Tipe: Koran
Tanggal: 1995-08-19
Halaman: 04
Konten
TAJUK RENCANA Berita Yudha SABTU, 19 AGUSTUS 1995 Pembakaran Bendera Merah Putih Di Australia Ditengah rakyat Indonesia sedang memperingati hari penuh bersejarah, yaitu peringatan 50 Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI. terbetik berita terjadinya pembakaran bendera Merah Putih di kota Darwin, Australia. Pembakaran bendera itu dilakukan oleh beberapa orang yang berdemonstrasi kedua disana. Ini merupakan pembakaran bendera Merah Putih yang kalinya selama bulan ini. Pemerintah Indonesia tentu saja segera menyampaikan protes keras Menteri Luar Negeri Ali Alatas dalam protes kerasnya kepada pemerintah Australia menyatakan tindakan pembakaran Merah Putih itu sudah keterlaluan. Ia meminta agar Canberra tidak hanya menyesalkan insiden seperti itu. Kalangan DPR RI juga memberikan reaksi yang sama terhadap insiden di Darwin itu. Ketua Fraksi ABRI Abu Hartono menyatakan, pemerintah Australia seharusnya dapat mencegah pembakaran bendera Merah Putih itu. Ketua Fraksi Karya Pembangunan Mustahid Astari mengatakan, bahwa jika peristiwa seperti itu dibiarkan, pasti akan bisa mengganggu hubungan RI-Australia. Pemerintah Asutralia diharapkannya dapat menunjukkan pada rakyat Indonesia keinginan baik untuk mencegah aksi-aksi semacam itu. Fraksi PP dan Fraksi PDI juga memberikan pernyataan yang sama dan mendukung protes keras Deplu RI. Sementara itu beberapa aksi unjuk rasa dilakukan oleh para pemuda kita pada Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Unjuk rasa berjalan dalam semangat tinggi, tetapi tertib dan teratur. Kita selama ini memang harus menelan saja pernyataan pihak pemerintah Australia, bahwa apa yang dilakukan para pengunjuk rasa termasuk para pendukung Fretilin anti integrasi Timtim tidak dilarang oleh undang- undang negaranya. Padahal, sejumlah unjuk rasa dilakukan dengan cara kasar serta biadab. Pembakaran bendera Merah Putih jelas tindakan biadab. Bahwa itu dilakukan oleh sekelompok kecil orang di Australia, memang benar. Tetapi yang kita inginkan adalah sikap dan tindakan pemerintah Australia janganlah hanya terbatas pada pernyataan penyesalan. Canberra hendaknya menyadari, bahwa bangsa Indonesia yang untuk menjadi bangsa yang merdeka dan memiliki negara yang lepas dari penjajahan, selama ratusan tahun telah berjuang mati-matian. Dalam perang kemerdekaan tahun 1945-1949 saja, ratusan ribu pejuang kita gugur di medan pertempuran melawan tentara penjajah Belanda. Sang Merah Putih merupakan lambang perjuangan bangsa, untuk mana setiap pejuang kemerdekaan bersedia mengorbanlan jiwa-raganya. Rakyat Indonesia sampai saat ini masih belum menyusut jiwa dan semangat perjuangannya. Karena itu, bila mendengar ada orang membakar Sang Merah Putih, maka terbakar jiwa, dada dan hatinya. Kita memang tidak bisa menerima perlakuan semacam itu. Bila itu dilakukan di negara lain, apalagi di negara yang bertetangga dekat serta mempunyai hubungan baik, maka hati kita akan bergejolak. Sebagaimana diketahui, ketika protes diajukan oleh pemerintah kita saat terjadi pembakaran bendera Merah Putih pertama kali, pemerintah Asutralia menyesalkan peristiwa itu. Menurut mereka, pemerintah Australia tidak dapat berbuat lebih jauh, karena demonstrasi dan membakar bendera tidak dilarang di negeri itu. Kemudian banyak pernyataan dikemukakan terutama oleh para pemimpin pemerintahan Australia mengenai