Tipe: Koran
Tanggal: 1990-08-02
Halaman: 06
Konten
Kamis,2 Agustus 1990 Komentar Embargo Tekstil Indonesia Oleh Kanada ESITTIS mal PRODUK ekspor tekstil Indonesia, tanggal 20 Juli 1990 lalu, kembali mendapatkan cobaan dan rintangan, setelah awal tahun ini terkena embargo Amerika Serikat. Puluhan ribu unit produk tekstil Indonesia, sejak 20 Juli 1990 itu, terkena embargo pemerintah Kanada, karena melampaui kuota ekspor yang telah disetujui kedua negara. Akibatnya sekitar 44.625 unit celana buatan Indonesia, tidak diizinkan keluar dari daerah pabean Kanada, dan jumlah itu terus akan bertambah, khususnya yang menyangkut kategori 2 AC (celana). A6701 Laporan Atase Perdagangan Indonesia di Kanada menye- butkan, bagian besar celana yang terkena embargo itu, dilengkapi dengan SKA (Sertifikat Asli), dan selebihnya tidak dilengkapi dokumen apa-apa. Barang yang dilengkapi dokumen resmi itu 26.999 unit celana, yang diekspor oleh PT Alfego, PT Busanaria, PT Indohinson Garment, PT Indogarment dan PT Indopanca Garment. Direktur Divisi Kontrol Ekspor Biro Hubungan Khusus Kanada, JS Jaques tanggal 20 Juli 1990 menyurati Atase Perdagangan Indonesia, yang juga telah disampaikan ke Indo- nesia. Terjadinya embargo produk tekstil (TPT) Indonesia oleh pemerintah Kanada, cukup mengundang pertanyaan. Ia diper- tanyakan, karena baru saja Indonesia selesai mencarikan jalan keluar tentang embargo tekstil kita oleh Amerika Serikat. Suatu tim perunding Indonesia yang dipimpin Dirjen Daglu Departe- men Perdagangan berboyong ke Amerika Serikat diawal April 1990 lalu. Tim ini berhasil menyelesaikan masalah embargo itu. Sementara Dirjen Perdagangan Luar Negeri Indonesia, juga berkunjung atau mampir di Kanada, untuk membahas dan menjaga kemungkinan hal yang sama akan terjadi pula dengan Kanada, karena berbagai produk tekstil Indonesia, juga telah dilsyaratkan banyak yang hampir memenuhi kuota. Di samping itu, Kanada dalam perdagangannya dengan In- donesia, selalu bersikap lunak, penuh pengertian dan sangat simpatik. Dalam penuh pengertian dan kesimpatikan itu, Ka- nada malah berusaha meningkatkan dan memperluas perdagang- annya dengan Indonesia. Langkah itu terlihat dengan usaha- usaha Kanada, dalam berbagai kegiatan ekonomi dan investasi. Kesaling pengertian ini, dasar utama yang digunakan untuk pengembangan kerjasama ekonomi perdagangan yang lebih luas.Tapi dengan pemberitahuan Direktur Divisi Kontrol Ekspor Biro Hubungan Khusus Kanada tanggal 20 Juli lalu itu, jelas mempesona dan mengherankan eksportir kita, bahkan mengejutkan. Dan kalau kita mau jujur, sebenarnya setelah embargo TPT oleh Amerika Serikat, kita selesaikan bulan April lalu, para eksportir TPT kita, sudah harga memperhitungkan hal yang sama bisa terjadi untuk Kanada. Kalau itu bisa terjadi, tentu para eksportir lebih dini berusaha dan bersikap hati-hati. Yakni memenuhi kuota ekspor yang disetujui kedua negara dengan baik. Adanya kelebihan ekspor TPT ke Kanada itu, disatu sisi menunjukkan usaha peningkatan ekspor non migas terus dilak- sanakan. Dan di sisi lain, kita lupa memperhatikan persetujuan yang sudah disepakati, sehingga ekspor TPT kita terkena em- bargo. Pihak Departemen Perdagangan Indonesia Selasa menegas- kan di Jakarta, akan berusaha keras menyelesaikan embargo dengan Kanada itu, baik melalui hubungan komunikasi jarak jauh maupun dengan kemungkinan pengiriman tim ke Kanada. Apapun penyelesaiannya, yang penting bagi kita adalah ekspor tekstil kita tak terganggu, dan bahkan bisa ditingkatkan lebih dari yang sudah ada. Ini tentu perjuangan keras Departemen Perdagangan bersama dengan eksportir TPT lainnya, yang tentu saja bukan hanya untuk Amerika Serikat dan Kanada saja, tapi juga untuk Eropa yang mungkin pula, sudah menunjukan tanda-tanda pemenuhan kuota dan lain-lain. Kiranya di sini kembali masalah komunikasi memegang peranan. Kalau misalnya pada embargo tekstil Indonesia oleh Amerika Serikat lalu, pihak eksportir mengatakan tidak menda- patkan informasi apa-apa tentang embargo itu secara dini, apakah ini memang tanggung jawab utama Departemen Perdagangan atau RPEN Tapi kita memandanenva sebagai tanggung jawab bersama. Paling tidak masing-masing eksportir tahu persis berapa jumlah kuota yang diperolehnya, bagaimana melaksanakannya dan kapal hal itu harus dilaksanakan. Dan bagi pihak departemen perdagangan, yang juga bertanggung jawab membina serta mendata perkembangan perdagangan itu, seyogianya para eksportir, 3 bulan sebelum masa akhir kuota itu, membuat laporan berapa yang sudah dilaksanakan dan berapa yang belum Ini penting, untuk mencegah terjadinya ke simpang siuran dan bahkan