Tipe: Koran
Tanggal: 1989-01-07
Halaman: 02
Konten
Sabtu, 7 Januari 1989 INDUSTRI PERDAGANGAN Tujuh Pabrik Ban, Naikkan Target Ekspornya pada 1989 US$ 12.000 ribu. Tahun lalu pro- yeksinya mencapai US$ 10.000 ribu. Jakarta, NERACA TUJUH pabrik ban yang terga- bung dalam Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) dalam ta- hun ini merencanakan menaikkan ekspor hasil-hasil produksi mereka menjadi 87.386 ribu dolar AS. PT Gajah tunggal, satu diantara mereka, tercatat sebagai perusa- Ⓒhaan yang mempunyai rencana ekspor paling besar, yakni 42.542 ribu dolar. Tahun lalu (1988) Ga- jah Tunggal hanya memproveksi 18.707 ribu dolar.. Tempat kedua diduduki oleh PT Bridgestone Tire Indonesia. Pe- rusahaan ini menurut data yang dikeluarkan APBI akan mengeks- por senilai 15.000 ribu dolar. Ta- hun lalu, proveksinya hanya USS 7.654 ribu. Sementara itu. PT Goodyear Indonesia dalam tahun 1989 ini, mentargetkan eksporn ya sebanyak Jakarta, NERACA WAKIL Ketua Umum Kadin Komite Timur Tengah, Drs. Su- dradjat DP menilai GSP (sistim preferensi Umum) merupakan sa- rana dan pasilitas yang baik untuk memacu non migas dan memungkinkan bagi produk Indonesia bersaing di pasa- ran internasional. Hal ini dikatakan Sudradjat DP menjawab pertanyaan di Jakarta Jumat, sehubungan belum layak- nya para eksportir yang meman- faatkan kebijakan ini. Dikatakan, pencabutan fasilitas GSP oleh Amerika Serikat kepada "empat macan Asia" yang terdiri dari Korea Selatan, Hongkong, Singapura dan Taiwan yang mulai berlaku tahun 1989 harus dapat dimanfaatkan untuk meningkat- kan ekspor non-migas Indonesia, khususnya ke AS. GSP merupakan suatu sistem perlakuan istimewa yang memberi- ADANYA peluang ekspor yang cukup luas, ternyata meng- undang para pengusaha di Kali- mantan Selatan untuk ambil bagian. Beberapa tahun terakhir ini yang sangat melejit adalah eks- por lampit rotan. Minat jadi pengusaha lampit rotan, di daerah ini cukup mengagetkan. Karena dalam waktu singkat banyak tumbuh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha ini, ditambah lagi adanya ke- mudahan untuk melakukan ekspor. GSP Angkat Daya Saing Ekspor Indonesia Di tempat berikutnya adalah Ariga Mira Rubber Works dengan rencana ekspor sebanyak 4.000 ribu dolar (1989). Tahun lalu 4.- 076 ribu dolar. Jadi, malah turun. Sedangkan PT Mega Rubber Factory tahun ini mentargetkan ekspor sebesar 3.762 ribu dolar. Tahun lalu, target mereka hanya US$ 1.891 ribu. Di tempat "buncit" diduduki oleh PT Intirub dengan target Adapun empat produsen ban lainnya, menurut data APBI, ha- nya merencanakan di bawah USS 10.000 ribu. PT Industri Karet Deli pada 1989 merencanakan ekspor sebe- sar US$ 7.500 ribu. Ini berarti kenaikan sebanyak 11.500 ribu dolar dibandingkan tahun lalu. Pengusaha yang dulunya ber- gerak dibidang lain, seperti usa- ha kontraktor, kini merubah usa hanya sebagai pengusaha lampit rotan. kan potongan tarif bea masuk atau bebas bea masuk oleh negara indus- tn maju kepada negara sedang berkembang dalam upaya mening- katkan ekspor mereka. "Pencabutan fasilitas GSP oleh AS kepada empat macan Asia merupakan peluang emas bagi pe- ngusaha Indonesia untuk memban- tu pemerintah meningkatkan eks- por komoditi non-migas, khusus- nya ke AS," katanya. 1 Dewasa ini ada 27 negara maju yang telah memberikan fasilitas GSP kepada negara sedang ber- kembang. Negara-negara maju ter- sebut antara lain Amerika Serikat, Australia, Finlandia, Jepang, Se- landia Baru, Norwegia, Swedia, Swiss, Uni Soviet dan negara-nega- ra anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Sehingga tidak heran di Ban- jarmasin tumbuh perusahaan- perusahaan lampit rotan seperti "jamur dimusim hujan". Di mana-mana kampung ada usa- ha lampit rotan. Tujuan pemberian fasilitas GSP di samping untuk membantu me- ningkatkan ekspor negara berkem- bang, juga untuk mendorong laju Tumbuhnya usaha itu, sa- ngat banyak melibatkan tenaga pengrajin baru yang dulunya tidak