pentingnya hubungan baik RI-Australia. PM Australia Keating juga menegaskan kembali sikapnya rayakan hari besar ini dengan yang menempatkan Indonesia pada prioritas pertama dalam hubungan luar- negeri Australia. Peringatan kali ini ber- langsung sepanjang tahun. Suasana peringatan hari ke- ramat bangsa kita itu terasa di mana-mana, dari ujung ke ujung Tanah Air kita yang luas ini: di tempat-tempat terpencil, di desa-desa, di kota-kota kecil sampai di kota-kota besar. Se- mua kalangan masyarakat me- cara masing-masing. Ibu Per- tiwi tampak cantik dan ang- gun, didandani oleh anak-anak Kita memang tidak ingin hubungan yang sudah begitu baik dengan Australia menjadi rusak karena peristiwa pembakaran bendera Merah Putih oleh para pengunjuk rasa di Darwin itu. Tetapi itu tidak berarti pemerintah Australia cukup memberikan tanggapan dengan pernyataan penyesalan. Pembakaran Merah Putih sudah untuk kedua kali dilakukan, sedang unjuk rasa yang menghina RI sudah sering dilakukan. Kita meminta agar pemerintah Asutralia mengambil langkah lebih tegas lagi guna mencegah peristiwa yang membahayakan hubungan RI-Australia itu tidak terulang kembali. Tentu semua terpulang pada Australia juga. Apakah mereka akan memahami apa arti martabat Indonesia dan apa arti hubungannya dengan Indonesia. Dan seberapa besar sebenarnya keinginan Australia untuk menjalin hubungan baik dan kerjasama dengan Indonesia. Pojok Yudha hias gemerlapan di seluruh wilayah negeri. Jauh dari atas sana, barangkali, benar-benar seperti zamrud di khatulistiwa. Telah 50 tahun kita ber- juang, menghalami suka duka Sebagaimana disiarkan oleh seluruh pres nasional, protes terhadap bangsa. Di malam hari lampu peristiwa pembakaran bendera Merah Putih itu berdatangan dari semua pihak di dalam negeri. Markas Besar ABRI dalam pernyataannya melalui Kepala Pusat Penerangan ABRI Brigjen TNI Suwarno Adiwijoyo mengemukakan dukungan atas protes keras pihak Departemen Luar Negeri RI tersebut. Menurut Jenderal Suwarno, tindakan para pengunjuk rasa Timor Timur di Darwin adalah sengaja untuk memancing kemarahan rakyat Indonesia, agar melakukan tindakan atau kegiatan yang membuat hubungan kedua negara pada umumnya dan Angkatan Bersenjata kedua negara khususnya menjadi tidak baik. Dengan demikian, mereka akan semakin bebas dan terlindungi dalam melakukan aksi-aksinya. dan bekerja keras. Tahun ini kita boleh bersuka cita. BBM Dikhawatirkan, dalam beberapa tahun mendatang, kelancaran pasokan BBM di DKI Jaya akan alami gangguan serius. -Ini berita menggembirakan bagi para spekulan, tentunya. *** MAHAL 7 Menurut Mentrans dan PPH Siswono, kesalahan di bidang transmigrasi harus dibayar mahal. Tentunya juga bagi bidang-bidang lain. *** MUDIK Bukan hanya Lebaran, libur 17 Agustusan juga dimanfaatkan masyarakat untuk pulang mudik. Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota -Ini membuktikan rakyat kita sudah makmur dan banyak duit. mang 天 Pidato Kenegaraan Presiden Soeharto Pada Pembukaan Masa Persidangan Ke-I Dewan Perwakilan Rakyat R.I Tahun Sidang 1995-1996 Tgl. 16 Agustus 1995 dekaan, perdamaian abadi dan keadian sosial. Pada tahun- tahun awal kemerdekaan, diplomasi kita berjalan bahu membahu dengan perjuangan bersenjata, sehingga akhirnya menghasilkan pengakuan in- ternasional terhadap kemer- dekaan yang telah kita prok- lamasikan. Perjalanan panjang politik luar negeri kita antara lain ditandai