salah menyalahkan bila terjadi tindakan embargo yang merugikan. Misalnya pada embargo tekstil Indonesia oleh Amerika Serikat April lalu itu, pihak KBRI Washington telah memberikan informasi berkala ke Indonesia. Yang mungkin in- formasi berkala itu, kata Dubes RIA.R.Ramly tidak cepat sampai kepada eksportir kita di Indonesia. Langkah-langkah cepat dan tepat telah diusahakan pemerintah Amerika Serikat dan Indone- sia. Boleh jadi kalau perundingan antara Indonesia dan Ka- nada ini berlangsung, dalam menyelesaikan embargo tekstil itu, pola penyelesaian yang diambil adalah pola Amerika Serikat lalu. Tapi dalam kasus semacam itu, untuk tahun depan kuota ekspor TPT Indonesia ke Kanada, akan lebih kurang, karena diisi lebih dulu oleh kelebihan kuota tahun ini. Belum lagi kelebihan kuota tahun-tahun sebelumnya, yang juga mengu- rangi kuota tahun berjalan. Untuk hal ini tidak terganggu, per- juangan Indonesia dalam perundingan dengan Kanada, adalah memperbesar kuota untuk tahun depan. Mudah-mudahan ini bisa dicapai. Kita berharap pengalaman dengan Amerika Serikat dan Kanada ini, dapat digunakan eksportir untuk mawas diri. Arti- nya dengan segala kebebasan yang ada pada kita (deregulasi), tidak sama dengan keadaan pasar dunia, yang penuh regulasi se- macam kuota dan hambatan non tarif lainnya. Di samping pula eksportir kita dituntut untuk mencari dan merebut pasar-pasar baru di kawasan Asia Pasifik, Afrika, Amerika Latin dan se- bagainya. Perluasan pasar, sangat tergantung pula pada daya saing produk kita, di samping kebutuhan pasar itu sendiri. Mu. dah-mudahan rintangan embargo ini tak terulang lagi. **. RESE Perusahaan Penerbit Pers PT. PERSINDOTAMA ANTAR NUSA Surat Izin Usaha Penerbitan Pers, No. 002/Menpen/ SIUPP/A7 1985 Tanggal 14 Agustus 1985 Bank HARIAN NERACA Pengah Pem min Umum & Pe Terbit Pagi Harga Langganan Tarif Iklan pin Redaksi : Zulharmans Pemimpin Perusahaan: Azwirman Noersal Redaktur Staf Ahli Alamat Redaksi/! Tata Usaha/Iklan Telepon Fax Telex :. BDN Cabang Gambir Jl. Ir. Haji Juanda Rekening Nomor : 01316.2.2.11.01.5 BNI 1946 Cabang Kramat Jl. Kramat Raya Rekening Nomor: 002890001 BRI Cabang Khusus Jl. Sudirman Rekening Nomor : 314568235 Bank Umum Koperasi Indonesia Jl. Letjen S. Parman Rekening Nomor : 041508 Giro Pos: A. 13350 : Jalan Jambrut No. 2- 4 Kramat Raya, Jakarta 10430. : 323969, 337441, 332676 Tromol Pos No. 386 : (021) 3101873 : 46000 NERACA I A Jakarta : P.T. Agrapress Setting/Cetak Isi diluar tanggungan percetakan Surat kabar ini dicetak di atas kertas produksi dalam negeri ISSN 02 531 81 FORUM - OPINI Kecenderungan Global dan Implikasinya bagi Perusahaan di Indonesia buhan perekonomian nasionalnya didorong oleh perkembangan eksporya. Strategi pertumbuhan dijadikan basis produksi dan ekspornya. subsidi. Adanya kecenderungan peningkatan pengenaan counter- vailing Duties ini berkenaan Sementara itu, sarana media semacam ini dikenal sebagai komunikasi dan informasi elek- dengan semakin menipisnya sifatnya proteksionistis, yang export-led strategy. tronik yang semakin canggih, semakin banyak digunakan guna meningkatkan efisiensi opera- sional. Penggunaan sarana komu- nikasi yang semakin andal terse- but, membuat dunia semakin sempit. Didukung oleh sarana angkutan yang semakin baik memungkinkan para pelaku disiplin diantara negara-negara penandatangan Code on Subsi- dies yang diluncurkan sejak pe- rundingan GATT dalam The Tokyo Round. Code tersebut dianggap kurang tegas dalam mengatur pelaksanaan disiplin subsidi. Negara-negara penanda tangan code memberikan subsidi Di lain pihak, negara-negara yang mempunyai potensi bahan mentah atau sumber alam yang cukup memadai, sering lebih mendasarkan pertumbuhan eko- nominya pada perkembangan permintaan dalam negeri (domes- tic-demand-led-economy). Amerika erikat misalnya, sam- pai medio dasawarsa 1980an masih tergolong demikian. Be- lakangan setelah defisit neraca pembayarannya semakin menjadi beban kronis bagi ekonomi Amerika, orientasi pada pening- katan ekspor dan bisnis interna- sionalpun mulai digalakkan. Lewat berbagai cara, diupayakan koreksi untuk menyeimbangkan defisit neraca perdagangan de- ngan mitra-mitra dagangnya. Kendali hal ini melahirkan friksi- friksi dagang. KATA PENGANTAR: DALAM ujung dasawarsa terakhir ini berbagai kecen- derungan global, telah terjadi. Kecenderungan mana meru- pakan bagian dari proses glo- balisasi ekonomi industri dan perdagangan dunia. Uniknya, proses ini justru berlangsung pada kurun waktu di mana intensitas persaingan bisnis internasional meninggi, pola- risasi ekonomi Utara-Selatan semakin besar, serta laku pro- teksionisme