Tipe: Koran
Tanggal: 1990-01-25
Halaman: 06
Konten
Kamis, 25 Januari 1990 Komentar Bunga Pinjaman Bank Yang Tinggi TAHUN 1989 ditandai dengan perkembangan mobilisasi dana perbankan yang membesarkan hati. Dana masyarakat yang dihimpun perbankan naik 38% hingga mencapai Rp 51,8 triliun pada akhir tahun 1989. Sedang likuiditas perekonomian Indonesia, naik 35% hingga menjadi Rp 56,6 triliun. Dari jumlah itu uang beredar tahun 1989, juga naik 32% yakni Rp 18,9 triliun. Gubernur Bank Indonesia Prof. Dr. Adrianus Mooy pada pertemuan tahunan perbankan di Jakarta (22 Januari 1990 ma- lam) menggambarkan kenaikan likuiditas perekonomian itu, lebih disebabkan oleh penghimpunan dana masyarakat yang besar melalui tabungan dan deposito perbankan. Dengan mem bangkitkan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat investasi de- ngan laju inflasi tahun 1989 (5,9%), dapat dikatakan bahwa per- tumbuhan uang beredar dan likuiditas perekonomian, telah dimanfaatkan untuk tujuan produktif. Ini menggambarkan kemampuan ekonomi Indonesia yang semakin baik. Berkembangnya kegiatan dunia usaha yang menye- bar keberbagai sektor (industri, perdagangan, perhubungan) yang berdampak penyerapan tenaga kerja yang besar dan me- rata, telah membawa adanya peningkatan pendapatan masya- rakat yang besar. Dengan peningkatan pendapatan masyarakat itu, membantu pula timbulnya permintaan masyarakat di dalam negeri. Bahkan mendorong peningkatan investasi yang semakin besar (kebutuhan dalam dan luar negeri). Ini terkait pula dengan peningkatan kredit perbankan dan penghimpunan dana masya- rakat di Pasar Modal. Nampaknya dengan likuiditas perekonomian yang besar, permasalahan bukanlah tidak ada. Sukubunga pinjaman bank kita masih digambarkan tinggi, sehingga menyulitkan dunia usaha untuk berkembang dan ekspansi. Banyak batasan dan hambatan yang dialami, tidak saja kolateral atau jaminan, tapi juga tingkat suku bunga pinjaman masih tinggi, yakni 19 sampai 24% lebih. Di samping pula Debt equity ratio dunia usaha yang masih kecil dan lain-lain. Untuk hal ini, Gubernur Bank Indonesia Adrianus Mooy me- mandang bahwa dengan kondisi sekarang, dunia perbankan dapat menurunkan suku bunganya. Kalau masa lalu, masalah SWAP dipandang sebagai faktor tingginya bunga pinjaman bank, kini tidak lagi demikian. Dalam tahun 1989, perkembang- an SWAP cukup menarik, dengan pelunasan 65% SWAP oleh Bank Indonesia. Penurunan posisi SWAP, akibat pelunasan se- bagian besar SWAP oleh Bank Indonesia itu, juga mencer- minkan semakin besarnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang rupiah. Artinya orang yang mendapat kredit valuta asing, tidak lagi men SWAP kannya untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan perubahan nilai mata uang rupiah. Dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan SWAP itu, adalah biaya premi SWAP yang lebih tinggi dari tingkat depresiasi, yang menurut Pakto 27 tahun 1988 penentuan premi SWAP itu di- dasarkan pada perkembangan bunga di dalam dan di luar neg- eri. Besarnya penurunan posisi SWAP ini, menunjukkan bahwa bunga di dalam negeri yang ditetapkan bank-bank, masih terlalu tinggi, kebanding kepercayaan mereka terhadap rupiah. Ini menunjukkan pula bahwa dunia perbankan kita sendiri, yang kurang memberikan apresiasinya terhadap rupiah. Ini tentu ku- rang baik, karena akan mempengaruhi pula kepercayaan masyar- akat, di mana bank mitra usahanya, justru kurang mempercayai mata uang rupiah. Di samping kecilnya SWAP, sebenarnya dunia perbankan kita, kini kebanyakan uang (over likuiditas). Itu disebabkan karena bank-bank semakin mampu menghimpun dana masya- rakat dengan cara-cara menarik dan menggiurkan (80 macam tabungan berhadiah, bonus, rumah, asuransi dan lain-lain). Alasannya cukup klasik, yakni bank yang menghimpun dana masyarakat dengan biaya mahal, harus tersalurkan ke sektor produktif dengan menguntungkan bank. Dan mereka yang terkait dengan valuta asing (pinjaman valas) harus membayar premi swap yang lumayan tinggi. Karena itu semua bunga pinjaman bank, tak mungkin turun. Ditambah lagi faktor resiko kredit macet, ikut mendorong tingginya bunga pinjaman bank-bank kita dan biaya-biaya lainnya. Sejalan dengan harapan Gubernur Bank Indonesia Prof Adrianus Mooy, bahwa dunia perbankan harus berupaya me nurunkan sukubunga deposito maupun kredit ketingkat yang lebih wajar perlu mendapat perhatian. Sehingga dengan begitu dapat mendorong kemantapan perkembangan ekonomi, yang sekaligus juga harus memperhatikan pengembangan usaha kecil guna mendorong pembangunan dari bawah. Dengan penurunan