dengan Kon- perensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal la- hirnya Gerakan Non-Blok, perjuangan mengembalikan Irian Barat ke pengakuan Re- pulbik Indonesia, terbentuk- nya ASEAN, perjuangan Wa- wasan Nusantara dan di- akuinya prinsip negara kepu- lauan dalam Konprensi Hu- kum Laut PBB, penyelesaian damai dan adil serta menye- luruh masalah Kamboja, ter- pilihnya Indonesia sebagai Ke- tua Gerakan Non-Blok, per- juangan mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia, terbentuknya ASE- AN, perjuangan Wawasan Nusantara dan diakuinya Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati; Para undangan dan hadirin yang berbahagia; Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, Besok pagi, 17 Agustus '95, Insya Allah, seluruh Bangsa Indonesia akan memperingati Hari Proklamasi Kemerde- kaannya. Peringatan kali ini mem- punyai arti khusus. Sebab, kita akan genap berusia setengah abad sebagai Bangsa Mer- deka. Namun di atas segala-ga- lanya, sebagai bangsa yang kuat rasa keagamaannya, kita semua bersujud dan menya- takan rasa syukur yang seda- lam-dalamnya ke hadrat Tu- han Maha Kuasa. Kita percaya, hanya karena rahmat Nya-lah sampai sekarang kita berdiri tegak sebagai bansa yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Rasa syukur bangsa kita itu marilah kita wujudkan dengan memelihara semua yang telah berhasil kita capai sampai hari ini. Marilah kita perkuat se- gala sesuatu yang telah baik, marilah kita perbaiki yang belum baik, marilah kita ko- reksi apa yang keliru. Marilah pula kita mengadakan penye- suaian-penyesuaian dan mem- peluang peluang baru yang persiapkan diri memanfaatkan terbuka dan mengatasi tan- tangan-tantangan baru yang ada di hadapan kita. Menjelang 17 Agustus '95 besok, marilah kita melihat ke belakang untuk merenungkan sejenak pengalaman kita ber- sama sejak Proklamasi Ke- merdekaan 50 tahun yang lalu. Dan, sekaligus kita melihat ke depan dengan cakrawala yang jauh menembus abad ke-21. Abad baru itu tidak terlalu lama lagi, karena hanya 5 ta- hun dari sekarang. Dari seka- rang sudah terasa bahwa dunia dalam abad bar itu akan penuh dengan perubahan yang sangat cepat, terutama karena ke- majuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditambah dengan cepatnya arus indormasi yang tidak mengenal tapal batas lagi. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kita akan menjadi bagian dari zaman baru umat manusia itu. Tidak bisa lain, kita harus menyiapkan diri sebaik-baik- nya dari sekarang. Jika kita tidak siap, maka kita akan di- tinggal dan makin tertinggal jauh oleh kemajuan zaman. khusus, karena kita meng- alami kurun stabilitas nasio- nal, pemerataan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang paling lama sejak Prok- lamasi Kemerdekaan, yaitu selama tiga dasawarsa. Kita perlu memperdalam, memper- luas, memperkaya dan menye- garkan wawasan mengenai masa depan seperti yang di- amankan oleh Pancasila dan UUD '45. Dengan demikian, di satu pihak, kita melihat keadaan sekarang sebagai hasil per- jalanan dan perjuangan ber- sama kita sebagai bangsa di masa lalu. Dan, di lain pihak, kita melihat keadaan kita se- karang ini secara kritis untuk kita kembangkan secara krea- tif menujuwawasan atau cita- cita mengenai masa depan. Dengan sikap demikian, bersama dengan rasa syukur dan bangga mengenai hasil- hasil yang telah kita capai, maka kita juga membuka diri