dan regionalisme ekonomi perdagangan semakin menjamur. Perusahaan Jepang me- mang merupakan lokomotif tergesit dalam barisan globa- lisasi. Langkahnya serta merta dibayangi perusahaan-per- usahaan dari berbagai negara maju. Sedang perusahaan-pe- rusahaan Negara Industri Baru masih dalam taraf pemata- ngan internasionalisasi bisnis- nya. Kita tidak dapat mengelak pada kenyataan, perkemba- ngan berbagai kecenderungan global (yang merupakan bagian dari perubahan dalam lingku- ngan external perusahaan di lingkup internasional) akan membawa implikasi pada kegiatan bisnis perusahaan- perusahaan Indonesia. Untuk mana tentunya diperlukan kiat penyesuaian guna mengantisi- pasi berbagai perkembangan ini. Dan tulisan berikut ini men- coba memaparkannya. Di ungkat sub nasional, dika- langan perusahaan-perusahaan, berkembang gejala pembentukan aliansi bisnis. Ada kecenderu- ngan untuk mewujudkan corpo- rate alliances. Selain itu, juga muncul gejala peningkatan ke- giatan perdagangan antar peru- sahaan yang masih dalam satu grup (intracompany trade). Perlu dicatat di sini bahwa antara strategi ekonomi perdaga- ngan dan strategi ekspor terdapat perbedaan. Strategi ekspor (bila- mana berwawasan sempit) hanya akan mementingkan pencapaian sasaran penjualan atau ekspor ke pasar-pasar tujuan ekspomya. Akibatnya, negara-negara terse- but kurang memikirkan aspek- aspek lain yang terkait dengan perdagangan internasional se- perti investasi, produksi, trans- portasi dan perubahan pola per- dagangan antar negara. Sedang- kan strategi ekonomi perdaga ngan turut memperhitungkan as- Dewasa ini pasar dunia me- ngalami perubahan yang sangat pek-aspek seperti hubungan yang gara dalam kegiatan ekspornya, erat misalnya, antara investasi dan pemberian bantuan, dengan tujuan untuk mengubah pola perdagangan luar negeri dan pola produksi di dalam negeri. pesat, antara lain ditandai dengan meningkatnya kecenderungan globalisasi ekonomi, khususnya di bidang industri, perdagangan dan investasi, serta meningkatnya intensitas persaingan bisnis. Di- lain pihak, terjadi pula pe- ningkatan tindakan proteksio- nisme yang terutama dilakukan oleh negara-negara maju. Di samping menjamurnya gejala resiprositas perdagangan secara bilateral, seperti munculnya perdagangan imbal beli serta Sementara berkembangnya upaya untuk tetap memper- tahankan keunggulan komparatif dengan melakukan investasi di negara-negara lain yang diper- kirakan dapat memperbaiki keunggulan komparatif yang melemah, serta upaya untuk mengelak dari friksi-friksi dagang dengan meningkatkan investasi di negara mitra dagangnya, akan menimbulkan proses globalisasi perdagangan yang semakin besar. Di samping itu juga menimbul- kan kompetisi yang intensitasnya semakin meningkat. pengenaan pembatasan ekspor secara sukarela (voluntary export restraints) yang belakangan ini tampaknya sudah menjadi mode di manca negar umumnya tanpa diikuti dengan pertumbuhan impornya yang seimbang. Ini menyebabkan ne- raca perdagangan antara negara- negara tersebut dengan negara- negara maju menjadi defisit bagi negara maju. Ini oleh negara maju, khususnya AS, dianggap hanya menguntungkan sepihak saja. Kondisi ini menimbulkan friksi- friksi dagang yang diikuti oleh tindakan proteksionisme yang didorong oleh rasa nasionalisme negara-negara tersebut. Pada mulanya kiat pembatasan impor yang dilakukan berupa peng- hapusan fasilitas GSP terutama bagi negara-negara industri baru. Kemudian pengenaan tindakan pembatasan ekspor secara sukarela (Voluntary Export Re- straints/VER's) dan Orderly Marketing Arrangement (OMA's), serta pengenaan tingkat tarif yang tinggi. Hingga akhimya sampai kepada penera- pan kuota. Meskipun penerapan kuota seperti kuota ekspor, misal- nya, dianggap melanggar prin- sip-prinsip disiplin GATT namun tetap dilaksanakan berdasarkan pendekatan secara bilateral. Dan gejala pertumbuhan non-tariff bariers semacam ini terus meningkat. Sedangkan tindakan VER's dan OMA's digolongkan sebagai tindakan darurat atau termasuk dalam grey area. Pe- nerapan tindakan darurat ini juga dilakukan secara bilateral. Sam- pai kini Sekretaris GATT men- catat lebih dari 200 agreement yang dilakukan secara bilateral dan sebagian besar mencakup ekspor dari Jepang dan Korea Selatan untuk produk-produk tekstil dan pakaian jadi, maka- nan, baja dan produk baja, per- tanian, elektronika dan kendaraan bermotor. Pada masa-masa yang lalu, banyak negara yang tidak memiliki sumber-sumber alam memilih strategi ekspor seperti Jepang, dan negara-negara indus- tri baru Korea Selatan dan Tai- wan. Negara-negara tersebut mencatat sukses yang besar dalam