pernah mengerjakan tikar lampit rotan. Dalam waktu singkat pen- duduk di kampung sudah ramai mengerjakan lampit dari proses awal. Hal itu memang sangat logis, sebab upah membuat lampit dinilai lumayan oleh masyara- ta kat, sehingga paling tidak akan dapat mendatangkan reje- ki setiap hari bagi pengrajin Rp 2.000,-sampai Rp 3.000,-, ter- utama para ibu-ibu dan anak gadis sambil santai di rumah. Lain lagi di daerah pusat pengrajin lampit rotan di kota Amuntai, Kabupaten Hulu Su- ngai Utara lebih kurang 200 KM dari Banjarmasin, yang merupakan cikal bakal pengra- jin lampit rotan ini. A Dari data Kanwil Departe- men Perdagangan Kalsel, Ke- pala Bidang Perdagangan Luar Negeri Hijaji menjelaskan kini berjumlah 62 pengusaha lam- pit di Kalsel, di samping itu berpuluh puluh lagi pengusaha lampit yang kecil kecilan, seba- gai pengumpul. 19 LARANGAN BERJUALAN: Terpampang jelas-jelas papan larangan berjualan dan leter (S) tanda larangan berhenti masih juga para pedagang dan pengemudi ini melanggar, sehingga membuat pemandang- an umum menjadi suram Walaupun berkali-kali di teribkan oleh petugas tetap saja membandel. Gambar diambil di Jl. Kali Lid Senen Jakarta Pusat Kamis. (IPPHOS) Peluang yang besar ini, ter- nyata tidak semuanya bisa menguntungkan, baik bagi pe- ngusaha sendiri, maupun bagi kepentingan ekspor kita, kare- na ternyata bisa menimbulkan masalah tersendiri. Akibat semangat ekspor yang telalu tinggi, akhirnya ti- dak terkendali dengan baik, baik segi stabilitas usaha, pro- duksi dan mutu/kualitas ba- rang lampit rotan. Kapasitas DATA dari APBI menyebut- kan bahwa kepasitas terpasang in- dustri ban kendaraan bermotor roda empat dan roda dua tetap jauh lebih dari permintaan nasio- nal. Dapat dibayangkan dulunya usaha lampit rotan hanya di berpusat di kota Amuntai Kabu- paten Hulu Sungai Utara, tapi kini berkembang sampai ke Banjar-Baru dan Banjarmasin. 1989 sebesar 2.582 ribu dolar AS. Tahun lalu, rencana mereka hanya US$ 1.960 ribu. Dikatakan, untuk ban luar mo- bil penumpang, truk, kapasitas ter- pasang pada akhir tahun 1987 telah meningkat menjadi 7.793. 300 unit/tahun. Sedangkan untuk ban luar sepe- da motor, kapasitas terpasang in- dustri ban kendaraan bermotor roda dua telah meningkat lagi men- jadi 3.260.000 unit/tahun. Di pihak lain, segenap anggota APBI merencanakan suatu pening- katan produksi dari realisasi tahun 1987 sebesar 5.152.463 unit men- Issu merosotnya ekspor lam- pit rotan telah begitu mence- kam kalangan pengrajin pula, Karena akan terjadi kemungki- nan pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan-perusaha- an lampit rotan, dan bahkan kini sudah terjadi stagnasi pro- duksi.. pertumbuhan dan meningkatkan industrialisasi di negara berkem- bang. Belum sepenuhnya SUDRADJAT mengakui para pengusaha Indonesia belum sepe- nuhnya memanfaatkan fasilitas GSP yang diberikan negara-negara industri maju, karena mereka ku- rang pengetahuannya mengenai perdagangan internasional khusus- nya yang menggunakan fasilitas GSP. Untuk lebih memasyarakatkan GSP di kalangan pengusaha Indo- nesia, khususnya eksportir mene- ngah dan kecil perlu dibentuk satu badan khusus mengenai perdagang- an dengan fasilitas GSP. Badan tersebut tidak hanya ter- diri dari aparat departemen perda- gangan, tetapi juga berbagai instan- si pemerintah termasuk aparat bea cukai dan perbankan. (Ant/04). Memang usaha lampit rotan di Kalsel suatu bidang usaha yang menjadi salah satu mata usaha rakyat dari tingkat ter- bawah, kelompok pengrajin, sampai kepada pengusaha eks- portir,. Di saat bersemangatnya pe- ngusa ha lampit yang baru ter- jun ke dalam dunia usaha ini, terdengar issu harga lampit ro- Ledakan Produksi tan di negara tujuannya di PENGALAMAN menun- Jepang jatuh, hal ini menim- jukkan ketika tahun 1970-an, bulkan rasa was-wasa pengusa- diwaktu mulai ramainya eks- ha ini, utamanya dikalangan por kayu gelondongan ke Je- pengusaha lampit yang baru pang, tidak sedikit