Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-04-13
Halaman: 09

Konten


VISI "Ayah Baru" Siapakah Diaz memang sulit. Anak lelaki itu berbinar-binar, dan saya yakin cinta ayahnya dirasakannya paling enak daripada semua makanan yang dilahapnya malam itu. Rubrik Visi pekan ini sengaja mengajak Anda semua untuk melihat kembali peran ayah. Peran ayah, tidak seperti yang dibayangkan dan dijalankan banyak lelaki, bukanlah sesuatu yang statis. Sesungguhnyalah ia terus berubah. Tidak hanya karena tuntutan zaman, perubahan nilai dan kultur, tetapi lebih- lebih karena perkembangan anak-anak itu sendiri. Selain kajian psikologis, berikut ini dihadirkan pula pemikiran dari beberapa "Ayah Baru", mulai dari Dono Warkop sampai beberapa pria Sudah biasa kalau seorang ayah memuji, bahkan menjadi penyorak bagi anak lelakinya. Akan tetapi jarang sekali ayah yang menyadari bahwa dukungannya juga penting bagi anak perempuannya. Dorongan yang boleh jadi hanya dikenal di lingkungan terdekatnya. emosionalnya dan keyakinannya Ayah yang baik, secara tradisional berperan sebagai pemberi nafkah dan pendisiplin. Akan tetapi boleh jadi ia tak terlalu dekat dengan anak- anaknya. Sekarang banyak lelaki aktif berbagi tugas dengan istrinya. Para 'ayah baru' ini menganggap membesarkan anak sama pentingnya dengan karirnya. "Ayah saya bangga karena ia tak sekali pun pernah mengganti popok. Tapi saya bangga karena telag mengganti ratusan popok," ujar seorang ayah. Akan tetapi seorang ayah bukan sekadar "ibu kedua" yang bisa merawat dan bisa menenangkan hanya dengan sekadar kehadirannya saja. Ayah juga punya hubungan yang lebih riang dengan anak-anaknya. Phyllis Bronstein, profesor psikologi klinis dan penulis The Father Factor, menyatakan bahwa ayah lebih mungkin mengajarkan kemampuan fisik, petualangan, ketrampilan baru dan keyakinan dalam mengemukakan pendapat. Ia juga menyatakan bahwa anak- anak dengan ayah yang efektif lebih gampang menyesuaikan diri dengan teman-temannya dan menunjukkan kepercayaan diri lebih besar. Mereka pun lebih merasa nyaman dengan dirinya sendiri, mampu menghadapi situasi baru, cepat beradaptasi dengan hal baru dan memperoleh skor lebih tinggi dalam tes intelijensi. Menjadi ayah adalah pekerjaan terberat tapi juga paling bisa memberikan kepuasan bagi seorang lelaki. Untuk mengetahui apakah kita seorang ayah yang baik, cobalah lemparkan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri. 1. Apakah iada di sana? Sayang sekali, perceraian tak selalu bisa dihindari. Tetapi seorang ayah yang bercerai musti pun menemukan cara untuk selalu terlibat dalam kehidupan anaknya. Tak peduli apakah ia tinggal di tempat yang jauh atau musti 'berkelahi' dengan mantan istrinya. Seorang ibu mempengaruhi anaknya sehingga ia ikut membenci ayahnya sendiri. Tapi sang ayah tak peduli; ia terus mengirimkan surat, menelepon, mengirim bunga, kado, dan ungkapan kasih lainnya. Akhirnya sang anak menyadari akan cinta ayahnya dan bersedia bertemu. Tidak hanya ayah yang bercerai yang musti berusaha keras. Para pria yang sering pergi ke luar kota, yang bekerja sebagai anggota ABRI, atau yang bertugas di kota lain untuk waktu yang cukup lama, musti memperkuat ikatan