mengembangkan ekspornya. Namun kemudian Jepang beralih ke strategi ekonomi perdaga- ngan, setelah ada rintangan dari negara-negara mitra dagang uta- manya, seperti Amerika Serikat dan negara-negara anggauta Masyarakat Ekonomi Eropa. Keberhasilan Jepang dalam kegiatan ekspornya menimbul- kan defisit yang besar khususnya bagi Amerika Serikat. Untuk mengurangi defisit perdagangan Globalisasi dan Kompetisi tersebut, Jepang banyak dirin- DIPERKIRAKAN dalam era tangi antara lain seperti; kompetisi ini, pasar dunia akan pengenaan voluntary Export Restraints dan penurunan nilai terus semakin terintegrasi. Pihak- pihak yang mengambil peranan Maksudnya untuk "mengko- tukar dolar terhadap Yen. di pasar tersebut, yang didomi- reksi" kelebihan daya saing pro- nasi oleh Perusahaan-perusahaan multi nasional (MNC), akan duk-produk Jepang. Kondisi ini memaksa Jepang menerima ke- semakin saling bergantungan dalam melakukan kiat bisnisnya. nyataan: mata uang Yennya me- Sebaliknya terjadi pula persaingalami apresiasi. ngan yang semakin sengit antar MNC-MNC tersebut. : Azwar Bhakti, Ferik Chehab, Drs. Peter Tomasoa. Munculnya kecenderungan globalisasi dan meningkatnya kompetisi bisnis tidak terlepas dari meningkatnya tuntutan para pelanggan yang semakin mem- butuhkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan tingkat harga yang rendah. Secara umum dapat dikatakan bahwa para pelaku bisnis harus semakin ber- upaya keras untuk melayani transaksi dengan harga atau biaya : Dr. Anwar Nasution, Dr. Alfian, Drs. Abdul Latief, Tanri Abeng MBA, Sanjoto, : 6 X seminggu : dalam kota DKI Jakarta Rp 7.500/ bulan Luar kota tambah ongkos kirim : Display Rp 3.000 per mm/kolom Keluarga Rp 2.000 per mm/kolom yang rendah. Dalam konteks yang 3 Baris pertama Rp 10.000; baris demikian ini, para pelaku bisnis berikutnya Rp 2.000/baris, minimal 3 baris khususnya yang berasal dari negara maju, baik produsen maupun pedagang, cenderung memanfaatkan sumber-sumber secara global. Adanya berbagai perubahan dalam pasar dunia yang sangat pesat tersebut membawa kon- sekwensi perusahaan-per- usahaan di Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran produk-produk ekspor harus berupaya lebih keras. Baik dalam meningkatkan mutu produk dan pelayanan, maupun dalam melakukan pene- trasi pasar. Di satu sisi, ada kalanya sa- ling ketergantungan antar per- usahaan melahirkan aliansi bisnis. Sementara di sisi lain kondisi ini dibarengi pula dengan terjadinya persaingan sengit yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang sama. Namun pada tempat dan lahan usaha yang berbeda. Se- bagai contoh, perusahaan barang elektronika NEC dari Jepang dan AT & T yang berasal dari Amerika Serikat. Baru-baru ini keduanya terlibat dalam persaing- an sengit untuk masuk nominasi dalam daftar calon pemenang tender STDIII di Indonesia. Yang belakangan proses tendernya diulang. Sebaliknya, di Jepang, pada pasar yang berbeda, kedua perusahaan tersebut membentuk aliansi sepakat untuk beker- jasama dalam mengembangkan salah satu produknya. HARIAN NERACA Dalam mengembangkan ke- giatan ekonominya, negara-ne- gara yang mempunyai sumber- sumber alam/bahan mentah yang relatip amat terbatas, umumnya melaksanakan strategi ekspor sebagai tumpuan utama bagi pembangunan ekonomi. Pertum- Oleh Rahayu Budi bisnis dapat memanfaatkan sum- ber-sumber pasok secara global. Perusahaan-perusahaan multi nasional akan memasok pasar dengan produk-produk yang dihasilkan oleh pabrik-pabriknya yang dipandang memiliki keung- gulan komparatif untuk pasar tersebut. Sementara, strategi pemasaran ini diatur oleh per- usahaan induknya. Adanya gejala globalisasi dan persaingan yang semakin keras membawa berbagai implikasi. Pemerintah harus lebih mening- katkan kerjasama dengan per- usahaan-perusahaan swasta dalam upaya meningkatkan pemasaran ekspor. Ini mengi- ngat dibelakang kiat bisnis MNC- MNC juga selalu siap kiat jajaran pemerintahnya. Proteksionisme dan Resi- prositas KEBERHASILAN, Jepang dan beberapa negara industri baru yang belakangan ini diikuti juga oleh beberapa negara Asia Teng- Adapun alasan yang umum- nya diajukan dalam melakukan tindakan proteksi, antara lain adalah untuk : a. mempertahankan lapangan kerja b. melindungi industri yang vi- tal bagi keamanan nasional. dengan dalih mengembangkan industrinya dan sekaligus mem- promosi ekspor produk-pro- duknya. Akibatnya terjadi dis- torsi di pasaran internasional yang merugikan negara-negara lain. Lalu. Pemerintah negara yang dirugikan tersebut membalasnya dengan mengenakan Countervai- ling Duties yang cara penetapan- nya kadang-kadang hanya di- dasarkan atas