Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-02-20
Halaman: 07

Konten


u Kliwon, 20 Februari 1994 UKU rkawinan : Teh Gingseng :Sanggar Minum Kopi Bali :Drs. Putu Fajar Arcana :60 hal dangan menjadi/biasa dengan akar-akar kerdil dan ikan hias/ Dan ia membasuh tangannya de- ngan wajah bahagia/Serta se- gala yang pantas diperlihatkan. Atau tengoklah puisinya Umbu. Kita akan mendapatkan sebuah pandangan tentang cinta tidak dalam artinya yang sempit Dengan mata pena/kugali gali seluruh diri/dengan helai helai kertas kututup nganga lukal kupancing udara didalam de- ngan angin tangkapankul begitulah selalu kutulis nyawamu senyawa nyawaku (Upacara XXII) Cacat Cover Kalau harus dicatat tentang "cacat" dari buku setebal 60 ha- laman ini, barangkali terletak pada desain (gambar) covernya. Covernya berkesan pop. Ia ada- lah kado dengan isi yang berkua- litas tanpa ditunjang kualitas pembungkus yang memadai. Di samping itu, porsi "ucapan sela- mat untuk sang pengantin tam- pak berlebihan. Selain di depan (hal. 1), juga terdapat di bagian belakang (hal. 59). Bahkan yang di halaman belakang ini meng- ambil cukup banyak porsi : satu halamaan penuh! Seperti sebuah iklan perkawinan di sebuah koran. Namun terlepas dari cacat ter- sebut, dan apa pun tujuan dari penerbitan buku ini, yang jelas. kehadirannya akan sangat ber- makna bagi khasanah sastra (puisi) Indonesia. Dan tentu saja. ini juga bisa dianggap sebagai ja- waban terhadap tudingan se- mentara orang di luar Bali bahwa di Bali tidak ada penyair. Sebab baru kali inilah ada buku puisi yang cukup lengkap, yang mewakili hampir seluruh pe- nyair dari berbagai pelosok Bali, terbit di Pulau Dewata ini, sete- lah dalam kurun waktu hampir 15 tahun tidak kita temukan kumpulan puisi penyair-penyair (Sastrawati) Bali. Kekuasaan Goenawan Mohanınd Kesusastraan dan Kekuasaan peminat maupun pengamat sas- tra. Rekonstruksi masa tiga pu- luh tahun yang lalu, artikel ten- tang perbenturan ide-ide pada masa itu dan keadaan setelah 1965. Masa-masa ini lebih ba- nyak menimbulkan gugatan- gugatan, yang bagi Goenawan merupakan bagian penting yang mempengaruhi kehadiran se- jumlah karya sastra dan karya seni lainnya. Dan, beberapa ke- terkaitan pilihan masyarakat dan seniman (sastrawan terha- dap pertumbuhan karya sastra dan karya seni. Pada akhir eseinya ini "Kesu- sasteraan, pasemon", dengan mengambil puisi sebagai meta- fornya, Goenawan menjawab se- jumlah esei-esei yang telah ditu- lisnya itu. "Dengan puisi, dengan passemon, kesusastraan mena- ruh kita dalam kesaktian dan ke- terbatasan, menjadi manusia - kita pun memilih kata kita sen- diri, kediam-dirian kita sendiri, kearifan kita sendiri". (hal. 128) (Autar Abdillah) Minggu Kliwon, 20 Februari 1994 Agenda Kantong Apresiasi '94: ....KATA..... (Kalangan Apresiasi Tanah Aron) Jaga tanggal mainnya Hubungi Cok Lilis Jalan Sultan Agung No. 51 Amlapura Telp: (0363) 21575 SAR 390 THN 30 Maret 1994 BANGLI 790 THN 10 Mei 1994 Cok Sawitri PERBATASAN di perbatasan seribu bunga berlomba menampakan keharuman memohon tangan untuk dipetik suntingkan aku ditelingamu! di perbatasan satu hal yang terlupa ketika jemari bosan menekan picu seekor merpati menangis banjir airmata ke lengan rindu di perbatasan ia tersenyum untuk kilat blizt semacam kenang-kenangan tak lagi sempat heran. kematian kebiasaan yang tiba-tiba tanpa kepedihan dan isak sesal di perbatasan ia menulis sura untuk