usaha, agaknya BPEN sudah waktunya menerapkan budaya keterbukaan informasi bisnis ini. Dan, sebagai sudah disadari pemerintah, BPEN memang perlu membenahi diri lebih se- rius lagi. Agar BPEN bisa menjadi pusat informasi bisnis yang akurat dan handal bagi dunia usaha, yang kini tengah didorong memikul tanggung- jawab besar menggairahkan ekonomi nasional. Pembenahan itu hendaknya jangan hanya meliputi sistemnya. Tapi, juga harus mencakup sarana dan mekanisme informsi bisnis. Seperti penerbitan media informasi bisnis, sekalipun dalam format yang sangat sederhana. Yang kemudian disebar-luaskan kepada seluruh dunia usaha yang masih bergerak aktip. Bila infor- masi bisnis tersebut memang memiliki bobot dan mudah dipraktekkan, agaknya kalangan dunia usaha tidak bakalan ke- beratan mengganti biaya pengo- lahan dan pengemasannya. Tetapi kini tugas para manajer itu semakin luas. Mereka tidak hanya memutuskan soal harga, jumlah produksi, dan upah, melainkan juga berkewajiban memotivasi para karyawan. Dan tentunya, tidak seperti sebelum nya, kalau perusahaan tidak meraih laba, mereka tak akan lagi memperoleh bonus. Diperkirakan, 60 ribu koperasi akan menjelma menjadi peru- sahaan bersifat lebih terbuka. Persaingan antar karyawannya akan semakin tinggi. Dan ten- tunya ini mengakibatkan upah para karyawannya akan melejit. "Gagasan Soviet dalam hal skema insentif: setiap orang akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada biasanya", tutur Land ingin menerjuni bidang kegiatan bisnis. Untuk menetapkan ke mana langkah hendak diarahkan, produk apa yang harus dihasil- kan, termasuk landasan perhi- tungan biaya operasional. Bahkan, informasi bisnis sangat besar manfaatnya untuk menen- tukan modifikasi produksi, se- hingga lebih mendapat sambu- tan jika telah dilempar ke pasar. "Kita bisa membayar se- cukupnya upah untuk memikat Berkat Perestroika, Manajer Rusia Jadi Incaran Pengusaha Amerika Keberhasilan pemasaran pro- duk-produk manufaktur dan investasi modal negara-negara industri maju, antara lain Jepang dan Jerman Barat, misalnya, sebetulnya banyak ditopang oleh lembaga informasi bisnis yang dimiliknya. Kalau Jepang memiliki MITI, maka Jerman Barat mempunyai Bundestelle fuer Aussenhandels-informa- tion yang aktip menghimpun ber- bagai informasi yang berhubung- an dengan kegiatan bisnis di ber- bagai negara. Bahkan, dengan dukungan dananya yang besar, dunia usaha di kedua negara industri maju tersebut sangat giat menggarap berbagai informasi bisnis ke berbagai negara lewat pelaksanaan studi kela-yakan. karyawan-karyawan yang bekerja dengan baik. Tetapi belum tentu cocok secara keseluruhan karena akan menimbulkan tekanan sosial dan memancing orang-orang untuk berpindah. Kita tidak menginginkan rusaknya ker- jasama yang telah terjalin. Tetapi kita menginginkan seksama in- sentif yang baik", ujar Land dari Xerox. Tidak aneh bila karena itu dunia usaha Jepang dan Jerman Barat dapat melakukan langkah- langkah penyesuaian produksi industrinya dengan kondisi dan kebutuhan pasar yang hendak dimasukinya dan pada giliran- nya dikuasainya. Dan, tidak Tetapi akan efektifkan pem- berian insentif jika barang yang mau dibeli terbatas jumlah dan jenisnya ? Maka, kini beberapa perusahaan Uni Soviet menyedia kan gudang khusus yang berisi barang-barang eks-Barat yang bisa