pengamatan yang kurang mendalam. Besarnya countervailing duties seringkali dianggap lebih besar dibanding dengan subsidi yang dianggap merugikan tersebut. Dan terjadi- lah pertikaian diantara mereka. Selanjutnya, kembali peran Code on Subsidies lemah dalam menye- lesaikan pertikaian (dispute set- ilement) tersebut. Kejadian ini akan semakin sering terjadi terutama karena negara-negara berkembang mu- laimenggalakkan ekspor produk produk hasil industri olahan. Khususnya bila produksi dan ekspor produk tersebut dilakukan oleh perusahaan-perusahaan bukan MNC dari negara yang membalas mengenakan counter- vailing duties tersebut. Situasi semacam ini akan terus berlanjut jika kelanjutan perundingan GATT dalam the Uruguay Round tidak dapat menghasilkan keten- tuan yang menjamin terwujudnya disiplin yang ketat berkenaan dengan tindakan subsidi dan tindakan balasan. Di sisi lain, kita melihat mun- culnya kecenderungan pemben- tukan blok-blok perdagangan seperti Pasar Tunggal Eropa dan KETIKA memasuki hari ulang tahunnya yang ke-30 OPEC (the Organization of Petroleum Orga- Exporting Countries - nisasi Negara Pengexpor Mi- nyak) dipersiapkan mengejar bagian pasar yang semula mereka miliki tanpa mengganggu sta- bilitas yang baru saja didapatkan Sekalipun tampak tanda-tanda jelas, bahwa permintaan minyak OPEC akan naik terus, yang membikin sistem kuota bagi pro- duksi terbatas tidak tepat, OPEC akan meneruskan kebijakan pengendalian produksi kolektif berdasarkan harga petunjuk minimum minyak mentah mereka USS 18 per barel. rusahaan tersebut harus terus menerus mewaspadai munculnya baru Dan memang, kemudian daya saing produknya menurun. Un- tuk meningkatkan kembali daya saing, dewasa ini banyak industri Jepang yang dipindahkan, baik ke Amerika Serikat, maupun ke Eropa Barat. Perpindahan yang tampak menonjol ialah pada in- dustri mobilnya yang diikuti dengan industri ban mobil se- bagai industri pendukung. Selain itu, kebanyakan indus- tri Jepang (setelah mata uangnya mengalami apresiasi), menjadi tidak efisien, terutama industri yang tidak terlalu tinggi tehnolo- ginya atau tehnologinya sudah usang/menyenja (sunset indus- tries), sehingga biaya produksi menjadi tinggi dan daya saingnya c. memberikan suatu tenggang waktu bagi industri yang sedang menurun, dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan pasar yang berubah. d. untuk memberikan waktu dan kesempatan kepada industri yang baru tumbuh (infant in- dustry) guna meletakkan dasar operasional yang baik me- masuki sebelum medan kom- petisi yang kuat dan ketat. e. menghukum praktek-praktek dagang yang tidak adil baik yang nyata maupun yang hanya dirasakan merugikan, menurun. Untuk tetap memper- . mengurangi ketidak seimba- tahankan dominasi pasar, melalui MNC-MNCnya Jepang memin- ngan perdagangan. dahkan kegiatan produksi indus- Selain itu, dengan dalih upaya tri-industri tersebut, terutama ke peningkatan perdagangan bila- negara-negara Asia Tenggara. teral, sistem perdagangan dunia Hasil produksinya dipasarkan kembali mundur dengan di- langsung ke pasar negara-negara paksakannya perkembangan sis- maju, termasuk diekspor kem- tem perdagangan resiprositas bali ke dalam negerinya, atau seperti sistem perdagangan im- diproses lebih lanjut di Jepang bal beli. Berkembangnya sistem untuk kemudian direekspor. perdagangan semacam ini dapat Yang dilakukan oleh Jepang mengakibatkan terganggunya belakangan ini juga diikuti oleh perdagangan bebas di pasaran negara-negara industri baru se- internasional. Perusahaan MNC- perti Korea Selatan dan Taiwan. MNC yang memasok barang Ini dilakukan setelah negara- kesuatu negara diwajibkan negara tersebut mengalami apre- membeli siasi mata uangnya, peningkatan upah buruh serta mendapatkan tangki dengan pasar. tekanan dari Amerika Serikat dua sasaran : menjamin pasar dangan ini bertujuan mencapai akibat defisit neraca perdaga- ngan bilateralnya yang cenderung bagai peringatan kepada ekspor- kemanan suplai dan berlaku se- membesar. Saat ini ekspor bebe- tir non-OPEC, jika mereka ber- rapa produk Korea Selatan dan Gejala resiprositas lainnya usaha merubah bagian pasar lebih Taiwan ke Amerika Serikat tidak yang berkembang lebih buruk lagi lanjut dari organisasi itu. lagi memperoleh fasilitas GSP. ialah penerapan perundang-un- Mengenai hal ini Dr. Subroto Untuk menjaga kelangsungan dangan anti dumping dengan mengatakan, OPEC terlibat ekspor produk-produk tersebut, mengenakan Countervailing du- dalam pengembangan OWEM Korea Selatan dan Taiwan ber- ties terhadap produk-produk yang (OPEC World Energy Model- usaha mencari negara-negara dianggap diperdagangkan