Tipe: Koran
Tanggal: 2021-01-09
Halaman: 13
Konten
SABTU KLIWON, 9 JANUARI 2021 (25 JUMADILAWAL 1954) Sepintas jika berada di Desa Pakis Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal, yang berada di tepi jalan Kendal ke Sumowono, terlihat biasa saja. Namun jika kita MONUMEN SELAMAT DATANG JADI AJANG SWAFOTO Susuri Hutan Menuju Curug Citro Arum ERKUNJUNG ke Kendal, B jangan lupa mengunjungi tempat wisata yang tidak biasa. Seperti air terjun yang tersembunyi yang dikenal dengan curug Citro Arum di Desa Pakis. berhenti di monumen selamat datang Desa Pakis, mulai merasakan keindahan alam. Bagaimana tidak, sebuah monumen yang awalnya hanya sebagai tetenger bahwa kita berada di Desa Pakis, ternyata dengan tata letak berlatar belakang gunung Ungaran, justru menjadi ajang swafoto bagi setiap orang yang melintas. KR-Unggul Priambodo Pengujung saat menikmati pemandangan air terjun dengan mendirikan tenda Berbagai kalangan pernah melintas di kawasan ini, mulai pejabat seperti Gubernur Ganjar Pranowo dan juga artis Nikita Mirzani, pernah berswafoto di tempat tersebut. Arif Wicaksono Sekretaris Desa Pakis Kecamatan Limbangan mengaku, awal pembuatan monumen selamat datang di desanya tidak mempunyai niat untuk ajang swafoto, hanya sebagai tanda sedang berada di Desa Pakis. WISATA "Awalnya hanya sebuah monumen, dan tata letaknya juga tidak memikirkan akan jadi spot foto, yang justru digemari bagi siapa saja yang melintas,"ujar Arif. Dengan ramainya pengunjung di monumen selamat datang tersebut, membuat para hak desa berencana mengembangkan kawasan tersebut menjadi pusat kuliner, dan sejumlah UMKM Desa Pakis akan dilibatkan. Pemerintah Desa menyediakan bangunan berupa gazebo di atas persawahan seluas 2500 meter persegi untuk dibangun Gazebo. Pelaksanaan tahun 2021 akan mulai di realisasikan agar bisa menambah PAD Desa. Masih Asri Keindahan wisata desa semakin nyata terlihat, jika kita berjalan naik menuju Dusun Kedokan Desa Pakis, di sana terdapat air terjun yang masih asri dan harus susur hutan jika mau menuju lokasi. Ada tiga air terjun alami seperti Curug Citro Arum, Curug Tundo Tigo dan Curug Cemoro Kembar. Sama sekali belum tersentuh pihak-pihak terkait. Karena posisinya yang paling dekat dengan perkampungan adalah Curug Citro Arum, yang berjarak 2 kilometer, dan harus berjalan kaki menelusuri hutan dari titik terakhir atau jalan desa. Pada titik akhir jalan desa, oleh pihak Desa Pakis dibikin tempat parkir sepeda motor karena meski bisa dilalui mobil namun tidak direkomendasikan karena membahayakan. Dari tempat parkir yang dijaga oleh karang taruna Desa Pakis dipungut sekali Parkir Rp 5.000. Dibiarkan Alami Kepala Desa Pakis Wibisono mengatakan wisata alam air terjun di desanya sudah lama dibuka, hanya saja memang dibiarkan alami. Pengunjung sebelum Pandemi Covid 19 cukup banyak dan kebanyakan dari kalangan pecinta alam. "Beberapa kelompok pecinta alam sering mengunjungi dan mendirikan tenda di sekitar air terjun, cukup banyak saat sebelum Pandemi, meski ada pengunjung saat ini terlihat hanya satu dua kelompok atau perorangan yang berkunjung,"ujar Wibisono. Welcome To SA PAKIS KR-Sutopo Sgh Sarjani sedang melayani pembeli Geblek di Pasar Jomblang. Jalan setapak menuju lokasi air terjun, memang tidak tampak jelas, namun kita pasti akan sampai ke tujuan dengan petunjuk berjalan di sekitaran air sungai kecil yang mengalir dari sumbernya, yaitu air terjun Citro Arum. Sesekali menyeberang aliran sungai kecil tersebut, dan menginjak beberapa bebatuan yang ada untuk bisa menjadi tanda jalan. Setengah jam berjalan dari tempat parkir, akan KR-Unggul Priambodo Monumen selamat datang Desa Pakis selalu ramai untuk ber swafoto. RAGAM 'Geblek' Jajanan Khas Disuka Sepanjang Masa Sumberrahayu, Moyudan, WIB dagangannya telah Sleman di sela melayani habis. Selain jajanan Ge- pembeli. blek yang telah digoreng, Sarjani juga menyediakan bungkusan Geblek mentah yang bisa digoreng di ru- mah atau untuk oleh-oleh. BAGI warga asli Kulon- progo nama Geblek sudah tidak asing lagi, karena makanan ini merupakan ja- janan khas daerah lereng Menoreh tersebut. Jajanan yang terbuat dari pathi tela atau pohung ini enak seba- gai camilan