dibeli karyawannya. "Sekarang kami bisa mem- bayar bonus karyawan dengan mata uang asing berkat kelebihan ekspor, sehingga karyawan bisa membeli barang-barang impor yang ada di gudang tadi. Ini merupakan suatu jalan pintas dan sederhana untuk memotivasi karyawan", tutur Sergei Proto-, popov, 29, pejabat di Akademi Ilmu Pengetahuan dan Tekno- logi di Leningrad. Salah satu isu besar yang mencuat di kalangan manajer Soviet kini adalah apakah mereka sudah boleh memecat para karya wannya. Diperusahaan patungan setelah deregulasi awal tahun ini soal penerimaan dan pemecatan itu hal yang lumrah Rank Xerox, misalnya, bahkan sudah mem- perkecil perusahaan dengan mengurangi karyawan termasuk para akuntannya. "Mereka masih dihadapkan pada problem mengurangi pega wainya. Dan jelas hal itu akan heran pula jika berkat dukungan informasi bisnis yang didapatnya dari berbagai negara, investasi Jepang di kawasan Asia Tenggara dan Jerman Barat di kawasan Eropa cepat berkem- bang atau menghasilkan. Soal- nya, sebelum melakukan inves- tasi modal, kalangan dunia usahanya sudah tahu persis bidang usaha apa yang perlu digarap dan dikelola. Sekali dana sudah dikerahkan, usaha yang digarap tersebut pasti akan meraih keuntungan. Pendahuluan PADA akhir dekade tahun 1980-an ini telah terlihat banyak hal yang terjadi di dalam perkem- bangan sejarah baik di Uni So- viet maupun di Cina. Tetapi apa yang terjadi di masing-masing negara komunis raksasa itu ti- daklah sama. Di satu pihak Uni Soviet jus- tru semakin bersemangat de- ngan perestroika-nya dan glasnost, tetapi di lain pihak Cina justru tenggelamdalam cercaan banyak negara terutama setelah peristiwa pembantaian di lapa- Tianamen awal Juni yang ngan lalu. Perkembangan di Cina ini justru sangat menghambat pela- ksanaan modernisasi yang sejak tahun 1978 digalakkan oleh apa yang disebut kelompok pragma- tis atau pembaharu di bawah pimpinan Deng Xiaoping. Hal ini karena korban-kor- ban yang diakibatkan oleh peris- tiwa itu justru para perintis dan pendukung pembaharuan teru- tama Hu Yaobang dan Zhao Ziyang. Agak sulit bagi kita untuk menganalisis perkembangan di negeri yang penuh misteri itu. Tetapi yang jelas terjadinya peristiwa tersebut sebenarnya tidak lepas kaitannya dengan usaha pembaharuan itu sendiri. Pengadaan 'spion' industri atau perdagangan seperti yang telah diterapkan negara-negara industri maju, sudah wajar pula usaha Dengan kerjasama yang baik kedubes-kedubes dan perwakilan Departemen Perdagangan, De- partemen Perindustrian termasuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dunia usaha Indonesia agaknya bisa pula lebih menguasai pasar-pasar diberbagai negara berkembang. Sementara itu, dunia usaha yang lemah atau baru perlu selalu dibantu mem- perkuat dirinya, dengan memberi informasi bisnis yang akurat dan handal. Supaya dunia usaha le- mah dan baru itu dapat melakukan tindakan-tindakan kreatip yang inovatip. Baik untuk keperluan pasar domestik, apalagi bagi kebutuhan ekspor. Soalnya, seperti juga kebi- asaan dunia usaha di Indonesia yang membuat Neraca Perincian Perhitungan Laba-Rugi atau Laporan Tahunan dalam 2 atau 3 versi, maka bukan mustahil sta- tistik yang disajikan oleh negara- negara tersebut sengaja dibuat sebegitu rupa untuk merangsang. Jika statistik semacam itu yang dijadikan sumber informasi