Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Harian Neraca
Tipe: Koran
Tanggal: 1990-10-27
Halaman: 02

Konten


Sabtu, 27 Oktober 1990 INDUSTRI KEHUTANAN Kekhawatiran Industri Elektronik belum Terbukti Jakarta, NERACA bea masuk. Akibatnya ba- KEKHAWATIRAN industri-industri elektronik nyak pedagang yang me- yang didalam negeri belum terbukti, karena ternyata masukkan module, kemu- dian merakitnya menjadi ba- dilaksanakan sampai sekarang impor module yang oleh badan usaha non industri termasuk pedagang rang jadi.Dengan kondisi mampu bersaing dengan in- masih kecil atau baru sekitar 10%. Sehingga industri seperti itu, jelas kita tak industri elektronika yang ada tidak perlu khawatir dustri rumah tangga ter- sebut. Sebab misalnya untuk tersainggi oleh kegiatan home industry. membuat satu buah televisi, mereka cukup mendatang- Malah dia menganjurkan agar industri elektronik menggunakan robot untuk meningkatkan daya saing. "Penggunaan robot tidak ber- arti mengurangi tenaga kerja. Sebab dengan meng- gunakan robot, kita dapat meningkatkan volume pro- duksi sehingga memerlukan tenaga kerja yang banyak pula." kan empat module. Sedang kan kami untuk membuat televisi yang sama mem- butuhkan 500 komponen. Bagaimana kami bisa ber- saing, kami harus menang- gung biaya over head yang tinggi dan bunga bank. Se- dangkan home industry cukup dengan empat atau lima karyawan,"kata sejum- lah pengurus Gabungan Pe- ngusaha Elektronika Indo- nesia. Hal ini dikemukakan oleh Direktur Jenderal Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMLDE), Ir. Soeparno Prawirodiardjo ketika menjawab pertanya- an pers di Jakarta, kemarin. Dalam kesempatan itu dia didampingi oleh Direktur Elektronika, Ir Suryaman. "Perkembangan ini akan kita pantau terus bersama Ditjen Bea Cukai. Dan, kita tetap akan memperhatikan kekhawatiran industri elektronik. Namun sampai sekarang kekhawatiran itu belum terbukti," tambahnya. oleh siapa saja dengan bebas "Dengan adanya Pakmei, maka module dapat diimpor DISC-JOCKEY. Para Disc-Jockey yang tergabung dalam artis BKS-Kostrad memperlihatkan kebolehan mereka dihadapan para remaja pada Pekan Kreativitas Pemuda- Pemuda Indonesia dalam rangka menyambut Hari Sumpah Pemuda ke-62, yang berlangsung 24 hingga 25 Oktober di Wisma Karsa Pemuda, Senayan, Jakarta. (Foto Ant) Jakarta, NERACA KAYU Teki yang lazim dinamai Kayu Bakau di Propinsi Riau "masih tetap mengalir secara ilegal keluar negeri, khususnya ke negara tetangga Singapura dan Ma- laysia. Sementara di daerah Riau, kayu bakau ini dija- dikan bahan baku kayu arang sebagai komoditi eks- por ke negara-negara Arab Saudi, Perancis dan lain- lain. Demikian wartawan PAB melaporkan hasil peng- amatan disemenanjung pan- tai barat Sumater baru-baru ini. Seperti diketahui, sejum- lah pengurus Gabungan Pengusaha Elektronika In- donesia dalam acara dengar pendapat dengan Komisi VI- DPR pada 20 September 1990 pernah mengemu- kakan, industri elektronika di dalam negeri dalam waktu empat sampai enam minggu mendatang terancam bang- krut, karena tak mampu bersaing dengan banyaknya module yang masuk ke Indonesia. Kayu Teki Riau Masih Mengalir Ilegal ke LN Seperti tampak di kawas- an hutan Bakau Selat Pan- jang Bengkalis Riau dan di Bagan Siapi-api kayu teki ini diangkut