Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1998-01-18
Halaman: 08

Konten


1 ANALISA - MINGGU, 18 JANUARI 1998 Doctor Beca Bermesin Ciri Khas Pematang Siantar ciri khas itu juga terdapat di kota Rantauprapat, ibukota Kabupa ten Labuhan Batu. Hanya, mesin penggeraknya terbuat dari sepeda motor Yamaha dan satu-satu Honda. Ciri khas jet atau kapal, tidak dimiliki kota Rantauprapat. Beca bermesin yang lebih handal lagi ada di kota Padang Sidem- puan, ibukota Tapanuli Selatan. Mesin penarik beca di daerah yang lokasinya turun naik, ber bukit-bukit itu, adalah skuter Vespa. Lebih anggun, kuat dan menarik. Tapi, warga elite di kalangan masyarakat kota salak itu, sudah enggan pula memakai sepeda motor Vespa, karena malu dibikin abang beca. Malah takut diejek cewek, "Allahhhhh, skuter kamu punya, hanya penarik beca nya itu!" walau harganya mahal, tapi karena sempat dijadikan penarik beca, nilainya tak mahal lagi. KALAU adik-adik ke Pema tang Siantar yakni kotamadya sekaligus pula menjadi ibukota Kabupaten Simalungun, pasti ketemu beca bermesin dengan ciri khas tersendiri. Beda dengan beca bermesin yang terdapat di kota Parijs Van Sumatera yaitu Medan ibukota propinsi Sumatera Utara. Beca bermesin Pematang Siantar bentuknya mirip jet atau kapal. Sebahagian besar peng- geraknya dari sepeda motor yang tempo doeloe disebut motorfit, yaitu sepeda motor besar. Misal nya merek BSA. Kota Pematang Siantar yang sudah empat kali menyabet Piala Wahana Tata Nugraha, penghargaan tertinggi untuk tertib lalulintas, bukan sa- ja mempunyai beca bermesin yang berciri khas tersendiri, tapi juga punya angkutan tradisional lainnya yaitu bendi atau sado. Sebuah kereta yang ditarik oleh seekor kuda. Kedua angkutan yang paling digemari turis ini masih tetap dipertahankan di belahan Kota madya Pematang Siantar, yang hanya beberapa kilometer lagi jaraknya dengan objek Parapat dengan Danau Tobanya. Di luar negeri dikenal dengan Toba lake. Beca yang ber- DALAM bulan Ramadhan se- perti sekarang ini, anak-anak Desa Sukamaju heboh membuat me- riam bambu. Selain membuatnya cukup sederhana, anak-anak itu- pun tak kesulitan untuk menda- patkan bambu yang besar dan kuat. Sebab di desa itu, terutama di daerah aliran sungai banyak di- temukan pohon bambu. Jadi, me- reka tinggal ambil saja alias tidak dibeli. Harri dan kawan-kawannya tak mau ketinggalan untuk mem- buat meriam bambu. Sehari men- jelang tibanya Ramadhan, tiga sa- habat itu: Harri, Udin dan Agung menebang sebatang pohon bambu yang cukup besar. Setelah mem bersihkan daun dan ranting bam- bu, pohon bambu itu mereka bagi menjadi tiga bagian. Masing- masing mereka mendapat bagian sepanjang dua meter. Setelah mencuci bambu untuk menghilangkan miangnya (duri- duri kecil yang gatal), ketiganya langsung membawanya ke kebun Harri untuk membuat meriam bambu. Seharian mereka mem- buat meriam itu dengan saling bantu-membantu. MENARIK Kalau anda pergi ke tiga kota yang disebutkan diatas, pasti an- da akan menemukan hal-hal yang amat menarik itu, mungkin diles tarikan entah sampai kapan. Soal bendi bukan cuma di Pematang Siantar saja dijumpai, tapi di kota turis Berastagi Kabupaten Karo Korban Meriam