Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-09-02
Halaman: 04

Konten


1 Selasa, 2 September 1997 Penerbit Pemimpin Umum/Pendiri Wakil Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Wakil Pemimpin Perusahaan Managing Editor Sekretaris Redaksi Redaktur Anggota Redaksi Terbit Tarip Iklan Alamat Telepon Perwakilan Jakarta Perwakilan Banda Aceh SIUPP Dicetak Oleh : : : : : : : : : : Yayasan SIKAP PRESS. Harta Susanto. Supandi Kusuma. H. Soffyan. H. Ali Sockardi. Joeli Salim. Paulus M. Tjukrono. H. War Djamil. H. Amir Siregar, H. Kaharudin, H. Bahari Effendy, H. Naswan Effendi, Usman Alie, H. War Djamil, Mulyadi Franseda, H. Ismail Lubis, H. Basyir Ahzar,, Buoy Harjo, Agus Salim, H. Azmi Majid (foto). M. Hatta Lubis, Mac. Reyadi MS, A. Rivai Siregar, Hasan Basri Ns, Timbul O. Simarmata, Johan Jambak, Ismugiman, Idris Pasaribu, M. Sulaiman, Ali Sati Nasu- tion, Samil Chandra, M. Nur, Hermansyah, Aswadi, Faisal Fardede, Kwa Tjen Siung. Hendar Tusmin, Anthony Limtan. Seminggu 7 kali. Rp. 4.500,- per mm/kolom (umum). Rp. 3.000,- per mm/kolom (keluarga). Jalan Jend. A. Yani No. 35-43 Medan. Kotak Pos: 1481. Telex No.: 51326 ANALIS IA. Fax: (061)- 514031, Telegram: ANALISA MDN. Redaksi: 556655 (2 saluran)/511256. Tata Usaha: 554711 (3 saluran)/513554. Frans Tandun, Jln. K.H. Hasyim Ashari. No, 43-A Jak. Pusat Tel. 3446609/3844339/3453912 Fax.: (021) 363388. H. Harun Keuchik Leumiek Jalan Tgk. Cik Ditiro 106 Tel. (0651) - 23839. Fax: (0651) 23839. SK. Menpen No. 023/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1985. Tanggal 24 Desember 1985. P.T. KUMANGO Medan (Isi di luar tanggung jawab pencetak). Tajukrencana Kematian Putri Diana dan Profesi Jurnalistik TIMBUL dua pendapat. Benarkah peristiwa tragis yang menyebabkan putri Diana meninggal dunia dikarenakan profesi jurnalistik tanpa batas atau kematian putria yang cukup populer itu adalah semata-mata ulah fotografer yang semata-mata hanya untuk mencari duit ?. analisa Masyarakat dunia sangat tahu tentang pemberitaan pers Barat terutama terbitan Inggris yang "menjual" berita me- nyangkut Putri Diana. Apa saja yang ada kaitannya dengan putri ini, merupakan sajian media massa di sana. Tak kecuali, juga menarik perhatian pers di negara-negara lain. Sajian gosip berikut foto keberadaan putri Diana, apalagi jika dengan orang lain selain Pangeran Charles, tentu merupakan yang istimewa. Konon pula dengan pacar barunya, Dodi Al Fayed. Pers mencari informasi berikut foto untuk sajian, agar media itu laku. Untuk hal terakhir ini, media tersebut siap membayar mahal suatu informasi dan foto tentang Putri Diana. Akibatnya, banyak dari mereka yang mencari duit dari profesi sebagai fotografer atau informan swasta yang semuanya seolah-olah bagai melaksanakan tugas wartawan atau profesi jurnalistik. Dalam peristiwa kecelakaan di Paris itu, sewajarnya pers membedakan antara wartawan yang memang memburu berita berikut foto, yang berbeda tujuan dengan fotografer yang hanya ingin menjual hasil karyanya. Pemilihan ini sangat diperlukan agar profesi jurnalistik tidak ternoda oleh tindakan dari fotografer yang memang bekerja menjual foto-foto yang menyangkut figur publik. Kalau fotografer komersial yang populer disebut "paparazzi" itu yang menjadi penyebab kecelakaan mobil yang ditumpangi Putri Diana, hendaknya kecaman tajam dapat dilakukan dengan arah yang jelas. Dari satu sisi memang pers seolah-olah ikut terkena getah, karena pers tersebut yang berani membeli mahal foto-foto Putri Diana. Tetapi dari sisi lain, pers di sana memang begitu dalam aktivitas komersial dan liberalisasi yang dianut. Kalau akhirnya banyak pihak mengancam pers Barat yang terlalu peduli terhadap kehidupan tokoh-tokoh terkenal, teristimewa yang menyangkut gosip atau bersifat sangat pribadi, hal itu merupakan suatu interospeksi terhadap misi dan fungsi pers Barat itu sendiri. Ini suatu dilema yang memang tidak mudah untuk menarik benang merah. Tetapi, kedua pihak dalam pandangan masyarakat merupakan suatu kesatuan tidak terpisahkan. yang Masyarakat dunia memberi perhatian atas peristiwa kecelakaan maut itu. Perhatian luas disebabkan korban adalah figur publik. Pemberitaan media massa memang ta- jam, hingga tempo dulu muncul ungkapan Napoleon Bonaparte "goresan pena lebih tajam dari peluru senapang". Sesungguhnya, ketajaman pena yakni hasil akhir adalah sa- jian pemberitaan, tulisan maupun dalam bentuk foto, se- muanya patut dipuji jika disajikan secara profesional. Peristiwa itu merupakan catatan tersendiri bagi pers Barat, untuk mengadakan perobahan atau tidak. Surat Pembaca. Nasib Gedung Nasional Sangat Memprihatinkan DULU ketika mula dibangun dan diresmikan tahun 1955, Ge- dung Nasional yang terletak di su- dut persimpangan Jl. Veteran (da- hulu Jalan Bali) dengan Jl. Suto- mo, kita sebagai