Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-02-20
Halaman: 06

Konten


HALAMAN 6 Gereja Kecil yang Kesepian Cerpen Kaloka Ardi Kadek Dwi Pramana Bali Post Minggu Kliwon, 20 Februari 1994 RESENSI BUKU Juara Nasional Membuat Sinopsis Secangkir Puisi Perkawinan ANTOLOOL POW INDONESIA TEH GINSENG Judul buku Penerbit Pengantar Tebal : Teh Gingseng :Sanggar Minum Kopi Bali : Drs. Putu Fajar Arcana : 60 hal dangan menjadi/biasa dengan akar-akar kerdil dan ikan hias/ Dan ia membasuh tangannya de ngan wajah bahagia/Serta se- gala yang pantas diperlihatkan. DI awal Februari 1994 ini, kami." Ibu gurunya tidak me- lah mampu mengangkat nama satu lagi putra Bali meraih pre- nyangka kalau penampilan Ka- Bali di tingkat nasional. Perma- dikat juara satu tingkat nasio- dek begitu meyakinkan dan ba salahan sekarang, sejauh mana nal, yakni dalam bidang mem- gus, melebihi ketika latihan- perhatian pemerintah terhadap buat sinopsis. Apa itu sinopsis? latihannya di Bali. Kadek bibit-bibit unggul semacam Ka- Menurut Kamus Besar Bahasa membawakan sinopsis berjudul dek ini. Gerak selanjutnya sete- Indonesia terbitan Balai Pus- "Aku Calon Penggantimu". Me- lah tamat SD memang perlu di- taka, sinopsis adalah ringkasan lalui sinopsisnya ini ia mampu runut. Agar ia terus mendapat atau abstraksi dari suatu ka- bertutur, bagaimana menaruh bimbingan dan pembinaan. Ka- rangan. Membuat ringkasan hormat kepada para pahlawan sihan, kalau bibit unggul model suatu karangan dalam waktu yang telah memperjuangkan ke- Kadek ini nantinya sia-sia. yang singkat, kemudian memba- merdekaan bangsa ini, dan ia wakan di hadapan audiens bu- bersedia sebagai pengganti guna kanlah pekerjaan yang gam- meneruskan cita-cita mereka. pang. Tapi bagi Kadek Dwi Pra- mana, siswa kelas VI SD 4 Sesetan, Sidakarya, hal itu tidak dirasakan sulit. Terbukti ia yang baru saja pulang dari Jakarta MAR mengikuti tes kemampuan mem- buat sinopsis, dapat melakukan- nya dengan mudah dan langsung sebagai juara pertama. Ia ber- angkat mewakili Bali, dan di Ja- dan berdecak kagum. Begitu ia tang cita-citanya, ia ingin men- kita bila mendengar tentang cara mendadak. Tapi puisi yang nyawamu/senyawa nyawaku "Terimakasih, tuan Guber- nur, terimakasih. Tuan terlalu memuji saya yang picik ini," ja- wab Pak Lurah dengan cepat se- bagai ungkapan penghormatan kepada seorang pejabat tinggi se- kaligus kerendahan hati. "Ah, kowe orang tidak perlu terlalu merendah, Lurah. Kowe orang sangat pintar. Kalau saja semua orang pribumi punya ke- kowe, governemen akan sangat merasa senang. Lalu, kapan kowe orang punya rencana me- laksanakan rencana itu?" Kalau peserta yang lain tam- pil dengan membaca begitu saja, Kadek justru berani tanpa teks. Ia membawakan dengan gaya bahasa bebas, lugas, namun pen- jiwaannya begitu dalam dan sa- ngat komunikatif. Di situlah ke- lebihan Kadek. Cara demikian membuat para juri geleng kepala mampu memupuskan harapan nya, langsung disambut tepuk utusan dari 26 propinsi lainnya. Hebat, bukan? Lomba membuat sinopsis tingkat nasional ini baru per- tama kali diselenggarakan. Ber- bahagialah Kadek Dwi Pramana karena mampu mengukir pres- tasi pada lomba perdana ini. Ke- giatan tersebut diprakarsai oleh Ditjen Dikdasmen Depdikbud Jakarta, bertujuan untuk me- langan anak-anak. tangan hadirin dengan gempita. Hal ini menambah keyakinan bagi ibu guru pendamping bahwa Kadeklah sang juara. Be- nar, ketika diumumkan, oleh de- wan juri, memang Kadeklah yang terbaik. Pembinaan Keberhasilan Kadek sebagai juara tak lepas juga dari peran guru-guru SD 4 Sesetan yang de- ngan penuh kesabaran membim- bing dan membinanya. Di kelas Ka tergolong anak yang pin- tar. Ia terus tampil sebagai juara kelas. Hobi beratnya memang membaca dan mengarang. Ia se- ring menjadi juara menulis puisi tingkat kecamatan. Ditanya ten- Susan, tapi saya memang senang sekali dapat menolong orang, mudah-mudahan cita-cita saya terkabul," katanya. Keberhasilan Kadek patut di tiru oleh anak-anak lainnya. Atas segala ketekunan dan pres- tasinya, Kadek memboyong piala, piagam