sukubunga, jelas akan mendorong dan menunjang peningkatan investasi dan usaha-usaha produktif lainnya. Kiranya anjuran Gubernur Bank Indonesia ini pantas dan wajib dilaksanakan. Kalau tidak, sebagaimana ungkapan Gu- bernur Bank Indonesia Adrianus Mooy, bahwa pemerintah ber- tanggung jawab untuk mempengaruhi tingkat suku bunga melalui piranti-piranti moneter sejalan dengan upaya mempertahankan tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang realistis. Sejalan dengan itu perbankan bertanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan banknya, sehingga dapat menekan biaya intermediasi serendah mungkin. Ini berarti, pemerintah bisa bertindak. Sebelum tindakan pemerintah itu, seyogianya bank secara sukarela melaksanakan usaha-usahanya menurunkan sukubunga, kearah yang wajar dan realistis. Jangan lagi perbankan mencari kambing hitam, premi swap mahal dan tinggi. Atau juga dana masyarakat yang dihimpun sebagai dana mahal dan lain-lain. Banyak hal yang bisa di mix oleh perbankan, yang bila pengelolaannya efisien dan profesional, tentu pewujudan penurunan sukubunga pinja- man bank ini bisa terlaksana. Mudah-mudahan. ** HARIAN NERACA Ekonomi untuk Kesejahteraan dan Keadilan Sosial Perusahaan Penerbit Pers PT. PERSINDOTAMA ANTAR NUSA Surat Izin Usaha Penerbitan Pers, No. 002/Menpen/ SIUPP/A7 1985 Tanggal 14 Agustus 1985 Bank Pengasuh Pemimpin Umum & Pemimpin Redaksi : Zulharmans Pemimpin Perusahaan: Azwimman Noersal Redaktur Staf Ahli Terbit Pagi Harga Langganan Tarif Iklan : BDN Cabang Gambir Jl. Ir. Haji Juanda Rekening Nomor : 01316.2.2.11.01.5 BNI 1946 Cabang Kramat Jl. Kramat Raya Rekening Nomor : 002890001 • BRI Cabang Khusus Jl. Sudirman Rekening Nomor : 314568235 Bank Umum Koperasi Indonesia Jl. Letjen S. Parman Rekening Nomor : 041508 Giro Pos: A. 13350 Alamat Redaksi/ Tata Usaha/Iklan : Azwar Bhakti, Ferik Chehab, Drs. Peter Tomasoa. : Dr. Anwar Nasution, Dr. Alfian, Drs. Abdul Latief, Tanri Abeng MBA, Sanjoto, : 6 X seminggu : dalam kota DKI Jakarta Rp 6.500/ bulan Luar kota tambah ongkos kirim :* Display Rp 3.000 per mm/kolom * Keluarga Rp 2.000 per mm/kolom *Baris Rp 3.000 per baris, minimal 3 baris : Jalan Jambrut No. 2- 4 Kramat Raya, Jakarta 10430. : 323969, 337441, 332676 Tromol Pos No. 386 : (021) 3101873. : 46000 NERACA IA Jakarta : P.T. Agrapress Telepon Fax Telex Setting/Cetak Isi diluar tanggungan percetakan Surat kabar ini dicetak di atas kertas produksi dalam negeri ISSN 02 531 81 PERKEMBANGAN bisnis Di Eropa Barat dan Jepang, industri karet sintetik tidak di- dan pemasaran karet alam In- donesia amatlah bergantung dominir oleh industri ban melainkan dikuasai oleh peru- pada perkembangan situasi lingkungan internasionalnya. sahaan-perusahaan yang Salah satu aspek strategis yang bergerak di bidang petro kimia. perlu diamati adalah faktor- Dalam kaitan ini pada dasawarsa faktor yang mempengaruhi perubahan struktur industri Ban dunia. 1970-an Eropa Barat cenderung untuk mengembangkan produksi ban radial sehingga radiasi lebih cepat dimulai di Eropa Barat di- banding dengan Amerika Seri- kat. Hal ini perlu diamati meng- ingat sebagian besar dari pro- duksi karet alam kita dikon- sumsi oleh industri ban dunia. Sedang perubahan struktural dalam industri ban dunia akan membawa dampak berubahnya pola permintaan akan karet alam. Tulisan berikut ini berupaya mengidentifikasi dampak pe- rubahan struktural dimaksud terhadap bisnis karet alam Indonesia. Meski baru terbatas pada proses identifikasi dan belum mencapai proses pe-. ngukuran dampaknya, namun upaya identifikasi ini terasa perlu dihargai. Kita perlu memperkirakan langkah yang diperlukan un- tuk mengantisipasi perubahan- perubahan yang dapat menda- tangkan sampai yang tidak di- inginkan kelak, tulis Busines News. Identifikasi Perubahan Struktural Industri Baru Dunia Industri ban merupakan indus- tri barang jadi karet yang terbesar diantara barang jadi karet lain- nya, baik dalam hal jumlah karet yang dikonsumsi maupun pro- duksinya. Industri ban mengkon- sumsi kurang lebih 70% dari kon- sumsi karet dunia. Produksi in- dustri ini jumlahnya mencapai lebih dari 60% dari total produksi barang jadi karet sedangkan si- sanya merupakan produksi belt, pipa dan tabung karet, barang- barang cetakan dari karet dan produk-produk untuk konsumen seperti sarung tangan karet serta sepatu karet. Diantara produk ban, produk yang menonjol ialah ban untuk keperluan penumpang dan kendaraan komersial. Belakangan ini industri ban dunia mengalami perubahan struktural, baik dalam hal lokasi geografisnya maupun dalam pemilikan sahamnya. Per- pindahan