terhadap pembaharuan dan koreksi. Sesungguhnyalah, bangsa yang kuat adalah bang- sa yang mau terus-menerus memperbaharui. Saudara Ketua dan Sidang Dewan yang saya hormati; Selama 20 tahun sejak Prok- lamasi Kemerdekaan kita telah mengalami Perang Kemerde- kaan, revolusi dan pergolakan bersenjata. Kita telah mela- kukan segala-galanya demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber- dasarkan Pancasila terhadap bermacam-macam ancaman dan bahaya yang datang dari dalam maupun dari luar. An- caman dan bahaya itu datang dari kolonialisme yang beru- saha menjajah kita kembali, datang dari kekuatan-ke- kuatan ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Dalam kurun waktu 20 ta- hun itu kita mengalami ke- munduran dalam berbagai bi- dang kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi. Tetapi pengalaman selama 20 tahun itu juga telah memberi modal yang sangat berharga bagi ke- lanjutan hidup kita sebagai bangsa. Modal yang sangat berharga itu adalah kesadaran mengenai persatuan dan kesa- tuan bangsa berdasarkan Pan- casila. Seperti beberapa bang- sa yang lain, kurun waktu Pe- rang Kemerdekaan dan Revo- lusi itu rupanya harus kita lewati sebelum kita memasuki era pembangunan. Kita memang mengadakan koreksi total terhadap keke- liruan masa sebelumnya, ke- tika kita akan memasuki era pembangunan. Tetapi dengan pembangunan kita tidak me- mutuskan tali sejarah. Pem- bangunan kita pandang seba- gai kelanjuan dari perjuangan kita selama kurun waktu Pe- rang Kemedekaan dan Revo- lusi. Melalui pembangunan itu kita justru hendak mewu- judkan cita-cita luhur yang telah menggerakkan bahwa pembangunan kita adalah pe- ngamalan Pancasila. Waktu kita memasuki era pembangunan dahulu, kita masih merasakan luka-luka lama yang ditinggalkan oleh pertentangan-pertentangan mengenai dasar negara. Kita bersyukur, setelah melalui dia- log nasional yang panjang, se- telah kita merenungkan secara mendalam, dengan dibimbing oleh kearifan bersama, maka akhirnya kita telah sepakat bahwa Pancasila adalah satu- satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan ini kita ber- sama-sama telah menutup pin- tu bagi timbulnya kembali masalah ideologi yang sangat mendasar bagi kehidupan bangsa kita itu. Struktur poli- tik pada waktu itu juga ber- hasil menyerderhanakan struk- tur politik kita dengan memiliki tiga kekuatan sosial politi. Bersamaan dengan itu, kita memanfaatkan kehadiran ABRI dengan dwi fungsinya sebagai stabilisator dan dina- misator untuk mendorong di- mulainya pembangunan yang sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Stabilitas nasional yang dinamis terus kita segarkan dengan berfungsinya lembaga tertinggi dan lembaga-lem- baga tinggi negara, dengan se- cara berkala menyelenggara- kan pemilihan umum sekali dalam lima tahun. Kita juga terus menumbuhkan kehi- dupan demokrasi yang ber- tanggung jawab dan pelak- sanaan hak-hak asasi manusia yang diamanatkan oleh UUD kita. Itulah sebabnya, kita me- nikmati stabilitas nasional dan lancarnya pembangunan da- lam kurun waktu yang paling lama dalam sejarah kita sejak Prokalamsi Kemerdekaan. Kita bertekad melanjutkan perjalanan bersama. Kita me- nyiapkan diri sebaik-baiknya menghadapi masa depan. Kita sadar bahwa kita akan meng- hadapi tantangan yang lebih besar di waktu yang akan da- tang. Sejarah bangsa-bangsa mengajarkan kepada kita bah- wa hal-hal besar memerlukan ketekunan