sambil minum teh atau kopi, baik pagi atau sore hari. Akan lebih nikmat lagi bila dimakan bersama tempe benguk, baik berupa baceman atau sengek. Tidak mengherankan la- paknya di pasar selalu ra- mai dikerubuti pembeli, ka- rena menyediakan jajanan khas Geblek yang bisa di- makan selagi masih ha- ngat. Sarjani setiap harinya menyediakan 30 kilogram pathi tela serta pohung, se- bagai bahan pembuat Geblek. Pada hari-hari libur atau Lebaran, hari libur na- sional biasanya nambah menjadi 50 kilogram. Harga kulakan pathi tela Rp 10.000/kilogram, sedang- kan pohung Rp 4000, lang- sung dari Kulonprogo atau kalau ada tetangga yang panen pohung disetor kepadanya. Dalam perkembangan- nya, kini Geblek tidak hanya ditemukan di wilayah Kulonprogo, namun di luar pun kini bermunculan pen- jual jajanan rakyat tersebut di beberapa tempat. Salah satunya Sarjani (65) warga Gamplong 3, Sumberraha- yu, Moyudan, Sleman, is- terinya Surami yang kebe- tulan asli Kokap, Kulonpro- go kini membuka warung atau lapak di rumah dan di pasar Jomblang setiap pa- saran Pon dan Kliwon. Menurut Sarjani sejak sore hari dirinya bersama isteri selalu menyiapkan ba- han pembuatan Geblek, dari mengupas, meramu atau nguleti hingga malam "Saya mulai menjual Ge- hari pukul 22.00 WIB. Dite- blek sejak tahun 1997, ber- ruskan pagi menjelang Su- sama gorengan yang lain buh, untuk menggoreng seperti cemplon, lenthuk, dan biasanya pukul 06.00 pisang, bakwan, tahu dan WIB telah siap didasarkan tempe mendoan," ungkap- di lapak ar ketika hari nya Senin (4/1) di Pasar pasaran Pon atau Kliwon Jomblang, Gamplong, dan sekitar pukul 10.00 Setiap harinya, Sarjani mampu menjual 120 bung- kus Geblek mentah yang dihargai Rp 5.000 isi sepu- luh biji. Sedangkan rata-ra- ta kalau Geblek yang dig- oreng per biji dijual Rp 500- Rp 1.000, tergantung kebu- tuhan pembeli. "Saya su- dah enjoy menjual jajanan khas ini, karena modal sedikit bisa jalan membuat kehidupan kami sekeluarga nyaman," ujarnya. Diakui, hingga saat ini dirinya belum memanfaat- kan modal dari bank atau pihak ketiga, karena kebu- tuhan bahan serta ubaram- npe masih tercukupi, dan dagangan laris. Meskipun keuntungan kecil, tetapi sempulur alias tidak ber- henti membuat dapur tetap ngebul. Sarjani optimis, dagan- gannya Geblek sebagai ja- janan khas akan terus dilirik orang, karena makanan ini selalu disuka sepanjang masa. Dari balita hingga orang tua, senang menyan- tap jajanan Geblek karena rasa khasnya yang renyah, gurih. Lebih nikmat bila dis- antap bersama tempe ben- guk, sembari minum teh atau kopi. "Sampai kapan pun saya tetap berjualan Geblek, se- bagai camilan masyarakat. Lebih-lebih Pasar Jom- blang berdekatan dengan obyek wisata Gamplong Studio Alam sehingga pada hari Sabtu dan Minggu se- lalu diampiri wisatawan yang memadati papan ple- siran tersebut," katanya. (Sutopo Sgh)-d disuguhi pemandangan air terjun dengan ketinggian 100 meter dan tegak 90 derajat. Saking tingginya air terjun yang jatuh, layaknya butiran air hujan. VETERAN adalah sebu- tan sosok manusia yang rela mengorbankan jiwa raganya membela dan berjuang demi tanah air menghadapi mu- suh negara dan bangsanya. Meski di kemudian hari isti- lah veteran juga berlaku pa- da seseorang yang dengan rela melaksanakan tugas ne- gara berhubungan dengan konflik maupun meredam konflik, seperti halnya tugas sebagai penjaga perdamaian dalam konflik peperangan. Usia veteran perang ke- merdekaan Indonesia umumnya sekarang sekitar 90 tahun, yang berarti kala pecah perang kemerdekaan umumnya mereka berusia sekitar 15 tahun. Jumlah yang masih hidup bisa dihi- tung dengan jari. Mereka yang pernah ikut berjuang dengan bergerilya sudah barang tentu layak menda- patkan predikat sebagai Ve- teran Perang Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI) dan mendapat Bintang Ge- rilya. Penyandang Bintang Gerilya pun layak dan men- dapat kehormatan untuk di- makamkan di Taman Ma- kam Pahlawan (TMP) seba- gai pahlawan dan menda- patkan upacara kemiliteran bila di kemudian hari tutup usia. Adalah Sanjoto kelahiran KR-Unggul Priambodo Keindahan air terjun Citro Arum di Desa Pakis Kecamatan Limbangan. "Air jernih dari atas terbentur bebatuan, sehingga saat