Tipe: Koran
Tanggal: 1980-04-07
Halaman: 07
Konten
2 9 SENIN, 7 APRIL 1980 DUNIA PENDIDIKAN Gita cita dari SMA : sebuah kritik dasar membahas keahlian yang lebih menjurus di perguruan tinggi nantinya. Kurikulum yang disu- sun, fasilitas yang disediakan, tenaga guru yang terdidik didasar- kan dan diorientasikan untuk keperluan tersebut. Hubungan dengan Perguruan Tinggi diharap kan sangat erat, karena output (keluaran) yang satu merupakan input (masukan) yang lain. Satu ketimpangan yang ditemui sehu- bungan antara SMA dan Perguru- an tinggi adalah: sudah tepatkah perlakuan Perguruan Tinggi terha- dap lulusan SMA?. tidak merata. Para pendaftar lebih menyukai fakultas yang nge"top" baik di IPA atau IPS daripada masuk fakultas-fakultas ilmu mur ni. Sebagai misal seperti yang pernah diungkapkan Prof. BAI- QUNI dari FIPA UGM, keluhan- nya tipisnya minat lulusan SMA II. kefakultas untuk meneruskan fakultas ilmu murni semacam FIPA (= FIPIA). Berbagai resep pengobatan pernah dicoba de- ngan: mengadakan pendekatan dan perkenalan profesi pada siswa SMA, memberikan perangsangan pemberian beasiswa yang lebih lunak dan masih banyak lagi. Resep ini lebih cocok sebagai pengobatan rasa sakit, bukan sumber sakit. pengobatan ke Tipisnya animo ke FIPA mungkin disebabkan lulusan SMA IPA lebih tertarik ke fakultas fakultas di kelompok sosial yang agak nge"top", semisal Ekonomi, Sos- Pol, Hukum. Disamping pandang an ilmu murni bahkan cenderung lebih sulit dibanding ilmu yang terpakai, dan masa depannya yang kurang basah. Seperti telah kita ketahui bersama, negara kita ntenganut dua jalur (dual system) untuk pendidikan menengah atasnya atau SLTA. Yakni: SLTA SLTA Kejuruan dan SLTA Umum. Masing-masing dibina dengan orientasi output yang berbeda satu dengan lainnya. SLTA Kejuruan baik STM, SPG, SGO, SPMA, STMA, SKKA, SpbMa dan masih banyak lagi dimaksudkan untuk mempersiapkan anak didik untuk keahlian tertentu. Misal- nya: keahlian teknik, keahlian guru, keahlian pertanian dan sebagainya. Tugas sekolah lebih dititik beratkan sebagai praalokasi dan pra seleksi tenaga kerja. SLTA Umum yang lebih dikenal sebagai SMA bertujuan memper- siapkan tenaga untuk melanjutkan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi, baik bersifat akademis, institut, sekolah tinggi ataupun universitas. Dengan berbagai per- timbangan jumlah kedua jenis SLTA bila diperbandingkan tidak- lah sama, melainkan lebih banyak SMA nya. SMA ditujukan untuk menampung 48,4 prosen lulusan SMP untuk tahun ini, bahkan direncanakan menjadi 51,7 prosen untuk akhir Repelita III ini. Sementara untuk SLTA Kejuruan hanya 43,1 prosen, bahkan akan ditipiskan menjadi 38,7 prosen untuk akhir Repelita III atau 1983/1984. Untuk kesempatan yang terbatas ini, mari kita tinjau berbagai hal tentang SMA nya saja. Peranan SMA nyata sekali sebagai pemersiap calon insan teknokrat akademis sekaligus dimasa mendatang. Dari padanya diharapkan pemberian "pondasi" masih keahlian yang sifatnya umum dan nienyeluruh, sebagai SMA kita mengajarkan keahli an yang sifatnya dasar dasar "science", yaitu: exact science dan social science. Dewasa ini dikenal sebagai kelompok IPA( Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Ke- lompok IPA meliputi ilmu pasti dan ilmu alam yang mengupas kejadian alami secara nalar, yakni ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi dan mathematika. Kelom- pok IPS membahas ilmu yang timbul sebagai akibat hubungan antara manusia, baik dari dasar dasar manajemen, kebudayaan dan ilmu sosial dasar. Sebelum pengelompokan ini dicanangkan, dulu lebih dikenal sebagai SMA bagian A, SMA bagian B dan SMA bagian C. Berdasar pola ilmu yang mendekati sama antara ilmu ilmu sosial dasar dan budaya dasar, maka SMA bagian A dan bagian C diintegrasikan manjadi kelompok IPS. Untuk SMA bagian B (atau Pas-Pal) lebih menitik beratkan para siswanya untuk "melahap" goneometri, stereometri, planime- tri, aljabar analit, (sekarang din amai:mathematika) ditambah fisika, kimia dan biologi. Bagian Koran dan perpustakaan : Menarik sekali pengungkapan Ba- pak Menteri Pendidikan dan Ke- budayaan, Dr. Daoed Joesoef, di ke- dalam pidatonya pada sempatan penyerahan bantuan Dep. P dan K. kepada PWI Jaya dalam rangka Adinegoro Awards pada tanggal 25 Maret 1980 yang lalu, dimana dikemukakan bahwa, alangkah baiknya program "Ko- ran masuk desa" dikaitkan dengan "Perpustakaan masuk desa" Suasana pertemuan di IKIP Semarang, dengan Menteri P dan K. Problema Penyebaran dan Peman- faatan Koran. Adanya usaha usaha rekan- rekan wartawan dan pihak Peme- rintah mewujudkan "Koran ma- suk desa" merupakan langkah yang baik dan patut ditunjang, sebagai usaha pelaksanaan kebi- jakan Pemerintah di dalam hal pemerataan, kususnya pemerataan penyebaran informasi dan penge- tahuan kepada masyarakat Indo- nesia. Apabila benar benar kita ingin mewujudkan koran masuk desa, maka tentu saja yang dimak- sudkan adalah bukan sekedar koran-koran itu berpindah dari kota dan sampai di desa saja, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana agar koran- koran itu benar benar sampai di tangan dan dimanfaatkan oleh banyak rakyat didesa itu. Guna penyebaran yang efektif itulah, maka timbul pertanyaan pada kami, bagaimanakah mekanisme penyebaran dan penyampaian ko- fan koran itu, terutama menyang- kut sarana dan metodenya, agar betul-betul koran-koran itu sam- pai di tangan dan dibaca oleh seluruh warga desa. Untuk jelas- nya, persoalan itu dapat difokus- kan di dalam: a. Bagaimanakah agar seorang penduduk desa dapat mem- baca minimal lebih dari hanya satu koran saja. b. b. Bagaimanakah, agar supaya koran-koran itu dapat benar- benar sampai di tangan dan dibaca oleh setiap penduduk Permasalahan pertama berbicara tentang bagaimanakah caranya seseorang memperoleh dan mem- baca 2 dan 3 koran sekaligus. Membaca lebih dari satu buah koran tentu tidak merupakan keharusan dan hal inipun banyak bergantung pada selera si pem- baca. Namun apabila kita ingin- kan masyarakat dapat mempe- roleh berita dan pengetahuan secara demokratis dan luas teru- tama untuk menghindarkan ada- nya sikap ektrimis terhadap satu masalah dan opini, maka ada baiknya kalau dapat tersedia un- tuk seorang warga masyarakat, lebih dari satu koran bacaan. Persoalan utama di sini, pada dasarnya bukan lagi menyangkut apakah seseorang mempunyai ke- mampuan membaca lebih dari satu koran sehari, tetapi kami kira yang terutama adalah apakah seseorang war ga desa telah mam- Dua sejoli masuk desa inilah yang menjelma menjadi kelompok IPA. Dilihat dari ilmu yang dipelaja- IPS bila lulusan maka melanjutkan ke Perguruan Tinggi naantinya jelas untuk fakultas yang menangani disiplin ilmu yang serumpun. Sebagai contoh: Ekonomi, Sosial -Politik, Hu- kum, Sastra dan Budaya, Psikolo- gi, Filsafat, Keguruan (selain FKIE dan FKT), Geografi, Seni dan sebagainya. Lulusan IPA dapat memilih Teknik (geologi, mesin, listrik, geodesi, perminyak- pertambangan, sipil dan an, sebagainya), Sementara tersedia di bidang kesehatan: Kedokteran dan Farmasi; dan dikelompok agro: meliputi: Pertanian, Kehu- tanan, Peternakan, Perikanan dan sebagainya. Tapi kenyataan yang berlaku untuk SMA kita agak berlainan dengan prinsip diatas, lulusan IPA mempunyai hak daftar yang lebih ragam dari SMA IPS. Ke fakultas apapun dengan "pasport" SMA IPA dapat lalu, baik kelompok fakultas IPA sendiri atau bahkan ke IPS. Sementara lulusan SMA IPS terbatas pada fakultas fakul- tas IPS saja. Dalam kenyataan ini seolah-olah dengan pondasi ma- thematika dan fisika, diperboleh kan membangun rangka dinding dan atap yang filsafat atau psikologi misalnya. Adakah ilmu tersebut pertama dapat ilmu mendasari yang tersebut ter- akhir?. Pertanyaan yang rada emosionil pernah saya dengar dari seorang lulusan SMA IPS: kalau begitu buat apa dibentuk SMA IPS kalau kita telah yakin dengan ri, kalau melihat perbandingan di- mana oplaag terbanyak surat kabar di ibu kota (yang mempu- nyai ruang lingkup nasional) ber- kisar 40,000 ex sehari, berarti belum mencapai 15% dari pen- duduk ibu kota, maka salah satu kesan kami adalah bahwa pen- duduk di ibu kota saja belum setengah dari jumlah warganya yang mampu berlangganan sebuah surat kabar, Analisa ini tentu bersifat kasar saja, karena me mang ada kenyataan bahwa se- buah koran yang dilangganan oleh sebuah keluarga dibaca oleh dua orang ibu dan bapak Tetapi jelas bahwa kemampuan dana untuk berlangganan satu koran apalagi dua tau tiga sekaligus bagi warga suatu kota metropolitan masih terbatas. pu untuk berlangganan satu atau dua atau tiga koran sekaligus, Berlangganan langsung biasanya adalah, jalan paling ideal dan efektip untuk dapat koran itu dimanfaatkan sekeluarga namun Oleh: Soeharto Permasalahan kedua, adalah ba- gaimana supaya sebuah koran atau lebih dapat sampai di tangan dan dibaca oleh warga masyarkat desa. Oleh: Drs. J.Rompas Kalau kita mengambil jalur de- ngan jalan berlangganan langsung, tentu keadaannya masih sulit, dan kalau juga rakyat mampu ber- langganan maka kebanyakan ha- nya mampu berlangganan 1 buah koran saja. (Foto: SK Tins). Selama ini tam Acetus idea dan paknya Rip koran masuk pengambterpikirkan jalur