dan tabanas yang lumayan. Namun yang tak kalah pentingnya, Kadek mendapat rapa objek wisata di Jakarta se- cara gratis. (Komang Budaarsa) L wita dari generasi 80-an. Dan ge- nerasi 80/90-an diwakili oleh nama-nama Tan Lioe Ie, Har- tanto, Fajar Arcana, K. Landras Syaelendra. Nanoq da Kansas, Sthiraprana Duarsa, Cok Sawi- tri, Mas Ruscitadewi, Ds. Putra, Warih Wisatsana, Oka Rusmini, GM. Sukawidana, Wayan Ar- thawa, Dige Amertha dan Gus tf. Cinta Universal Atau tengoklah puisinya Umbu. Kita akan mendapatkan sebuah pandangan tentang cinta tidak dalam artinya yang sempit :Dengan mata pena/kugali gali Meskipun buku ini dimaksud- seluruh diri/dengan helai helai kan untuk kado perkawinan, kertas kututup nganga lukal tapi puisi-puisi yang terhimpun kupancing udara didalam de- di dalamnya tampak jelas bu- ngan angin tangkapanku/ selalu kutulis kanlah puisi-puisi yang lahir se- begitulah XXII). Cacat Cover Kalau harus dicatat tentang lam. Di samping itu, ternyata lah melulu menembangkan "cacat" dari buku setebal 60 ha- tema-tema puisinya pun tidak- nuansa cinta (baca: perka- winan). Kalau pun lebih banyak laman ini, barangkali terletak yang bertema cinta, ia tidak ter- pada desain (gambar) covernya. jatuh pada cinta dalam arti yang Covernya berkesan pop. Ia ada- sempit. Tetapi cinta dalam mak- lah kado dengan isi yang berkua- nanya yang universal. Dan kalau litas tanpa ditunjang kualitas pun ada puisi yang menampil- pembungkus yang memadai. Di kan warna cinta dalam arti dua samping itu, porsi "ucapan sela- insan yang berkasih-kasihan, ia mat" untuk sang pengantin tam- paikan renungan-renungan ten- (hal. 1), juga terdapat di bagian tang peristiwa-peristiwa kehi- belakang (hal. 59). Bahkan yang dupan di halaman belakang ini meng- kemanusiaan. ambil cukup banyak porsi : satu halamaan penuh! Seperti sebuah iklan perkawinan di sebuah koran. heningan suasana di dalamnya, bersari, akan amat sayang apa- pinteran dan kesetiaan seperti ningkatkan minat baca di ka- tingkat nasional, tidak saja me- kesempatan mengunjungi bebe- buah Antologi Puisi, barangkali hanyalah alat untuk menyam- pak berlebihan. Selain di depan GEREJA itu meninggalkan Bukan saja para warga, tetapi segunung kenangan indah bagi banyak mantan warganya, Pen- deta Reksaatmaja yang pernah membaktikan dirinya selama le- bih dari duapuluh tahun di je- maat Sumbersari, gemar berki- sah tentang keteduhan dan ke- Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pembangunan tempat ibadah tersebut, selalu melukiskannya sebagai hasil jerih payah warga yang berpadu dengan berkat Tuhan yang amat besar. Pak Su- narya, pemrakarsa dan kemu- dian ketua pembangunan tem- pat suci itu tak jemu-jemunya berucap, "Kalau kita lihat dari mata manusia, hampir tidak mungkin kita mampu memba- ngun sebuah gereja. Keadaan ekonomi warga saat itu amat pa- rah. Tetapi Tuhan tidak tidur, kerja keras kami diberkati-Nya. Dan akhirnya, berdirilah rumah Tuhan itu." Lain lagi komentar Pak Prayoga, seorang sesepuh dan pembina jemaat, yang hampir se- paruh masa hidupnya dia habis- kan sebagai tua-tua gereja. Me- nurutnya, gereja itu menjadikan jalan berkat bagi para warga. Bermula dari keadaan ekonomi yang amat memprihatinkan, se- telah berdirinya gereja, setapak demi setapak mereka bergerak menuju tingkat yang lebih sejah- tera. Namun bagi para pecinta seni, gereja kecil yang terletak di atas sebuah gundukan tanah persis di tengah Desa Sumber- sari itu merupakan perpaduan antara keindahan ciptaan Tuhan dengan kejelian matahati dan keterampilan sentuhan tangan anak-anak manusia. "Gereja mungil itu benar-benar sebuah gabungan manis antara do- rongan religius dan kehausan akan keindahan," kata mereka. Semuanya tidak keliru. Ge- reja kecil itu punya nilainya sen- diri di hati manusia sekitarnya. tasaresio noroM DENGAN panjang lebar dan tetap berpijak kepada sumber ajaran niti dan dharmasastra, Bhagawan Byasa terus menasi- hati Yudhisthira. Nasihat itu se- lalu memberi tuntunan dan mengingatkan Yudhisthira akan kewajibannya sebagai seorang ksatrya yang menang