dengan anak- anaknya saat ia ada di rumah. Riset menunjukkan hubungan antara rendahnya IQ, prestasi sekolah buruk, kenakalan dan kesulitan mengendalikan agresi dengan ketiadaan ayah. Karenanya, para ayah yang berjauhan dengan anaknya musti kerap menelepon dan bersurat agar hubungan dengan anaknya tetap hidup. SUATU pagi di awal Juni, dokter menegaskan kehamilan istriku, Elsye. Kesejukan pagi tiba-tiba terasa lebih melegakan. Sapuan lembut angin pagi melambungkanku pada serentetan ba- yangan. Aku melamunkan seorang anak lelaki asyik bermain lempar bola denganku. Tiba-tiba bola memantul di kaca jendela dan pyaaar... Lamunanku berserakan. Seminggu kemudian Elsye mengeluh kesakitan dan aku melarikannya ke dokter. Sete- lah itu, kunjungan ini menjadi rutin seminggu dua kali. Hari-hari mulai mengabur. Setiap kali aku merasakan kegembiraan karena bakal momong anak pertama, tiba-tiba rasa takut me- nyelinap diam-diam. Setiap kali dok- ter membesarkan hati, me- nyiramkan antusiasme, sa- at itu pula makin terang di mata bahwa akan ada seki- an masalah menghadang. Lalu, dokter memerin- tahkan agar Elsye harus ter- baring terus. Bedrest kata orang. Kami jadi seperti ter- penjara di rumah sendiri. Sebuah penjara yang mung- kin tak pernah membebas- kan kami dari duka ini. 2 Apakah ia terlibat? Dalam suatu penelitian terhadap anak-anak berumur 4-5 tahun, sepertiga di antaranya mengatakan lebih baik ayahnya yang diambil daripada televisinya. Ini menunjukkan bagaimana kualitas keterlibatan ayah. Untuk meraih kenikmatan dari kedekatannya dengan anak-anak, para ayah musti terlibat dalam cara utama. "Waktu berkuallitas," ujar Ron Taffel dalam bukunya Parenting by Heart, "tidak datang begitu saja meskipun sudah direncanakan. Waktu berkualitas bisa terjadi dalam aktivitas apapun, seperti menidurkan anak, mengantarkan anak sekolah atau pergi ke dokter. Keterlibatan orangtua bisa menjadi faktor kunci dalam perkembangan anak. Empat penelitian terpisah tentang anak-anak yang ayahnya bertanggung jawab atas paling tidak 40% dari pengasuhan mereka, menunjukkan bahwa anak- anak itu memiliki kemampuan berfikir lebih baik, berempati yang terhadap anak lain, dan lebih mampu bergantung pada pertimbangannya sendiri. 3. Apakah ia menyambut kesuksesan anak-anaknya? Di sebuah restoran baru-baru ini, saya menyaksikan seorang ayah merangkul anaknya yang setelah bersusah payah akhirnya berhasil mengucapkan nama makanan yang bahwa anak perempuannya akan menjadi penerusnya dapat menjadi faktor utama dalam kesuksesan anak gadisnya. Ketiadaan dukungan seperti itu bisa mempengaruhi seluruh kehidupan anak. "Tak peduli apapun yang saya lakukan, ayah saya tampaknya tak peduli," ujar seorang atlet nasional kepada temannya yang wartawan. "Bahkan ketika saya berhasil memenangkan medali emas PON, ia cuma bergumam. Emas itu masih kurang berkilau baginya." Sampai kini ia masih sedih memikirkan ayahnya. Wanita ini mengalami apa yang oleh para ahli disebut "lapar ayah". Kelaparan ini bisa menyebabkan pencarian seumur hidup atas ayah yang 'hilang' itu atau penggantinya. Lora Heims Tessman, seorang psikoanalis, menemukan bahwa wanita yang bisa menentukan jalan hidupnya sendiri cenderung punya ayah yang mendorong mereka, menunjukkan kepercayaan atas kemampuan anaknya, dan bergabung dalam kegiatan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Dewi Fortuna Anwar dari CIDES, "Ayah menunjukkan kepada saya bahwa tak ada yang tak bisa saya lakukan karena saya seorang wanita." 