Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-10-22
Halaman: 08

Konten


"Continental Roll" karya Robert Rouschenberg yang ikut dipamerkan pada pameran akbar The Jakarta International Fine Arts Exhibition. Layang-Layang Jepang Dari Magis Hingga Karya Seni dengan dasar-dasar motif tra- disional sejak zaman dulu. Perajin layang-layang setiap tahunnya memperoleh ban- tuan dari pemerintah. Mereka pun dibina serius. Itulah se- babnya meskipun sudah be- rusia berabad-abad, permai- nan dan kerajinan membuat layang-layang tak pernah mati. Di Indonesia umumnya la- yang-layang dikenal sebagai permainan anak-anak. La- yang-layang terbuat dari ker- tas yang direkatkan pada rangka bambu, dinaikkan ke angkasa menggunakan be- nang gelasan. Di angkasa layang-layang diadu. Siapa yang mampu memutuskan benang lawan, dialah yang menang. bal Layang-layang dikenal pu- la di Cina dan Jepang, malah jauh lebih populer di sana. Di Cina layang-layang sudah ada sejak th 500 Sebelum Ma sehi. Sebuah catatan kuno mengungkapkan bahwa se- orang jenderal dari ketenta- raan Han mempergunakan sebuah layang-layang pada tahun 200 Sebelum Masehi untuk mengukur jarak dari kampnya ke puri musuh. Jenderal itu kemudian meng- gali sebuah terowongan dan melalui terowongan itu anak buahnya menyerbu puri ter- sebut secara mengejutkan. Sedangkan di Jepang la- yang-layang muncul pada zaman Heian (794-1185) de- ngan sebutan "rajawali ker- Pada masa itu layang-la- yang sering digunakan seba gai alat komunikasi pemba wa berita. Masa keemasan pembua- tan layang-layang terjadi pa- da zaman Edo (1630-1868). Namun karena harga kertas sangat mahal, waktu itu ha- nya para bangsawan yang mampu menerbangkan la- yang layang, meskipun ak- hirnya menyebar juga ke rakyat jelata. Dibandingkan di negara asalnya, Cina, layang-layang Jepang lebih berkualitas. Di samping benang rami, la- yang-layang Jepang meng- gunakan bambu dan kertas yang relatif baik. Berkembangnya senicetak cukilan kayu dan penggu- naan warna-warni dalam seni cetak ukiyo-e, membawa perubahan baru pada layang- layang. Teknik-teknik seni itu juga diterapkan pada la- yang-layang sehingga war- na-warna yang dihasilkan indah sekali. Lambat-laun layang-la- yang semakin dipuja masya- rakat Jepang. Selama hari- hari tahun baru, rakyat Jepang mempertunjukkan layang- layangnya. Langit Jepang pun semarak oleh layang-la- yang, tak ubahnya pameran seni di angkasa. Apabila ter- jadi perpautan benang, maka kerap kali terjadi perkelahian diantara pemilik layang-la- yang tersebut. Tak jarang layang-layang yang jatuh melukai orang di jalan, hing- ga pemerintah pernah mela- rang diterbangkannya la- yang-layang. Keberadaan layang-layang Konon, sering digunakan un- tampaknya tak bisa dipisah- tuk membawa pesan-pesan kan dari unsur magis-religius. rahasia dari istana dengan Sebagian rakyat Jepang melintasi parit-parit besar. menganggap mengulur la- Dalam 1.000 tahun sejarah-yang-layang bemanfaat un- nya, layang-layang Jepang tuk mengusir roh jahat. La- mengalami perkembangan yang-layang tersebut dihias pesat. dengan wajah-wajah setan atau wajah-wajah yang me- nyeramkan. Maksudnya un- tuk mendoakan keselamatan keluarga dan untuk memas- tikan adanya perlindungan