secara illegal menggunakan perahu-pe- rahu layar ke Malaysia dan ke Singapura. Sementara dari luar negeri mereka membawa bahan makanan dalam kaleng maupun pa- kaian bekas dan perabot ru- REPTIL (binatang merayap) yang terdapat di pulau Kalimantan, antara lain biawak, ular dan buaya, mempunyai kulit lebih baik dibanding reptil pulau lain seperti Irian dan Sulawesi. Tetapi di Kalimantan Selatan (Kalsel), tidak ba- nyak yang melirik potensi tersebut untuk mempro- duksinya menjadi berba- gai jenis kerajinan, baik pelengkap sandang berupa ikat pinggang (pending), dompet, tas, sepatu, tali jam, atau berbagai produk mah tangga bekas, untuk ilegal yang terus berlang- dijual atau dipakai sendiri. sung sampai saat ini. Dilaporkan, sedikitnya 20 perahu layar mengangkut kayu teki setiap hari dengan muatan sekitar 200 sampai 300 batang setiap perahu. Panglima Armada Barat (Pangabar) Marsekal Muda TNIŠoentoro pada kunjung- an kerjanya awal bulan Ok- tober 1990 (11/10) di Markas Perwakilan Armada Barat, tanjung Balai Karimun mau- pun Kantor Wilayah-II Ditjen Bea dan Cukai Tan- jung Balai Karimun melihat dari dekat barang bukti penyelundupan kayu terse- but. Kayu Teki ini ditangkap dan digagalkan pihak Ka- mala (Keamanan Laut) dan hasil tangkapan kapal Patroli Ditjen Bea Cukai. Karena hanya segelintir perajin yang tertarik souvenir. Kalsel selama ini lebih banyak menjualnya se- bagai bahan baku (kulit kering) untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor, baik melalui satu- satunya eksportir yang ada di Banjarmasin, juga eksportir di Jawa yang mempunyai orang-orang- nya di kota tersebut sebagai pengumpul. Tercatat di Kanwil Per- dagangan provinsi ini, ekspor kulit Reptil dalam tidak tahun terakhir kem- bali meningkat setelah an- jlok dua tahun sebelum- nya. Tahun 1989 jumlah yang diekspor 103.762 lembar dengan nilai devisa yang diraih sebesar 544.300 dolar AS. Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Riau yang dihu- bungi PAB, membenarkan terjadi pengangkutan kayu Teki ke luar negeri secara Menanggapi hal tersebut, Soeparno mengatakan, industri elektronik harus meningkatkan efisiensinya. menggarap potensi terse- but, industri kerajinan kulit Reptil di propinsi ini perkembangannya belum menggembirakan. Data di Dinas Perindustrian ter- catat hanya dua perajin, yaitu Sugian Dharma yang memulai usahanya tahun 8-an, dan Suprianto tahun 85. Kendati Sugian terjun lebih dahulu, tapi problem yang dihadapi kedua perajin relatif sama. Keterbatasan modal dan keterbatasan kemampuan memanage usaha. Dari pihak Perindustrian telah dilakukan pembinaan terhadap dua orang pe- rajin tersebut yaitu me- ngirim mereka bergantian study banding ke Yog- yakarta. Hasilnya, mereka mampu meningkatkan kualitas produksi. yang Sugian misalnya, sete- lah study banding mampu memrposesing sendiri bahkan baku dibu- tuhkan, apalagi ditunjang dengan teknis penyam- bungan yang halus yang belum mampu dilakukan perajin di daerah lain, sehingga hasil kerajin- annya mempunyai kua- litas yang berani bersaing di pasaran. "Setelah prosesing, kulit menjadi lentur dan lembut. Kalau tidak cer- mat mencampur obat, over Ir. Hamdani Adeli mewa- kili Kepala dinas Kehutanan Propinsi Riau menilai per- buatan sejumlah penduduk atas pengiriman kayu