desa, bebagai sarana pe- perpusti di desa. Hal ini nyebarbabkan karena ada- mungkkaan di Indonesia nya kecil jumlahnya dan masia desa kita belum umu mempunyainya sehingga mmang masih banyak sekali masarakat Indonesia, yang belum mengenal perpustakaan. Banyak yas hanya ata istilah mengetahui nama perpustakaan saja. Ya dimak- sudkan dengan perpuakaan di desa, adalah pada darnya ber- bentuk sebuah perpuakaan yang terletak di desa itu, bupa sebuah bangunan rumah, dean ruangan- -ruangan: Koleksi, aca dan per- lengkapannya, ber/sejumlah bu- ku, majalah, surakabar, dan lain sebagainya yang rpilih, disebut bahan pustaka, ng kesemuanya ini disediakan an diharapkan dipakai dan danfaatkan secara bebas olehrga masyarakat desa. Dapat a, desa itu hanya dilayani olehrpustakaan berupa suatu perpukaan mobil ("per- iling") yang men- pustakaan datangi damelayani desa pada periode-pede tertentu saja. Suatu pustakaan Desa adalah suatu laga desa sebagai pusat belajar nerangan dan informasi terbukntuk digunakan seluruh esa secara bebas dan warg demtis. Warga desa dapat dan membaca secara bean berkesinambungan ber- babuku, majalah, surat kabar dentuk-bentuk media infor- mer mathematika dan fisika dapat mendasari segala ilmu. Pernah seorang wali murid menemui saya ketika saya men- jadi guru di salah satu SMA swasta yang kebetulan memegang wali kelas satu. Ibu tadi menyanggupi memberi "sesuatu" bila anaknya disisipkan ke IPA. Saya jelaskan kenaikan kelas dengan memperhatikan ang ka prestasi yang tertera pada raport, bila mata pelajaran kelompok IPA yang baik maka anak tersebut naik ke kelas dua IPA. Akhirnya daripada mengusulkan malah anaknya naik ke klas dua IPS, mendingan tidak naik kelas saja biar tahun depan dapat ke IPA. Mungkin masih ada di antara kita pemberian yang beranggapan kebebasan ke segala fakultas terbatas pada hak daftar semata. bukankah kepada calon maha- siswa diperlakukan sama dalam testing masuknya?. Hanya saja masalahnya tidak sesederhana ini. III. r lain yang tersedia pada ustakaan itu. a saja kita bayangkan, kalau alnya di suatu desa sudah ada pustakaannya, dimana di per- istakaan didrop (dan atau ber- dibaca ingganan) katakanlah 6 surat Fakta lainnya yang umum di- ketahui adalah apabila suatu ke- luarga berlangganan sebuah surat kabar, maka biasanya koran ter- sebut hanya terbatas dibaca oleh keluarga itu sendiri dan umumnya memungkinkan tidak oleh orang lain selain warga cabar yang berbeda, maka seorang rumah bersangkutan. Jelas jalurrakyat desa dapat secara bebas ini bukan pemecahan yang efek membaca diperpustakaan lebih tip. Mungkin dapat pula kir dari satu koran dengan tidak tempuh jalur dimana disampi harus "membayar,' lagi. Bukan ada yang berlangganan langsu saja koran yang dapat dibaca tapi dapat juga bahan-bahan lainnya kususnya bagi warga kurang m yang tersedia seperti majalah dan pu, dapat saja sejumlah k buku-buku. didrop di kantor-kantor lurahan, Kepala Kampung Rukun Warga dan memin warga masyarakat datangah baca di Kantor itu. Hal ing merupakan pemecahapat membantu, namun bel po- dikatakan efektip. Ju na- pulasi pembaca berta tidak mun masih dihambat men- bebasan dan rasa yang datangi tempat mesa-desa biasa bagi rakyat judukan dibuat sebagai temfang ter- "Pemerintah" di ker" Pe- kadang dianggap sa untuk nyebaran koran tidak di tahap pertama jangkau se- harapkan untu/ itu, namun luruh rakyat Shakan dapat demikian har bagian besar. dimanfaatkansebagai Sarana Perpustakaad Penyebar K Akibat langsung yang sifatnya agak subyektip atau tergantung pada individunya adalah rasa rendah diri dan kekecewaan bila. ke kelas IPS Mungkin pikir mereka (anak didik) yang dapat naik ke IPA mempunyai prestasi lebih, sementara yang ke klas IPS lebih condong "sortiran" seting- kat lebih baik daripada tidak naik. Anggapan yang tidak perlu terjadi mestinya. mereka Juga karena perguruan tinggi yang kita miliki tidak memung- kinkan dapat menampung keselu- karena lulusan SMA ruhan berbagai hal tentunya, maka akan menjadi-pencari kerja tanpa keahlian. Banyaknya mereka berkisar 35,3 prosen dari semua lulusan SMA (perlu dicatat tinggi perguruan kemampuan untuk tahun 1983/84 baru dapat menampung 64,7 prosen dari lulusan SMA). Mereka-mereka itu menjadi sulit dicari pemecahan nya bila hendak dimasukkan ke pendidikan non formil (semacam kursus), karena kita tidak dapat memastikan berapa dari mereka Kalau kita kaji lebih lanjut, dapatlah kita raba adanya perang- sangan distribusi calon mahasiswa Menteri P&K di IKIP Semarang : Mahasiswa harus sering meneliti menambahkan. Menurut dia, de- ngan ketrampilan2 