menurut dharmaning ksatrya di medan danalaga Kuruksetra. Maka pada waktu itu Bhagawan Byasa berkata: "Sebenarnya saya sudah lama siap dengan rencana tadi, tuan. Tetapi tentu saja, pelaksanaan- nya menunggu keputusan Tuan Gubernur. Dalam hal ini, saya harap Tuan suka memberikan petunjuk dan pengarahan." juga mereka yang berada di luar- nya. Pak Lurah Surasentika su- dah lama melihat gereja itu dari kaca mata lain; sebuah wawasan yang lebih luas dan menyeluruh. Keunikan yang memendam po- tensi keindahan dari Desa Sum- bila hanya dinikmati dan dika- gumi. Kenikmatan atas dasar kekaguman tidak ada artinya bagi pengembangan dan per- kembangan desanya. Sumber- sari yang terletak di lereng gu- nung dan berbatasan dengan laut luas, merupakan sebuah modal berharga bagi penduduk- nya. Namun itu perlu pengem- bangan lebih jauh. Pak Lurah Surasentika pun sadar, bahkan teramat sadar, bahwa pengem- bangan berarti perubahan serta pengubahan. Desa Sumbersari harus diubah dan dibiarkan ber- ubah, apabila memang hendak diarahkan untuk memberikan yang terbaik bagi penduduknya. Kesadaran itu membawanya ke sebuah keputusan. Gagasan yang selalu menggodanya setiap detik itu harus dia sampaikan kepada Bupati Van der Geld. De- ngan bantuan beliau, demikian pikirnya, gagasan itu akan men- Pembicaraan selanjutnya le- jadi kenyataan. Nasib baik nam- paknya memang sedang berpi- bih banyak berkisar tentang ba- hak pada dirinya. Tuan Van der gaimana melaksanakan proyek Geld setuju membawa gagasan pembangunan di Desa Sumber- itu ke Gubernur Jendral Peter sari. Ketika Bupati Van der Geld Goed Hart. Bahkan, di luar duga- dan Pak Lurah keluar dari kan- "Ah, tidak percuma kau Bu- pati memilih orang. Lurah Sura- sentika tidak saja pinter, tetapi juga bisa membawa diri. Kau de- ngar itu. Bupati?" "Tidak keliru sama sekali pen- dapat Tuan Gubernur. Lurah yang satu ini memang benar- benar cerdik dan bisa membawa diri. Itulah sebabnya, saya mem- bawanya menghadap Tuan," ja wab Bupati Van der Geld dengan tangkas. annya, bupati bersedia memba- tor gubernur, keduanya me- wanya serta menghadap guber- nyungging senyum menandakan nur. Kesempatan semacam itu, rasa puas mereka masing- tentu saja, membuatnya amat berbesar hati. "Aku secara prinsipil bisa me- nyetujui kowe punya inisiatif, Lurah. Ternyata kowe orang pin- ter, punya inisiatif, juga punya pengabdian kepada governemen. Itu aku hargai tinggi," demikian reaksi gubernur setelah mende- ngar penjelasan Pak Lurah Su- rasentika secara mendetail. masing. Proyek yang bakal jadi kebanggaan mereka, kini telah berada di ujung mata. Semuanya sudah siap tersedia, tinggal pe- laksanaannya. Masalah dana ti- dak menjadi soal. Semuanya akan datang dari pusat. Guber nur dan para sahabat yang ada- lah. saudagar besar akan (Bersambung ke Hal.10 Kol. 3) . kelas dan Tampil Meyakinkan Anak dua bersaudara putra dari pasangan Ketut Mahayasa dan Nyoman Parmiati ini me- mang meyakinkan penampilan- nya. Dari cara dan gaya bicara- nya dapat ditangkap bahwa ia memang anak yang cerdas. Hor- mat kepada guru-gurunya. Men- talnya cukup tangguh. Ini tak le- pas dari posisinya sehari-hari se- bagai ketua koordinator berbagai kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Aktivi- tas itu membuat ia terbiasa ber- hadapan dengan publik. Kebe- tulan juga di SD 4 Sesetan, Sida- karya Denpasar, pembinaan bagi anak berprestasi memang terprogram dari dulu. Contoh lain, Wayan Terima, pemain klub Gelora Dewata yan masuk nominasi pemain terbaik dalam turnamen sepak bola PHRI An- niversary Cup I yang baru berse- lang, juga jebolan sekolah tersebut. Kad mengaku tak sedikit- pun merasa gentar atau grogi ke- tika membawakan hasil karya di hadapan lima orang juri. Justru Kepala Sekolahnya, Cokorda Is- tri Puteri dan Ni Nengah Suami guru kelasnya, yang mengantar- nya merasa grogi dan gemetar. "Betapa tidak", kata Ibu Cok, "Kami perkirakan ia akan mem- bawakan apa yang telah disiap- kan dari Bali. Namun ternyata sampai di sana semua peserta di- sodori buku baru, diberi waktu dua jam untuk membaca, mem- buat