lokasi ini terjadi akibat adanya perpindahan lokasi indus- tri kendaraan bermotor, berku- rangnya daya saing negara pro- dusen ban karena adanya kenai- kan upah buruh dan apresiasi mata uang negara tersebut. Sedangkan pengalihan pe- milikan saham berkaitan dengan usaha perluasan pangsa pasar, yang diupayakan oleh suatu peru- sahaan ban dengan cara me- ngakuisisi atau membeli peru- sahaan ban lainnya. Dengan demikian pangsa pasar peru- sahaan ban yang dibeli akan menjadi milik perusahaan pem- beli. Karakteristik Industri Ban Dunia INDUSTRI ban dunia saat ini dikuasai oleh beberapa industri ban terkemuka dari Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang. Pada tahun 1985, Amerika Seri- kat memiliki lima perusahaan di- antara sekitar 11 industri ban terkemuka dunia, yakni Goodyear, Firestone, BF Goodrich, Uniroyal dan General Tire. Eropa Barat memiliki tiga perusahaan masing-masing Michelin dari Perancis, Pirelli dari Italia dan Continental dari Jer- man Barat. Sedang Jepang memiliki tiga perusahaan yaitu Bridgestone, Sumitomo dan Yokohama. Selanjutnya pada bulan Agus- tus 1986, divisi ban dari BF Goodrich CO dan Uniroyal Co bergabung membentuk peru- sahaan Uniroyal-Goodrich Tire Company. Sejak saat itu peru- sahaan ban Amerika Serikat yang bertengger dipapan atas industri ban terkemuka dunia mulai berkurang jumlahnya. Pola hubungan bisnis dengan pemasok bahan baku pada peru- sahaan-perusahaan ban Amerika Serikat relatif berbeda dengan perusahaan-perusahaan ban Eropa Barat dan Jepang. Peru- sahaan ban Amerika Serikat cenderung menguasai industri karet sintetik. Diperkirakan lima perusahaan ban terbesar di ne- gara ini menguasai sekitar 55% dari kapasitas industri karet sin- tetis Amerika Serikat. FORUM Karena industri ban Amerika Serikat juga menguasai produksi karet sintetis, maka pada periode 1970-an produsen-produsen ban di negara itu cenderung mengem- bangkan produksi ban yang se- cara proporsional membutuhkan karet sintetik yang lebih besar dibanding karet alam. Jenis ban dimaksud ialah bias belted tyre yang stell belts. Jenis ban ini dalam pemakaiannya mempunyai jarak tempuh yang lebih pendek dibanding dengan ban radial, namun masih lebih jauh dibanding dengan ban kon- vensional. Hal ini menjadi salah satu penyebab; mengapa industri ban di Amerika Serikat pada dasawarsa 1970-an agak lambat dalam mengembangkan produksi ban radial. Sebagai mana diketahui pem- buatan ban radial membutuhkan karet alam yang secara pro- porsionil lebih besar dibanding dengan kebutuhan karet alam untuk pembuatan ban konven- sional. Namun demikian, pada 1980- an proses radialisasi di Amerika Serikat berlangsung sangat cepat sehingga pada pertengahan dekade tersebut radialisasi ban kendaraan penumpangnya sudah hampir tuntas seperti halnya yang terjadi di Eropa Barat. Dari uraian di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa proses radialisasi di Eropa Ber- beda dengan proses radialisasi di Amerika Serikat. Lain halnya dengan Jepang dimana proses radialisasinya berlangsung hampir sama dengan proses radi- alisasi yang terjadi di Amerika Serikat. Beberapa perusahaan ban Amerika Serikat dan Eropa Ba- rat juga menguasai produksi karet alam. Diperkirakan perusahaan ban Amerika Serikat menguasai sekitar 4-5% produksi karet dunia. Sedangkan perusahaan ban Eropa Barat diperkirakan men- guasai sekitar 12% dari total produksi karet alam dunia. Penguasaan produksi karet alam dunia tersebut umumnya dilakukan melalui pemilikan perkebunan karet di negara-ne- gara produsen karet alam. Perkebunan karet yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan ban tersebut selain bertugas mema- sok karet alam untuk digunakan sendiri oleh pemiliknya, juga memasarkan hasil produksinya kepada pembeli lainnya. Bahkan pada prinsipnya karet tersebut tidak harus dibeli oleh pemiliknya karena perkebunan karet ini merupakan bagian kecil saja dari kegiatan perusahaan pemiliknya yang dalam hal ini adalah perusahaan ban. Saat ini perkebunan karet tersebut, ada sebagian yang sudah dijual. Uniroyal Plantation di Sumatera misalnya pada tahun 1986 telah dibeli oleh Bakrie Brothers. Penguasaan perkebunan karet ternyata memberikan manfaat tersendiri bagi perusahaan-peru- sahaan ban seperti: pengetahuan tentang biaya produksi, jenis dan mutu karet yang sesuai dengan teknologi produksi ban yang dimilikinya. Dengan demikian, dalam melakukan pembelian karet alam untuk keperluan bahan baku, perusaahan-perusahaan tersebut mempuyai posisi yang kuat dalam tawar-menawar dengan penjual/ produsen karet alam karena mereka