yang dimiliki oleh mahasiswa2 di luar negeri itu, mereka tidak puas hanya bekerja untuk mencari makan saja. Tetapi dengan kecerdasan otaknya yang terlitih itu, mereka menginginkan lebih dari hanya sekedar cari makan, katanya se- mangat. Semarang (Suara Karya) Mahasiswa harus sering laku- kan penelitian, untuk pengem- bangan ilmunya, apalagi setelah terjun di kalangan masyarakat nanti, dan penelitian itu harus berguna bagi masyarakat sekeliling- nya. Demikian dikatakan oleh Men- teri P & K Daoed Joesoep dalam forum dialog khusus dengan para dosen, senat mahasiswa dan para dekan IKIP Semarang, seusai menghadiri Lustrum ke III dan hari Wisuda Sarjana tanggal 29 Maret 1980 lalu. Menurut dia, NKK adalah satu usaha meluruskan kembali atau penataan kembali kondisi univer- sitas/perguruan tinggi dalam me- laksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang selama beberapa tahun sebelumnya telah dirusak. "Karena itu keadaan yang me- nyedihkan itu perlu penataan kembali, perlu dinormalkan kem- bali dan lahirlah konsep Norma- lisasi Kehidupan Kampus yang Karang sudah berjalan baik, Dan tidak ingin ketinggalan" kata Menteri tegas. Karena perpustakaan memang di- sediakan untuk rakyat tanpa membeda-bedakan golongan ma- syarakatnya, dan lagi pula me- rupakan suatu lembaga desa yang permanen maka perpustakaan ini adalah benar-benar merupakan pusat belajar dan penyebar infor. masi yang paling efektip dan berlangsung ''seumur hidup" Adanya perpustakaan desa, sekali- gus telah memecahkan dua per- soalan pokok "koran masuk desa" ialah pertama, sebagai sarana yang efektip bagi rakyat untuk me manfaatkan korannya dengan ka- ta lain rakyat banyak yang belum mampu dapat membaca surat kabar tanpa berlangganan lang- sung, cukup membaca di perp- ustakaan saja. Kedua, seorang warga dapat secara bebas memilih dan membaca lebih dari satu koran, Persoalannya sekarang tinggal kita mengadakan pe- rencanaan yang integrasi antara "koran masuk desa" dengan "Per- pustakaan masuk desa" seperti yang dimaksudkan Bapak Menteri Dr. Daoed Joesoef dan yang penting lagi bagaimana kedua program ini dapat segera ter- ealisasi secara maximal. Sebagai contoh diketengahkan bahwa di luar ngeri, setiap hari tidak kurang dari 50 penemuan2 baru di bidang ilmu pengetahuan, Itu dapat terjadi, karena maha- siswa2 di sana rajin dan mau mengadakan penelitian2, katanya 2258639 Lebih jauh Nenteri Daoed mengatakan bahwa kalau NKK gagal, yang hakeatnya adalah penjabaran dari Ti Dharma Per- guruan Tinggi, bail kampus mau- pun negara aka sama2 ngalami kerugian. "Rugi, karena dari universitas yng diharapkan. me- akan melahirkan peneliti2 yang sangat dibutuhkn negara se- karang ini", kataya tandas. Se- bagai gambaran oleh Menteri diketengahkan bawa dari Mehte- ri Riset Habite, sudah ada permintaan tidak kurang dari 500 tenaga peneliti. Belum lagi dari Departemen2 lin, PU, Perin- dustrian dll, sehrang ini sudah pada menyada betapa penting- dang kalau KK itu berjalan mantap dan baik selama dua tahun baru akan dihasilkan 200 tenaga peneliti, Karena itu NKK harus berjalan baik", tambahnya. til 10 Bantuan itu berupa tiga buah bis merk Ford dan dua buah minibus merk Datsun, Sena, merupakan yang kedua setelah bantuan yang sama kepada Universitas Padja djaran beberapa waktu yang lalu. Bantuan ini dimaksudkan untuk menunjang IKIP dalam rangka usahanya melancarkan pelayanan Berjalan baik. Dalam pada itu Rektor IKIP Drs. Hary Moelyono atas per- (Foto SK/age). Tiga bis Ford dan 2 minibus Datsun Sena bantuan Presiden untuk- IKIP Neg. Bandung. Bantuan Presiden untuk IKIP Bandung BANDUNG (Suara Karya) Bantuan Presiden pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung diserahkan Kamis lalu oleh Kepala Biro Proyek- Propyek bantuan Presiden Zahid Husein kepada Wagub Jabar Ir. Suhud W.P yang kemudian menyerahkan lagi kepada Rektor IKIP Bandung drs. Numan Somantri di halaman gedung Kertamukti. Diskusi PTS Kopertis V Baru-baru ini bertempat di Gedung Susteran, Bongsari Se marang telah diadakan Diskusi antar Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V. Diskusi diikuti oleh semua PTS KOPERTIS V Yang masing-masing di wakili 1 orang mahasiswa, Bertindak sebagai Pem bahas: AUB "Pancasila" Ska.; Unv. Muhammadiyah Magelang dan Unv Kristen Satya Wacana Salatiga. Paper yang berjudul "Pemanfaatan Ilmu dan Teh- nologi dalam Menunjang Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup" yang masing-masing disampaikan oleh Mahasiswa UNTAG Sema- rang dan Abu Sudjak Isa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Paper tersebut disajikan dalam