ibunya ibu, apakah airmata kita mulai berbeda? dan jangan lupa beli koran esok, mungkin anakmu jadi berita! seribu bunga di perbatasan kembang melewati musim memohon tangan untuk dipetik siapa saja! Cakil Tanah Aron Karangasem Seorang Michael Jackson KETIKA musik menjadi komoditi sekaligus kekhawatiran. Kita non- ton Michael Jackson. Kita nonton Amerika yang di-dekade 40-an anak- anak mudanya merasa kehilangan musik untuk generasi mereka. Ka- rena itu lahirlah rhytm and blues, yang tujuannya untuk menandingi musik jazz yang rumit dengan be-pop-nya dan didominasi oleh kaum tua. Tak lama kemudian, generasi Bill Haley mengembangkan Rhytm and Blues ini menjadi musik Rock'n Roll! Lalu dikuatkan oleh daya ma- gis Elvis Presley, orang muda Amerika terpuaskan. Tetapi itu tak cukup. Era The Beatles pun muncul, kali ini maunya lain, bukan menandingi keberadaan jenis satu musik namun mereka 'konon' melalui musik mengkoreksi sikap orang tua yang mapan dan doyan perang! Nah, kini Michael punya keinginan pula, dia mau, menyembuhkan dunia, bersa- habat dengan anak-anak.... Ternyata dibalik semua itu, ada tujuannya. Barangkali itu sebabnya kita tak kuat untuk berdebat untuk membela musik Indonesia. Apa lagi membela musik rock (?). Atau mungkin kita memang selalu melihat matahari terbit dari Timur dan terbenam di Barat. Hingga pikiran men- jadi jelas untuk menyatakan Timur dan Barat itu berbeda. Tak jelas. Michael itu barat atau timur, putih atau hitam. Tetapi dia tak lagi sekadar komoditi, dia! Menurut bahasa yang disinyokan! Dia personal! Kepriba- dian. Dan tak merasa hanya tengah berada di satu benua. Di tengah melayang atau sadar menerbangkan layangannya. Sulit memang untuk berbanding-banding. Apa lagi dengan rekor yang dikumpulkan Michael. Tetapi paling tidak latar belakang dunia musik yang menghantarkannya ke jenjang menemukan tujuan adalah jelas. Ada bandingannya. I Wayan Redika KESEPIAN SUATU SAAT datang disini tualang bintang telanjang lahir telanjang hulu bathin geriap angin sekilas melintas tangan teher sahabatku melukis bulan sisik duyung dari tebing pancar canang sembur dupa senantiasa kupuja, hyang menari sanghyang 'kupuja sarat bakti dayang kembar tiga warna sarat bakti menari sanghyang tiba disini dipesisir nyusur langit sendiri kepucuk bumi memburu teher sahabatku melukis bulan sisik naga gelung genta dari pawang dang hyang senantiasa kujaga, lingkar batu muncrat air 'kujaga sarat sembah nganga lubang berpenghuni ular belang nyalang berbulu mantra aum, aum, aum berhentilah tarian api cinta disini roh pertapa cipta diri mencari dang hyang menari sang hyang jelma calonarang muntah bisa warna biru nyusup tulang belulang mengusir teher sahabatku melukis bulan sisik pura taksu prasasti liur ular menggelinjang tampar karang tampar ombak usai menari (tirta beriring pohon hajat, gempa bersusulan bagai dang hyang murka bertatah gajah menghalau cipak ombak nuju surga sebut nirwana) duduk dipusar buih tunggu nugrah hyang tiang tiang saling silang gusur penjor yang disemat barisan rejang bagaimana lagi teher bertahan dibalik palka sahabatku melukis bulan sisik warna warni mengukir nugrah jua mambang bentang busur lepas anak panah warisan dang hyang dipusar buih bersama angin menguliti sisa luka pertarungan nanar berbulu mantra aum, aum, aum istirah rongrong bumi (semestinya kau datang melewati pintu puri liur naga masuk kepusar buih kau tiba beduyun dayang serupa