ter- sebut bukan mencari kekayaan, tapi hanya untuk mencari makan. "Penebangan kayu Teki atau kayu Bakau di wilayah Riau secara liar sulit diawasi, mengingat terbatasnya tenaga petugas," ujarnya se- raya menambahkan per- airan Riau yang berbatasan dengan luar negeri sulit di- jangkau aparat Kehutanan. Salah seorang diantara pelaku penyelundup kayu Teki ke luar negeri yang ti- dak mau menyebut identitas- nya kepada PAB, mengakui pekerjaan tersebut sudah berlangsung sejak lama dila- kukan turun temurun dan sudah merupakan pekerjaan rutin untuk menghidupi keluarga. (PAB.z4) Dia juga merasa heran bila industri-industri besar tak mampu bersaing dengan home industry. "Bila itu be- nar terjadi, berarti ada se- suatu yang salah pada in- dustri elektronika kita," katanya. dosis atau kurang, justru mengakibatkan kulit menjadi rusak," ujar se- orang pekerja yang ditampung Sugian. Tapi bagi Suprianto, justru harga obat-obatan untuk prosesing ini belum mampu dijangkau. Ka- rena itu produksinya baru bersifat pengawetan. "Harga satu partai obat- obatan untuk prosesing dimaksud cukup mahal, yaitu Rp 6 juta," ujar Suprianto yang mempu- nyai sirkulasi modal kerja hanya Rp 5 juta, termasuk pinjaman dari Unicef Rp 2 juta yang hampir selesai pengembaliannya. Terbatasnya modal, menyebabkan lambannya peningkatan dan pengem- ban usaha kedua perajin. Padahal kalau industri kerajinan ini dapat ber- kembang dengan baik, me- rupakan lahan kerja yang padat karya. Seperti yang diutarakan Sugian, pada awal usahanya hanya bermodal dibawah Rp 2 juta, tapi mampu menam- pung 20 tenaga kerja. Kendala tersebut me- nyebabkan terbatasnya jumlah produksi yang dihasilkan. Kalau Supri- anto hanya mampu mem- produksi 500 pcs (potong) ikat pinggang setiap bulan, maka Sigian sedikit lebih besar jumlahnya, Menjawab pertanyaan, Soeparno mengatakan, In- donesia masih kekurangan pengusaha elektronik. Saat ini baru ada 130 badan usaha yang bergerak di sektor industri elektronik. "Ini masih kurang, sebab pabrik- pabrik itu tak memenuhi kebutuhan 170 juta rakyat Indonesia." Dengan adanya kebijak- sanaan Pakmei, kita meng- inginkan agar komponen banjir di pasar. Sehingga orang-orang pandai yang berasal dari perguruan ting- gi dapat mengembangkan kreativitasnya dan mengem- bangkan jiwa wiraswas- tanya. Karenanya Soeparno mengharapkan agar peda- gang-pedagang dapat me- manfaatkan peluang ini de- ngan secara perlahan-lahan mengembangkan diri ke arah industri. Disamping itu, kata Soeparno, kini banyak per- mohonan izin baru yang masuk untuk mengem- bangkan industri elektronik di Indonesia. (5) POTENSI masyarakat dunia usaha saat ini masih sangat terbatas. Kualitas pengusaha profesional belum banyak. Sedangkan belum banyak. Sedangkan pembangunan menuntut adanya investasi besar- besaran guna menumbuh- kan potensi industri na- sional. Potensi yang ada seba- gian besar hanyalah para pedagang. Mereka inilah yang didorong melakukan investasi industri dengan kondisi yang sangat menguntungkan yaitu proteksi pasar yang ketat, investasi murah dan pem- bebasan pajak. Karena industrialis baru tersebut adalah pe- dagang, maka sikap mo- ralnya juga tidak lepas da- ri sikap pedagang yang lebih mengutamakan perhitungan "cash flow" (arus pemasukan) dengan keahliannya memutar uang, ungkap