selama puluhan ta- hun, malahan selama beberapa generasi. Pembangunan bang- sa adalah pekerjaan sangat be- sar. Karena itu jelas memer- lukan ketekunan, ketabahan dan harus dikerjakan dari generasi ke generasi. Hanya bansa yang sanggup meme- lihara kesinambungan, pe- ningkatan, perluasan, pendala- man, pembaharuan dan ko- reksi secara terus-menerus akan berhasil mewujudkan hal-hal besar dalam sejarah- nya. Perjalanan bangsa kita di masa depan akan berada di tengah-tengah suasana dunia yang berubah dengan cepat, yang kadang-kadang mengan- dung ketidakpastian. Politik luar negeri kita yang bebas dan aktif, yang diamankan oleh para pendahulu kita sejak tahun-tahun awal kemer- dekaan, kita abdikan untuk kepentingan nasional. Kita berbahagia, karena kepen- tingan nasional itu sejak se- mula sejalan dengan. kepen- tingan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pembukaan UUD 45 menegaskan bahwa bangsa Indonesia harusikut melaksanakan ketertiban du- nia yang berdasarkan kemer- ANALISA/KOMENTAR prinsip negara kepulauan da- lam Konperensi Hukum Laut PBB, penyelesaian damai dan adil serta menyeluruh masalah Kamboja, terpilihnya Indone- sia sebagai Ketua Gerakan Non-Blok Indonesia menghi- dupkan kembali kerja sama Selatan-Selatan dan Utara Se- latan. Menghadapi perkembangan dunia yang serba tidak pasti, maka di satu pihak, kita ikut berupaya agar perkembangan ke arah perdamaian dan pem- bangunan bertambah kuat; dan di lain pihak, kita meng- upayakan agar sesedikit mungkin kita terkena oleh akibat-akibat yang merugikan pembangunan kita. BERITA YUDHA-SABTU, 19 AGUSTUS 1995 HALAMAN IV Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air. Pembangunan adalah karya manusia, dengan segala ke- kurangan dan kelemahannya. Pembangunan kita tidak pun lepas dari kekurangan, ke- lemahan, kesalahan dan aki- bat-akibat samping yang tidak kita inginkan. Kita sadar se- penuhnya akan hal itu. Tetapi, kita juga mempunyai alasan untuk merasa syukur dan bangga mengenai hal-hal yang telah kita capai sampai hari ini. Setelah seperempat abad membangun, kita berhasil mencapai pertumbuhan eko- nomi yang cukup tinggi, di- sertai dengan pemerataan pembangunan dan hasil-ha- silnya yang meningkat dan makin meluas. Pengetahuan statistik kita mengenai berbagai keadaan pada dasawarsa awal negara Indonesia amat terbatas. Bah- kan, juga pada saat kita me- mulai pembangunan dua pu- luh lima tahun yang lalu. Sistem informasi dan statistik yang andal dan modern me- mang baru kita kembangkan selama dua puluh lima tahun terakhir, itupun secara ber- tahap dengan terus-menerus mengadakan penyempurnaan. Namun dari berbagai data yang ada, kita dapat menge- tahui sejauh mana kita telah menempuh perjalanan pem- bangunan. Antara tahun 60 sampai '65, pendapatan per kapita masya- rakatmengalami penurunan, yaitu rata-rata minus 0.1%. Perekonomian nasional yang hanya meningkat rata-rata 2%. sedangkan penduduk ber- tambah dengan laju rata-rata 2.1% setahun. Setelah upaya stabilisasi dan rehabilitasi di- lakukan oleh Pemerintah Orde Baru antara tahun '66-68 pertumbuhan ekonomi men- capai rata-rata 6%. Selama PI laju pertumbuhan ekonomi kita mencapai rata-rata sekitar 7% setahun. Pada tahun '69- yakni awal REPELITA I- pendapatan per kapita adalah 70 Dolar Ame- rika. Pada waktu itu Indone- sia tergolong negara termiskin di dunia. Dua puluh lima tahun kemudian, pendapatan per kapita kita telah