padma, tikam surya cahya jingga bidadari berlesatan nuju surga sebut nirwana) tirtagangga '94 Seorang Robin Hood Bali Post Widiyazid Soethama MANA TANAH BALI + Karena matahari tak lagi bercahaya. Lembayung merah hitam tembaga. Angkara penguasa bentang be- ton angin laut. Daun kering pohon candiku. Mana hening tempat pujaku? Mana jiwa tulus ciptaku? Mana hati be- ning doamu? Karena bulan tak lagi bulan. Bintang tak lagi bintang. Malam tak wujud malam. Karena bayang tubuh nik- matmu kau kubur pikir jernihmu, Mana tanah Bali?, kata Tuhan. - Disini Tuhan! Disini Tuhan! Dalam gerbang nadi lautMu. Sawah sungai lingkar jantungnya. Seperti sedia- kala! Seperti sediakala! + Bukan ini! Bukan ini, anakku! Tak kulihat dewataKu. Cempaka bangkai susu nafsu sepanjang pantai. Hiburan Hanuman satu paket satu dolar. Selimut kabut legong keraton. Mana tembang untukku? Mana gemulai tabuh tariku? Kini karma tiada dalam jiwa. Sang Hyang Jaran mandi api harta lahirmu. Ratu Ayu tak lagi roh hidup kau. Mana pretima prasiste tirta samudera dalam gemuruh satu darah kau? Mana tanah Bali?, kata Tuhan. -Sungguh ini! Sungguh ini Tuhan! Dalam terang dunia barat-timur utara-selatan. Ditarik segaris delapan ger- bang penangkal bahaya benua. Terpusat di singasana Besakih Mu. Seperti Kau Cipta. Seperti Kau cipta. + Tidak lagi! Tidak lagi anakku! Tak kulihat itu! Karena rakus buncitmu seteru alamku. Keasingan meludah atas surya padmasanaKu tikam pecalang gunung, pantai dan hutan. 'Kan pergi dewa-dewiku dari sorga yang kini neraka. 'Kan tinggalkan dalam detak air mata dan luka nanahmu. Dicincang kewangen puspamu serupa galau derita dihembus badai. Seratus Korawa seratus Rah- wana balatentara denyut nadi butamu adalah penghianatku! - Tidak Tuhan! Tidak Tuhan! 'Kan kukembalikan tanah suciMu dengan pedang jiwaku. Seperti sediakala! Se- perti sediakala! Darah Pandu panjiku buru pendosaMu. Kubelah dia! Kubelah dia sebagai Doa. BAGI seorang Robin Hood, menolong orang miskin adalah profesi. Kartu identitas yang membuat ia tak ragu untuk bercermin bahkan ke- hadirannya ditengah kemiskinan adalah eksistensi yang mengenalkan- nya kepada tindakan kemanusiaan yang sejati!! Tidak ada yang lebih menyakitkan dari menjadi orang miskin. Pada saat kalimat pertama terucap, meminta nasi. Maka seluruh harga diri menjadi halaman luas, tanpa pagar, yang siap diinjak dan diludahi. Ka- rena itu, nasihat yang paling jujur dari mulut seorang Robin Hood, ja- nganlah engkau menjadi orang miskin! Musuh utama kemiskinan itu menurut lamunan anak panah yang siap melesat ke arah sasaran, adalah ketakutan akan kemiskinan itu sendiri. Tidak ada yang lebih luas dan lebih gelap dari ketakutan pikiran ini. Karena itu, kerisauan atau kegalauan, kerusuhan atau kekisruhan selalu dikaitkan dengan apa yang telah dilihat dari mata kekumuhan. Miskin selalu identik dengan rasa lapar yang kronis, boroknya sema- ngat hidup, robohnya harga diri dan ambruknya tempat berteduh atau ambrolnya tanggal kelahiran!! Padahal, yang ditakuti itu adalah ketakutan itu sendiri. Dan terjadilah pencarian sebab dengan melihat akibat, dan hakikatnya adalah pene- muan cara pengamanan diri sendiri, pengamanan untuk keselamatan hidup diri sendiri. Lalu terpikir, dengan menjadi dermawan akan dida- pati selimut pengaman bagi hak milik yang terkumpul dalam hitungan tangan. Akan didapat kenyamanan mata dan kenyamanan hati dengan cara mau sedikit berbagi. Sementara