bisnis, jelas akan bisa me- nyesatkan. Dunia usaha Indonesia kini, yang diinginkan mampu meng- hadapi kompetisi yang kian ketat di pasar internasional, jelas membutuhkan informasi bisnis Tak dapat dibantah, memang, tidak mudah membangun suatu lembaga informasi bisnis yang kualified dan representatip. Kec- yang lebih "canggih" cepat dan yang diusahakan dari sumber- sumber yang terpercaya pula. Untuk itu, BPEN dan dunia usaha perlu menggalang kerjasama uali dibutuhkan biaya yang ban- yak, juga tenaga-tenaga trampil yang mampu mengerjakan tugas itu belum cukup tersedia. Namun, jika dilakukan pelatihan yang efektip, kebutuhan akan tenaga yang dimaksudkan lambat laun pasti bisa di atasi. Sedangkan mengenai kebutuhan dana opera- sional, rasanya juga bisa di- Perkembangan di Uni Soviet dan Cina & Kemungkinan-kemungkinannya (1) sahaan akan sepenuhnya ber- tanggungjawab terhadap strategi perusahaan, managemen dan hasil keuntungan. Sebelumnya hal ini dilakukan tersentralisasi dan atas perintah Pemerintah. Sementara itu apa yang sedang terjadi di Uni Soviet, nampkanya masih sejalan de- ngan cita-cita tokoh pemba- harunya, yaitu: Michail Gor- bachev. Program "perestroika- nya" dan glasnost" sementara ini tidak menemui tantangan yang dapat berdampak lebih jauh. Nampaknya Uni Soviet sekara- ng sangat sungguh-sungguh dalam usaha pembaharuannya. Uni Soviet dan RRC nam- paknya menyadari bahwa sebe- terjadi", tutur David Chambers, profesor pada Sekolah Bisnis London, yang sering memberi- kan kursus pelatihan manajemen pada para manajer dan birokrat Uni Soviet. begitu saja akan dibagi oleh tanggulangi bila pemerintah mau mewajibkan dunia usaha untuk pihak yang memperolehnya, dunia usaha dan masyarakat yang berhasrat mencapai keberhasilan harus belajar menggarapnya sendiri. Paling tidak, harus tekun mengikuti perkembangan pasar internasional dan domestik yang memikulnya secara bersama- sama. Tentu saja, lewat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) atau asosiasi-asosiasi dunia usaha yang ada sekarang. Betul, di Indonesia sudah ada seperti telah diakui sendiri oleh Kepala BPEN, Arifin Lumban- gaol, sistem penyaluran informasi bisnisnya masih harus disempur- nakan. Dan, mungkin tidak cuma itu saja, bobot data-data yang disajikan sebagai informasi bisnis yang dikumpulkan dan diolahnya, agaknya juga masih memerlukan peningkatan, lewat penggarapan melulu digarap dari berbagai sta- tistik yang disajikan oleh negara- negara yang pasarnya hendak dimasuki. 'bank data' yang lengkap. Tapi, tersaji lewat media massa yang menspesialisasikan dirinya d bidang ekonomi. Berbagai infor masi bisnis yang disajikan, beta papun tampaknya sangat kecil sebetulnya bisa dikaji menjadi landasan membuat kebijakan yang diperlukan. Dengan berusaha menggarap sendiri informasi bisnis yang atau baru jelas akan dapat meraih diperlukan, dunia usaha le keberhasilan juga, kendati harus melalui proses yang agak panjang Harus diingat, kebesaran tidak pernah datang mendadak. Me lainkan lewat usaha yang tidak mengenal susah-payah. narnya di negara-negara Barat dimana pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemakuran sudah cukup merata, sudah tercapai cita-cita sosialisme seperti yang dilontarkan oleh Marx se-abad yang lalu, dan bukan di dalam sistem yang dianut oleh kedua negara tersebut. Hal