meningkat hampir 920 dolar Amerika. Sekarang Indonesia sudah ter- golong dalam kelompok ne- gara berpendapatan mene- ngah, walaupun masih tergo- long menengah-rendah. Untuk negara yang penduduknya besar terperti Indonesia, hasil kerja keras kita itu bukan hal yang remeh. Masyrakat dunia memandang pembangunan Indonesia sebagai salah satu yang paling berhasil. Pertumbuhan yang tinggi itu disertai stabilitas ekonomi yang makin mantap. Antara tahun '61 sampai dengan '65, rata-rata laju inflasi berada di atas 250%. Puncak tertinggi inflasi terjadi pada tahun '66, yaitu sekitar 650. Memasuki dasawarsa '80-an dan '90-an, laju inflasi dapat dijaga rata- rata di bawah 10%. Pada dasawarsa awal ke- merdekaan dahulu persediaan rata-rata energi setiap jiwa setiap hari diperkirakan 1.880 kilokalori. Pada awal PJP I telah meningkat menjadi 2.- 035 kilokalori, dan meningkat lagi pada tahun '94 menjadi 2.933 kilokalori setiap jiwa seteiap hari. Persediaan pro- tein para masyarakat dalam dua puluh lima tahun pertama kemerdekaan meningkat se- dikit saja, yaitu dari 42 gram menjadi 43 gram. Dua puluh lima tahun kemudian me- ningkat dengan lebih dari se- tengahnya menjadi 67,1 gram setiap orang setiap hari. Perbaikan gizi itu tampak jelas hasilnya pada anak-anak Indonesia zaman sekarang. Apabila tubuh kita yang dila- hirkan sebelum atau sekitar masa-masa revolusi kemerde- Presiden Soeharto ketika menyampaikan pidato kenegaraan dihadapan sidang paripurna DPR/MPR kaan dahulu relatif kecil dan dalam rangka memperingati 50 Tahun Kemerdekaan RI. (Foto: BY/Rics). pendek, maka sekarang kita li- hat tubuh anak-anak kita lebih kekar dan lebih berisi. Umum- nya tubuh generasi baru bang- sa kita lebih tinggi dari ayah dan ibunya. Beberapa pene litian juga memperkuat yang kita saksikan sehari-hari itu. Berat badan anak balita yang diukur pada tahun '78 dan ta- hun '92 menunjukkan adanya kenaikan berat badan rata-rata 0,5 kilogram. Dan tinggi ba- dannya rata-rata naik 2,3 sentimeter. Pengukuran tinggi badan para ribuan anak yang baru masuk sekolah dasar di berbagai daerah pada tahun '94, menunjukkan bahwa ting- gi badan rata-rata anak laki- laki adalah 114,9 sentimeter dan anak perempuan 114 sentimeter. Apabila diban- dingkan dengan tahun '64. maka tinggi badan rata-rata anak laki-laki yang baru ma- suk sekolah dasar pada tahun '94 bertambah sekitar 1,4 sen- timeter dan anak perempuan bertambah 1,2 sentimeter. Meningkatnya keadaan gizi dan derajat kesehatan yang makin baik tadi selain karena persediaan pangan yang cu- kup, juga karena tingkat pen- dapatan rakyat yang makin baik dan taraf pendidikan yang juga meningkat. Selain itu, kebijaksanaan penyebaran penduduk - antara lain melalui transmigrasi - dan pembangunan yang pesat di daerah-daerah di luar Jawa, telah mengurangi kecende- rungan pertumbuhan pen- duduk di Jawa. Apabila pada tahun '61 Pulau Jawa dan Ma- dura dihuni oleh 65% dari penduduk Indonesia, maka pada tahun '90 jumlah tadi menurun menjadi 60%. Pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan lapa- ngan kerja dalam jumlah yang sangat besar. Antara tahun '71 sampai dengan tahun '94 telah tercipta 44,4 juta lapangan kerja baru. Jumlah lapangan kerja baru itu saja jauh lebih besar dari jumlah penduduk banyak negara lain di dunia. nurun menjadi hanya seper- sepuluhnya. Kita itu, kebijaksanaan pe- nasional sekitar seperempat- nyebaran penduduk - antara