dari penyakit serta malape- taka. Nama pelukis realist syu- realist, Irwanto memang sudah di kenal di beberapa kalangan, termasuk masya- rakat maupun seniman lukis di Indonesia. Sama halnya dengan pelukis palet, Mozes Misdy yang selalu cenderung kepada getaran mistis dan ekspresionisme. Gambaran obyeknya selalu mengarah pada masalah dan gejala yang sedang terjadi di sekeliling- nya, termasuk menyadarkan kepada umat manusia ten- tang pentingnya hari esok. Ciri dari hasil goresan kan- vas, justru melihatkan sosok dirinya yang berpenampilan sabar, tenang dan bersahaja.. Pernah suatu ketika, pria be- rusia 43 tahun ini mendapat ilham dari Mayjen. TNI AD. Pitut Soeharto di Jakarta. Pada hari itu juga, ia langsung masuk ke dalam rumahnya di Jl. Bentul II/6, Surabaya untuk membuat karya lukis yang diberi judul Cahaya di Kegelapan. Dia tidak pernah putus asa dalam menggelar pameran lukis, kendati sudah melanglang buana ke be- berapa penjuru nusantara. "Semua itu ya berkat idea- lisme yang terus bertahan, kendati sering mengalami perut lapar. Prestise meru- pakan bagian dari idealisme, lantaran guna mengembang kan apresiasi seni lukis di Indonesia. Saya dulu sering membuat dokumentasi karya lukis para mantan Menteri di jajaran PU. Bahkan terakhir kalinya, saya melukis keluar- ga Mensekneg, Moerdiono. Pada waktu pameran di hotel Sedangkan di daerah per- kampungan nelayan di Cho- nan Provinsi Chiba, layang- layang dipuja atau didewa- kan. Layang-layang yang disebut sode itu diterbangkan sebagai benda yang bisa menghantar doa mereka un- tuk mencapai hasil-hasil ba- ik. KARANGAN/TULISAN KHAS anak dengan harapan anak- nya tumbuh sehat dan kuat. Gambar kura-kura dan bu- rung bangau yang merupakan lambang hidup yang panjang cukup terkenal. Begitu juga gambar ikan gurame, lam- bang keuletan. Dan layang- layang diterbangkan oleh ayah masing-masing. Semakin tinggi layang-layang terbang, orang tua berpendapat semakin baiklah nasib si anak. Juga pada awal Mei, di Hamamatzu Provinsi Shi- zuoka biasa berkumpul anak- anak muda lebih dari 66 daerah untuk mengikuti per- lombaan layang-layang rak- Karya Irwanto Imajinasi Realist Syurealist Garden Palace Surabaya, 11 Agustus lalu, saya menyum- bang sebuah karya lukis dari keluarga H.M. Basofi Sudir- man," ujar Irwanto ketika ditemui Berita Yudha di Stu dio 72 Jl. Pradah Permai VII, Surabaya. sasa (8 sampai 10 meter). Waktu festival berlangsung, sekelompok anak-anak muda memukul genderang dan te- rompet. Seru sekali. Berbeda lagi dengan apa yang terjadi di Showa Provinsi Saitama. Di sana pada hari ke-5 bulan ke-5 setiap tahun, penduduk Sementara bagian Utara dan Selatan ber- layang-layang yakko dari kumpul menaikkan layang- Oji daerah Tokyo diang-layang. Yang Utara layang- gap sebagai jimat untuk me- layang merah, Selatan la- nyelamatkan diri dari keba-yang-layang putih. Dna pada layang-layang terbesar di Pasuruan dan sebelah barat gian selatan ikut daerah Ka- Dewasa ini Jepang diper- kirakan menjadi pemilik bupaten Lumajang, utara ikut Kabupaten Probolinggo dan karan. Yakko digantung di dapur atau di tempat yang senantiasa berkutat dengan dunia yaitu lebih dari 1.000 jenis. layang-layang tersebut ter- tulis doa-doa yang khusuk dan