4. Dapatkah anak-anak bergantung kepadanya? Selain sebagai gantungan finansial, seorang ayah juga musti menepati janjinya untuk menghadiri pertunjukan sekolah, menonton pertandingan bola antarkelas, lomba 17 Agustusan atau kegiatan lain yang penting bagi anaknya. Ayah tidak membuat janji yang ia tahu tak bakal bisa ditepatinya. 5. Apakah ia seirama dengan anaknya? Ayah tak hanya berbicara. Ayah juga musti bisa mendengarkan baik- baik. Ia juga musti tahu kapan musti menutup mulut dan lebih baik mendengar saja. Terutama ketika anak-anak ingin lebih mandiri. 6. Apakah ia penuh pengertian ketika konflik? Ayah yang mendekati konflik dengan kesabaran dan kesediaan Anakku Berumur 11 Jam Akhirnya, di akhir Sep- tember, semuanya berlalu. Istriku, setelah hampir enam bulan sebelum jad- wal yang seharusnya, ma- suk ke rumah sakit. Sebuah proses persalinan yang mungkin paling menyakit- kan dialaminya. Nyaris 16 jam ia musti berjuang, ha- nya untuk melahirkan seorang tamu yang setengah terbentuk, seorang anak yang tak mungkin bertahan hidup. Anakku, entah lelaki atau perempuan; bahkan alat-alat vital yang bisa mem- buatnya bertahan hidup saja belum berkembang, seperti paru misalnya. nyergap rasa amannya. Begitulah, selama tiga bulan Elsye berbaring di ranjangnya, aku mencoba mencari rasa aman: dengan membaca pelbagai jurnal ilmu kebidanan di ba- gian perpustakaan yang selama hidup tak pernah kudatangi; karena selama Setiap penelitian memberi statistik ini aku cuma menengok angka dan ru- yang berbeda: satu dari empat, satu mus-rumus kimia. Rasanya sungguh berbanding lima, 1:7, atau sepuluh melegakan setelah tahu bahwa di ja- persen kehamilan akan berakhir de- man ilmu kedokteran yang amat maju ngan keguguran. Artinya, dengan uku- ini ternyata para ahli tidak sepakat soal ran apa pun, berdasar kriteria apa saja, prevalensi keguguran kandungan. Arti- keguguran merupakan peristiwa bia- nya, masih ada harapan untuk Elsye sa, umum dan sehari-hari terjadi. Or- dan Wilmana Cakti -nama yang ku ang paling-paling cuma bereaksi siapkan untuk calon sahabatku. Kalau "Ooo..." kalau aku bercerita kalau is- melihat rasio tadi, aku selalu memilih triku keguguran. Bagi banyak orang, yang 1:10; sambil berharap Cakti-ku sepertinya itu bukan persoalan. Apa- menjadi bukan yang satu, tapi bagian lagi, setiap kali kami ke rumah sakit, selalu saja ada dua-tiga orang menggu- gurkan atau disuruh menjatuhkan kandungannya. dari yang sepuluh. Tapi ia terpilih menjadi yang satu, menjadi yang gugur. Orang berduka karena ada sesuatu yang 'nyata' yang pernah hadir kemu- sesuatu yang 'konkrit' itu yang bisa memberi alasan untuk berduka. Be- narkah? Begitulah memang. Keguguran sa- dian mati. Tapi bagi kami, tak ada ma sekali bukan topik perbincangan lelaki. Masih banyak lelaki yang cuma mau tahu soal menanam benih; se- dang bagaimana proses benih itu ber- tumbuh ia tak peduli. Tapi kurasa bu- kan karena abai