mengetahui dengan tepat perhitungan biaya produksinya. Demikian juga dalam hal mendapatkan karet alam, peru- sahaan-perusahaan tersebut umumnya mendatangi langsung para produsen di negara peng- hasil karet alam. Diperkirakan perusahaan-perusahaan ban utama membeli 70% kebutuhan karet alamnya dengan menda- tangi langsung produsen terpilih di negara-negara penghasil karet alam utama (Malaysia, Indone- sia dan Thailand). Sisanya dari pasar bebas seperti bursa New York. ban Perkembangan Penjualan Ban Dunia PERUSAHAAN Goodyear dari Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dalamnilai penjualan ban, diikuti oleh Michelin dari Prancis pada peringkat kedua. Bridgestone dari Jepang berada diperingkat ketiga. Sedang Sumitomo, juga dari Jepang menduduki peringkat ke empat. HARIAN NERACA Dari data perkembangan nilai penjualan bannya selama kurun waktu 1985-1987 tampak bahwa perusahaan-perusahaan ban Eropa Barat dan Jepang menga- lami pertumbuhan nilai penjualan yang lebih cepat dibanding de- ngan pertumbuhan nilai penjual- anperusahaan-perusahaan ban Amerika Serikat. Bahkan pada periode tersebut Uniroyal- Goodrich mengalami pertum- buhan yang negatif sedangkan Firestone dan General Tire re- - OPINI Oleh Rahayubudi Perubahan Struktural SALAH satu wujud peruba- han struktural yang terjadi pada industri ban dunia ialah terjadi nya pengambilalihan (take over) sebagian besar saham perusahaan ban Amerika Serikat oleh peru- sahaan dari Eropa Barat dan Jepang. Pada 1987 perusahaan ban Continental dari Jerman Barat membeli sebagian saham dari General Tire. Sedang pada bu- lan Maret 1988, Bridgestone dari Jepang membeli sebagian besar Bridgestone merencanakan peningkatan kapasitas produksi sebesar 10-20% dari kapasitas yang sekarang ada di Indonesia, Thailand dan Taiwan guna saham Firestone (milik AS) meningkatkan pangsa pasar do- senilai US$ 2,6 miliar setelah memenangkan persaingan de- ngan Pirelli dari Italia. Sebagai gantinya Pirelli membeli saham perusahaan ban Amerika Seri- kat lain yang tidak besar yakni the Amstrong Tire Company yang telah dilakukan pada bulan Maret 1988. mestik di ketiga negara tersebut menjadi 50% dari total pasar ban domestik yang ada. Selain itu Bridgestone juga merencanakan peningkatan pangsa pasar menjadi 50% dari total pasar ban domestik di Malaysia dan Phili-pina. Selanjutnya pada 1989 Michelin dari Perancis membeli sebagian saham Uniroyal- Goodrich (milik AS) yang meru- pakan penggabungan BF. Goodrich dan Uniroyal. Miche- lin memperoleh saham tersebut senilai US$ 690 juta pada bulan September 1989 setelah meme- nangkan persaingan dengan perusahaan-perusahaan ban lain. Sementara Yokohama Rub- ber Co perusahaan ban Jepang terbesar kedua setelah Br- idgestone yang telah membeli saham perusahaan ban Amerika Serikat Mohawk Rubber Co senilai US$ 150 juta, merenca- nakan menjual kembali saham yang telah dibelinya. Perusahaan-perusahaan ban yang sahamnya dialihkan terse- but merupakan perusahaan yang kurang sehat yang ditandai de- ngan rendahnya (bahkan ada yang negatif) pertumbuhan nilai penjualan selama beberapa tahun terakhir. Pembelian saham pe- rusahaan ban Amerika Serikat oleh perusahaan-perusahaan ban Eropa Barat dan Jepang meru- pakan bagian dari usaha peru- sahaan-perusahaan ban Eropa Barat dan Jepang tersebut untuk meningkatkan pangsa pasar di Amerika Serikat, yang meru. pakan pasar ban terbesar di dunia. Sebagai contoh: Bridgestone yang membeli saham Firestone merencanakan akan memperke- nalkan produksi ban Bridgestone yang sebelumnya kurang dike- nal kalangan konsumen ban Amerika Serikat. Saham Firestone yang dibeli selain mencakup pemilikan atas pab- riknya juga termasuk di dalamnya 1.500 pusat perawatan mobil di Amerika Serikat dan Kanada yang dapat menjadi basis pusat penjualan ban ditingkat pengecer. Dengan menguasai basis penjualan ini maka cengkraman Bridgestone di pasar Amerika Serikat diperkirakan akan semakin menguat. Perpindahan Lokasi Geografis PERUBAHAN struktural lain yang terjadi di industri ban dunia menyangkut perpindahan lokasi geografis industri ban. Pada mulanya telah terjadi re- lokasi pabrik-pabrik ban Jepang keluar dari negerinya, baik ke Amerika Serikat maupun ke Eropa Barat. Perpindahan pab- rik tersebut tampaknya meng- ikuti relokasi sebagian industri mobilnya yang juga dipindahkan ke dua wilayah itu. Seperti diketahui bahwa in- dustri ban berkaitan erat dengan industri mobil. Mobil-mobil baru buatan pabrik Jepang biasanya menggunakan ban-ban buatan perusahaan ban Jepang sebagai original equipment. Selain itu, adanya apresiasi mata uang