pula pengu- muncul, golongan menengah saha kayu di daerah ini gulung tikar dengan seketika, akibat permainan dagang di Jepang. Issunya waktu itu harga kayu jatuh, persis seperti issun ya lam- pit rotan ini. kebawah. Waktu itu pengusaha kayu yang mulai belajar bergerak ekspor kayu gelondongan, non HPH, mencoba ekspornya ke Jepang. Mereka mulai menggantung- kan hidupnya dengan hasil lam- pit rotan, karena dari hasil in- dustri kerajinan lampit rotan ini tidak sedikit. Puluhan ribu jiwa yang menggantungkan hi- dupnya dari produksi ini. Dari satu perusahaan lampit saja tidak kurang menyerap tenaga kerja 200 orang, bahkan dari proses awal dari satu peru- sahaan sampai ribuan orang, dan itu merupakan suatu hasil yang nyata setiap hari bagi pengrajín. Di Kota, Amuntai sampai jadi 7,097.084 unit, di mana ren- cana peningkatan ini terutama ditu- jukan untuk ekspor. Sementara dalam bidang industri ban sepeda motor dan scooter, perusahaan-perusahaan ban meren- canakan peningkatan produksi da- ri3.509.864 unit dalamt 1987 men- jadi 4.545.010 unit dalam tahun 1988. Sekali kirim, dua kali kirim baik hubungan, dengan harga yang patut, sesuai dengan per- mintaan. Satu pengurus APBI mengemu- kakan rencana ekspor mereka pa- da tahun-tahun berikutnya. Untuk tahun 1990, APBI me- rencanakan ekspor ban senilai 103.- 079 ribu dolar. Masalahnya hanya berkisar di sekitar kompetisi nilai harga jual diantara produsen-produsen ban tersebut. Sedangkan untuk tiga tahun be- rikutnya dalam Pelita V, rencana ekspor mereka masing-masing USS 124.311 ribu (1991); US$ 140.656 ribu pada 1992 dan naik lagi pada 1993 menjadi US$ 168.857 ribu. Menurut data dari Pusat The Pemda Kaltim Selenggarakan Goodyear Tire and Rubber Co. Ltd di USA, pengadaaan ban ken- Diklat Kerajinan Batik daraan bermotor secara interna- sional, umumnya dalam keadaan kekurangan sehingga peluang un- tuk pemasaran ban di pasaran inter- nasional sangat cerah. Semua produsen/Industria wan ban tingkat internasional seperti Good Year, Brigestone dan Miche- lin sedang berlomba untuk me- ningkatkan kepasitas dan fasilitas produksi mereka di lokasi-lokasi yang paling menguntungkan dari segi perolehan nilai biaya dan nilai harga jual, dalam mengisi gap yang sedang terjadi dalam stok ban. Ini terbukti dengan program in- vestasi yang sedang gencar dilak- sanakan Bridgestone di Thailand dan Michelin di Korea dan Thai- land. Dalam pada itu Indonesia mem- punyai kapasitas produksi ban seca- ra nasional (terpasang), yang dapat menghasilkan 7,5 juta dan kenda- raan bermotor (ronda 4) setahun, di mana kebutuhan dalam negeri saat ini hanya sekitar 4,5 juta ban. Dengan surplus kemampuan pro- duksi itu, maka Indonesia mem- punyai kesempatan untuk mene- robos pasar ekspor, untuk mengisi gap kekosongan stok ban dunia. (5). Bandar Lampung, NERACA KETUA LIPI Prof. Dr. Dody A. Tina Amidjaja, didampingi Wakil Gubernur Lampung, kema- rin mersmikan pembuatan tanur baru d enovasi tanur lama, pabrik besi Lampung, di Tanjung- bintang, Lampung Selatan. Prof. Dody mengatakan, pabrik ini terhenti beroperasi hampir dua tahun sejak Mei 1987. Namun, ke- giatan secara fisik tidak terhenti, tapi penelitian untuk mengkaji kembali operasional pabrik itu te- rus berlangsung. ada suatu desa yang bernama sama, baik dari Pemerintah kampung "perlampitan" kare- maupun dari pengusaha lampit na penduduknya semuanya sendiri. mengerjakan lampit rotan, dari anak-anak sekolah SD, sampai nenek-nenek semua terlibat se- bagai pengrajin. Oleh sebab itu tidak heran pula kalau kasus lampit rotan ini menjadi tanggapan serius dari semua masyarakat Kalsel. terlebih lebih yang bergantung hidupnya kepada usaha ini. Hasilnya berupa perbaikan men- dasar untuk lebih mengamankan beroperasinya kembali pabrik ini. kata Prof. Dody seraya mengemu- kakan, pabrik ini akan merupakan suatu unit percobaan yang akan menampung seluruh aspek industri pengecoran. Tetapi setelah itu, dengan