Tipe: Koran
Tanggal: 1995-01-07
Halaman: 08
Konten
HALAMAN 8 I Wayan Tusan Slonding Terkait dengan Aksara Suci Omkara Slonding bagi orang Bali barangkali bukan sesuatu yang asing benar, jika ia di- I Wayan Tusan dengan slonding yang dipugarnya tahun 1993. prasasti maupun ding. Bandingkan dengan kata napuh dari bahasa Kawi di Bali yang menjadi nyapuh, kemudi- an berkembang menjadi sa- puh. Slonding sekarang nyaris Bali Post/Ist ta disebutkan, bahwa tetabuh- an yang ada di bumi ini lahir dari swarane genta pinara pitu. Harus diingat, genta pinara pi- tu ini identik dengan swara sap- bang Sang Hyang Widhi). Bo- leh direnungkan, satu denting ha Parikraman disebutkan, genta itu saja dalam puja Wed- bahwa suara genta itu adalah swara Omkara. Karena itu jika dikaitkan dengan keberadaan slonding, --slonding ini memili- Kalau saya, berpijak dari berbagai keterangan, baik dari catatan catatan kuna yang sempat saya baca. Kita bisa melihat bahwa identifikasi dalam khasanah dalam manuskrip Usana Bali, seni tabuh. Mengapa slon- telah ada catatan bahwa pada langka, dan mungkin mende. ta Omkara (aksara suci melam- ding disakralkan, barangka- 835 Icaka, Dalem Kesari War- li sebuah pertanyaan yang madewa telah memiliki mrajan bisa menuntun orang untuk slonding. Itu yang di Besakih. tergerak menelitinya, dan Artinya, slonding telah ada pa- kemudian tiba pada suatu da masa itu. Kemudian Van kenyataan tak perpikirkan der Tuuk (ilmuwan Belanda Begitulah peneliti sastra Bali) pernah sebelumnya. kati kepunahan. Dari peneliti an Bapak, di mana saja saat ini kita bisa mendapatkan jejak keberadaan slonding? Dari penyusuran yang saya yang terjadi atas diri I Way- mengungkapkan, bahwa da- tamani), Batur, Kedisan, Sem- ki 7 nada, ketujuh nada ini bisa ham, apa sebetulnya slonding Pada kenyataannya slonding lam Ramayana juga diungkap an Tusan, seniman tradisi a- kan mengenai slonding. Ra- sal Bebandem, Karanga- mayana itu dibuat dalam per- sem. Berikut perbincangan kiraan di abad ke-9. Terus, Cok Sawitri dengan I Way- prasasti Bebandem 1052-1070 Icaka, saat Jaya Pangus ber- an Tusan. kuasa 1126 Icaka telah tertulis mengenai slonding. Yang ter- akhir, pada catatan 1036 Icaka, Banyak orang kini tak pa juga ada catatan mengenai slonding. Itu sebabnya, saya berpen- itu memang berbentuk seper- dapat, bahwa slonding itu su- angkat gamelan. Tetapi bukan dah baku. Di mana dalam sua- gamelan biasa. Dan arti Slon- tu tempat ada kebiasaan mem- ding memang belum bisa dide- beri nama sesuatu atau benda finisikan secara final. Walau sesuai dengan apa yang nam- memang telah banyak yang pak, apa yang terdengar dan berusaha mengartikan. Bagi berdasarkan sifat. Misalnya, o- masyarakat Tenganan, slon- rang Bali menyebut kucing se- ding itu diartikan sebagai tem- bagai meong atau f3meng, itu pat suci, yang disimpulkan dari karena kucing mengeluarkan salon sebagai bale, ding-nya di- suara meong. Atau burung ga- artikan ning (suci). Kemudian gak, di Bali disebut goak kare- Pak Bandem (Made Bandem, na mengeluarkan suara gaak- Ketua STSI Bali) pernah juga gaak. Terus cengceng, karena mengajukan makna slonding suaranya creng-creng. Untuk pada masyarakat Tenganan, slonding, yang dominan suara- yaitu dengan memilah salon nya adalah dong-ding. Nah, berasal dari kata 'saron', ke- ketika memainkan secara wa- mudian ding' diartikan ding jar, itu terdengar suara slon- yaitu seperti bunyi yang terde- ding, terjadilah proses (bentu- ngar dari slonding itu. Ma- kan kata) menjadi nyelonding, syarakat Tenganan, saya kira di mana kemudian ada timbul belum menerima pemaknaan bunyi sengau menjadi slon- itu. PIONEER The Art of Entertainment berkembang menjadi sepuluh nada. Ini akan terbagi menjadi suara pelog, dan 5 suara slen- dro. 5 Menurut Aji Gurnita, 5 