lelaki menghindari obrolan tentang keguguran. Kukira ka- rena lelaki sesungguhnya penakut. Keguguran adalah topik yang 'menye- ramkan', bukan karena menyangkut kematian, tapi soal tak berlanjutnya keturunannya, namanya dan mungkin eksistensi dirinya - siapa tahu orang meragukan keandalan dan keutuhan benihnya. Jadinya, pria berusaha un- tuk pura-pura bahwa keguguran tidak terjadi. Agar mimpi buruk tak me- Bagi kami, memori adalah hal yang konkrit, karena memori ini telah me- ngalami proses 'penguatan'. Tiga bu- lan bukanlah waktu yang pendek un- tuk berbagi cerita. Tiga bulan kami ter- ombang-ambing antara harapan dan pesimisme. Setiap kali salah satu dari kami tampak putus asa, yang lain lalu melontarkan lamunan indah. Kami lalu membayangkan Cakti - begitu- lah kami akan memanggilnya - ma- suk TK, bahkan lulus menggondol doktor fisika nuklir. Kami melamun- kan Cakti berangkat remaja, pacaran dan kami kebingungan karena ia pulang larut ma- lam. Kami akan bicara ber- jam-jam soal itu semua: gizi anak, pendidikan agama, seks, bahkan uang SPP ku- liahnya. Tapi usai perbincangan, luka kembali datang, malah terasa lebih sakit. Apalagi saat dokter menyatakan ke- takberdayaannya: mungkin saja ada bayi sehat di dalam rahim Elsye, katanya, tapi kami cuma bisa melihat- nya, menunggu dan berha- rap ia tak lahir prematur. Pada saat itu, adalah tugas saya untuk menjaganya te- tap nyaman. Mengatur ban- talnya, mengganti saluran televisi, menegukkan air jeruk, memasak gaya ama- tir, dan sering mencium perutnya yang rentan sambil berdoa agar bayi kami bersedia berpegangan di rahím ibunya beberapa minggu lagi. Apa yang akan saya tulis tentang anak lelaki pertama ini? Toh semuanya takkan melecehkan atau meromantisir hidupnya yang sangat singkat itu. Lahir saat matahari terbit, mati saat mentari terbenam. Eksistensinya yang cuma 11 jam itu telah meninggalkan jejak men- dalam dalam pribadi kami. Sebuah kesadaran baru lahir. Men- jadi ayah, tak bisa hanya karena 'me- mang seharusnya'. Harus ada keputu- san untuk itu. Bukan hanya keputu- san untuk melanjutkan keturunan, ta- pi untuk hidup itu sendiri. swt Diceritakan oleh Hadi S. Aplebaum (34 tahun) Konsultan Teknik, PT. Perdana Pancar Surya untuk fleksibel biasanya memperoleh ganjaran - tak selalu dengan kemenangan, tapi menguatnya hubungan dengan orang yang dicintainya. 7. Apakah ia menciptakan kenangan indah? 8. Apakah ia membawa persoalannya ke rumah? Lynne Dumas, penulis Talking With Your Child About a Troubled World, menceritakan kalau banyak orangtua tidak memberitahu anaknya bahkan saat ia kehilangan pekerjaan. Tindakan ini tak hanya menambah kesulitan tapi juga kehilangan kesempatan untuk makin mendekatkan keluarga. Bahkan anak-anak kecil pun bisa dengan cepat merasakan kalau orangtuanya sedang dalam kesulitan sehingga mereka ikut cemas. Kecemasan itu bisa membahayakan perkembangan mereka. Karenanya sebaiknya kesulitan orangtua juga diungkapkan kepada anak-anak, ujar Dumas, dan biarakan mereka mengetahui kalau keluarganya saling mencintai sehingga cukup kuat untuk menahan derita itu. Bahkan anak kecil pun bisa punya ide untuk menghemat. Lagi pula, sangat penting bagi anak-anak untuk merasa berharga