harapan akan panen baik pada tahun itu. api. Layang-layang tongari dari Osuga lain lagi. Ia dina- ikkan khusus pada saat kela- hiran seorang bayi laki-laki. Festival 5 Mei adalah pesta layang-layang terbesar di dunia. Pesta itu sering diikuti lebih dari seribu layang-la- yang dan berlangsung selama Bicara soal anak laki-laki, di Ikazaki Provinsi Echime, tiga hari. Pesta itu sudah selama awal bulan Mei ba- nyak orang menaikkan layang layang. Penerbangan layang- layang itu dimaksudkan un- tuk merayakan ulang tahun pertama bayi laki-laki. Nama anak-anak itu dituliskan pada kertas layang-layang yang di- hiasi pula dengan gambar se- Selain menjadi bagian dari orang prajurit legendaris atau upacara keagamaan, layang- pahlawan dalam cerita anak-layang pun dikenal sebagai berumur lebih dari 400 ta- hun. Jumlah penonton festi- val tidak tanggung-tanggung, mencapai tiga juta orang.. Hal ini menandakan bahwa la- yang-layang begitu digemari rakyat Jepang. olahraga yang menarik dan kerajinan atau seni yang ge- milang. Bagi pria asal Jakarta ter- sebut, mengetahui tentang perkembangan seni lukis yang sesuai dengan jaman- nya. Perlu disadari secara mendalam, bahwa seni tidak dapat dipaksakan oleh ke- hendak siapa-pun. Seni harus muncul secara spontan dari kalbu senimannya. Seperti karyanya yang berjudul Me- mandang Hari Esok dengan ukuran 94 x 118 cm. Nuansa coklat, biru dan ungu ter- sebut sempat laku sampai Rp. 4 juta, lantaran dibeli sama Meskipun kini tanah la- pang di Jepang semakin sem- pit, bahkan anak-anak keran- jingan berbagai jenis games, permainan tradisional ini masih tetap hidup. Akhir-akhir ini beberapa sekolah mulai mengajarkan seni kerajinan layang-layang kepada murid diluar jam se- kolah. Maka dari itu seni membuat layang-layang se- makin hidup. Bahkan tengah mengalami kebangkitan kembali karena setiap tahun layang-layang dibuat dalam desain yang baru dan orisinal seorang kolektor asal Jakarta. Ini benar-benar suatu hasil karya yang penuh imajinasi, lantaran di dalamnya terda- pat sosok bocah kecil yang kumuh dan kumal. Dia se- dang berdiri mematung di bawah pohon yang besar, sambil ditemani 2 ekor sapi kurus dengan tatapan mata yang kosong. Lain dengan 12 karya yang masih dalam taraf finishing. Kemungki- nan besar bakal digelar di aula Bataliyon Alugoro, se- kaligus memeriahkan HUT. Yonif410/Alugoro di Blora- Jateng, 24 sampai 29 Sep- tember mendatang. Lain dengan sang pelukis palet Mazes Misdy, lantaran penuh ekspresionismenya yang tinggi. Komposisi pe- lukis berusia 51 tahun ini Bentuk layang-layang ter- sebut beraneka ragam. Ada yang berbentuk segi empat, segi delapan, oval, panjang, bahkan berbentuk bunga, kupu-kupu, serangga lainnya dan meniru bentuk binatang, orang dan benda-benda mati seperti kipas, lampion dan lain-lain. Keindahan seni lukis Je- pang seakan tertuang dalam berbagai bentuk layang- layang, misalnya gambar to- koh teater tradisional Bun- raku dan para ksatria. Sebuah layang-layang diberi hiasan, misalnya berbentuk sirip atau ekor ikan. Suasana alam juga tampil cantik pada layang-layang, misalnya pemandangan ma- tahari terbit menjadi latar belakang gambar burung bangau. Ukuran layang-layang yang amat besar, misalnya lebih dari dua meter, menye- babkan sebuah layang-la- yang harus dinaikkan bera- mai-ramai dengan menggu- nakan benang besar. Serup di Indone- sia, untuk mengadu layang- layang di udara, para pemain mempertajam benang de- ngan melumuri bubuk kaca. (Puji Astuti).