Bambu Oleh Pahrus Zaman Nasution mengapa, ini masih permulaan, pikir Harri. Lalu dicobanya kedua kali, suaranya agak lebih kuat. "Sekarang kau, Din", kata Agung. "Bagaimana, Din, nanti ma- lam kita mainkan meriam bambu ini?" tanya Harri yang tampak sudah tak sabar untuk segera membunyikan meriam bambu ter sebut. "Kalau begitu aku setuju", ce- pat Agung membalas. "Oke jugalah", ujar Udin pu- la sembari menengadahkan tela- pak tangan kanannya, dengan maksud supaya kedua rekannya memberikan pukulan kecil seba- gai tanda mereka selalu kompak dan sepakat dalam berbuat. Sekembali dari melaksanakan sholat Tarawih di masjid, tanpa menukar baju yang mereka kena- kan, ketiganya langsung ke kebun Harri untuk memainkan meriam bambu mereka. Tak lupa mereka bawa minyak lampu, dan masing- masing sebuah lampu kecil. Duuuummmmm.... keras seka li bunyi pertama meriam bambu kepunyaan Agung. Agung sampai terkejut, khawatir kalau-kalau me- riam bambu itu pecah. Tapi syu kurlah, meriam Agung baik-baik saja. "Coba kau bunyikan punya kau, Har", suruh Udin. suaranya "Baik !". Dummmmmm kuat hampir sama dengan kepu- nyaan Agung. Harri sedikit ber- kecil hati, karena suara meriam- nya tak sebaik kepunyaan kedua temannya. Segera Harri menyulutkan api ke meriamnya lewat luabang kecil yang ada di belakang meriam. Duup... kecil saja bunyinya. Tak Malam itu, sampai pukul se- puluh lewat, barulah mereka ber- henti memainkan meriam bambu. "Menurut kau bagaimana, Gung?, "tanya Udin pula. "Ya .... terserah saja!". Sambil berjalan pulang, keti- ganya terus berpikir tentang ka- pan mereka memulai memainkan meriam bambu itu. Anak-anak yang ada di dekat Udin tak sempat menyelamatkan diri. Empat di antara mereka, ter- masuk Udin terkena pecahan bam bu. Wajah Udin dan tiga orang anak lain penuh darah. Bahkan seorang anak bajunya terbakar, "Sebaiknya nanti malam saja, sehingga badannya ikut terbakar. sebab aku sudah tidak sabar un- tuk membunyikannya", kata Harri. ***** Malam ketiga mereka bermain meriam sudah banyak anak-anak lain yang datang melihat. Hal itu membuat Harri, Agung dan Udin semakin semangat menunjukkan keberanian dan kehebatan meriam nya. Saling bergantian meriam mereka mengeluarkan suara yang keras mirip seperti suatu pepe rangan. Disaat asyiknya mereka me- mainkan meriam itu, seorang anak kecil tanpa sengaja tersepak- nya meriam bambu punya Udin dan pada saat bersama Udin te- ngah menyulutkan api ke meriam- nya. Ketika itu, minyak tanah yang ada dalam meriam tumpah mengenai bambu. Sebentar kemu- dian, meriam bambu itu meledak alias pecah. Isak tangis terdengar mengge- ma, sehingga orang berkeluaran dari rumahnya. Mengetahui ada meriam bambu yang pecah, pen- duduk segera curiga ada anak yang terkena pecahan bambu. Un- tuk itu, mereka segera memang- gil manteri yang tak jauh rumah- nya dari rumah Harri. Sementara orang tua keempat anak yang terkena pecahan bam- bu menangis melihat kondisi anak nya yang penuh dengan luka dan darah. pun akan anda jumpai. Malah di Gundaling, objek turis di kota Berastagi, ada lagi kuda, spesial disewakan untuk mereka-mereka yang melancong ke Gundaling. "Ini harus kita bawa ke rumah sakit saja", kata pak