karena ikut membantu mengatasi krisis keluarga. Tentu saya jauh lebih siap untuk menjadi ayah, meski tertunda-tunda. Seakan-akan sebuah kapsul yang obatnya keluar secara pelahan-lahan dan menyebar ke seluruh tu- buh. Sebelum menikah, di rak buku sudah terdapat puluhan buku tentang anak, menjadi orangtua dan semacamnya. Malah sekali-sekali beli Ayahbunda, meski secara diam- diam agar tak diperolok teman. Ketika membangun rumah, sebuah ruang bermain saya siapkan. Sebulan sekali paling tidak, satu mainan saya beli. Sampai-sampai Yeni, istri saya, terkejut melihat persiapan' saya menyambut anak itu. Begitulah, akhirnya istri melahirkan Tunggul (artinya tonggak, tapi sesungguhnya itu plesetan dari 'tunggu', seo- rang anak yang saya tunggu-tunggu). Seluruh proses kehamilan Yeni saya dalami betul; apalagi pengalaman dramatis melahirkan. Tentu juga saat-saat indah diompoli, melihat senyum pertamanya. Pokoknya saya berusahaa keras menjadi saksi pertama dari semua pengalaman pertama Tunggul. Terlambat Menjadi Ayah ANAK? Saya betul-betul menginginkannya. Terobsesi permainan kami lakukan. Dari tendang-tendangan meniru- bahkan, kalau menurut sebagian teman. Saya berasal dari kan pemain silat, lempar-melempar bola, berkejaran, atau keluarga besar yang penuh dengan anak-anak. Tapi tidak melemparkannya ke udara. Dan ia selalu berkata, "Lagi, mudah mendapatkannya. Tunangan pertama saya ternyata lagi..." lebih memilih karirnya daripada menikah. Dan tidak mudah mendapatkan penggantinya. Setelah 'perceraian' itu, gagasan untuk punya anak tak terlalu saya pikirkan. Berusaha saya tekan ke bawah sadar dengan asumsi entah kapan pastilah karunia itu bakal datang. Dengan begitu hidup lebih ringan dijalani dan akhir- nya 'pernikahan' yang sesungguhnya berlangsung ketika umur menginjak 40 tahun. Tetapi, kadang-kadang, orang suka mengingatkan saya bahwa usia akan menghalangi saya untuk dekat dengan anak. "Ketika ia butuh teman unuk bermain sepak bola, umurmu sudah 50-an," begitulah biasanya peringatan mereka. Tak peduli. Itulah kiat saya. Saya tahu yang dibu- tuhkan seorang anak dari ayahnya, entah muda atau sudah terlambat seperti saya, adalah perhatian, cinta, dan pema- haman. Soal terakhir ini, saya kira orang-orang berumur 40- an punya lebih banyak daripada mereka yang baru 30-an. Saya suka menjadi ayah. Dan saya pikir saya seorang ayah yang beruntung karena lama menunggu. Meski ce- mas menanti, tapi kegembiraannya menggunung. Dan ba- nyak nilai plus lainnya. Salah satunya, anak membuat kita selalu muda. Tak perlu lagi minum pil awet muda. Dunia di- banjiri dengan pengalaman baru bersama anak. Saya lak- sana menjadi Dr. Seuss yang selalu bereksperimen. 9. Apakah ia mendukung istrinya? Ayah dan ibu musti sepakat tentang serangkaian aturan di rumah dan bersama-sama tegas. Pada umur 40-an, orang mulai memperlakukan kita se- perti orangtua. Selalu didahulukan atau malah disingkirkan dari kegiatan berbau fisik. Dunia seakan-akan cuma milik anak muda. Tapi anak-anak lain. Tunggul tahunya saya ada- lah ayahnya. Ia tak peduli dan tak tahu umur kita. Segala Pertanyaan terakhir untuk menguji diri sendiri adalah "Apakah anda berbahagia kalau anak-anak tumbuh dewasa menjadi orang