sinopsis kemudian lang- sung membawakannya. Ini kan meleset sekali dari dugaan Tampilnya Kadek Dwi Pra- mana sebagai juara pertama rupakan kebanggaan bagi orang- tua dan SD 4 Sesetan, tapi juga bagi Daerah Bali. Karena ia te- JUARA-Sang juara Kadek Dwi Pramana, diapit oleh kepala sekolahnya, Cokorda Istri Puteri dan Ni Nengah Suami guru kelasnya, di Keong Emas Jakarta. Dari Dunia Pewayangan Buah Kemenangan adalah Memerintah Negara Byasa menasihati Yudhisthira, raja tua Drestarahtra yang buta yang terus berada di sana pada waktu itu, turut menasihati dan menghibur Yudhisthira, berkata: itu. Setelah anaknda mampu me- nundukkan musuh yang berupa lemah hati itu, kemenangan anaknda akan menjadi utuh. Dan.........yang terakhir, buah da- ripada hasil kemenangan itu adalah memerintah gara........ ," demikian nasihat Raja Dhrestarahtra. Lanjut ung- kapan raja tua yang buta itu, yang bernada menyalahkan diri sendiri, karena ambang kesadar- annya telah terbuka: ne- APA yang terbayang di benak Tentu, yang terbayang di antara gelas, kain, kopi, dan barang nya adalah benda-benda berupa .barang untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, yang dibungkus secara rapi dengan kertas warna-warni. Begitulah kiranya pandangan umum tentang se- buah kado untuk sebuah perka- winan. Kalau kemudian, pada suatu saat, kita menemukan se- buah kado yang isinya adalah se- terasa aneh. Apalagi bagi orang yang tidak pernah bersentuhan dengan puisi; yang tidak pernah merasakan bagaimana lezatnya sepotong puisi, tentu akan dira- sakan lebih aneh lagi. Bahkan bukan tidak mungkin akan dili- hatnya dengan lirikan yang ber- kesan sinis. Tetapi itulah yang terjadi, saat salah seorang ang gota Sanggar Minum Kopi Bali melangsungkan pernikahannya. Sebagai kado untuk pernikahan nya itu, kepadanya Sanggar Mi- num Kopi Bali mengkadoi Anto- logi Puisi Indonesia Teh Gingseng. Buku ini berisi 41 puisi dari 20 penyair Bali ditambah seorang penyair Padang. Mereka adalah para penyair dari angkatan 60-an sampai 90-an. Di sini bisa kita temukan nama-nama Umbu Landu Paranggi, Frans Nadjira yang mewakili generasi 60-an. Sedang nama-nama seperti Syahruwardi Abbas, Raka Ku- suma, Wayan Suartha, TB. Par- dan tentang Beragam tema hadir. Bahkan kita bisa menemukan puisi yang memandang perkawinan dari sudut yang lain: dari sudut yang Namun terlepas dari cacat ter- berlawanan dari pandangan umum selama ini. Yang mana sebut, dan apa pun tujuan dari perkawinan dipandangnya seba- penerbitan buku ini, yang jelas gai usaha pem-bonsai-an diri ter- kehadirannya akan sangat ber- hadap pelakunya. Bacalah "Sa- makna bagi khasanah sastra jak Bonsai Memandang Pagi" ka- (puisi) Indonesia. Dan tentu saja rya Frans Nadjira: Jadi apa ini juga bisa dianggap sebagai ja- makna bercak darah? Tirai tem- waban terhadap tudingan se- bus pandang bergetar dalam mentara orang di luar Bali cahaya/ketika dingin menyen- bahwa di Bali tidak ada penyair. tuh kemilau embun/la ingat je. Sebab baru kali inilah ada buku jak mawar dan semua yang puisi yang cukup lengkap, yang pernah menyapanya. la ingat mewakili hampir seluruh pe- :/Potret mempelai dalam pa- nyair dari berbagai pelosok Bali, kaian adat/Seperei dengan tu- terbit di Pulau Dewata ini, sete- lisan tangan/tak terbaca. Ah/ lah dalam kurun waktu hampir Perkawinan. Akar pohon kerdil/ 15 tahun tidak kita temukan Yang sengaja dikerdilkan kumpulan puisi penyair-penyair Beringin kecil dekat jendela// Bali. Sesudah sarang merpati, peman- (Sastrawati) Kesusastraan Dibayangi Kekuasaan Judul buku Penulis Penerbit Halaman traan : Kesusastraan dan Kekuasaan : Goenawan Muhamad : PT Pustaka Firdaus, Jakarta cetakan pertama, September 1993 : 128 Halaman PERBENTURAN kesusas- buat mereka adalah penjara dan dengan kekuasaan pelarangan beredarnya karya- merupakan situasi klasik bagi karya yang mereka hasilkan! suatu peradaban, di mana pun. Tak ada keganjilan yang menem- patkan kesusasteraan di bawah bayangan kekuasaan, Dan, da- lam situasi seperti ini, masyara- kat menjadi bagian yang "terno- dai". Kenapa? Masyarakat