nya, maka sekarang sum- lain melalui karena kita ber-bangan sektor migas telah me- hasil menekan laju pertum- buhan penduduki. Sejak kita melancarkan Gerakan Ke- luarga Berencana secara na- sional, maka laju pertumbuhan penduduk terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun terakhir PJP I telah dapat kita tekan menjadi di bawah 1,7%. Dengan berkurangnya keter- gantungan pada minyak dan gas bumi, maka struktur per- olehan devisa juga makin se- imbang Ekspor nonmigas kita meningkat sangat pesat. Apa- bila pada tahun '68 pene- rimaan ekspor nonmigas ha- nya sekitar setengah miliar do- lar Amerika saja, maka pada tahun awal REPELITA VI ini ekspor nonmigas telah men- capai hampir 32 miliar dolar Amerika. Dengan perkemba- ngan itu peranan komoditi nonmigas dalam ekspor na- sional meningka cepat. Apa- bila sampai akhir REPELITA III peranannya baru sekitar seperempatnya, maka seka- rang telah mencapai lebih dari tiga perempat dari ekspor na- sional. Jenis barang yang kita ekspor makin beragam dan pasarnya bertambah luas. Dalam pada itu, penerimaan dalam negeri mengalami pe- rubahan struktur yang men- dasar pula. Penerimaan dalam negeri nonmigas telah me- ningkat pesat, sehingga seka- rang sudah jauh melampaui penerimaan dalam negeri dari migas. Memasuki dasawarsa '80-an penerimaan dalam ne- geri yang berasal dari sumber- sumber nonmigas baru men- capai kurang dari 30% dari se- luruh penerimaan dalam ne- geri. Dalam tahun pertama REPELITA VI peranannya te- lah meningkat menjadi hampir 80%. Pembangunan pertanian te- lah meningkatkan taraf hidup petani, sekaligus juga telah mampu menyediakan kebu- tuhan pokok rakyat Indonesia. Pada tahun '84 Indonesia telah mencapai swasembada beras. Ini berarti kita berhasil men- capai salah satu sasaran pem- bangunan yang utama dalam PJP I. Selanjutnya kita me- melihara swasembada pangan ini secara kenyal. Artinya, selain kita mengembangkan sumber pangan lain, dari wak- tu ke waktu, kita dapat meng- impor dan mengekspor beras. Pedoman kita adalah disatu pihka, kepentingan konsumen kita perhatikan dengan perse- diaan yang memadai dan har- ga yang terkendali dan dilain pihak, kepentingan kaum pe- tani kita lindungi agar taraf hidupnya dapat terus me- ningkat. Pertumbuhan ekonomi yang berhasil kita capai tadi didu- kung oleh peningkatan pesat di seluruh sektor produksi, te- rutama sektor industri peng- olahan. Selama PJP I secara Dengan demikian pemba- ngunan nasional bukan saja telah menghasilkan pertum- buhan, tetapi juga telah meng- hasilkan kesejahteraan rakyat yang makin meningkat dan makin merata. keseluruhan produksi sektor industri pengolahan mening- kat dengan rata-rata hampir 12% setiap tahun. Itulah sebabnya, jumlah penduduk miskin telah ber- kurang dengan tingkat penu- runan yang tajam. Pada tahun '70, di antara 100 orang Indo- nesia ada 60 orang yang ter- golong miskin. Pada tahun '93 angka itu menurun menjadi 14 orang yang masih tergolong miskin dari 100 orang Indone- sia. Karena penduduk kita be- sar, maka jumlah saudara- saudara kita yang belum be- runtung ini juga besar, yaitu masih hampir 26 juta orang. Dengan pola pertumbuhan yang demikian itu, maka-me- masuki usia kemerdekaan 50 tahun-struktur ekonomi Indo- nesia makin kukuh dan se- imbang. Apabila pada awal pembangunan pangsa sektor industri pengolahan dalam perekonomian kurang dari sepersepuluhnya dan sektor pertanian lebih dari