warga Medan me rasa bangga juga. Di gedung yang letaknya cu- kup strategis di tengah-tengah ko- ta Medan, tidak saja cukup me- gah (waktu itu) dibanding ge- dung-gedung di sekitarnya, juga karena punya nilai sejarah tersen- diri pula. Sampai sekarang pun masih ada tulisan maklumat yang dipa- hat di dinding bagian dalam ge- dung Nasional itu mengingatkan kepada kita yang isinya antara lain: Gedung Nasional ini didiri- kan sebagai penjelmaan rasa hor- mat rakyat Indonesia, penduduk Sumatera Utara". Tapi sekarang, dalam bebera- pa tahun terakhir Gedung Nasio- nal yang dulunya sering diman- faatkan untuk pertemuan-perte- muan penting, rapat dan sebagai- nya, bagaikan tak diperdulikan lagi. Kondisinya sangat mempriha- tinkan, di kelilingi lingkungan yang tak enak, bahkan dipagar dengan dinding seng yang sangat menyomak pemandangan mata. Tak obahnya bangunan gedung nasional itu, gedung tua yang tak berpenghuni menunggu runtuh nya. Entah siapa yang memagari, dan entah pula sudah dijual, tak pula ada kabar yang jelas dari pe- merintah daerah. Kita merasa heran mengapa gedung yang mempunyai nilai his- toris itu dibiarkan saja terbeng- kalai begitu. Padahal sekarang lingkungannya sudah berdiri ge- dung yang permanen. Bahkan di sana terdapat pusat pasar dan swa layan yang demikian megah. Alangkah baiknya bila ba- ngunan nasional itu dikembalikan fungsinya seperti dulu, tempat Nama dan alamat harus jelas- Sertakan Fotokopi KTP suatu merenova- si bangunan itu menjadi lebih re- presentatif lagi sesuai dengan ke- butuhan dan kemajuan jaman. Padahal tanahnya cukup luas, di luar gedung intinya masih luas tanah yang kosong yang bila di- tata lingkungannya berupa taman dan lampu-lampu hias akan mem- buat pemandangan lebih indah dan gedung nasional itu sendiri akan jadi berwibawa kembali. Ti- dak seperti sekarang ini. Dalam suasana memperingati HUT Kemerdekaan Republik In- menjadi pemikiran para tokoh- donesia, sudah sewajarnya hal ini tokoh, pejabat, cendekiawan dan para pengusaha kita yang berha- dung nasional Medan ini. Agar sil, bagaimana melestarikan ge- para anak-cucu kita nanti dapat mengetahui gedung-gedung yang bernilai historis yang telah susah payah dibangun pendahulunya agar mereka pula sebagai pelan- jut yang menjaganya. KHAIRUL BAHRI Jl. Medan Area Selatan Medan *** Dari Redaksi PARA penyumbang tulisan/artikel dimintakan perhatiannya sebagai beri kut: 1. Panjang tulisan/artikel minimal empat dan mak simal tujuh halaman/folio diketik dengan spasi rang kap dan tidak timbal balik. 2. Bukan tindasan, serta bukan fotokopi. 3. Tidak atau belum dikirim kan ke media massa lain nya, 4. Pada akhir/ujung tulisan sebutkan identitas, profesi penulis serta alumnus dari -mana. 5. Sertakan alamat terbaru yang jelas, dan jangan lupa sertakan fotokopi KTP yang masih berlaku. Perhatian terhadap Harkat Wanita dalam Rangka Peningkatan Kualitas SDM Oleh: Elisabeth Nurhaini Butarbutar, SH manusia, baik laki-laki maupun wanita. Kedudukan dan peranan wanita sangat sentral dan strate gis, karena kedudukan wanita sebagai istri berperan sebagai pendamping suami yang mampu memberi semangat kepada suami untuk senantiasa meningkatkan etos kerja yang disiplin dan pro- duktif. Demikian juga wanita sebagai ibu berperan untuk mem- bina dan mendidik anak-anak sebagai generasi penerus agar menjadi manusia yang berkualitas yang menentukan masa depan 'bangsa dan negara Indonesia. SAAT ini, hangat dibicarakan tentang harkat dan martabat wani ta dalam hubungannya dengan pe ningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai implemen tasi PJP II sehingga dapat menghadapi era globalisasi yang sebentar lagi kita jelang. Berbagai pemikiran-pemikiran alternatif disampaikan melalui forum, seper ti seminar, simposium juga mela lui media massa yang bersifat intelektualitas. Terakhir kita lihat peranan wanita dibicarakan dalam Kong res Wanita HKBP di Medan, tang- gal 30 Juli 1997 yang lalu dibuka langsung oleh Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Ibu Mien Sugandhi disusul dengan forum diskusi dan bentuk pengarahan dalam rangka HUT Dharma Wani ta yang ke-23. GERAKAN FEMINISME Sambil membicarakan pe ranan wanita dalam berbagai ben- tuk forum tersebut, ada baiknya kita merenungkan kembali gerak an feminisme di Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak wanita sehingga dianggap layak untuk turut aktif berpartisipasi di ber- bagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, politik dan berbagai sektor kehidupan lain nya. Gerakan feminisme timbul aki bat mulai tumbuhnya kesadaran di kalangan kaum wanita akan keberadaannya dalam masyarakat yang dianggap sebagai warga ma syarakat kelas dua, pengiden- tifikasian wanita sebagai kaum tidak berdaya sehingga perlakuan berbeda antara wanita dengan pria baik untuk memperoleh pen- didikan