sua- Catatan........... MUNGKIN garis hidup yang membuat I Wayan Tusan berjodoh dengan slonding. Lelaki kelahiran Banjar Tunggak Bebandem, Karangasem tahun 1943 ini, di daerahnya dikenal sebagai tokoh slonding. Itu bermula dari kekaguman di masa remajanya melihat ketaatan masyarakat sekitarnya terhadap seperangkat gamelan yang disakralkan. Di benak Tusan saat itu, mensakralkan gamelan sama sekali tak masuk akal. Begitulah, Tusan akhirnya terobsesi mengetahui sebab- musabab di balik sikap itu, dan melibatkan diri dalam pencarian-pencarian. Suatu pencarian yang teramat sunyi dan khusyuk. Yang ia pahami, bagi umat Hindu Bali, slonding bukanlah gamelan biasa. Dia adalah perwujudan dari cahaya suci Sang Hyang Widi. Dalam slonding terkandung Sapta Omkara; aksara suci. Namun bagi Tusan tak cukup hanya terkagum- kagum atas keberadaan slonding itu. Ada hasrat untuk mempelajari sekaligus mempertahankannya. Tusan menyadari benar, bahwa di zaman serba logika ini, yang patut dilakukan adalah kerja nyata. Langkah Tusan dimulai dengan belajar menabuh slonding, kemudian berkutat mencari jalan untuk bisa membuatnya, dan menyusul kemudian mencari data serta informasi mengenai slonding. Akhirnya pencarian itu bermuara pada kesetiaannya jenis tabuh ini. Dalam keseharian Tusan adalah wiraswastawan yang cukup berhasil. Namun bakat seni tak dapat ditampiknya. Dalam khasanah sastra tradisional Bali, Tusan telah melahirkan sejumlah karya, seperti Kakawin Eka Dasa Rudra (1979), kidung Wargasari Catur Marga (1992), Gaguritan Rasmi Sancaya (1992), gaguritan Bhaseng Sari Turida (1993), kemudian di tahun 1993 ia melahirkan Kathanaka Udyana Kasmi Lalangon. Dari sini beberapa penghargaan diraihnya, seperti piagam penghargaan dari Balai Penelitian Bahasa Denpasar (1990). Biodatanya juga dilengkapi dengan pengalaman sebagai juara I Palawakia dewasa putra Utsawa Dharma Gita Propinsi Bali (1990). Hingga kini Tusan aktif dalam pembinaan Utsawa Dharma Gita serta kegiatan kemasyarakatan lain di desanya. Di samping itu, sejak 1967 hingga kini Tusan menekuni seni mababasan, menulis lontar, kegiatan lain yang terkait dengan sastra daerah. Sebagai wujud kesetiaannya pada slonding, Tusan telah melakukan pemugaran slonding Besakih (1993), pemugaran slonding Pura Pasar Agung (1993), renovasi gambang Desa Bebandem, selain ia juga membuat seperangkat slonding dan gambang. Bali Post KULTU Sabtu Umanis, 1 Januari 1995 Jejak Slondin DARI manakan senarusnya memulai perbincangan mengenai keberadaan slonding? Sebab keterangan mengenai slonding ini amatlah sedikit. Masyarakat seolah sudah cukup tahu, bahwa slonding gamelan sakral, juga seolah-olah dari penelitian yang pernah ada dan dituliskan, --sebut saja buku kecil Ensiklopedi gamelan Bali yang ditulis Prof. Dr. I Made Bandem--, gamelan sakral ini terbuat dari besi dan hanya terdapat di Tenganan dan Bungaya, Karangasem. Begitupun tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan musik tradisi hanya menyentuh areal Te- nganan dan Bungaya bila berkaitan dengan slonding. Mungkin karena itu, I Wayan Tusan mengupas habis keberada- an slonding, dan menguakkan sedikit lembaran baru. Bahwa keheningan slonding tak cuma menembus kekaguman apresiasi telinga belaka, tetapi juga menembus zaman. Slonding bisa jadi adalah puncak penghayatan umat Hindu pada makna Omkara, aksara suci perlambang Sang Hyang Widhi. Ini bagai mengulang nasihat lama, bila engkau mengucapkan aksara 'Om' di saat ber- Trisandya, maka alam semesta ini pun terjaga dan ikut meniru- kannya. Dengan demikian, penyusuran mengenai keberadaan slonding oleh Wayan Tusan tak semata hasrat menghasilkan se- buah tulisan. Tetapi suatu yadnya untuk meyakinkan zaman ten- tang keheningan pencarian jati diri manusia. JLA. Brandes di majalah T.B.G