tiba-tiba, bagaikan "halilintar" disiang bolong, harga jatuh, dengan alasan karena jenis ka- yu dan kualitasnya yang jelek, padahal kayunya sudah diki- rimkan, terpaksa dijual dengan harga yang murah. Iklim perdagangan di Jepang memerlukan pengkajian yang mendalam, jangan sampai se- perti kasus tikar lampit ini akan menjadi sama nasibnya dengan kayu gelondongan diwaktu itu, bahkan pelaku eksportir kayu waktu itu kini juga sudah men- jadi eksportir tikar lampit. Dengan pengalaman seperti itu akan menjadi perhatian ber-. Dari data ekspor lampit Kal- sel, utamanya ke Jepang telah tercatat kenaikkan sangat dras- tis sekali. Tanur Pabrik Besi Cor Lampung, Siap Operasi Lagi Tahun 1985 tercatat hanya 838.000 meter persegi, dengan perolehan devisa 8,578 juta do- lar AS, pada tahun 1987 sudah mencapai 3,3 juta meter per- segi dan tahun 1988 sampai bulan Nopember tercatat eks- por ke Jepang 4.124.122,88 M2, dengan nilai 43.086.851,- 72 dolar AS. Lonjakan ekspor lampit ke Jepang tahun ini, merupakan suatu ledakan produksi yang melampaui permintaan, sehing- ga kini di Jepang sudah terjadi stok lebih 1,5 juta M2. Ledakan produksi ini diaki- Oleh H. HARIAN NERACA SEEEEEEE batkan banyaknya minat peng- usa ha baru bidang lampit rotan, dengan cara ikut-ikutan tergiur dengan keuntungan yang dini- lai baik dibanding usaha lain- nya, terlebih lebih dalam dunia usa ha kontraktor yang kini di- rasakan semakin sulit. "Mundur Selangkah" untuk Dobrak Pasar Lampit Rotan Jepang lampit rontan hanya ke Jepang. Sangat sedikit pemasaran lampit rotan ke negara-negara lainnya. Sehingga usaha bidang lam- pit tumbuh berkembang sangat pesat, tanpa ada pengendalian dari pihak pemerintah di dae- rah penghasil lampit ini, pro- duksi meningkat, tapi kualitas atau mutu produksinya tidak baik, sehingga dengan mudah dipermainkan dalam dunia da-- gang internasional, terlebih-le- bih di Jepang. Jakarta, NERACA PEMDA Kaltim khususnya Di nas Perindustrian dalam usahanyai meningkatkan mutu penganekara- gaman kerajinan batik dan sarung, telah menyelenggarakan diklat ber- langsung lima hari dan diikuti 30 peserta. Pihak pengusaha Jepang mau membéli tentu dengan har- ga rendah, sedangkan lampit rotan yang ada banyak ber- kualitas kurang baik, sehingga harga pasaran lampit internasio- nal menjadi terganggu. Kebetulan pula pemasaran Perkembangan industri yang cu- kup menonjol dan menggembira- kan adalah industri kecil sebanyak 2.268 sedangkan industri lainnya sembilan industri dasar dan 71 aneka, industri. Perkembangan industri di Sama- rinda banyak membawa pengaruh negatif. Antara lain tumbuhnya kegiatan ekonomi yang kelihatan maju pesat, di samping memberi peluang besar terhadap penggalian sektor-sektor yang mendukung in- dustri itu sendiri, kata Saleh. Namun demikian unit usa ha itu membuka lembaran sejarah bagi provinsi ini pada umumnya dan Kotamadya Samarinda khususnya, di mana kerajinan batik telah mam- pu memberikan andil yang berarti bagi pembangunan. Sementara pelaksana Diklat, Dra. Nuryati S. dalam laporannya menyebutkan, diklat dilaksanakan berdasarkan proyek BIPIK Provin- si Kaltim tahun anggaran 1988/89. Sasaran yang diharapkan antara lain meningkatkan mutu batik dan sarung. Melalui diklat itu para pengusaha dan perajin batik dan sarung diharapkan bisa mempergu- nakan bahan-baku pewarna yang tepat dan dapat mendesain dengan hasil lebih baik. Misi industri dan kerajinan ba- tik dan sarung, di samping mem- beri lapangan usaha baru, juga dimaksud sebagai usa ha melestari- kan budaya dan mendukung sek- Untuk tenaga pengajar khusus tor pariwisata serta peranan wani- dari Departemen Perindustrian se- ta dalam pembangunan, katanya. Mengenai perkembangan indus- banyak dua orang masing-masing tri di Kalimantan Timur, khusus- Ny. Sri Harisi. S. Tex dan Ny. Dra. (Ant) nya di Samarinda sampai 1987/88 Koestriastuti Basuki. Kepala Kantor Departemen Per- industrian setempat, Saleh Effendi dalam pembukaan diklat