bukanlah bagian dari satu ataupun sejumlah ke- kuatan yang mampu memberi kan jawaban untuk peristiwa so- sialnya sendiri. Sehingga, aktivi- tas merupakan "pengejawantahan" situasi so- sosial sendiri. Dan, di sisi lain merupa kan legalisasi tubuh masyarakat sebagai wajah media sosialisasi dunia kekuasaan. Inilah kenyataan-kenyataan yang diungkap sekilas oleh Goenawan Muhamad dalam se- jumlah eseinya yang sebagian sudah pernah diterbitkan, dalam bentuk buku, kecuali sebuah esei untuk ucapan terimakasih da- lam penghargaan A. Teew di Lei- den, Belanda (22 Mei 1992). Dan, pada bagian pertama kumpulan esein-eseinya ini, "Peristiwa Ma- nikebu" (esei ini juga belum per- nah diterbitkan dalam bentuk buku) merupakan tema penting Dualisme Goenawan Muhamad bukan Cenawan Mohamad Kesusastraan dan Kekuasaan peminat maupun pengamat sas- tra. Rekonstruksi masa tiga pu- luh tahun yang lalu, artikel ten- tang perbenturan ide-ide pada masa itu dan keadaan setelah 1965. Masa-masa ini lebih ba- nyak menimbulkan gugatan- gugatan, yang bagi Goenawan merupakan bagian penting yang mempengaruhi kehadiran se- jumlah karya sastra dan karya seni lainnya. Dan, beberapa ke- terkaitan pilihan masyarakat dan seniman (sastrawan terha- dap pertumbuhan karya sastra dan karya seni. saja melihat situasi sastra yang "dilumpuhkan", tapi juga situasi pertumbuhan kesenian yang ha- rus sembunyi-sembunyi untuk mempresentasikan karya karyanya. Sebuah kondisi yang Pada periode-periode "sulit", tak patut terjadi. Namun, seperti menjelang dan masa awal ke- yang terjadi di Taman Ismail merdekaan, kesusasteraan Indo- Marzuki, kesenian mencoba me- nesia memasuki wilayah "hi- murnikan dirinya dalam tubuh tam", tapi penuh gejolak. Arti- kesenian itu sendiri. Celakanya, nya, kecemasan demi kecemasan masyarakat tak terlibatkan. Se- Pada akhir eseinya ini "Kesu- untuk mencipta disertai kese- hingga, dualisme kondisi ini sasteraan, pasemon", dengan diaan untuk masuk lokalisasi ke- mengalami perkawinan dengan mengambil puisi sebagai meta- kuasaan. Misalnya, para penan- pemerintah sebagai "orang tua- fornya, Goenawan menjawab se- datangan Manifes Kebudayaan nya". Sebagai mas kawinnya jumlah esei-esei yang telah ditu- yang melahirkan konsepsi ideo- adalah permohonan pemberian lisnya itu. "Dengan puisi, dengan logis berkebudayaan, harus ber- izin bagi aktivitas kesenian. passemon, kesusastraan mena- sedia dicampakkan oleh pim- Begitulah seterusnya. Buku ruh kita dalam kesaktian dan ke- pinan tertinggi revolusi, karena yang terdiri dari tujuh belas sub terbatasan, menjadi manusia -- dianggap kontra-revolusi. Ka- judul ini dirangkum dengan satu kita pun memilih kata kita sen- langan realis sosialis harus ber- tema, yang menjadi judul buku diri, kediam-dirian kita sendiri, sedia menyingkir ketika orde ini. Goenawan juga membuka kearifan kita sendiri". (hal. 128) baru terbentuk. Dan, jawaban pintu informasi bagi pembaca, tempat Gurubesar Rsi Bhisma terbaring yang berkasurkan dan berbantalkan anak panah, ber- sama Bhimasena, Arjuna, Na- kula dan Sahadewa dan para pengiringnya, terus bersila de- ngan khusyuknya. Semua me- reka kemudian menyembah Rsi Yang Agung itu. Pada waktu itu- lah Yudhisthira bersama adik- sial politik yang dibentuk oleh dalam penerbitan kali ini. "Tetapi di antara kesedihan adiknya dan aparat pengiring- pemilik kekuasaan: Birokrasi dan kedukaan itu, masih ada ter- nya mendapat restu dan dan militer. Satu kenyataan "Keliru sekali kalau cucunda bersit rasa kebahagiaan di hati wejangan-wejangan tentang yang di satu sisi menyulitkan Bapa. Karena Bapa masih memi- dharma yang panjang lebar dari tumbuhnya aspirasi yang tum- terus menerus membiarkan diri liki anaknda dan saudaraa- Gurubesar Rsi Bhisma. Ter- buh dalam diri masyarakat itu didera oleh beban duka dan rasa saudara anaknda serta Drau- utama tentang niti (ilmu meme- berdosa. Benar sekali kata Drau- "Betul sekali nasihat dan pe- padi Dewi sendiri, tempat Bapa rintah dan mengelola negara). padi Dewi, menghukum mereka tunjuk Bapa Bhagawan Byasa dan Ibunda