yen juga mendorong terjadinya re- lokasi pabrik-pabrik ban Jepang tersebut. Usaha Perluasan Pasar DALAM upaya memperluas pasar ban, pasar di Asia Timur dan Tenggara merupakan pasar yang paling banyak diincar oleh perusahaan-perusahaan ban Eropa dan Jepang disamping pasar Amerika Serikat dan Eropa Barat. Pembelihan saham peru- sahaan-perusahaan ban Amerika Serikat oleh perusahaan-peru- sahaan ban Eropa Barat dan Jepang, relokasi industri ban Jepang ke Amerika Serikat dan Eropa Barat serta usaha mereka untuk mendirikan unit produksi baru atau memperluas kapasitas produksi yang sudah ada, meru- pakan manifestasi dari upaya perluasan pasar oleh industri ban Jepang dan Eropa. Usaha mendirikan unit pro- duksi baru atau memperluas kapasitas produksi yang sudah latif memiliki tingkat pertum- buhan yang rendah. ada, dilakukan secara patungan Di masa mendatang bukan dengan perusahaan lokal dimana tidak mungkin penjualan peru- pendirian atau perluasan unit pro- sahaan Michelin atau Bridgestone duksi tersebut dilaksanakan. akan melebihi Goodyear. Hal ini Usaha-usaha pendirian atau dimungkinkan mengingat adanya prestasi penjualan dimasa lalu perluasan kapasitas produksi yang berkembang dengan baik banyak dilakukan di Asia, teru- dan adanya usaha-usaha untuk tama Asia Timur dan Tenggara mendirikan beberapa pabrik baru, karena pasar Amerika Serikat dan Eropa Barat dirasakan akan memperluas kapasitas produksi dan membeli saham beberapa lambat pertumbuhannya. perusahaan ban Amerika Seri- kat. Michelin, perusahaan ban Perancis merencanakan dan sedang mendirikan unit produksi baru atau memperluas kapasitas produksi yang sudah ada di Jepang, Korea Selatan dan di Thailand. Pirelli dari Italia kini memfokuskan peningkatan pangsa pasarnya di China de ngan mendirikan pabrik ban baru di negara tersebut. Goodyear sebagai produsen ban terbesar dan sekaligus pemilik pangsa pasar terbesar, berusaha mempertahankan pangsa pasarnya dari serbuan saingan terdekatnya Michelin dan Bridgestone. Di Asia, Goodyear memperluas kapasitas produksi yang ada di Philipina dan mendirikan pabrik baru di Korea Selatan yang se- bagian produksinya akan dipasar- kan ke Jepang. Di luar Asia, perusahaan ban Jepang Bridgestone sangat getol memperbesar pangsa pasarnya, khususnya di Eropa Barat, dengan mendirikan unit produksi baru di Jerman Barat yang direncanakan akan memulai berproduksi pada awal tahun 1990-an. Usaha Bridgestone mendirikan unit produksi ban di Jerman Barat, seperti telah disinggung di depan, tampaknya mengikuti transplatasi industri mobilnya ke Eropa Barat, seperti Toyota dan Honda yang telah memutuskan bekerjasama dengan Nissan untuk merakit mobil penumpang di Inggris. Rencana-rencana tersebut berkaitan dengan usaha untuk menghadapi terbentuknya pasar tunggal Eropa pada 1992. Pabrik ban Jepang yang lain Sumitomo melalui pembelian sebagian saham Dunlop berupaya meningkatkan pangsa Original Tyre Marketnya di Amerika Serikat dengan me- masok lebih banyak keperluan pabrik mobil Honda dinegara itu. Dalam memasarkan produksi bannya di Amerika Serikat terse- but Sumitomo nampaknya akan tetap menggunakan merek Dun- lop. Di Amerika Serikat perusahaan ban Jepang, Yokohama Rubber Co Ltd dan Toyo bekerjasama dengan perusahaan ban Continen- tal dari Jerman Barat membentuk usaha patungan bersama peru- sahaan ban General Tire dari Amerika Serikat guna meningkatkan kapasitas produksi dan pemasaran ban mobil pe- numpang. Mereka yang akan digunakan kemungkinan besar adalah merek General. Perusahaan ban Michelin dari Perancis juga berusaha mening katkan pangsa pasarnya di Amerika Serikat dengan mening katkan pasok bannya pada pabrik- DIHARAPKAN dalam Repe- lita V ini pemda Nusa Tenggara Barat (NTB) demikian juga pemda provinsi lainnya di Indonesia, meningkatkan disiplin nasional dipelopori apparatur pemerintah dalam meningkatkan aparat yang gigih dan pemerintah yang ber- wibawa!" Wakil Presiden Sudharmono SH menegaskan hal itu ketika memberi arahan di ruang sidang DPRD Nusa Tenggara Barat Mataram 7 Desember lalu. Dari Pelita I sampai Pelita IV, kita telah mencapai kemajuan di segala bidang. Karenanya dalam Repelita V kemajuan itu supaya lebih besar hasilnya, sehingga pada akhir Repelita V terwujudnya landasan yang kokoh menuju tinggal landas. pengawasan Wapres mengingatkan, lebih penting dari fungsional adalah Waskat atau pengawasan melekat. Dalam arti Waskat supaya lebih digalakkan, sekaligus upaya pengawasan dan koordinasi antar instansi perlu ditingkatkan dalam Repelita Vini. Dalam kaitan ini, delapan sukses memerlukan koordinasi dan