manteri. "Naikkanlah ke mobil saya", kata manteri itu lagi. Bagi yang hobi menunggang kuda boleh naik kuda. Kalau anak- anak yang kepingin menunggang kuda juga boleh, akan dipandu oleh si pemilik kuda. Tapi, dengan kuda tunggangan ini pula Gun- daling kini tercemar. Kotoran- kotoran kuda tunggang itu berse rakan di mana-mana, hingga me nimbulkan suasana jorok. Sebe Dengan demikian, saat buang kotoran, tidak jatuh kejalanan, menimbulkan polusi dan perusak lingkungan. Kenapa sekarang, alat penampung itu dibuka? Menurut sipemilik kuda kepada Analisa, sekarang sudah dikutip uang kebersihan, buat apa lagi kami tampung menampung kotoran, su dah dibayar saja "kok!. Tapi, kalau lokasi wisata itu jorok siapa yang rugi. Kalau orang ogah datang, siapa lagi yang menyewa kuda tunggangan itu? Harus ber- pikir jernih kan.?. (Datoek A.Azmansjah) nya, mereka harus opname sela- ma beberapa hari. Udin dan anak yang sempat pingsan harus pula dijarum gan- tung, karena mereka kehabisan te- naga, sehingga menyebabkan me- reka lemas. Untuk memulihkan te naga mereka, harus dilakukan ja- rum gantung. "Aku percaya padamu, Bud. Mari kita sama-sama ke simpang tiga menemui Bang Buyung!" Lalu kedua anak itu bergegas cepat ke simpang tiga. Sampai di simpang, mereka langsung men- cari Bang Buyung. "Kalian jangan sampai men- jerumuskan saya ke penjara. Ingat itu. Kita harus sama-sama, kalau kalian mau dapat duit banyak. Oke?" nasehat Bang Buyung buat Budi dan Amir yang telah mendapatkan barangnya. Budi mendapat sebungkus besar. Sedang Amir membawa pulang tiga bungkus besar. Bungkusan itu terbuat dari karton bekas bungkus mie instan. Setelah mendapat beberapa petunjuk yang praktis dari Bang Buyung, mereka berdua lumnya dibelahan ekor kuda dipa lalu pulang ke rumah masing- sang goni penampung kotoran. masing. Sejak malam itu Budi dan Amir resmi menjadi agen Bang Buyung untuk menjual petasan secara diam-diam atau secara gelap. Sehingga kedua anak itu yang masih duduk di bangku SD kelas 6, kini mempunyai tugas baru dengan mengharapkan keun- tungan yang sangat lumayan buat jajan. "Mak, maafkan Udin", kata Udin setelah dia siuman. "Sudah, Udin, jangan banyak bergerak dulu", kata emaknya yang dengan setia menunggui anaknya. "Udin sedih, mak. Akibat me- riam bambu itu, Udin tak dapat berpuasa dan tak bisa sholat Ta- rawih. Barangkali pada Hari Raya nanti, Udin tak dapat bergembi- ra bersama teman-teman". "Udin, kamu akan segera sem- buh", bujuk emaknya. "Tapi, Mak!" "Sudah, jangan banyak berge- rak dulu. Yang telah berlalu biar- lah berlalu. Masa yang akan da- tang jangan diperbuat lagi" Udin mengangguk dengan ha- runya seraya menyeka air matanya yang menetes. IVANY membanting pintu dengan keras. Mamanya hanya mengelus dada melihat kelakuan putri bungsunya itu. Sambil melangkah dengan kasar Ivany menendang nendang kerikil yang dilewatinya. Begitu memang kebiasaan Ivany bila permintaan nya tidak dipenuhi. Dia akan marah-marah seperti siang ini. Hari ini Ivany minta uang un- tuk mentraktir teman-temannya. Sudah menjadi perjanjian kelom- poknya untuk makan-makan se cara bergantian. Dan hari ini adalah giliran Ivany. Ivany merasa yakin Mamanya pasti mau memberi