secara berkembang yang masih mem- dumping atau produk-produk Model Energi Dunia OPEC) peroleh fasilitas GSP, untuk yang dinegaranya memperoleh Riset untuk mencerminkan setiap intern sendiri di bawah Bagian diterapkan oleh negara-negara tujuan ekspomnya. Selain itu, perusahaan perlu menjaga citra bisnisnya. Demikian pula, peme- rintah harus berhati-hati dalam menjalankan kebijaksanaan per- dagangannya, sedemikian rupa sehingga tidak mengundang tindakan balasan dari negara- negara mitra dagangnya. Atau tidak dituduh melakukan sesuatu tindakan dumping atau subsidi. Aliansi Perusahaan Kemerosotan OPEC dapat diatasi dan keseimbangan suplai dan permintaan telah tercapai. Suasana ketegangan diantara para anggauta digantikan pera- saan kepaduan dalam organisasi. Tapi OPEC akan bergerak hati- hati, terus memproduksi minyak pada tingkat yang disepakati, bekerja untuk memperbarui mekanisme pemantauan pasar mereka, agar mampu melaksa- nakan strategi jangka panjang yang meliputi kurun waktu tidak lebih dari 10 tahun. Sekretaris Jenderal OPEC, mantan Menteri Pertambangan dan Energi RI Dr. Subroto, menuturkan, strategi itu mungkin disepakati oleh menteri-menteri bersangkutan pada pertemuan berikutnya. Tahap pertama akan direalisasikan pada tahun 1995 dan tahap terakhir akan dilak- sanakan tahun 2000. PERKEMBANGAN yang cepat di bidang teknologi dan perkembangan pasar yang se- makin kompleks mendorong perusahaan-perusahaan mela- kukan aliansi, dalam berbagai bentuk, antara lain : usaha patu- ngan (joint venture), perjanjian pemasaran (marketing agree- ment) dan technologi licencing. Pasar yang semakin kompetitif dan proteksionis mendorong perusahaan-perusahaan multina- sional membentuk usaha patu- ngan dengan perusahaan-per- usahaan lokal dengan kondisi lingkungan yang memiliki ke- unggulan komparatif. Dahulu perusahaan-per- berpatungan untuk memproduksi usahaan multinasional tersebut produk-produk substitusi impor. Namun sejalan dengan perkem- bangan baru yang belakangan ini terjadi, mereka mulai mengarah ke produk-produk yang berorien- tasi ekspor. Perusahaan-per- usahaan ini kemudian membagi pasar berdasarkan wilayah pemasaran (regionalisasi) dan kualitas produk-produk yang mungkin dapat dihasilkannya. Sebagai contoh, dikalangan industri ban mobil (Bridgestone dan Goodyear), pemasokan ban- ban mobil yang cocok untuk kebutuhan konsumen negara- negara berkembang dilakukan oleh pabrik-pabrik ban di negara negara berkembang yang lokasi pabriknya dekat dengan pasarnya. Amerika Serikat-Kanada. Ke- mungkinan meningkatnya gejala proteksionisme tampaknya akan menjadi realita. Negara-negara blok tersebut membuat kondisi sedemikian rupa sehingga sangat boleh jadi akan lebih mengun- tungkan anggauta Blok saja. Terjadinya gejala-gejala terse- but di atas harus tetap dimonitor secara seksama oleh perusahaan yang berkecimpung diperdaga-- ngan luar negeri. Perusahaan-pe- Sementara perjanjian-per- janjian pemasaran dan bentuk lainnya juga berkembang pesat sesuai dengan tuntutan pasar. Kecenderungan lainnya yang menonjol adalah pemanfaatan lisensi teknologi yang seringkali dipaksakan oleh negara pene- rima untuk memacu pertumbu- OPEC Bertindak Sebaliknya pemasokan ban- ban mobil yang dibutuhkan oleh konsumen di negara-negara maju (high-performance-radialtyres) dipenuhi dari pabrik-pabriknya yang berlokasi di negara-negara maju, karena untuk mempro- duksinya menuntut teknologi tinggi. waktu gambaran pasar energi sebenarnya. Mengenai cadangan, dia katakan anggauta bertindak bebas. Laporan "Round and About" dalam Buletin OPEC terakhir menyebutkan bahwa Jamaika telah menawarkan kepada Nigeria fasilitas tanah untuk membangun ladang tangki di Karibia. Ini akan memung- kinkan Nigeria menyimpan minyak dalam jumlah besar sa- ngat dekat dengan pasar Amerika di mana dapat dilakukan penga- palan hanya dengan pemberi han industrinya. tahuan dua hari saja. Anggauta lain seperti Arab saudi diketahui menjaga tangki- terapung di samudra selama 24 jam untuk memper- tahankan bagian pasar OPEC. tangki Permintaan akan minyak OPEC BEBERAPA sumber per- minyakan menyebut angka sekitar 24 juta barel sehari. Tapi Dr. Subroto menyebut proyeksi permintaan non-Komunis yang diperbarui Asosiasi Energi Inter- nasional adalah 53,9 juta barel sehari untuk tiga bulan pertama 1990. Kendati sebenarnya negara ngalihkan teknologi. Sementara dilain pihak negara pemberi dihadapkan pada persaingan de- ngan negara lain yang semakin Berkembangnya kencederu- ngan aliansi perusahaan ini maka akan membawa implikasi bagi perusahaan-perusahaan yang ada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Mereka