rasa takut itu terus membayangi, mendorong hati untuk terus menjauhi rasa jauh dari miskin. Karena itu keserakahan adalah pembelaan diri untuk membentengi dari serangan ketakutan akan kemiskinan itu sendiri. Dan anak panah itu hilang sasaran, Bagi seorang Robin Hood, tindakan kemanusiaan itu profesiona- lisme sejati. Dan jika hanya anak panah yang melesat menembusi gu- run dipagi kabut, meruyak kehampaan mata, janganlah mengira Robin tengah berlatih. Dia tengah melawan ketakutannya. Menjadi orang mis- kin itu tak butuh definisi. Karena itu sangat sulit berdiskusi dengan seo- rang Robin, sebab yang dia butuhkan adalah kekuatan untuk melawan ketakutan itu sendiri. Dan burung bulbul bersenandung, bilakah kemis- kinan itu pergi, angin pun menjawab pabila rasa takut itu pergi. Bilakah rasa takut itu pergi, burung bulbul pun bernyanyi, bila lahir manusia itu Cok Sawitri lagi. Lagi! O Cok. Sawitri Dan musik Indonesia?! Apa kabar. Atau mari bermain layang-layang. Mumpung langit jernih. Pandai-pandai mengulur dan jangan sampai kesetrum kabel listrik. Dan Michael Jakcson tentunya tak akan menye- rah dengan missinya, dia ingin dunia sembuh. Harapan hati, tolonglah Michael, sembuhkanlah di sini! Dalam pikiran ini!... Trap-trap pam- pam... Hii-hii!! ●I Nyoman Gde Suardana KEPADA-MU Arti Kehidupan I Komang Berata BERJALAN beramai-ramai atau menyendiri di tengah malam paling sepi, inikah arti kehidupan yang banyak dicari? Berjalan beramai-ramai atau menyendiri di tengah hari paling riuh, inikah arti kehidupan yang te- lah diduga menjadi barang langka? Kadang-kadang aku muak de- ngan kesunyian, kadang-kadang aku sangat merindukannya. Begi- tulah jiwa bak air lautan, punya ge- lombang dan angin yang menjadi sebab dan akibat. Kadang-kadang aku muak de- ngan diam, tapi kadang-kadang aku selalu ingin berada di sam- pingnya, sambil makan, mandi, menghalau burung di sawah, me- nyabit rumput dan aktivitasku yang lain. Lalu suatu ketika aku tersadar bahwa aku telah menyiksa bumi, menyiksa langit, menyiksa bulan, menyiksa matahari, menyiksa udara dan tetasan telur lainnya de- ngan peradaban. Mungkin juga de- ngan penipuan yang telah disepuh kemuliaan. Dan aku dibuatkan sebuah jalan sempit ditaburi duri seluruh duri yang telah dikulum ular sanca. Ke- tukan palu pun menggemburkan gendang telingaku untuk memilih, apakah duri seluruh itu kujadikan tangga atau kujadikan pedang ber- simbah cairan kental. Sebelum ajal tiba, aku tak dapat menentukan tu- gasku telah berhasil atau gagal. Biar pun ajal telah datang, aku pun tak dapat menentukan. Mereka yang masih punya detak kehidu- panlah yang memberikan peni- laian. Bukan pula mereka yang ha- nya sekadar hidup dari kehidupan. Kau selalu berkata, "Makan un- tuk hidup, bukannya hidup untuk makan." Tapi bila kau tahu dan melihat orang pantang makan suatu makanan, kau pun berkata, "Ini adalah anugerah Tuhan, mengapa mesti kita siasiakan. Ma- kan saja. "Di manakah ketegasan sikap dapat selalu diwujudkan atas kata-kata? Selalukah kita mesti mengambil patokan dengan mengembalikannya atas nama si- fat masing-masing individu? Mungkin karena air hujan di mu- Engkau yang paling bijak mengadili pikiranku Engkau yang paling arif merajut jalanku Engkaulah sumber keabadian tak pupus waktu Yang pada suatu saat nanti Engkau menggiringku ke rumah-Mu Sukmaku merasuk ke dalam denyut nadi-Mu Engkau yang Maha langgeng di tengah-tengah semesta-Mu