itu sebetulnya tidak di- antisipasi oleh Marx. Begitu banyak persoalan-persoalan yang muncul kemudian yang tidak pernah dibayangkan oleh Marx pada zamannya. Motivasi Pembaharuan KEDUA negara komunis raksasa itu seperti juga negara- negara lain, sebenarnya ingin memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Mereka menyadari bahwa sistem yang mereka anut yaitu sistem eko- nomi sentral yang didasarkan pada ideologi Marxism, Leni- nism dan Komunisme perlu di- sesuaikan dengan keadaan seka- rang. Tampaknya telah mulai tim- bul adanya kesadaran bahwa apa yang diramalkan oleh Marx mengenai runtuhnya kapitalisme dipangkuan negara-negara in- dustri yang paling berkembang. tidak kunjung menjadi suatu kenyataan di manapun. Ajaran determinisme sejarah dan deter- minisme ekonomi ternyata tidak berhasil diterapkan apalagi dikembangkan. Oleh: Laksamana TNI (Purn) Sudomo yang penting seperti bidang kehidupan sosial, kebudayaan dan lain-lain hampir tidak ter- urus dan mendapatkan dana pembiayaan yang tidak mema- Marx hanya membeberkan teori dan menjabarkannya secara filosofis, tetapi tidak pernah memberikan petunjuk praktis tentang bagaimana cara merea- lisasikan teorinya. Yang nam- pak sekarang sebagai suatu ben- tuk pemerintahan yang totaliter dan sentralistis dalam kehidupan ekonomi sebenarnya merupakan penafsiran Lenin, Stalin dan dai. Mao. Perkembangan yang telah dan sedang terjadi di banyak negara penganut paham sosialis-komu- nis seperti Yugoslavia, Hungaria, Cina dan terakhir di Polandia merupakan contoh-contoh kega- galan tersebut. Konsepsi utopis seperti masyarakat tanpa kelas, le- nyapnya lembaga-lembaga ne- gara nampaknya diakui tidak mungkin akan terjadi. Oleh kar- ena itu perlu dilakukan pemba- haruan atau reformasi dalam penjabaran tata-sistem yang sekarang ini. mengembangkan lembaga infor- masi bisnis yang sudah ada kini secara optimal. Insentif bentuk lain adalah gaya manajemen Soviet dalam menarik kembali karyawan peru- sahaannya yang sempat dibajak perusahaan lain, termasuk dalam hal penyediaan stok barang. "Ketentuan untuk itu sudah keluar tahun lalu dan makin di- absahkan. Malah sudah ada bebe- rapa karyawan(Soviet)yang me- ngalaminya : pindah rame-rame ke perusahaan lain dan kemudian kemdali ke kantor lamanya (se- perti di Barat). Kendati begitu kami tidak tertarik manajemen bajak-bajakan Barat", kata Gatyonov. Perkembangan di Uni Soviet dan RRC 1. Di Uni Soviet Michael Gorbachev muncul sebagai pemimpin tertinggi Uni Soviet menggantikan Adropov, yang meninggalkan rencana pembaharuan yang dilanjutkan oleh Gorbachev. Gorbachev kemudian menjabarkannya melalui gagasan "perestroika" dibarengi dengan "glasnost". Gorbachev memandang "perestroika", merupakan awal dari seluruh upaya pembaharuan yang berlangsung di Uni Soviet "Perestroika" atau yang diarti- kan "pembaharuan secara Insentif memang banyak ra- gamnya. Tak cuma uang, diam- diam mulai muncul perusahaan Soviet yang memberikan saham bagi karyawannya. Valentin Vologzhin, direktur umum Indus trial Amalgamation Conveyor, perusahaan yang memproduksi monorail dan rantai conveyor di Lvov, misalnya, belum lama ini menyeluruh" dicetuskan dengan telah mengeluarkan saham baru didorong oleh rasa ketidak pua- san atas apa yang sedang ber buat 4000 karyawannya. langsung di Uni Soviet. Dalam