- selalu melodial, sehingga membawa human interest yang tinggi. Karya lukisnya selalu mengungkapkan ten- tang kehidupan manusia, keadaan lingkungan, nasib dan penderitaan. Norma ke- manusiaan itu-lah yang se- lalu melekat dalam hati pria asal Banyuwangi. Dia ter- kenal paling akrab dengan siapa-pun, lantaran realisme sosial yang tinggi. Dia pa- ling benci dengan adanya permusuhan antar sesama umat manusia. Dalam pame- ran lukisnanti, dia menggelar karya lukis yang mempunyai kaliberatas. Karya lukis ygob yeknya perahu rusak, sudut rumah nelayan dan berbagai macam bunga, termasuk hasil kreatifitas yang tinggi dari menggeluti profesinya se- seorang pelukis yang sudah lama 25 tahun. Ke Halaman XI Wanita, Kuda Dan Perang Potret Keseharian Mersad Berber Percaturan dunia seni lukis di Indonesia saat ini mem- peroleh tambahan pengala- man" dengan hadirnya se- orang pelukis Bosnia-Herze govina, Mersad Berber, yang pada 8-11 Oktober mema- merkan 85 karya lukisnya di Hotel Shangri-La, Jakarta. Karya lukis bapak dari dua anak laki-laki dan suami dari Amgisa Berber kelahiran Bosnia 54 tahun lalu itu me- mang belum dikenal di Indo- nesia, meski telah sangat banyak penghargaan yang ia peroleh karena lukisannya dinilai bermutu tinggi. Bukan berarti bahwa ma- syarakat awam sampai para penikmat lukisan ataupelukis negeri ini tidak pemah meng- ikuti perkembangan seni rupa di banyak negara. Jarak yang begitu jauh de- ngan Bosnia, apalagi negeri itu akhir-akhir ini tak pernah lepas dari cengkeraman pe- rang, mengakibatkan orang Indonesia lebih sering mem- baca berita duka dari pada membaca hasil karya lukis seorang warga Bosnia. Namun, perang bukanlah rintangan panjang bagi Mer- sad Berber, karena hasrat melukisnya tak pernah bisa dibendung, sehingga apapun ia lakukan demi "keluwesan tangannya di atas kanvas." " Kawasan wisata ini dibagi menjadi empat wilayah, ba- BERITA YUDHA - SABTU, 22 OKTOBER 1994 HALAMAN VIII Ketika kerajaan Mojopahit masih mengalami jaman keemasan yang diperintah oleh Prabu Brawijaya, beliau mempunyai seorang putri yang amat cantik bernama Roro Anteng yang lahir dari seorang permaisuri. Setelah menginjak dewasa, ia dikawinkan dengan se- orang jejaka keturunan Brah- mana yang bernama Joko Se- Kedua nama itulah diga- ger.. bungkan menjadi satu dari Roro Anteng hanya diambil Teng-nya saja, sedangkan dari Joko Seger diambil Ger- nya saja digabung menjadi satu bernama Tengger. Kepada wartawan pekan lalu ia mengatakan bahwa perang di negerinya yang mulai pecah pada April 1992 tidak menyusutkan dirinya untuk melukis, meski bom dan mortir serta kelengka- pan" peperangan sudah se- ring ia lihat, ia rasakan de- ngan pedih. Daerah Tengger, yang ta- nahnya amat subur, meru- Karena itu, lukisannya ba- nyak diilhami oleh rasa ma- rah terhadap keadaan, yang antara lain ia tuangkan da- lam gambar orang berkepala kuda. Hasil pamerannya di Ja- karta yang dibuka oleh Men- teri Sosial, Inten Soeweno sebagian besar akan