rangka Pengem- bangan Penalaran Mahasiswa, Da- lam Kata sambutannya Kepala KOPERTIS V Drs. Wuryanto menekankan Mahasiswa perlu me- ngembangkan Penalarannya, se hingga dapat berfikir obyektif dan lain dari pada itu beliau juga berpesan agar dalam berdiskusi hendaknya sifat mau menang sendiri harus dihindarkan dan mau menerima pendapat orang lain. BUS B dari SMA IPA dan berapa dari mereka yang dari SMA IPS. Ada baiknya kalau kita tidak mengabaikan keahlian yang akan dicapai melalui kursus dapat dijiwai dari keahlian dasar sewak- tu SMA. Lulusan SMA IPS lebih cocok disediakan semacam kursus Tata buku, Management, berbagai kursus bahasa asing dan sebagain- ya. Akibat yang lain, adalah pemberian dasar yang tersia bila terjadi lulusan SMA IPA meng- ambil kuliah dikelompok fakultas IPS. Selain itu kita tidak dapat lagi memandang pendidikan di SMA sebagai salah satu ujung spiral awal dari keseluruhan konteks keahlian yang dikhusus kan di perguruan tinggi. Pihak fakultas térpaksa harus meng- ulangi dasar dasar ilmu ilmu sosial-budaya, karena menerima mahasiswa yang tidak mempunyai dasar untuk itu untuk tahun tahun pertamanya. IV. an Kunci penyelesaian terletak pada kita bersama, maukah kita menyadari kemungkinan sepinya peminat pada masing-masing fa- kultas ilmu dasar ataukah pengada kuliah pendahuluan pada tingkat tingkat awal di perguruan tinggi; adalah product lanjut hak daftar yang tidak pada tempat- nya. tersilah, Terserah dan baru konsepsi pemikiran sebuah kemungkinan saja akibat perlakuan yang kurang mengena dari perguruan tinggi kita pada SMA. Dan ini sudah berjalan sejak dulu, sebelum Repelita ini kita canangkan. kampusdan akademis. Rektor IKIP Bandung drs. Numan Sumantri menyebutkan ,dengan bantuan ini kegiatan IKIP Bandung dalam bidang pendidikan dan penelitidan dan pengabdian kepada masyarakat akan lebih dapat ditingkatkan lagi. Bantuan ini akan sangat membantu kelancaran kegiatan akademis IKIP Bandung yang kini mem- punyai 11.000 mahasiswa, 750 staf pengajar tetap, 700 pengajar luar biasa serta 650 tenaga ad- ministratif. Seusai acara serah terima itu ,sempat juga Zahid Husein ber- sama Wagub Jabar dan Rektor IKIP Bandung serta puluhan mahasiswa mencoba bis dan minibis itu keliling jalan seputar gedung Kertamukti (Age) Krmalang, 25380. tanyaan Suara Karya, dengan suara cukup mantap mengatakan bahwa pelaksanaan NKK di IKIP cukup baik "Ini yang mengatakan orang lain, bukan karena kecap nomor satu", katanya sambil senyum, Sebagai contoh diketengahkan bahwa penelitian2 yang dilakukan. oleh mahasiswa itu dikatakan sebagai cukup berguna untuk masyarakat di sekitar perguruan tinggi ini. Misalnya soal penelitian air bersih, penelitian tentang ke- giatan para pengusaha tempe di daerah Semarang, penelitian ten- tang kehidupan masyarakat di kota Semarang. "Dengan NKK itu ditambah dengan pelaksanaan program KKN, maka mahasiswa di kampung-kampung tidak cang- gung. Mereka menjadi satu dengan masyarakat sebelum terjun di kalangan masyarakat,hingga se- telah lulus mereka cukup treng- ginas dan trampil", katanya ke- pada SK. (049) Pande Radja Silalahi raih Doktor di Jepang Pada hari Rabu, tanggal 26- Maret 1980, Pande Radja Silalahi telah berhasil meraih gelar Doktor (Ph.D) dari Kobe University of Commerce, Kobe, Jepang, dengan mempertahankan disertasi yang berjudul "The Growth of Gover- nment Expenditure and Eco- nomic Development with Special Reference (Pe- Japan" rtumbuhan Pembelanjaan Peme. rintah dan Perkembangan Eko- nomi dengan Tekanan Khusus kepada Jepang). Disertasi tersebut dipertahankan dalam bahasa Je- pang dan bertindak sebagai Pro- motor adalah Prof. Dr. Tetsuya Nosse, Prof. Hosaka dan Prof. Kawanabe, to Semestinya dengan bekal pelaja-1 ran yang didapat di Sekolah Dalam disertasinya Dr. Pande Radja Silalahi dalam tingkat per- tama mencoba membuktikan bah- Promovendus dilahirkan di Balige (Tapanuli Utara) pada tanggal 22 Maret. 