Ir. Fadel Muhammad. ino- Dalam iklim yang sa- ngat menguntungkan itu, maka oleh investasi me- ngalami penyimpangan. Antara lain "over voicing". Para pengusaha industrialis yang ber- mental pedagang me- mang lebih menguntung- kan putaran uang dan ke- sempatan memperoleh da- HARIAN NERACA yaitu sekitar 700 pcs. Padahal permintaan pa- sar jauh lebih besar lagi. Dengan kualitas pro- duksi berani bersaing, ke- dua perajin mampu me- nembus pasaran Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali dan lain- lain. Tapi problem yang cukup menghambat ke- lancaran usaha kerajinan kulit yang mereka garap, adalah pembayaran yang alot. Mereka tidak menjual langsung kepada pema- kaian, tetapi melalui bro- ker atau pedagang yang menjualnya lagi kepada pemakai. Kampanye Anti Penggunaan Kayu Tropis tidak Mereda "Berapapun banyaknya jumlah barang yang kami kirim, mereka terima tetapi dalam hal pemba- yaran, kalau tidak kami datangi untuk mengam- bilnya, mereka tidak mau membayar. Ada-ada saja alasannya, "lupalah", ujar Suprianto. Dalam kondisi lemah modal, kedua perajin itu tidak mungkin melempar barang ke pasaran tanpa jaminan kelancaran pem- bayarannya. "Kecualitam- bahan biaya dan tenaga yang dikeluarkan, modal yang sedikit tersebut kan harus kami putar terus", ujar Suprianto pula yang kini lebih lancar melempar produknya melalui Balik- papan (Kaltim). Jakarta, NERACA KEPALA Perwakilan Federasi Buruh Bangunan dan Perkayuan Interna- sional (IFBWW) untuk wila- yah Asia Pasifik G. Balan Nair memperkirakan kam- panye anti penggunaan pro- duk-produk kayu tropis yang dilakukan sejumlah NGO (Non Govermental Organi- sation) di negara-negara maju akhir-akhir ini, tidak akan mereda meski dijawab dengan kampanye tan- dingan. G. Balan Nair mengemu- kakan hal tersebut dalam percakapan dengan warta- wan seusai penutupan Kon- Kawasan Asia Pasifik, yang perensi Hutan Tropis Untuk berlansung dari tanggal 22 - 25 Oktober, Kamis malam di Jakarta. Ditamabhakan, "ia juga merasa yakin bahwa kampanye tandingan tidak akan merubah kedaan". Perajin Kulit Reptil di Kalsel belum Mampu Manfaatkan Peluang Ekspor bungan dengan luar ne- geri. Permintaan Perancis waktu itu memang tidak tanggung-tanggung bagi perajin modal lemah ini, yaitu 10.000 pcs ikat pinggang setiap bulan de- ngan harga Rp 12.000/ pcs. Lebih lanjut dijelaskan Balan Nair bahwa mereka ini memiliki dana, tenaga ahli, dan relasi yang tidak sedikit dengan berbagai NGO di Menurut G. Balan, kampanye tandingan yang dilakukan negara pemilik hutan tropis, baru akan berpengaruh jika dibarengi dengan perbaikan kebijak- sanaan secara lebih realistis, yang disertai i upaya nyata di lapangan. "Namun saya yakin, kam- panye-kempanye tandingan dari negara-negara pemilik hutan tropis akan lebih ber- hasil, jika NGO di dalam ne- geri diikutsertakan," tandas Saralen. Selama ini kalang- an NGO di dalam negeri ku- "Saya menilai, kampanye- rang untuk diajak berdialog kampanye anti produk kayu mengenai masa depan hutan tropis yang dilakukan kita. Padahal NGO di dalam sejumlah NGO di negara-negeri pun sangat berkepen- negara maju dilatarbelakngi tingan dengan kelestarian an, kata Balan Nair. Na- dengan berbagai kepenting- hutan. mun yang terbanyak dari kegiatan mereka adalah murni untuk kepentingan