Gandhari Dewi ber- Dalam unsur dan struktur Sang yang patut dihukum karena me- itu anakku. Anaknda hendaknya lindung dan menggantungkan Hyang Astadasaparwa, cikal lakukan kejahatan adalah tugas jangan berduka cita berlarut- diri di hari tua ini. Oleh karena bakal Upadewa Mahabharata, seorang raja. Hanya seorang ra- larut. Itu bukan sifat seorang itu janganlah anaknda berduka wejangan Gurubesar Rsi Bhisma jalah dengan pertimbangan Wi- ksatrya. Seorang ksatrya hen- dan terus merasa digandoli oleh kepada Yudhisthira dan adik- radyaksanya yang patut membe- daknya selalu tegar menghadapi "Adalah tolol sebagai Bapa ini. dosa," demikian raja Drestarash- adiknya dikemukakan di dalam rikan hukuman seadil-adilnya dan memecahkan masalah yang tra dengan terbata-bata menasi- Parwa ke-12, yang disebut Santi- berdasarkan petunjuk dan pija- sedang dihadapinya. Bangkitlah Sebab tidak menghiraukan hati Yudhisthira. parwa, (Buku Kedamaian Jiwa), kan dhyayah-dhyayah dharma segera dan singsingkan lengan nasihat-nasihat mulia Bapa Rsi Kemudian penobatan Yudhis- lanjutan dari Parwa ke-11, yang sastra, sumber ajaran hukum bajumu. "Seperti wejangan Bha- Bhisma, Drona Acharya, Krepa thira di ibu kota Hastinapura disebut Striparwa (Buku Wanita itu. Termasuk yang bersumber gawan Abyasa, segeralah seleng- Acharya, bahkan Nararya Wi- pun dilaksanakan sepatutnya wanita Janda), yang amat ber- dari sumber-sumber hukum garakan pemerintahan dengan dura sendiri yang tak jemu- sesuai kebesaran dan keagungan duka cita atas kematian para lainnya, seperti berbagai sastra dibantu oleh saudara-saudara, jemunya menjejalkan nasihat- penobatan ksatrya yang agung suami, putra-putra yang ter- tah, gurutah, termasuk atma dan segenap aparat pembantu nya kepada Bapa yang berhati le- binatara. Setelah menata unsur sayanag dan tercinta, besan, nastuti juga". anaknda! Anaknda harus meme- mah ini, karena keterikatan dan dan struktur pemerintahan dan ipar, handaitolan dan para se- "Bebaskan diri cucunda dari rintah kerajaan Hastinapura. kelekatan oleh rasa kasih sayang rencana pembangunan bersama kutu, seperti yang telah dikisah- beban duka dan rasa berdosa Seluruh rakyat telah menunggu yang buta kepada Duryodhana adik-adiknya serta seluruh apa- kan dalam dunia pewayangan yang berkepanjangan, yang kepemimpinan anaknda. Ting- dan adik-adiknya. Semua kehen- Bali Post/NOS rat pembantunya, akhirnya me- pada minggu-minggu Januari semata-mata tumbuh dan ber- galkan semua beban duka dan dak Duryodhana yang angkuh, Duryodhana, penjelmaan reka mengunjungi guru besar dan Februari 1994, yang lalu dan kembang dari keterikatan. Se- rasa berdosa itu untuk kami ber- arogan, keras kepala, selalu mau Sang Hyang Kali, figur per. Rsi Bhisma yang masih terkapar pada minggu ini. Untuk selanjut mua itu adalah penghalang. dua, Bapa dan ibunda Gandhari senang sendiri, karena lemah usak dan pengacu dunia di medan perang Kuruksetra. Se- nya pada minggu-minggu di Singsingkan lengan baju ber- Dewi," demikian kata raja tua itu kata dan opini Duryodhana yang bangan akal sehat, tanpa reserve rubesar Rsi Bhisma memang wayangan akan dipenuhi oleh hati itu selalu Bapa turuti. Kata yang patut dihukum. bagai seorang satya varata, Gu- bulan Maret '94 dunia pe- sama saudara-saudara cucunda dalam kesediaannya. dengan dibantu oleh seluruh "Anaknda telah mencapai ke- menyebabkan kehancuran terus mengikutinya. Akhirnya mendapat anugrah Widhi, untuk ajaran-ajaran dharma wejangan nayakapraja untuk membangun menangan menurut dharmaning ksatrya-ksatrya Bharatawarsa Duryodhana memimpin dan melepaskan atmannya dari atu Gurubesar Rsi Bhisma kepada bangsa dan negara. Segeralah ke ksatrya. Anaknda telah mampu ini selalu Bapa turuti, tanpa per- membawa adik-adiknya ke ju- lasariranya kapan saja dia mau. Yudhisthira bersama adik- ibu kota Hastinapura. Laksana menaklukkan musuh-musuh timbangan akal sehat, karena le- rang kehancuran. Sehingga Sebagai Gurubesar dan Rsi Ma- adiknya. Kemudian seusai mem- penobatan dan selanjutnya se- anaknda secara fisik di medan mah hati