Nomor XXXII tahun 1889 yang dikutip Timbul Haryono seratus tahun kemudian pada Seri Javanologi nomor 8 tahun 1985, menyatakan, salah satu unsur kebudayaan bangsa Indonesia adalah gamelan. Memang gamelan atau seni musik ini memiliki kekuatan emosi untuk memberikan ruang secara universal kepada manusia untuk berkomunikasi. Mungkin lantaran itu ada argumentasi yang menyatakan, sejarah seni musik mungkin setua sejarah peradaban manusia itu sendiri (Perhatikan penemuan "Wilahan Saron" dari batu yang dikenal dengan istilah Lithophone di Thailand). Karena itulah, bisa jadi prototipe instrumen gamelan 'wilahan saron' ini identik dengan gamelan slonding. Bila disusuri lebih jauh, mencari argumentasi ketuaan gamelan ini, bisa dimulai dari babad Usana Bali. Di situ ada disebutkan, seorang raja besar di zaman dahulu yang bergelar Sri Dalem Wira Kesari, bertahta di lereng Gunung Tolangkir (Gunung Agung), dan Pemrajan Slon- ding adalah tempat pemujaannya. Barangkali pernyataan itu ma- sih dianggap berbau legenda. Tetapi lihatlah Prasasti Blanjong Sanur berangka tahun 835 Caka, yang mencantumkan nama Raja Sri Kesari Warma (dewa) dan negeri Singhadwala (Goris: Prasas- ti Bali 1952-64). Kemudian bila secara wajar menilai kehadiran Kakawin Ra- mayana, di mana di dalamnya juga disebut mengenai slonding, kemungkinan di abad 9 pun gamelan ini telah ada. Lalu jika melihat penelitian Jaap Kunst mengenai gamelan di Indonesia, ada dinyatakan keberadaan 'wilahan saron' pada relief Candi Borobudur yang dibuat di Jawa Tengah abad VIII. Bukankah itu sezaman dengan kerajaan Dinasti Slonding di Bali? Kemudian di zaman pemerintahan Sri Jayabaya di Jawa Timur ra pelog ini adalah Panca Brah- ma, kemudian 5 suara slendro adalah Panca Tirta. Dalam slonding, misalnya pada satu tungguh, bisa naik 7 nada. slonding yang juga amat disa- ri data, cari informasi, segala pada 1079 Caka, Empu Sedah dalam karya Bharatayudha juga Artinya slendro dan pelog ada kralkan, bahkan menyentuh cara saya lakukan. Melakukan lakukan, di Desa Trunyan ada slonding. Juga di Buahan (Kin- biran, Tigawasa, Campetan. Selama ini terkesan seolah- olah slonding itu cuma ada di Tenganan dan Bungaya saja. Padahal di Asak, Timbrah dan desa-desa kuna lainnya saya perkiraan masih ada, biarpun cuma sebilah, atau hanya ca- gaknya saja. Artinya, slonding ini menyebar di mana-mana, Hanya saja, ada yang masih lengkap, ada yang sudah pu- di dalamnya. Dengan demiki- pelawah-nya saja tidak boleh. pencatatan, wawancara, me- nah. Kalaupun ada, tidak dita- an saat slonding ditabuh, kita Saya tergugah, ingin tahu, motret, merekam. Yang bisa buh, telah memuja Panca Brahma, apa sebetulnya yang ada di ba saya lakukan untuk slonding, likke-put-an itu, sementara tak saya untuk Di Campetan misalnya, Panca Tirta. Artinya, nanginin Awal penyusurannya sejak slondingnya disimpan di goa (membangunkan-red) Omka- banyak yang tahu mengenai kayu, di Tigawasa nyaris pu- ra. Banyak alasan mengapa hakikat slonding. Syukurnya kapan? Tahun 1991. Itu dimulai dari nah. Terus, ada yang masih ate- slonding ini harus disakralkan. saya senang nyastra. Dalam bih (satu bilah), juga ada a- Boleh direnungkan dengan ada bagian yang menggambar- an yang saya lihat, slonding Bharatayuda saya temukan, slonding di Besakih. Kenyata- tangguh. Ini memang mempri- persepsi Sidhanta misalnya. kan keindahan slonding. Arti- druwe (milik-red) Besakih itu hatinkan. Bukan berarti saya Pada akhirnya akan tersimpul nya slonding bisa ditemukan tidak ditabuh, hanya dipajang tidak menghargai penelitian- penegasan mengenai Omkara. dalam karya sastra juga. Lalu di Bale Agung di bagian timur. penelitian yang telah pernah Karena itu, slonding disakral- ketika saya belajar penerje- Yang saya saksikan waktu itu, dilakukan, tetapi