uang yang dimintanya, tapi ternyata bukan uang yang diterimanya, malah nasehat panjang lebar yang diberikan Mamanya. Kesal Ivany berjalan tanpa tu- juan. Rambutnya yang panjang tergerai-gerai ditiup angin. Wa- jahnya kusut sekali. Sengatan panas matahari tidak dihiraukan- nya lagi. Kesalnya bertambah sewaktu segerombolan cowok di Dalam perjalanan ke rumah depan sebuah warung menggang- sakit, mungkin karena terlalu ba- gunya dengan suitan nakal. nyak mengeluarkan darah dan ra- TAMAN RIANG Jauh sudah langkah Ivany. sa sakit yang amat sangat, Udin Padahal biasanya ia paling malas dan seorang anak lain, pingsan. jalan kaki. Tanpa disadarinya. Ia Melihat keadaan itu, orang tua sudah menyusuri rel kereta api. mereka semakin panik. Pikiran kacau membuat Ivany tidak tahu kemana arah tujuan. Keinginannya cuma satu, pergi dari rumah, menghilangkan kekesalan hatinya. Dokter di rumah sakit segera membersihkan luka-luka di tubuh keempat orang anak tersebut. Me- reka pun mendapatkan suntikan anti tetanus. Disamping itu, ke- Gara-gara Petasan Oleh S.Ratman Suras la meringis ketika melihat empat anak korban meriam bam-sekumpulan anak anak kecil bu harus mendapatkan perawatan bertelanjang dada. Tanpa alas yang serius dari dokter. Karena- kaki mereka asyik berlari lari PULANG Solat Tarawih, Budi langsung menjumpai Amir kawan sekelasnya. Mereka berdua telah sepakat menjumpai Bang Buyung yang sering nongkrong di simpang tiga. "Bagaimana, Mir tentang ren- cana kita tadi pagi?" tanya Budi setelah menjumpai sahabat dekat nya itu. "Beres Bud, yang penting kita kan sudah saling percaya. Ingat bisnis ini dalam waktu sebulan ke depan sangat cerah.! Tapi kita harus saling pegang rahasia!" jawab Amir mantap. "Jangan kau sangsikan kesetia kawananku terhadapmu, Mir.! Ka lau hanya soal pegang rahasia, akulah biangnya. Jangan takut bocor.!" Sampai di rumah, hari sudah agak malam. Jam dinding berden- tang sepuluh kali. Budi dengan hati-hati menyembunyikan bung kusan isi seratus petasan dari ber- bagai jenis ini secara hati-hati. Ia takut kedua orangtuanya mengeta hui. Beruntung mereka sedang cengkerama di ruang tamu. Ini mempermudahkan Budi lewat dapur. Dengan hati-hati Budi menyimpan barang berbahaya itu di bawah tempat tidurnya. "Mau main apalagi Bud? Hari sudah malam, kok kamu nggak belajar. Apa masih libur.?" "Betul, Bu. Budi memang masih libur dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan ini?" "Apa itu yang kau bungkus rapi.?" "A... aanu, Bu. Mobil-mobil an. Budi mau main ke rumah Ir- wan," jawab Budi berbohong. "Kamu ada-ada saja, sudah malam kok main mobil-mobilan seperti balita saja. Tapi, kamu main apa saja Ibu nggak akan melarang. Yang penting kamu jangan seperti anak-anak ujung, menghambur-hamburkan uang dengan membeli petasan. Seka rang sedang Ramadhan. Bulan yang sangat suci. Hormatilah orang yang sedang berpuasa. Menyalakan dan menyembunyi kan petasan di bulan yang suci ini, itu sama saja dengan setan yang tugasnya mengganggu saja.!" Ivany dan Petrovsky Bang Buyung yang telah disepa kati bersama. Maka Budi harus berbohong kepada Ibunya. Ma lam itu juga Budi berhasil men- jual petasan itu sebanyak sepuluh buah. Ia