disum- bangkan untuk membantu korban perang di Bosnia. Harga yang ditetapkannya antara Rp.3,5 juta sampai Rp.70 juta per lukisan, me- nurut dia, relatif lebih murah dibanding harga yang dita- warkannya di Eropa atau Amerika. Karya lukisnya kini ba- nyak didominasi oleh gam- bar kuda dan wanita. Gambar binatang, berkaki empat itu banyak hadir dalam kete- garan wajah. "Itu lebih sim- bolik dan filosofis," katanya. Sementara itu gambar wa- nita cantik bernuansa Eropa yang berpadu dalam sedikit kesuraman warna emas yang Kabupaten Malang. Di sekitar Bromo disebut Tengger. Menurut sejarah dan para sesepuh di daerah itu, nama Tengger bermula dari gabungan dua nama dari seorang putri yang amat cantik, Roro Anteng dan Djoko Seger. Kedua sejoli tersebut punya cerita cukup gitu saja tanpa takut dicuri orang. unik. Daerah Tengger dikenal sa- ngat aman sampai sekarang, tak pernah ada pencuri. Ma- syarakatnya sangat patuh dengan kepercayaan yang dianutnya. Semua hasil per- tanian seperti jagung dan sayuran kubis, kentang, ka- cang tanah tak pernah di- simpan dalam rumah, bahkan dibiarkan di luar rumah be- Gunung Bromo Yang Tak Pernah Sepi Gunung Bromo, salah satu obyek wisata yang cukupme- nonjol di antara yang ada di Jawa Timur, setiap hari tak pernah sepi dari kunjungan jaman. Tengger artinya te- ngering budi luhur (Jawa), artinya orang yang berbudi baik. wisatawan. Daerah Tengger juga me- miliki keindahan alam yang menawan. Semua wisata- pakan sentra sayur dan buah-rupakan pemandangan yang buahan di Jawa Timur, di menakjubkan sekali," kata- samping memiliki keindahan nya. alam yang tiada duanya. Ma- syarakatnya hidup dengan tentram, rajin bekerja, suka menolong kepada siapa saja tanpa pandang bulu, dan jiwa kegotong royongannya sa- ngat kuat. wan yang pernah datang, umumnya merasa terkesan dan selalu ingin kembali lagi. Seorang wisatawan dari Negeri Belanda, Gipsprins, mengaku telah tiga kali da- tang ke Gunung Bromo da- lam tiga tahun berturut-turut sejak tahun 1992-1993 dan bulan September 1994. di sana-sini dipoles dengan corak dekoratif telah meng- hadirkan satu kesatuan yang cukup berpadu. Bagi kaum pria Bosnia, menurut Mersad Berber, ada tiga benda yang menarik per- hatian mereka, yaitu wanita, kuda, dan burung. "Karena itu banyak lukisan saya yang bernada ketiganya," ujar Muslim Bosnia yang kini menetap di Kroasia karena peperangan di negerinya itu. Mersad Berber yang da- tang ke Indonesia bersama istrinya, Amgisa Berber dan seorang anaknya, Ensar Ber- ber, mengaku sudah cukup lama mendengar tentang In- donesia, terutama kebuda- yaannya yang unik serta ke- kayaan alamnya. "Yang paling menawan datang ke Bromo adalah in- dahnya hamparan lautan pa- sir di kaldera Bromo. Saat sinar bulan purnama, airnya mengombak bagai samudra bergerak, apalagi ketika munculnya matahari pagi dari ufuk timur. Sungguh me- Kedatangannya yang per- tama kali ke Indonesia kini akan ia manfaatkan pula un- tuk mengunjungi Yogyakarta dan Bali. Ia juga mengatakan telah sempat mengunjungi Museum Nasional serta me- lihat koleksi seni rupa Indo- nesia. Memandang Hari Esok karya Irwanto. (Foto: Ist) "Bagaimanapun keha- diran Berber besama lukis- annya akan memberikan hal yang positif bagi