harus lebih agresif dalam men- cari mitra bisnis (perusahaan asing) untuk beraliansi. Ini meru- pakan momentum yang baik bagi mereka karena terbuka peluang untuk mendapatkan alih tekno- logi dan peluang memperluas ja- ringan pemasaran ke manca ne- gara. pasar. nya. keras dalam memperebutkan sinya, perusahaan Dagang harus lebih berikhtiar, lebih jeli men- cari peluang-peluang bisnis lain- Selain itu, dimasa-masa men- datang diperlukan upaya pema- saran yang semakin agresif. Para kompetitor akan mendekati pembeli secara langsung. Ban- yak perusahaan-perusahaan yang mendirikan saluran-saluran pe masarannya jauh masuk ke lokasi pasarnya. Namun perusahaan-per- usahaan asing tersebut bukan ti- dak menuntut syarat dalam melakukan aliansi. Dituntut ke- siapan perusahaan lokal, baik dalam segi permodalan maupun dalam hal penguasaan manage- ment dan teknologi. Peran serta pemerintah dalam melindungi kepentingan perusahaan lokal juga diperlukan. Disamping pe- rannya yang lain dalam men- proses aliansi tersebut. ciptakan iklim yang mendorong Transaksi Antar- Perusahaan ADANYA kecenderungan perluasan usaha oleh perusahaan- perusahaan asing di negara-ne- gara berkembang akan mening- katkan ekspor antar perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut menginginkan produk yang kuali tasnya lebih terawasi dan tepat penyerahannya. Selain itu kon- sumen juga semakin banyak yang menuntut produk-produk yang spesifik. Sebagai misal industri mobil milik negara-negara maju membagi kegiatan produksinya yang memikili keunggulan di negara-negara berkembang keunggulan komparatif untuk jenis suku cadang tertentu. Produk ini dibuat salah satu anggota kelompoknya yang merupakan perusahaan patungan dengan perusahaan lokal. Se- lanjutnya dalam proses akhirnya suku-suku cadang tersebut dirakit di negara lain atau di negara asalnya sampai menjadi mobil. Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan anggota kelompoknya tersebut memiliki kualitasnya standar dan sangat tepat dalam jadwal penyerahan sesuai dengan kebu- tuhan perakitan. Hal ini men- dorong tercapainya efisiensi dalam kegiatan produksinya. Dalam kasus yang lain, bila Oleh Kulamarva Pertahankan Kestabilan Pasar Minyak Menurut skenario OPEC dewasa ini minyak dan gas alam menyediakan 66 persen kebu- tuhan energi dunia, batubara menyediakan 22 persen dan nuk- lir serta listrik yang dibangkitkan tenaga air 12 persen. Pada tahun 2010 bagian minyak dan gas alam akan naik dengan 2 persen dan sumber nuklir serta listrik tenaga air akan berkurang masing-ma- sing 1 persen. Di pasar minyak non-Komu- Balakrishna Halaman VI nis dewasa ini, bagian OPEC ter- batas pada kuotanya 22 juta barel sehari. Sumbangan penghasil non-OPEC mencapai 29 juta. Dalam 2010 suplai OPEC akan hampir berlipat dua sebesar 41 juta barel, sedangkan bagian produsen non-OPEC akan ada konsumen (yang merupakan perusahaan) yang menghendaki produk yang spesifik dalam jum. lah yang cukup banyak secara rutin maka kondisi ini akan membuka kesempatan bagi per. usahaan lain yang berada dalam satu kelompok, untuk berpartisi- pasi sebagai pemasok. Tentunya dalam transaksinya tetap berpe. doman pada ketentuan-ketentuan bisnis yang normal sehingga prin- sipefisiensi usaha tetap dipegang. Dengan adanya kecenderu ngan peningkatan transaksi antar perusahaan di atas, maka peran perusahaan dagang yang biasanya menjembatani hubungan antara dengan konsumen, diperkirakan akan berkurang. Konsekwen- menjadi tidak lebih dari 22 juta. Proyeksi ini juga dilihat se- bagai tujuan kembar yang men- jadi sasaran OPEC. Untuk men- capai tujuan itu lebih dari yang pernah sebelumnya OPEC bersedia membentuk persekutuan dengan penghasil minyak utama lainnya dengan syarat-syarat realistis. Dr. Subroto mengatakan, anggaplah suplai dari sumber non-OPEC tetap tidak berubah pada 29 juta barel dan gas alam cair mendapat bagian dua juta barel, permintaan kasar minyak OPEC akan menjadi sekitar 22 dan 22,5 juta barel. Dr. Subroto menolak me- ngungkapkan strategi jangka panjang OPEC. Tapi sumber- sumber perdagangan menya- takan para anggauta OPEC beru- saha membangun cadangan stra- Seperti halnya sekarang, ling- kungan energi baru-baru ini telah membantu OPEC. Kelom- pok lingkungan di Eropa Barat berhasil membujuk pembatalan negara tersebut, yang seringkali legis mereka sendiri di ladang dalam program pembangkitan barel dalam 1985. menjual kembali kepasar bebas. Ini dapat merusak keseimbangan perdagangan barang-barang tadi di pasar yang sebelumnya keseim- bangannya sudah mapan. tenaga perubah- an politik di Eropa Timur kecen- derungan menjauhi tenaga nuklir penutupan