meringis ketika melihat sekumpulan anak anak kecil ber telanjang dada. Tanpa alas kaki mereka asyik berlari-lari mengin- jak rel yang panas oleh sengatan matahari. Ia membayangkan se andainya ia menjadi seperti itu. Tanpa sadar Ivany bergidik. Selanjutnya, secara sembunyi- sembunyi Budi memberitahukan kepada semua kawan-kawannya di lorong itu, bahwa dirinya sekarang menjadi agen resmi Bang Buyung yang siap menerima pesanan petasan dari berbagai jenis. Ada jenis cabe rawit, jenis jet, dan jenis biasa. Besar dan kecilnya tergantung harganya. Misalnya untuk jenis cabe rawit hanya seratus rupiah. Jenis ini kecil tapi daya ledaknya sangat keras. Sedangkan untuk jenis jet harganya cukup mahal, yaitu lima ratus rupiah. Karena jenis ini sangat istimewa. Disamping daya ledaknya memang keras, jenis jet ini akan meluncur dulu sebelum meledak. Walaupun cukup mahal, ternyata jenis jet ini cukup laku keras. Anak-anak sangat suka sekali, menikmati bunga api yang meluncur di kegelapan malam. Dalam waktu yang singkat, kabar Budi menjual petasan pun menyebar ke telinga kawan- kawannya di sekitar tempat ting- gal mereka. Budi pun sudah semakin nekat. Seratus petasan sudah terjual habis dalam waktu tiga hari. Sehingga di lingkungan Budi tinggal, menjelang Solat Tarawih dan Subuh, kini ada saja yang menyalakan petasan. Dor! Sreng.... duer! Suara itu memekakan telinga. Mengganggu orang beribadah. Orang-orang tua menjadi resah. Padahal petasan sudah dilarang beredar sama pihak berwajib. Mereka heran, lingkungannya tidak bebas dari suara petasan. Ada lagi pemandangan yang lebih menarik perhatian Ivany. Seorang anak kecil sedang me ngais-ngais sampah. Tanpa sadar Ivany mendekatinya. Dengan rasa ingin tahu yang amat sangat Ivany bertanya kepada anak kecil itu. "Ngapain ngaduk-ngaduk sampah?". Ivany merasa suaranya sudah pelan, tetapi anak itu seperti terkejut. DOR! "Tolong long...!" Budi melolong-lolong kesakitan. Tangan kanannya seperti terbakar habis. Ketika ia sedang menghabiskan sisa petasan nya. Dikiranya api yang ada pada sumbu petasan itu padam. Na mun ketika Budi hendak menyala kan kembali, ternyata petasan itu meledak. Malapetaka itu pun ter- jadi. Orang-orang berhamburan ke luar rumah. Sorot matanya berkilat tajam. Agak ngeri juga Ivany melihat- nya. Mata itu tampak sadis." Saya cuma mau tahu saja. Boleh, kan?" takut-takut Ivany men- jawab. Ia mencoba tersenyum seramah mungkin. ... Sedangkan Budi masih me ringis menahan sakit. "Aduh! Aduh....! Tolong panas!" teriaknya lagi. Ibu Budi segera membawa ke klinik terde kat. Beruntung tangan Budi tak sampai putus. Karena yang ia sulut hanya petasan jenis cabe rawit yang kecil. Kalau jenis petasan yang besar, barangkali jari-jari Budi akan rontok semua dari tangannya. Budi sangat menyesal atas musibah itu. Na "B.... babaik Bu!" jawab Budi mun sesal kemudian tiada bergu gagap. Ia menjadi serba salah. na. Berkat laporan warga, hari itu Semua yang diperbuatnya seakan- juga, Si Buyung ditangkap pihak akan sudah diketahui Ibunya sen- berwajib, dengan tuduhan pem- diri. Namun karena rasa takut buatan dan penyaluran petasan kawan akrabnya yaitu Amir secara gelap. Sedang Budi dan marah, dan janji-janji