1949 dan sesudah lulus dari SMA kemudian melanjutkan pelajarannya di Fa- kultas Ekonomi Universitas Pa- rahyangan pada tahun 1968 dan menyelesaikannya pada tahun 1973. Semula Promovendus me- rencanakan untuk mempersiapkan disertasi khusus dalam bidang Ekonomi Pembangunan atau bi- dang Penerimaan Negara (Per- pajakan). Tetapi karena masih langkanya penyelidikan mengenai pengeluaran Pemerintah dalam hubungan dengan Ekonomi Pem- bangunan, maka Promovendus (Foto: Rel). Pande Radja Silalahi Ph.D. kembangan pengeluaran peme- rintah bila ia diklasifikasikan menurut fungsi (administrasi, per- wa ukuran-ukuran yang dipakai tahanan, pensiun, pendidikan dan memusatkan perhatiannya kepada perihal tersebut. lain-lain). oleh beberapa profesor seperti ekonom terkemuka, Prof. Ri- chard A. Musgrave, Alan T. Peacock, Gandhi, Gupta, Prest dalam mengukur tingkat per- kembangan pembelanjaan pe- merintah dalam hubungannya de- ngan ekonomi pembangunan. adalah kurang komprehensif sifat- nya. Bertitik tolak dari situ ia mencoba mengembangkan suatu ukuran yang sifatnya komp- rehensif khususnya untuk me- ngetahui apakah ada perbaikan kualitas dan atau kuantitas dari pada benda-benda atau jasa-jasa yang diprodusir ataupun yang pengelolaannya oleh sektor pe- merintah, Dengan ukuran yang diang- gapnya lebih komprehensif ter- sebut ia menyelidiki pem- belanjaan pemerintah Jepang da- lam hubungannya dengan eko- nomi pembangunan dari tahun 1878 sampai dengan tahun 1975 (hampir 100 tahun). Kemudian menerapkan metode yang sama terhadap 77 negara (non ko- munis). Dalam bagian kedua dari di- sertasinya ia menyelidiki masalah yang sama dalam jangka waktu yang lebih pendek sesuai dengan tingkat perkembangan ekonomi, Selanjutnya ia menyelidiki pe- ngaruh keributan-keributan sosial terhadap pembelanjaan, pene- rimaan pemerintah, dan aktivitas unit-unit pemerintahan (Peme- rintah Pusat dan Pemerintah Da- erah). tulisan dalam bidang-bidang ter- ku- sebut. Semasa mahasiswa Pande Radja Silalahi pernah menjabat Dari seluruh hasil studi ter- Ketua Himpunan Mahasiswa dan dalam masa jabatannya mem- sebut Dr. Pande Radja Silalahi perubahan perjuangkan secara singkat antara lain me- rikulum yang dianggapnya terlalu nyimpulkan, ukuran-ukuran yang memberatkan mahasiswa dan ti- dak efektif dan sekaligus mem- dipakai sebelumnya oleh nyelidik-penyelidik yang me- buktikan bahwa walaupun aktif nyelidiki peri laku pengeluaran dalam kegiatan organisasi maha- pe- pemerintah dalam hubungannya dengan semua lajar) tidak tertinggal dan ini pertumbuhan ekonomi siswa, tugas utama temporer (be- tidak komprehensif sifatnya se- terbukti karena Pande Radja Si- hingga diperlukan ukuran lain lalahi adalah lulusan pertama dari seperti yang dikembangkannya; angkatannya, peri laku pembelanjaan peme- Pada bulan Januari 1975 ia rintah Jepang selama kurang lebih 100 tahun belakangan ini dalam dikirim oleh CSIS untuk belajar kasus-kasus tertentu tidak sama ke Jepang dengan beasiswa dari dengan apa yang terjadi di Inggris, Departemen Pendidikan Jepang The Japan USA, Jerman Barat; Iceland atau (Mombusho) dan negara-negara yang sudah melalui Foundation. Dari bulan Januari tingkat tahapan per tahun 1975 sampai dengan bulan kembangan ekonomi, Sulit untuk Maret 1976 dia melakukan pe- membuat generalisasi mengenai nyelidikan dalam bidang ekonomi peri laku pembelanjaan peme. pembangunan di samping belajar rintah melalui studi perbandingan bahasa Jepang pada Hiroshima (cross section analysis) tanpa University di bawah bimbingan memperhitungkan sistem peme- Prof. Dr. Jasuo Tamura, Ber- rintahan, sistem politik, sistem hubung Universitas Hiroshima be- ekonomi, kebudayaan, penduduk, lum mempunyai doktor course daerah dari masing-masing negara untuk fakultas ekonomi, ia pin- yang bersangkutan, Public Goods dah ke Kobe University of Comm- yang diproduksi oleh atau yang erce dan mengikuti program dok- pengelolaannya oleh pemerintah tor sesudah melalui ujian saringan Jepang selama tahun 1878 - 1975 dan bekerja di bawah bimbingan (sebagai suatu kesatuan), kualitas Prof. Dr. Tetsuya Nosse, atau kuantitasnya bertambah ba- ik, tetapi perkembangan ini ter- jadi sesudah melewati tingkat pendapatan tertentu. Dalam bagian keempat, kelima dan keenam dari disertasinya ia menyelidiki masing-masing, apa- kah "Concentration Process" da- lam pembelanjaan pemerintah se- perti yang terjadi di Inggris, Patut dicatat bahwa Pande Radja Silalahi adalah merupakan lulusan doktor pertama dari Kobe University of Commerce wa Jerman Barat atau negara-negara Kecuali itu, Dr. Pande Radja laupun universitas itu telah be yang sudah berkembang lainnya terjadi di Jepang; per- Silalahi menganjurkan agar di- rumur 52 tahun. Dan ia malah kembangan pengeluaran pemerin- lakukan penyelidikan secara lebih mungkin merupakan doktor per- pem- tama untuk ilmu ekonomi (ilmu- tah menurut kriteria ekonomi terperinci (investasi, konsumsi, transfer pay- belanjaan pemerintah dan dengan ilmu sosial) dari mahasiswa asing subsidi); suatu pertimbangan bahwa ma- yang belajar di Jepang (rel). atas ments dan per- asing di P.T. Pada waktu belakangan ini ramai dibicarakan berbagai macam ma- salah yang ada di perguru an tin i. Sejak dari peranannya, hubungannya dengan masyarakat, ulah