Menyatu dalam setiap getaran dan nafas kehidupanku Engkaulah yang paling sempurna menjelajah hatiku Dan paling suntuk meraba kehendakku Dalam kelembutan, kedamaian dan penuh kasih-Mu Engkau tak berada jauh dari sekelilingku Tapi bertengger di setiap titik dari sisi-sisi terkecil bilik kamarku Keteduhan-Mu menaungi detak-detak jantungku Engkau ungkapkan segala tentang misteri kekekalan-Mu Namun selama ini hanya secuil bhaktiku sempat ku persembahkan Sementara sukmaku tak pernah usai memantulkan pahatan Setiap tindakan, hasrat dan kata Selama aku berpijak di atas bumi-Mu Engkaulah pusat keajaiban itu Dengan pancaran sinar kehangatan-Mu Menaburkan benih-benih kehidupan BERKAT KEPERCAYAAN ANDA KAMI TETAP SETIA MELAYANI HONDA AHASS 004 HONDA PT.ASTRA INTERNATIONAL HSO Cab DENPASAR dos donofont HALAMAN 7 ●Cakil dari Pojok Subagan Amlapura : AV Berangkat 19 Februari SELAMAT jalan. Mengail bintang-bintang di pedalaman udara, du- duklah di gundukan rasi padam. Deras di bawahmu mengalir cuaca sekilau kaca, hayati sesekali bunyinya. Depanmu tiap melintas rombongan bayangan bersisik, berucaplah khidmat, "Rombongan sukma maha jernih berlumur cahaya alit kedip kelip, bagai ke air menghalau ikan-ikan, ke kailku halau bintang- bintang." Pijar kecil warna-warni berkejaran atasmu, berkejaran, bukan kunang-kunang birahi. Bukan kepingan nyalang bersemburan terus dari bulan. Ambil! jadikan di kailmu pembalut umpan. Tahu kau? Pijar warna-warni kesukaan bintang-bintang. Taburan bulatan-bulatan kecil cerlang, bukan embun deras berlu- ruhan, bukan keringat langit deras berguguran, tapi taburan manik bulan telah matang. Ambil! sepenuh dirimu tanam. Sorotnya ke bintang-bintang hadapkan. Tahu kau? manik bulan telah matang san- tapan bintang-bintang. Sekali saat pandang arah seberang. Kau pun lihat panorama sorga membentang. Dan ke arahmu terjulur berlaksa tangan gemerlap berlu- mur bintang-bintang. Melihat sesekali belakangmu bukan gemericik. Bukan ruh sungai mengalir. Bukan bocoran bendungan langit mengalir. Adalah ruh air berbondong berbaris. Bila memandang jangan bersiul. Berubah me- reka hamburan gemuruh. Bintang-bintang pun luruh. Gundukan rasi padam kau duduki luluh dan terlempar kau jauh, jauh. Sekali waktu padamu sampai paduan suara melantun melandai. Itu, bukan lolong lapar bermiliar anjing minta semua tulang langit, minta seluruh daging bintang-bintang. Itu pantulan merdu suara Tuhan diikuti semua malaikat melagukan pujian bagi bintang-bintang. Jangan terce- ngang. Cuma sesaat terpejam bintang-bintang. Jangan terkesima. Cuma sesaat sekitarmu hampa. Sempatkan menyanyi sesekali tentang berlaksa lentera rumah Tuhan menyala abadi. Umpamakan berlaksa bintang maha agung maha bening. Bintang-bintang pun memandangmu tak lagi asing. Bin- tang bintang pun darimu tak lagi menghindar. Selamat jalan. Sepenuh satu jejak angin (sekitarmu tak terhitung terserak) sempatkan dengan telunjukmu lukis ladang angkasa berki- lauan sarat biji-bijian berkilauan. Ke bintang-bintang lalu arahkan. Bintang-bintang pun kau lihat manik-manik berkilauan sepenuh ham- paran luas berkilauan, mendekat ke arahmu pelahan, pelahan. Deras dingin menerpamu ketika, jangan menggigil, jangan. Kailmu gemetar bila, bintang-bintang pudar. Selamat jalan. Mengail bintang-bintang di pedalaman udara, duduk- lah di gundukan rasi padam. Deras di bawahmu mengalir cuaca sekilau kaca, hayati sesekali bunyinya. Selamat