sampai bawah seperti kena guyuran hujan dan itu indah sekali,"lanjut Wibisono. Salah seorang pengunjung, Agus Sukarno warga Semarang yang datang bersama temanya untuk menikmati gemericik air terjun Citro www KR-Chandra AN Sanjoto (kiri) Soedjani dan Amin Munadjat, dalam sebuah pertemuan Veteran RI. "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 13 VETERAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19 Pengabdian Tiada Batas di Usia Senja Panglima Besar Jenderal pimpinan di Markas Daerah Soedirman saat perang ger- (Mada) maupun Markas ilya di wilayah Jumapala Cabang (Macab) agar meng- Timur Surakarta hingga hindari kerumunan massa. Wonogiri yang berbatasan Hal ini dikhawatirkan akan dengan Jatim. Atas pengor- rentan terhadap penularan banan dan perjuangannya, Covid-19," ujar Sanjoto. Sanjoto dianugerahi Bintang gerilya dan Bintang Sewin- dhu yang merupakan peng- hargaan sebagai cikal bakal TNI. Berbeda lagi dengan Ser- san KKO Purn Yohanes Soe- timan (81). Mantan pasukan penyusup TNI AL saat kon- flik RI-Malaysia ini masih tetap berapi-api ketika mem- bicarakan jiwa nasionalis yang dimiliki rakyat Indone- sia semasa konflik Indone- sia-Malaysia. "Saya merasa- kan dan melihat sendiri be- gitu antusiasnya para rela- wan yang mendaftarkan diri untuk menjaga wibawa bangsa Indonesia. Ini berto- lak belakang dengan kondisi sekarang, dimana banyak warga kita yang justru men- golok-olok bangsa dan nege- rinya sendiri. Kami saat itu pun tak pernah berpikir mati. Banyak pula kawan seperjuangan tewas sebelum tank ampibinya mendarat ke pantai. Mereka tengge- lam bersama ampibi ke dasar laut. Meski ini pukul- an bagi kami, tapi kami tetap bersemangat bahkan berkobar untuk melanjut- kan perjuangan hingga ma- suk ke wilayah Malaysia," kisah Soetiman di rumah- nya Plamongan Hijau Sema- rang. (Chandra AN)-d Surakarta 90 tahun lalu, mengisahkan saat berusia 15 tahun terpaksa harus menjadi gerilyawan untuk mengusir penjajah Belanda yang hendak kembali me- nguasai Indonesia. Meng- awali perjuangan sejak lulus SR di Surakarta, bergabung dalam barisan organisasi Kepemudaan Surakarta. "Kira-kira usia 13 tahun saya bersama anak-anak dan pemuda sudah ikut aksi- aksi menolak kebijakan Je- pang. Hingga akhirnya Je- pang menyerah terhadap Sekutu dan datang Belanda, saya masuk ke hutan bersa- ma para pemuda untuk pe- rang gerilya. Banyak penga- laman menyedihkan teruta- ma saat mengungsi ke luar dari Surakarta dan menye- berangi Sungai Bengawan Solo. Saat menyeberang dari atas terbang melayang- layang pesawat Cocor Merah Belanda sambil memberon- dongkan peluru ke bawah. Ratusan orang mati dan air Bengawan Solo jadi merah darah. Ini pengalaman tak terlupakan," kisah Sanjoto, pensiunan Kapten CPM yang kini tinggal di Jalan Belimbing Raya No 34 Peterongan Semarang. Sanjoto mengalami ke lu- ar masuk hutan untuk mengamankan perjalanan Arum, mengaku kagum. Dirinya mendirikan tenda, agar lebih menyatu dengan alam meski tidak menginap. "Berasa hujan-hujanan, meski dari ketinggian namun saat sampai bawah seperti air hujan dan ini sangat indah,"ujar Agus. Agus sudah tiga kali mengunjungi Curug Citro Arum, dan selalu merasa terkesan karena alamnya yang indah dan ada sedikit tantangan berjalan kaki menyusuri hutan. (Ung)-d Lain Sanjoto, lain pula de- ngan Soegiarno (92). Pria yang akrab disapa Eyang Giri dulu pejuang yang ter- gabung dalam Batalyon 200 Tentara Pelajar atau Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Brigade XVII. Sema- ngat Eyang Giri sangat luar biasa. Meski kedua matanya sudah tak bisa melihat sem- purna karena katarak dan glukoma, tapi masih memi- liki semangat dan suka menghibur diri dengan me- nyanyi. Eyang Giri memang berbeda dengan para veter- an lain. Dia dulu pejuang, namun pada akhirnya tak pernah mengurus keang- gotaan veteran. Kala itu dia berpikir sebagai oarang yang pernah berjuang tak akan meminta pamrih pada ne- gara. Di tengah suasana pande- mi Covid-19, para veteran ruang geraknya jauh berbe- da dengan sebelum pande- mi. "Kami diperintah oleh FAHADIAN SS Grafis: Arko TNI-AD KR-Chandra AN Sersan KKO Purn Y Soetiman menanamkan sema- ngat juang 45 kepada prajurit TNI AD generasi terkini.