kemarin menyatakan, perkembangan indus- tri/kerajinan batik telah menun- jukkan tanda-tanda menggembira- kan. Walau sampai saat ini hanya terdapat satu unit usaha yang me- nyerap tenaga kerja sekitar 40 orang, ujarnya. Hal ini, kata mantan rektor ITB terapkannya teknologi sederhana, tahun 70-an itu, sangat penting agar dari Lampung nanti didapat teknologi dan pengalaman untuk diterapkan di daerah lain, yang punya potensi sama dengan Lam- pung. yang secara ekonomis diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya. Peningkatan taraf hidup ini di- mungkinkan dari keterkaitan me- reka dalam turut mengadakan ba- han bakar dari arang kayu, khu- susnys lamtoro gung. Kepada LIPI yang memiliki ba- nyak pakar dan pengalaman, Gu- bernur juga mengharapkan dapat mengadakan rintisan bagi pengo- lahan sumber mineral lain, seperti emas, perak, batubara, marmer, dan mangaan. Proyek yang kini resmi bernama unit pelaksana teknis balai percon- tohan pengolahan biji besi Lam- pung, diharapkan mulai beroperasi kembali pertengahan 1989, kata Prof. Dody. Wakil Gubernur Lampung, Drs. H. Subki E. Harun juga menilai penyempurnaan dan pengembang an pabrik peleburan bijih besi ini sangat penting. Karena merupakan rintisan pembangunan industri da- sar yang strategis. mencapai 2.348 sentra industri de- ngan investasi Rp 160.707 miliar dan menyerap 18.978 tenaga ker- ja. Kepala UPT balai percontohan pengolahan biji besi Lampung, Ir. Djoe wito mengakui, selama bero- perasi sejak diresmikan Presiden Keuntungan lain dari renovasi Soeharto 14 Juli 1984, pabrik ini dan pengembangan itu, terutama mengalami berbagai hambatan dan bagi Lampung sendiri. Karena di- gangguan. Usman, Rifanie. S Harga lampit rotan 1 M2 dengan kualitas terbaik sampai 19 dolar AS, paling rendah seki- tar 17 Dolar AS, tetapi kini mulai turun sampai 14 - 15 dolar per meter persegi, yang kini menjadi masalah kualitas rendah seperti jenis tiger yang banyak diproduksi, dan itulah yang menjadi masalah sekarang ini. Sedangkan kualitas terbaik yang standar ekspor tentu hal itu tetap mempunyai prospek yang baik, apalagi kalau sudah ada pengaturannya. Pengusaha Menengah dan pengrajin dengan kasus ini sa- ngat terpukul, bahkan sangat mencemaskan apabila tidak teratasi masalahnya. Tata Niaga KOMODITI lampit rotan memang tidak sama dengan komoditi yang lain, apalagi de- ngan komoditi yang mempu- nyai pemasaran luas. Memang lampit rotan dari sejarahnya dikenal hanya oleh Jepang. Sejak jaman penjajah- an Jepang di Indonesia. Mencuat kembali lampit ro- tan yang dulunya dipakai oleh masyarakat Kalsel di rumah- rumah sejak dijaman dulu, me- nimbulkan cerita tersendiri bagi orang-orang Jepang. Sehingga tahun sekitar 1974, ada seorang bekas tentara Je pang yang pernah ke Kalsel ter- ingat dengan budaya masyara- kat Kalsel dengan mengguna- kan tikar lampit sebagai alas duduk yang terbuat bahannya dari rotan, dan itu banyak sekali dibuat oleh masyarakat di Amuntai. Di samping lampit rotan ada lagi lampit bahannya dari kulit pelepah rumbia, yang dibuat oleh pengrajin sebagaimana ti- kar lampit rotan, Karena budaya Jepang sa- ngat banyak kesamaannya de- ngan budaya Melayu di Kalsel, utamanya untuk tata cara ma- kan dan minum, yang lebih banyak sistem duduk di lantai dibandingkan dengan duduk di kursi, yang kini sangat cocok tentunya digunakan pada wak- tu musim panas di Jepang. Oleh sebab itu, tikar lampit itu banyak diminati hanya oleh Jepang, atau negara-negara yang mirip budayanya. Akhirnya terjadilah hubung- an dagang secara sederhana, kemudian meningat menjadi sa- lah satu komoditi ekspor Kalsel yang diandalkan, Dengan adanya tataniaga ekspor lampit rotan seperti yang diatur dengan kebijaksa- naan baru pemerintah yang ter- tuang dalam surat keputusan Menteri Perdagangan Nomor 410/Kp/XII/88 tanggal 22 Desember 1988 yang selanjut- nya dijabarkan dengan surat ke- putusan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Departemen