rasanya be- kan. Yang menabuh harus di- mahan prasasti, suatu ketika ada penabuh dari Desa Te- lum lengkap. Karena itu saya winten dan banyak lagi aturan- mendapatkan Prasasti Bali I nganan, tetapi tidak menabuh berharap kita segera melaku- nya. Sebab kita akan melaku- dan II yang dibuat Profesor Dr. slonding druwe Besakih. Mere- kannya. Paling tidak mengin- kan pemujaan kepada Hyang Goris, ada mengenai slonding. ka membawa slonding sendiri, formasikan dan mempubulika- Widhi. Sikap mensakralkan itu Di Gedong Kirtya (pusat doku- itu pun bukan slonding yang di- sikannya, sehingga masyarakat adalah tanda hormat dan du- mentasi sastra daerah, Singara- sakralkan. Yang ditabuh dan Bali mengetahui. kungan kita, penyerahan dan ja), dalam prasasti yang ber- dibawa mereka adalah slon- Bagi umat Hindu Bali, slon- ketaatan kita kepada Hyang kaitan dengan Raja Bali Kuna, ding duplikatnya. Saya priha- ding ini disakralkan, mengapa? Widhi. banyak diterangkan mengenai tin dan amat sedih. Karena itu Saya sudah mengatakan, keberadaan slonding. saya bertekad, saya harus bisa slonding itu bukan gamelan pak menyusuri keberadaan Saya benar-benar ingin tahu melakukan sesuatu. Saya ya- biasa. Dalam lontar Aji Gurni- slonding ini? akhirnya. Apalagi, mengeta- kin, kerja berdasarkan yadnya Sejak masih muda, tahun hui beberapa penelitian yang yang diajarkan oleh agama tidak lengkap, katakanlah pe- saya. 1967. Tetapi langsung mencari nelitian Collin M. Pee (ahli et- Tentunya hal ini tidak mu- data, informasi dan sebagainya nomusikologi), yang meneliti dah, apalagi memulai dengan mulai tahun 1990, saat Karya slonding di Tenganan saja. Ta- tekad ngayah (meyadnya). Eka Dasa Rudra. Waktu itu hun 1978, tim Kokar melaku- Memang. Mula-mula ba- saya menyaksikan slonding di Besakih tidak bisa ditabuh. kan penelitian, juga cuma di nyak rintangannya. Saya hubu- Dari itu saya mulai berpikir, Tenganan, dan tidak lengkap. ngi Kepala Desa Besakih. Bi- Artinya apa? Belum ada pene- rokrasi amat panjang, saya mengapa bisa terjadi demiki litian yang lengkap. Saya sa- mengerti. Akhirnya saya temui an? Saya ingat kejadian di ta- dar, saya cuma Sekolah Ra- perwayah di Besakih. Tang- Bagus Slonding di Desa Bu- kyat, di desa lagi, dan tidak gapan mereka bagus, kemudi ra ritual sebelum menyentuh memiliki disiplin ilmu yang di- an dibicarakan dalam sangkep- slonding itu. ngaya ke jaba (keluar-red), se- butuhkan. Dari segi teknis juga an. Dan saat karya Tri Bhuwa- mua orang duduk, muspa dan SGU HADIAH LANGSUNG "PIONEER FAIR" LUCKY DRAW 94/95 undian berhadiah + hadiah langsung yang menarik!! 1 pet HOME ENTERTAINMENT I Hadiah ke II Z-AV99 PMPO 1.100 W CLD/CLDK Laser Midi X-PS series : 1 Karaoke Software : 6Audio Tape X-PM series SD-T5022 SD-M1407 Surround Amplifier VSX-D Sur. Amp. Hi-fi Cass Deck Hi-fi CD player Hi-fi Amplifier/Equi- 0 T PIONEER RA : 1 Karaoke Software 4CD Software TEE Kimura Translator Machine Kimurar Translator Machine Walkman : Pioneer Wrist Watch 3 Audio Tape : 3CD Software lizer/Tuner/Expander: Pioneer Wall Clock Kirimkan kupon berhadiah untuk setiap pembelian produk pi- oneer, segera ke PO Box 3500/JKS-Jakarta 12035 paling lambat tanggal 3 Februari 1995. Mintalah: Buku Biru (5 kupon) untuk setiap pembeňan: CLD/CLDK, Tape Deck, Tuner, CD Player, Amplifier, Equalizer, Expander. Buku Kuning (10 kupon) untuk setiap pembelian: LaserMi- di, Mini Contempo, Surround Amplifier. Buku Merah (20 kupon) untuk setiap pembelian: SD-T5022, SD-M1407(Projection TV). KETENTUAN-KETENTUAN: 1. Pioneer Fair Lucky Draw berlangsung selama 2(dua) bulan berlaku mulai dari tanggal 1 Desembers.d. 31 Januari 1995 Isinama jelas, alamat, No. KTP, telepon dan captoko pada kolom yang tersedia. Gunting sesuai tanda dan kirimkan kupon kembali ke PO Box 3500/JKSJakarta 12035, Lembaran pemilik disimpan sebagai bukti pengambilan hadiah bagi pemenang. 