jalan. IDK Raka Kusuma sim kemarau tak sampai menyen- jongkok di pematang sawah sam- tuh tanah yang dirindukannya se- bil menunggu bulan meratakan hingga memungkinkan kita ber- permukaan samudra. Kekejaman kata, "Itulah diri kita masa lalu bagai sirna tanpa bau masing-masing dengan corak oleh sambutan hangat para pung- masing-masing. Ibarat sidik jari, gawa fana. Segera kubukakan dalam kemiripan, selalu ada pe- pintu baka, ingin aku tahu di mana nentu kepunyaan." telah kau sediakan rumah yang Dengan saling kunjungi ke ru- terbaik untukku. Yang terbaik un- mah kerabat dan kenalan, begitu tuk orang lain, biarlah mereka mudahkah sehelai benang merah masing-masing mencarinya. Keri- ditegakkan? Benang merah ingin butan menjadi-jadi dalam diam dijadikan urat penuh darah meng- maupun pada keriuhan. Ada saja hubung jantung dengan isi kepala. bahannya. Jangan beri daku. Dengan demikian, telah ditemu- kankah arti kehidupan? Aku ber- Sinar-Mu terpancar pada setetes embun di pagi hari Pada mentari senja di garis kaki langit (Amlapura,07/1992) Getar-Mu beringsut pada gesekan daun-daun di taman sunyi Pada kicauan burung-burung bercanda di sela-sela ranting Desah nafas-Mu larut dalam tembang-tembang Mengalun di antara kesunyian angin malam Tak terbilang berbagai sebutan tentang keagungan-Mu Pada permukaan air telaga yang bening dan dalam bercerminlah aku Maka tersingkaplah mata batinku, hening sekujur hati nuraniku Ketika mentari pagi baru beranjak Setangkai bunga kamboja yang kupetik dari sudut taman Kusunting dalam cakupan kedua telapak tanganku Bersama sebatang dupa tegak menyatu di atas ubun-ubunku O, Yang Maha Tunggal Mohon diampuni dosa-dosaku Sembah sujudku kepada-Mu Denpasar, 1 Januari 1994 Gelagar SAR 390 tahun 30 Maret 1994 BANGLI 790 tahun Bangkit 10 Mei 1994 gelar: { 0000000 LTURE n) E.B. TANI onsultant do International da 94 TA H RESORT Didukung para dealer resmi profesional (bukan dealer musiman) yang telah lama berdiri, menjamin keamanan surat kendaraan anda (BPKB) PT. ASA PARIS MOTOR Jl. Hasanudin 87, Denpasar Sejak 1960 TOKO ARTHA KARYA Jl. Gajah Mada 54, Tabanan Sejak 1974 HONDA MOTOR Jl. Jend. Sudirman 8, Negara Sejak 1981 TOKO ENAM TIGA Jl. Achmad Yani 9, Singaraja Sejak 1976 TOKO HERO Jl. Kartini 75, Denpasar Sejak 1972 TOKO SARI INDAH Jl. Gajah Mada 4, Tabanan Sejak 1974 BINTANG MAS MOTOR JI. Ngurah Rai 66, Negara Sejak 1978 PD. KRIDA Jl. Pejanggik 12, Lombok Sejak 1962 TOKO SEKARSARI Jl. Hasanudin 40, Denpasar Sejak 1972 TOKO CEMERLANG Jl. Diponegoro 7, Klungkung Sejak 1960 PT TRIMITRABALI Jl. Raya Semebaung, Gianyar Sejak 1990 MITRA KRIDA JI.Hasanudin 56, Sumbawa Sejak 1980 Didukung pula oleh 34 Jaringan Service dan 43 Jaringan Spare-parts tersebar di seluruh Bali dan NTB WAVIN PIPA PVC yang kuat diuji secara berat Soal mutu? Bisa Anda buktikan sendiri! Dipergunakan Lebih dari 30 Negara didunia. Meski kwalitas dan penampilan meyakinkan, harga tidak semahal yang anda duga. Kini anda dapat memperolehnya ditoko-toko bahan bangunan terkemuka, atau informasi ke : Kantor Pemasaran Wavin Bali dan Lombok UD. TRATAS INTI BANGUNAN. JI. Suwung Batan Kendal no. 33 Denpasar Bali Telpon. 261010 nar: donesia : Bebas beaya si : Rp. 100.000.- : Rp. 125.000,- U 387 Bagaimanapun juga HONDA lebih unggul! C 181 Kelengkapan FITTING yang menjamin sambungan dengan hasil terbaik wavin Dimana air mengali" sampai jauk QUASARS 1973-1993 2cm Color Rendition Chart 4cm