Sedangkan Grigory Lubar, di- awal kepemimpinannya itu, rektur umum Moskow Experi- Gorbachev mensinyalir bahwa mental Plant Soft Drink, peru- di Uni Soviet telah terjadi krisis sahaan minuman ringan, menga- di hampir seluruh bidang takan bahwa ia memberikan kehidupan. masing-masing satu saham pada 700 karyawannya. "Sekarang karyawan satu setengah kali lebih produktif dibandingkan sebelum perestroika (restrukturisasi)", tulis Lubar. (JS) Bidang perekonomian me ngalami kegagalan kegagalan: pertumbuhan ekonomi yang lambat, pendapatan nasional yang merosot serta terdapatnya KARENA informasi bisnis itu memang mahal, bahkan tidak kesenjangan dalam efisiensi produksi serta mutu yang me- nurun. Kemerosotan tingkat per- ekonomian yang hampir menca- pai tingkat stagnasi ini, menurut pengamatan Gorbachev, pasti akan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan lainnya dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu upaya-upaya yang dilakukan terlalu dititik beratkan kepada perbaikan dan peningkatan faktor-faktor ekonomis saja, sehingga bidang-bidang lain Halaman Vj Disinyalir oleh Gorbachev, bahwa terjadi pemborosan-pem- borosan dan tidak efisien. Erosi ideologi dan moral mulai ber- langsung perlahan-lahan. Kecenderungan negatif dalam masyarakat tumbuh dengan subur, kesenjangan kridebilitas mulai menggerogoti moral umum dan menumbuhkan kemunafikan. Profesionalisme dalam men jalankan suatu kegiatan bisnis, sebetulnya tidak saja menyangku kesiapan modal, manajemen, menghasilkan produksi, pe masaran. Tapi, yang juga sangat penting adalah kesanggupan mengupayakan informasi yang berkapasitas bisnis, dari berbata sumber yang dianggap layak Perlu digaris-bawahi, bahwa kesempatan suatu unit tempur di medan laga, sering ditentukan oleh hasil kerja intelijen yang diterjunkan ke kawasan medan peperangan jauh-jauh hari sebe lumnya. Dan, memang, kini perdagangan lebih merupakan pertempuran, dengan 'keunggul an' produk yang dipasarkannya sebagai senjata pemungkas Keunggulan itu baru bisa dipe nuhi jika salah-satu syaratnya dapat dikuasai. Yaitu, informasi bisnis itulah. *** Penulis adalah Pengamat dan Kolumnis masalah Eko- nomi Sosial, tinggal di Jakarta. Sementara itu kejahatan, narkotik dan kecanduan alkohol semakin meningkat. Situasi dalam tubuh partai juga menun- jukkan kerapuhan. Bimbingan partai mulai kelihatan mengen- dor. Prestasi seluruh jajaran menjadi tipis. Banyak pimpinan partai yang tidak terjangkau oleh kritik. Hal ini menyebabkan lang- kah-langkah praktis yang diam- bil oleh partai dan pemerintah menjadi ketinggalan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa keadaan masyarakat Uni Soviet menjadi semakin tak terkelola. Gorbachev telah memenuhi tuntutan masyarakat bagi adanya Pemilu dengan multi-calon. Pembebasan tahanan-tahanan politik termasuk Andrei Shaka- rov, dan yang diberi kebebasan untuk melakukan wawancara dengan para wartawan asing juga diizinkannya dicetak karya Bo- ris Pasternak "Dr.Zhivago". Ini semua adalah hal-hal yang sama sekali bertentangan dengan garis- garis partai yang monolit dan totaliter. Sementara Gorbachev me- lakukan perombakan dalam hubungan kerja antara Pantai dan Pemerintah, dilakukan pere- majaan-peremajaan dalam Par- tai, di samping disatukannya dualisme pimpinan Partai dan Pemerintah dalam satu tangan. Hal