seperti anda?" Jawaban "Ya" bukan berarti anda sudah sempurna. Itu berarti anda musti bekerja keras untuk terus mengembangkan sifat-sifat yang memperkuat keluarga. Seorang ayah diberi nilai "nomor satu" oleh yang ibu biasanya memang seorang 'juara' di mana saja, utamanya di hati anak- anaknya. yusika endyati Setelah satu-dua jam bermain, ia segera melahap susu yang diangsurkan ibunya. Sementara saya menghempas- kan diri di tempat tidur, menarik nafas panjang-panjang, se- telah minum air putih segelas penuh. Tulang rasanya hen- dak putus semua. Capai. Tapi ia datang lagi. Menghampiri dan menarik-narik baju saya atau melemparkan bola ke muka saya. Kalau sudah begitu, energi seperti terkumpul kembali. Hari Sabtu dan Minggu menjadi hari paling melelahkan terus terang saja. Fisik memang lelah. Tapi kegembiraan ka- mi luar biasa. Tidur yang dulu menjadi problem berat bagi saya, kini sangat lancar; begitu bau bantal' langsung tertidur, apalagi kalau Minggu malam. Senin pagi, ketika bangun, harapan yang 'nakal' di kepala adalah "Semoga Tunggul belum bangun." Ternyata, ia malah selalu bangun lebih dulu dan menghampiri saya dengan berkata, "jus, jus..." sebagai tanda minta dibuatkan jus buah. Keajaiban pun muncul, seluruh tubuh tiba-tiba dirasuki energi baru. Maka saya pun malah berucap, "Terimakasih Tuhan ini hari Senin." Saya malah harus berterimakasih kepada anak karena memberi banyak alasan untuk tetap tinggal di rumah. Ber- main atau sekadar memelototinya ketika ia tidur ternyata jauh lebih mengasyikkan daripada berjam-jam memelototi monitor komputer atau wajah-wajah suntuk dalam rapat pemasaran. Tentu saja saya tak menghadiahkan 24 jam waktu untuk Pada umur 40-an, keinginan untuk menunjukkan 'aku' anak. Kami masih sempat pergi berdua. Masih ada sisa sudah tak begitu besar lagi sehingga tak banyak berbentu-waktu, ketika ia sudah tertidur. Anehnya, ketika berdua pun ran dengan kepentingan bayi yang benar-benar cuma me- obrolan akhirnya lari ke soal anak lagi. Kebanyakan tentang mikirkan dirinya sendiri. Jika Tunggul minta pangku tepat masa depannya. saat kami hendak berangkat ke kantor, saya tak pernah ta- kut ia akan mengompoli atau cuma melusuhkan baju dan celana saya. Menjaga penampilan masih perlu untuk orang pemasaran seperti saya, tapi tak harus dengan licin seperti baru diseterika kan. Lagipula kebanyakan klien tahu kalau saya punya anak. Orang bilang anak-anak menghambat kegiatan kita. Tidak. Saya sudah lebih dari cukup menikmati dunia sendi- rian. Nonton bioskop, pesta, membaca buku, keluyuran ma- lam-malam, berkelana ke seluruh tempat di dunia, atau se- kadar lembur berhari-hari di kantor. Malah sekarang saya tak perlu lagi lembur itu, bukan karena posisi dan jabatan, tapi perusahaan tahu kalau saya sudah memberi lebih ba- nyak dari seharusnya. 