maupun mendapatkan ke Juga GBHN mengisyaratkan hendaknya kampus perguruan tinggi sebagai wadah pendidik an dapat membentuk dan menum buhkan mahasiswa-mahasiswa nya agar berjiwa penuh pengab- dian dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara. Dr.H.Roeslan Abdulgani me Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan mahasiswa me lahirkan gaya hidup tersendiri yang merupakan variasi dan co rak kehidupan masyarakat pada umumnya. Penemuan dari pan- dangan yang lahir dari kombinasi ciri tersebut menjadikan kalangan daklah merugi bila pemerintah negaskan dari fakta fakta sejarah, mahasiswa ini sebagai tumpuan jelaslah bahwa peranan angkatan muda (mahasiswa) sepanjang se- jarah perjuangan kemerdekaan nasional adalah penting sekali. Peranan penting itu hanya mung masyarakat. Itulah gambaran klasik tentang kehidupan maha siswa. sempatan kerja dianggap sebagai hal yang wajar. Dalam suatu keluarga juga sering terjadi pembedaan perlakuan yang lebih mementingkan anak laki-laki dari anak perempuan, bahkan wanita hanya dianggap sebagai beban dalam keluarga. Sebelumnya dalam kehidupan politik, wanita dipandang tidak berhak memberikan suara (right to vote) dalam pemilu yang berarti tidak berhak untuk menentukan kebijaksanaan dalam bidang pemerintahan demi masa depan bangsa. Akibatnya realitas ipolek sosbudhankam dibangun menurut fisi kaum lelaki. Nilai-nilai baik-buruk dalam. masyarakat dan program-program pemerintah untuk pembangunan dirancang dan dibangun dengan menggunakan kaum lelaki sebagai referensi. Bahkan ada pandangan yang mengatakan bahwa dunia dan bangsa ini adalah miliknya kaum lelaki. Kondisi inilah yang ditentang dan ingin dihancurkan oleh gerakan feminisme. Sosialisasi kampus sangat stra tegis hingga mereka betul-betul siap menghadapi ragam romanti- ka kampus kelak. Untuk itu di- perlukan prakondisi memungkin- kan mereka menjadi unsur pen- ting dunia kampus, prakondisi melahirkan penumbuh-kembang- an dan penanaman konsep diri se- bagai manusia dan insan kampus hingga mereka merasa memiliki dan dimiliki. Secara singkat, dapat dikata. kan bahwa gerakan feminisme di Indonesia yang disutradarai oleh Kartini bertujuan untuk memper- juangkan persamaan hak antara pria dan wanita atau persamaan gender, memperjuangkan kebe basan (freedom) bagi kaum wanita. SEBAGAIMANA dibuktikan kin karena ia merupakan bagian oleh sejarah perjuangan bangsa, yang tak terpisahkan atau suatu dunia kemahasiswaan adalah integral part dari seluruh ba wadah yang ideal untuk mela risan pergerakan kemerdekaan kukan persiapan kepemimpinan. nasional. Arbi Sanit menyatakan, watak ilmu yang menjadi pusat kehidup an mahasiswa memungkinkan me reka bersikap kritis dan obyektif. Hal itu menurut Arbi Sanit, karena mahasiswa belum mengi katkan diri secara struktural kepada kepentingan kepentingan dunia ekonomi dan politik, maka mereka berkesempatan memeliha ra sikap idealisme. Obyektif, kritis dan idealis adalah per angkat watak pemimpin yang dibutuhkan oleh situasi yang penuh tantangan, seperti di perkirakan GBHN antara lain menyatakan bahwa pendidikan tinggi terus dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan peserta didik men- jadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional serta kemampuan kepemimpinan yang tanggap ter hadap kebutuhan pembangunan serta perkembangan ilmu penge tahuan dan teknologi. Melalui opspek diharapkan adanya gambaran jelas tentang apa dan bagaimana dunia kam- pus meliputi bidang pendidikan, penelitian, pengabdian (tri dhar- ma PT), organisasi kemaha- siswaan dan elemen elemen pri- mer sekunder lainnya. Singkat ka- ta, dengan menjalani opspek ma- hasiswa baru diharapkan memi- liki kesiapan fisik dan mental mengarungi bahtera kampus pe- nuh badai dan gelombang. WAWASAN KEMITRASEJAJARAN Dengan semakin pesatnya pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi era globalisasi dirasakan semakin perlu suatu langkah konkrit untuk mening katkan kualitas sumber daya Dalam membekali dan mem- perkenalkan dunia baru tersebut- lah didelegasikan mahasiswa "se- nior" yang ditanggung-jawabi oleh pembantu rektor (Purek III) disamping keikut-sertaan civitas akademika lainnya. Penglibatan mahasiswa muka lama (biasanya didominasi unsur pengurus senat mahasiswa) tentu saja karena me- reka telah berpengalaman" dan Oleh karena itu, mahasiswa masa sekarang kalau tanpa me ngadakan kerja sama dengan ber- bagai komponen potensi bangsa, tanpa mencontoh dan tanpa ber cermin kepada generasi-generasi pendahulunya, baik itu mengenai keberhasilan maupun kegagalan nya, maka kalangan mahasiswa masa kini akan merupakan gene rasi yang sempit dalam pikiran- nya dan congkak dalam sikap terjangnya. PROFIL DAN LING KUNGANNYA Pembahasan tentang dunia kemahasiswaan, segera meng- ingatkan seseorang akan kegiatan