diawasi pelaksanaannya. Sejalan dengan Instruksi Presiden RI nomor 1 tahun 1989, diperlukan penyusunan program Pengawasan Melekat yang wajib disusun oleh setiap Instansi secara realistis dan benar-benar dapat di- laksanakan. Program tersebut harus berisi kegiatan-kegiatan yang nyata katkan disiplin serta prestasi kerja. dengan sasaran untuk mening- Menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang, ke- bocoran, pemborosan, memperce- pat penyelesaian perijinan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, sekaligus memperce- pat masalah-masalah kepega- waian. pabrik mobil sebagai original equipment. Demikian juga halnya dengan Pirelli dari Italia. Dampak Terhadap Bisnis Karet Alam Indonesia PERUBAHAN struktural akibat pengalihan saham memungkinkan terjadinya pe- rubahan teknologi pembuatan ban. Sebagaimana diketahui in- dustri ban Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang memiliki teknologi yang relatif berbeda. Hal ini ditandai dengan berbe- danya jenis mutu karet alam yang digunakan sebagai bahan baku. Amerika Serikat lebih banyak menggunakan karet alam dari jenis crumb (remah) yang dike- nal sebagai technically specified rubber (TSR) dengan kualifikasi TSR 20. Sedangkan industri ban Eropa Barat dan Jepang lebih banyak menggunakan karet alam konvensional yang dikenal se- bagai Ribbed Smoked Sheet (RSS) dari jenis mutu RSS 3. Pengawasan Masyarakat PENGAWASAN external oleh masyarakat ternyata dengan jelas menuntun kepada kebenaran informasi atau keluhan tentang masih adanya kelemahan-kelema- han serta ketidakwajaran yang ▸ Ada kemungkinan peru- sahaan-perusahaan ban Eropa Barat dan Jepang yang memiliki sebagian besar saham peru- sahaan-perusahaan ban Amerika Serikat akan merubah teknologi pabrik-pabrik yang sahamnya dibeli. Namun oleh karena peru- sahaan pembeli aham tersebut bermaksud untuk meningkatkan pangsa pasarnya di Amerika Serikat masa perusahaan terse- but diperkirakan akan tetap menggunakan merek ban dari pabrik-pabrik yang dibelinya. Sebagai contoh kasus, Brid- gestone dari Jepang yang mem- beli sebagian besar saham Firestone (AS) akan tetap menggunakan merek Firestone. Hal ini disebabkan karena Kon- sumen Amerika Serikat umum- nya sudah akrab dengan merek lama. Namun demikian, hal ini bukanlah berarti; bahwa dengan tetap menggunakan merek yang lama maka tehnologinya juga ti- dak akan berubah. Meskipun para tehnisi Firestone mengatakan bahwa ada kemungkinan Brid- gestone akan menggunakan teknologi Firestone namun pihak Bridgestone mengatakan bahwa teknologi yang digunakan Firestone lambat laun akan di- ganti. Dapat diduga, bahwa cepat atau lambat teknologi pembeli saham akan mempengaruhi teknologi pabrik yang dibelinya dan apabila hal ini yang terjadi, maka penggunaan karet jenis mutu RSS 3 di Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat, karena teknologi Bridgestone/ Jepang banyak menggunakan RSS 3. Thailand yang banyak mempro- duksi dan mengekspor RSS 3 atau Malaysia yang jumlah produksi TSR dan RSS nya hampir seim- bang. Dalam rangka pelaksanaan penugasan dari Presiden, Kantor Wakil Presiden menampung keluhan masyarakat dengan membuka Tromol Pos 5000 sejak April 1988. Selain dapat dari ke- mungkinan perubahan teknologi yang diakibatkan oleh pengalihan saham, juga perlu diperhatikan dampak dari pergeseran lokasi industri serta jenis dan kualitas ban yang dihasilkannya. Dalam waktu sebelas bulan sampai dengan minggu pertama bulan Maret 1989 jumlah surat masuk ke Tromol Pos 5000 mencapai 17.309 atau kurang lebih 60 surat setiap hari kerja. Di antaranya 16.385 surat memiliki bobot pengawasan. Surat masyarakat ini, sebagian besar berasal dari DKI Jakarta (2.898/17/17,1%). Kemudian jumlah yang cukup besar disusul dari Jawa Timur (2.503/14,8%, Sumatera Utara (1.510/8,9%). Jika dilihat dari instansi Di kalangan perusahaan-pe- rusahaan industri ban utama dunia, tampaknya telah terjadi pembagian pembagian kerja. Sebagai contoh Goodyear Indo- nesia ditugaskan oleh induknya Goodyear di Amerika Serikat- menghasilkan ban-ban off-road untuk traktor-traktor pertanian dan ban-ban untuk karavan yang nantinya diekspor ke negara- negara maju termasuk Amerika Serikat. terkait, ternyata yang paling menonjol adalah untuk Departe- men Dalam Negari (4.150/ 26,6%), Departemen HANKAM (1.558/9,2%), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1.353/8%), Mahkamah Agung (894/5,3%) dan Mabes ABRI (684/3,7%). Dilihat dari segi masalah profil surat-surat masyarakat adalah mengenai penyalahgunaan wewenang (22,1%), kepega- waian atau ketenagakerjaan (17,3%), korupsi