itu. Ditambah lagi oleh zaman keemasan bersama-sama hagung, Bhisma berkeinginan beri wejangan dharma, Gurube- gera pula melaksanakan peme- dana laga Kurukstra secara ketololan Bapa, yang selalu me- dengan putra-putra Bapa hanya untuk dapat menyaksikan akhir sar Bhisma meninggal. Atmanya rintahan yang adil dan merenca- jantan dan heroik. Tundukkan mimpikan zaman keemasan ber- sebuah halusinasi saja. Hanya perang besar Bharatayudha itu, telah menyatu dengan pa- nakan pembangunan demi un- jugalah musuh yang ada di ha- sama putra-putra Bapa yang se- sebuah fatamorgana di padang di samping untuk menunggu ratman, sebagai buah satya tuk kesejahteraan rakyat timu sendiri, yakni penyakit le- perti bebek. Ke mana saja Du- pasir. Lenyap tanpa bekas, ter- saat matahari tepat varatanya. Hastinapura", tambah Bhaga- mah hati, yang lebih berbahaya ryodhana sebagai pemimpinnya, masuk ke seratus putra-putra ngutarayana. wan Byasa. Seusai Bhagawan dari musuh fisik dan kenyataan adik-adiknya tanpa pertim- Bapa." Setelah Yudhisthira sampai di WUNGA BHUMi PUTU PRABA DARANA Copyright Bali Post (9) "Maksudmu...." mata Nyi Sugeti. "Tak seorang pun yang akan ingkar pada janjinya sendiri. Apalagi untuk negeri ini." Ngurah Oka Supartha terbeliak mendapat tugas dari Hyang lah yang membuat Untung ber- Maha Dewa untuk mensejahte- juang melawan Belanda. Sudra rakan kita? Dan karena itu kita yang mampu mengangkat diri harus mempersembahkan karya menjadi maha raja dan duduk dan darma kita buat mereka sama tinggi dengan raja Bule- juga?" leng yang Agung pada zaman- "Kau Cinta negerimu?" "Mengapa bunda menanya- "Itu pandangan hidup para nya, Gusti Panji Sakti. Bahkan kannya? Anehkah jika hamba budak, anakku! Barang siapa mampu memperistrikan wanita mencintai negeri yang menyusui berpikir seperti budak, cepat dari bangsa yang memperbudak- hamba? Yang menghidupi atau lambat ia akan menjadi bu- nya. Tentu tidak dengan sendiri- nya Untung bisa menjadi seperti hamba?" dak jua." Dan Nyi Sugeti berdesir meli- hat Wunga Bhumi ikut berteriak serta mengangkat tangannya. Dengan kata lain ia harus kehi- langan orang, yang menjadi tum- puan kasihnya, yang selama ini gersang. Seperti bukit tanpa air. Namun inilah hidup. Ada saat datang. Ada pula saat pergi. Ter- tunduk tanpa kata kala mereka pulang, janji lelaki Bali di bawa mati. Itu yang diketahui oleh Nyi Sugeti. Maka tidak boleh tidak!! Wunga Bhumi juga harus men- jadi prajurit. Seperti suaminya. Seorang perwira tinggi. Wunga Bhumi juga akan menjadi seo- rang perwira jika ia mampu me- nunjukkan kemampuannya. Tapi tak sepantasnya ia menjadi seorang laskar... "Bunda....." Wunga membaca pergumulan hati Nyi Sugeti. Tetap saja menunduk. Seolah tidak mendengar. Desau angin menghantar keduanya meniti tangga pendapa. Mentari masih belum tinggi. Dan Wunga Bhumi mengulangi sapaannya. Nyi Su- cobalah kau sedikit berpikir, masih muda! Renungkanlah ini! Nyi Sugeti bangkit. Mukanya Mata Wunga Bhumi makin itu. Memang harus diawali dari memerah seperti gadis mene terbeliak. Dari mana datangnya kesadaran akan diri sendiri yang rima lamaran. Pelan-pelan ia pengetahuan semacam ini ke da- memiliki hak. Untuk kemudian melangkahkan kaki ke tempat lam angan Nyi Sugeti. Apa ka- tekad mempertahankan hak itu. gamelan. Hadiah dari Adipati rena ia sering bergaul dengan "Baiklah.... Hamba akan mere- Agung Gusti Nyoman Jelantik. tamu-tamu asing itu? Dan me- nungkannya di hari-hari menda- Ini yang barangkali dimaksud mang ia pernah mendengar tang." Wunga Bhumi menghela bahwa dulu Nyi Sugeti juga se- nafas panjang. "Tapi bukankah ring menerima hadiah dari Su- sekarang sudah terlanjur meng- bandar ( syahbandar) Bule- angkat tangan? Dan berarti pula leng, Liu Chan Lo. harus berangkat ke alun-alun "Budak adalah orang yang ti- besok?" dak pernah menuntut haknya. "Ya!" Kau harus berangkat be- Haknya sendiri pun tidak per- sok! Kau harus meninggalkan nah. Dengarkan baik-baik! Jika aku. Karena itu, lain kali kita kita sudah tidak pernah mengge- perlu bertimbang terlebih da- liat karena hak kita diusik, atau