3 Inilah keuntungan lain terlambat menjadi ayah. Karena sudah menabung sejak dulu, kini saya tinggal memetik bu- nganya untuk membiayai kerajaan bayi ini. Seorang anak memang penguasa otoriter bukan? Kebutuhannya tak per- nah bisa ditunda. Makanan kecil yang tiba-tiba habis atau sakit mendadak. Dan kondisi keuangan kami tetap selamat karena bantuan tabungan masa bujangan yang terlalu lama. Tapi terus terang saja, soal yang paling melegakan adalah 'keturunan'. Jujur saja, saya takut mati tua sendirian; karena saya tak pernah menyaksikan seorang pun keluarga saya yang seperti itu. Terlambat menikah dan terlambat punya anak membuat saya dihantui pikiran buruk itu. Bukan berarti saya ingin anak nantinya yang merawat saya di hari tua. Yang terasa malahan, ketika ia baru saja lahir, bahwa hidup saya diperpanjang Tuhan, swt Diceritakan oleh Drs. Ahmad Baidlowi Direktur Pemasaran PT. Alam Indah Jaya MINGGU, 13 APRIL 1997 IMPRESI Gus Buya ASDAR MUIS SIAPA yang tak kenal Gus Dur? Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid ini tak pernah berhenti ikut dalam roda segala bentuk kehidupan di negeri ini. la banyak dicintai umatnya. Juga tak sedikit yang tak menyukai sikap dan ber- bagai pernyataannya yang kerap berseberangan dengan sia- pa saja -termasuk penguasa. Gus Dur termasuk konsisten memegang teguh kesepaka- tan NU untuk kembali ke Khittah 1926, la tak lagi berpolitik. Walau, ia boleh dikatakan politisi tangguh. Dan pandangan- pandangan dan tingkahnya itulah yang tetap brilian dan se- ring menggerahkan politisi sebenarnya. Jadilah, Gus Dur seperti tokoh super yang harus selalu di- kuntit. Malah media massa menjadikannya sumber paling laik. Apapun bentuk peristiwa dan masalah yang perlu diko- mentari, Gus Dur lah orang yang dicari pendapatnya. Na- mun, ia seakan tak bisa dilepaskan dari tingkahnya sebagai Ketua PBNU. Cucu pendiri NU (KH Wahid Hasyim) ini pun selalu menarik perhatian kelompok yang punya kepentingan mencari massa. Dan setiap Gus Dur membawa salah satu pemimpin kelompok, ia pun dinilai "menyeberang". la diiden- tikkan menggiring massa NU-nya. la memang bebas. Tak ada kaitan mana pun. Diklaim se- bagai orang PDI ketika akrab Megawati Sukarnoputri, Gus Dur tetap tak peduli. Baginya, ia membawa umatnya melihat dan mengenal segala yang perlu diketahui. Orang-orang pun mengira warga NU digiring ke PDI. Namun ketika Mbak Mega "tersingkir", Gus Dur 'menjalin hubungan' dengan Ketua Gol- kar Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab dipanggil Mbak Tutut. la pun dinilai akan menggiring umatnya ke Golkar. Apalagi, Gus Dur membawa Mbak Tutut ke pesantren-pesantren. Kedekatan Gus Dur dengan Mbak Tutut yang ia klaim se- bagai tokoh masa depan", ternyata memerahkan telinga or- ang PPP. Tak tanggung-tanggung, Buya Ismail Hasan Meta- rum langsung menuding Gus Dur menyukai wanita cantik. Katanya: Gus Dur mendekati PDI karena ada Mbak Mega, kini di Golkar karena ada Mbak Tutut. Padahal, masih komen- tar Buya, di PPP juga ada wanita cantik seperti Aisyah Aminy. Tapi, komentar "miring" itu tak digubris Gus Dur. Ia tetap me- lenggang bersama Mbak Tutut. Baginya: tak ada yang tahu maksudnya demi kemajuan NU dan umatnya. Ternyata, Buya --orang nomor satu PPP- kembali menu- ding Gus Dur secara "miring". Buya menilai, langkah Abdur- rahman Wahid akhir-akhir ini adalah untuk menggembosi PPP. Alasannya, Gus Dur mengajak tokoh OPP lain (mak- sudnya Golkar) ke kantong PPP, seperti Pekalongan dan Pa- NU suruan. "Gus Dur ingin menggembosi PPP, karena warga pemilih PPP di sana mungkin akan beralih pandangan," kata Buya di