atau pungli (13,4%), atau perumahan (12,6%) dan pelayanan masya-. rakat (12,3%). Jumlah Penyaluran MENURUT buku "Kesim- pulan-kesimpulan Rapat Koor- dinasi Pengawasan dan Garis- garis pegangan untuk pe-- ningkatan Pengawasan dalam Repelita V" yang diterbitkan Sekretariat Wakil Presiden 20 Maret 1989., surat-surat yang telah diteliti dibahas dan diolah datanya kemudian disalurkan ke instansi terkait yaitu ke aparat pengawasan fungsional atau ke aparat pelaksana atasan langsung. Jumlah penyaluran hingga pekan pertama Maret 1989 mencapai Bridgestone di negara-negara Asia Tenggara selain ditugaskan untuk mengisi pasar domestiknya juga ditugaskan untuk mengisi pasaran ekspor ke negara-negara berkembang lainnya yang tidak membutuhkan ban-ban radial berkualitas tinggi. Adanya pembagian tugas di- antara industri ban di negara negara maju dan berkembang tersebut akan menyebabkan tim- bulnya perbedaan kualitas karet alam yang dibutuhkan. Karet alam yang berkualitas tinggi (lebih konsisten dan tidak mengandung kontaminan) banyak dibutuhkan oleh negara-negara maju. Sedangkan yang bermutu lebih rendah akan lebih banyak dibu- tuhkan oleh pabrik-pabrik ban di negara-negara berkembang. Tampaknya industri ban di negara-negara berkembang Asia cenderung akan diarahkan untuk menghasilkan ban-ban radial yang berkualitas lebih rendah dan ban-ban off road. Di sisi lain industri ban di negara negaramaju (Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Jepang dan negara- negara industri baru Korea Sela- tan dan Taiwan) cenderung di- arahkan untuk menghasilkan ban- ban radial yang berkualitas tinggi (high peformance radial tyres) melalui proses otomatisasi pab- rik, selain juga untuk mengatasi mahalnya upah buruh. Adanya otomatisasi mesin- mesin danditambah dengan adanya ukuran batch yang se- makin besar dalam proses pro- duksi membutuhkan karet alam yang mutunya tinggi, konsisten dan tidak terkontaminasi. Adanya otomatisasi mesin- mesin tersebut menyebabkan proses produksi secara tetap memerlukan bahan baku berupa karet alam yang mutunya baik, seragam dan konsisten. Hal ini akan menimbulkan masalah bagi ekspor karet alam Indonesia ka- rena mutunya yang tidak konsis- ten dan mengandung kontami- nan. Pengawasan Melekat Wajib Disusun Setiap Instansi dilakukan oleh apparatur Peme 4.332 informasi atau keluhan rintah terhadap masyarakat, un- masyarakat. tuk siapa seharusnya apparatur itu mengabdi. Memang pada dewasa ini ada kecenderungan peningkatan lebih yang penggunaan TSR 20 cepat dibanding dengan pe- ningkatan penggunaan RSS 3 pada teknologi pembuatan ban Jepang. Namun demikian semen- tara ini pemakaian RSS 3 tam- paknya masih menonjol. Di samping itu, pembangunan pabrik-pabrik ban baru dan usaha Peningkatan penggunaan RSS perluasan pabrik-pabrik ban yang 3 tersebut akan membahayakan sudah ada yang terjadi di Asia posisi ekspor karet Indonesia ke Timur (Korea Selatan dan Tai- Amerika Serikat yang sebagai wan) dan di Asia Tenggara negara importir utama selama ini (Malaysia, Indonesia, Thailand lebih banyak mengimpor TSR dan Philipina) menyebabkan 20 dibanding RSS 3. Sebaliknya. konsumsi karet alam di kawasan hal ini akan menguntungkan ini akan meningkat lebih pesat gangan Penyaluran dalam jumlah besar berturut-turut ditujukan ke Departemen Dalam Negeri ter- masuk Pemerintah Daerah (1.393/ 32%). Barkorstanas (462/10.7%), Mabes ABRI (365/8,4%), Depar- temen HANKAM (267/6,2%), Badan Pertahanan Nasional (169/ 3.9%) dan Departemen Keuang- an .149/3,4%). Dalam surat-surat yang di- salurkan ini, profil yang menon- jol berturut-turut yang disalur- kan ini, profil yang menonjol ber- turut-turut adalah penyalah- gunaan wewenang (21,8 %), kepegawaian (18,4%), Kewas- padaan nasional/masalah sosial/ Pilkades (16,7%), pertanahan (14,5%), korupsi/pungli (9,4%), birokrasi (8,2%) dan pelayanan masyarakat (7,8%). Tanggapan-tanggapan telah diperoleh dari instansi-instansi si penerima surat informasi atau keluhan masyaraka itu hingga pekan pertama Maret 1989 men- capai jumlah 936. Yang berdasar- kan urutan tanggapan, dengan jumlah paling menonjol berasal dari pemerintah daerah tingkat I (116/12,4%), pemerintah daerah tingkat II (106/11,3%), Departe- men Dalam Negeri (67/7,2%), BAKN (60/6,4%), Departemen Keuangan (49/5,2%), Departe- men Agama, Departemen Kese- hatan, BUMN masing-masing 47 atau 5%. Setelah diolah, ternyata dari surat-surat tanggapan itu terdapat 490 yang mengandung kebenaran (52,4%). Di antaranya sebanyak 328 (35%) telah diikuti tindak lanjut secara tuntas. Sisanya 267 (28,5%) tidak mengandung ke- benaran. Dan 