sistem para mahasiswa, perkuliahan, kurikulum, tenaga pengajar dan macam-macam. Dari kesekian banyak segi kelemahan itu nampaknya masyarakat me- nuntut agar di masa-masa menda- tang tidak terulang lagi. Dan dengan beresnya perguruan tinggi itu diharapkan perguruan tinggi benar-benar berfungsi sebagai salah satu instrumen dalam modernisasi. Uraian berikut ingin mengungkap permasalahan bahasa asing di perguruan tinggi. Uraian ini terutama did or ong oleh adanya keluhan dari beberapa pimpinan perguruan tinggi seperti baru-baru ini diungkapkan oleh pimpinan IKIP Medan (Suara Karya, 26 Maret 1980). Dis. samping itu beberapa waktu yang lalu salah seorang mengemukakan keluhan serupa. Menurut kedua pejabat perguruan tinggi tersebut banyak program belajar ke luar negeri tidak dimanfaatkan lantar- an tidak tersedianya dosen yang mampu berbahasa asing, terutama bahasa Inggris. Dari pengakuan kedua pimpinan perguruan tinggi tersebut terbukalah akhirnya kedok kelemahan dari pihak dosen, di mana selama ini kelemahan tersebut selalu diala- matkan kepada para mahasiswa. Setiap kali terjadi kegagalan studi di perguruan tinggi yang dipersa- lahkan hanya mahasiswa saja. Apalagi mahasiswa. Belajar bahasa Inggris dimulai sejak di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Lalu dilanjutkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), kemudian di perguruan tinggi pun diajarkan paling tidak satu semister. SUARA KARYA - HALAMAN VII BIG UDINESTY qerse tisto Mengatasi kelemahan bahasa lanjutan para mahasiswa sudah memiliki prinsip-prinsip dasar bahasa Inggris. Paling tidak ia telah memilikinya, walaupun secara pasif. Artinya dari pelajar- an yang memakan waktu enam tahun itu seorang lulusan sekolah lanjutan akan mampu mengem- bangkan pengetahuan yang ada padanya itu. Sehingga di perguru- an tinggi para mahasiswa tinggal memperdalam dan mengembang kan kemampuan yang ada pada- nya. Kalaupun masih diajarkan bahasa Inggris orientasinya lebih diarahkan kepada usaha pemaha- man literatur berbahasa Inggris atau penterjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Idealnya begitu. Namun dalam kenyataannya tidak demikian. Justru salah satu kelemahan mahasiswa yang paling menonjol adalah penguasaan bahasa Inggris. Dalam hal ini barang kali bisa dipersoalkan faktor penyebabnya. Banyak orang menduga bahwa kegagalan tersebut disebab kan oleh sistem pengajaran yang tidak sesuai dengan alam Indonesia, para guru bahsa Inggris tidak memiliki teknik mengajar yang tepat serta kondisi masyarakat yang tidak memungkinkan bagi tumbuh suburnya bahasa Inggris, sehingga bahasa Inggris dibaca dan didengar hanya di ruang kelas saja. Kecuali itu barangkali murid-murid SLTP/A pun kurang memahami maksud mempelajari bahasa Inggris. Kalau kita ingin jujur memang semasa di sekolah lanjutan kita tidak mempunyai motivasi yang jelas dalam mempe- lajari bahasa Inggris, kita tidak tahu guna mempelajarinya sehing- bahasa Inggris justru jadi momok, banyak murid yang bolos di sa saat bahasa Inggris diajar- kan. Sampai keluar dari SLTA ga Basuki dari AUB Pancasila sedang menyampaikan pembahasannya. salah itu sudah merupakan dan akan tetap menjadi masalah yang serius dalam negara-negara yang didasarkan atas demokrasi. Oleh: M.Rusli Karim DI DR Sejak masa mahasiswanya menun- Sebagai penutup dari diser- tasinya ia mengembangkan suatu Pande Radja Silalahi metode untuk mengukur dan jukkan minatnya yang serius ter- mencek hasil-hasil penyelidikan hadap masalah pembangunan, so- bab-bab sebelumnya dan sial, politik, ekonomi, pendidikan yang dianggap akan dapat diper- gunakan sebagai suatu standar untuk penyelidikan dalam bidang yang sama. dalam dan telah menghasilkan beberapa (Foto: Win). pun kita belum merasakan penyakit itu sebagai penghambat dalam penggalian dan pendalaman ilmu Baru di pengetahuan. perguruan tinggi dirasakan betapa besar manfaat bahasa Inggris, terutama di kala diberi tugas oleh dosen untuk membaca berbgai literatur asing yang kadang- kadang justru para dosen yang bersangkutan sendiri belum per- nah membaca buku yang dibeban- kannya kepada para mahasiswa- nya itu. Bahkan tidak jarang para dosen itu pun tidak mampu memahami membaca, apalagi buku tersebut. Ironis. Dosen sebagai guru para siswa yang maha, di mana perguruan tinggi merupakan jenjang belajar terakhir, mau tidak mau dituntut satu kemampuan tertentu dalam penguasaan bahasa asing. Tanpa menguasai bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris, begitu juga bahasa asing lainnya (jika mung- kin) para dosen tidak akan dapat menguasai ilmu