Wonogiri, Jawa Tengah, Minggu (6/4), saat menjawab pertanyaan wartawan. Betulkah tudingan Buya itu? Gus Dur hanya berujar: tanpa digembosi, PPP gembos sendiri. Juga menegaskan, agar warga NU tidak dimarahi, terutama menjelang pemilihan umum. Hal itu dikatakannya di hadapan sekitar 3.000 warga NU yang tersebar di 30 kecamatan Kabupaten Serang, Jumat (11/4). Ditandaskan Gus Dur, selama ini pihak pimpinan NU di- tuduh akan membawa warga NU ke PDI, karena pihaknya dekat dengan Megawati Sukarnoputri. Dan sekarang ditu- ding Ismail Hasan Metareum menggembosi PPP, “Karena saya memperkenalkan tokoh seperti Mbak Tutut ke warga Nahdlatul Ulama." Sebenarnya, kata Gus Dur, setiap warga NU dipersilakan memilih sesuai keyakinan masing-masing. Dan diakui, kema- rahan itu karena di Pasuruan dan Pekalongan merupakan basis PPP dan beberapa waktu lalu daerah itu dilaksanakan kegiatan Nada dan Dakwah oleh KH Zainuddin MZ, Rhoma Irama, dan Mbak Tutut. Sementara Gus Dur, secara kebetu- lan-katanya-- bertemu dengan tokoh-tokoh itu. Tampaknya, Buya seakan tak berhenti menilai "mining" Gus Dur. Apapun tindakan Gus Dur adalah mengancam ke- beradaan PPP. Padahal, tak jelas, apa yang terkandung di balik sikap Gus Dur yang selalu tampil beda dengan cara pandang orang kebanyakan. Mestinya, seperti kata Gus Dur, warga NU jangan dimarahi, disimak baik-baik oleh Buya. Se- bab, bagaimana pun: Gus Dur punya massa. Dan bila dimaki, dinilai "mining", apakah massa dan orang-orang yang menyu- kainya tak marah. Mereka tentunya tak ingin panutannya di- maki. Dan akhirnya, mereka justru antipati kepada Buya yang tentunya juga PPP jika Gus Dur tak berhenti dinilai negatif. Maka bila Gus Dur terus-menerus digosok Buya, tak he- ran kalimat "gembos sendiri, sebab orang-orang yang men- cintai Gus Dur yang tadinya bulat memilih PPP, akhirnya men- cari pilihan baru, BERITA Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: HM Soegeng Widjaja Wakil Pemimpin Umum/Wakil Pe mimpin Redaksi: Ir Bambang R Soegomo Pemimpin Peru- sahaan: Drs Bagjo Purwantho Dewan Redaksi: Alex Dinuth, H Endang Achmadi, Moed Avianto, Ngatidjo, MW. Alamat Redaksiklan/Sirkulasi: Jl. Rawajati Timur Kom- plek Kalibata Indah Blok K 11 Jakarta Selatan Telepon: 7947001 (HUNTING), 7993884, 7946994, 7946995 Hotline Redaksi: 7989088, Fax Redaksi: 7946993, Hotline Ildan: 7947660, Fax Iklan: 7989058 Pe- ngaduan Langganan/Berlangganan: 7989059 ISSN: 0852-6583 Penerbit PT Berita Yudha Press Jakarta. Izin Terbit No. 0141/SK/Menpen/SIUPP/A-7/1986 Tanggall 15 Februari 1986. Bank BRI Kebayoran Baru, Bank Bumi Daya Kebayoran Baru, BNI 1946 Kebayoran Baru. Giro Pos No 12770 No Telex 47174 Yudha ia Harga Iklan: Iklan Umum Rp 6.000,-/mm kolom. Iklan Duka Cita Rp 3.000,-. Iklan Keluarga Rp 4.000,-/mm kolom. Iklan Mini: Rp 3.000,-/baris (maksimum 10 baris). Iklan Kuping ha- laman muka (1 kolom x 50mm) Rp 720.000,- Iklan Berwarna (full color) Rp 12.000/mm kolom. Iklan 2 warna Rp. 8.000,-/ mm kolom. (Harga tersebut belum termasuk PPn) Harga langganan: Rp 13.000,-/bulan Harga eceran dalam kota Rp 500,-/ekspl. Harga langganan luar kota ditambah ongkos kirim. Dicetak oleh Percetakan PT. Golden Web Jakarta, Isi di luar tanggung jawab percetakan.