179 (19,1%) tidak menanggapi langsung materi surat yang telah disalurkan, se- hingga masih perlu diproses lebih lanjut. Halaman VI dibanding peningkatan konsumsi yang terjadi di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang. Pada sisi lain, di kalangan produsen karet sintetik juga ada usaha untuk terus menemukan jenis karet sintetik yang sama sifatnya dengan karet alam Apabila karet sintetik yang ber- sifat demikian sudah ditemukan maka proporsi penggunaan karet sintetik dalam pembuatan ban akan meningkat. Kerugian Negara Rp 45 Milyar Agung tercatat jumlah sisa SELAMA 1988 di Kejaksaan perkara tindak pidana korupsi dan perkara baru sebanyak 651 Bahkan bukan tidak mungkin seluruh kebutuhan karet alam dalam pembuatan ban akan di- gantikan oleh karet sintetik terse- but. Ancaman ini datang setelah dirasakan sulitnya mendapatkan karet alam yang mutunya ser- agam dan bebas kontaminan yang sesuai dengan tuntutan mesin- mesin yang serba otomatik. Tan- tangan ini tentunya harus dapat digunakan sebagai cambuk di dalam usaha peningkatan kuali- tas karet alam Indonesia. Hal-hal lain yang berkembang dikalangan industri ban di ne- gara-negara maju adalah mun- culnya tuntutan untuk mencegah polusi. Seperti diketahui, bahwa pembuatan ban banyak menim- bulkan polusi udara antara lain seperti adanya asap yang hitam pekat dan udara yang kotor yang ditimbulkan oleh penggunaan Carbon black dalam proses pro- duksi. Usaha-usaha pencegahan yang dapat ditempuh antara lain dengan menggunakan kompon atau bahan karet setengah jadi. Pembuatan kompon yang banyak menimbulkan polusi cukup diserahkan ke negara- negara berkembang, sedangkan industri ban di negara maju tidak perlu lagi menggunakan karet alam sebagai bahan baku tetapi cukup menggunakan kompon Kemungkinan- tersebut. kemungkinan ini perlu pula diper- hitungkan Indonesia apabila ingin tetap mempertahankan diri se- bagai salah satu negara peng- ekspor utama karet alam. * Penutup ADANYA berbagai peruba- han struktur industri ban tersebut perlu diantisipasi oleh dunia perkaretan di Indonesia. Mutu karet Indonesia perlu ditingkatkan dan diseragamkan antar produsen di berbagai tem- pat, karena karet yang bermutu tinggi, seragam dan konsisten dalam jumlah banyak, serta bebas kontaminasi merupakan per- syaratan yang sangat dibutuhkan oleh industri ban di negara-ne- gara maju. Mengenai ekspor jenis TSR 20 (yang lebih banyak diekspor Indonesia dibanding jenis RSS 3) dewasa ini memang masih belum mengalami masalah yang serius, selama ekspor karet Indo- nesia ini sebagian terbesar masih diserap oleh pasar Amerika Seri- kat. Namun berbagai kemungkinan perubahan yang mempengaruhi permintaan/ penggunaan TSR 20 ini tentunya perlu terus diamati dan dieva- luasi agar kita mampu mengan- tisipasi berbagai perubahan yang kelak terjadi. * Penulis bekerja di Badan Litbang Departemen Perda perkara. Sejak 1 Agustus sampai dengan 31 Desember 1988 telah diselesaikan 203 perkara (31,18%). Nilai kerugian negara kurang lebih sebesar Rp 45 mil- iar dan dari jumlah itu yang su- dah diselamatkan sekitar Rp 7 miliar (16%). Data yang tercatat di kantor Menteri Negara Pendayagunaan Apparatur Negara berupa 1.537 tindak lanjut hasil pengawasan fungsional September 1988 sam- pai dengan Januari 1989 terdiri dari 1.509 tindak lanjut berupa tindakan administratif dan28 tindak lanjut berupa tindakan hukum. Tindakan administratif umumnya berupa penerapan Peraturan Pemerintah nomo 30 tahun 1980 dan tindakan hukum sebagian besar berupa hukuman karena desersi, Wapres Sudharmono me- nyatakan di Mataram, hingga saat ini Tromol Pos 5000 mencatat surat informasi atau keluhan se- banyak 27.000, di antaranya 250 dari NTB. Karena itu Tromol Pos 5000 sangat membantu dalam menampung informasi dan masya-rakat, terhadap perbuatan dan tindakan yang kurang serasi terhadap pembangunan. Kejaksaan Agung kasus korupsi Selama 1988/89 tercatat pada yang terjadi di Indonesia 772. Sekitar 541 di antaranya atau 70% telah diselesaikan, sementara sisanya masih dalam taraf peme rosesan. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 1988 di antaranya menga- takan: Dalam pelaksanaan Pe- ngawasan Melekat perlu diper- hatikan masukan dari penga- legislatif dan pengawasan masya- wasan fungsional, pengawasan rakat. Sehingga menjadikan WASKAT sebagai unsur penga- wasan inters yang efektif. Ketentuan lebih lanjut sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden ini ditetapkan Menteri Negara dengan memperhatikan petunjuk Pendayagunaan Aparatur Negara Wakil Presiden Republik Indo- nesia. (DNI/H.K.Adnan)