kelesatarian hutan, walau- pun hutan di negera mereka sendiri suadah jauh lebih rusak dari yang ada pada negera-negara pemilik hutan tropis. Pola Investasi Mengalami Penyimpangan "Over Invoicing" ta lebih penting daripada investasi itu sendiri. Oleh karena itu, kredit inves- tasi yang murah ini juga menjadi sasran memper- menjadi sasran memper- oleh dana guna mening- katkan putaran uangnya. Dikatakan, umumnya yang terjadi dalam prak- tek yaitu "Over Invoicing" dalam setiap investasi. Dalam mengajukan kre- dit, pengusaha mengaju- kan rencana investasi yang lebih mahal dari negara-negara maju masih besar kemungkinan untuk diajak kompromi dan ber- kerjasma. "Namun masalah- nya, tidak sedikit diantara pejabat pemerintah negera- negara tersebut sulit untuk mempengaruhi NGO di ne- garanya masing-masing, bahkan sebaliknya dipenga- ruhi oleh NGO," ujar Balan Nair. Sementara itu Menteri Kehutanan Hasirul Harahap ketika dimintai komentar- kan mereka juga mempunyai nya, mengatakan, jika NGO di dalam negeri merasa relasi dengan NGO di ne- gara-negara pemilik hutan berkepentingan terhadap tropis, sehingga mereka kelastarian hutan tropis, mempunyai data yang cukup tidak perlu harus menunggu akurat dan dapat dipercaya. diajak pemerintah dulu baru Berbeda dengan NGO, mau melakukan kampanye kalangan pemerintahan di tandingan. (29) ENAL ENGINEER COMPL Sementara itu Ketua Pa- nitia Penyelenggara Kon- perensi, yang juga sebagai Ketua Umum Serikat Buruh Perkayuan (SBP) Saralen Purba kepada wartawan mengatakan, ia sependapat dengan G. Balan Nair bahwa, langan pemerintah negara- dibandingkan dengan Ka negara maju, kalangan NGO lebih sulit untuk diyakinkan, karena mereka telah me- miliki sikap antipati yang mendalam terhadap penje- lasan-penjelasan dari peme- rintah negara-negara pe- milik hutan tropis. Bagian Sugian, faktor penghambat ini justru ditantangnya dengan le- bih praktis menetap di Su- rabaya, sementara kegiat- an produksi di Banjar- masin dipercayakan ke- pada para pekerjanya. "Hanya kapan dirasa perlu, dia menjenguk kami, seterusnya komuni- kasi dilakukan melalui surat atau pesan," ujar beberapa pekerjanya. Dengan menetap di Surabaya, Sugian selain menjual langsung kepada pemakai atau broker, biaya untuk mengambil harga barang yang dilem- par ke beberapa kota besar di Jawa dan Bali, lebih ringan. Malahan ia juga membuka usaha produksi kerajinan tersebut di Surabaya dan Lumajang, Prospek produk kera- jinan kulit (Reptil) Kalsel tidak hanya pada pasaran dalam negeri, yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi secara maksi- mal. Tetapi juga terbuka beberapa peluang ekspor, hanya sayang perajin daerah ini belum mampu memanfaatkannya. Menjawab pertanyaan tentang senyalemen bahwa NGO di dalam negeri ada yang dibiayai oleh NGO luar negeri, Saralen dengan tegas mengatakan, tidak semua NGO di dalam negeri di- biayai oleh NGO luar negeri. Masih banyak yang mempu- nyai komitmen sama dengan kebijaksnaan-kebijaksa- naan yang ditempuh peme- rintah. "Saya terpaksa meno- lak permintaan Perancis pada 1987, karena jauh dari kemampuan yang ada," kilah Suprianto tentang peluang emas untuk membuka hu- yang sesungguhnya. Hal yang lebih inilah yang dipergunakan untuk memutar dagang, baik berupa impor, spekulasi berupa impor, spekulasi tanah maupun spekulatif lainnya. Gejala ini tidak terlalu menjadi masalah karena pasar benar-benar diproteksi secara ketat, sehingga tidak meng- alami kesulitan, tambah Fadel Muhammad yang juga pengamat bidang bisnis.