separuh, maka pada awal tahun '90-an sumbangan sektor industri pengolahan dalam produksi nasional telah lebih besar dari sumbangan sektor pertanian. Ketergantungan perekono- mian Indonesia terhadap mi- nyak dan gas bumi juga sudah jauh berkurang. Apabila pada awal tahun 80-an sumbangan sektor migas dalam produksi menjangkau sampai ke pe- losok perdesaan. Kesemuanya ini merupakan kemajuan yang sangat penting karena terse dianya dukungan prasarana dasar yang memadai merupa- kan salah satu landasan bagi perekonomian yang modem dan dinamis. Kemajuan di bidang eko- nomi tadi telah mengantarkan lebih maju lagi mutu kehi- dupan dan kesejahteraan rakyat. Pada awal kemerdekaan dahulu, usia harapan hidup rata-rata diperkirakan sekitar 42 tahun. Dua puluh lima tahun kemudian meningkat menjadi 46 tahun. Sekarang usia harapan hidup kita telah menjadi 63 tahun. Derajat kesehatan masya- rakat juga bertambah baik. Selain karena kemajuan eko- nomi, hal itu merupakan hasil dari pelayanan kesehatan ma- syarakat yang makin intensif dan telah menjangkau pen- duduk di tempat yang paling terpencil. Juga karena cara hidup serta lingkungan peru- mahan dan permikiman yang lebih sehat, serta karena per- baikan gizi. Program Wajib Belajar Enam Tahun yang dica- nangkan pada tahun '84 telah mencapai sasarannya sebelum PJP I berakhir, terutama didu- kung dengan perluasan pra- sarana dan sarana SD melalui Inpres SD. Pada waktu kita mulai merdeka, penduduk umur antara 16-25 tahun yang buta aksara di Jawa saja diperkirakan sekitar 70%. Pa- da awal PJP L. penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta ak- sara telah berhasil diturunkan menjadi 39%. Dengan upaya yang intensif, buta aksara telah dapat kita turunkan lagi menjadi hampir 16% pada tahun '90. Secara keseluruhan semua tingkat pendidikan me- ningkat pesat, demikian pula kualitasnya. Peningkatan derajat keseha- tan dan taraf pendidikan, di- sertai dengan kehidupan kea- gamaan yang penuh kegai- rahan dan kerukunan, telah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia pada umumnya. Meningkatnya peranan eks- por nonmigas dalam ekspor nasional dan peranan peneri- maan dalam negeri nonmigas dalam penerimaan pemerintah telah memperkuat struktur neraca pembayaran dan struk- tur anggaran negara. Hal ini juga menunjukkan bertambah besarnya peranan masyarakat dan dunia usaha dalam ke- giatan pembangunan. Meskipun investasi oleh sektor pemerintah terus me- ningkat, namun investasi yang berasal dari masyarakat dan dunia usaha meningkat lebih pesat, lagi. Pada tahun awal REPELITA VI ini, peranan investasi pemerintah hanyalah seperempat dari seluruh in- vestasi pemerintah hanyalah seperempat dari seluruh in- vestasi. Padahal, sampai RE- PELITA II dahulu, peranan investasi pemerintah masih lebih dari setengahnya. Kemantapan struktur eko- nomi nasional juga tercermin pada peningkatan dan per- luasan jaringan pelayanan pra- sarana dasar seperti jalan, pe- labuhan, listrik, telekomuni- kasi dan sebagainya. Jaringan pada tahun '90. jalan dan listrik bahkan telah Kemajuan sebagai hasil pembangunan itu telah di- nikmati dengan makin merata. terutama oleh kaum wanita. Peranan wanita yang mening- kat terasa sekali dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Di bidang pendidikan, ang- ka buta aksara penduduk wa- nita usia 10 tahun ke atas me- nurun cepat, yaitu dari 50% pada tahun 71 menjadi 21% (Bersambung)