ilmiah dengan ciri utamanya kebebasan menyampaikan pikir an pikirannya serta kebebasan menyatakan pendapatnya. Sosok orang-orang yang kreatif, yang senantiasa beradu pendapat atau berdebat atau adu argumentatif, dan mampu melihat jauh kede pan sambil berupaya mencari manfaat praktis dari suatu gagasan. Opspek Oleh Sulaiman Zuhdi Manik OPSPEK (orientasi program pengalaman pengalaman serta tu- studi dan pengenalan kampus) yang dilangsungkan di PTN dan PTS, bertujuan luhur menghan- tar mahasiswa baru ke gerbang dunia baru yang bakal diarungi- nya demi menyongsong cita (dan cinta ?) menggapai hari esok le- bih cerah. Dunia pendidikan yang jauh berbeda dengan lembaga me reka huni selama ini. Lagi pula mahasiswa 'masih banyak belum mengalami pence Dunia Kemahasiswaan di Antara Kemandirian dan Ketergantungan Oleh Mohd. Saleh Sitompul juan opspek itu sendiri diharap- kan dapat ditransformasikan ke- pada adik-adiknya agar lebih suk- ses maupun terhindar dari hal bu- ruk telah dialami. ANALISA Ketika tentu masih ingat tewas nya seorang mahasiswa baru da- lam pelaksanaan opspek di ITB Bandung tahun 1995 lalu, demi- kian pula penganiayaan berupa penamparan muka calon maha- siswa beberapa kali yang justru dilakukan bukan unsur panitia di Fakultas Teknik Universitas Di- ponegoro tahun 1996 dan berba- gai perlakuan perlakuan menem- patkan mahasiswa baru harus me- nurut pada perintah sang se nioren. Kaum wanita yang jumlahnya lebih dari separuh penduduk In- donesia merupakan potensi sum ber daya manusia yang sangat besar pengaruhnya bagi pem- bangunan nasional. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan dan di dayagunakan dalam proses pem- bangunan agar tidak menjadi beban yang menghambat pesatnya laju pembangunan. Berbagai lembaran kelabu ini jelas mencoreng wajah opspek ki- ta. Barangkali karena itu pula membuat Depdikbud tahun lalu Berbagai upaya telah dilaku kan oleh pemerintah untuk mem berdayakan wanita dengan me ningkatkan kedudukan dan pe ranannya yang secara terarah dan terkoordinasi. Upaya ini memuat prinsip-prinsip kemitrasejajaran antara pria dan wanita yang selaras, serasi dan seimbang sebagai strategi upaya penca paian sasaran dan tujuan pe ningkatan peranan wanita dalam pembangunan bangsa. Ini telah digelar dan digulir kan sejak tahun 1978 atau pada era Repelita III. Upaya pemerin- tah tersebut telah banyak menun- jukkan kemajuan dan keberhasil an. Namun demikian kemajuan maran berbagai konflik kepen- tingan tertentu, sehingga masih mampu berbuat dan bertindak yang rasional. Sebagaimana dikemukakan Jenderal TNI- Purn.Dr.A.H.Nasution yaitu adalah kodrat mahasiswa untuk idealis, bersifat spontan, dinamis, dan peka terhadap pembatasan, pelarangan dan diskriminasi. Arbi Sanit menyebutkan tin- jauan terhadap interaksi kampus dengan lingkungannya, yaitu masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadapnya mem bawa kita kepada dua kemungkin an. Pertama, kampus mengambil inisiatif melalui penawaran karya, gerakan pembaharuan dan per- baikan kondisi masyarakat sam- pai kepada gerakan politik. Dan kedua, kampus bersikap pasif atau hanya menampung dan mem berikan reaksi kepada inisiatif dari pihak luar, sehingga kampus dijadikan arena pertarungan pertarungan kekuatan kekuatan politik ataupun oartner yang tidak sederajat oleh birokrasi negara dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai warga masyarakat yang sedang menempuh proses pendidikan tertinggi, dengan sen- dirinya mahasiswa dipandang sebagai warga dari kaum in- telektual. Di dalam golongan kaum intelektual itu sendiri, mahasiswa di pandang sebagai massa karena bilangan jumlahnya yang terbesar dan kedudukan mereka sebagai pihak yang sedang membekali dirinya pada penguasaan iptek untuk menjadi warga intelektual sepenuhnya di masa-masa mendatang. Adalah kombinasi di antara segera mengeluarkan surat edaran mengenai pelaksanaan opspek be- rupa penegasan kembali dasar da- sar pemikiran, tujuan, bentuk dan masa pelaksanaannya. De- ngan demikian diharapkan kasus kasus serupa maupun pemelence- ngan hakikat opspek dapat di- kembalikan kepada rohnya se mula. AKAN tetapi belakangan ke- luhuran maksud opspek meng- alami catatan buram hingga bu- kan saja kalangan orang tua men- jadi was was kalau kalau anaknya mengalami perlakuan perlakuan kasar atau bahkan lebih tragis ba- nyak pula menilai opspek hanya sebagai parade menyengsarakan mahasiswa secara fisik dan men- tal. Penilaian miring seperti ini sa- tu sisi bisa dimaklumi yang bukan ra berkelompok dan ragam penyi- saja diacu dari lembar hitam per- opspek-an maupun tuntutan ma- sa lebih mengedepankan aspek kualitas seseorang, yaitu sisi inte- lektual dari pada dijadikan seba- gai manusia tidak berharga di de- pan instruktur dengan perlakuan perlakuan aneh dan mengada ada. bukan dan pengkondisian