Tipe: Koran
Tanggal: 2021-05-22
Halaman: 16
Konten
SABTU PON, 22 MEI 2021
(10 SAWAL 1954)
SELAMA bulan Ramadan
sampai Idul Fitri 2021, realisasi
uang kartal atau tunai yang
beredar di DIY mampu mencapai
Rp 7,2 triliun. Hal ini dipicu
kenaikan konsumsi atau daya beli
masyarakat.Capaian peredaran
uang kartal yang meningkat tajam
tersebut menjadi indikator yang
baik, karena setidaknya mampu
membantu pemulihan ekonomi di
DIY yang tertekan dampak
pandemi Covid-19 selama
KONSUMSI MASYARAKAT DIY MULAI MEMBAIK
Meningkat, Peredaran Uang Kartal Selama Lebaran
ini. Pergerakan positif arus lalu
lintas uang kartal di DIY ini
sekaligus menandakan adanya
pertumbuhan perekonomian
khususnya di DIY.
Deputi Kepala Perwakilan
Bank Indonesia (BI) DIY Miyono
mengatakan, sebelumnya BI DIY
telah mempersiapkan kebutuhan
uang kartal dengan estimasi
sebesar Rp 5,2 triliun selama
momentum Ramadan hingga Idul
Fitri 2021. Tapi realisasi kebutuhan
uang kartal di DIY justru mencapai
Rp 7,2 triliun, lebih tinggi dari
proyeksi estimasi tersebut dan
lebih tinggi dari realisasi pada
momentum yang sama pada 2020
lalu.
"Peredaran uang kartal
selama Ramadan hingga Idul Fitri
tahun ini jauh lebih besar dari
proyeksi awal kami dari Rp 5,2
triliun menjadi Rp 7,2 triliun serta
lebih besar pula dibandingkan
dengan realisasi momentum yang
sama tahun lalu dengan
kebutuhan Rp 4,4 triliun.
Peningkatan peredaran uang
kartal ini naik setidaknya 63,6
persen dibanding 2020 lalu,"
tuturnya.
LIPUTAN KHUSUS
Selama libur Lebaran objek wisata di DIY dipenuhi wisatawan lokal.
karena pencairan Tunjangan Hari
Raya (THR) yang dibayarkan
tepat waktu tahun ini, sehingga
kebutuhan uangnya juga ikut naik.
pertumbuhan ekonomi di DIY.BI
DIY juga melayani penukaran
uang rusak yang realisasinya
mencapai Rp 5,8 miliar sejak
Senin (12/4) hingga Selasa (11/5).
Capaian penukaran uang rusak di
DIY ini dengan rincian Rp 4,6
miliar untuk Uang Pecahan Besar
(UPB) dan Uang Pecahan Kecil
(UPK) sebesar Rp 1,2 miliar. "Bagi
masyarakat yang menukarkan
UPK di 49 loket perbankan di DIY,
realisasinya mencapai Rp 522,3
miliar," imbuhnya.
"Konsumsi masyarakat mulai
naik seperti makan minuman, beli
baju Lebaran dan lainnya. Jadi
mudah-mudahan ini memberikan
indikasi membaik bagi
peningkatan konsumsi. Semoga
peningkatan konsumsi akan
berdampak kepada perhotelan
dan restoran, fashion dan
sebagainya," tegasnya.
GERAKAN Aspirasi Muda
Lawu (Gardal) selangkah lebih maju.
Mereka merealisasikan bakat, keahlian
serta jejaring mereka yang luas untuk
berbisnis. Bukan dagangan pada
umumnya yang mereka jual. Namun ikon
Karanganyar yang biasanya ramai
dikunjungi dan menarik minat
wisatawan.