(KNI.z3). Lain masalahnya ka- lau industri kerajinan di daerah ini sudah ber- kembang seperti di Yogya, yang perajinnya cukup banyak bahkan hampir satu kampung. "Kita bisa memenuhi permintaan dalam jumlah besar de- ngan cara bergabung dengan beberapa perajin yang ada," ujarnya. Larangan pemerintah baru-baru ini tentang ekspor kulit Reptil, kecuali yang telah diproduksi, makin membuka lebar pe- luang ekspor bagi perajin, termasuk yang ada di Banjarmasin (Kalsel). Tetapi kalau peluang ter- sebut tidak dimanfaatkan daerah ini, dengan me- libatkan berbagai pihak untuk mendorong ber- kembangnya industri ke- rajinan ini, tentu larangan tersebut bagi daerah ini tidak membawa dampak positip. Peluang tersebut justru akan dimanfaatkan perajin daerah lain, se- mentara pasok bahan ba- ku tetap dari daerah lain. (Diniarty.z4) AIR TERJUN. Air terjun Osena Moramo yang bertingkat 54 dengan hutan tropis alamiah di Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara, merupakan obyek wisata yang menarik di propinsi tersebut. (Foto: Ant) Hasjrul: Cepatnya Eksploitasi tidak Mengurangi Luasnya Hutan Jakarta, NERACA semata-mata karena ke- giatan yang dilakukan oleh para rimbawan. Tetapi juga karena kepentingan-ke- pentingan pembangunan di sektor lain. MENTERI Kehutanan Ir. Hasjrul Harahap me- ngatakan, betapapun cepat. nya proses eksploitasi hutan yang dilakukan oleh para rimbawan, dari kalangan pe- ngusaha hutan. Sesung- guhnya hal tersebut tidak pernah mengurangi jumlah dan luasnya kawasan hutan Menteri Hasjrul menge- mukakan hal tersebut dalam pengarahannya pada pem- bukaan Muktamar ke-VIII Persaki (Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia) Jum'at kemarin di Jakarta. "Ini berbeda dengan ke- perhatian kita. * Pertama, keberadaan hutan harus terjamin. Dengan demikian, hutan ha- rus dapat berfungsi seop- timal untuk sebesar-besar- nya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu keunggulan komparatif hutan sebagai sumberdaya alam yang me- miliki keterbatasan-keter- batasan, agar senantiasa diperhatikan dalam setiap perencanaan pembangunan di sektor manapun. para anggota Sehubungan dengan hal tersebut, Hasjrul pesankan kepada Persaki, ayang umumnya dari kalangan ahli yang berpredikat sarjana ini, agar amanat presiden tersebut dapat diamankan sebaik- baiknya. Ini tidak berarti kalangan rimbawan kurang mendukung pembangunan di sektor lain, tetapi me- tanan harus berorientasi giatan pembangunan di pada peningkatan nilai sektor lain, dimana setiap tambah, penyediaan lapa- perkembangan pembangan kerja, terlaksananya rupakan tugas para rim- bawan untuk menyadarkan dan meyakinkan semua ngunan yang membutuhkan kepentingan pembangunan pihak di luar rimbawan dukungan lahan baru, dan daerah, dan peningkatan bahwa keberadaan hutan pada akhirnya tertuju pada kualitas lingkungan hidup. senantiasa mengandung- peran dan fungsi yang sangat strategis. kawasan hutan, pasti akan berakibat mengurangi luas kawasan hutan yang ada, kata Hasjrul pula. C Penegasan presiden ter- sebut kata Hasjrul, khusus- nya