lain- nya. Nah terhadap hal hal se- macam ini orang lebih melihat pa- da sisi beratnya tugas yang bakal diselesaikan itu ketimbang pem- binaan mentalnya. Memang kita tidak meng- klaim opspek belakangan telah miring namun akibat noda noda kecil terjadi maupun perlakuan perlakuan kasar senioren sisi sisi monumental sebelumnya telah di- patrikan menjadi samar. Hal ini lumrah saja mengingat yang ka- sar tersebut lebih mengedepan di- banding sisi positif akibat penso- sialisasiannya banyak bersifat ter- sirat, misalnya ketika ada instruk- si untuk mengumpulkan tanda ta- ngan sebanyak banyaknya, me- nyelesaikan suatu masalah seca- dan keberhasilan itu belum men- jangkau seluruh lapisan masya rakat Indonesia. dah di depan dan dimilikinya waktu melampiaskan dendam berakibat munculnya perintah pe- rintah tidak logis. Hal ini disebabkan lingkungan sosial budaya dan sistem nilai masyarakat yang belum kondusif yang pada umumnya bersifat bu daya patriarkhi. Betapa tidak, kalau calon in- telektual ini disuruh berjoget de- SISTEM HUKUM Peningkatan kesadaran wanita akan hak-haknya dan kemam- puannya untuk turut serta (eman- sipasi) dalam menentukan masa depannya, keluarganya dan bang sa dalam kehidupan sosial politik dan ekonomi melalui hukum me rupakan faktor yang sangat pen- ting dalam proses pemberdayaan wanita. Bagi bangsa Indonesia tun- tutan untuk persamaan (equality) secara hukum sudah tidak ada masalah, karena dalam GBHN 1993-1998 telah digariskan tentang peranan wanita sebagai mitra se- jajar dari pria dalam menangani masalah sosial ekonomi yang di arahkan pada pengembangan sum ber daya manusia yang berkuali tas. Bahkan dalam sejarah per- juangan bangsa telah terbukti bahwa wanita dan pria saling bahu membahu, saling memban- tu untuk memperoleh kemerde kaan. Beberapa undang-undang ha sil karya cipta Bangsa Indonesia yang mengatur tentang persa- maan kedudukan antara wanita dengan pria, seperti UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Nasional yang pada prinsipnya melindungi hak-hak wanita dan menentukan bahwa kedudukan wanita dengan pria adalah seim- bang. UUPA sebagai hukum per- kesadaran diri para mahasiswa baik sebagai bagian dari kaum in- telektual dengan posisi mereka sebagai pengemban aspirasi masyarakat, maka mahasiswa ini tentunya dapat mengemban peran golongan intelektual berdasarkan kapasitasnya sebagai kekuatan massa dan pemula dalam kala ngan kaum intelektual. PERKEMBANGAN PERUBAHAN Tidak dapat disangkal, bahwa di mana-mana angkatan muda (baca: mahasiswa) mempunyai peranan yang penting sekali dalam sejarah perkembangan masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan karena usia muda telah menumbuhkan dalam jiwa nya idealisme yang membara dan fisiknya yang penuh dinamika. Bagi sejarah pergerakan na- sional di Indonesia, peran yang telah ditampilkannya telah men- jadi bukti historis. Mulai dari era Kebangkitan Nasional, tahun 1908 para mahasiswa STOVIA mendirikan Boedi Oetomo. Demikian pula, para mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda, mendirikan Perhimpunan Indone sia. Peristiwa yang monumental, salah satu di antara catatan se- jarah yang prestisius adalah kebangkitan Orde Baru, dengan mencetuskan gerakan mahasiswa dalam menumbangkan rezim Or de Lama melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang juga menamakan dirinya Angkatan'66 merupakan gerakan moral angkatan pembaharuan de ngan semboyannya yang terkenal "TRITURA". Gerakan-gerakan idealis maha siswa masih memperlihatkan war- ngan muka cemberut di hadapan rekan rekannya, disuruh makan tanpa menggunakan tangan, pe- rintah push-up, berpura pura jadi orang gila, memanjat pohon, pa- kai dasi menggunakan petai, pa- kai topi ala orang Indian, rambut yang digunting seronok akibat melakukan kesalahan atau keke- liruan dan berbagai perintah mau- pun sanksi yang dinilai sebagai se- suatu yang kekanak kanakan dan tidak mencerminkan dinamika kampus yang sesungguhnya dan seutuhnya. *** OPSPEK tetap diperlukan se- bagai wahana memperkenalkan dunia baru yang jauh lebih me- nantang bagi mahasiswa baru. Namun pelaksanaannya haruslah dilaksanakan sesuai mekanisme dan aturan berlaku hingga para- de yang diakhiri dengan pemba- karan topi tersebut benar benar memberikan konstribusi positif bagi mahasiswa. tanahan nasional Indonesia menentukan bahwa tiap-tiap warga negara baik laki-laki maupun wanita mempunyai ke sempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah (Pasal 9 ayat 2). Opspek sesuai prosedur dan dibarengi terjemahan terjemahan zaman yang bakal mereka hadapi Demikian juga dalam Un dang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi mengenai Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. Dengan demikian menurut Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dalam sambutannya