Per- dagangan pada tanggal yang sama, pemerintah memberlaku- kan sistem kuota ekspor lampit rotan. Selain itu ditetapkan pula bahwa eksporter yang diperke- nankan mengekspor lampit ro- tan tersebut hanya eksporter yang telah terdaftar sebagai Eksporter Terdaftar Lampit Rotan (ETLP) yang dikeluar- kan oleh Menteri Perdagangan melalui Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Kebijaksanaan baru di bi- dang tata niaga lampit rotan itu dimaksudkan antara lain untuk menjaga kelestarian sumber da- TEMPAT BERDAGANG: Tidak Tertampung di Kios Joglo Blok M, dua orang tua pedagang Bakso dan Soto ayam yang sehari- harinya berdagang di Pasar Kaki Lima Depan Sarinah Jaya dan Pasar Kaget Blok M sangat heran tidak ikut tertampung di Kios Joglo (IPPHOS) Blok M. Jakarta, NERACA KABID PT. Semen Tonasa, Abd. Rachman Supu SH menya- takan perusahaannya untuk 1989 akan mentargetkan produksinya 1 juta ton. Dari target produksi ter- sebut diharapkan 900.000 ton mampu diserap pasaran dalam negeri dan 100.000 ton mampu memenuhi permintaan ekspor. Hal ini dikatakan Abdul Rach- man yang didampingi Kahumas perusahaannya, Drs. M. Djafar Kampo menjawab pertanyaan di Ujung Pandang, Jumat, sehubung- an evaluasi business semen 1988. Tonasa Harapkan Pasar DN Serap Produksinya Menjawab pertanyaan bagaima- na situasi business semen selama 1988 Abd. Rachman mengatakan, berdasarkan catatan data pemasa- ran yang ada pada prinsipnya ter- lihat mengalami kenaikan. Bila pa- da tahun 1987 omzet perdagangan ini hanya 891.689 di tahun 1988 naik-0,6%. PT. Semen Tonasa yang meru- pakan sebuah perusahaan BUMN Sebenarnya permintaan ekspor 1988 tersebut ini jumlahnya besar 100.000 ton, namun pihak perusa- haannya masih belum mampu me- menuhi pasaran ekspor tersebut. Dari 927.603 ton jumlah produk-produksi 1.210.000 ton per tahun. sinya selama 1988 yang berhasil di Direksi Utama PT. Semen Tonasa Ir. Subiakto, dalam percakapan ekspor baru 33.700 ton. khusus dengan "Neraca" belum lama ini di Tonasa, mengatakan bahwa, dalam memacu peningka- tan produksi maka terlebih dahulu, harus diupayakan peningkatan ke- sejahteraan karyawan. Menurutnya kapasitas produksi yang berhasil diraihnya selama 1988 ini tercatat mengalami ke- naikan 103.06% dibanding dengan kapasitas produksi tahun sebelum- nya 900.000 ton. (Badan Usaha Milik Negara) da- lam usahanya memasarkan pro- duksinya kini masih sangat terba- tas di 13 provinsi, dan negara tetangga seperti Bangladesh, Viet- pasaran maupun kemampuan pro- duksinya juga meningkat semakin luas. "Minat PT. Semen Tonasa un- tuk mencari keuntungan sebenar- nya juga besar, namun juga tidak terlepas dari statusnya sebagai BUMN. Sehingga kewajiban un- tuk mengendalikan harga dan pe- ya alam, mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat an- tara sesama pengusaha dan eksporter lampit rotan tersebut di pasaran luar negeri. Terlebih lebih komoditi lam- pit rotah ini, terakhir ini pro- duksinya melimpah, sehingga melebihi i permintaan pasaran luar negeri di Jepang. Akibatnya, bukan saja harga merosot tajam, tapi juga terja- dinya persaingan yang tidak sehat diantara sesama produsen dan eksporter lampit rotan. Kenyataan ini telah disam- paikan secara khusus oleh para pengusaha lampit rotan kepada Menteri Perdagangan, agar mendapat perhatian khusus pu- la, bagaimana memecahkan kendala yang dihadapi pengusa- ha sendiri. Oleh sebab itu dengan ke- luarnya kebijaksanaan Peme- rintah ini, tentu akan mem- bawa dampak yang sangat posi- tif sekali karena akan mampu memecahkan masalah yang se- lama ini memang sangat meng- ganjal kelancaran ekspor lam- pit rotan ke Jepang. Selama ini pernah menggeli- sahkan pengusaha dan pengra- jin sendiri akibat tidak adanya pengaturan secara khusus, ten- tang tata niaga, lampit rotan, sehingga banyak persaingan yang terjadi kurang sehat dian- tara pengusaha dan eksporter sendiri. Dilain pihak kondisi perda- gangan lampit di Jepang juga