pengetahuan yang kebanyakan bersumber dari buku yang berbahasa asing. Semakin tinggi tingkat pemahaman bahasa asing semakin besar pula kemung- kinan baginya untuk mengem- bangkan karir sebagai seorang ilmuwan, scientist. Begitu pula, sebaliknya. Keharusan akan penguasaan baha- sa asing ini tidak saja bagi para dosen, melainkan juga, bahkan lebih-lebih lagi, para mahasiswa. Khusus dalam peningkatan kam- puan para mahasiswa kecuali diperbanyak volume jam kuliah formal perlu pula diusahakan agar teknik/metode mengajarkan baha- sa Inggris juga ditingkat. Apalagi jika para mahasiswa dituntut penguasaan bahasa Inggris secara aktif maka mengajarnya pun harus diorientasikan ke sana. Barangkali perlu diciptakan suasa- na yang lebih baik lagi di mana terjadi semacam dialog/diskusi antara dosen dan mahasiswa dalam bahasa Inggris. Dengan demikian mau tidak mau para dosen dituntut satu kecakap- tertentu yang memungkin- kannya membimbing mahasiswa- nya. Tanpa tersedianya jumlah dosen yang mampu membimbing para mahasiswanya maka kecil se kali kemungkinan penguasaan bahasa Inggris tersebut, kecuali beberapa mahasiswa tertentu yang aktif mengikuti kursus dengan biaya sendiri. Di samping itu pemberian tugas oleh para dosen, seperti keharusan membaca litera- tur asing, membuat ringkasan buku berbahasa asing dll amat membantu. Tentu saja masih banyak cara yang bisa ditempuh mahasiswa untuk mendorong meningkatkan bahasa asingnya. Penulis sendiri menyadari betapa rendahnya tingkat pemahaman bahasa asing tsb. an Untuk para dosen, kecuali perlu seleksi yang ketat dalam penerimaan dosen, barang kali perlu pula digariskan suatu aturan yang menuntut atau mengharus- kan para dosen meningkatkan bahasa kemampuan asingnya, seperti kenaikan persyaratan pangkat, pembuatan karya ilmiah, pembentukan grup diskusi yang kesemuanya menggunakan bahasa asing. Di samping itu masing- masing perguruan tinggi hendak- nya membuka kursus-kursus baha- sa asing secara garatis yang khusus diperuntukkan bagi para dosen. Saya kira dirasa perlu adanya upaya dari masing-masing pimpin- an perguruan tinggi untuk mem- berikan pengertian kepada semua pihak yang ada di perguruan tinggi bahwa bahasa asing itu penting. Tanpa adanya kesadaran akan arti penting ini tak mungkin penguasaan bahasa asing dapat ditingkatkan. Dengan demikian upaya peningkatan kualitas pergu- ruan tinggi, seperti pengiriman dosen keluar negeri, akan terham- bat. Faktor ketergantungan. Terus terang harus kita akui bahwa sampai saat ini dunia ilmu pengetahuan di Indonesia masih sangat tergantung dengan konsep asing. Kita belum cukup memiliki ahli-ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, sehingga kita tetap mengimpor konsep2 orang asing. Bahkan masalah menyang- kut bangsa kita sendiri pun masih banyak dibahas oleh bangsa asing. Faktor ketergantungan inilah yang menyebabkan kita harus menguasai bahasa asing. Ambil contoh bidang studi ilmu politik misalnya. Kita tidak akan puas membahas ilmu politik kalau hanya berdasar- kan tulisan ahli politik bangsa kita saja. Kita masih harus membaca. karya Herbert Feith, Lan Castle, Harold Crouch dll. Begitu juga bidang-bidang studi lainnya masih tetap mengharus- kan kita tergantung pada penda- pat sarjana asing. Nah, di satu pihak kita memang belum cukup mempunyai ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, sedang- kan di pihak lain buku-buku karya sarjana asing tersebut tidak/belum diterjemahkan ke dalam bahsa Indonesia. Keadaan seperti inilah sebenarnya yang memaksa kita harus menguasai bahasa asing guna memperdalam ilmu pengetahuan. Di sinilah letak kelebihan bangsa Jepang. Konon kabarnya pengetahuan bangsa Jepang diimpor dari negara-negara barat. Salah satu cara mereka adalah menterjemahkan semua karya bangsa asing yang dinilainya berguna bagi bangsanya. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat bangsa Jepang dapat memahami apa yang ada di negara barat dan ini termasuk salah satu faktor penunjang keberhasilan negara Jepang hingga menjadi negara industri kelas wahid. Menurut cerita orang, bagi bangsa Jepang bahasa asing pun orang Jepang dapat menyerap produk pemikir- an bangsa-bangsa maju. Dilihat dari sudut ini kita masih jauh tertinggal dari negara Jepang. Adanya program penterjemahan buku asing di negara kita masih jauh dari apa yang sesungguhnya dibutuhkan, hal ini antara lain disebabkan oleh dana yang masih terbatas. Beberapa langkah. Selama ketergantungan kita akan bahasa asing belum teratasi selama itu pula dituntut adanya usaha sungguh-sungguli dalam penguasaan bahasa asing. secara