pada Seminar dan Lokakarya Nasional Pengembangan Wawasan Kemitra sejajaran Pria dan Wanita dalam Keluarga, Masyarakat dan Pem- bangunan di Medan tanggal 9 Januari 1996, permasalahan yang terjadi di Indonesia bukanlah adanya perbedaan untuk mencari persamaan secara dejure, melain kan terjadinya kesenjangan dalam kedudukan, hak dan kewajiban serta kesempatan dan peran an- tara pria dan wanita dalam ber- bagai bidang pembangunan. Sebagai contoh dikemukakan kesenjangan dalam kehidupan politik. Dimana dari jumlah populasi wanita lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia hanya terdapat 63 wanita yang duduk sebagai anggota lembaga legislatif DPR RI dan hanya 101 wanita yang duduk dalam keang- gotaan MPR RI, dibanding dengan pria yang duduk di DPR RI berjumlah 437 orang dan di MPR RI berjumlah 899 orang. Demikian juga jumlah wanita yang duduk sebagai Menteri Kabinet Pembangunan VI hanya nanya sampai pada akhir tahun 70-an. Namun kadang kadang gerakan mahasiswa ini oleh banyak pihak dicurigai sebagai gerakan-gerakan untuk kepen- tingan politis tertentu. Memasuki tahun 80-an, dengan diterapkannya kebijakan NKK/ BKK yang menggiring mahasiswa dengan apa yang disebut "kem- bali ke kampus," yang berarti sedikit demi sedikit, mahasiswa harus dipisahkan diri dari apa tengah masyarakat. Tugas utama yang sedang terjadi di tengah- mahasiswa, adalah memusatkan perhatian pada studi mereka masing-masing, untuk memper- siapkan diri dalam menghadapi problem problem pembangunan. Amien Rais melukiskan kebi- jakan NKK/BKK ini adalah ba gian dari perekayasaan politik yang telah berhasil memandulkan mahasiswa, pada sisi lain mem- buat para mahasiswa menjadi sangat apatis serta tak acuh terhadap problem problem ma syarakat. Dengan metode dan sistem ke- kanak kanakan dan tidak mencer- minkan wujud kemahasiswaan- nya ini sah sah saja bila akhirnya muncul perlakuan kasar seperti menampar, membentak dan hu- kuman tidak logis lainnya. Perlakuan tidak kreatif dan menyimpang dari semangat inte- lektualisme yang demikian siapa- pun sependapat harus ditinggal- kan karena hanya menimbulkan ekses negatif utamanya dalam mengarahkan mereka dalam du- nia kampus esok harinya. Jangan jangan hal ini menimbulkan den- dam baru pula di kalbu mereka Barangkali kita perlu menga- takan bahwa bukan zamannya la- gi peserta opspek dibuat menjadi makhluk bahan tertawaan oleh pernak pernik assesorisnya. Apa- lagi di masyarakat ekslusifisme mahasiswa sudah mulai luntur dalam arti mahasiswa bukan lagi makhluk super. Dari pemikiran seperti inilah maka opspek sedia- nya lebih ditujukan pada dunia yang lebih realistis dan praktis. Jadi tradisi pelotot-melotot, ben- tak membentak, dan lain lain su- hingga kemudian sinis terhadap seniornya maupun dampak ke- mudian mana kala mereka keti- dah waktunya ditinggalkan untuk tode kreatif dan dinamis. JIKA ditelaah, munculnya pe ban menjadi instruktur atau pani selanjutnya berganti dengan me- melencengan ataupun penyalah- fungsian oleh pelaksana maka tia opspek. faktor utama adalah karena le- mahnya pengawasan dari pihak rektorat (Purek III) dan rendah- nya pemahaman dari pelaksana akibatnya sang instruktur berim- provisasi sesuai selera perutnya. dijadikan ajang penebus derita Bahkan tidak jarang kemudian masa lalu ketika ia jadi peserta opspek. Posisinya yang kini su- Sedangkan Arbi Sanit menyata kan pola pembinaan kampus dan mahasiswa sejak NKK/BKK itu telah memberikan hasil berupa keringnya dan tidak mempunyai mahasiswa mahasiswa berfungsi sebagai sumber kepemimpinan pemuda. Demikian pula komentar Is mail Hasan Metareum yang me nyatakan bahwa pelaksanaan NKK/BKK yang dibarengi de ngan penerapan pola SKS yang ketat, bukan hanya melumpuh kan aktivitas mahasiswa, tetapi sekaligus menghasilkan mahasis wa" que yielding". Mereka mem- punyai semangat untuk mendapat kan dan menghasilkan hal-hal yang bersifat kebendaan secara terburu-buru. Kondisi yang demikian itu ten- tunya sulit sekali diharap kan untuk mampu menghasilkan mahasiswa yang bersikap man- diri, dan kampus hanya bisa mencetak sarjana - sarjana yang serta perlakuan manusiawi dan menempatkan eksistensinya seba- gai makhluk berharga di dalam kampus inilah diharapkan. Mak- sudnya opspek tersebut mengacu pada kerangka ilmiah dan intelek- tual sesuai iklim kampus. Bila ditilik hakikat pendidikan itu sendiri maka salah satu dikan- dung ialah untuk meningkatkan rasa penghargaan dan menghar- gai keberadaan manusia. Proses pendidikan tidak menjadikan se- seorang terjajah dan tertekan se- Halaman 4 2 orang dari 40 jumlah kabinet. Untuk mewujudkan kemitraseja- jaran yang harmonis, wanita diharapkan berhasil mengejar ber- bagai ketinggalan dari pria, pembangunan, sebagaimana di muat dalam GBHN 1993 - 1998, dan konsep kemitrasejajaran kurang dapat diwujudkan. Untuk