penegasan pertama, Lebih lanjut Hasjrul tidak hanya ditujukan kepa- mengutip pidato Presiden da para rimbawan, me- Soeharto pada pembaukaan lainkan juga dimintakan Kongres Kehutanan Indone- perhatian yang sungguh- sia II, dimana Kepala Negara sungguh dari kalangan lain menegaskan bahwa fungsi yang bukan rimbawan. dan peranan hutan sangat Sebab kita semua menyadari strategis. Karena itu ada dua bahwa deplesi kawasan hal yang menurut Kepala hutan yang terjadi terus- Negara harus selalu menjadi menerus, sebenarnya bukan "Untuk itu, pemanfaatan lahan hutan untuk kepen- tingan pembangunan di luar kehutanan, harus benar- benar didasarkan pada perencanaan dan perhi- tungan yang cermat dan matang, sehingga deplesi kawasan hutan tidak sampai, membahwa dampak keru- gian yang lebih besar bagi kehidupan bangsa, baik untuk jangka waktu pendek- maupun jangka panjang, pinta Hasjrul. Pembangunan Kawasan Industri Harus Konsisten dan Terpadu Konsisten berarti kawas- an industri dibangun dan ditempati sesuai dengan proyeksi teknis dan ekono- mis, serta harus dikembang- kan sebagai asset nasional. * Kedua, sama halnya dengan sektor lain, pem- bangunan di bidang kehu- Menhut juga mengata- kan, ia tidak akan jemu- Yogyakarta, NERACA industri tetap dilaksanakan, jemunya mengingatkan ke- PERENCANAAN dan sehingga mengakibatkan luarga besar rimbawan, pembangunan kawasan In- kerugian finansial bagi agarvterus menjaga keles- dustri harus konsisten dan pengelola kawasan industri tarian huatan. Kepada para terpadu, kata Ketua Umum dan kerugian lingkungan sarjana kehutanan yang Himpunan Kawasan Indus- bagi masyarakat luas. terhimpun di dalam orga- tri Indonesia (HKI), Halim nisasi Persaki, Hasjrul minta shahab, di Yogyakarta, Ka- agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam memberi bantuan yang nyata kepada rekan-rekan rimbawan dari kalangan pengusaha hutan, agar mereka benar-benar dapat melaksanakan azas kelestarian hutan dengan sebaik-baiknya. mis. Di Jawa Barat, misalnya, dari luas 18.000 hektar un- tuk kawasan industri, masih lagi terdapat 40.00 hektar untuk zona industri, dan pabrik-pabrik tetap diizin- kan berdiri di atas areal zona industri tersebut. Menjwab pertanyaan, sektor mana yang banyak menyebabkan deplesi kawasan hutan, Hasjrul dengan tegas mengatakan, mereka yang mencalonkan diri untuk berkebun. Mereka ini telah diberikan izin untuk berkebun, namun sampai kayu di kawasan hutan yang diberikan itu habis, kebun- nya tidak pernah ada. Jakarta, NERACA KEBUTUHAN oleo- chemical dunia dalam tahun- tahun mendatang akan terus meningkat. Peningkatan ter- sebut mendorong pertum- buhan industri olleoche- mical, khususnya di negara- negara berkembang yang berpotensi terhadap pemba- ngunan perkebunan kelapa sawit. Jika dewasa ini ada taksiran peningkatan kebu- tuhan oleochemical sekitar 3-5% per tahun, maka pada tahun 2000 nanti kebutuhan tingkat dunia akan mencapai sekitar 5,6 7,5 juta ton setahunnya. Halaman II Akibatnya, tingkat pence- maran sulit dipantau, dan ini merupakan dampak ne- gatif bagi lingkungan, sam- bungnya. Terpadu, artinya pelayan- an sarana fisik dan perizinan harus disediakan dan dibe- rikan sebaik mungkin meng- ikuti perencanaan teknis dan administratif yang digarap secara baik pula, ujarnya ke- tika