yang terakhir ini juga se bagai usaha untuk menanggu- langi adanya hambatan dan oposisi terhadap program-pro- gram tersebut. Dalam hubungan luar negeri. Gorbachev mengadakan pendekatan-pendekatan dengan fihak Barat, mengarah kepada persetujuan pengurangan per- senjataan. Alasannya ialah bahwa Uni Sovietmembutuhkan situasi internasional yang tenang untuk kemajuan dalam negeri dan menginginkan dunia yang bebas perang. Tetapi tentunya, kepentingan- nya yang besar adalah agar anggaran yang diperlukan untuk persenjataan dapat dimanfaatkan bagi keperluan reformasi. Di samping menunjukkan kepada Barat akan kesungguhannya dalam semangat pembaharuan nya ini. Perestroika Gorbachev in untuk sementara belum menim- bulkan gejolak yang terasa. Te tapi sementara itu reformasi ini telah menyulut api perbedaan kesukuan di beberapa negara bagian di Uni Soviet, yang ber wujud sebagai demontrasi yang menuntut otonomi dan kere- suhan-kerusahan rasial, juga kesempatan ini dipakai sebaga peluang dibeberapa negara bagian untuk menuntut demo krasi berupa pemogokan- pemogokan. Melihat gawanya situasi yang demikian itulah maka dirasakan oleh Gorbachev perlu dan mendesaknya diadakan suatu perubahan yang menyeluruh. Untuk itu transformasi dan pe- rubahan fundamental sangat diperlukan. Pembenahan secara menyeluruh diperlukan, karena begitu besarnya kemandegan- kemandegan masyarakat, se- hingga perbaikan secara sektoral saja tidak akan memadai. Prioritas utama dalam usaha pembenahan ini adalah bidang perekonomian, karena perekono- mian ini mempunyai pengaruh besar terhadap sektor kehidupan yang lain. Hal ini menimbulkan kesan seolah-olah pembaharuan Makalah ini disampaikan yang dilancarkan hanyalah penulis di depan Seminar "Pe berpusat pada situasi pereko- nomian. rubahan di Dunia Komunis dan Pencarian Model Model Baru" yang diselenggarakan IFI di Jakarta belum lama ini. Tanggapan Moskow terhadap hal-hal tersebut sangat positi sehingga tidak sampai meni bulkan gejolak yang berlanj Bersambung (1) Masalah ekonomi memang telah dan tetap merupakan per- hatian utama, tetapi pada saat yang bersamaan Gorbachev bertekad pula memperbaiki kondisi moral dan psikologis dalam masyarakat. Untuk keper- luan ini diperlukan demokratisasi Jember, NERACA PILOT proyek usaha mandiri seluas-luasnya dalam segala sektor in formal (UMSD) Jawa aspek kehidupan masyarakat, Timur, yang diprakarsai oleh serta adanya "glasnost" (keter- organisasi buruh sedunia (ILO) bukaan). diharapkan menjadi pola yang dapat diterapkan secara nasional Menurut Gorbachev, de- mokrasi dan keterbukaan, menjamin adanya kontrol yang sungguh-sungguh dari bawah bahkan kalau mungkin untuk negara berkembang lainnya Wakil ILO khusus mengenai yang dewasa ini tidak terdapat UMSL, Jaime Cortes, kep dalam kehidupan di Uni Soviet. ANTARA usai diskusi "Peranan Sejak Sidang Paripurna UMSI Dalam Pertumbuhan Komite Pusat-PKUS bulan April 1985, Uni Soviet telah melan- carkan suatu "Pokok Pembaruan Radikal Manajemen Perekono- mian'. Atas dasar ini dilakukan peningkatan kemandirian peru- sahaan termasuk akuntansi pembiayaannya. Manager peru- Ekonomi Indonesia," di Jember Kamis mengatakan, ILO dalam upaya pengerahan sumberdaya manusia untuk Jawa Timur memberi bantuan sebesar 8 juta dolar AS dan diharapkan betal betul mempunyai dampak untuk daerah lain