kepada Amir diperiksa sebagai saksi. to "Dasar anak bandel, kalau dinasehati orangtua tak pernah diperhatikan. Inilah akibatnya!" omel Ibu Budi. Setelah semuanya beres, Budi dipaksa menceritakan semua ke giatannya selama ini. Dengan ter- paksa Budi menceritakan se- muanya. Orang-orang yang men dengarkan menjadi geram. "Dasar Buyung! Anak kecil bisalah menjadi korban.!" "Laporkan saja, biar ia ditangkap pihak berwajib.!" "Ya, laporkan saja!" protes mereka serentak. menginjak rel yang panas oleh ngapain ngaduk-ngaduk sam- sengatan matahari. Ia mem- pah?" Ivany mengajukan per- bayangkan seandainya ia menjadi tanyaan yang sama untuk kedua seperti itu. Tanpa sadar Ivany kalinya. bergidik. Tiba-tiba mata anak itu men- jadi murung. Ada cairan bening menetes di sudut matanya. Ivany heran melihat perubahan itu. "Kok, nangis ?" "Saya lapar. Mbak. Ibu lagi sakit, nggak ada yang jualan kue. Saya nyari di sini, siapa tahu ada nasi bungkus sisa yang dibuang." Terharu Ivany mendengar ce rita Petrovsky. Ia seketika ingat kepada dirinya sendiri. Begitu enaknya menghambur hambur kan makanan. Semua kata-kata Mamanya mengiang kembali di telinganya. Sekarang baru dirasakannya kebenaran ucapan Mamanya itu. Selama ini ia terlalu asyik dengan dunianya. Baru sekarang ia tahu ternyata banyak orang yang hidupnya "Untuk apa kamu nanya-na begitu sulit. Ia jadi malu pada nya?" anak kecil itu balas dirinya sendiri, yang sudah begitu bertanya. marah hanya karena tidak diberi uang oleh Mamanya. Dan tujuan- nya hanya untuk bersenang-se nang. Saat itu juga Ivany sadar, alangkah berdosanya ia pada Mamanya. Dan betapa memalu kannya tingkah lakunya selama Anak itu tak menjawab. Dari ini, mentraktir teman temannya sudut matanya, ia meneliti: yang sama sekali tidak keku Ivany. Diperhatikannya Ivany rangan makanan seperti dirinya dari atas sampai ke bawah. sendiri. Seharusnya orang seper- "Mbak, siapa?" suaranya mulai ti Petrovsky yang harus ditraktir lunak. "Siapa dulu nama kamu?" "Petrovsky," singkat. "Nama Mbak, Ivany. Kamu makan. Seketika ia ingin berla ri, meminta maaf pada mamanya jawabnya dan meminta uang, tetapi kali ini untuk mentraktir Petrovsky. (Kiriman Vinieke S). S: NIMCE SAMBIL MENUNGGU WAKTU BERBUKA PUASA KITA KE- MALL YOKMOI?! LAGI PULA KENAPA HARUS KE MALL,..MAU BELI APA DISANA?! JHONTER SEDANG ASYIK BENG- ONG TIBA-TIBA PINTU KAMAR HONTER DI KETOK. 20 Jayaan 11- Lolok TOK TOK - TOK DASAR ANAK MA- LAS, MAUNYA TIDUR MELULU. JADILAH SEPERTI SEBATANG LILIN, LOK! MERELAKAN DIRINYA HANCUR DEMI MENERANGI ORANG LAIN... D.E.N.T.O.E.T bloi synnel uise Bbc DEW BIEX 'es Cord .. TAPI AKU SUDAH PUNYA PEPATAH SENDIRI, WAN! HEI KAMU BANG- KIT DULU, ITU DILU- AR ADA SINITA,.. KATANYA DIA MAU.. ENTAH APA ITU KELUAR LAH DULU, TEMUI DIA. NGAPAI HARUS KE MALL, DIRUMAH JUGA ENAK?. NGAPAIN SA- JA KAU DI- KAMAR INI? MILIONG }) BELI MINYAK BENSIN... HA HA HAHA. HALAMAN 8 PLEBS Oleh: Fan NGGAK NGA PA- NGAPAI MAK?! PENGEN TIDUR- AN SAJA. Foal 1% MENDENGAR I TU SIT JHONTER BANGKIT SEPERTI DISTRUM.. APAA MAAK BILANG!!.. JANGAN JADI SEPERTI SEBATANG LILIN. ORANG LAIN KAMU TERANGI, KAMU SENDIRI MELEBUR DIRI. ITU NAMANYA BUNUH DIRI! Oleh: Erlangga 125 Oleh: Fan