menghilangkan kesen- dengan cara meningkatkan ke jangan dalam kedudukan hak dan mampuan, kemandirian dan ke kewajiban serta kesempatan yang sama antara pria dan wanita disi demikian maka wanita dapat dalam pembangunan di berbagai bekerja sama dan berperan bidang kehidupan, perlu dikem- bersama-sama sebagai mitra seja- bangkan iklim sosial budaya agar tahanan spritualnya. Dengan kon- lebih mendukung upaya memper- jar yang selaras, serasi dan seim- bang dengan pria untuk memikir tinggi harkat dan martabat wanita kan masa depan bangsa dan ikut sebagai dapat lebih berperan aktif Demikian pula pandangan ma syarakat terhadap hukum yang berlaku serta pemahaman yang dalam pembangunan. serta memecahkan dengan men- cari jalan keluar masalah yang dihadapi oleh negara kita. Jadi jelas kita lihat bahwa per- juangan Kartini untuk mendapat baik terhadap adanya interaksi antara berbagai nilai kebiasaan, adat dan budaya akan menghasil kan pendekatan yang efektif un- tuk meningkatkan kedudukan wanita. Di samping itu diperlukan bimbingan dan arahan dari semua pihak, baik pemerintah, peng usaha, pemikir dan para peren- cana di negara kita. Bahkan bagi wanita yang sudah maju diharap kan membagi pengalamannya, pe mikirannya dengan memberikan bekal pendidikan, ketrampilan dan dana. Disalurkan melalui ber- bagai organisasi wanita, LSM yang bergerak di bidang kewani- taan dan anak-anak. cara fisik dan mental. Opspek adalah proses pendidikan dan pembinaan manusia, jadi kalau pelaksanaannya tidak lagi me- nempatkan manusia (mahasiswa baru) sebagai makhluk berderajat, dihargai dan menghargai tentu su- dah melenceng dari amanat pen- didikan. Jika opspek telah men- jajah fisik dan mental mahasiswa kan persamaan hak dengan pria dan untuk mendapatkan kebe basan (freedom) untuk menentu kan sendiri masa depannya, melalui sistem hukum di In- donesia sudah tercapai. Meskipun dalam kenyataannya lembaga-lem baga pelaksana dan penegak hukum tersebut kurang memberi kan akses, serta tidak memberikan prioritas kepada perlindungan hak-hak perempuan tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan dari perangkat dan pelaksana hukum tersebut laki-laki yang mempunyai persepsi yang dipengaruhi oleh budaya patriarki yang telah disosialisasi kan kepada mereka dari sejak anak-anak. Oleh karena itu hukum tertulis bukanlah satu-satu Dengan demikian diharapkan dalam era mendatang ini, ter utama pada pemilu mendatang, harkat dan martabat wanita, tetapi hanya salah satu faktor un- tuk memberdayakan sumber daya nya sarana untuk meningkatkan jumlah wanita dalam keanggo- taan di DPR RI dan MPR RI ser- ta pada susunan menteri kabinet Pembangunan VII lebih propor- sionil, sehingga kesenjangan itu sedikit demi sedikit dapat diha wanita. IKLIM SOSIAL BUDAYA Iklim sosial budaya Indonesia puskan dengan demikian dapat sangat mendukung tugas kaum wanita hanya terbatas untuk melahirkan, mendidik anak, dan melayani kebutuhan suami. Kare nanya peningkatan sumber daya wanita yang mempunyai hak dan kewajiban sama serta kesempatan yang sama dengan pria dalam selalu hidup dalam ketergan- tungan. Dan yang tragisnya lagi, membuat kampus tidak mampu menjadi sumber inspirasi per- juangan bangsa. PERAN YANG DIHARAPKAN Sesuai dengan tradisinya sepan- jang sejarah perjuangan kemer dekaan dan dalam alam kemer dekaan sekarang ini maka peranan mahasiswa Indonesia dalam menyempurnakan kemerde kaan kita dewasa ini ialah tidak dapat lain dari pada peranan kepeloporannya. Lebih-lebih lagi karena dunia kemahasiswaan ini merupakan la pisan generasi muda yang men- duduki tempat terpilih sebagai kader pembangunan dan harapan bangsa. Maka dalam posisinya sebagai kader pembangunan atau sebagai sumber insani pemba ngunan bangsa, mahasiswa tidak boleh dan tidak dapat berdiri lepas dari masyarakatnya. Apalagi karena sebagian besar dari kalangan masyarakat atau rakyatnya itu masih berada dalam taraf ketertinggalan. Yang kare nanya pula, pergerakan mahasis wa ini harus tetap mencerminkan aspirasi rakyatnya dengan suka dukanya. Sifat kepeloporan itu mengharuskan adanya idealisme, etik dan moral perjuangan, dedikasi, dan memiliki disiplin dalam melaksanakan cita-cita yang diperjuangkan. Karena itu apabila dunia kemahasiswaan ini ingin berfungsi kepeloporan sesuai dengan tradisinya, hen- daknya paling tidak memenuhi tiga kualitas syarat yang dipenuhinya. apakah lagi dapat dikatakan se- bagai proses memerdekakan ma nusia. Berdasarkan pemikiran di atas pihak pelaksana dan pengawas yaitu mahasiswa senior dan Pu- rek III perlu lebih memantapkan diri dan memahami esensi dikan- dung dan dimaksudkan opspek. Kita tak menginginkan adanya korban korban baru maupun pem belengguan kreatifitas dan inte- lektualisme mahasiswa dalam ops pek karena itu hanya akan men- coreng muka perkuliahan kita yang memang