4. Apabila kupon tidak diisi lengkap, kupon dianggap tidak sah dan di- batalkan oleh penyelenggara. 4cm 3 Hadiah ke III X-P9408 3 PMPO 2. 550 W 3. 4 Hadiah keIV Z-AVB3 PMPO 600 W 12 Hadiah ke V X-P640M/S PMPO 950 W 20 Hadiah ke VI 6 X-P340M/8 PMPO 500 W 5. Kupon harus sudah dikirim paling lambat tanggal 3 Februari 1995 (stempel pos) 6. Kupon akan diundi di hadapan Notaris & pejabat yang berwenang pada tanggal 15 Februari 1995. 7. Nama pemenang akan diumumkan melalui koran pada tanggal 8 Maret 1995. 8. Pajak hadiah ditanggung pemenang. 9. Apabila dalam 1 (satu) bulan setelah pengumumuman hadiah tidak diambil, maka hadiah akan diserahkan ke Departemen Sosial. 10. Keputusan tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat 11. Undian Pioneer Fair tertutup untuk Karyawan PT. Adab Alam Elec- tronic, Dealer, Distributor, Biro Iklan dan Keluarganya. DAPATKAN DI DEALER-DEALER PIONEER YANG TERDEKAT PIONEER SERVICE CENTRE JI. P. Komodo 6 Dps (0361)222320 HOT LINE SERVICE (0361) 139 pesawat 1866 D. Dealer kami: BALI: DYNASTY AUDIO (0361) 433229/437343 SURYA JAYA (0361) 422254 TOYOBO IS- TANA ELECTRONIC (0361) 234747/236821 PALAPA AGUNG (0361)225721 TRIO ELECTRONIC (0361) 228457 NEW TRIO ELECTRONIC (KUTA) (0361) 755374/755375 FRANS ELECTRONIC (0361) 233467 AGUNG PLAZA (0361) 223216 SUMBER SARI (0361) 424282 DIRGANTARA (0361) 423258 KRIDA DE- WATA(0361)429314 KARTIKA ELECTRONIC (0361)754658 KARTINI MUSIK (0361)224315 OSAKA (0361) 234665 TABANAN: BUMI MAS (0361)811285 LOMBOK: SUMBER ELECTRONIC (0364) 249666/35344 C 3666 Boleh tahu sejak kapan Ba- hun 1967, selalu ketika Betara menyunting gamelan slonding uk memperindah kakawin da- lam gaya metaforanya. Juga dalam kakawin Hariwangsa karya Mpu Panuluh di zaman Kadiri, pamelan slonding telah bergaung. Berlanjut pada periode Majapahi akhir (lebih kurang 1400-an) ada sebuah kakawin bernama Wayana menguraikan tentang metrum-metrum kakawin, di mana salah satu contoh guru lagu Madrakanya memakai kosa kata sonding. Pada Woorden Boek, karya Dr H.N Van Der Tuuk, juga ada kutipan pemakaian kosa kata sloading. Dengan demikian, slon- ding bisa jadi bermakna keindahan (kalangwan), yang telah menggetarkan para kawiangdongo. Sering suara slonding dilukiskan ber-taluktak atau kerap diya- kinkan, suara slonding hanya itu saja. Tetapi bagi yang men- dengarkan dengan batinnya dan mampu berkomunikasi dengan keindahan suara slonding, akan dapat memahami keindahan itu. Mengapa Sakral Pertanyaan yang barangkali bi amat menohok, mengapa slonding disakralkan? Ini harusnya dimulai dari jejak-jejak yang telah ditinggalkan oleh keberadaan slonding. Sebut saja nama Cri Jaya Cakti yang memerintah Bali hun 1052-1072 Caka. Raja ini amat banyak menerbitkan prasati, di antaranya di Manikliu (1055), Campetan (1061), Bebandem (1062), Landih, Nongan, Buahan (1068), Depaa, Prasi (107), Sading (1072), Tapak Gang- sul dan Dausa. Barangkali bisa dimulai dari Prati Campetan yang menyebut- kan tentang adanya pajak yang disebut '(pa) salunding'. Di situ tersirat, di Desa Campetan ada instrumen bernama slonding. Juga dilaporkan oleh pihak Museum Bali (Drs. Wayan Widia- 1978), dan slonding ini sebagian d-sthana-kan di pohon besar, dipuja sebagai Prthiwi. Artinya scoding di situ disakralkan. Keberadaan slonding juga bisa dilihat dari luas wilayah keraja- an di bawah pemerintahan Sri Maharaja Jaya Pangus yang meli- puti daerah Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Buleleng dan Karangasem. Peta penyebaran situs slonding yang tercatat dalam prasasti meliputi daerah Buleleng (prasasti Jagaraga), Bangli ter- catat pada prasasti Buahan, kemudian prasasti Campaga A tahun 1103 Caka, Prasasti Penida