hulu sebelum memutuskan dicuri, maka kita telah menjadi sesuatu." budak tanpa sesadar kita. Kau oleh Wunga Bhumi. Ini yang akan menemani dan menghibur aku. Memang tidak salah. Tapi ini sekadar benda mati tanpa nyawa. Ia tidak bisa berbuat apa- apa jika tak ada yang menabuh nya. Bagaimana mungkin dapat memberikan hiburan? apalagi menjadi teman. "Memang seharusnya tiap le- laki Bali mencintai negerinya. Dan itu berarti pengabdian. Tapi geti masih juga belum mau bi- anakku. Benarkah pengabdian Pernahkah kau mempertanya- cara kala mengambil tempat du- yang kau berikan itu sepenuh- kan hakmu?" duk. Kendati berusaha menyem- bunyikan kerapuhan hati wanitanya, Wunga Bhumi tetap dapat membaca apa yang ada di hati ibu angkatnya itu. "Jika bunda mengizinkan, maka puri ini tak akan menjadi sepi, walau hamba pergi. nya bagi negeri tercinta ini, atau Kini pemuda itu tertunduk. untuk mereka yang sedang du- Dan tentu tak pernah ada ja- duk di singgasana?" waban yang lain kecuali, belum. "Hyang Widiwasa!" Wunga Ya! Belum! Belum pernah. Bah- Bhumi tersentak. "Belum per- kan hampir tak terpikirkan nah hamba mendengar seperti sama sekali bahwa ia punya hak. ini. Mereka adalah pemimpin Barangkali saja karena menya- kita. Bukankah mereka yang dari bahwa diri memiliki hak itu- AMA-Indonesia Cabang Denpasar menggelar: Seminar (Autar Abdillah) CORPORATE CULTURE (Budaya Perusahaan) PEMBICARA: ANDREW E.B. TANI Managing Consultant PT. Optimal Teknindo International Yang diselenggarakan pada Jumat, 25 Februaari 1994 Pukul 09:30-14:30 WITA di SHERATON NUSA INDAH RESORT Pendaftaran: Sdri. Anna Harrys Computer Collage Ph: 232470 Fx: 221090 NUSA DUA Kontribusi Seminar: 1. Anggota AMA Indonesia 2. Anggota Organisasi 3. Non Anggota : Bebas beaya Rp. 100.000.- : Rp. 125.000,- Minggu Kliwon, 20 Februari Agenda Kantong Ap ....KAT (Kalangan Apresias Jaga tanggal m Hubungi Cok Jalan Sultan Agung No. Telp: (0363) 2 SAR 390 30 Maret BANGLI 7 10 Mei 1 Cok Sawitri PERBATASAN di perbatasan seribu bunga berlomba menampakan keharu memohon tangan untuk dipetik suntingkan aku ditelingamu! di perbatasan satu hal yang terlupa ketika jemari bosan menekan p seekor merpati menangis banjir airmata ke lengan rindu di perbatasan ia tersenyum untuk kilat blizt semacam kenang-kenangan tak lagi sempat heran. kemati kebiasaan yang tiba-tiba tanpa kepedihan dan isak ses di perbatasan ia menulis sura untuk ibunya ibu, apakah airmata kita mula dan jangan lupa beli koran esok, mungkin anakmu jadi b seribu bunga di perbatasan kembang melewati musim memohon tangan untuk dipetik siapa saja! Cakil Tanah Aron Ka Seorang Michael KETIKA musik menjadi komoditi seka ton Michael Jackson. Kita nonton Amerik anak mudanya merasa kehilangan musi rena itu lahirlah rhytm and blues, yang musik jazz yang rumit dengan be-pop-n tua. Tak lama kemudian, generasi Bill Ha and Blues ini menjadi musik Rock'n Roll! gis Elvis Presley, orang muda Amerika ter Era The Beatles pun muncul, kali ini ma keberadaan jenis satu musik namun m mengkoreksi sikap orang tua yang mapar Michael punya keinginan pula, dia mau, r habat dengan anak-anak.... Ternyata dibalik semua itu, ada tujuan kita tak kuat untuk berdebat untuk memb membela musik rock (?). Atau mungkin matahari terbit dari Timur dan terbenam jadi jelas untuk menyatakan Timur dan Michael itu barat atau timur, putih atau hita komoditi, dia! Menurut bahasa yang disin dian. Dan tak merasa hanya tengah ber melayang atau sadar menerbangkan lay Sulit memang untuk berbanding-ban yang dikumpulkan Michael Tetapi pali musik yang menghantarkannya ke jenjan jelas. Ada bandingannya. Dan musik Indonesia?! Apa kabar. Atau Mumpung langit jernih. Pandai-pandai kesetrum kabel listrik. Dan Michael Jakcs rah dengan missinya, dia ingin dunia sen Michael, sembuhkanlah di sini! Dalam p pam... Hii-hii!! BERK KEP HO AH · 0600000000000 Diduku telah la PT. ASA P Jl. Hasanudin Sejak 196 TOKO AR Jl. Gajah Mad Sejak 197 HONDA Jl. Jend. Sudir Sejak 1981 TOKO EN Jl. Achmad Ya Sejak 1976 Didukur tersebar Bagaim 2cm U 387 Color Rendition Chart 4cm