sekarang inipun mempercepat proses terlaksana nya kemitrasejajaran yang har- monis antara pria dan wanita baik di lingkungan kehidupan keluarga maupun dalam masyarakat dan pembangunan Indonesia. Medan, (Analisa) Pada awal tahun 2000-an do- sen Fakultas Ekonomi USU yang berpendidikan pasca sarjana ha- rus mencapai 57,24 persen. Untuk kualifikasi doktor atau strata 3 (S3) diharapkan akan mencapai 16,43 persen dan yang berpendi- dikan S2 sekitar 40,81 persen. Demikian Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Chairuddin P Lubis, DTM&H, DSAK didampingi Purek I USU Dr Ir A Faiz Albar, ketika mele- pas 15 orang dosen FE USU yang akan mengikuti program S3 di kampus USU, Kamis (28/8). Penulis adalah Dosen FH Unika St. Thomas Sumatera Utara Medan. Tanpa melakukan terobosan atau lompatan program, kata Rektor USU Prof Chairuddin P Lubis, Fakultas Ekonomi USU ti- dak mungkin mengejar posisi fa- kultas ekonomi lainnya yang ada di Jawa, apalagi untuk mengha- dapi AFTA yang akan berlang- sung efektif tahun 2003 nanti. Oleh karena itu, katanya, tahun ini USU mengirim lagi 15 orang dosen Fakultas Ekonomi USU untuk mengikuti pendidikan S3 di Program Pasca Sarjana Univer- sitas Airlangga (Unair) Surabaya. Dengan berangkatnya 15 aspek itu, memang sulit kiranya fungsi kepeloporannya dapat di capai. Dalam memasuki milenium ketiga, Menhamkam Edi Sudra djat menyatakan yang pada hakekatnya juga memasuki iklim persaingan global. Dan iklim per- saingan itu menyangkut tiga ku alitas yang menyatu, yaitu di siplin, profesional, dan ke tahanan. Ketiganya dapat di bedakan, tapi tak mungkin dipisahkan, karena ketiganya berakar dari iman dan taqwanya. Memang untuk mengantisipasi persaingan yang semakin keras dan ketat pada menjalang abad XXI ini, maka mahasiswa sebagai kader pembangunan bang sa harus memiliki tiga ciri kualitas tersebut. Untuk melakukan pengemba ngan dunia kemahasiswaan su paya dapat mencapai kualifikasi sumber daya insani pembangunan yang memiliki displin, profe- Ketiga kualitas itu adalah sional, dan ketahanan moral hen- mempunyai idealisme yang tinggi, daknya dapat dijalankan melalui menguasai teori perjuangan yang kebijaksanaan yang kondusif un- taktis dan strategis secara me tuk tumbuhnya suatu wawasan, nyeluruh, dan mengembangkan sikap dan perilaku yang kritis, dedikasi yang sungguh-sungguh konstruktif dan kreatif di ka dalam setiap sepak terjangnya. langan mereka. Kalau tiada menguasai ketiga Mempunyai sikap dan perilaku yang disiplin dalam belajar, bekerja dan mengemban amanah. Disiplin yang tangguh tentunya akan menghantarkannya menjadi kader pembangunan yang memi liki etos kerja yang tinggi pula. Profesional yang dicirikan dengan kemampuannya dalam memimpin, mengelola, dan mem- padukan berbagai aspek sehingga menjadi kekuatan yang benar- benar dapat diandalkan. Dan yang paling penting ada lah mempunyai ketahanan moral yang kokoh sehingga mampu da lam menghadapi berbagai ragam tantangan. Baik itu berupa budaya asing yang dapat merusak maupun sikap yang hedinistis dan individualis. Berdasarkan hal ini maka sang intruktur bukanlah kekuatan tiada tara, mereka bukan pula su- perman dan diktator namun ha- rus membuka diri untuk meng- akui perbedaan pendapat, tin- dakan rasional dan kerangka pi- kir sistematis-logis. Apa yang di- lakukan, dikatakan dan direnca- nakan memiliki lan- dasan intelektual yang kuat dan Rektor USU Lepas Dosen FE logis. Ikuti Program S3 *** sudah banyak diragukan akibat banyaknya keluaran PT menjadi- sumber masalah sosial. Tak kalah penting adalah di- tingkatkannya pengawasan di la- pangan oleh pihak rektorat, peng- awasan bukan dimaksud mencam pur tangani dan membelenggu ke- bebasan senior tapi sebagai pen- cegahan dini munculnya pemelen- cengan dan pengedepanan keaku- an dan kesewenangan mahasiswa senior. Penulis pernah menjadi Stering Committe Opspek orang dosen FE USU ini, tambah- nya, maka sekarang 20 orang do- sen FE USU sedang mengikuti program dokter. Sedangkan do- sen Fakultas Ekonomi USU yang sudah berpendidikan pasca sar- jana, katanya, sekarang baru 36,05 persen dari 147 orang do- sen. Kahumas USU Drs Jhon Taf- bu Ritonga, MEC mengatakan, kelima belas dosen FE USU yang akan mengikuti program S3 itu untuk jurusan akuntansi seba- nyak 8 orang, yakni Drs M Lian Dalimunthe, MEc, Dra Ade Fat- ma, MBA, MAFIS, Drs Irwan Janahar, MAFIS, Drs Syafruddin Ginting, MAFIS, Drs T Bachta- Torong, MSi, Dra Erlina, MSi, ruddin, MSI, Drs Zainul B dan Drs Agusni Pasaribu, Ak, MBA. Sedangkan dari jurusan ma- najemen 4 orang yakni Dra Ritha F Dalimunthe, MSi, Dra Arnita Zalnuddin, MSi, Drs Muslich Lufti, MBA, dan Dra Hamidah, MSi. Sementara dari jurusan Ekonomi Studi Pembangunan, katanya, sebanyak 3 orang, yak- ni Drs Ramli MSi, Dra Murni Daulay, MSi, dan Drs Sya'ad Afi- fuddin Sembiring MEc. (mer)