Kaja, dan Prasasti Bugbug. Masih ada catatan panjang mengenai penyebaran slonding ini, yang mengisyaratkan konteks penggunaan slonding tidak pernah lepas dari kegiatan sosialisasi masyarakat Hindu, dari kebesaran sastra Hindu sampai zaman Bali Kuna, bahkan di abad 20 ini. Di antara gamelan, slonding mendapat tempat paling sakrál dalam upacara agama. Menurut ajaran Weda, pranawa atau Om- kara sebagai nyasa untuk mewujudkan Tuhan Yang Mahaesa yang transendental pada dunia inanen. Tuhan Acintya (tak ter- bayangkan), diwujudkan dengan aksara Omkara. Atau secara sederhana dalam kosep Narayana Upanisad dinyatakan, 'Om' terdiri dari tiga mantra, yaitu huruf A-kara, U-kara dan Ma-kara. Di situ ada Brahma, Wisnu dan Mahadewa Iswara. Bila ketiganya disandikan akan berbunyi 'Om' atau pranawa. Hindu memuja Tuhan menyerukan puja 'Om'. Lalu di manakah sembunyi ke- kuatan atau k kralkan? Menurut lo hir dari suar adalah suara s nya dikenal akasa. Atau Wiswakarma suara patut p suara patut s Unsur dewat Wasa, yang 'gegamelan' Atau bisa Hyang Iswar (Dung) dan suara pelog (Nding), Sa (Ndong) yan slendro. Inti genta pinara Berkaitan nya. Artinya kan menguc 'Om'. Karen pada hakika kita tengah ruh konsent suara slondi makna pend dicapai bila Kini yang tang slondin dilakukan. S Bangli, terd ngan ukuran sebagai pra perunggu d Awan, teta Awan, ters slonding. G duduk seter wilah gamel porselin. Sl an, Buahan ini. Akhirnya mengertian yang dilaku Slonding yang dipugar Wayan Tusan tahun 1993 (kin) dan slonding sebelum upaya pemugaran. ada kaitan historis dengan desa adat Bugbug. Kepala desa dan Saya bahagia, dan mendapat bendesa adatnya menyetujui semacam itu permohonan saya. Ya begitu tak ada yang menyeberangi jal- tidak tahu apa-apa, tapi saya na saya resmi diperbolehkan kepercayaan an. Begitu piit-nya. Itu amat yakin pada kerja yang didasar- ngaturang ayah. Dalam arti, membuat saya harus belajar; lah seterusnya saya magang di mengesankan hati saya. Ke- kan yadnya, itu adalah keya- saya diperbolehkan merenova- belajar sendiri. Mula-mula Bugbug. Kemudian, agar leng- mudian di Tenganan, juga ada kinan saya sebagai orang Hin- si, mesekeha (menabuh), tentu saya ke desa adat Bugbug, syu- kap dan kuat tindakan saya, du. Saya turun ke lapangan, ca- harus melewati banyak upaca- kurnya desa saya Bebandem, saya mencari informasi kemana-mana mengenai slon- ding. Ke Trunyan, Buahan, a- sal ada terbetik kabar tentang slonding, saya kejar. Ke Mu- seum Bali, ke Gedong Kirtya. Semua buku, lontar, prasasti saya cari dengan segala cara. Saya harus melakukan semua abdian kla nya seper tu agar pasti dan orang yakin pada apa yang saya lakukan. Akhirnya Bapak bisa mem- yang diwa buat slonding? mengajari lya. Mungkin karena saya trasi pada yakin dan percaya leluhur saya dengar, k adalah pande besi. Slonding itu an. Menge terkait selalu dengan peng- muanya sa Elitisitas Ardha Candra Keharmoni DALAM salah satu tulisan- ubahan ini akan menjadi bukti nya, yang berjudul "Sikap Kita benar tidaknya kecemasan itu, Terhadap Seni Tradisional", terutama bagi seni tradisional Sudjatmoko antara lain mem- wilayah lain. pertanyakan: "Apakah keseni- Pergeseran kehidupan dari an tradisional akan mati, kalau pola agraris ke pola industrial, orang Bali pada umumnya a- atau semi industrial, selalu kan melupakan pola pertanian menjadi harapan sekaligus yang kuno, sekarang ada?" "kutukan", sebab ia membawa (Kompas, 26/3/79). Mengapa serta perubahan perilaku pada pertanyaan semacam ini bisa pelaku seni itu sendiri, juga muncul? Adakah cendekiawan perubahan pada format seni ini meragukan "kelenturan a- tertentu, yang telah tersentuh dat budaya" Bali dalam me- nangkal pengaruh luar, ketika pola masyarakat industrial ter- bentuk? modernisasi. Watak seni yang semula "familiar" di wilayah bermain yang bernama "ka- langan" berubah menjadi ter- Pertanyaan di atas mungkin entang jauh, setidaknya dari menarik dipahami dalam kon- totalitas estetiknya. teks pengakuan orang Bali, Artinya, semula "kalangan" terutama para pakar budaya bisa memberikan suasana este- yang terlalu kerap mengung- tik, yang sekaligus bisa dirasa- kapkan pengakuan bahwa seni kan bersama antara seniman tradisional Bali sangat erat hu- dan penonton, sehingga totali- bungannya dengan kehidupan tas estetik bisa langsung dirasa- sakral; dari sini muncul banyak kan seniman (penari) dalam ungkapan, semisal seni sebagai terminologi seh bali-balihan persembahan, seni ucapan rasa (bahasa Bali, yang bisa berarti syukur dan terima kasih kepa- nilai estetik yang transenden- da Sang Maha Pencipta, bah- tal), kini harus menerima tata kan seni adalah wujud dharma. ruang stage macam Ardha Terlepas dari kebudayaan Candra yang lebih menawar- Bali yang berkembang dewasa kan estetika formal. ini, yang unik dan kompleks, Di atas stage, seniman to- agaknya pertanyaan di atas peng, arja dan sejenisnya, ti- mengisyaratkan rasa kepriha- dak lagi dapat meneruskan tinan atas bahaya punahnya se- konvensi teatral yang khas Ba- tertentu) duduk di atas tikar, estetika tradisional "kalang menghargai seni secara finan- mandang kesenian sebagaima- tidak telah menentukan sikap bahwa masyarakat kita me- menunggu tokoh lain muncul an". Sendratari garapan pem- sial. na laiknya orang Barat melihat dari balik langse, gerak mata da bersama STSI, misalnya Dalam masyarakat agraris, art. Di tengah-tengah pertum- dan perubahan air muka yang (para pemainnya) lebih kerap di bawah dekade 1960-an, di buhan kesadaran dan kecinta- bagi seniman tradisional Bali tampak berlari di pentas, ada- Bali pertunjukan kesenian an masyarakat terhadap seni merupakan suatu "ajimat" dan kah untuk membobot daya es- dapat dirasakan langsung oleh tetik, atau mencoba menguasai yang biasanya diadakan untuk budayanya sendiri, mereka upacara adat dan agama, pada mulai melihat kesenian sebagai penonton. Kini, demi keme- ruang estetik yang sebenarnya umumnya tidak dipungut sesuatu yang berharga dan da- gahan sebuah peradaban besar tidak terkuasai? bernama stage, tidak lagi bisa Arsitektur seni pertunjukan biaya penyelenggaraan dan u- kap seperti ini, kata Dibia, ma- dinikmati secara antarindivi- yang umumnya berpendidikan pah pemain dibayar pihak pe- syarakat merasa kurang hor- dual, melainkan mungkin men- modern formal, bukan belajar jadi transindividual dan for- mal. Sebagai gantinya, mau tidak mau stage serupa Ardha Can- dra, yang dibangun juga di be- berapa tempat di Bali, teruta- ma di hotel-hotel, mengajar kan para seniman kita akan perkembangan seni pertunju- kan komersial, kadang seku- lar, seperti drama ong, sen- dratari yang kolosal me- nyerupai pertunjukan Guruh Soekarnoputra. "Kondisi ruang stage modern mendo- rong para seniman untuk mengubah volume gerak mere- ka, seperti yang terlalu sering disaksikan di stage Ardha Can- dra, dalam setiap Pesta Keseni- an Bali," ujar Dr. I Wayan Di- bia pada diskusi "Soceitey for Balinesse Study". Perubahan ini terpaksa di- lakukan karena dituntut oleh atau ni tradisional dalam pertum- li, semisal "nikeh", dimaksud ruang pentas, agar buhan budaya baru yang me- kan sebagai suatu adegan tran- gerakan-gerakan tari bisa sam- nuntut prikehidupan baru pada sisi, yakni penari topeng (yang pai ke wilayah publiksisme pelaku seni di Bali. Pola per- sedang memainkan karakter yang masih menganut sistem KETIDAKHARMONISAN luang. Di merlukan galeri-pelukis dilanjutkan de- proyek id ngan pertikaian'. Diduga ka- pek bisnis rena soal penghargaan galeri ju tentu t kurang pas terhadap hasil ka- nya pelukis. Sebaliknya dari pi- ak galeri