Menurut Miyono, kenaikan
realisasi peredaran uang di DIY
tahun ini dikarenakan masyarakat
sudah berani keluar melakukan
aktivitas konsumsi seperti di pusat
perbelanjaan atau mal. Sebab
pusat perbelanjaan tutup tahun
lalu. Artinya, daya beli atau
konsumsi masyarakat DIY sudah
mulai ada saat ini, sehingga lebih
baik dengan daya beli masyarakat
tahun lalu. Di samping itu juga
Miyono menyampaikan,
realisasi peredaran uang kartal
sebesar Rp 7,2 triliun di DIY ini
dengan perincian penarikan dari
BI sebesar Rp 3,7 triliun dan
penarikan transaksi uang kartal
antarbank Rp 3,5 triliun. Melihat
kondisi realisasi tersebut,
diharapkan bisa menjadi salah
satu pertanda baik untuk
KANDHA RAHARJA
Ada Candi Ceto di Desa Gumeng,
Jenawi yang diaplikasikan ke sebidang
kaus. Ada juga Gunung Lawu di
perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Erwin bersama kawan-kawan
menyulap ruang tamu bengkel sablon
menjadi outlet KOK. Koleksi yang
dipamerkan merupakan produksi mandiri
mulai kaus polosan sampai sablonan.
Timur. Pesona itu kemudian didesain lalu Awalnya, bahan dipesan dari suplier
dicetak dalam Kaos Oblong
Karanganyar (KoK). Konsep kaos
bergambar ikon Kabupaten Karanganyar
sudah lebih dulu lahir sebelum merek
KOK. Baru kemudian para kreatornya
mengenalkan, memasarkan serta
membangun jejaring penjualannya.
Selain menonjolkan ikon Bumi Intanpari
di penampakan kausnya, KOK juga
mencetak kaus dengan desain tulisan.
berupa lembaran kaus. Lalu dijahit,
bordir dan disablon sesuai selera.
Manajemen beruntung mendapat
perhatian dari legislator Kabupaten
Karanganyar yang menyumbang mesin
sablon.
"KOK adalah buah dari pemikiran
yang sudah lama kami diskusikan. Ingin
ada oleh-oleh khas Karanganyar yang
bisa dibeli dengan mudah dan harga
terjangkau. Ada yang mengklaim suvenir
khas Karanganyar itu kuliner. Ada yang
bilang timus isi. Tapi di Karanganyar
enggak ada yang jual. Kalaupun ada
Erwin dibantu Handoko mengelola
manajemen ini. Handoko lebih berperan
diproduksi, sedangkan Erwin di
pemasarannya.
"Satu alur produksi bisa dikerjakan
5-10 orang. Di bagian jahit dan bordir
serta sablon," kata Handoko.
la menambahkan, desain kaus
mengutamakan tema Karanganyar agar
KOK bisa tampil di tempat kelahirannya
sendiri. "Ini bisa menjadi suvenir bagi
wisatawan yang datang di Karanganyar,"
Apabila uang yang keluar
lebih banyak dari pada yang
masuk ke BI artinya positif, karena
kebutuhan uang di masyarakat
lebih besar. Hal ini di satu sisi
menunjukkan transaksi yang
menggunakan uang kartal masih
tinggi di DIY. Paling tidak dengan
banyaknya uang yang beredar ini
menjadi tanda perekonomian
sudah menunjukkan tanda indikasi
yang baik. Trend penggunaan
KR-Sutopo Sgh
Winarto Hadi dan keluarga sedang mengolah sambel pecel.
katanya.
Erwin Setumbu memiliki jaringan
di 177 desa/kelurahan dan BUMDes
yang siap mempromosikan kausnya. la
menyebut harga jual kausnya normatif
alias bersaing dengan produk sejenis.
Sedangkan ke depan, penjajakannya ke
OPD dan pasar di luar kota.
Ketua Gardal Ananda Novel
mengaku, KOK merupakan divisi yang
digawangi sejumlah pemuda yang
pernah mengikuti pelatihan sablon dan
menjahit yang diadakan Gardal.