dua reaktor Sovyet di mendapat daya gerak. Lepas dari Armenia, Cekoslowakia meng- umumkan penghentian pekerjaan di stasiun pembangkit tenaga Nuklir Temelin, dekat dengan perbatasan Austria. bahwa Perhitungan OPEC adalah negara-negara Eropa Timur yang terlepas dari perta- harus merencanakan dan menge- lian ekonomi Sovyet mereka kini Sementara pembeli-pembeli juga cenderung mengalihkan sumber pasoknya ke pemasok- pemasok yang menawarkan harga yang rendah. Dengan menilik pada kecenderungan yang akan terjadi dimasa-masa mendatang tersebut, perusahaan-perusahaan termasuk perusahaan dagang di Indonesia tidak lagi dapat secara pasif menunggu datangnya pem- beli. Sebaliknya agresif menem- bus pasar di manca negara. Peran Dalam Aktivitas Ekspor lola keperluan energi mereka jukkan kedewasaan dalam per- secara bebas, suatu faktor yang kiraan mereka. Akan lebih baik dianggap positif. dalam membandingkan kecen- derungan positif dan negatif. Karena cadangan OPEC diduga berkurang, pengekspor bersang- kutan juga diduga mencari cada- tambahan dan sumber energi alternatif dan keberhasi- lan mereka tidak dapat dikesan- pingkan. ngan SEMAKIN maju suatu ne- gara maka akan semakin tinggi nilai tambah yang dihasilkan dalam kegiatan ekspor. Peranan perusahaan dari negara-negara maju dalam mengekspor lebih besar dibanding perusahaan ne- gara-negara berkembang. Perusahaan yang berasal dari Jepang berperan mulai dari kegia- tan produksi, finance, insurance dan shipping, warehousing dan pemasaran ditingkat wholesale di negara pengimpor. Perusahaan dari Korea Selatan berperan hampir sama dengan seperti yang dilakukan Jepang, hanya dalam pemasaran di negara pengimpor peranannya sampai warehousing. Sedangkan perusahaan-per- usahaan dari Singapura, Taiwan dan Hong Kong peranannya lebih rendah lagi yakni hanya sampai tingkat finance, insurance dan shipping. Di Negara-negara berkem- bang seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia, peranan perusahaannya dalam pemasaran ekspor umumnya masih sangat kecil. Ekspor negara-negara terse- but masih dalam tingkat free on board, kegiatan shipping beserta pengasuransian dan seterusnya masih ditangani oleh perusahaan- perusahaan asing. Berarti keter- gantungan terhadap foreign tra- ding companies masih sangat besar. Mengingat kenyataan bahwa (Lihat Hal X) "negatif lain yang OPEC tidak Disamping itu ada bidang bersedia membicarakannya se- cara terbuka. Satu diantaranya adalah mengenai peranan tenaga nuklir dalam membangkitkan listrik. Tahun lalu sembilan reak- tor baru dihubungkan dengan jaringan yang ada, meningkatkan jumlah reaktor tenaga nuklir dunia menjadi 434 dengan jum- lah kapasitas naik menjadi 318.000 megawat. Ini menaikkan bagian nuklir dalam pem- bangkitan listrik menjadi lebih dapan perlawanan kuat yang dari 17 persen. Ini terjadi diha- dilakukan kelompok-kelompok lingkungan. Untuk sementara meliputi tahap pertama strategi jangka panjang, OPEC berpengharapan besar bahwa permintaan minyak dunia non-Komunis akan me- ningkat menjadi sekitar 55-57 juta barel, sedangkan bagian eks- portir non-OPEC akan menurun menjadi sekitar 28 juta. Ini akan IAFA (the International memungkinkan organisasi itu mencapai puncak produksi me- Atomic Energy Agency - Badan Tenaga reka tahun 1979/80 sekitar 29 juta mengatakan bahwa pada tahun Atom Internasional) Ini adalah perhitungan ber- tumbuh antara 69 dan 95 persen. 2005 produksi tenaga nuklir akan hati-hati, kata jurubicara OPEC, Makin lama makin banyak ne- James Audu dari Nigeria. Dia katakan perkembangan di Eropa naga nuklir, seperti Argentina, gara berkembang memakai te- Timur dan modernisasi ekonomi Brasil, Korea Selatan, India, sebagai akibatnya akan meng- asilkan peningkatan dalam permintaan akan minyak OPEC. Dia bahkan mengisyaratkan bahwa Uni Sovyet mungkin pada Taiwan, Pakistan dan Yogu- slavia, Cina, Kuba dan Iran akan menyusul. suatu hari menemukan bahwa mengimpor minyak adalah menguntungkan. sinya. Karena itu secara diam- OPEC menyadari implika- diam OPEC bekerja menempa solidaritas dan kerja sama yang negara berkembang yang lebih pragmatis dengan negara- bebas minyak. (DNI). Ketika memasuki usianya ke-30 OPEC mungkin menun- Kemerosotan cadangan bu- kannya masalah yang terbatas pada eksportir non-OPEC saja. Ada anggauta OPEC yang tidak sanggup mempertahankan tingkat produksi mereka sebelum- nya. Dr. Subroto menyatakan bahwa sebagai anggauta OPEC menjadi eksportir bersih meru- pakan syarat. Tapi anggauta dengan cadangan merosot dapat mengambil jalan managemen yang bijaksana. Hingga seka- rang belum ada negara yang kehi- langan kemampuan ekspornya, katanya.