pihak pelukis kurang peranang dianggap memahami seluk- beluk bisnis. Kemudian ada so- potensi pa ma. Demi Jika piha bayaran. Sementara semua pat dibanggakan. Dengan si- lasi, galeri-pelukis mengada- rang peluk dari para mpu, agaknya telahnyelenggara (warga banjar, de- mat, apabila tidak mementas- sa, atau "patron" perseorang- kan kesenian di suatu tempat bersusah payah mengubah se- an). Penonton bisa menyaksi- yang bersih dan terhormat. cara total koreografi suatu tari- kan secara gratis dengan du- "Untuk hal itu, mereka lalu an, seperti pernah diakui Dibia kungan dana dari pe- memindahkan kesenian ke atas sendiri. Hasilnya, bisa dinik- nyelenggara. pentas yang gemuruh, yang di- mati langsung ketika festival Tentu tidak dipersoalkan ke- duga akan meningkatkan sta- "Gong Kebyar" dua tahun la- mungkinan perubahan sistem tus sosial dan gengsi kesenian lu, terlihat dua atau tiga penari penyelenggaraan suatu per- itu sendiri". "legong jobog" dalam satu pe- tunjukan seperti itu. Pertanya- mentasan. Akibatnya, adegan an yang muncul, sebab dari do- mengenai gengsi kesenian dia- Apakah pernyataan Dibia itu menjadi lucu, apalagi ada minasi arsitektur koreografer tas, lebih mewakili masyarakat tiga tokoh Sugriwa dan Subali dan stage modern itu yang berperang pada saat yang masyarakat pedesaan berku- pendidikan modern formal itu? akah seniman (tari) dari kubu ber- sama. Di balik pengadegan rang peranannya selaku pen- Agaknya, tidak dapat diban- yang demikian, terasa sekali cipta seni? Kalau toh masih, tah. Sekali lagi, tanpa harus ada ambisi demi peradaban mungkin pendidikan yang mi- melihat "gelagat" semacam itu modern, yang diterjemahkan nimum akan mendorong mere- sebagai langkah negatif, se- menjadi kemeriahan. Lalu, ke ka untuk berkiblat terlalu kuat jumlah seni rakyat seperti jo- gemerlapan bungkus (kostum) kepada dua dominasi tersebut.. ged bumbung, arja röras, ja- menjadi ciri pokok seni per- Paling tidak, perubahan sikap nger, menjadi seperti kurang pandang terhadap seni per- dihormati, sekalipun sejumlah tunjukan yang semula merupa- pejabat (gubernur dan bupati kan pengejewantahan dari mencoba mengangkat gengst pandangan dunia "ngayah" la- mereka dengan ikut bermain lu tergeser ke arah pandangan janger. Upaya ini malahan bahwa seni pertunjukan adalah menjadi terkesan dagelan saja. pameran karya seni. tunjukan garapan STSI. Dominasi Seniman Modern Tanpa harus mengartikan komersialisasi seni sebagai hal yang negatif, perkembangan seni pertunjukan kini didomi- nasi seniman-seniman berpen- didikan modern (Barat) for- mal, yang secara sengaja atau Saat itu, akan mulia terlihat Jiwa Atmaja kan pendekatan agar timbul keharmonisan. Ini agar tidak diperlukan bisnis dan menimbulkan salah paham dan yang dapa penjajaka dendam berkepanjangan. De- mikian inti tulisan tentang saya ketik Ketidakharmonisan Galeri - Pelukis" Sabtu 31 Desember lik galeri pameran d 1994 (Bali Post, hal. 9). Sebuah pendekatan, barang- nyiapkan sempatan kali masih abstrak, jika itu se- Prospek i buah solusi. Sebab perlu diper- teman say legas, karena ini menyangkut setelah s milai untung-rugi. Tetapi berbi- Galeri di E pelukis, juga bicara soal moral cara tentang eksistensi galeri- harga cuk dan tanggung jawab budaya. Ini mengandung nilai masa depan, sebab jika mungkin hu- bungan ini sangat kondusif ba- kreativitas dalam masa men- datang. Pelukis ibarat petinju. Ja- ryanya. Kekalah li, barang pa berani Itu terjad lingkunga samakan d gan harap selalu bisa meng- syarakat d rus diri. Dalam niat ingin ma- dari para petinju perlu promotor. leri, tapi n macam ini Promotor yang jeli dan cerdas kan sikap s akan melihat potensi yang ada. Lalu bagaimana mendorong dan kemudian memberikan pe- telah mem an, tentu dan karen Color Rendition Chart