sangat banyak menentukan, se- hingga harga sangat mudah di- permainkan, akbiat produksi melimpah dan kualitas kurang baik, sehingga merusak secara menyeluruh pasaran lampit ro- tan di Jepang. Dari kejadian-kejadian seca- ra Internasional dalam dunia dagang dengan Jepang, hendak- nya dapat dijadikan pelajaran oleh semua piha, dalam rangka menggalakan ekspor non mi- gas. Tidak hanya memberikan dorongan, tetapi harus mampu mengendalikan secara dini, se- belum merugikan ekspor nasio- nal. Dengan keluarnya kebijak- Semua kegiatan perdagangan Semen yang dilaksanakan selama tahun 1988, semuanya dikapalkan lewat pelabuhan khusus Biringkas- si. Pabrik Semen Tonasa dengan 3 unit pabrik, memiliki kepasitas ngembangan teknologi juga terus memenuhi kebutuhan bahan ba- ngunan dalam negeri kepenjuru dilakukan," katanya. negeri itu. Disamping itu, ikut secara aktif melaksanakan usaha peningkatan ngan usaha-usaha terkait. Seperti kemampuan ekonomi lemah de- menjadi bapak angkat Kopinra di Sulsel, mendukung pengembang- an Komoditi Coklat, serta ikut menyiapkan kader-kader tenaga terampil. Menurut Rachman Supu SH, kebutuhan Batu bara selama tahun 1988 sebanyak 150,000 ton, yang diperoleh dari Kaltim dan produksi di Sulsel sendiri. Sementara itu sebanyak 166.050 ton semen selama Januari 1989 akan diantarpulaukan oleh enam pabrik semen di Indonesia guna Jakarta, NERACA JEPARA dalam lima tahun ter- Hasil yang menggembira kan ini, menampilkan optimis Jepara akhir menunjukkan perkembang mampu menggali komoditas eks- an pesat dalam industri ukir dan por non migas. Bahkan belakang- nam, diharapkan nanti baik tujuan meubel kayu jati. Dari 1.862 unit an ini mengalir pesanan luar negen, Ujungpandang, 'NERACA BANYAK eksportir Jakarta se lama tahun 1988, merealisasikan. ekspor kopinya di mancanegara melalui Sulawesi Selatan, kata Ke pala Kanwil Perdagangan propinsi Sulsel, Nafli Munaf SH, kepada Antara di Ujungpandang, Jumat Hal itu disebabkan, karena mu- tu kopi Sulsel merupakan salah satu produk terbaik di dunia, di samping produksinya cukup ba nyak. Sebaliknya, tutur Nafli Munaf kalangan eksport's Sulsel just merealisasikan jatah kuota eksp kopinya melalui daerah lain. Seper ti melalui Lampung, Palembang dan beberapa daerah penghasil ko pi lain di tanah air. Hal itu ditempuh, karena harga kopi di daerah daerah itu rendah. Sedangkan di Sulsel harganya ting- gi, karena mutunya baik. Kecenderungan eksportir Sulsel merealisasikan ekspornya melalui produk daerah lain diduga karena masih lemahnya kemampuan eks- portir kopi di propinsi ini, baik modal maupun manajemennya. Ekspor kopi Sulsel selama ta- hun 1988 mengalami penurunan tajam dari 4.420 ton tahun 1987, turun menjadi 2.500 ton pada ta- hun 1988. Ini merupakan dampak langsung dari alih ekspor itu. usaha yang tersebar di 10 kecama- tan, tiap tahunnya membutuhkan tidak kurang 100.000 m3 kayu senilai Rp 13 milyar lebih. Dengan menyerap 19.748 te- naga kerja, Jepara tiap tahun mam- pu memproduksi hasil kerajinan ukir senilai Rp 30,6 milyar lebih sanaan baru ini, tentu menim- bulkan semangat baru bagi usa- ha lampit rotan, baik dari peng- rajin, pengusaha, pengumpul dan eksporter sendiri. Selain akan lebih menjamin stabilitas dunia usaha lampit rotan, ken- datipun harus memenuhi keten- tuan yang berlaku. Tata niaga lampit rotan di- maksudkan adalah untuk ke- pentingan masyarakat sendiri yang bergerak dalam usaha lampit rotan, disamping, juga untuk memberikan dorongan angin segar untuk menunjang ekspor non migas kita. Apabila dunia usaha lampit ini cerah kembali, berarti ma- syarakat Kalsel yang hidupnya sudah terlanjur bergantung de- ngan usaha lampit, akan dapat meneruskan hidupnya dari ha- sil kerajinan tangannya sendiri, sebagai sumbangan nyata ter- hadap pembangunan nasional kita, melalui ekspor lampit rotan. Halaman I Disisi lain yang perlu diwas- padai adalah dengan akan di- laksanakannya kebijaksanaan Pemerintah ini, jangan