"Segala hal yang berkaitan
dengan Karanganyar, diangkat sebagai
tema utama desain kaos. Semangatnya
memang untuk mem-
Karanganyar lewat media kaus. Selama
ini kan belum ada yang mengangkat
dengan desain yang lebih menarik,'
tuturnya.
GERAKAN ASPIRASI MUDA LAWU
Kembangkan Suvenir di Karanganyar
belum banyak yang tahu. Maka kami
ingin mengenalkan suvenir khas
Karanganyar, yakni KOK yang bisa
didapat langsung di outlet Bejen,
Karanganyar maupun order secara
daring," kata Manajer KOK Erwin
Setumbu kepada KR , Rabu
(19/5).
Hasil penjualan kaus KOK
sengaja diputar lagi untuk
pengembangan bisnis. Gardal yang
bergerak di bidang sosial kemanfaatan
tidak akan mengintervensinya.
"Operasional Gardal dari iuran
anggota. Berbeda dengan manajemen
KOK. Namun kami ikut memiliki, dalam
arti mempromosikan ke semua jaringan
anggota di 177 desa/kelurahan di
Karanganyar," katanya. (Abdul Alim)
KR-Fira Nurfiani
uang tunai dibandingkan uang
nontunai masih tinggi di DIY
sejauh ini. Memang penggunaan
uang nontunai juga terus
meningkat dilihat dari
pertumbuhannya, tapi jika dilihat
dari pangsa pasarnya di DIY
masih didominasi uang tunai.
"Saya merasa geliat
perekonomian di DIY justru lebih
terasa tahun ini dibandingkan
tahun lalu, karena aktivitas
ekonomi masyarakat mulai
tampak. Masyarakat sudah mulai
beradaptasi atau mempunyai
kebiasaan baru yang lebih baik di
masa pandemi. Kesadaran
masyarakat di DIY dalam menjaga
protokol kesehatan sudah relatif
baik," ungkap Miyono.
PECEL merupakan makanan khas
menyehatkan yang bahannya terdiri aneka
sayuran seperti kacang panjang, kubis,
bayam, kecambah dan kembang turi.
Makanan ini dijual di berbagai tempat.
Pertimbangan itulah yang membuat
Winarto Hadi (54), warga Tegal Janti RT
07/RW 03, Caturtunggl, Depok, Sleman
membidik usaha sambel pecel yang diberi
nama Handayani. Pelaku Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) ini sebelumnya
membuka usaha kios pakan unggas.
"Sejak pandemi Covid-19 usaha kios
pakan unggas menurun drastis, kini saya
lebih fokus usaha sambel pecel dan ternyata
selama pandemi usaha ini meningkat hingga
sekarang," kata Winarto Hadi di rumahnya.
Didampingi Krisamyono Mukti, Ketua
Bidang Komunikasi dan Informasi Himpunan
Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI)
Sleman, Winarto Hadi menuturkan, mulai
merintis usaha sambel pecel 2019 dengan
modal awal Rp 20 juta bersamaan dengan
membuka warung makan pecel sayur.
Kepala Dinas Pariwisata
(Dispar) DIY Singgih Raharjo
menyatakan, selama momentum
libur Lebaran 2021 ini, jika dilihat
pergerakan wisatawan domestik
maupun pelaksanaan protokol
CETHO
"KEDAULATAN RAKYAT"
HALAMAN 16
kesehatan pencegahan Covid-19
cukup bagus di DIY. Namun
pergerakan wisatawan ini masih
didominasi wisatawan lokal
setidaknya 93 persen, sedangkan
wisatawan domestik dari luar DIY
hanya 7 persen, sehingga potensi
wisatawan lokal di DIY ini masih
harus ditingkatkan, terlebih dari
sisi daya beli atau konsumsinya
yang dipandang masih lemah.