tampil sebagai pembaca pada ceramah ilmiah na- sional memperingati 21 tahun Keluarga Malaysia Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia menyebut, sekarang ini harus dihindari pelaksanaan kebijakan industrialisasi di lapangan yang tumpang tindih antara kawasan Ceramah ilmiah tersebut berlangsung dua hari (24-25 Oktober), diikuti 200 orang industri dan zona industri. peserta dari kalangan maha- Sebab, bisa saja terjadi, siswa dari berbagai pergu- sementara kawasan industri ruan tinggi, serta undangan digalakkan, kebijakan zona lain. [Ant/z4] Industrialisasi tetap di- perlukan bagi peningkatan taraf hidup dan ekonomi bangsa, sementara dampak negatifnya berupa kerusak- an lingkungan tidak bisa dihindari. Kini yang perlu diupaya- kan ialah memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengurangi dampak negatif dari kerusakan lingkungan, tandas Halim Shahab. Pada tahun-tahun men- datang, Hasjrul bertekad agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Untuk itu, I pihaknya akan melakukan penyeleksian yang ekstra ketat terhadap setiap per- mohonan untuk memperoleh lahan konverisi, khususnya perkebunan. (29) Pertumbuhan Industri Oleochimical Dorong Perkebunan Sawit bidang industri yang ber- penggunaan deterger di bahan baku utama CPO dan Jepang. PKO tersebut (minyak ke- lapa sawit dan minyak inti sawit). Karenanya, hal ters- ebut juga merupakan pe- luang pula bagi pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jika harga CPO belakangan ini lesu, maka dengan ke- mampuan Indonesia mem- bangun pabrik-pabrik oleo- chemical tadi akan diperoleh nilai tambah yang lebih menguntungkan. Kapasitas produksi Fatty Acid di Jepang sekarang ini sebesar 258.000 ton, se- hingga terdapat kekurangan 50.000 ton/tahun Fatty Acid di pasaran Jepang pada tahun 2000. Namun Ma- laysia memiliki kapasitas produksi Fatty Aid sebesar 150.000 ton, walaupun seba- gian besar produksi Fatty Acid dari Malaysia diekspor ke Eropa. 1 Di kawasan Asia dan Pacfic, produsen Fatty Guna memberikan gam- Alkohol adalah Jepang dan baran, bagaimana prospek Phillipina. Industri Fatty pengembangan industri Alkohol di Phillipina adalah olechemical pada masa joint ventures dengan J- mendatang secara sepintas, epang, dan hasil produksinya catatan yang dipetik Busi- diekspor ke Jepang. ness News sebagai berikut: Produksi Fatty Acid di Namun kebutuhan akan Fatty Alkohol di pasaran Jepang pada tahun 1980- Jepang masih lebih besar Agar kalangan industria- wan lebih mampu mengikuti perkembangan industri olleochemical, maka bebe- rapa jenis komoditas tersebut perlu benar-benar disimak perkembangannya. 1985 meningkat dengan dari kapasitas produksi Beberapa jenis oleochemical gabungan Jepang dan Phil-5 yakni fatty avids, fatty lipina. Hal ini terlihat ke- alkohol, fatty amines, dan nyataan, bahwa Jepang masih perlu mengimpor Fatty Alkohol dari USA serta adanya produksi Synthetic Alkohol yang cukup besar di Jepang. [BN/z4] metal stearates. Perkembangan pening- katan kebutuhan oleoche- mical dunia memberi pe- luang cerah bagi investasi di 2,6% setahun. Kebutuhan tahun 1985 sekitar 210.000 ton, dan diperkirakan kebu- tuhan pada tahun 2000 adalah 250.000 ton-300.000 ton. Peningkatan kebutuhan Fatty Acid tersebut terutama disebabkan peningkatan