sampai, terjadi adanya hak monopoli, dalam memberikan pembagian dan kesempatan ekspor lampit rotan. Realisasi Ekspor Produksi Kerajinan Jepara Rp 30,6 Miliar/Tahun Kebijaksanaan pemerintah, harus dapat menjamin pemera- taan dan kesempatan bagi peng- usaha dari berbagai piha, dari pengrajin, pengumpul dan pe- ngusaha/eksporter lampit ro- tan. Dan bagi pengusaha kecil, juga diharapkan dapat melaku- kan penggabungan usaha ber- bentuk Koperasi atau badan hu- kaum lainnya, sehingga juga da- put mengekspor langsung, sete- lah mendapatkan ETLP dari Menteri Perdagangan, Sehingga kuota yang telah membatasi ekspor lampit rotan ini, akan menjadi kelangsung- an hidup pengusaha lampit ro- tan secara menyeluruh, dan ti- dak ada yang dirugikan, apa- bila sudah memenuhi ketentu- an yang berlaku. Dengan demikian ekspor lampit tetap lancar, mutu ter- jamin, dan devisa dapat diraih. Untuk mengangkut semen itu tara (Bopberpan) dan INSA sam- Badan Operasi Pelayanan Nusan- pai awal Januari 1989 baru mam- pu menyediakan sarana angkutan sebanyak 146.050 ton. Sejumlah 20.000 ton semen lagi belum tersedia angkutannya yang sebagian besar ditujukan ke wila- yah Indonesia Timur antara lain, Jayapura, Biak, Nabira, Fakfak, Banjarmasin, Sampit dan Pontia- nak. Kekurangan sarana kapal ini menyebutkan 5500 ton semen un- tuk Bali terpaksa diangkut melalui darat dari Gresik. Dari enam pabrik semen yang terbanyak mengantarpula ukan pro- duksinya ialah pabrik semen Tona- sa sebanyak 63.200 ton, pabrik semen Padang sejumlah 57.650 ton dan pabrik semen Tiga Roda sekitar 37.900 sedangkan pabrik semen Baturaja sedikit sekali seki- tar 1.500 ton semen. PT Semen Cibinong dan Nusan- tara untuk bulan ini tetap tidak mengirim produksinya, ke luar Jawa. (04/K-25/Ant seperti: Brunai Darussalam, Si- Malaysia, Jepang, Aus- ngapura, tralia, Amerika dan negara Eropa lain. Menurut Kepala SMIK-Jepara Drs Moersidi, tidak hanya hasil kerajinan yang menggaet devisa, tapi juga perajin ukir dari Jepara banyak diboyong ke luar negeri. Belum lama ini 20lulusan Seko- lah Menengah Kerajinan di Jepara ini menandatangani kontrak kerja dengan pihak Malaysia. "Dan 2- hun 1981, delapan lulusan sekolah ini dikontrak untuk memperbaiki "Istana Bagdad" di Turki," jelas- nya bangga. Menanggapi banyaknya pengra- jin ukir Jepara yang dicomot ke luar daerah maupun ke luar negeri, Bupati Jepara berkeyakinan Jepa- ra tidak akan kehabisan tenaga trampil. "Kan, di tiap daerah secara alami, anak kecil usia sekolah dasar-pun sudah dapat membuat ukiran ka- yu", jelasnya. Peranan Lembaga Pendidikan WALAU banyak tenaga tram- pil yang boyongan ke luar daerah, namun sifatnya hanya kontrak Bila telah mendapat modal cukup kemudian mendirikan usaha sen- diri di tempat asalnya. "Itulah dian- tara dampak positif perkembangan ukir dewasa ini," ungkap pengusi- ha muda Jepara yang cukup ber- hasil. Seperti diakui Arif Mulyadi, BA seorang pengusaha dia sampai sanggup mengembangkan usaha- nya bahkan memiliki perwakilan di Brunai, juga berawal dari usaha paling bawah, dari pengrajin. Dalam keberhasilan kerajinan ukir Jepara, disamping kemampu an menjadi pemahat yang diwa kan secara turun-temurun, p nan lembaga pendidikan juga bdak kecil andilnya dalam membina pengka deran. Diawali kiprah Patih Sungging Badar Duwung (Cwie Wie Gwan) pada masa Ratu Kalinyamat ber tahta hingga era RA. Kartini d Ilam membina para perajin ukir "Macan Kurung" di dukuh Bela- kang Gunung-Jepara, seni ukur kayu terus berkembang. Sejak berdiri tahun 1922 Open- bare Ambacht Schol Voor Inlan des 1931. Ambachtsleergang (1932) dan Kosyu Gakko (1942) hingga kemudian menjadi STN, STM Negeri Jurusan Dekorasi Ukir, pada masa kemerdekaan per- kembangan, kerajinan ukir di Jepa ra selalu ditempa dan dikembang- kan lewat jalur lembaga pendi dikan. Apalagi setelah berdirinya Sekolah Menengah Industri Kera- jinan (SMIK) di Jepara, perkem- bangan kerajinan ukir berkembang semakin pesat. (Hers/9)