perkem- bangan seni rupa Indonesia," kata pengamat seni rupa Drs Sudarmadji. Kepada Antara di Jakarta 11 Setiap tahun sekali di Tengger ada upacara yang dinamakan Kasodo, yang diadakan setiap bulan De- sember. Acara puncak Kaso- do adalah membuang sesaji berupa hasil pertanian dan ternak, kambing, ayam, bah- kan lembu, dan hasil pertani- an lainnya kemulut Gunung Bromo (kawah), yang disebut nglabuh. Namun sebelum acara pun- cak berlangsung, satu minggu sebelumnya diadakan berba- gaimacam hiburan dan atrak- si menarik seperti adu kerbau, karapan sapi, dan tontonan yang menggelar berbagai kesenian daerah, diantaranya tarian Roro Anteng dan Joko Seger. Pada saat demikian, semua penduduk warga Tengger selalu menyediakan segala macam makanan khas daerah di rumahnya, seperti godokan kacang tanah, kentang, nasi dan ayam panggang, untuk semua orang. Para tamu dan wisatawan, atau siapa saja yang dijumpai, akan diajak bahkan "dipaksa" mampir ke rumahnya untuk makan sekenyang-kenyangnya. Bila orang tersebut me- nolak, maka orang itu akan dibenci karena dianggap menghina, itulah tradisi war- ga Tengger yang tidak luntur dari pengaruh kemajuan hari Selasa ia mengemuka- kan, meski bangsa Indonesia belum banyak mendengar tentang pelukis Bosnia itu, namun pamerannya kini akan menambah wawasan. "Biasanya terpengaruh seni rupa Islam dan sering mengungkapkan hal-hal yang semi-abstrak, " ujar Su- darmadji yang pernah men- jabat Kepala Museum Seni Rupa dan sudah sering me- ngunjungi berbagai museum seni lukis di berbagai negara itu. Mersad Berber yang me- ngemukakan suatu ketika tetap ingin kembali ke Sa- rajevo, namun entah kapan, menyebut bahwa melukis adalah bagian dari dirinya. Bila sebelum perang ia bisa melukis selama 16 jam se- hari, maka ketika perang be- lum juga usai, ia hanya me- lukis lima jam sehari. "Segudang" penghargaan telah ia peroleh, antara lain hadiah utama dalam Bien- nial di Trieste, Italia (1971) dan Sao Paulo, Brazil (1972), dari Spanish Olympic Com- mittee, VIII Bienal Interna- cional del Deporte en las Bel- las Artes, Madrid (1982), serta National ZAVNO Award of Bosnia-Herzego- vina (1991). (Larasati Soc- silo). Acara puncak yang men- debarkan, adalah saat Ngla- buh dengan membuang sesaji kemulut kawah Gunung Bro- mo, berupa hewan, hasil per- tanian dan lain sebagainya, karena di sekitar mulut ka- wah itu berdiri ratusan pen- duduk yang berebut dan ber- lari-lari untuk menangkap sesaji. Mereka tidak menghirau- kan maut yang mengancam- nya, padahal setiap saat bisa terpeleset ke dalam kawah. Namun anehnya, belum per- nah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan itu. Tapi bagi wi- satawan asing yang menyak- sikan adegan itu benar-benar merasa ngeri, kalau-kalau ada yang jatuh ke dalam kawah. Setelah upacara Nglabuh selesai, biasanya diteruskan dengan mengadakan pemili- han dukun-dukun baru dari sesepuh warga Tengger. Kini kawasan wisata gu- nung Bromo oleh pemerintah ditetapkan sebagai taman nasional, dan akan dibangun sebuah sarana berupa kereta gantung yang pelaksanaan- nya dilakukan pihak swasta dari Perancis. Walaupun nanti ada sarana modern, angkutan sewa kuda ke puncak Bromo, milik war- ga Tengger, tidak akan di- hapus. (T. Pitono).-