"Jika BI DIY menyampaikan
peredaran uang kartal di DIY
selama Ramadan hingga Idul Fitri
2021 mencapai Rp 7,2 triliun,
maka menjadi awal yang bagus
bagi pemulihan perekonomian
DIY, termasuk industri pariwisata.
Tinggal perlu ada peningkatan
kualitas maupun kuantitas produk
wisata serta peningkatan ekonomi
kreatif sehingga merangsang
orang atau konsumen untuk
membeli," tandasnya.
The
ORIGINAL
Khusus untuk penjualan sambel pecel
Winarto Hadi melakukan dengan cara online
maupun offline yang dititipkan di warung
sembako dan tempat penjualan yang
strategis.
Singgih menegaskan, upaya
peningkatan kualitas produk
wisata maupun ekonomi kreatif
menjadi salah satu pekerjaan
rumah yang harus segera diatasi
di tengah pandemi. Produk wisata
maupun ekonomi kreatif di DIY
harus didorong peningkatan
kualitasnya agar memiliki nilai jual
yang lebih. Termasuk upaya
perlunya sinkronisasi data retribusi
destinasi wisata di lapangan
dengan data yang ditampilkan
dalam aplikasi Visiting
Jogja. Pihaknya paham dengan
kondisi pandemi yang dibarengi
dengan kebijakan larangan mudik
yang digulirkan pemerintah
selama libur Lebaran.
Sedangkan untuk menjaga kualitas,
sambel pecel produknya selalu dibuat fresh
dengan bahan pilihan, dan diolah secara
higienis serta komposisi yang pas. Sambel
pecel Handayani dikemas secara ekonomis
dan premium. Untuk kemasan ekonomis
disetor ke warung sembako, sedangkan
yang premium dijual secara online.
"Jika melihat mobilitas, maka
potensi terutama wisatawan lokal
masih harus terus ditingkatkan lagi
sehingga masyarakat bisa ikut
membeli. Sedangkan dari daya
beli masyarakatnya masih rendah.
Kami paham dengan kondisi
pandemi, jadi kami berharap akan
lebih baik lagi," pungkas
Singgih.(Fira Nurfiani)
Erwin Setumbu menunjukkan produk Kaos Oblong Karanganyar.
Terobosan UMKM, Produksi Sambel Pecel
Alasan membuka warung pecel sayur dan
pembuatan sambel pecel, karena makanan
khas ini tidak akan hilang sampai kapanpun.
Terbukti, usahanya kini semakin
berkembang, permintaan juga meningkat.
"Alhamdulilah, kini produk sambel pecel
saya terus meningkat omzetnya," ujarnya.
Sasaran konsumen, di samping
masyarakat sekitar juga dari luar kota
seperti Jakarta, Semarang, Surabaya.
Selama ini usahanya banyak dibantu
KR-Abdul Alim
keluarga dengan produksi rata-rata 10-20
kilogram sehari atau omzet kurang lebih Rp
1 juta perhari.
Winarto Hadi menambahkan, usaha
sambel pecel tidak ada kendala, baik bahan
baku maupun pemasarannya.
Pihaknya optimis, prospek usahanya
tetap bagus karena penggemar pecel sayur
tidak akan ada habisnya.
Sambel pecel Handayani rasa
kacangnya lebih terasa, dibikin adonan
bumbu lebih mudah, juga aroma rempah-
rempahnya menonjol. Bahan baku terdiri
dari kacang tanah, gula merah, bawang,
lombok, daun jeruk, asem, kencur dan
garam.
Pembuatan sambel pecel dilakukan
bersama keluarga, mulai sore hingga
malam. Kemudian ditiriskan, pagi hari
ditimbang dan packing siap didistribusikan.
Untuk lebih mengenalkan produknya,
Winarto Hadi juga ikut mengisi pameran
yang digelar HIPPI Sleman belum lama ini di
Sleman City Hall. (Sutopo Sgh)
Grafis: Arko
Grafis: Arko
